Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat

KOMPLEKSITAS KOMUNITAS PERAIRAN PADA STATUS
KESUBURAN PERAIRAN DI SITU CILALA, BOGOR,
JAWA BARAT

RAHMAT SANTOSO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kompleksitas
Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa
Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 2014
Rahmat Santoso
NIM C24090075

ABSTRAK
RAHMAT SANTOSO. Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan
Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh NIKEN T.M.
PRATIWI dan INNA PUSPA AYU .

Situ Cilala yang terletak di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Bogor,
Jawa Barat memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai daerah resapan air
tanah, kegiatan pemanfaatan perikanan, seperti keramba ikan hias, dan irigasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kompleksitas komunitas
di perairan pada tingkat kesuburan perairan tertentu di Situ Cilala. Terhadap biota
yang ditemukan, dilakukan identifikasi jenis, kelimpahan, serta trophic level-nya.
Status kesuburan perairan Situ Cilala ditentukan berdasarkan Trophic State Index
(TSI) dengan tiga parameter yaitu kedalaman Secchi disk, kandungan total fosfat,
dan kandungan klorofil-a di perairan. Gambaran kompleksitas komunitas
organisme dimulai dari organisme autotrof hingga ikan yang bersifat karnivora.
Status kesuburan Situ Cilala tergolong dalam eutrofik yang menujukkan

keberadaan unsur hara di perairan melebihi untuk kebutuhan biota akuatik di
perairan.
Kata kunci: kesuburan, kompleksitas, komunitas.

ABSTRACT
RAHMAT SANTOSO. Aquatic Community Complexity At Trophic State In
Cilala Lake, Bogor, West Java. Supervised by NIKEN T.M. PRATIWI and INNA
PUSPA AYU.
Cilala lake that is located at Jampang village, sub-district Kemang, Bogor,
West Java has a various functions, such as water catchment area, floating net
cages, and irrigation. The purpose of this study was to describe the complexity of
communities in the lake at a certain trophic state of Cilala lake. Organisms of
Cilala Lake was identified by type and abundance. Trophic state of Cilala lake
was determined by Trophic State Index (TSI) using three parameters: Secchi disk
depth, total phosphate content, and chlorophyll-a. Description of community
complexity consisted autotrophs organisms to carnivorous fish. Trophic state of
Cilala lake was classified as eutrophic waters indicated that nutrients was
excessive to support the life of aquatic organisms in the lake.
Keywords: community, complexity, trophic state


KOMPLEKSITAS KOMUNITAS PERAIRAN PADA STATUS
KESUBURAN PERAIRAN DI SITU CILALA, BOGOR,
JAWA BARAT

RAHMAT SANTOSO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan
di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat

Nama
: Rahmat Santoso
NIM
: C24090075

Disetujui oleh

Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, M.Si.
Pembimbing 1

Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si.
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, M.Sc.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


Judul Skripsi: Kompleksitas Komunitas Perairan pada Status Kesuburan Perairan
di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat
: Rahmat Santoso
Nama
: C24090075
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Niken Tunjung MUlti Pratiwi, M.Si .
Pembimbing 1

Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si.
Pembimbing II

Diketahui oleh

セ@

l m YM セ@


}

T anggaJ Lulus:

Dr II" M MukhlisKamal, M.Sc.
Ketua Departemen

U 4 U 32 0 1 4

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini ialah Kompleksitas Komunitas Biota pada Status
Kesuburan Perairan di Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan penelitian ini
merupakan bagian dari kegiatan penelitian penelitian unggulan Perguruan Tinggi
bagian Proling yang berjudul “Model Pengelolaan Komprehensif Ekosistem
Akuatik Situ Cilala” yang didanai BOPTN.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi,
M.Si dan Inna Puspa Ayu, S.Pi, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak

memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada himpunan
usaha warga Cilala Mandiri dan warga Situ Cilala yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
kakakku, dan teman-teman atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 2014
Rahmat Santoso

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan

Metode Pengumpulan Data
Pengambilan contoh
A. Frekuensi dan Waktu Pengambilan Contoh
B. Lokasi Pengambilan Contoh
Analisis Keberadaan Biota
A. Analisis Plankton di Perairan Situ Cilala
B. Analisis Perifiton
C. Analisis Benthos
D. Kebiasaan makanan ikan
Analisis Data
Kompleksitas Komunitas
Pendugaan kesuburan perairan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kompleksitas Komunitas
A. Fitoplankton dan Perfiton
B. Zooplankton
C. Benthos
D. Trophic Level
E. Jaring Makanan

Kesuburan Perairan
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
3
3
3
3

4
4
4
4
5
5
5
5
6
6
6
8
8
8
8
10
12
12
13
15

16
18
18
18
19
21
23

DAFTAR TABEL
Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran parameter
Status kesuburan perairan berdasarkan TSI (Carlson 1977)
Jenis makanan Ikan di Situ Cilala
Nilai kualitas air di Situ Cilala

4
7
14
16

DAFTAR GAMBAR
Jaring makanan di perairan (Payne 1986)
Diagram alir perumusan masalah kompleksitas komunitas
Lokasi penelitian, Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat
Kelimpahan total fitoplankton di Situ Cilala
Jumlah genera fitoplankton di Situ Cilala
Kepadatan total perifiton di Situ Cilala
Jumlah genera perifiton di Situ Cilala
Kelimpahan total zooplankton di Situ Cilala
Jumlah genera zooplankton di Situ Cilala
Kepadatan total benthos di Situ Cilala
Nilai Trophic Level Spesies Ikan di Situ Cilala
Jaring Makanan Situ Cilala
Nilai Trophic State Index (TSI) di Situ Cilala

1
2
3
8
9
10
10
11
11
12
13
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
Kelimpahan organisme yang ditemukan di Situ Cilala
Biota yang ditemukan di Situ Cilala
Nilai TSI di Situ Cilala

21
22
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Situ Cilala yang terletak di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Bogor,
Jawa Barat dikelola oleh PT Kahuripan Raya. Situ ini memiliki berbagai fungsi,
diantaranya sebagai daerah resapan air tanah, kegiatan pemanfaatan perikanan
seperti keramba ikan hias, dan irigasi. Situ Cilala memiliki potensi sumber daya
alam yang besar sehingga memberikan banyak manfaat bagi kehidupan biotik
perairan maupun bagi masyarakat sekitar. Berbagai kegiatan pemanfaatan yang
ada menghasilkan masukan berupa unsur hara, limbah cair, maupun bahan
organik.
Kegiatan pemanfaatan di perairan diduga mengakibatkan perubahan kualitas
air yang dapat digambarkan melalui tingkat kompleksitas komunitas dan
keanekaragaman biota di perairan. Kompleksitas komunitas digambarkan melalui
keberadaan komponen jaring makanan yang tersusun oleh plankton, perifiton,
benthos, dan ikan yang masing-masing menempati urutan tingkat pemanfaatan
dalam trophic level yang terdapat di Situ Cilala (Gambar 1). Faktor yang
mempengaruhi kompleksitas komunitas adalah kandungan unsur hara yang
tersedia di perairan. Kandungan unsur hara di perairan dapat digambarkan melalui
tingkat kesuburan perairan.
Tingkat kesuburan perairan khususnya di danau dapat ditentukan dengan
menggunakan Trophic State Index (TSI). Indeks tersebut menggunakan beberapa
parameter yang menggambarkan tingkat kesuburan perairan, yaitu konsentrasi
total fosfat, konsentrasi klorofil-α, dan kedalaman Secchi disk.

