HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR.

(1)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

(Studi Korelasi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh Indri Purwanti

NIM 0906925

DEPARTEMENPSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

\

(Studi Korelasi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

oleh Indri Purwanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Indri Purwanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DAN MOTIVASI BELAJAR, DENGAN PRESTASI BELAJAR

(Studi Korelasi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2014/ 2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd NIP. 19501010 199002 2 001

Pembimbing II,

Dadang Sudrajat, M.Pd NIP. 19680828 199802 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 196005011986031004


(4)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Indri Purwanti. (2015). Hubungan Antara Self-Efficacy dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar. (Studi Korelasi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)

Prestasi belajar menjadi salah satu tolok ukur dari keberhasilan peserta didik dan selalu dianggap penting dalam dunia pendidikan. Prestasi belajar sendiri ditentukan oleh dispososi perilaku seperti self-efficacy dan motivasi belajar yang dimiliki peserta didik. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar peserta didik, dan besarnya hubungan antara self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar peserta didik. Penelitian ini dilakukan kepada 353 peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015 sebagai sampel penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik memiliki tingkat self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar yang tinggi, dan bahwa terdapat hubungan antara self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar peserta didik. Data dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling belajar di SMP Negeri 45 Bandung dengan mengoptimalkan self-efficacy, motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik.

Kata Kunci: Self-Efficacy, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar, Peserta Didik.

Abstract: Learning achievement to be one of the benchmarks of success students and always considered important in the realm of education. Achievement is determined by disposi behavior such as self -efficacy and motivation to learn owned students. This research are conducting to investigate the general view of self-efficacy, motivation to learn, and achievement of learners, and relationship between of self-efficacy, motivation to learn, and achievement of learners. This research was conducted at 353 students in class VIII SMP Negeri 45 Bandung on academic years 2014/2015. This research is used correlation method with quantitative and qualitative approaches. The research showed that student became have a high level of self-efficacy, motivation to learn, and high academic achievement, and that there is a relationship between self-efficacy, motivation to learn, and achievement of learners. Result from this research could become parameter for counseling and guidance teachers in giving their service in SMP Negeri 45 Bandung with optimize self-efficacy, motivation to learn and learning achievement of learners.


(5)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar


(6)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu .


(7)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 13

1.5. Struktur Organisasi Skripsi ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1. Self-Efficacy ... 15

2.1.1. Pengertian Self-Efficacy ... 15

2.1.2. Proses Self-Efficacy ... 15

2.1.3. Sumber-Sumber Self-Efficacy ... 17

2.1.4. Dimensi Self-Efficacy ... 19

2.1.5. Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Tingkah Laku ... 21

2.1.6. Self-Efficacy dalam Berbagai Konteks ... 23

2.1.7. Pengukuran Self-Efficacy ... 26


(8)

iv

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2. Motivasi Belajar ... 30

2.2.1. Pengertian Motif dan Motivasi ... 30

2.2.2. Pengertian Motivasi Belajar ... 31

2.2.3. Indikator Motivasi Belajar ... 32

2.2.4. Prinsip Motivasi Belajar ... 32

2.2.5. Fungsi Motivasi Belajar ... 33

2.2.6. Aspek-Aspek Motivasi Belajar ... 34

2.2.7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar ... 35

2.2.8. Pengukuran Motivasi Belajar ... 39

2.3. Prestasi Belajar ... 41

2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar ... 41

2.3.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar ... 42

2.3.3. Pengukuran Prestasi Belajar ... 43

2.4. Hubungan antara Self-Efficacy dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar serta Layanan Bimbingan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Self-Efficacy, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar ... 44

2.4.1. Hubungan antara Self-Efficacy dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar ... 44

2.4.2. Layanan Bimbingan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Self-Efficacy, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar ... 46

2.5. Penelitian yang Relevan ... 50

2.6 Kerangka Pemikiran ... 51

2.7. Hipotesis Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN... 54

3.1. Desain Penelitian ... 54

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.3.Instrumen Penelitian ... 55

3.3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 56


(9)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4.Prosedur Penelitian ... 65

3.4.1. Tahapan Penelitian ... 65

3.4.2. Perumusan Definisi Operasional Variabel ... 66

3.5.Analisis Data ... 67

3.5.1. Verifikasi Data ... 67

3.5.2. Penyekoran Instrumen ... 67

3.5.3. Pengolahan Data ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1.Deskripsi Hasil Penelitian ... 74

4.2.Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... ...94

5.1. Simpulan ... 94

5.2. Saran ... 95

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(10)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 45

Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 ... 55

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy (Sebelum dan Setelah Uji Validitas Rasional dan Butir Item) ... 56

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar (Sebelum dan Setelah Uji Validitas Rasional dan Butir Item) ... 57

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Rasional Instrumen Self-Efficacy ... 59

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Rasional Instrumen Motivasi Belajar ... 60

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Butir Item Instrumen Self-Efficacy ... 60

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Butir Item Instrumen Motivasi Belajar ... 61

Tabel 3.8 Skor Kategorisasi Reliabilitas ... 61

Tabel 3.9 Tingkat Reliabilitas Instrumen Self-Efficacy ... 62

Tabel 3.10 Tingkat Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ... 62

Tabel 3.11 Proporsi Setiap kemungkinan Jawaban Skala Sikap Likert dalam Menentukan Harga-Harga Setiap Kemungkinan Jawaban ... 64

Tabel 3.12 Kriteria Penyekoran Instrumen Motivasi Belajar ... 68

Tabel 3.13 Kriteria Penyekoran Instrumen Motivasi Belajar pada Indikator Durasi dan Frekuensi Kegiatan Belajar ... 68

Tabel 3.14 Hasil Uji Normalitas ... 70


(11)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sistematik Komponen P.B.M ... 3 Gambar 2.1 Skala Self-Efficacy ... 28 Gambar 2.2 Hubungan antara Self-Efficacy, Motivasi Belajar, dan Prestasi

Belajar... 53 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 54 Gambar 3.2 Kriteria Penyekoran Instrumen Self-Efficacy ... 68


(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 102

1.1 SK Pembimbing ... 103

1.2 Surat Penelitian dari SMPN 45 Bandung ... 104

1.3 Surat Rekomendasi Mengikuti Ujian Sidang ... 105

Lampiran 2 Angket Penelitian ... 106

2.1 Uji Validitas Rasional ... 107

2.1.1 Penilaian Uji Validitas Rasional Self-Efficacy ... 107

2.1.2 Penilaian Uji Validitas Rasional Motivasi Belajar... 110

2.1.3 Hasil Uji Validitas Rasional Self-Efficacy ... 113

2.1.4 Hasil Uji Validitas Rasional Motivasi Belajar ... 115

2.1.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Self-Efficacy ... 117

2.1.6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar ... 117

2.1.7 Angket Penelitian Self-Efficacy... 118

2.1.8 Angket Penelitian Motivasi Belajar ... 119

2.2 Uji Validitas Butir Item ... 122

2.2.1 Uji Validitas Butir Item Instrumen Self-Efficacy ... 122

2.2.2 Uji Validitas Butir Item Instrumen Motivasi Belajar ... 124

2.3 Uji Reliabilitas ... 126

2.3.1 Uji Reliabilitas Instrumen Self-Efficacy ... 126

2.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ... 126

2.4 Uji Skala... ... 127

2.4.1 Uji Skala Thurstone... 127

2.4.2 Uji Skala Likert ... 128

Lampiran 3 Pengolahan Data ... 129

3.1 Data Penelitian ... 130

3.1.1 Data Self-Efficacy ... 130

3.1.2 Data Motivasi Belajar ... 137

3.1.3 Data Prestasi Belajar ... 144

3.2 Analisis Deskriptif ... 148


(13)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.2 Analisis Deskriptif Motivasi Belajar ... 148

