Penentuan Daya Dukung untuk Kegiatan Keramba Ikan Hias di Situ Cilala, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

PENENTUAN DAYA DUKUNG UNTUK KEGIATAN
KERAMBA IKAN HIAS
DI SITU CILALA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

NOVITA MZ

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Penentuan Daya
Dukung untuk Kegiatan Keramba Ikan Hias di Situ Cilala, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat” adalah benar hasil karya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun.
Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Novita MZ
NIM C24090002

ABSTRAK
NOVITA MZ. Penentuan Daya Dukung untuk Kegiatan Keramba Ikan Hias di
Situ Cilala, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh KADARWAN
SOEWARDI dan NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan daya dukung Situ Cilala yang
terletak di Bogor, Jawa Barat, untuk kegiatan perikanan ikan hias dengan
menggunakan sistem keramba dan ikan alami di luar keramba. Penelitian
dilakukan dari bulan Maret hingga Mei 2013. Kajian daya dukung dilakukan
berdasarkan beban fosfat yang masuk ke perairan akibat kegiatan keramba yang
didukung oleh beberapa parameter kualitas air, seperti nitrat, fosfat, klorofil, DO,
suhu dan pH. Kondisi Situ Cilala tergolong baik untuk kegiatan perikanan dengan
status eutrofik sedang hingga berat dilihat dari nilai TSI sebesar 60-75. Jenis ikan
yang dipelihara di keramba adalah ikan mas koki dengan masa pemeliharaan
selama 5 bulan (umur 1-6 bulan), dan produksi sebesar 24 kg/keramba. Ikan diberi

pakan cacing dan pelet dengan masing-masing FCR 15,7 dan 2,5. Kandungan
fosfat pada pelet adalah 1,50%, sedangkan cacing sebesar 0,11%. Hasil analisis
menunjukkan bahwa ikan mas koki yang bisa diproduksi adalah 140 ton/tahun
dengan jumlah penambahan keramba sebanyak 600 keramba dengan masa
pemanen dua kali per tahun. Jumlah ikan di luar keramba adalah 19.040 ekor atau
4,28 ton/tahun.
Kata kunci: daya dukung, ikan mas koki, Situ Cilala

ABSTRACT
NOVITA MZ. Determination of Carrying Capacity for Cage Aquaculture of
Ornamental Fish in Cilala Lake, Bogor Regency, West Java. Supervised by
KADARWAN SOEWARDI and NIKEN TUNJUNG MURTI PRATIWI.
The aim of research was to determine the carrying capacity of Cilala Lake where
located in Bogor, West Java, for cage aquaculture of ornamental fish and wild fish
in beyond of cage. The research was conducted from March to May 2013. The
study of carrying capacity was done based on the load of phosphates entering the
waters due to the activities of cages which is supported by several water quality
parameters, such as nitrate, phosphate, chlorophyll, DO, temperature, and pH. The
condition of Cilala Lake is good for fisheries activities. Types of fish that are kept
in cages is a goldfish with the maintenance for 5 months (age 1-6 months), with a

yield of 24 kg/cages. The fish was feed the worms and pellets with each FCR 15.7
and 2.5. Phosphate deposits of the pellets is 1.50%, whereas the worm is 0.11%.
Results of analysis show that the number of goldfish can be produced is 140
ton/years with the additional number of cages as much as 600 cages for two
periode maintenances. The number of wild fish in beyond of cages are 19.040
individues or about 4,28 tons/year.
Keywords: carrying capacity, Cilala Lake, goldfish

PENENTUAN DAYA DUKUNG UNTUK KEGIATAN
KERAMBA IKAN HIAS
DI SITU CILALA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

NOVITA MZ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan


DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Penentuan Daya Dukung untuk Kegiatan Keramba Ikan Hias di
Situ Cilala, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
: NovitaMZ
Nama
: C24090002
NIM

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi
Pembimbing I

Tanggal Lulus:


.2 60 82 0 1 3

Dr Ir Niken Tunjung Mufti Pratiwi, MSi
Pembimbing II

Judul Skripsi : Penentuan Daya Dukung untuk Kegiatan Keramba Ikan Hias di
Situ Cilala, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama
: Novita MZ
NIM
: C24090002

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi
Pembimbing I

Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul “Penentuan Daya Dukung untuk Kegiatan Keramba Ikan Hias di Situ
Cilala, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi,

MSi selaku dosen pembimbing skripsi.
2. Ali Mashar, MSi, SPi selaku penguji tamu dan Ir Agustinus Mangaratua
Samosir, MPhil selaku komisi pendidikan S1 Departemen MSP, FPIK,
IPB.
3. Prof Dr Ir Djamar Tumpal F. Lumbanbatu, MAgr selaku pembimbing
akademik.
4. Keluarga tercinta Ayahanda Zulkarnaini dan Ibunda Junnah serta adikadik (Fauzi Rizki MZ, Ardi Ihsan Sabil, dan Kurnia Fitri) yang selalu
mendukung dan mendoakan.
5. Teman-teman tim Cilala (Fauziah Fitriana dan Rahmat Santoso)
6. Keluarga besar Laboratorium Biomikro, Produktivitas dan Lingkungan
Perairan MSP, serta seluruh staff Tata Usaha Departemen MSP, FPIK,
IPB.
7. Teman-teman MSP 44, 45, 46, 47, 48, SDP 2012 dan non-MSP.
8. Semua pihak yang sudah memberi dukungan dan membantu, baik dari
penelitian di lapang hingga analisis di laboratorium, yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

Novita MZ

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
PENDAHULUAN ...........................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................
Rumusan Masalah .....................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
METODE PENELITIAN .................................................................................
Waktu dan Tempat ....................................................................................
Alat dan Bahan ..........................................................................................
Pengumpulan Data ...............................................................................
Pengukuran morfometri dan penentuan status trofik ...........................
Penghitungan produktivitas primer ......................................................
Wawancara dengan pembudidaya ikan hias .........................................
Analisis Data .............................................................................................
Food Conversion Ratio (FCR) .............................................................
Parameter Kualitas Air .........................................................................

Beban Fosfat yang Terbuang ke Perairan ............................................
Daya Dukung Perairan .........................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................
Kondisi Umum Situ Cilala ........................................................................
Pendugaan Kuantitatif Pakan Terbuang dari Keramba .............................
Daya Dukung Keramba dan Ikan Alami di Situ Cilala.............................
Pembahasan ...............................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................
Kesimpulan ...............................................................................................
Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

vi
vi
vi
1
1
2

2
3
3
3
3
4
5
5
5
5
5
6
7
9
9
12
12
15
18
18

18
19
23
30

DAFTAR TABEL
1. Lokasi pengambilan sampel selama penelitian ......................................
2. Prosedur pengukuran parameter kualitas air yang diamati (APHA
2005). ......................................................................................................
3. Tabel konversi produksi ikan dari PP per tahun (Beveridge 1984) ........
4. Kondisi morfometrik Situ Cilala ............................................................
5. Nilai beban fosfat yang dilepas ke perairan berdasarkan kandungan
fosfat yang diserap tubuh ikan per masa pemeliharaan ..........................
6. Perhitungan daya dukung perairan Situ Cilala untuk pemeliharaan
ikan mas koki dengan sistem keramba ...................................................
7. Nilai daya dukung di beberapa perairan .................................................
8. Hasil perhitungan daya dukung ikan alami di luar keramba ..................

