1
I. PENDAHULUAN
Teknologi bioflok merupakan alternatif baru yang digunakan dalam sistem akuakultur untuk mengatasi masalah kualitas air Avnimelech dan Kochba, 2009;
De Schryver et al, 2008. Teknologi bioflok ini didasarkan pada kemampuan bakteri heterotrof dalam memanfaatkan nitrogen organik dan anorganik menjadi
biomassa bakteri Avnimelech, 2007; De Schryver et al, 2008; Ekasari, 2008. Selain menjaga kualitas air, biomas bakteri yang terbentuk dalam sistem ini
membentuk aggregat bersama dengan mikroorganisme lain dan padatan tersuspensi lain di dalam air membentuk apa yang disebut dengan bioflok.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan bahwa bioflok memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai alternatif
sumber protein untuk organisme akuakultur yang dapat dimanfaatkan secara in situ De Schryver dan Verstraete, 2009; Ekasari, 2008; Azim et al, 2007; Kuhn et
al 2008 dan 2009. Teknologi bioflok telah diaplikasikan pada budidaya ikan dan udang seperti
ikan nila dan udang vaname Avnimelech, 2003 dan 2007; Burford et al, 2003; Azim dan Little 2008. Ikan nila dapat memanfaatkan nitrogen yang berasal
bioflok sebesar 240 mg NKg atau setara dengan 1,6 g proteinKg ikan Avnimelech dan Kochba, 2009. Sedangkan udang dapat memanfaatkan 18-29
protein dari mikroba flok Burford et al, 2004. Selain ikan nila dan udang yang dapat memanfaatkan nitrogen dari bioflok, organisme akuatik seperti moluska
juga dapat mengasimilasi N sebesar 33 N dari limbah nitrogen yang terkandung dalam pakan Crab et al, 2007; Kautsky, 2004. Moluska dalam hal ini kerang
menurut Setyobudiandi 2004 termasuk hewan filter feeder yaitu memiliki kemampuan menyaring makanan. Mekanisme filtrasi oleh kerang tergantung pada
seleksi partikel oleh insang dan konsentrasi partikel tersebut di dalam air Jorgensen, 1996. Faktor yang mempengaruhi seleksi partikel tersebut adalah
ukuran partikel, bentuk, dan nilai nutrisi Arapov et al, 2010. Selain itu, proses filtrasi kerang dipengaruhi oleh kebutuhan nutrisi Bayne, 1998. Adapun jenis
makanan yang disaring oleh kerang yaitu fitoplankton, zooplankton, bakteri, dan
2 heterotrofik nannoflagellata Prato et al, 2010; Arapov, 2010; Kreeger and
Newell, 2001. Bioflok dari berbagai ukuran dapat diambil oleh ikan dan udang sebagai
sumber pakan Burford et al, 2004. Namun dalam pemanfaatan bioflok sangat tergantung pada kemampuan organisme dalam memanen flok bakteri dan
kemampuan untuk mencerna Avnimelech, 1999. Selain itu, jenis ikan, ukuran ikan, kebiasaan makan, ukuran flok, dan kepadatan flok juga mempengaruhi
organisme dalam memanfaatkan flok bakteri Avnimelech, 2007. Untuk mengetahui secara kuantitatif dan prediktif bioflok yang dapat diambil oleh ikan
dan udang sangat sulit Avnimelech, 2007. Salah satu cara untuk mengetahui pemanfaatan bioflok pada biota yaitu dengan cara bioflok diberi penanda isotop
15
N. Isotop merupakan suatu unsur yang memiliki jumlah proton yang sama,
tetapi memiliki jumlah neutron yang berbeda. Isotop
15
N merupakan isotop stabil dan tidak mengalami peluruhan seperti halnya isotop radioaktif, sehingga dalam
penggunaannya tidak berbahaya dan dapat diterapkan dalam penelitian jangka panjang IAEA, 1990. Komposisi
15
N dalam atmosfer sebesar 0,366 atom dari seluruh N-total, sehingga
14
N dalam atmosfer sebesar 99,634 . Rasio
14
N
15
N dapat dikatakan konstan di atmosfer atau bahan-bahan alami, sehingga
memungkinkan diperkayanya atau diturunkan
15
N dalam berbagai bahan yang dapat digunakan dalam penelitian. Isotop
15
N digunakan secara luas untuk memahami proses biologi dan kimiawi yang mempengaruhi daur nitrogen dan
pergerakan N dalam suatu sistem pertanian IAEA, 1990. Penggunaan isotop
15
N sebagai tracer atau penanda telah mulai digunakan pada penelitian bioflok.
Beberapa penelitian yang telah mengaplikasikan metode tersebut, yaitu menggunakan biomass bakteri yang telah diperkaya dengan isotop
15
N Avnimelech, 2007; Burford et al, 2004; Epp et al, 2002; Preston et al, 1996.
Selain itu, Avnimelech 2007 mengevaluasi protein mikroba flok yang diambil oleh ikan melalui akumulasi isotop
15
N pada ikan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh ukuran bioflok terhadap pemanfaatannya oleh udang vaname, ikan nila, dan kerang hijau dengan menggunakan penanda isotop
15
N.
3
II. METODOLOGI