3.2.3 Analisis Deskriptif Prestasi Belajar ... 148

3.3 Gambaran Umum ... 149

3.3.1 Gambaran Umum Self-Efficacy... 149

3.3.2 Gambaran Umum Motivasi Belajar ... 150

3.3.3 Gambaran Umum Prestasi Belajar ... 151

3.4 Uji Korelasi ... 152

3.4.1 Uji Korelasi antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar ... 152

3.4.2 Uji Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar ... 152

3.4.3 Uji Korelasi antara Self-Efficacy dengan Motivasi Belajar... 152

3.4.4 Uji Korelasi antara Self-Efficacy dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar...152


(14)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia yang beriman dan bertakwa. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 yakni:

“(1) beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) berakhlak mulia; (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan; (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani; (5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta; (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka perlu ditetapkan standar kelulusan pada setiap jenjang pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMP/MTs/SMPLB/Paket B (Depdikbud, 2013, hlm. 2-3) mencakup:

(1) sikap meliputi memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya; (2) pengetahuan meliputi memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata; serta (3) keterampilan meliputi memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat


(15)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Depdikbud, 2013, hlm. 1-2).

Sekolah Menengah Pertama (UU No. 20 Tahun 2003) adalah “jenjang pendidikan dasar formal di Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat dan jenjang pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik untuk menempuh jenjang pendidikan lanjutan yaitu Sekolah Menengah Atas maupun Sekolah Menengah Kejuruan atau sederajat”. Standar kompetensi lulusan satuan jenjang pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B bertujuan “meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Mengharuskan peserta didik memiliki keyakinan terhadap potensi akademik dalam upaya pencapaian prestasi akademik secara optimal” (Depdikbud, 2006, hlm. 1).

Dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut tidak dengan begitunya saja tapi melalui proses pembelajaran yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Proses pembelajaran sendiri mengarahkan pada kegiatan belajar peserta didik dalam upaya pencapaian standar kelulusan tersebut.

Menurut Slameto (2013, hlm. 2) belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Menurut Gagne (dalam Purwanto, 2006, hlm. 84) belajar terjadi

“apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. Menurut Makmun (2007, hlm. 160) “manifestasi belajar itu diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Di sekolah perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik teramati dalam nilai raport”.

Proses belajar diharapkan dapat membantu peserta didik dalam pencapaian prestasi yang lebih baik dari sebelumnya. Keberhasilan dari proses belajar dapat dilihat dalam perubahan tingkah laku, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta didik sebelum belajar dan setelah melalui proses belajar. Keberhasilan ini disebut juga sebagai prestasi belajar. Menurut Syah (2010, hlm.


(16)

3

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

139) prestasi belajar merupakan “tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Menurut Kertamuda (2008, hlm. 28) prestasi belajar merupakan “hasil yang diperoleh atau dicapai peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh guru”. Menurut Makmun (2007, hlm. 156) prestasi belajar dapat diartikan “sebagai sesuatu yang dicapai atau dipelajari dan hasil dari proses belajar yang aktif dibantu oleh kegiatan pengajaran dan pendidikan”. Pengajaran dan pendidikan dilakukan melalui proses belajar mengajar, yakni “sebagai suatu rangkaian interaksi antara peserta didik dan guru dalam mencapai tujuannya. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan” (Makmun, 2007, hlm. 156).

Secara sistematik dapat dilihat komponen Proses Belajar Mengajar (PBM) sebagai berikut.

Gambar 1.1 Sistematik Komponen P.B.M

kapasitas (IQ) bakat khusus motivasi minat kematangan kesiapan sikap/ kebiasaan dan lain-lain raw input

(siswa) P.B.M

expected output (hasil belajar yang diharapkan) perilaku kognitif perilaku afektif perilaku psikomotor Environmental input (lingkungan) sosial

fisik dan lain-lain kultural

instrumental input (sarana) guru

dan lain-lain

metode, teknik,

media bahan sumber

program tugas

(Makmun, 2007, hlm. 165)

Dari gambar komponen di atas dapat disimpulkan bahwa keempat komponen PBM meliputi raw input (peserta didik), environmental input


(17)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diharapkan) memengaruhi performance dan output. Jika ingin mendapatkan hasil belajar yang diharapkan maka diperlukan proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar yang efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya karakteristik peserta didik (menunjukkan kepada faktor dari dalam diri peserta didik yang menjadi faktor motivasi, self-efficacy, percaya diri, dan stimulasi), instrumental input atau sarana (menunjukkan kualifikasi kelengkapan sarana yang diperlukan), dan environmental input (menunjukkan suatu situasi dan keadaan fisik meliputi sekolah, iklim, letak sekolah, dan sebagainya, dan hubungan antar individu baik dengan teman maupun guru dan orang-orang lainnya) (Makmun, 2007, hlm. 166).

Karakteristik peserta didik yang memengaruhi pencapaian hasil standar kompetensi lulusan yang harus dicapai pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Karakteristik peserta didik di antaranya adalah kapasitas intelektual, bakat, minat, kematangan/kesiapan, dan sikap/kebiasaan. Intelektual adalah suatu kecerdasan yang dimiliki peserta didik yang dapat dikembangkan melalui proses belajar. Bakat adalah kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik untuk belajar atau potensi yang dimiliki peserta didik. Minat adalah ketertarikan terhadap suatu subjek sehingga peserta didik dapat tetap memperhatikan dan mefokuskan diri pada sesuatu dengan perasaan senang. Kematangan/kesiapan adalah kondisi yang dimiliki peserta didik untuk mampu melakukan dan mempelajari sesuatu. Sikap adalah perilaku efektif yang dilakukan oleh peserta didik dalam belajar. Karakteristik peserta didik tersebut menunjukkan kepada faktor dalam diri peserta didik yang menjadi faktor self-efficacy dan motivasi.

Bandura (1997) mengatakan bahwa self-efficacy adalah “hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Luthans (2002) mengatakan bahwa motivasi adalah “hal dasar dalam proses psikologis, dimana motivasi menunjukkan proses yang penting dalam memahami perilaku”.


(18)

5

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Slameto (2013, hlm. 55-71) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi prestasi belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang berasal dari eksternal (luar) meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat serta lingkungan keluarga. Selanjutnya, faktor yang timbul dari internal (dalam diri peserta didik) berupa faktor biologis seperti faktor kesehatan misalnya cacat mental, sedangkan faktor psikologisnya seperti kecerdasan, bakat, minat, perhatian, serta motivasi belajar peserta didik. Menurut Suryabrata (2004) prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor. Salah satunya adalah faktor internal seperti self-efficacy.

Menurut Hsieh, Sullivan, dan Guerra (2007) ada dua faktor yang memengaruhi prestasi yang rendah dan putus sekolah yaitu self-efficacy dan orientasi tujuan. Self-efficacy mengacu pada penilaian tentang kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas. Orientasi tujuan mengacu pada mengembangkan dan meningkatkan tujuan penguasaan dan menunjukkan kemampuan.

Dalam bidang pendidikan self-efficacy memiliki peranan penting terutama bagi para peserta didik dalam meraih prestasi belajar. Menurut Widyastuti (2010, hlm. 5) self-efficacy memiliki pengaruh dalam pemilihan perilaku, besar usaha, dan ketekunan, serta pola berpikir dan reaksi emosional. Penilaian self-efficacy

mendorong individu menghindari situasi yang diyakini melampaui kemampuannya atau melakukan kegiatan yang diperkirakan dapat di atasinya. Dalam memecahkan masalah yang sulit, individu yang mempunyai keraguan tentang kemampuannya akan mengurangi usahanya, bahkan cenderung akan menyerah. Individu yang mempunyai efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha, sedangkan individu yang memiliki efficacy yang rendah menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan.