3
6
8
10
12
13
14
15

DAFTAR GAMBAR
1. Diagram alir perumusan masalah penentuan daya dukung Situ Cilala
untuk kegiatan perikanan keramba ikan hias dan ikan alami di luar
keramba ..................................................................................................
2. Gambaran lokasi pengambilan sampel penelitian ..................................
3. Konsentrasi DO di perairan Situ Cilala ..................................................
4. Konsentrasi nitrat dan total fosfatdi perairan Situ Cilala .......................
5. Konsentrasi klorofil di perairan Situ Cilala ............................................
6. Keterkaitan antara ortofosfat dan klorofil di Situ Cilala ........................
7. Ikan mas koki oranda (Carrasius auratus) .............................................

2
4
10
11
11
11
16

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Kondisi stasiun serta alat dan bahan yang digunakan ............................
Nilai rata-rata parameter kualitas air Situ Cilala ....................................
Prosedur analisis fosfat pada pakan dan daging ikan .............................
Konsentrasi fosfat yang ada di pakan dan yang diserap tubuh ikan .......

23
27
28
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan manusia terus meningkat karena populasi manusia yang juga
terus bertambah seiring waktu. Manusia memenuhi kebutuhannya dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Salah satu bentuk upaya pemanfaatan
sumber daya adalah pemanfaaatan situ, bentuk perairan menggenang yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Berbagai kegiatan mulai dilakukan,
seperti kegiatan perikanan, wisata, pemancingan, dan lain-lain.
Situ Cilala yang terletak di Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Bogor,
Jawa Barat dan dikelola oleh PT Kahuripan Raya merupakan situ yang memiliki
fungsi utama sebagai daerah resapan air tanah bagi masyarakat sekitar, pengendali
banjir, dan sumber air untuk irigasi. Akhir-akhir ini Situ Cilala mulai
dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan perikanan, yaitu dengan membangun
keramba untuk usaha ikan hias.
Pembangunan keramba di Situ Cilala sangat pesat, dalam tiga bulan
terakhir, misalnya, sudah dibangun lebih dari 30 unit. Jumlah keramba saat ini
lebih dari 300 unit dan tersebar di Situ Cilala. Ikan yang dipelihara beragam,
namun didominasi oleh ikan mas koki, dengan ukuran keramba dominan adalah
10 m x 5 m x 0.75 m. Perkembangan keramba yang pesat disebabkan banyaknya
manfaat yang bisa diperoleh oleh petani budidaya. Perikanan dengan sistem
keramba lebih mudah diaplikasikan dengan modal yang tidak terlalu besar. Selain
itu, risiko kematian akibat predator dan kompetitor bisa diminimalisir, efisiensi
pakan, mudahnya dalam pengontrolan selama pemeliharaan dan pemanenan
(Liyanage et.al 2009).
Ekspansi keramba besar-besaran dan adanya kelalaian dalam pemberian
pakan berisiko terhadap akumulasi bahan organik yang dapat memicu penyuburan
perairan. Nutrien yang meningkat akan mendorong terjadinya blooming
fitoplankton yang dapat mengakibatkan perairan menjadi toksik saat ada spesies
beracun yang tumbuh, atau deplesi oksigen karena pemanfaatan oksigen yang
tinggi untuk dekomposisi fitoplankton yang mati. Selain itu, jumlah keramba yang
berlebihan juga akan berdampak terhadap penurunan produksi hasil budidaya ikan
(Prihadi et.al 2003).
Oleh karena itu, pengkajian daya dukung perairan situ untuk kegiatan
keramba ikan hias perlu dilakukan sejak dini untuk mencegah munculnya masalah
tersebut. Penentuan lokasi dan kapasitas keramba yang disesuaikan dengan daya
dukung merupakan faktor penting untuk mengurangi dampak negatif, baik secara
ekologi maupun ekonomi. Pengkajian ini dilakukan dengan memperhatikan
morfometri situ dan beban fosfat yang masuk ke perairan, baik dari pakan maupun
masukan dari kegiatan di luar situ.
Beveridge (1984) mengeluarkan model tentang pengaruh budidaya ikan
salmon yang didasarkan kepada hubungan beban P (fosfor) di danau dengan nilai
klorofil-a. Model ini memprediksi daya dukung suatu danau dalam memproduksi
ikan dengan tetap menjaga kualitas air. Metode ini dikembangkan sedemikian
rupa sehingga diharapkan mampu menduga daya dukung perairan untuk kegiatan

2
ikan hias, khususnya ikan mas koki dengan sistem keramba dan daya dukung ikan
alami di luar keramba.
Rumusan Masalah
Situ Cilala sebagai sumber daya yang dimanfaatkan fungsinya oleh
masyarakat sebagai tempat pengembangan usaha ikan hias dengan sistem keramba
haruslah mendapat perhatian khusus. Akibat yang ditimbulkan karena ekspansi
besar-besaran dan kelalaian dalam pemberian pakan akan menyebabkan
penurunan kualitas air dan kesehatan ekosistem akibat penumpukan sisa makanan
dan obat-obatan yang digunakan (Wang et.al 2010). Kajian daya dukung
dilakukan untuk menentukan jumlah produksi ikan yang dihasilkan dan jumlah
keramba yang boleh dibangun di Situ Cilala. Kajian ini memperhatikan bentuk
morfologi dan hidromorfologi situ, khususnya flushing rate yang bergantung
kepada debit dan volume (KLH 2008) dan analisis masukan nutrien, khususnya P,
ke dalam situ, baik dari kegiatan keramba ataupun kegiatan lain di sekitar situ.
Kontrol terhadap kondisi situ dilakukan dengan memperhatikan kualitas air dan
penghitungan daya dukung yang sesuai dengan Situ Cilala. Gambar 1 merupakan
diagram alir penentuan daya dukung untuk kegiatan keramba ikan hias di Situ
Cilala.
1. Hidromorfologi Situ
2. Bahan masukan dari
dalam dan luar situ
3. Kualitas air

1. Bahan fosfat
2. Produktivitas primer
3. Jenis ikan (FCR dan
kebiasaan makanan)

+

Daya dukung Cilala
untuk ikan hias di
keramba dan ikan
alami di luar keramba

Gambar 1 Diagram alir perumusan masalah penentuan daya dukung Situ Cilala
untuk kegiatan perikanan keramba ikan hias dan ikan alami di luar
keramba
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan daya dukung dari Situ
Cilala yang dimanfaatkan untuk kegiatan keramba ikan mas koki dengan
menggunakan model Beveridge yang dikembangkan serta menduga jumlah ikan
alami di luar keramba untuk mengurangi beban fosfat yang masuk ke perairan
akibat kegiatan keramba.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai dasar penentuan pengelolaan Situ
Cilala agar kebutuhan ekonomi terpenuhi dengan kondisi ekologi yang juga tetap
terjaga dan sumber daya tetap tercukupi secara berkelanjutan.