Gambar 1 Jaring makanan di perairan (Payne 1986)

2
Perumusan Masalah
Situ Cilala yang secara ekologis berfungsi sebagai daerah resapan dan
sumber irigasi, kini juga dikembangkan untuk pemenuhan fungsi ekonomis untuk
kegiatan produksi perikanan, seperti pembangunan keramba ikan hias. Selain itu,
kegiatan rumah tangga yang menghasilkan limbah, bermuara juga ke perairan Situ
Cilala. Kelestarian dan keanekaragaman biota perairan di Situ Cilala dapat
terganggu apabila banyak mengalami masukan limbah ke perairan. Kegiatan
pemanfaatan di Situ Cilala juga diduga memiliki pengaruh terhadap kandungan
unsur hara di perairan Situ Cilala yang dapat merubah tingkat kesuburan perairan.
Kandungan unsur hara akan mempengaruhi komponen biotik perairan yaitu
fitoplankton sebagai produsen di perairan, dan akan berpengaruh pada komponen
biotik lain seperti zooplankton, benthos, dan nekton di perairan. Penelitian ini
dilakukan untuk menentukan trophic level biota perairan, mengetahui
kompleksitas komunitas pada ekosistem di Situ Cilala, dan menetukan tingkat
kesuburan berdasarkan konsentrasi total fosfat, konsentrasi klorofil-α, dan
kedalaman Secchi disk.

Gambar 2 Diagram alir perumusan masalah kompleksitas komunitas
perairan di Situ Cilala
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan kompleksitas komunitas
biota perairan pada tingkat kesuburan di Situ Cilala.

3

METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Situ Cilala, Desa Jampang,
Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Penelitian
dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2013. Analisis kualitas air
dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, sedangkan identifikasi
biota di Laboratorium Biomakro 1 dan Biomikro 1, Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Gambar 3 Lokasi penelitian, Situ Cilala, Bogor, Jawa Barat
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah GPS, perahu karet, tali
berskala dengan pemberat, Ekman grab berukuran 13 cm x 26 cm, Van Dorn
water sampler, Secchi disk, botol sampel, termometer Hg, kertas pH, jaring insang
dengan mata jaring 1 inch, jaring tancap dengan mata jaring 0,5 cm, dan electro
fishing. Bahan yang digunakan meliputi bahan-bahan kimia sebagai pereaksi
untuk analisis kualitas air dan untuk pengawetan. Adapun alat dan metode yang
digunakan pada pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi disajikan dalam
Tabel 1.
Metode Pengumpulan Data
Data kualitas air yang dikumpulkan meliputi parameter fisik berupa
kecerahan, suhu, dan pH, parameter kimia berupa kandungan unsur fosfor (P),

4
serta parameter biologi berupa biota yang terdapat di Situ dan kandungan klorofilα. Di samping itu, dikumpulkan informasi dari warga di sekitar situ terkait
kegiatan pemanfaatan situ. Informasi mengenai kagiatan pemanfaatan dilakukan
dengan wawancara langsung terhadap warga setempat.
Tabel 1 Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran parameter
Parameter
Fisika
-Suhu
-Kecerahan
-TDS
-Kekeruhan
Kimia
-pH
-DO
-Nitrat
-Nitrit
-Ammonia
-Total fosfat
-Total
Nitrogen
Biologi
Klorofil a

Unit

-Fitoplankton

Ind/L

o

Alat / Metode

Keterangan

C
M
mg/L
NTU

Thermometer Hg (WQC)/Pemuaian
Secchi disk/Visual
Timbangan analitik/Gravimetrik
Turbidimeter(WQC)/Nephelometrik

In situ
In situ
Ex situ
Ex situ

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

pH meter (WQC)/Potensiometrik
Titrasi/Modifikasi Winkler dan WQC
Spectrofotometer/Sulfanild
Spectrofotometer/Brucine
Spectrofotometer/Phenate
Spectrofotometer/Digestion

mg/L

Spectrofotometer/Digestion

In situ
In situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ
Ex situ

mg/m3

Spectrofotometer/Aceton
Mikroskop elektrik
Binokuler/sapuan

Ex situ
Ex situ

Pengambilan contoh
Pengambilan Contoh terdiri dari frekuensi pengambilan contoh, lokasi
pengambilan contoh dan teknik pengambilan contoh.
A. Frekuensi dan Waktu Pengambilan Contoh
Pengambilan sampel air dan biota dilakukan sebanyak empat kali dengan
selang waktu 14 hari. Pengambilan sampel air dan biota dilakukan pada pukul
07.00 WIB hingga 11.00 WIB. Khusus untuk pengambilan contoh ikan dilakukan
pada waktu malam, pagi, dan siang menjelang sore hari.
B. Lokasi Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dilakukan di Situ Cilala dengan lima stasiun yaitu
Stasiun 1 (inlet 1), Stasiun 2 (inlet 2),Stasiun 3 terletak di bagian tengah Situ
Cilala, Stasiun 4 (outlet), dan Stasiun 5 di bagian lekukan sebelum outlet.
Pengambilan contoh air dilakukan pada lapisan permukaan air di setiap stasiun.
Analisis Keberadaan Biota
Analisis keberadaan biota meliputi analisis plankton, perifiton, benthos dan
kebiasaan makanan ikan.

5
A. Analisis Plankton di Perairan Situ Cilala
Analisis plankton dibagi menjadi dua kelompok, yaitu identifikasi
fitoplankton dan identifikasi zooplankton yang dilakukan dibawah mikroskop
binokuler dengan perbesaran 10 x 10, dan identifikasi nama spesies mengacu pada
Prescott (1970) dan Mizuno (1979).
B. Analisis Perifiton
Analisis perifiton dilakukan di bawah mikroskop binokuler dengan
perbesaran 10 x 10, dan identifikasi nama spesies perifiton yang ditemukan
mengacu pada Prescott (1970) dan Mizuno (1979).
C. Analisis Benthos
Identifikasi benthos dilakukan di bawah mikroskop binokuler dengan
mengamati ciri-ciri bagian tubuh dari masing masing organisme dan diidentifikasi
menggunakan literatur mengacu pada Pennak (1978).
D. Kebiasaan makanan ikan
Ketersediaan organisme makanan merupakan faktor yang menentukan
populasi, pertumbuhan, reproduksi, dan dinamika populasi serta kondisi ikan yang
ada di suatu perairan (Nikolsky 1963). Jenis dan jumlah makanan yang dapat
dikonsumsi oeh suatu spesies ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat, dan
waktu. Makanan suatu spesies ikan berbeda pada waktu yang berbeda, walaupun
contoh ikan diambil pada tempat yang sama. Hal tersebut mungkin terjadi karena
adanya perubahan kondisi lingkungan. Demikian juga pada ikan-ikan yang satu
spesies dengan umur yang berbeda. Perubahan makanan suatu spesies ikan adalah
hal yang wajar sehingga spektrum makanannya berubah-ubah (Effendie 1979).
Kompleksitas interaksi komunitas biota perairan di Situ Cilala dapat
diketahui melalui skema jaring makanan sederhana yang dibuat berdasarkan hasil
identifikasi jenis spesies ikan yang terdapat di Situ Cilala serta kebiasaan makanan
ikan tersebut. Kebiasaan makanan dari masing-masing spesies ikan dapat
diketahui dengan Index Preponderance (IP), yang merupakan gabungan dari
metode frekuensi kejadian dan metode volumetrik (Natarajan and Jhingran in
Effendie 1979). Analisis tersebut juga dilengkapi dengan studi pustaka yang
sesuai dengan spesies yang ditemukan di Situ Cilala. Jenis makanan yang
teridentifikasi di dalam usus ikan dikelompokkan berdasarkan jenisnya, yaitu
detritus, alga, tumbuhan air, invertebrata, dan krustasea. Komposisi jenis makanan
ikan dihitung berdasarkan indeks bagian terbesar dalam presentase (Effendie
1979) dengan rumus sebagai berikut.
IPi =