Schunk (1995) menyatakan bahwa “self-efficacy tinggi akan sukses untuk memecahkan masalah yang terlihat dari kinerja yang lebih besar dan bertahan lebih lama dibandingkan peserta didik yang memiliki self-efficacy lebih rendah”.

Sejalan dengan pernyataan tersebut Musfirah, Rahmana, dan Kumolohadi (2003, hlm. 39) yang menyatakan bahwa “self-efficacy yang tinggi seorang individu akan


(19)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempunyai keyakinan bahwa dirinya akan berhasil melakukan sesuatu sehingga seseorang tersebut akan melakukan berbagai usaha untuk mencapai tujuannya”.

Pintrich (1997) menyatakan bahwa kuatnya “self-efficacy dapat meningkatkan prestasi belajar”. Peserta didik yang memiliki self-efficacy yang kuat menganggap tugas yang sulit sebagai tantangan yang harus diselesaikan atau dikuasai bukan bahaya yang harus dihindari. Self-efficacy yang kuat dapat menciptakan perasaan tenang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit, sedangkan self-efficacy yang rendah akan menumbuhkan stres, dan depresi sehingga menghambat dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal”.

Menurut Hsieh, Sullivan dan Guerra (2007) self-efficacy memengaruhi motivasi dan prestasi, mengingat bahwa peserta didik dengan self-efficacy yang tinggi cenderung lebih mudah berpartisipasi, bekerja lebih keras, mengejar tujuan yang menantang, dan bertahan dalam menghadapi kesulitan. Motivasi diperkuat ketika peserta didik percaya bahwa mereka mampu atau merasa bahwa mereka bisa sukses. Hal ini didukung oleh Feltz (dalam Gerrits, 2008) yang mengatakan bahwa semakin self-efficacy maka semakin tinggi pula motivasi individu tersebut untuk memperbesar usahanya agar mencapai hasil yang optimal.

Chowdhury dan Shahabudin (2007) mengatakan bahwa motivasi adalah “dorongan batin yang memengaruhi perilaku peserta didik terhadap pemenuhan tujuan berupa keberhasilan akademik”. Menurut Li (2009) motivasi merupakan “faktor yang penting yang menentukan keberhasilan/kegagalan dalam pembelajaran. Motivasi dapat langsung memengaruhi frekuensi penggunaan strategi pembelajaran, kemauan belajar, penetapan tujuan, dan ketekunan belajar”. Menurut Omrod (2014) motivasi memengaruhi perilaku belajar seperti motivasi mengarahkan perilaku ke arah tujuan, motivasi meningkatkan usaha dan energi yang dikeluarkan dalam kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan dan tujuan, motivasi meningkatkan inisiasi dan ketekunan dalam kegiatan, motivasi memengaruhi proses kognitif, motivasi menentukan konsekuensi yang memperkuat dan melemahkan, dan motivasi meningkatkan kinerja.

Anderson (dalam Prayitno, 1989, hlm. 10) mengatakan peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, dalam belajarnya akan menunjukkan minat


(20)

7

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang besar dan perhatian yang penuh terhadap pelajaran dan tugas-tugas belajar lainnya. Peserta didik akan memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikisnya terhadap kegiatan belajar, tanpa mengenal perasaan bosan apalagi menyerah, sebaliknya peserta didik yang motivasi belajarnya rendah akan menunjukkan kemalasan, cepat bosan, dan menghindar dari kegiatan belajar.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa self-efficacy

dan motivasi belajar memengaruhi perilaku peserta didik dalam meraih prestasi belajar yang diharapkan. Sehingga self-efficacy dan motivasi yang kuat memengaruhi peserta didik dalam hal minat belajarnya serta dalam mencapai prestasi yang optimal. Hal ini didukung dengan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bukti empiris tentang adanya hubungan antara self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar. Widyastuti (2010, hlm. 60) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hamdu dan Agustina (2011, hlm. 85) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar. Warsito (2009, hlm. 44) menyatakan terdapat hubungan signifikan antara self-efficay dengan prestasi akademik. Lestyanto (2013, hlm. 80) menyatakan hubungan yang bersifat positif antara self-efficacy dengan motivasi belajar, yang artinya semakin tinggi self-efficacy peserta didik maka semakin tinggi pula motivasi belajar peserta didik. Chowdhury dan Shahabudin (2007, hlm. 9) menyatakan bahwa adanya hubungan antara self-efficacy, motivasi, dan kinerja (performance) peserta didik.

Dalam perspektif psikologi perkembangan, peserta didik sekolah menengah pertama termasuk dalam tahap masa remaja. Menurut Konopka Pikunas (dalam Yusuf, 2011, hlm. 10) “fase remaja meliputi (1) remaja awal 12-15 tahun, (2) remaja madya 15-18 tahun, dan (3) remaja akhir 18-22 tahun”. Masa remaja menurut Hurlock (1980) merupakan “salah satu masa perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan karena pada masa remaja mengalami berbagai permasalahan yang harus dihadapi”.

Selanjutnya, menurut Santrock (2007) definisi mengenai remaja tidak hanya terbatas pada pertimbangan mengenai usia melainkan juga pengaruh


(21)

sosio-Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

historis, sehingga Santrock mendefinisikan remaja sebagai “periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional”.

Menurut Yusuf (2011, hlm. 23) remaja dihadapkan pada serangkaian tugas perkembangan yang harus dicapai agar mampu berkembang secara optimal, salah satunya mengembangkan keterampilan intelektual. Menurut Wigfield (dalam Santrock, 2007) masa remaja merupakan “suatu titik kritis dalam hal prestasi”. Tekanan sosial dan akademisnya memaksa remaja untuk memegang berbagai peran, peran sering kali melibatkan tanggung jawab besar. Efektiv itas remaja untuk beradaptasi dengan tekanan akademis dan sosial yang baru ini ditentukan oleh faktor-faktor psikologis, motivasional, dan konstektual.

Berdasarkan hasil prestasi belajar dilihat dari nilai raport peserta didik semester genap dikategorikan bahwa prestasi belajar adalah baik. Fenomena pada prestasi belajar menurut pengamatan guru wali kelas adalah sering menghadapi kendala ketika memberikan tugas PR ataupun tugas langsung. Peserta didik menunjukkan sikap negatif misalnya malas, ragu-ragu/takut dalam memberikan jawaban, bolos, melamun, dan sebagainya. Hal ini menjadi sorotan peneliti adalah ketika mengamati proses kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas pada beberapa kelas pada saat guru memberikan penjelasan beberapa peserta didik tidak mengikuti penjelasan dari guru dan adapula yang melakukan aktivitas lain seperti melamun, bercerita dengan teman sebangku, tidur-tiduran di dalam kelas tetapi ada sebagian yang memperhatikan dan mencatat penjelasan.

Ketika mengamati peserta didik ketika guru tidak masuk kelas dan memberikan tugas sebagai penggantinya beberapa peserta didik ada yang meninggalkan kelas dan pergi ke kantin atau ke kelas lain yang sama tidak ada gurunya, dan adapula yang melakukan aktivitas lainnya seperti bercerita dengan teman sebangku atau sekelompoknya, tetapi ada pula sebagian peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan. Selain itu pula ada beberapa peserta didik yang sengaja membolos karena merasa takut tidak mengerjakan PR. Perilaku mencontek juga masih ada dalam keseharian beberapa peserta didik seperti dalam mengerjakan tugas PR yang diberikan oleh guru. Menurut guru mata pelajaran


(22)

9

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengatakan bahwa peserta didik yang tidak memiliki keyakinan diri dan niat dalam mengikuti pelajaran di kelas.