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dibagi menjadi penelitian lapang dan penelitian laboratorium.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret-Mei 2013, bertempat di Situ Cilala,
Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian
lapang bertujuan untuk menentukan beberapa parameter morfometri, kondisi
fisika-kimia perairan, status trofik, dan nilai produktivitas primer situ Cilala, serta
wawancara dengan petani ikan hias tentang kegiatan keramba ikan mas koki di
Situ Cilala. Penelitian laboratorium terdiri dari analisis kandungan fosfat dalam
pakan dan tubuh ikan serta analisis fisika-kimia perairan situ Cilala. Penelitian
laboratorium dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan,
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini dapat dibagi ke dalam
beberapa kelompok. Alat dan bahan tersebut meliputi alat dan bahan untuk
sampling, analisis parameter kualitas air, serta analisis kandungan fosfat pada
cacing dan tubuh ikan. Alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di Situ Cilala, dengan pengambilan sampel dilakukan
pada lima stasiun pengamatan. Penentuan stasiun dilakukan dengan menggunakan
metode penarikan contoh acak berlapis (PCAB). Lokasi pengambilan sampel
meliputi inlet, bagian tengah, daerah lekukan dekat outlet yang diduga sebagai
sediment trap dan daerah outlet (Tabel 1; Gambar 2; Lampiran 1).
Tabel 1 Lokasi pengambilan sampel selama penelitian
Letak Astronomi
Stasiun
LS
BT
Inlet 1
06º28'35,57"
106º43'12,20"
Inlet 2
06º28'36,60"
106º43'09,10"
Tengah (daerah keramba)
06º28'27,60"
106º43'03,90"
Lekukan sebelum oulet
06º28'11,50"
106º42'50,10"
Outlet
06°28'16,90"
106º42'50,10"

4

Gambar 2 Gambaran lokasi pengambilan sampel penelitian
Penelitian yang dilakukan terdiri dari pengukuran beberapa parameter
morfometri dan penentuan status trofik situ, pengukuran produktivitas primer,
pengumpulan data penunjang lain yang didapat melalui wawancara dengan
pembudidaya ikan hias, dan analisis beberapa parameter kualitas fisika-kimia
perairan serta analisis kandungan fosfat pada ikan.
a.

Pengukuran morfometri dan penentuan status trofik
Pengukuran morfometri meliputi pengukuran luas, kedalaman rata-rata,
dan volume air situ. Selain itu, pengukuran debit air keluar juga dilakukan dengan
tujuan mengetahui besar pencucian (flushing rate) air situ. Hal ini berguna untuk
menentukan daya dukung ikan hias yang dipelihara dalam keramba yang mampu
ditampung oleh perairan situ.
Penentuan status trofik perairan situ dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kualitas air. Status ini berguna untuk menentukan jumlah dan
sistem keramba yang boleh dibangun di situ Cilala sehingga tidak terjadi
pengkayaan bahan organik yang menyebabkan perairan situ menjadi subur.
Penentuan status ini dilakukan dengan menganalisis beberapa parameter fisika dan
kimia perairan.

5
b.

Penghitungan produktivitas primer
Penghitungan produktivitas primer dilakukan dengan pendekatan total
fosfat. Smith (2007) menyatakan bahwa produktivitas erat kaitannya dengan total
fosfat dan kolorofil-a. Penghitungan ini dilakukan untuk menghitung daya dukung
perairan untuk ikan alami di luar keramba untuk memanfaatkan fitoplankton yang
ada di perairan sebagai bentuk masukan fosfat ke perairan dari kegiatan keramba.
c.

Wawancara dengan pembudidaya ikan hias
Wawancara dengan pembudidaya ikan hias bertujuan mendapatkan
beberapa informasi penting yang mendukung penghitungan daya dukung Situ
Cilala untuk kegiatan keramba ikan mas koki. Informasi yang dibutuhkan adalah
padat tebar ikan per keramba, jenis pakan dan jumlah pakan yang diberikan untuk
penghitungan FCR, ukuran keramba, dan jumlah keramba yang ada. Selama
wawancara, dilakukan pula pengukuran panjang dan bobot terhadap benih ikan
dan ikan panen sebagai pendekatan untuk menghitung pertumbuhan.

Analisis Data
Food Conversion Ratio (FCR)
Food Conversion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah
pakan ikan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 (satu) kilogram ikan. Rasio ini
akan berbeda-beda untuk setiap jenis ikan (Beveridge 1984). Nilai FCR diperoleh
dengan memperhatikan jumlah pakan yang diberikan dan pertumbuhan ikan yang
dipelihara (NRC 1993). Semakin besar nilai FCR, semakin tidak efisien karena
semakin banyak pakan yang terbuang ke perairan dan menyebabkan kualitas air
menurun.
��� =







=



0

Keterangan:
FCR
= pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan
∑pakan = jumlah pakan yang diberikan, kg
N
= jumlah tebar ikan hias di dalam keramba, ekor
Δw
= pertumbuhan ikan, gram
wt
= bobot ikan hias yang dipanen, gram
w0
= bobot benih ikan hias, gram

Parameter Kualitas Air
Analisis parameter kualitas air dilakukan untuk mengetahui kondisi atau
status perairan situ Cilala. Parameter kualitas air yang dikaji meliputi parameter
fisika, kimia, dan biologi perairan. Parameter yang dipilih merupakan parameter
kunci yang berperan penting dalam penentuan daya dukung perairan Situ Cilala
untuk keramba ikan hias dan ikan alami di luar keramba.