Vi x Oi
x 100%
∑ Vi x Oi

Keterangan :
IPi
Vi
Oi
∑Vi x Oi

: Index of preponderance kelompok makanan ke-i
: Presentase volume satu macam makanan
: Presentase frekuensi kejadian satu macam makanan
: Jumlah Vi x Oi dari semua macam maknanan

6
Analisis Data
Kompleksitas Komunitas
Kompleksitas adalah suatu sifat sistem-sistem yang berkaitan dengan
bagian-bagian komponen serta hubungan-hubungannya (Odum 1992). Komunitas
adalah kumpulan dari populasi-populasi yang terdiri dari species berbeda yang
menempati daerah tertentu. Menurut Odum (1998), komunitas dapat
diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau sifat struktur utama seperti spesies
dominan, bentuk-bentuk hidup atau indikator-indikator, habitat fisik dari
komunitas, dan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional.
Kompleksitas komunitas akan digambarkan melalui keberadaan komponen
jaring makanan yang tersusun oleh plankton, perifiton, benthos, dan ikan yang
masing-masing menempati urutan tingkat pemanfaatan dalam trophic level yang
terdapat di Situ Cilala. Komponen pembentuk jaring makanan tersebut didapatkan
melalui analisis pada masing-masing biota termasuk terhadap kebiasaan makanan
ikan yang terdapat di Situ Cilala.
Pada dasarnya trophic level merupakan urutan tingkat pemanfaatan pakan
atau material dan energi seperti yang tergambarkan dalam rantai makanan.
Trophic level menggambarkan tahapan transfer material atau energi dari setiap
jenjang atau kelompok ke jenjang berikutnya, yang dimulai dengan produsen
primer, dilanjutkan dengan konsumen primer (herbivor), kemudian sekunder,
tersier, dan seterusnya yang diakhiri dengan predator puncak (Sriati 2012).
Untuk mengetahui trofik level ikan digunakan persamaan Christensen dan
Pauly (1992) serta Frose dan Pauly (2000) dalam Bozec et al. (2011):
TLi = 1+∑{(Tij x IPj)/100}
Keterangan: TLi = trofik level kelompok ikan-i, Tij= trofik level kelompok
ikan ke-i, kelompok pakan ke-j, IPj = indeks of preponderance dari kelompok
pakan ke-j.

Pendugaan kesuburan perairan
Kesuburan diperairan merupakan fungsi dari keberadaan unsur hara,
terutama nitrogen dan fosfat. Penentuan tingkat kesuburan perairan didasarkan
pada trophic continuum yang dibagi kedalam tiga kelas, yaitu oligotrofik,
mesotrofik dan eutrofik (Carlson 1977). Penentuan tingkat kesuburan perairan
dilakukan berdasarkan kondisi fisika, kimia, dan biologi perairan. Trophic State
Index digunakan dalam penelitian ini karena mewakili ketiga parameter tersebut
melaui kedalaman Secchi disk, konsentrasi total fosfat, dan kandungan klorofil-α.
Ketiga parameter tersebut digunakan karena status kesuburan perairan
merupakan multidimensional parameter yang berarti penentuannya tidak hanya
bergantung kepada satu parameter melainkan menggunakan parameter yang
terkait satu dengan yang lainnya, termasuk aspek beban masukan unsur hara,
konsentrasi unsur hara, produktivitas dan jumlah dari flora dan fauna perairan.
Penggunaan parameter tunggal akan menimbulkan estimasi yang sifatnya ambigu
dan sangat sensitif jika terjadi perubahan. Nilai TSI diperoleh berdasarkan nilai
rata-rata dari TSI-SD, TSI-TP, dan TSI-Chl (Carlson 1977). Penentuan ketiga

7
parameter tersebut berdasarkan pengaruh jumlah biomassa dan kepadatan
fitoplankton terhadap penetrasi cahaya ke perairan. Kepadatan organisme
fitoplankton diperairan akan menyebabkan terhambatnya cahaya yang masuk
keperairan yang ditandai dengan berkurangnya tingkat kecerahan saat pengukuran
menggunakan Secchi disk. Kepadatan tersebut erat kaitannya dengan pertumbuhan
fitoplankton yang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara terutama fosfor
sebagai faktor pembatas. Semakin tinggi konsentrasi fosfor maka akan
menyebabkan peningkatan pertumbuhan jumlah individu dan biomassa
fitoplankton. Peningkatan pertumbuhan tersebut akan menyebabkan penetrasi
cahaya matahari keperairan akan berkurang intensitasnya (Carlson 1977).
Rumus untuk perhitungan TSI-SD, TSI-TP dan TSI-Chl disajikan sebagai
berikut:
TSI SD =

(6 -

TSI TP =
TSI Chl =
TSI rata − rata =
Keterangan:
TSI (SD)
TSI (TP)
TSI (Chl)
SD
TP
Chl

(6 −

6,

ln SD
)
ln
ln

ln

8

TP

− ,68 ln Chl
)
ln

TSI SD + TSI TP + TSI Chl

= Nilai TSI untuk Secchi disk
= Nilai TSI untuk total fosfat
= Nilai TSI untuk klorofil-a
= Secchi disk (m)
= Total fosfat (mg/m3)
= Klorofil-a (mg/m3)

Tabel 2 Status kesuburan perairan berdasarkan TSI (Carlson 1977)
TSI
< 30 – 40
40 -50
50 – 70
70 – 100

