Hubungan Faktor Iklim dengan Kejadian Kebakaran Hutan di KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN KEJADIAN
KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR, PERUM
PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

NOVA PUSPITASARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Faktor Iklim
dengan Kejadian Kebakaran Hutan di KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat dan Bantenadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Nova Puspitasari
NIM E44090043

ABSTRAK
NOVA PUSPITASARI.Hubungan Faktor Iklim dengan Kejadian Kebakaran
Hutan di KPHBogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Dibimbing
oleh LAILAN SYAUFINA.
Kebakaran hutan adalah salah satu faktor perusak lingkungan yang dalam
dua dekade terakhir sering terjadi di Indonesia sehingga merupakan masalah
serius yang hingga saat ini belum dapat diatasi dengan optimal.Cuaca sangat
mempengaruhi kejadian kebakaran hutan baik frekuensi, luas, musim, dan
dampak kebakaran. Faktor-faktor cuaca seperti suhu, kelembaban, curah hujan,
angin, dan stabilitas udara secara langsung mempengaruhi potensi terjadinya
kebakaran hutan melalui ketersediaan bahan bakar dan penjalaran api. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor cuaca dengan kejadian
kebakaran hutan di wilayah Bogor.Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur
iklim dengan kebakaran dapat dimodelkan melalui analisis regresi.Berdasarkan

korelasi Pearson, unsur iklim yang paling kuat hubungannya dengankebakaran
hutan adalah curah hujan bulanan.
Kata kunci: kejadian kebakaran hutan, korelasi Pearson, unsur iklim

ABSTRACT
NOVA PUSPITASARI.Correlation of Weather Factorsand Forest Fire
Occurencein KPH Bogor, Perum Perhutani Unit IIIWest Java and
Banten.Supervised by LAILAN SYAUFINA.
Forest fire is one of the factors affecting environmental-damage that have
been occuring frequently in Indonesia for the last two decades. It is a serious
problem that, until today, it cannot be controlled optimally. Climate condition
highly affects forest fire occurence, in term of the frequency, magnitude, season,
and the effects. Climate factors including temperature, humidity, precipitation,
wind, and air stability directly affect the potential of forest fire occurence through
fuel availability and fire spread. This research was done to analyze the correlation
between climate factors and forest fire occurence in Bogor. The result shows that
the correlation between climatic factors and forest fire could be modelled through
regression analysis. Based on Pearson‟s Correlation, climate factors that has the
strongest correlation with forest fire is monthly rainfall.
Keywords: forest fire occurence, Pearson‟s correlation, weather factors


HUBUNGAN FAKTOR IKLIM DENGAN KEJADIAN
KEBAKARAN HUTAN DI KPH BOGOR, PERUM
PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

NOVA PUSPITASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi :Hubungan Faktor Iklim dengan Kejadian Kebakaran Hutan di KPH

Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
Nama
: Nova Puspitasari
NIM
: E44090043

Disetujui oleh

Dr Ir Lailan Syaufina, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Hubungan Faktor Iklim dengan Kejadian Kebakaran Hutan di KPH
Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

: Nova Puspitasari
Nama
: E44090043
NIM

Disetujui oleh

セ@

Dr Ir Lailan Syaufina, MSc
Pembimbing

Tanggal Lulus:

セ oj@

JAN 2.01,

PRAKATA


Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah
kebakaran hutan, dengan judul Hubungan Faktor Iklim dengan Kejadian
Kebakaran Hutan di KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan
Banten..
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Lailan Syaufina, MSc selaku dosen pembimbingyang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, solusi, dan seluruh
bantuannya dalam penelitian dan penyelesaian skripsi.
2. Segenap tim Penelitian untuk aspek „Dampak Perubahan Iklim pada
Gangguan Hutan di Wilayah Bogor‟ yang telah membantu penyusunan
dan dana pembuatan skripsi.
3. Bapak, ibu, dan adik serta keluarga tercinta yang selalu memberikan
do‟a dan dukungan secara moral maupun spiritual dalam penyusunan
skripsi.
4. Naufal dan Vera yang telah membantu banyak dalam penyusunan
skripsi dan teman-teman angkatan46 Institut Pertanian Bogor atas
bantuan, semangat, dan keceriaan yang diberikan dalam penyusunan

skripsi.
5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui penelitian BOPTN yang
berjudul „Dampak Perubahan Iklim pada Gangguan Hutan di Wilayah
Bogor‟ atas bantuan dana dalam penelitian ini.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Nova Puspitasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2


Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu Pengumpulan Data

2

Alat dan Bahan

3


Metode Pengumpulan Data

3

Metode Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Kondisi Iklim Lokasi Penelitian