Salah satu pihak yang dapat membantu peserta didik adalah sekolah. Sekolah mempunyai peranan penting dan bertanggung jawab dalam membantu para peserta didik mencapai perkembangan secara optimal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan tiga bidang utama secara sinergi yaitu manajemen dan supervisi, pemelajaran bidang studi, serta bimbingan dan konseling. Keberadaan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan, secara tegas dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kegiatan bimbingan merupakan salah satu upaya dari proses pendidikan untuk menyiapkan para peserta didik bagi peranannya di masa depan.

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru bimbingan dan konseling atau konselor adalah mengelola program bimbingan dan konseling. Terkait dengan kompetensi ini, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008, tentang Standar Kualifikasi Akademik Kompetensi Konselor (Depdikbud, 2008, hlm. 142), dirumuskan:

(1) menguasai konsep dan praksis assesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli; (2) merancang program bimbingan dan konseling; (3) mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif; (4) menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, serta; (5) memanfaatkan hasil penilaian terhadap proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling.

Pada jenjang sekolah menengah peran guru bimbingan dan konseling adalah “memfasilitasi peserta didik mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya” (Depdikbud, 2006, hlm. 25-32). Peraturan Menteri No 22 tahun 2006 yang memuat Komponen Pengembangan Diri mengamanatkan kepada guru bimbingan dan konseling/konselor dalam memfasilitasi pengembangan bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar serta wawasan dan perencanaan karir (Depdikbud, 2008, hlm. 109).


(23)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013, khusus untuk kegiatan bimbingan dan konseling ditegaskan adanya daerah garapan yang disebut peminatan peserta didik. Bidang peminatan ini menjadi substansi pokok pekerjaan guru bimbingan dan konseling atau konselor di sekolah/madrasah. Meskipun demikian, pelayanan bimbingan dan konseling tentulah tidak hanya sekedar menangani program atau wilayah peminatan saja. Tugas bimbingan dan konseling jauh lebih luas daripada bidang peminatan itu sendiri, yaitu menyangkut pengembangan pribadi peserta didik ke arah kemandirian diri yang juga mampu mengendalikan diri. Bahkan dalam tugasnya terintegrasikan dengan tugas guru menjadikan peserta didik benar-benar menguasai materi pelajaran yang diajarkan (Depdikbud, 2013, hlm. 1-2).

Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional yang mengacu pada prestasi belajar tidak hanya menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran, tetapi juga menjadi tugas guru bimbingan dan konseling. Untuk mengoptimalkan layanan bimbingan belajar maka diperlukannya penelitian mengenai beberapa faktor yang memengaruhi prestasi belajar di antaranya self-efficacy dan motivasi belajar. Oleh karena itu peneliti memfokuskan penelitian ini pada hubungan antara self-efficacy, dan motivasi belajar dengan prestasi belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Prestasi belajar menjadi salah satu tolok ukur dari keberhasilan peserta didik dan selalu dianggap penting dalam dunia pendidikan. Prestasi belajar sendiri ditentukan oleh disposisi perilaku seperti self-efficacy dan motivasi belajar yang dimiliki peserta didik. Self-efficacy dan motivasi belajar memengaruhi kesiapan belajar yang dimiliki peserta didik. Kesiapan belajar menunjukkan kondisi peserta didik yang siap untuk memberikan respon terhadap situasi pembelajaran. Hal ini berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar peserta didik.

Menurut Sudrajat (2008, hlm. 10) “self-efficacy dapat membantu perkembangan esensi minat dan keseriusan dalam bertindak atau beraktivitas. Seseorang dengan self-efficacy yang tinggi akan senantiasa menyiapkan diri dalam


(24)

11

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghadapi tantangan dalam rangka mencapai tujuan dan memelihara komitmen

kerjanya yang kuat”. Masih sejalan dengan hal tersebut Sudrajat (2008, hlm. 21)

menegaskan bahwa “kuatnya keyakinan dan kemampuan (self-efficacy) seseorang berpengaruh terhadap perilakunya. Bila seseorang merasa yakin bahwa ia akan mampu menyelesaikan suatu tugas atau masalah dengan baik, maka keyakinan tersebut akan mengantarkannya kepada keberhasilan”.

Dapat disimpulkan bahwa self-efficacy membantu perkembangan minat dan keseriusan peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Self-efficacy memengaruhi pilihan tindakan peserta didik dalam mencapai prestasi belajar yang diharapkan. Peserta didik dengan self-efficacy yang tinggi akan memengaruhi minat yang lebih besar dalam belajar, menetapkan tujuan yang lebih menantang, dan menjaga komitmen yang kuat untuk meningkatkan upaya dalam menghadapi hambatan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Kuatnya self-efficacy menentukan pada usaha, ketekunan, dan ketahanan dalam menghadapi hambatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Menurut Woolfolk (2009) individu dengan sense of self-efficacy yang kuat untuk tugas tertentu cenderung mengetribusikan kegagalan sebagai kurangnya usaha. Akan tetapi individu dengan sense of self-efficacy yang rendah cenderung mengatribusikan kegagalan sebagai kurangnya kemampuan.

Menurut Santrock (2007) menyatakan bahwa motivasi lebih besar pengaruhnya dibandingkan kemampuan intelektual mereka. Para peserta didik yang kurang cerdas dibandingkan para peserta didik lainnya dapat memperlihatkan pola motivasi yang adaptif-sebagai contoh tekun dalam tugas dan yakin terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-dan akhirnya menjadi peraih prestasi yang tinggi sebaliknya beberapa peserta didik yang paling cerdas memiliki pola motivasi maladaptif-sebagai contoh, mudah menyerah dan tidak yakin akan keterampilan akademisnya-dan akhirnya menjadi peraih prestasi yang rendah.

Self-efficacy dan motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar.

Self-efficacy dan motivasi berfungsi untuk menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Peserta yang self-efficacy dan motivasinya lemah


(25)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan terlihat acuh tak acuh terhadap pelajaran, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran dan sering meninggalkan pelajaran yang mengakibatkan kesulitan dalam belajar.

Menurut hasil penelitian Hidayati (2013, hlm. 79) masih terdapat peserta didik yang memiliki self-efficacy yang rendah ini ditampilkan pada aktivitas akademik meliputi menjatuhkan pilihan pada pengerjaan tugas yang mudah, hanya menguasai kurang dari 40% materi pelajaran, serta memiliki keyakinan yang lemah terhadap potensi diri dalam menyelesaikan tugas sekolah.

Analog dengan hasil penelitian di atas, laporan hasil penelitian Amelia dan Levianti (2012, hlm. 6) menyatakan bahwa presentase peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang rendah lebih banyak daripada peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. Ini ditunjukkan dengan peserta didik yang bersifat negatif terhadap sekolah dan guru, cenderung menyalahkan guru atas ketidakmampuan dalam mendapatkan nilai yang bagus, merasa tidak disukai oleh guru, malas mencicil belajar, dan sering menunda-nunda mengerjakan tugas.

Pada kenyataannya masih ada beberapa peserta didik yang mengalami kegagalan atau hambatan dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi dikarenakan rendahnya kesiapan belajar. Rendahnya kesiapan belajar ini dipengaruhi oleh self-efficacy dan motivasi belajar peserta didik yang rendah. Ini terlihat dari sikap peserta didik yang tidak mengerjakan tugas, sering terlambat sekolah, tidak masuk sekolah dalam beberapa hari, dan belum menemui guru mata pelajaran untuk melakukan remedial.

