5.00 4.63 4.80 4.53 2.13 3.13 18.07 32.92 33.86 68.81 67.65 40.60 41.80 28.22 25.86 Pengaruh Penjarangan dan Pelebaran Jarak Naungan terhadap Sifat Dasar Kayu Meranti Merah

15 fraksi senyawa karbohidrat yang terlarut lebih banyak dari kadar kelarutan air dingin Lukmandaru 2009. Tabel 4 Rata-rata kadar ekstraktif dan kadar abu kayu Kelarutan kayu pada NaOH 1 tidak dipengaruhi secara nyata oleh penjarangan pohon namun dipengaruhi secara nyata oleh faktor jarak bebas naungan dan bagian pohon tingkat α = 95. Interaksi antara faktor penjarangan dengan jarak bebas naungan dan interaksi antara ketiga faktor memberikan pengaruh yang nyata. Interaksi antara faktor bagian kayu dengan jarak bebas naungan dan interaksi antara penjarangan dengan bagian kayu tidak berpengaruh nyata terhadap kelarutan kayu dalam NaOH 1. Uji lanjut Duncan menunjukkan nilai kelarutan air dingin dan NaOH 1 yang berbeda pada masing-masing jarak bebas naungan. Secara umum hasil penelitian Tabel 4 menunjukkan kadar ekstraktif dalam berbagai kelarutan pada bagian kayu teras lebih tinggi dibandingkan kayu gubal. Hasil tersebut sesuai studi Morais dan Pereira 2012, Ekeberg et al. 2006, serta Haroen dan Dimyati 2006 yang menyatakan bahwa kadar ekstraktif pada bagian kayu teras lebih tinggi dari pada bagian kayu gubal. Hal ini karena kayu teras tersusun dari jaringan yang sudah tidak aktif dan merupakan tempat menumpuk zat-zat sisa metabolisme yang tersimpan dalam bentuk zat ekstraktif. Kadar ekstraktif pada kayu teras dengan perlakuan penjarangan menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan kayu tanpa penjarangan. Sementara itu, kadar ekstraktif pada kayu gubal dengan perlakuan penjarangan lebih tinggi dari pada kayu tanpa penjarangan. Kadar ekstraktif pada kayu teras cenderung mengalami penurunan dengan meningkatnya jarak bebas naungan, sedangkan kadar ekstraktif pada kayu gubal mengalami peningkatan dengan meningkatnya jarak bebas naungan. Perlakuan silvikultur mempengaruhi tingkat penyimpanan energi pada batang, dan material tersebut pada akhirnya digunakan pada pembentukan ekstraktif kayu teras Taylor et al. 2006. Kayu gubal tersusun dari jaringan kayu yang masih aktif sebagai transportasi material pertumbuhan. Pertumbuhan yang lebih cepat diduga meningkatkan kandungan material hasil metabolisme pada kayu gubal dan memperlambat pembentukan ekstraktif pada kayu teras sehingga perlakuan JBN 7 m JBN 10 m JBN 13 m JBN 7 m JBN 10 m JBN 13 m Gubal 2.22 2.20 2.37 2.73 2.95 2.86 Teras 5.66