6
Tabel 2 Prosedur pengukuran parameter kualitas air yang diamati (APHA 2005)
Parameter
Satuan Metode, alat ukur
Keterangan
º
C
Suhu
Termometer
In-situ
Kecerahan
cm
Visual, Secchi disk
In-situ
Arus
m/s
Metode floating
In-situ
Kedalaman
m
Tali berskala
In-situ
pH
pH stick
In-situ
DO
mg/L Titrimetri
In-situ
Total Phospat
mg/L Spektrofotometer, Ascorbic Acid
Ex-situ
Ortofosfat
mg/L Spektrofotometer, Ascorbic Acid
Ex-situ
Nitrat
mg/L Spektrofotometer, Brucine
Ex-situ
3
Klorofil-a
mg/m Spektofotometer, Trichomatrik
Ex-situ

Status Kesuburan
Status kesuburan perairan perlu diketahui untuk menentukan jumlah
keramba yang boleh dibangun. Beberapa indeks tersedia untuk menentukan
kesuburan suatu perairan, salah satunya adalah TSI (Trophic State Index) (Carlson
1977). TSI merupakan indeks yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kesuburan, khususnya danau. Parameter yang diperhatikan adalah total fosfat,
klorofil-a, dan kecerahan (kedalaman Secchi disk). Parameter total fosfat
digunakan karena fosfat adalah faktor pembatas di danau.
Kriteria:
TSI < 30
30 < TSI < 40
40 < TSI < 50
50 < TSI 80

: ultraoligotrofik
: oligotrofik
: mesotrofik
: eutrofik ringan
: eutrofik sedang
: eutrofik tinggi
: hipereutrofik

Beban Fosfat yang Terbuang ke Perairan
Beban fosfat yang terbuang ke perairan dapat diketahui dengan
menghitung selisih fosfat yang masuk ke perairan terhadap fosfat yang diserap
oleh tubuh ikan (Beveridge 1984). Beban fosfat yang masuk dihitung dari fosfat
yang terdapat pada pakan ikan yang diberikan, sementara pakan yang diserap
tubuh dapat dianalisis di laboratorium (Lampiran 3).

∆� =

=1

(��� ∗ �

−�

)

7
Daya Dukung Perairan
Daya dukung danau atau waduk merupakan kemampuan perairan danau
atau waduk menampung beban pencemaran air sehingga memenuhi baku mutu air
dan status trofik (PerMen LH No. 28 tahun 2009). Daya dukung ini bergantung
kepada morfologi dan hidrologi danau, kualitas air dan status waduk, persyaratan
baku mutu air untuk pemanfaatan sumber daya air danau, dan alokasi beban
pencemaran air dari berbagai sumber atau jenis air limbah yang masuk ke
perairan. Nilai daya dukung ini penting dikaji untuk menentukan batasan
maksimum limbah dari kegiatan keramba di Situ Cilala untuk menentukan jumlah
ikan maksimum yang bisa dipelihara dan jumlah keramba yang boleh dibangun.
Selain itu, jumlah ikan alami yang berada di luar keramba juga perlu dihitung
sebagai bentuk kegiatan pemeliharaan ikan semi intensif.
Daya dukung untuk kegiatan pemeliharaan ikan semi intensif meliputi
daya dukung keramba dan daya dukung ikan alami. Penentuan daya dukung ini
dapat dilakukan berdasarkan metode Beveridge (2004). Prosedur penentuan daya
dukung untuk kegiatan keramba dan ikan alami adalah sebagai berikut.
1.

Penentuan nilai [P]i dengan melakukan pengukuran langsung di permukaan
air situ Cilala. Nilai [P] yang dapat terima oleh situ dengan adanya keramba,
[P]f, ditentukan dengan perhitungan langsung menggunakan persamaan yang
telah diperoleh dari hasil regresi klorofil-a rata-rata tahunan dengan fosfat
dengan menggunakan persamaan Walmsley dan Thornton (1984) dalam
Beveridge (2004):
= 0,416 [�]0,675 ; = 0,84 ;

= 16

Setelah itu selisih [P], ΔP, antara [P] saat ini dengan [P] yang dapat diterima
untuk kegiatan keramba dihitung dengan menggunakan rumus:

2.

∆� = � − �

Penentuan maksimum beban P yang masuk dari pakan yang diberikan untuk
kegiatan keramba, Lfish, untuk menentukan peningkatan total P terlarut akibat
sisa pakan dan feses. Peningkatan total P dapat digunakan untuk menentukan
peningkatan produktivitas primer, ∑PPfish, yang berpengaruh terhadap
pemeliharaan ikan (Dillon dan Rigler 1974 dalam Beveridge 1984).

=

∆ � . .�
1−�



�=

=

+ 1−



1
1 + 0.747 �0,507

8
Keterangan:
Lfish
= total beban P maksimum yang dapat ditampung badan air,
gr/m2/th
z
= kedalaman rata-rata, m
ρ
= flushing rate (laju pembilasan), /tahun
Rfish
= fraksi total P yang hilang ke sedimen (koefisien retensi)
x
= proporsi P yang hilang permanen ke dalam sedimen, 0,45-0,55
R
= proporsi total P terlarut yang hilang ke sedimen.
3.

Penentuan daya dukung untuk kegiatan keramba
� =

�/



Keterangan:
Fy = daya dukung ikan di keramba dan ikan di luar keramba, ton
A = luas situ, m2
Loading P/ton ikan didapatkan dengan menghitung FCR dan hasil
penghitungan fosfat yang ada pada pakan dan tubuh ikan.
4.

Jumlah keramba yang boleh dibangun dapat dihitung dengan membagi daya
dukung ikan untuk kegiatan budidaya keramba dengan hasil per keramba
dan disesuaikan dengan luasan yang bisa digunakan.

�=
5.

6.

�/



Penentuan produktivitas primer (∑PP) dengan menggunakan pendekatan total
fosfat (Smith 2007) sebagai berikut:
4200 ��0,6
�=
9 + 10 ��0,6

Tabel 3 Tabel konversi produksi ikan dari PP per tahun (Beveridge 1984)
% Conversion Annual of fish yield
 PP (gC/m2/y)
(g fish C/m2/y)
< 1000
1,0-1,2
1000-1500
1,2-1,5
2000-2500
2,1-3,2
2500-3000
3,2-2,1
3000-3500
2,1-1,5
3500-4000
1,5-1,2

9
Tabel 3 digunakan untuk penentuan nilai produksi ikan yang dikonversi dari
nilai ∑ PP sesuai yang dikemukakan oleh Beveridge (1984), dan kandungan
karbon pada ikan segar = 10% dari berat basah.
7.

Rata-rata tahunan jumlah pakan yang tersedia dihitung dan ditentukan rasio
pakan (FCR) yang diberikan untuk menentukan seberapa besar biomassa
yang dihasilkan dari pakan yang diberikan.

8.