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Seperti apa self-efficacyyang dimiliki peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015?

2. Seperti apa motivasi belajar yang dimiliki peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015?

3. Seperti apa prestasi belajar yang dimiliki peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015?


(26)

13

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015? 5. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar

pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015?

6. Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan motivasi belajar pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015? 7. Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan

prestasi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pernyataan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah menghasilkan gambaran empirik mengenai:

1. Profil self-efficacy yang dimiliki peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

2. Profil motivasi belajar yang dimiliki peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

3. Profil prestasi belajar yang dimiliki peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

4. Hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

5. Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

6. Hubungan antara self-efficacy dengan motivasi belajar pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

7. Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015


(27)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gambaran tentang hubungan self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar peserta didik.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana hubungan self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar peserta didik. Melalui penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan pembinaan dan arahan untuk mengembangkan layanan bimbingan yang baik sehingga meningkatkan motivasi belajar dan self-efficacy peserta didik.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian dituliskan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut. BAB I Pendahuluan memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II Kajian pustaka memaparkan konsep-konsep/teori-teori dalam bidang yang dikaji, penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Teori yang dikaji berupa teori motivasi belajar, self efficacy, dan prestasi belajar.

BAB III Metode penelitian memaparkan desain penelitian, penentuan populasi dan sampel, perumusan dan pengembangan instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.

BAB IV Temuan dan pembahasan memaparkan tentang pengolahan data dan pembahasan hasil pengolahan data.

BAB V Penutup terdiri atas kesimpulan, saran dan keterbatasan penelitian memaparkan tentang hasil temuan, saran penelitian bagi guru bimbingan dan konseling, dan penelitia selanjutnya dan keterbatasan penelitian.


(28)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel utama yaitu self-efficacy dan motivasi belajar sebagai variabel independen dan prestasi belajar sebagai variabel dependen. Hubungan antara ketiga variabel akan diteliti masing-masing, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik parametris menggunakan korelasi parsial untuk menguji hipotesi hubungan antara satu variabel independen dan variabel dependen (Sugiyono, 2011, hlm. 215).

Adapun desain penelitian untuk menggambarkan hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar peserta didik, dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ditujukan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011, hlm. 14).

Pengumpulan data menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan angket tertutup dan dokumentasi. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011, hlm. 199). Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

Self-Efficacy (X1)

Prestasi Belajar (Y) Motivasi Belajar (X2)


(29)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010. Hlm. 201).

Metode korelasional digunakan untuk mencari hubungan antara antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar peserta didik. Metode korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012, hlm. 8).

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 45 Bandung yang beralamat di Jl. Yogyakarta No. 01 Bandung. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada studi pendahuluan di SMPN 45 Bandung yang menemukan gejala-gejala yang merupakan menemukan tidak stabilnya self-efficacy dan motivasi belajarpeserta didik SMPN 45 Bandung perihal peserta didik yang mudah mengalami kecemasan, mudah putus asa, dan kurang bersemangat.

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkam oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2011, hlm. 117). Menurut pengertian diatas, populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015

No Kelas Populasi Sampel Keterangan

01. A 32 31 1 tidak hadir

02. B 34 32 2 tidak hadir

03. C 36 35 1 tidak hadir

04. D 34 34 -

05. E 36 34 2 tidak hadir

06. F 33 30 3 tidak hadir

07. G 34 26 8 tidak hadir

08. H 34 34 -

09. I 35 33 2 tidak hadir

10. J 33 31 2 tidak hadir

11. K 34 33 1 tidak hadir

Total 375 353


(30)

56

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen penelitian atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket, dan dokumen. Instrumen berupa angket merupakan alat pengumpulan data motivasi belajar dan self-efficacy, sedangkan instrumen berupa dokumen dijadikan sebagai alat pengumpulan data prestasi belajar peserta didik.

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011, hlm. 199).

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010. Hlm. 201).

Angket dalam penelitian ini dirumuskan dalam kisi-kisi dan dijadikan butir-butir pernyataan. Butir-butir-butir pernyataan dalam instrumen merupakan gambaran tentang motivasi belajar dan self-efficacy peserta didik.

3.3.1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

1. Instrumen Self-Efficacy

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui self-efficacy peserta didik berupa angket. Angket dalam penelitian ini dibuat dengan merujuk pada dimensi

self-efficacy menurut Bandura. Adapun kisi-kisi angket dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy

(Sebelum dan Setelah Uji Validitas Rasional dan Butir Item)

Dimensi Indikator No Item

Sebelum Setelah

Magnitude

atau Level

Berpandangan optimis dalam mengerjakan tugas sekolah 1, 2, 3 1, 2, 3 Melihat tugas sekolah yang sulit sebagai tantangan 4, 5, 6 4, 5, 6 Mampu mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan tugas

sekolah

7, 8, 9 7, 8, 9 Memiliki keyakinan mampu mencapai prestasi yang

tinggi

10, 11, 12 -

Strength

Komitmen dalam menyelesaikan tugas sekolah 13, 14, 15 10, 11, 12 Memiliki ketekunan untuk menyelesaikan tugas sekolah 16, 17, 18 13, 14, 15 Mampu mengerjakan tugas sekolah dalam berbagai 19, 20, 21 16, 17, 18


(31)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimensi Indikator No Item

Sebelum Setelah

situasi dan kondisi

Percaya dan yakin pada kemampuan yang dimiliki. 22, 23, 24 19, 20, 21

Generality

Yakin memiliki kemampuan dalam berbagai tugas sekolah

25, 26, 27 22, 23, 24 Menjadikan pengalaman sebagai pembelajaran 28, 29, 30 25, 26, 27 Menyikapi situasi yang berbeda dengan baik dan berpikir

positif

31, 32, 33 28, 29, 30 2. Instrumen Motivasi Belajar

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik berupa angket. Angket dalam penelitian ini dibuat dengan merujuk pada indikator motivasi belajar menurut Makmun. Adapun kisi-kisi angket dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar (Sebelum dan Setelah Uji Validitas Rasional dan Butir Item)

Indikator Indikator No Item

Sebelum Setelah

Durasi kegiatan Peserta didik mampu mengatur penggunaan waktu belajar

1, 2, 3, 4 1, 2, 3, 4 Frekuensi

kegiatan

Peserta didik sering melakukan kegiatan belajar dalam periode waktu tertentu

5, 6, 7, 8 5, 6, 7, 8 Persistensi Peserta didik mampu mengusai ketepatan dalam

melaksanakan kegiatan belajar

9, 10, 11, 12

9, 10, 11, 12 Ketabahan dan

keuletan

Peserta didik mampu dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan

13, 14, 15, 16

13, 14, 15, 16 Devosi Peserta didik rela berkorban uang, tenaga, pikiran,

bahkan jiwa untuk kegiatan belajar

17, 18, 19, 20 17, 18, 19, 20 Tingkatan aspirasi

Peserta didik mampu memikirkan rencana atau cita-cita 21, 22, 23, 24 21, 22, 23, 24 Tingkatan

kualifikasi dan prestasi

Peserta didik memiliki prestasi belajar yang tinggi 25, 26, 27, 28

-

Arah sikap

terhadap sasaran kegiatan

Peserta didik memiliki pikiran/ perasaan positif dan negative

29, 30, 31, 32

25, 26, 27, 28

3. Instrumen Prestasi Belajar

Pengumpulan data prestasi belajar peserta didik dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata ujian tengah semester peserta didik kelas VIII SMP Negeri 45 Bandung tahun ajaran 2014/2015.