5.27 5.00

4.83 4.63

4.61 Gubal 2.38 2.19 3.01 3.03 3.00 3.13 Teras 4.83

3.96 4.80

4.68 4.53

4.35 Gubal 1.56 1.46 2.05 1.99 2.68 2.58 Teras 3.10

2.83 2.13

3.14 3.13

3.10 Gubal 12.43 10.34 13.03 11.27 11.37 12.42 Teras 18.31

13.19 18.07

14.92 17.82

16.33 Gubal 0.31 0.29 0.39 0.53 0.47 0.42 Teras 0.31

0.28 0.15

0.37 0.22

0.23 Air Dingin NaOH 1 Kelarutan Kayu Tanpa Penjarangan Penjarangan Keterangan: JBN = Jarak bebas naungan Etanol-benzena Air Panas Kadar Abu 16 silvikultur penjarangan dan jarak bebas naungan meningkatkan kandungan ekstraktif pada kayu gubal dan menurunkan kandungan ekstraktif pada kayu teras. Kadar ekstraktif yang tinggi pada kayu tidak disukai pada pembuatan produk komposit serta pulp dan kertas. Selain itu ekstraktif yang tinggi juga meningkatkan laju keausan secara kimia pada pisau pengerjaan Darmawan dan Alipraja 2010. Abu kayu merupakan sisa pembakaran bahan penyusun kayu pada suhu 575±25 ˚C yang terdiri dari substansi anorganik seperti kalsium oksida CaO, Silika SiO ƀ, aluminia AlƀOƁ, iron oksida FeƀOƁ, dan magnesium oksida Al- Mefarrej et al. 2011. Perlakuan penjarangan, jarak bebas naungan, dan bagian kayu berpengaruh nyata terhadap kadar abu tingkat α = 95. Interaksi antara ketiga faktor secara parsial maupun bersama-sama juga memberikan pengaruh yang nyata. Uji lanjut Duncan menunjukkan nilai kadar abu pada jarak bebas naungan 10 m dan 13 m berbeda dengan jarak bebas naungan 7 m sedangkan nilai pada jarak bebas naungan 10 m dan 13 m tidak menunjukkan hasil yang berbeda. Secara umum kadar abu pada kayu gubal lebih tinggi dari pada kayu teras. Hal ini karena kayu gubal tersusun dari jaringan kayu yang masih aktif dalam perkembangan batang dan juga sebagai transportasi nutrisi dan mineral-mineral yang dibutuhkan sehingga memiliki kandungan bahan-bahan anorganik yang lebih tinggi dibandingkan kayu teras yang tersusun dari jaringan yang sudah tidak aktif. Kadar abu pada kayu yang dilakukan penjarangan lebih tinggi dari pada kayu tanpa penjarangn. Perlakuan penjarangan menyebabkan jarak tanam menjadi lebih lebar dan menurunkan tingkat persaingan antar pohon sehingga jumlah bahan mineral yang diserap tanaman lebih banyak untuk mendukung proses metabolisme dan pertumbuhan yang lebih tinggi. Penyerapan hara mineral yang lebih tinggi meningkatkan kadar abu dalam kayu. Jarak tanam yang semakin lebar juga dilaporkan meningkatkan kadar abu kayu Leucaena leucocephala Al- Mefarrej et al. 2011. Komponen Kimia Kayu Struktural Komponen kimia kayu struktural merupakan komponen utama penyusun dinding sel kayu. Komponen kimia kayu struktural dapat dilihat pada Tabel 5. Perlakuan penjarangan dan pelebaran jarak bebas naungan tidak mempengaruhi kadar lignin kayu meranti merah tingkat α = 95. Hasil ini sesuai dengan penelitian Uner et al. 2009 pada kayu pinus nigra bahwa perlakuan penjarangan tidak mempengaruhi kadar lignin secara signifikan terutama pada saat umur pohon masih muda. Interaksi antara ketiga faktor tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar lignin. Bagian kayu gubal dan teras menunjukkan kadar lignin yang berbeda nyata tingkat α = 95. Kayu teras memiliki kadar lignin lebih tinggi dibanding kayu gubal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Latorraca et al. 2011, Haroen dan Dimyati 2006, dan Gao et al. 2011. Tingginya kadar lignin pada kayu teras dapat disebabkan karena kayu teras mengandung senyawa fenolik yang tinggi yang sulit untuk dipisahkan dari lignin murni Latorraca et al. 2011. Namun demikian kadar lignin pada kayu teras yang telah dewasa lebih tinggi dibandingkan pada kayu juvenil Latorraca et al. 2011. Kayu teras diduga lebih banyak mengalami proses penumpukan hasil metabolisme dan pembentukan polimer lignin. Lignin pada umumnya banyak terdapat pada lamella tengah dan dinding primer pada serat yang berfungsi 17 sebagai perekat antar serat sehingga lignin pada kayu juga berfungsi untuk mendukung kekuatan mekanis batang. Menurut Al-Mefarrej et al. 2011 salah satu fungsi lignin adalah untuk memberikan kekakuan dinding sel dan kekakuan batang. Tabel 5 Rata-rata kandungan komponen kimia kayu struktural Kadar holoselulosa tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan penjarangan dan pelebaran jarak bebas naungan tingkat α = 95. Kadar holoselulosa dipengaruhi secara nyata oleh bagian kayu. Kayu teras memilki rata- rata kadar holoselulosa yang lebih rendah dibanding bagian kayu gubal. Hal serupa juga disampaikan oleh Gao et al. 2011 bahwa kayu gubal memiliki kandungan holoselulosa lebih tinggi dibandingkan kayu teras pada kayu Cedrus deodora. Interaksi antara ketiga faktor tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar holoselulosa tingkat α = 95. Kadar alfa selulosa dan kadar hemiselulosa kayu meranti merah tidak dipengaruhi secara nyata oleh faktor penjarangan, pelebaran jarak bebas naungan, dan bagian kayu tingkat α = 95. Interaksi antara ketiga faktor juga tidak berpengaruh terhadap kadar alfa selulosa dan hemiselulosa. Hasil penelitian ini berbeda dengan Al-Mefarrej et al. 2011 dan Gao et al. 2011 yang menyatakan bahwa kandungan selulosa dan hemiselulosa kayu dengan jarak tanam yang lebar menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang rapat. Kedua perlakuan silvikultur tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komponen kimia kayu struktural lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Kecepatan pertumbuhan sel kayu akibat penjarangan dan pelebaran jarak bebas naungan diduga tidak mempengaruhi kuantitas pembentukan dan komposisi polimer selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada dinding sel kayu meranti merah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan penjarangan dan pelebaran jarak bebas naungan secara signifikan menurunkan tutupan tajuk serta meningkatkan diameter dan TBC, sementara tinggi total hanya dipengaruhi oleh penjarangan. Perlakuan penjarangan dan Komponen Kimia JBN 8 m JBN 10 m JBN 12 m JBN 8 m JBN 10 m JBN 12 m Gubal 31.16 31.73 32.57 31.63 31.59 30.83 Teras 34.23