Penentuan nilai daya dukung untuk keramba dan ikan alami dilakukan dengan
menjumlahkan daya dukung keramba dan daya dukung ikan alami.
� =(

��) +

�/



Keterangan:
∑Fy
= daya dukung Situ Cilala untuk kegiatan keramba dan ikan alam
a
= koefisien konversi ∑ PP menjadi biomassa ikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Situ Cilala
Situ Cilala merupakan perairan menggenang alami yang terletak di Desa
Jampang, Kabupaten Bogor. Secara geografis, Situ Cilala terletak di 6º 28’ LS dan
106º 42’ - 106º 43’ BT. Perairan ini berfungsi sebagai daerah resapan air, sumber
air bagi masyarakat sekitar, irigasi, pengendali banjir, dan usaha perikanan.
Sumber air situ berasal dari mata air dan saluran air Situ Kemang.
Situ Cilala terletak di tengah kompleks perumahan Kahuripan yang
dilengkapi dengan dua inlet dan satu outlet yang bermuara di daerah Ciseeng.
Tepian situ berbatasan dengan perumahan, warung makan, jalanan, dan
perkebunan. Semua kegiatan di sekitar situ ini menyumbang masukan bahan
organik ke perairan.
Kegiatan pemeliharaan ikan konsumsi dan ikan hias mulai dilakukan di
Situ Cilala dengan menggunakan sistem keramba atau lebih dikenal sebagai
raning. Beberapa jenis ikan konsumsi, seperti nila dan mas serta lebih kurang 30
jenis ikan hias, seperti ikan mas koki, koi, manfish, black molly, dan lain-lain yang
dipelihara di Situ Cilala akan menyumbang masukan nutrien ke perairan.
Situ Cilala yang merupakan perairan alami ini memiliki luas permukaan
12 ha dengan kedalaman rata-rata 1,88 m. Kedalaman maksimum mencapai 4,8
m. Laju pembilasan (flushing rate) Situ Cilala rata-rata 53 kali dalam setahun.
Kondisi morfometri pada pengukuran saat ini mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2002 (Tabel 4).

10
Tabel 4 Kondisi morfometrik Situ Cilala
Parameter
Satuan Hadijah (2002)
Luas permukaan
m2
141.315
Kedalaman rata-rata
m
2,05
Kedalaman maksimum
m
5,90
Kedalaman relatif
%
1,39
Volume
m3
308.558

Penelitian ini (2013)
120.000
1,88
4,80
1,23
225.600

Luas permukaan situ mengalami penurunan karena adanya pemanfaatan
pinggiran situ untuk pembuatan kolam pemeliharaan dan perkebunan juga
banyaknya tanaman air liar yang menutupi tepian situ. Perairan mengalami
pendangkalan karena adanya masukan sedimen dari kegiatan di luar situ ataupun
pengendapan sisa pakan dari keramba. Penurunan luas dan kedalaman rata-rata
menyebabkan volume air situ juga mengalami penurunan.
Parameter fisika, kimia, dan biologi merupakan parameter kualitas air
yang memegang peranan penting dalam menentukan kondisi perairan.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapang, diketahui bahwa Situ Cilala memiliki
suhu permukaan 29-35 ºC. Pada bagian inlet 1 dan outlet, kecerahan berkisar
antara 80-100%, sementara pada bagian inlet 2 berkisar antara 35-40%, dan di
bagian tengah hanya sekitar 10-30% (Lampiran 2). Perbedaan ini juga dipengaruhi
warna perairan, bahan organik dan anorganik yang tersuspensi, kepadatan
plankton, jasad renik, dan lain-lain (Odum 1993). Nilai pH perairan di Cilala
berkisar antara 5,0-6,0, dengan rata-rata 5,5, menunjukkan bahwa perairan Situ
Cilala bersifat asam, namun masih dapat ditolerir oleh biota yang ada. Nilai DO di
Situ Cilala berkisar antara 5,03-7,56 mg/L. Nilai DO rata-rata adalah 6,29 mg/l
dengan nilai DO tertinggi terdapat di bagian tengah situ. Nilai DO ini baik untuk
kehidupan biota akuatik (Gambar 3; Lampiran 2).
9.00

Konsetrasi (mg/L)

8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0

1

2

3

Stasiun

4

5

6

Gambar 3 Konsentrasi DO di perairan Situ Cilala
Nilai nitrat di Situ Cilala berkisar antara 1,04-1,29 mg/L dan nilai nitrat
rata-rata 1,17 mg/L. Konsentrasi nitrat tertinggi terdapat pada stasiun 1 atau inlet
(Gambar 4). Konsentrasi total fosfat di Situ Cilala berkisar antara 0,09-0,26 mg/L
dengan rata-rata 0,17 mg/L. Konsentrasi total fosfat tertinggi terdapat pada stasiun
4 (Gambar 4).

11

Konsetrasi (mg/L)

2.00
1.50
1.00

Nitrat

0.50

Total posfat

0.00
-0.50

0

1

2

3

4

5

6

Stasiun

Gambar 4 Konsentrasi nitrat dan total fosfat di perairan Situ Cilala
Parameter fisika dan kimia bersinergi dengan parameter biologi dan akan
menjelaskan kondisi perairan. Klorofil-a, salah satu dari parameter biologi yang
diukur, mengindikasikan keberadaan fitoplankton di perairan. Nilai klorofil Situ
Cilala berkisar antara 17,68-32,77 mg/m3 dengan nilai rata-rata 25,22 mg/m3.Nilai
klorofil tertinggi terdapat pada bagian inlet (Gambar 5; Lampiran 2).

Konsetrasi (mg/L)

60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
0

2

Stasiun

4

6

Gambar 5 Konsentrasi klorofil di perairan Situ Cilala
Nilai klorofil erat kaitannya dengan keberadaan fosfat. Klorofil akan
meningkat dengan semakin meningkatnya ortofosfat yang ada di perairan. Hasil
analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara ortofosfat dan klorofil
adalah sebesar 0,999, yang berarti korelasi antar keduanya sangat erat (Gambar 6).
Schindler (1977) dalam McCauley (1989) juga menyatakan bahwa ada hubungan
yang erat antara fosfat dengan klorofil karena fosfat merupakan nutrien utama
yang juga menjadi faktor pembatas bagi produktivitas alga di perairan tawar.

Klorofil (mg/L)

50.00
40.00
30.00

y = -0.088x2 + 3.860x - 3.814
R² = 0.997
n=4

20.00
10.00
0.00
0

10

20

Ortofosfat (mg/L)

30

40

Gambar 6 Keterkaitan antara ortofosfat dan klorofil di Situ Cilala

12
Kondisi fisika dan kimia perairan Situ Cilala dalam kondisi baik dan
masih di bawah baku mutu untuk kegiatan perikanan (PPRI No. 82 Tahun 2001).
Berdasarkan nilai TSI (60-75), perairan Situ Cilala tergolong eutrofik sedangeutrofik tinggi. Perairan dengan status eutrofik dapat dikembangkan untuk
kegiatan pemeliharaan ikan dengan sistem semi intensif.