(32)

58

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah selesai menyusun instrumen penelitian, perlu dilakukan pengujian instrumen sebagai bagian dari tahap pengembangan instrumen penelitian sebelum mengadakan kegiatan pengumpulan data yang sebenarnya pada objek penelitian. Tahapan pengembangan instrumen meliputi:

1. Uji Keterbacaan

Sebelum instrumen self-efficacy dan motivasi belajar diuji secara empiris, instrumen terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel yaitu lima peserta didik kelas VIII SMP Negeri 12 Bandung, untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen.

Berdasarkan hasil uji keterbacaan, responden dapat memahami dengan baik seluruh item pernyataan yang ada baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan. Dengan demikian, dapat disimpulkan seluruh item pernyataan dapat digunakan dan mudah dimengerti oleh peserta didik.

2. Uji Validitas

1) Uji Validitas Rasional

Uji validitas secara rasional bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan isi. Uji validitas ini dilakukan oleh dosen ahli dengan meminta pendapat untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item mendapatkan nilai M berarti item tersebuat dapat digunakan dan item yang mendapatkan nilai TM bisa memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau dapat digunakan dengan revisi.

(1) Uji Validitas Rasional Instrumen Self-Efficacy

Uji validitas rasional angket self-efficacy dilakukan oleh tiga dosen ahli yang terdiri dari satu dosen dari Departemen Pendidikan Bahasa Perancis sebagai pakar self-efficacy dan dua dosen dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan sebagai pakar bimbingan dan konseling.

Hasil umum yang diperoleh dari penimbangan yaitu (1) Merevisi pernyataan-pernyataan yang dianggap kurang tepat dari segi konstruk, isi, dan kebahasaan sehingga mudah dipahami peserta didik dan tidak terjadi multi tafsir kepada responden dalam memilihnya. Seperti kata terdorong, tertantang, dan


(33)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

termotivasi direvisi dengan berusaha pada pernyataan nomor 4, 5, dan 6; menambahkan kata yakin pada pernyataan nomor 7, dan 8 untuk menguatkan persepsi peserta didik akan keyakinannya, (2) Menghilangkan indikator yang sudah diwakili dengan indikator lain dan secara otomatis pernyataan pada indikator tersebut tidak dapat digunakan. Seperti: pada dimensi magnitude/level

indikator memiliki keyakinan mampu mencapai prestasi yang tinggi dihilangkan karena sudah terwakili pada indikator berpandangan optimis dalam mengerjakan tugas sekolah, dan (3) Merevisi indikator yang dianggap kurang tepat untuk mewakili dimensi self-efficacy. Seperti: pada dimensi magnitude/level indikator mampu mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah direvisi menjadi memiliki keyakinan mampu mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan tugas.

Secara lebih rinci (lihat pada lampiran Hasil Penimbangan Angket Self-Efficacy), revisi yang dilakukan saat penimbangan secara umum, sebagai berikut.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Rasional Instrumen Self-Efficacy

Hasil Penimbangan Ahli Nomor Pernyataan Jumlah

Dipakai 1, 2, 7, 8, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 32

15 Direvisi 3, 4, 5, 6, 9, 13, 14, 15, 16, 17,

18, 28, 29, 30, 33

15

Dibuang 10, 11, 12, 3

Adapun kisi-kisi instrumen self-efficacy setelah uji validitas rasional dapat dilihat pada Tabel 3.2.

(2) Uji Validitas Rasional Instrumen Motivasi Belajar

Uji validitas rasional angket motivasi belajar dilakukan oleh tiga dosen ahli yang terdiri dari satu dosen dari Departemen Pendidikan Bahasa Perancis dan dua dosen dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Hasil umum yang diperoleh dari penimbangan yaitu (1) Merevisi pernyataan-pernyataan yang dianggap kurang tepat dari segi konstruk, isi, dan kebahasaan sehingga mudah dipahami peserta didik dan tidak terjadi multi tafsir kepada responden dalam memilihnya. Seperti: pernyataan nomor 1 sampai dengan 8 yang sebelumnya merupakan pernyataan direvisi dengan pertanyaan disesuaikan dengan pilihannya; menambahkan kata berusaha pada pernyataan nomor 14 untuk


(34)

60

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan ketabahan yang dimiliki peserta didik, (2) Menghilangkan aspek yang sudah diwakili dengan aspek lain dan secara otomatis pernyataan pada indikator tersebut tidak dapat digunakan. Seperti: aspek tingkatan kualifikasi/prestasi dihilangkan karena sudah terwakili dengan aspek arah sikap terhadap sasaran kegiatan, dan (3) Merevisi pilihan menjadi lima pilihan pada nomor pernyataan 1 sampai dengan 8 untuk aspek durasi dan frekuensi kegiatan.

Secara lebih rinci (lihat pada lampiran Hasil Penimbangan Angket Motivasi Belajar), revisi yang dilakukan saat penimbangan secara umum, sebagai berikut.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Rasional Instrumen Motivasi Belajar

Hasil Penimbangan Ahli Nomor Pernyataan Jumlah

Dipakai 9, 10, 11, 12, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 29, 30, 31, 32

14 Direvisi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 14, 15,

18, 20, 23

14

Dibuang 25, 26, 27, 28 4

Adapun kisi-kisi instrumen self-efficacy setelah uji validitas rasional dapat dilihat pada Tabel 3.3.

2) Uji Validitas Butir Item

Sugiyono (2011, hlm. 267) menyatakan bahwa uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang akan diukur. Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyebaran instrumen dilaksanakan sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan uji validitas dari Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics Versi 21. Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

(1) Uji Validitas Butir Item Instrumen Self-Efficacy

Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 30 pernyataan dari angket self-efficacy peserta didik dinyatakan valid. Indeks validitas instrumen bergerak antara 0,899 – 0,953 pada p < 0,05 (hasil pengujian


(35)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validitas terlampir). Penentuan tingkat validitas instrumen dilakukan dengan kriteria menurut Kartono (2003, hlm. 7) yaitu “suatu tes yang baik biasanya memilki angka validitas 0,50 atau lebih, tentu saja semakin tinggi angka semakin

baik”. Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Butir Item Instrumen Self-Efficacy

Signifikansi Nomor Pernyataan Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,

30

30

Tidak Valid - 0

(2) Uji Validitas Butir Item Instrumen Motivasi Belajar

Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 28 pernyataan dari angket motivasi belajarpeserta didik dinyatakan valid. Indeks validitas instrumen bergerak antara 0,509 – 0,694 pada p < 0,05 (hasil pengujian validitas terlampir). Berikut ditampilkan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Butir Item Instrumen Motivasi Belajar

Signifikansi Nomor Pernyataan Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28

28

Tidak Valid - 0

3) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut cukup baik (Arikunto, 2010, hlm. 221). Pengukuran reliabilitas dapat dihitung dengan rumus Alpha Cronbachdengan bantuan program IBM SPSS Statistics Versi 21. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen adalah dengan rumus metode Alpa sebagai berikut:


(36)

62

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

r11 : nilai reliabilitas

∑Si : jumlah varians skor tiap-tiap item

St : varians total

K : jumlah item

Semakin tinggi koefisien realibilitas mendekati 1,00 maka semakin tinggi realibilitasnya dan semakin rendah koefisien reliabilitas mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya. Berikut tabel skor reliabilitas

Tabel 3.8 Skor Kategorisasi Reliabilitas 0,00-0,19 derajat keterandalan sangat rendah 0,20-0,39 derajat keterandalan rendah 0,40-0,59 derajat keterandalan cukup 0,60-0,79 derajat keterandalan tinggi 0,80-1,00 derajat keterandalan sangat tinggi

(Arikunto, 2010 hlm 276) Berdasarkan pada skor kategorisasi reliabilitas tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai reliabilitas yang sangat tinggi sehingga hasil pengukuran kedua instrumen dapat dipercaya. Berikut hasil pengujian reliabilitas kedua instrumen penelitian menggunakan IBM SPSS Statistics Versi 21.