33.26 32.92

33.87 33.86

33.92 Gubal 68.14 69.76 69.43 68.95 68.53 69.46 Teras 66.77

68.12 68.81

67.59 67.65

67.68 Gubal 40.65 42.51 42.87 41.30 41.63 42.48 Teras 40.44

42.48 40.60

40.77 41.80

41.38 Gubal 27.49 27.26 26.56 27.65 26.90 26.98 Teras 26.33

25.64 28.22

26.81 25.86

26.30 Keterangan: JBN = Jarak bebas naungan Holoselulosa Alfa Selulosa Hemiselulosa Tanpa Penjarangan Penjarangan Lignin 17 sebagai perekat antar serat sehingga lignin pada kayu juga berfungsi untuk mendukung kekuatan mekanis batang. Menurut Al-Mefarrej et al. 2011 salah satu fungsi lignin adalah untuk memberikan kekakuan dinding sel dan kekakuan batang. Tabel 5 Rata-rata kandungan komponen kimia kayu struktural Kadar holoselulosa tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan penjarangan dan pelebaran jarak bebas naungan tingkat α = 95. Kadar holoselulosa dipengaruhi secara nyata oleh bagian kayu. Kayu teras memilki rata- rata kadar holoselulosa yang lebih rendah dibanding bagian kayu gubal. Hal serupa juga disampaikan oleh Gao et al. 2011 bahwa kayu gubal memiliki kandungan holoselulosa lebih tinggi dibandingkan kayu teras pada kayu Cedrus deodora. Interaksi antara ketiga faktor tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar holoselulosa tingkat α = 95. Kadar alfa selulosa dan kadar hemiselulosa kayu meranti merah tidak dipengaruhi secara nyata oleh faktor penjarangan, pelebaran jarak bebas naungan, dan bagian kayu tingkat α = 95. Interaksi antara ketiga faktor juga tidak berpengaruh terhadap kadar alfa selulosa dan hemiselulosa. Hasil penelitian ini berbeda dengan Al-Mefarrej et al. 2011 dan Gao et al. 2011 yang menyatakan bahwa kandungan selulosa dan hemiselulosa kayu dengan jarak tanam yang lebar menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam yang rapat. Kedua perlakuan silvikultur tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap komponen kimia kayu struktural lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Kecepatan pertumbuhan sel kayu akibat penjarangan dan pelebaran jarak bebas naungan diduga tidak mempengaruhi kuantitas pembentukan dan komposisi polimer selulosa, hemiselulosa, dan lignin pada dinding sel kayu meranti merah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan penjarangan dan pelebaran jarak bebas naungan secara signifikan menurunkan tutupan tajuk serta meningkatkan diameter dan TBC, sementara tinggi total hanya dipengaruhi oleh penjarangan. Perlakuan penjarangan dan Komponen Kimia JBN 8 m JBN 10 m JBN 12 m JBN 8 m JBN 10 m JBN 12 m Gubal 31.16 31.73 32.57 31.63 31.59 30.83 Teras 34.23

33.26 32.92