SD (m)
>8 – 4
4–2
2 – 0,5
0,5 – 0,062

TP (mg/m3)
6 – 12
12 – 24
24 – 96
96 – 768

Chl (mg/m3)
0,94 – 2,6
2,6 – 6,4
6,4 – 56
56 – 1,183

Status
Oligotrofik
Mesotrofik
Eutrofik
Hypereutrofik

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kompleksitas Komunitas
Penentuan kompleksitas komunitas diawali dengan analisis komunitas
fitoplankton, perifiton, zooplankton, benthos, ikan dan kebiasaan makanan ikan.
Selanjutnya dilakukan penyusunan jaring makanan. Hasil analisis tersebut
diuraikan sebagai berikut.
A. Fitoplankton dan Perfiton
Fitoplankton adalah organisme yang mempunyai ukuran sangat kecil dan
hidup melayang dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan sangat penting
dalam ekosistem perairan, sama pentingnya dengan peran tumbuh-tumbuhan hijau
yang lebih tinggi tingkatannya di ekosistem daratan. Berdasarkan Gambar 4
(Lampiran 1), terlihat bahwa kelimpahan fitoplankton tertinggi berada pada
Stasiun 2 sebesar 1.275.535 sel/m3, sedangkan kelimpahan terendah berada di
Stasiun 4 sebesar 490.490 sel/m3.
Pada pengamatan fitoplankton ditemukan 3 kelas fitoplankton yaitu
Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Bacillariophyceae. Berdasarkan Gambar 4,
dapat terlihat bahwa kelas Chlorophyceae merupakan kelas yang memiliki
kelimpahan tertinggi pada Stasiun 1, Stasiun 3, Stasiun 4 dan Stasiun 5.
Chlorophyceae merupakan filum alga yang terbesar di air tawar. Alga ini
merupakan kelompok alga yang paling beragam karena ada yang bersel tunggal,
koloni, dan bersel banyak (Tjitroseepomo 2001). Kondisi di Stasiun 2 berbeda
dari keempat stasiun lainnya, yaitu didominasi oleh Cyanophyceae. Kondisi
tersebut diduga terjadi karena tingginya unsur hara di Stasiun 2 akibat masukan
limbah dari kegiatan peternakan yang masuk ke Stasiun 2. Cyanophyceae dapat
mengikat nitrogen menjadi nitrat, jadi perannya sama seperti bakteri pengikat
nitrogen dalam tanah. Kelompok ini memiliki peran penting secara ekologis
karena biomasa yang dapat terbentuk dalam kolam yang tercemar (Odum 1998).
1.400.000

Kelimpahan (Sel/m3)

1.200.000
1.000.000
800.000

CYANOPHYCEAE

600.000

CHLOROPHYCEAE
BACILLARIOPHYCEAE

400.000
200.000
0
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1
2
3
4
5

Gambar 4 Kelimpahan total fitoplankton di Situ Cilala

9
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa jumlah genus tertinggi ada pada
Stasiun 5 sebanyak 24 genera fitoplankton dengan jumlah tertinggi dari famili
Bacillariophyceae (10 genera) kemudian Chlorophyceae (9 genera) dan
Cyanophyceae (5 genera). Diatom (Bacillariophyceae) adalah indikator untuk
perairan yang baik (Odum 1998). Struktur komunitas fitoplankton pada kelima
stasiun di Situ Cilala hampir sama satu dengan yang lainnya terlihat dari
keberadaan 3 kelas yang ada di setiap stasiun dengan jumlah jenis yang tidak jauh
berbeda. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Odum (1998) yang menyatakan
bahwa tipe-tipe utama fitoplankton di perairan tawar meliputi diatomae
(Bacillariophyceae), alga hijau (Chlorophyta), dan alga biru (Cyanophyceae).
12

Jumlah Genera

10
8
BACILLARIOPHYCEAE

6

CHLOROPHYCEAE
4

CYANOPHYCEAE

2
0
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1
2
3
4
5

Gambar 5 Jumlah genera fitoplankton di Situ Cilala
Perifiton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar
substrat. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air
tenggelam, dan terkadang hewan air (Odum 1998). Berdasarkan Gambar 6
(Lampiran 1), kepadatan perifiton tertinggi terdapt pada Stasiun 1 sebesar
3.308.606 sel/m2. Hal ini diduga terjadi karena terdapat masukan limbah kegiatan
rumah tengga dan erosi yan masuk melalui inlet ke Stasiun 1 sehingga
ketersediaan unsur hara untuk perifiton mencukupi. Selain itu jumlah tumbuhan
air yang lebih besar dibandingkan stasiun lain sehingga dapat dijadikan tempat
hidup bagi organisme perifiton yang bersifat menempel pada substrat. Kepadatan
perifiton terendah terdapat pada Stasiun 4 yang berupa outlet Situ Cilala sebesar
280.775 sel/m2. Outlet memiliki arus yang lebih besar dibandingkan bagian situ
yang lainnya sehingga perifiton tidak mampu menempel dan hidup dengan baik
yang berdampak pada kepadatan perifiton yang rendah.
Pada pengamatan perifiton ditemukan 3 kelas perifiton yaitu kelas
Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Bacillariophyceae. Berdasarkan Gambar 6,
kepadatan tertinggi di Stasiun 1 hingga Stasiun 4 didominasi kelas Chlorophyceae
dengan jumlah kepadatan masing-masing di setiap stasiunnya sebanyak 1.582.987
sel/m2, 479.288 sel/m2, 373.246 sel/m2, dan 143.056 sel/m2. Pada Stasiun 5
kepdatan tertinggi didominasi oleh kelas Bacillariophyceae sebanyak 1.026.491
sel/m2.

10

Kepadatan (sel/m2)

3.600.000
3.000.000
2.400.000
BACILLARIOPHYCEAE

1.800.000

CHLOROPHYCEAE
1.200.000

CYANOPHYCEAE

600.000
0
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1
2
3
4
5

Gambar 6 Kepadatan total perifiton di Situ Cilala
Pada pengamatan perifiton ditemukan 3 kelas perifiton yaitu kelas
Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Bacillariophyceae. Berdasarkan Gambar 3.4,
dapat terlihat bahwa jumlah genera dari filum Bacillariophyceae lebih banyak
dibandingkan kelas lain pada Stasiun 1, Stasiun 4, dan Stasiun 5 yaitu sebanyak
15, 7, dan 12 genera. Pada Stasiun 2 dan Stasiun 3 jumlah genera dari kelas
Chlorophyceae lebih banyak dibanding kelas lainnya yaitu sebanyak 15 dan 11
genera.
16

Jumlah genera

14
12
10
CYANOPHYCEAE

8

CHLOROPHYCEAE

6

BACILLARIOPHYCEAE

4
2
0
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1
2
3
4
5

Gambar 7 Jumlah genera perifiton di Situ Cilala
B. Zooplankton
Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan produksi
primer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata rantai
antara produsen primer dengan karnivora besar dan kecil dapat mempengaruhi
kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem perairan (Handayani 2005).
Berdasarkan Gambar 8 (Lampiran 1), kelimpahan zooplankton tertinggi berada di
Stasiun 2 sebesar 246.047 ind/m3, dan kelimpahan terendah berturut-turut berada
di Stasiun 4 dan Stasiun 1 sebesar 107.810 ind/m3 dan 102.307 ind/m3 .