(1) Uji Reliabilitas Instrumen Self-Efficacy

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas memperlihatkan dari 30 butir item yang sudah valid, menunjukkan koefisien reliabilitas instrumen self-efficacy

sebesar 0,960. Artinya tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen self-efficacy berada pada kategori sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sangat baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data (hasil pengujian reliabilitas terlampir).

Tabel 3.9 Tingkat Realibilitas Instrumen Self-Efficacy

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,960 30

(2) Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas memperlihatkan dari 28 butir item yang sudah valid, menunjukkan koefisien reliabilitas instrumen motivasi


(37)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajarsebesar 0,807. Artinya tingkat korelasi dan derajat keterandalan instrumen motivasi belajar berada pada kategori sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan sangat baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data (hasil pengujian reliabilitas terlampir).

Tabel 3.10 Tingkat Realibilitas Instrumen Motivasi Belajar Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,807 28

4) Uji Skala

(1) Uji Skala Thurstone

Menurut Thurstone jika harga Q lebih kecil dari 5,5 maka makin sesuai antara antara penimbang satu dengan penimbang yang lain mengenai butir pernyataan. Sebaliknya jika Q lebih besar dari 5,5 maka butir pernyataan itu kabur sebagai ternyata dalam tafsiran yang beraneka ragam (Subino, 1987, hlm. 128). Jika Q value menyatakan butir skala itu kabur atau jelas, maka S value itu menyatakan arah pernyataan. Kalau S value lebih besar dari 5,5 maka arah pernyataan tersebut positif, sebaliknya adalah negatif (Subino, 1987, hlm. 128).

Scale value dapat dicari dengan menggunakan rumus:

(Subino, 1987, hlm. 127) Keterangan:

S : scale value pernyataan

1 : batas bawah interval di mana median terletak

pb : besarnya proporsi di bawah interval di mana median terletak pw : proporsi dalam interval di mana median terletak

i : besarnya interval yang di sini selalu sama dengan 1,0

Sedangkan untuk menentukan harga Q atau Q value maka terlebih dahulu harus dicari C25 (percentile ke 25) dan C75 (percentile ke 75). Untuk mencari C25

(percentile ke 25) sebagai berikut:


(38)

64

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sedangkan untuk mencari C75 (percentile ke 75) sebagai berikut:

(Subino, , hlm. 128) Dengan demikian untuk mencari harga Q atau Q value sebagai berikut:

(Subino, 1987, hlm. 128)

Berdasarkan hasil pengolahan data uji skala Thurstone pada instrumen self-efficacy (terlampir) seluruh butir item memiliki harga Q lebih kecil dari 5,5 berarti pernyataan sesuai dan jelas, serta antara penimbang satu dengan yang lainnya menafsirkan pernyataan dalam satu cara. Untuk hasil olah S value terdapat 3 pernyataan (yaitu pernyataan nomor 1, 2 dan 3) yang harga S value lebih kecil dari 5,5 berarti arah ketiga pernyataan tersebut adalah negatif atau unfavorable

dan 27 pernyataan lainnya memiliki harga S value lebih besar dari 5,5 berarti arah pernyataan tersebut adalah positif atau favorable.

(2) Uji Skala Likert

Hasil uji coba dianalisis satu demi satu pernyataan. Tiap pernyataan dianalisis tentang distribusi jawaban responden dengan kategori SS, S, KS, TS, dan STS. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (1) Menghitung frekuensi (F) jawaban responden pada setiap kategori, (2) Menentukan proporsi (P) dengan membagi setiap frekuensi dengan banyaknya subjek, (3) Menentukan proporsi kumulatif (CP) proporsi suatu kategori ditambah dengan proporsi kategori disebelah kirinya, (4) Menentukan titik tengan proporsi kumulatif (M-CP), (5) Nilai Z diperoleh dengan membandingkan tabel z untuk masing-masing titik tengan proprsi kumulatifnya, dan (6) Penambahan suatu bilangan sedemikian hingga nilai Z yang negatif menjadi 0

Tabel 3.11 Proporsi Setiap Kemungkinan Jawaban Skala Sikap Likert dalam Menentukan Harga-Harga Setiap Kemungkinan Jawaban

No butir pernyataan Kategori Pilihan


(39)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 2 3 4 5

F P CP MID POINT CP

Z Z+ Z DIBULATKAN

(Subino, 1987, hlm. 124) Keterangan:

F : frekuensi jawaban pada setiap kategori P : proporsi setiap kategori

CP : proporsi kumulatif

m-CP : titik tengah proporsi kumulatif Z skor : skor dari distribusi normal baku STS : sangat tidak sesuai

TS : tidak sesuai KS : kurang sesuai S : sesuai

SS : sangat sesuai

Dengan uji skala Likert, skor-skor yang diperoleh merupakan skor yang kontinum atau skala interval (hasil perhitungan terlampir), sehingga skor setiap responden dari keseluruhan butir dianalisi dengan statistik parametrik.

3.4.Prosedur Penelitian 3.4.1. Tahapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian tahapan yang dilakukan ada tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Adapun pemaparannya sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan hal yang dilakukan adalah sebagai berikut, (1) Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling; (2) Proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen mata kuliah Metode Riset kemudian diserahkan kepada calon dosen pembimbing skripsi setelah melalui persetujuan dari dewan skripsi serta ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan; (3) Mengajukan


(40)

66

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi; dan (4) Mengajukan permohonan izin penelitian dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dan Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan hal yang dilakukan adalah sebagai berikut, (1) Mengumpulkan data penelitian aawal penelitian, berupa studi pustaka terhadap kebutuhan penelitian; (2) Membuat instrumen penelitian berupa angket berikut penimbangannya kepada pakar atau dosen ahli dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, dan Departemen Pendidikan Bahasa Perancis; (3) Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket kepada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 45 Bandung; dan (4) Mengolah dan menganalisis data tentang profil dan hubungan antara self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar. 3. Tahap Pelaporan

Pada tahapan pelaporan ini hal yang dilakukan adalah sebagai berikut, (1) Penyusunan laporan akhir berdasarkan hasil analisis data deskripsi profil dan hubungan antara self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar; (2) Hasil penelitian dilaporkan serta diujikan pada saat ujian sarjana, kemudian hasil ujian sarjana dijadikan rekomendasi bagi penyempurnaan penelitian selanjutnya.

3.4.2. Perumusan Definisi Operasional Variabel

1. Self-Efficacy

Self-efficacy dalam penelitian ini adalah keyakinan yang dimiliki peserta didik kelas VIII SMPN 45 Bandung akan kemampuan yang dimilikinya untuk mengorganisasikan serangkaian tindakan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam meraih prestasi belajar, yang bervariasi pada beberapa dimensi seperti: (a)

magnitude/level berhubungan dengan tingkat atau derajat kesulitan tugas yang dapat dihadapi peserta didik sebagai hasil persepsi tentang kompetensi dirinya. Dijabarkan dalam beberapa indikator sebagai berikut berpandangan optimis dalam mengerjakan tugas sekolah, melihat tugas sekolah yang sulit sebagai tantangan, dan memiliki keyakinan mampu mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan tugas sekolah; (b) strength berhubungan dengan tingkat kekuatan keyakinan untuk tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas


(1)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengoptimalkan peran self-efficacy dan motivasi belajar untuk dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah strategis guru BK dengan melaksanakan bimbingan klasikal kepada peserta didik melalui layanan informasi, kemudian melaksanakan bimbingan kelompok, selanjutnya jika masih terdapat peserta didik yang mengalami hambatan dalam pencapaian self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar yang optimal maka dapat dilakukan konseling individual atau konseling kelompok.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan keterbatsan penelitian sebelumnya, apabila peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian yang sama maka disarankan untuk mengembangkan penelitian dengan membandingkan self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar antara kelas tinggi dan kelas rendah; mengungkapkan self-efficacy dan motivasi belajar dari sumber atau faktor yang memengaruhinya; membuat program seutuhnya dan mengujicobakan program yang telah dibuat untuk meningkatkan self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar peserta didik; serta mencoba metode lain dalam mengumpulkan data penelitian.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian terdapat beberapa keterbatasan di antaranya:

1. Penelitian hanya dilakukan pada peserta didik kelas tinggi dan tidak membandingkannya dengan peserta didik kelas rendah dalam mengungkap pencapaian self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar.