Pendugaan Kuantitatif Pakan Terbuang dari Keramba
Pemeliharaan ikan mas koki dilakukan selama lima bulan dengan
menggunakan sistem keramba. Ikan mas yang dipelihara berawal dari ikan yang
berumur 1 bulan dengan bobot rata-rata 0,19 g dan akan dipanen pada usia 6 bulan
dengan bobot rata-rata 80,02 g. Produksi ikan mas koki yang dihasilkan mencapai
300 ekor per petak dengan biomassa 24,01 kg. Pada awal penebaran, padat tebar
ikan koki adalah 50 ekor/m2 yang kemudian dikurangi 50% setiap 2 minggu.
Selama pemeliharaan, pakan yang dibutuhkan adalah cacing dan pelet.
Jumlah pakan yang dibutuhkan per unit keramba akan berbeda sesuai dengan
padat tebar dan umur ikan. Ikan dengan umur 1-2 bulan akan menghabiskan 462
kg cacing untuk jumlah tebar 25.000 ekor, sementara pada usia 2-6 bulan akan
menghabiskan pelet sebanyak 3.270 kg untuk 25.000 ekor ikan. Pemberian pakan
dilakukan pada pagi dan sore hari, dengan FCR 15,7 pakan cacing dan 2,5 untuk
pakan pelet. Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging, dibutuhkan sebanyak 15,7
kg cacing untuk ikan usia 1-2 bulan dan 2,5 kg pelet untuk ikan usia 2-6 bulan.
Berdasarkan analisis pendugaan fosfat pada pakan, diketahui bahwa
kandungan fosfat pada pakan pelet lebih tinggi dari cacing. Namun, protein cacing
lebih mudah diserap oleh ikan dibandingkan dengan protein pada pelet.
Berdasarkan hasil analisis kandungan fosfat yang diserap oleh tubuh ikan dan
kandungan fosfat pada pakan, diketahui bahwa fosfat yang masuk ke perairan dari
kegiatan keramba adalah sebesar 0,64 kg/petak dari cacing dan 0,87 kg/petak dari
pelet (Tabel 5). Nilai ini dihitung dari selisih kandungan fosfat yang terdapat pada
pakan dan kandungan fosfat yang mampu diserap oleh tubuh ikan (Lampiran 4).
Tabel 5 Nilai beban fosfat yang dilepas ke perairan berdasarkan kandungan fosfat
yang diserap tubuh ikan per masa pemeliharaan
Massa
Biomassa % P dalam
%P
P terbuang
FCR
pemeliharaan (kg/petak)
tubuh
pakan
(kg/petak)
1-2 bulan
39,18
0,09
0,11
15,7
0,64
2-6 bulan
24,01
0,12
1,50
2,5
0,87

Daya Dukung Keramba dan Ikan Alami di Situ Cilala
Prinsip dalam pemanfaatan perairan untuk kegiatan pemeliharaan ikan,
khususnya dengan sistem keramba, harus didasarkan kepada prinsip daya dukung
perairan, jenis, dan ukuran ikan yang dipelihara, dengan mengacu kepada
kemampuan perairan dalam menampung limbah buangan (Sukadi et.al 2007),
salah satunya adalah fosfat. Limbah ini berasal dari pakan yang diberikan untuk
ikan yang dipelihara.

13
Variabel lain yang diperhitungkan dalam pendugaan daya dukung bagi
keramba adalah ukuran benih, padat tebar, sintasan ikan (survival rate),
manajemen pemberian pakan, dan jenis pakan yang diberikan yang akan
menentukan presentase kandungan fosfat (P) dalam pakan tersebut. Data variabel
yang diperlukan untuk pendugaan daya dukung yang diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara terhadap pembudidaya keramba.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan di
lapang, dilakukan penentuan daya dukung Situ Cilala untuk pemeliharaan ikan
mas koki dengan sistem keramba. Penentuan ini juga melibatkan luas perairan,
kedalaman rata-rata, debit tahunan, dan laju pembilasan. Hasil analisis
menunjukkan bahwa daya dukung perairan Situ Cilala untuk keramba ikan mas
koki adalah sebesar 140 ton ikan/tahun (Tabel 6).
Tabel 6 Penentuan daya dukung perairan Situ Cilala untuk pemeliharaan ikan mas
koki dengan sistem keramba
Parameter
Satuan
Hasil
2
Luas perairan
m
120.000
Rata-rata kedalaman
m
1,88
3
Volume perairan
m
225.600
Debit air keluar/tahun
m3/tahun
11.861.741
Flushing rate
/tahun
53
Pf ([P] setelah ada keramba)
mg/m3
437,53
Pi ([P] saat ini)
mg/m3
174,64
ΔP (selisih Pf dan Pi)
mg/m3
262,89
R
0,15
Rfish
(asumsi: x = 0,5)
0,58
Lfish
g/m2/tahun
53,60
Total loading keramba ditampung situ
g/tahun
7.412.214,53
Loading P/ton ikan
g/ton ikan
52.670
Daya dukung
ton ikan/tahun
140
Jenis keramba yang digunakan untuk pemeliharaan ikan mas koki di Situ
Cilala adalah jenis pen cage. Keramba tipe ini dibangun di perairan yang dangkal
dengan luasan yang relatif sempit. Beveridge (1984) menyebutkan keramba tipe
pen dapat dibangun pada perairan dengan kedalaman < 10 m dan luasan 1-50 ha.
Jika seluruh luasan situ dibangun keramba, maka jumlah keramba ikan koki
dengan ukuran 10 x 5 m2 adalah sebanyak 2.400 unit. Namun, pembangunan
keramba yang dilakukan pada seluruh luasan situ akan menyebabkan nilai estetika
situ berkurang menimbang Situ Cilala juga digunakan untuk kegiatan rekreasi.
Selain itu, perlu adanya kolaborasi pemanfaatan situ untuk keramba dan ikan
alami, sehingga dilakukan penzonasian.
Berdasarkan asumsi penzonasian yang dilakukan, keramba dibangun pada
bagian pinggiran situ dengan kedalaman 2-3 m tanpa inlet dan outlet. Hal ini
ditujukan agar bagian tengah bisa dimanfaatkan untuk ikan alami dan tidak
mengganggu keindahan situ. Selain itu, pembangunan keramba di bagian situ
yang dangkal akan memudahkan petani keramba untuk mengontrol keramba dan
meminimalisir modal yang dikeluarkan oleh petani. Hasil perhitungan yang
dilakukan terhadap kontur Situ Cilala yang dilakukan oleh Hadijah (2002)