11
Kelimpahan zooplakton di Situ Cilala didominasi filum crustasea.
Berdasarkan Gambar 8, filum crustasea mendominasi di kelima stasiun Situ Cilala
kecuali pada Stasiun 4. Crustacea merupakan zooplankton terpenting bagi ikan di
perairan air tawar maupun air laut. Kelompok copepoda dari kelas crustasea
merupakan kelompok yang paling banyak ditemukan. Pada Stasiun 4 kelimpahan
zooplankton didominasi oleh filum Rotifera.
300.000

Kelimpahan (Ind/m3)

250.000
200.000

GASTROPODA
PROTOZOA

150.000

ROTIFERA
100.000

CRUSTACEAE

50.000
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Gambar 8 Kelimpahan total zooplankton di Situ Cilala
Komposisi penyusun kelimpahan zooplankton di Situ Cilala diantaranya
ialah crustasea, rotifera, gastropoda, dan protozoa. Berdasarkan Gambar 9 terlihat
bahwa jumlah genera crustasea hampir mendominasi di kelima stasiun kecuali
pada Stasiun 3 yang jumlah generanya didominasi oleh filum rotifera. Pada
Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 4, dan Stasiun 5 crustasea memiliki jumlah jenis
terbanyak dengan jumlah jenis 6, 6, 6, dan 7 genera di tiap stasiun. Pada Stasiun 3,
jumlah jenis terbanyak ditempati oleh rotifera dengan 8 jenis.
9
8
Jumlah genera

7
6

CRUSTACEAE

5
ROTIFERA

4
3

GASTROPODA

2

PROTOZOA

1
0
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Gambar 9 Jumlah genera zooplankton di Situ Cilala

12
C. Benthos
Benthos merupakan organisme yang hidup atau terdapat di dalam substrat
pada suatu perairan. Berdasarkan Gambar 10 (Lampiran 1), kepadatan benthos
tertinggi terdapat di Stasiun 1 sebesar 473 ind/m2, sedangkan kepadatan terendah
terdapat di Stasiun 3 dengan jumlah sebesar 30 ind/m2. Hal ini disebabkan
ketersediaan makanan benthos berupa bahan organik yang tinggi yang terdapat di
Stasiun 1 berupa serasah dari daun pepohonan, tanaman air yang melimpah, dan
run-off yang terbawa masuk ke Stasiun 1. Stasiun 3 yang merupakan bagian
tengah Situ dengan banyak KJA, sehingga menyebabkan ketersediaan bahan
organik berupa sisa pakan buatan cukup tinggi.
Komposisi biota benthos terdiri dari empat kelompok, yaitu gastropoda,
pelecypoda, oligochaeta dan hirudinea. Berdasarkan Gambar 10 dapat terlihat
pada Stasiun 1 yang memiliki kepadatan benthos tertinggi, komponen penyusun
kepadatan tertinggi dimiliki oleh gastropoda sebesar 59,02%. Pada Stasiun 3 yang
memiliki kepadatan benthos terendah, komponenn penyusunnya hanya terdiri dari
gastropoda. Gastropoda memiliki biomassa yang lebih besar dibandingkan
oligochaetae. Hal tersebut disebabkan karena ukuran gastropoda lebih besar
dibandingkan oligochaeta. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Stasiun 3 kepdatan
benthos yang rendah tidak menunjukkan tidak adanya pemanfaatan bahan organik
oleh benthos.
N=473

N=256

N=30

N=39

N=49

100%
90%

Kepadatan

80%
70%

HIRUDINEA

60%

PELECYPODA

50%

OLIGOCHAETA

40%

GASTROPODA

30%
20%
10%
0%
Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun 5

Gambar 10 Kepadatan total benthos di Situ Cilala
D. Trophic Level
Trophic level pertama ditempati oleh fitoplankton sebagai produsen
primer, jenjang trofik ke dua ditempati zooplankton herbivor, trophic level ke tiga
ditempati oleh organisme karnivor (Sriati 2012). Tumbuhan hijau menduduki
trophic level pertama (produsen), pemakan tumbuhan (herbivor) mendudukin
trophic level kedua (konsumen perimer pertama), karnivor yang memakan
herbivor menduduki trophic level ketiga (konsumen tersier). Trophic Level ikan
ditentukan melaui proporsi dan jenis makanan yang ditemukan dalam saluran

13
pencernaan ikan yang terdapat di Situ Cilala. Berdasarkan Gambar 11 (Lampiran
2), ditemukan 11 jenis spesies ikan diantaranya Oreochromis mossambicus,
Oreochromis niloticus, Osteochilus hasselti, Poecilia reticulata, Osphronemus
goramy, Oxyleotris marmorata, Channa striata, Clarias sp., Parambasis
apogonoides, Dermogenys pusilla, dan Mystus nigriceps. Trophic level terendah
bernilai 2,00 ditempati spesies Oreochromis mossambicus, Oreochromis niloticus,
dan Osteochilus hasselti dengan jumlah individu masing-masing 2, 55, dan 7
individu. Trophic level tertinggi ditempati spesies Channa striata dengan nilai
trophic level 3,50 yang berjumlah 3 individu. Pada pengamatan kali ini ditemukan
lima kelompok besar makanan ikan yaitu fitoplankton, tumbuhan air, detritus,
zooplankton, dan crustasea.

Gambar 11 Nilai Trophic Level Spesies Ikan di Situ Cilala
Keterangan: TL= Trophic Level; N= Jumlah Contoh
Isi makanan yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan yang ditemukan
di Situ Cilala dibandingkan dengan studi pustaka kebiasaan makanan ikan spesies
tersebut menurut literatur. Tabel 3 menunjukkan komposisi jenis makanan spesies
ikan yang ditemukan di Situ Cilala berdasarkan analisis laboratorium dan studi
pustaka.

E. Jaring Makanan
Peristiwa saling memangsa antar organisme tidak sesederhana seperti pada
pertingkatan trofik. Kenyataannya tiap individu berkaitan satu dengan lainnya
dalam jaringan makanan yang amat kompleks atau disebut sebagai jejaring
makanan (food web). Di dalam jejaring makanan terdapat mekanisme saling
mempengaruhi antara tingkatan trofik paling atas terhadap tingkatan trofik di
bawahnya (top down effect) dan sebaliknya dari tingkatan trofik paling bawah ke
tingkatan trofik di atasnya (bottom up effect) (Chassot et al. 2005). Pada seekor
ikan yang bisa mengkonsumsi fitoplalnkton dan zooplankton sekaligus. Hal ini
merupakan kenyataan bahwa beberapa spesies memangsa lebih dari satu trophic

14
level (Rice 2008). Suatu organisme atau spesies seringkali tidak dapat
dikategorkan ke dalam satu trophic level karena trophic level organisme berkaitan
dengan kebiasaan makanannya. Kompleksitas kebiasaan makanan dari suatu
organisme menyebabkan ikan mungkin saja menduduki hampir setiap trophic
level. Pemangsaan dapat mempengaruhi kepadatan populasi pada trophic level
yang berbeda (Odum 1998; Jennings et al. 2003), sedangkan ketesediaan makanan
dapat mempengaruhi trophic level diatasnya (Chassot et al. 2005).

Tabel 3 Jenis makanan Ikan di Situ Cilala
Jenis Makanan

Spesies Ikan
Oreochromis
mossambicus

Analisis
Detritus, Fitoplankton,
Crustasea

Oreochromis
niloticus

Fitoplankton, Crustasea

Osteochilus
hasselti
Osphronemus
goramy
Poecilia reticulata

Fitoplankton, Detritus,
Tumbuhan air, Crustasea
Detritus, Zooplankton,
Tumbuhan Air, Fitoplankton

Oxyleotris
marmorata
Channa striata

Detritus, Crustasea,
Zooplankton
Crustasea, Detritus,
Zooplankton, Tumbuhan Air,
Fitoplankton
Crustasea,
Zooplankton,Detritus,
Fitoplankton

Clarias sp.