2. Penelitian ini hanya mengungkapkan self-efficacy dari dimensinya, dan motivasi belajar dari indikator, belum kepada mengungkapkan self-efficacy dan motivasi belajar dari sumber atau faktor yang memengaruhinya

3. Penelitian hanya menghasilkan data tentang profil self-efficacy, motivasi belajar, dan prestasi belajar, belum kepada pembuatan program layanan bimbingan dan konseling.


(2)

97

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Metode pengumpulan data hanya menggunakan angket dan nilai raport, serta tidak menggunakan metodel lain yang mendukung seperti observasi, wawancara, dan diskusi.


(3)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Amelia, Martina R, dan Levianti. (2012). Motivasi belajar siswa kelas bilingual

dan siswa kelas non-bilingual di SMP Negeri 8 Jakarta Barat. Jurnal

Psikologi. 10, (1), 1-13.

Arikunto. (2010). Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta: Rineka cipta.

Azwar. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: the exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company.

Bandura, A. (2006). Guide for constructing self-efficacy scales. USA: Age Publishing.

Chowdhury, S., dan Shahabudin, A.M. (2007). Self-efficacy, motivation, and their

relationship to academic performance of bangladesh college student.

Journal of Educational Research. 10, (1), 9.

Depdikbud. (2006). Standar kompetensi lulusan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdikbud. (2013). Standar kompetensi lulusan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdikbud. (2008). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan

bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdikbud. (2013). Modul bimbingan dan konseling. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. (2003). UU tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Djamarah, S. B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. (2003). Media pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hamdu, G dan Lisa A. (2011). Pengaruh motivasi belajar peserta didik terhadap

prestasi belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan. 12,

(1), 81-86.

Hawadi, R. A. (2001). Psikologi perkembangan anak mengenal sifat, bakat, dan

kemampuan anak. Jakarta: Gramedia.

Hidayati, D. N. (2013). Program bimbingan akademik untuk meningkatkan


(4)

98

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konseling Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta:Erlangga.

Hsieh, Sullivan, dan Guerra. (2007). A closer look at college: self-efficacy and

goal orientation. Journal of Advanced Academic. 10 (3), 454-476.

Kartono. (2003). Mengenal analisis anates. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.

Kertamuda, F. (2008). Pengaruh Motivasi belajar terhadap Prestasi Belajar. Diktat jurusan Psikologi Universitas Pendidikan: Tidak diterbitkan. Lestyanto, T. (2013). Hubungan efikasi diri dengan motivasi belajar pada siswa

RSBI kelas VIII SMP Negeri 3 Pati. Skripsi Jurusan Ilmu Sosial dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Jogjakarta: Tidak diterbitkan.

Li, P. (2009). The relationship between motivation and achievement: a survey of

study motivation of english mayors. Journal of Educational Research. 2,

(1), 123-128.

Luthans, F. (2002). Organizational behavior. United States: Mc Graw Hill Companies.

Maehr, M dan Pintrich, P.R. (1997). Advances in motivation and achievement. Journal of Educational Psychology. 10. 1-49.

Mahardikawati, D. (2011). Hubungan antara self-efficacy dengan prestasi

belajar. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Makmun, A. S. (2007). Psikologi pendidikan: perangkat pengajaran modul. Bandung : Rosda Karya.

Morris, T dan Summer J. (1995). Sport psychology: Theory, Applications and

Issues. Brisbane: John Wiley & Sons.

Musrifah, Rahmana dan Kumolohadi. (2003). Hubungan antara computer

self-efficacy dan kecemasan menggunakan komputer. Jurnal Psikologi. 8,

(15), 37-46.

Nasution, N. (1998). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta: Bina Nusantara.

Nurihsan, A. J. (2006). Bimbingan dan Konseling dan Berbagai Latar Kehidupan. Bandung. Refika Aditama.

Omrod, J. E. (2014). How motivation affect learning and behavior. Tersedia di:

www.education.com/reference/article/motivation-affect-learning-behavior. Diakses 19 Mei 2014.

Prayitno, E. (1989) motivasi dalam belajar. Jakarta: Elex Media Komputindo. Purwanto, N. (2006). Psikologi pendidikan. Bandung: Rosda Karya.


(5)

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rusyan, T. (1989). Pendekatan dalam proses belajar mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sardiman, A. M. (2000). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.

Schunk, D. H. (1995). Self-efficacy, motivation, and performance. Psychology of Journal. 7, (2), 112-137.

Schunk, Pintrich., dan Meece. (2012). Alih Bahasa: Ellys Tjo. Motivasi dalam

pendidikan. Jakarta: Indeks.

Slameto. (2013). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Subino. (1987). Konstruksi dan analisis tes: suatu pengantar kepada teori tes dan

pengukuran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudrajat, D. (2008). Program pengembangan self-efficacy bagi konselor di SMA

Negeri Se-Kota Bandung. Tesis Jurusan Bimbingan dan Konseling

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,

kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2003). Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Suryabrata, S. (2004). Psikologi kependidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Susetyo, B. (2014). Statistika untuk analisis data penelitian. Bandung: Refika

Aditama.

Susiati, E. (2008). Hubungan self-efficacy dengan kematangan karir pada siswa

kelas X SMAN 8 Bandung. Tesis Bimbingan dan Konseling Sekolah

Pascasarjana UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Syah, M. (2010). Psikologi pendidikan dalam pendekatan baru. Bandung: Rosda Karya.

Tohirin. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis

integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uno, H. B. (2011). Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Warsito, H. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan penyesuaian akademik

dan prestasi akademik. Jurnal Pendidikan. 9, (1), 29-47.

Widyatusti, R. (2010). Hubungan motivasi belajar dan hasil intelegensi dengan

prestasi belajar. Tesis Prodi Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas

Maret. Surakarta: Tidak Diterbitkan.

Widyastuti. (2010). Pengaruh pembelajaran model eliciting activities terhadap


(6)

100

Indri Purwnti, 2015

Hubungan antara self-efficacy dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wentzel, K. R, dan Wigfield. A. (2009). Handbook of motivation at school. New York: Routledge.

Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Woolfolk, A. (2009). Educational psychology. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Yusuf, S, dan Nurihsan A.J. (2008). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf, S. (2009). Program bimbingan dan konseling di sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Rosda Zimmerman, B. J, dan Bandura, A. (1994). Impact of self-regulatory influences on

writing course attainment. American Educational Research Journal, 31,

845-862.

Zimmerman, B. J. (2000). Self-efficacy: an essential motive to learn. Educational Psychology of Journal. 25, (1), 82-91.

Zimmerman, B.J, dan Cleary, T.J. (2006). Adolescennts development of personal

agency: the role of self-efficacy beliefs and self-regulatory skill, dalam

Self-efficacy beliefs of adolescents (ed Frank Pajares dan Tim Urdan).