14
menunjukkan bahwa luasan situ dengan kedalaman 2-3 m adalah 40% dari luas
keseluruhan atau sekitar 48.000 m2.
Saat ini terdapat sebanyak 300 keramba di Situ Cilala. Penentuan daya
dukung ditujukan untuk menentukan jumlah penambahan keramba yang
diperbolehkan yang mampu ditampung situ. Jumlah produksi dari penambahan
keramba yang diperbolehkan adalah sebesar 48,8 ton. Jika dilakukan
penghitungan, maka jumlah penambahan keramba yang boleh dibangun adalah
sebanyak 1000 keramba. Namun selain memperhatikan luasan perairan yang bisa
dibangun keramba, jarak antar keramba juga memegang peranan penting.
Rochdianto (2000) menyebutkan jarak antar keramba yang baik adalah 10-30
meter agar arus air dapat leluasa membawa air segar ke dalam keramba,
sedangkan Schmittou (1991) menyebutkan jarak yang baik adalah sejauh 50 m.
Berdasarkan luasan yang bisa dibangun keramba dengan luasan 50 m2 dan jarak
antar keramba adalah 30 m, maka jumlah penambahan keramba yang boleh
dibangun adalah 600 keramba.
Penentuan daya dukung perairan untuk keramba di setiap perairan akan
berbeda. Hal ini dikarenakan kondisi perairan sangat mempengaruhi pendugaan
daya dukung pemeliharaan ikan di keramba. Luas, kedalaman, laju pembilasan,
dan koefisien retensi mempengaruhi besarnya nilai daya dukung perairan tersebut.
Tabel 7 Nilai daya dukung di beberapa perairan
Parameter
Sumber
2

Luas permukaan (m )
Kedalaman (m)
Flushing rate (/tahun)
FCR
P pada pakan (kg/ton pakan)
Jenis ikan
P pada ikan (kg/ton ikan)
Daya dukung (ton/tahun)

Situ Cilala
Penelitian
ini (2013)
1,2 x 104
1,88
53
9,1
3,74 ; 15
Mas koki
1,2
140

Danau
Kesikköprü
Pulatsü
(2003)
6,5 x 106
14,62
22,68
1,24
11
Trout
2,2
3.335

Danau
Karibia
Mhlanga
et.al (2013)
5,5 x 109
29,2
0,34
1,7
9,8
Tilapia
7,5
33.200

Waduk Cirata
Insan (2009)
6,2 x 107
34,9
1,18
1,8
12
Mas, nila, patin
99,4
95.520

Tabel 7 menunjukkan bahwa perairan dengan ciri berbeda memiliki nilai
daya dukung yang berbeda. Luas perairan tentu sangat memegang peranan penting
dalam penentuan daya dukung. Semakin luas perairan, maka semakin luas areal
yang bisa dibangun untuk kegiatan keramba. Selain luas, koefisien retensi juga
memegang peranan penting. Koefisien retensi yang semakin besar menunjukkan
bahwa perairan memiliki waktu tinggal air yang semakin singkat. Waktu tinggal
yang singkat menyebabkan proses sedimentasi yang tinggi sehingga beban
organik yang semakin tinggi (Lukman dan Hidayat 2002). Hal ini akan
menyebabkan nilai daya dukung perairan rendah.
Pemeliharaan ikan dengan sistem semi-intensif memanfaatkan ikan alami
yang mampu memanfaatkan fitoplankton di perairan akibat penambahan bahan
organik dari kegiatan keramba. Ikan alami juga harus ditentukan daya dukungnya
agar dapat hidup dengan memanfaatkan pakan alami yang tersedia di perairan.
Penentuan daya dukung untuk ikan alami yang ada di perairan berbeda dengan
penentuan daya dukung ikan hias yang dipelihara dengan keramba. Analisis ini
didasarkan pada nilai produktivitas primer yang menggambarkan keberadaan

15
fitoplankton di perairan yang akan dimanfaatkan sebagai pakan dari ikan. Nilai
produktivitas primer dapat diduga dari jumlah fosfat yang masuk ke perairan dari
kegiatan keramba. Nilai produktivitas primer maksimum yang diperoleh adalah
sebesar 420 gC/m2/tahun. Nilai produktivitas ini dikonversi ke dalam persentase
produktivitas ikan per tahun yakni menjadi 0,85%. Hasil analisis daya dukung
ikan di luar keramba ditampilkan pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8 Hasil perhitungan daya dukung ikan alami di luar keramba
Parameter
Satuan
Hasil
2
PP
gC/m /tahun
420
PP ikan
%
0,85
Produksi ikan
gC ikan/m2/tahun
3,57
Total ikan/m2
g ikan/m2/tahun
35,7
g ikan/tahun
4.284.000
Daya dukung
ton ikan/tahun
4,28
Ukuran awal
g
25
Ukuran panen
g
250
Jumlah ikan
ekor/tahun
19.040
Ikan alami yang ada di luar keramba biasanya merupakan ikan herbivora
sehingga bisa memanfaatkan fitoplankton di perairan. Ikan alami yang ada dapat
dipanen pada waktu tertentu dengan ukuran panen yang diharapkan. Berdasarkan
penentuan daya dukung ikan alami, maka Situ Cilala mampu menampung 4,28
ton ikan alami di luar keramba pada saat jumlah keramba maksimum. Jika
diasumsikan pertumbuhan ikan adalah 225 g dengan bobot awal ikan alami adalah
25 g dan menghasilkan ukuran ikan 250 g, maka jumlah ikan yang ada di perairan
adalah 19.040 ekor ikan. Jumlah ikan yang ada di luar keramba harus disesuaikan
dengan jumlah keramba yang dibangun. Penambahan jumlah terjadi secara
bertahap seiring dengan penambahan jumlah keramba yang berkorelasi dengan
jumlah fosfat yang terbuang ke perairan.

Pembahasan
Pemeliharaan ikan dengan menggunakan sistem keramba merupakan
kegiatan pemeliharaan ikan dengan menggunakan wadah yang umumnya terbuat
dari jaring, dimana ikan yang tebar berukuran sedikit lebih besar dibandingkan
dengan ukuran mata jaring (Ryding dan Rust 1989). Penerapan sistem keramba
dalam pemeliharaan ikan hias perlu didukung dengan adanya kajian daya dukung
sehingga didapatkan jumlah maksimum penambahan keramba yang boleh
dibangun. Penentuan ini dilakukan sebagai batasan pemanfaatan sumber daya
perairan agar tetap ramah lingkungan yang didasarkan pada kondisi perairan, baik
kondisi fisika, kimia, maupun biologi perairan.
Pemeliharaan ikan dengan menggunakan sistem keramba sudah lama
dikenal oleh masyarakat dan terus dikembangkan pemanfaatannya dengan
menggunakan jaring sintetis di perairan tawar hingga estuari. Beveridge (2004)
menyebutkan bahwa sistem keramba dibagi menjadi 3, yaitu ekstensif, semi
intensif, dan intensif. Perairan Situ Cilala tergolong sebagai perairan yang eutrofik

16
sehingga baik dikembangkan untuk pemeliharaan ikan dengan sistem semi
intensif (Beveridge 2004), yaitu pemeliharaan ikan di dalam keramba dan di luar
keramba.
Ikan yang dipelihara dengan menggunakan sistem keramba di Situ Cilala
adalah ikan hias. Salah satu ikan yang dipelihara adalah ikan mas koki oranda
(Carrasius auratus Linnaeus 1758) yang memiliki bentuk tubuh yang unik dengan
mata kecil. Pada bagian kepala terdapat jambul yang bagus (Gambar 7).