Parambasis
apogonoides
Dermogenys
pusilla
Mystus nigriceps

Studi Pustaka
Fitoplankton, Perifiton,
Zooplankton, Larva Ikan,
Detritus
Fitoplankton, Detritus

Fitoplankton

Bowen 1982

Bowen 1982, Oso et.al 2006,
Muliasih 2002, Hasmardi
2003
Ristyani, 1998

Insekta, Tumbuhan Air,
Crustasea
Fitoplankton, Zooplankton,
Detritus, Larva
Ikan

Affandi 1993

Cacing, Udang, Ikan

Courtenay and Williams 2004
Rainboth 1996, Saikia et al
2012
Winarlin 1984

Insekta, Crustasea

Lawal et al 2012
Rainboth 1996

Insekta, Crustasea

Okutsu et al 2011, Rainboth
1996
Rainboth 1996

Makrobenthos, Tumbuhan
Air, Fitoplankton

Heltonika 2009, Muliasih
2002

Zooplankton, Larva Serangga

Crustasea, Detritus,
Fitoplankton, Zooplankton,
Tumbuhan Air

Referensi

Interaksi biota di perairan dapat digambarkan melalui jaring makanan di
perairan. Jaring makanan di Situ Cilala digambarkan menurut hasil dari analisis
trophic level, kebiasaan makanan dan studi pustaka (Gambar 3.8 dan Tabel 3.1)
Berdasarkan Gambar 12, kompleksitas yang terjadi di Situ Cilala terlihat dari
interaksi antar organisme yang ditunjukkan melalui kegiatan pemanfaatan berupa
pemangsaan. Pada jaring makanan di Situ Cilala terdapat parasit, yaitu lintah
(ordo Hirudinea) yang memanfaatkan ikan sebagai inangnya. Annelida memiliki
tubuh berbentuk panjang, bersegmen, dan memiiki rambut (setae) untuk bergerak.
Jenis Annelida yang terdapat diperairan tawar adalah Oligochaeta dan Hirudinea.
Lintah dapat menjadi parasit pada ikan-ikan yang dipelihara di kolam (Suhardi
1983).

15

Gambar 12 Jaring Makanan Situ Cilala
(■) Produsen (■) Herbivor (■) Omnivor (■) Karnivor
(
) Memangsa (
) Parasit Terhadap Ikan
Sebagian besar spesies, sekitar 75% dari jumlah spesies lintah yang dikenal
adalah ektoparasit penghisap darah. Jenis lainnya banyak yang predator, dan
memangsa cacing, siput, dan larva serangga. Beberapa jenis lintah termasuk
scavenger, pemakan bangkai (Suwignyo et al. 2005).
Kesuburan Perairan
Tingkat kesuburan perairan di Situ Cilala ditentukan dengan rumus Carlson
(1977). Berdasarkan Gambar 3.10 (Lampiran 3), nilai TSI tertinggi terdapat di
Stasiun 2 yaitu nilai TSI sebesar 70,48. Hal ini disebabkan banyaknya masukan
unsur hara berupa limbah organik dari kegiatan peternakan ayam yang masuk ke
Stasiun 2 yang merupakan inlet 2 Situ Cilala. Nilai TSI terendah terdapat di
Stasiun 4 yang merupakan outlet Situ Cilala dengan nilai TSI sebesar 65,34. Dari
kisaran hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kesuburan di Situ Cilala
termasuk ke dalam tingkat eutrofik sedang menuju eutrofik berat.

Gambar 13 Nilai Trophic State Index (TSI) di Situ Cilala

16
Parameter kualitas air di Situ Cilala yang dihitung meliputi parameter
parameter fisika, kimia, dan biologi. Nilai kualitas air di Situ Cilala disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Nilai kualitas air di Situ Cilala
Parameter

Unit

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun 5

⁰C

30,2 ± 1,1

30,8 ± 0,7

31,16 ± 1,3

32,23 ± 1,4

32,66 ± 2,1

M

0,55 ± 0,14

0,39 ± 0,13

0,56 ± 0,23

0,63 ± 0,21

0,51 ± 0,20

TDS

mg/l

39,90 ± 0,87

38,97 ± 0,50

37,80 ± 0,53

37,83 ± 0,50

Kekeruhan

NTU

39,87 ± 1,60
19,45 ±
14,97

14,20 ± 3,26

9,77 ± 0,63

7,38 ± 1,09

7,94 ± 1,09

5,5 ± 0

5,6 ± 0,3

5,3 ± 0,6

5,3 ± 0,3

5,5 ± 0

Fisika
Suhu
Kecerahan

Kimia
pH
DO

mg/L

4,72 ± 1,29

5,35 ± 0,06

7,64 ± 0,08

7,39 ± 0,50

7,09 ± 0,46

Nitrat

mg/L

1,37 ± 0,17

1,17 ± 0,16

1,14 ± 0,12

1,11 ± 0,22

1,05 ± 0,20

Total Fosfat

mg/L

0,22 ± 0,15

0,12 ± 0,04

0,13 ± 0,07

0,11 ± 0,09

0,30 ± 0,36

mg/m3

17,54 ± 6,79

34,30 ± 13,33

32,30 ± 13,37

21,41 ± 7,39

20,57 ± 4,50

Biologi
Klorofil-a

Pembahasan
Kegiatan pemanfaatan di perairan Situ Cilala diduga mengakibatkan
perubahan kualitas air. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
ditemukan bahwa Situ Cilala memiliki status kesuburan eutrofik sedang menuju
ke eutrofik berat. Nilai TSI di Stasiun 2 (inlet 2) merupakan stasiun dengan nilai
TSI tertinggi sebesar 70,48 dan masuk kedalam kategori eutrofik berat. Hal ini
menunjukkan bahwa air yang masuk menuju situ Cilala memiliki kandungan
unsur hara yang tinggi sehingga menyebabkan kelimpahan fitoplankton yang
tinggi di Stasiun 2 yang didominasi kelas Cyanophyceae. Nilai TSI tertinggi di
Stasiun 2 diduga karena adanya limbah aktivitas manusia berupa sisa peternakan
yang berada di dekat Stasiun 2 sehingga ketersediaan unsur hara di perairan
meningkat yang meyebabkan kelimpahan fitoplankton tinggi. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Goldman dan Horne (1983) yang menyatakan bahwa masukan
total fosfor yang tinggi berasal dari erosi. Sumber utama fosfat terlarut berasal
dari limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan industri. Hal tersebut seringkali
menyebabkan eutrofikasi di danau. Ortofosfat merupakan fosfat dalam bentuk
anorganik yang terlarut dalam air dan lemak yang dapat langsung dimanfaatkan
dan mudah diserap oleh organisme nabati baik makrofita maupun mikrofita
(Wetzel 1983).
Pada Stasiun 4, yaitu oulet, kelimpahan fitoplankton yang rendah diduga
karena ketersediaan unsur hara yang rendah disebabkan karena terperangkapnya
unsur hara yang terbawa arus di daerah lekukan sebelum outlet yaitu di Stasiun 5
sehingga kelimpahan fitoplankton di Stasiun 5 lebih tinggi dibanding outlet.
Kelimpahan fitoplankton yang mendomiasi di Stasiun 2 Situ Cilala ialah kelas
cyanophyceae, menurut Pratiwi et al. (2006) keberadaan Cyanophyceae sangat

17
terkait dengan unsur hara yang ada di perairan. Ortofosfat yang tinggi dapat
merangsang pertumbuhan cyanophyceae dengan pesat. Kelimpahan fitoplankton
disuatu perairan sangat dipengaruhi oleh status trofik perairan serta musim
(Rawson 1977).
Kelimpahan fitoplankton yang tinggi di Situ Cilala berdampak pada
melimpahnya zooplankton di perairan. Fitoplankton merupakan organisme
berklorofil yang pertama ada di dunia dan merupakan sumber makanan bagi
zooplankton sebagai konsumen primer, maupun organisme perairan lainnya
sehingga populasi zooplankton maupun populasi konsumen dengan trophic level
yang lebih tinggi secara umum mengikuti dinamika populasi plankton.
Kelimpahan tertinggi zooplankton berada di Stasiun 2. Pada Stasiun 2 kelimpahan
fitoplankton didominasi kelas cyanophyceae (alga biru) dan memiliki nilai TSI
tertinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan jumlah unsur hara yang
tinggi dapat menyebabkan kelimpahan fitoplankton menjadi tinggi. Tingginya
kelimpahan fitoplankton ini menyebabkan ketersediaan makanan bagi
zooplankton menjadi tinggi sehingga zooplankton dapat tumbuh dan berkembang
biak dengan baik dalam laju pertumbuhan yang tinggi. Kelimpahan zooplankton
yang tinggi di Stasiun 2 berkaitan dengan ketersediaan makanannya yang
melimpah yaitu fitoplankton yang melimpah pada Stasiun 2, begitupula yang
terjadi pada Stasiun 4 dan Stasiun 1 yang kelimpahan fitoplanktonnya rendah. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Infante dan Riehl (1984) yang menyatakan pada saat
alga biru mendominasi perairan, kelimpahan zooplankton copepoda dan rotifera di
perairan juga tinggi. Menurut Touran dan Sulawesty (2007) kandungan unsur
hara perairan yaitu nitrat dan fosfat, juga mempengaruhi pola sebaran dan
kelimpahan zooplankton, karena kedua unsur hara tersebut merupakan faktor
pembatas pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber pakan utama bagi
zooplankton.
Pertumbuhan populasi fitoplankton berbanding lurus dengan kelimpahan
zooplankton di perairan. Komposisi penyusun zooplankton di Situ Cilala
didominasi kelas crustasea, bagian terbesar zooplankton adalah anggota filum
arthropoda. Copepoda yang hidup bebas di perairan tawar sangat banyak
ditemukaan, jumlahnya sekitar 1.000 individu/liter. Pada umumnya di danau,
copepoda sangat mendominasi dan jumlahnya satu, dua atau hanya tiga spesies
(Pennak 1953). Sumber pakan utama zooplankton, terutama kelompok copepoda
dan cladocera, adalah fitoplankton seperti Scenedesmus, Pandorina,
Chlamidomonas, Chlorella, Pediastrum, Nitzchia, dan lain-lain. Jenis-jenis dari
rotifera umumnya merupakan pemakan partikulat atau bersifat shreedders (Wetzel
2001).
Situ Cilala memiliki keberagaman jenis ikan. Berdasarkan Gambar 14, di
Situ Cilala terdapat 11 spesies ikan yang memiliki sifat pemangsaan herbivora,
omnivora, dan juga karnivora. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Situ Cilala
terdapat keberagaman spesies ikan yang cukup tinggi. Tetapi jika dilihat
berdasarkan nilai trofik levelnya, posisi tertinggi hanya memiliki nilai trofik level
sebesar 3,50. Angka tersebut menunjukkan bahwa spesies Channa striata
menempati posisi trofik level ke-3 yaitu sebagai hewan karnivor. Trophic level
pertama ditempati oleh fitoplankton sebagai produsen primer, trophic level kedua
ditempati oleh zooplankton herbivor, dan trophic level ketiga di tempati oleh
organisme karnivor. Berdasarkan Gambar 15 dapat terlihat bahwa di dalam jaring

18
makanan di Situ Cilala terdapat mekanisme saling mempengaruhi antara trophic
level yang rendah ke trophic level yang tinggi, begitupula antara trophic level
yang tinggi ke trophic level yang rendah. Mekanisme saling mempengaruhi
tersebut terjadi dalam proses pemangsaan atau pemanfaatan antar trophic level.
Pemangsaan dapat mempengaruhi kepadatan populasi pada tingkatan trofik yang
berbeda (Odum 1998; Jennings et al. 2003), sedangkan ketersediaan makanan
dapat mempengaruhi trophic level diatasnya (Chassot et al. 2005).
Situ Cilala memiliki tingkat kesuburan eutrofik sedang menuju eutrofik
berat. Pada tingkat kesuburan eutrofik di Situ Cilala, populasi fitoplankton
memiliki kelimpahan yang cukup tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Odum (1998) yang menyatakan bahwa danau eutrofik memiliki produktivitas
primer yang lebih tinggi, vegetasi litoral lebat, populasi plankton lebih padat
karena mengandung unsur hara yang tinggi.
Pada status kesuburan eutrofik, interaksi antar biota perairan di Situ Cilala
tergambarkan melalui skema jaring makanan di perairan Situ Cilala. Pada jaring
makanan tersebut terlihat keberagaman jenis biota yang ada di Situ Cilala. Dengan
kondisi tersebut Situ Cilala memiliki potensi berupa keberagaman biota perairan
yang dapat dimanfaatkan dan juga dijaga kelestariannya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kompleksitas komunitas perairan di Situ Cilala dapat digambarkan melalui
jaring makanan perairan di Situ Cilala yang terdiri dari organisme autotrof yang
memiliki nilai trophic level 1 hingga ikan yang bersifat karnivor yang memiliki
nilai trophic level tertinggi sebesar 3,50 yaitu Channa striata. Situ Cilala memiliki
status kesuburan eutrofik sedang hingga eutrofik berat.
Saran
Situ Cilala meiliki keberagaman jenis biota akuatik. Hal tersebut
menjadikan Situ Cilala memiliki potensi sumberdaya hayati yang baik. Oleh
karena itu, kegiatan pemanfaatan di Situ Cilala harus disertai pengawasan dan
pelestarian agar keberlangsungan sumberdayanya tetap lestari dan berkelanjutan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Affandi R. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Gurame (Osphronemus goramy).
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 1(2): 56-57.
APHA (American Public Health Assosiation). 2012. Standart methods for The
Examination of Water and Waste Water. New York (US): APHA.
Bowen SH. 1982. Feeding, digestion and growth-qualitative considerations. The
biology and culture of tilapias. ICLARM Conference Proceedings. p. 141-156
Bozec YM, Ferraris J, Gascuel D, and Kulbicki M. 2011. The Trophic Structure
Of Coral Reef Fish Assemblages:"Trophic Spectra" As Indicators Of Human
Disturbances.
Carlson RE. 1977. A trophic state index for lakes. Limnological Research Centre.
Univ. Of Minnesota. Minneapolis. 22(2): 361-369.
Chassot E, Gascuel D, Colomb A. 2005. Impact of Trophic Interactions on
Production Functions and on the Ecosystem Response to Fishing: a Simulation
Approach. Aquatic living resources 18: 1-3.
Christensen V, Pauly D. 1992. Ecopath II-a Software for Balancing Steady-State
Ecosystem Models and Calculating Network Characteristics. Ecological
Modelling 61: 169 – 185.
Courtenay WR, Williams JD. 2004. Snakeheads (Pisces, Channidae) A Biological
Synopsis and Risk Assessment. U.S Geological Survey: Florida.
Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri.
Goldman CR, Horne AJ. 1983.Limnology. Tokyo (JP): Mc Graw-Hill
International Book Company. 464 p.
Handayani S, Patria MP. 2005. Komunitas Zooplankton Di Perairan Waduk
Krenceng, Cilegon, Banten. Makaira Sains. 9(2):75-80.
Hasmardi D. 2003. Analisa Makanan Ikan Nila (Oreochromis nloticus) dan Ikan
Beloso (Glossogobius giuris) yang Berada di Luar Jaring Tancap di Situ
Melangnengah Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Heltonika B. 2009. Kajian Makanan Dan Kaitannya Dengan Reproduksi Ikan
Senggaringan (Mystus nigriceps) Di Sungai Klawing Purbalingga Jawa Tengah
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Infante A, Riehl W. 1984. The Effect of Cyanophyta upon Zooplankton In
Eutrophic Tropical Lake (Lake Valencia, Venezuela). Tropical Zooplankton.
Dr W Junk Publishers. Boston.113: 293-298.
Jenning S, Kaiser MJ, Reynolds JD. 2003. Marine fisheries ecology. New York
(US): Blackwell Publ. 417 p.
Lawal MO, Edokpayi CA , Osibona AO. 2012. Food and Feeding Habits of
Guppy, Poecilia reticulata, from drainage Canal Systems in Lagos,
Southwestern Nigeria. West African Journal of Applied Ecology. Vol. 20 (2).
Mizuno T. 1979. Illustrations of The Freshwater Plankton of Japan. Revised Ed.
Osaka (JP): Hoikusha Publ. 353 p.
Muliasih RP. 2002. Komposisi Ikan dan Kebiasaan Makanan Ikan-Ikan di Situ
Cipondoh, Tangerang, Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nikolsky GV. 1963. The Ecology of Fishes. NewYork (US): Academic Pr. 352 p.