Gambar 7 Ikan mas koki oranda (Carrasius auratus)
Pemeliharaan ikan dengan keramba memanfaatkan pakan tambahan untuk
meningkatkan hasil produksi. Penggunaan pakan tambahan dalam pemeliharaan
ikan tentu akan menyumbang limbah organik ke perairan. Jumlah fosfat yang
masuk ke perairan akan berbeda tergantung kepada kandungan fosfat pada pakan
(Vanni et.al 2002) dan kemampuan menyerap fosfat oleh ikan (Beveridge 1984).
Yosmaniar (2010) juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan linear positif
antara konversi pakan yang diberikan dengan limbah fosfat yang dihasilkan dan
masuk ke perairan. Jumlah beban limbah sangat bervariasi sesuai dengan jenis
ikan, karakteristik pakan (kandungan nutrisi, kualitas bahan baku, teknologi
pakan), respon biologi ikan (pertumbuhan, sintasan), kebutuhan nutrisi pakan
pada masing-masing spesies dan ukuran pakan, manajemen pakan (jumlah,
frekuensi, teknis pemberian pakan), serta kelengkapan sarana pemeliharaan
(Ramsseyer dan Garling 1997 dalam Yosmaniar 2010). Fosfat yang masuk ke
perairan dari aktivitas perikanan keramba secara langsung mempunyai dampak
yang sangat berpengaruh terhadap tingkat trofik perairan waduk (An dan Kim
2003).
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa penggunaan pakan buatan
lebih banyak menyumbang limbah organik dibandingkan dengan penggunaan
pakan alami. Hal ini dikarenakan pakan buatan mengandung fosfat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pakan alami. Selain itu, ikan memiliki keterbatasan
dalam menyerap protein yang ada pada pakan. Kualitas pakan sangat ditentukan
oleh nilai gizi pakan, seperti protein, lemak, dan mikro nutrien lainnya seperti
mineral dan vitamin (Azwar et.al 2004). Jenis pakan alami yang mengandung
protein hewani lebih mudah diserap dibandingkan dengan pakan buatan yang
mengandung protein nabati (Afrianto dan Liviawaty 2005).
Agar masukan bahan organik tidak menyebabkan dampak negatif terhadap
perairan, maka digunakan ikan alami di luar keramba dengan tujuan
memanfaatkan fitoplankton di perairan. Ikan yang dimasukkan haruslah memiliki
toleransi yang tinggi terhadap perubahan kualitas air. Ikan alami yang ada di luar
keramba di perairan Situ Cilala pada kasus ini adalah ikan nila karena ikan ini

17
memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan merupakan
ikan herbivora sehingga mampu memanfaatkan fitoplankton yang tersedia di
perairan.
Kenchington dan Hudson (1984) menjelaskan bahwa daya dukung adalah
jumlah atau kuantitas maksimum ikan yang dapat didukung oleh suatu badan air
dalam jangka panjang, yang dipengaruhi oleh waktu pencucian, volume badan air,
dan beban limbah yang masuk ke perairan. Daya dukung untuk kegiatan
pemeliharaan ikan merupakan daya atau kekuatan suatu perairan dalam
menampung jumlah ikan tertentu pada lingkungan tertentu untuk dapat memenuhi
kebutuhan populasi ikan yang dipelihara tanpa menurunkan kualitas perairan.
Daya dukung perairan biasanya didasarkan kepada unsur cemaran,
khususnya fosfor dan nitrogen, yang terdapat pada pakan yang masuk ke perairan.
Unsur P dan N merupakan unsur yang mempengaruhi kesuburan perairan, namun
P lebih sering menjadi penyebab utama. Hal ini dikarenakan N dapat mengalami
denitrifikasi sehingga larut di dalam air, berbeda halnya dengan P yang dapat
mengendap dan terakumulasi di sedimen. Selain itu, fosfat merupakan jenis
limbah yang banyak dihasilkan dari kegiatan keramba di perairan tawar
dibandingkan dengan nitrogen (Guo et.al 2009). Dampak negatif yang
ditimbulkan dari keramba terhadap perairan adalah terjadinya pengkayaan nutrien
yang bergantung kepada musim, kualitas air, jumlah ikan stres, kualitas dan
kuantitas pakan, manajemen pemberian pakan, efisiensi produksi dan lama
pemeliharaan (Costa-Pierce 1996).
Isu pengembangan perikanan keramba di perairan umum, seperti danau
adalah menurunnya kualitas air sebagai akibat dari beban limbah sisa pakan yang
masuk ke perairan. Permasalahan ini umumnya muncul karena disebabkan oleh
penerapan kegiatan perikanan keramba yang tidak ramah lingkungan sehingga
mengakibatkan penurunan kualitas air sampai kematian massal pada ikan
(Krismono 1998, Haryani 2002). Permasalahan ini dapat diantisipasi dengan
memperhatikan jumlah keramba, jenis dan jumlah ikan, serta kualitas pakan yang
diberikan (Costa-Pierce 1996). Selain itu, perlu didukung oleh dukungan
pemerintah dalam bentuk perbaikan teknologi, penegakan aturan dan perizinan
yang jelas, adanya sistem pembatasan jumlah keramba dan pembuangan beban
pencemar, serta adanya komitmen yang jelas antar lembaga terkait (Costa-Pierce
2002).
Pemanfaatan Situ Cilala sebagai tempat pemeliharaan ikan hias perlu
dikelola dengan baik agar tidak melebihi daya dukung yang dapat berdampak
negatif terhadap perairan. Menyikapi perizinan pembangunan keramba di Situ
Cilala yang tergolong mudah, perlu adanya badan perizinan khusus bagi
pembangunan keramba agar pembangunan dapat terkoordinir. Selain itu,
penzonasian dan penataan letak keramba perlu dilakukan dengan baik agar
produksi perikanan meningkat dan kegiatan lain di Situ Cilala juga dapat berjalan
dengan baik.

18

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Situ Cilala yang dikembangkan untuk kegiatan perikanan ikan hias,
khususnya ikan koki, dengan sistem keramba memiliki potensi sebesar 140 ton
per tahun dengan masa pemanenan 2 kali dalam setahun. Jumlah penambahan
keramba yang boleh dibangun di Situ Cilala adalah 600 keramba. Kegiatan
perikanan dengan sistem keramba ini memanfaatkan pakan tambahan berupa
cacing dan pelet yang mampu menyumbang limbah organik ke perairan, sehingga
dibutuhkan ikan alami di luar keramba yang mampu memanfaatkan fitoplankton.
Ikan alami sebagai pemanfaat fitoplankton yang berkorelasi dengan jumlah fosfat
terbuang dari keramba adalah sebanyak 19.040 ekor dan akan menghasilkan
produksi sebesar 4,28 ton per tahun.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan penghitungan daya dukung Situ Cilala
untuk kegiatan ker