20
Odum EP. 1998. Dasar-dasar ekologi (Terjemahan Samingan T & Srigandono B).
Edisi ke-tiga. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr. 697 hlm.
Odum HT. 1992. Ekologi Sistem. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr.
Okutsu T, Morioka S, Shinji J, Chanthasone P. 2011. Growth and reproduction
of the glassperch Parambassis siamensis (Teleostei: Ambassidae) in Central
Laos. Ichthyol. Explor. Freshwaters. Munchen, Germany. Vol. 22, No. 2. p. 9710.
Oso JA, Ayodele IA, Fagbuaro O. 2006. Food and Feeding Habits of
Oreochromis niloticus (L.) and Sarotherodon gaililaeus (L.) in Tropical
Reservoir. World Journal of Zoology 1 (2): 118-121.
Payne AL 1986. The Ecologicy of Tropical Lake and Rivers. New York (US):
John Wiley & Sonds. 301 p.
Pennak RW. 1953. Fresh Water Invertebrates of The United States. New York
(US): The Ronald Pr. 769 p.
Pennak RW. 1978.Fresh-Water Invertebrates of the United States. New York
(US): John Wiley & Sons. 803 p.
Pratiwi NTM, Adiwilaga EM, Majariana. 2006. Distribusi Spasial Fitoplankton
Pada Kawasan Keramba Jaring Apung Di Waduk Ir. H. Juanda, Jati Luhur,
Purwakarta, Jawabarat. Prosiding Seminar Nasional Limnologi. LIPI. Jakarta.
222-240.
Prescott GW. 1970.The Fresh Water Algae. Iowa (US): W M C Brown.
Rainboth WJ. 1996. Fishes of The Cambodian Mekong. Roma (IT): Food And
Agriculture Organization Of The United Nation.
Rawson DS. 1956. Algal Indicator of Trophic Lake Type. Univ. Of Saskatchewan.
1(1): 18-25.
Rice AN. 2008. Coordinated Mechanics of Feeding, Swimming, and Eye
Movements in Tautoga onitis, and Implications for the Evolution of Trophic
Strategies in Fishes. Mar. Biol.154:255–267.
Ristyani D. 1998. Bioekologi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) di Kabupaten
Purwakarta dan Karawang Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Saikia AK, Abujam SKS, Biswas SP. 2012. Food And Feeding Habit of Channa
punctatus (Bloch) From The Paddy Field Of Sivsagar District, Assam. Bulletin
of Environment, Pharmacology and Life Sciences. Academy for Environment
and Life Sciences, India. (1): 10-15.
Sriati. 2012. Struktur Trofik Dan Biologi Populasi Ikan Di Perairan Pulau Semak
Daun Kepulauan Seribu [disertasi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Suhardi. 1983. Evolusi Avetebrata. Jakarta (ID): UI Pr. 70 hlm.
Suwignyo S, Widigdo B, Wardiatno Y, Krisanti M. 2005. Avertebrata Air Jilid 2.
Depok (ID): Penebar Swadaya. 204 hlm.
Touran RL, Sulawesty F. 2007. Sebaran dan kelimpahan Zooplankton di Danau
Maninjau, Sumatera Barat. Jakarta (ID): Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia. 33: 381 - 392.
Wetzel RG. 1983. Limnology. 2nd ed. W. B. Philadelphia (US): Sounders. 767 p.
Wetzel RG. 2001. Limnology Lake and Rivers Ecosystems. 3rd ed. USA
Academic Pr..
Winarlin. 1984. Kebiasaan Makanan Ikan Lele (Clarias batrachus Linn.) Ukuran
Sejari [karya ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

21

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kelimpahan organisme yang ditemukan di Situ Cilala
Fitoplankton (sel/m3)
Stasiun 1
Kelimpahan (sel/m3)
Jumlah genera

Stasiun 2
766595
22

Stasiun 3
1275535
23

Stasiun 4
958009
23

Stasiun 5
490490
23

789477
24

Perifiton (sel/m2)
Stasiun 1
Kepadatan (sel/m2) 3308606
Jumlah genera
31

Stasiun 2
949951
27

Stasiun 3
725438
23

Stasiun 4
280774
15

Stasiun 5
1903976
24

Zooplankton (Ind/m3)
Stasiun 1
Kelimpahan (Ind/m3)
Jumlah genera

Stasiun 2
102307
12

Stasiun 3
246047
16

Stasiun 4
187422
16

Stasiun 5
107810
14

131070
14

Benthos (Ind/m2)

Kepadatan (Ind/m2)

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
473
256
30
39
49

22
Lampiran 2 Biota yang ditemukan di Situ Cilala

Mystus nigriceps

Oreochromis niloticus

Osteochilus hasselti

Parambasis apogonoides Oreochromis mossambicus

Clarias sp.

Osphronemus goramy

Poecilia reticulata

Dermogenys sp.

Channa striata

Oxyleotris marmorata

Pilsbrioconcha exilis

Lampiran 3 Nilai TSI di Situ Cilala

Lokasi
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5

TSI SD
68,78
74,05
69,27
67,36
70,46

TSI TP
78,02
72,62
72,44
68,40
78,92

TSI Chl-a
58,15
64,76
64,14
60,27
60,08

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 1 Januari 1991
dari ayah Sentot