4

Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode Tahun 2008-2012

7


Hubungan Unsur Iklim di Wilayah Bogor dengan Kejadian Kebakaran Hutan

8

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL
1

Rata-rata unsur iklim periode 2008-2012 di wilayah Bogor

4

DAFTAR GAMBAR
1

Distribusi suhu rata-rata bulanan periode 2008-2012 di wilayah Bogor

5

2

Distribusi kelembaban relatif bulanan periode 2008-2012 di wilayah Bogor 5

3

Distribusi kecepatan angin rata-rata bulanan periode 2008-2012 di wilayah
Bogor
6

4

Distribusi curah hujan rata-rata periode 2008-2012 di wilayah Bogor

6

5

Diagram Walter-Lieth

7

6

Frekuensi Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode 2008-2012

8

7

Luas Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode 2008-2012

8

8

Hubungan antara suhu rata-rata dengan kejadian kebakaran

9

9

Hubungan antara kelembaban relatif dengan kejadian kebakaran

10

10 Hubungan antara curah hujan Bogor Tengah dengan kejadian kebakaran

10

11 Hubungan antara kecepatan angin rata-rata dengan kejadian kebakaran

11

DAFTAR LAMPIRAN
1

Unsur Iklim di wilayah Bogor pada periode 2008-2012

14

2

Kejadian kebakaran di wilayah Bogor periode 2008-2012

16

3

Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS

22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebakaran hutan adalah salah satu faktor perusak lingkungan yang dalam
dua dekade terakhir sering terjadi di Indonesia dan meningkat intensitasnya, serta
merupakan permasalahan serius yang hingga saat ini belum dapat diatasi dengan
optimal.Adanya musim kemarau yang panjang, kondisi hutan Indonesia yang
semakin rawan pada kebakaran, kesadaran masyarakat yang kurang, serta
sarana/prasarana pengendalian kebakaran yang terbatas merupakan faktor-faktor
yang berkaitan dengan kejadian kebakaran hutan di Indonesia.
Sejarah kebakaran hutan di Indonesia mencatat bahwa kebakaran hutan
yang terbesar hingga dinyatakan sebagai bencana nasional terjadi pada tahun
1997‒1998 yang mencapai luasan areal terbakar tersebar di berbagai pulau.
Sumatera memiliki luas areal terbakar 1.7 juta Ha, Kalimantan 6.5 juta Ha, Jawa
0.1 juta Ha, Sulawesi 0.4 juta Ha, dan Irian jaya (sekarang Papua) 1 juta Ha.
Dalam pembagian areal hutan terbakar sesuai dengan tipe hutan, tercatat hutan
pegunungan 0.1 juta Ha, hutan dataran rendah 3.3 juta Ha, gambut 1.5 juta Ha,
lahan pertanian dan alang-alang terbuka 4.5 juta Ha, HTI dan perkebunan 0.3 juta
Ha, dengan total kerugian mencapai Rp 9.5 juta Trilyun (FAO 1998).Mengingat
besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan, maka perlu dilakukan
pengendalian kebakaran hutan yang tepat guna dan sasaran.
Fuller (1991) menyatakan bahwa cuaca sangat mempengaruhi bagaimana,
dimana, dan kapan kebakaran hutan dapat berlangsung.Cuaca kebakaran hutan
(Fire Weather) yaitu sifat-sifat cuaca yang mempengaruhi terjadinya
kebakaran.Faktor-faktor cuaca seperti suhu, kelembaban, curah hujan, angin, dan
stabilitas udara secara langsung mempengaruhi potensi terjadinya kebakaran
hutan. Faktor lain seperti jangka musim kemarau yang lama berpengaruh pada
pengeringan bahan bakar, sehingga secara tidak langsung dalam jangka pendek
maupun jangka panjang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan.
Karena itu dibutuhkan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)
untuk mengetahui periode waktu potensial dari bahaya kebakaran hutan dan
memperkirakan kapan kebakaran hutan dapat terjadi (Goldammer 2009).Salah
satunya dari unsur-unsur cuaca seperti sinar matahari, suhu, kelembaban, curah
hujan, evaporasi, dan sebagainya.Untuk mendapatkan hasil yang tepat, dibutuhkan
informasi yang relevan, salah satunya adalah hubungan antara sejarah kejadiankejadian kebakaran hutan sebelumnya dengan faktor iklim dan cuaca sebagai
salah satu faktor utama.Diharapkan informasi yang didapat akan bermanfaat untuk
mengambil tindakan yang tepat dalam pencegahan, pengendalian, dan penanganan
kebakaran hutan setelahnya.
Perumusan Masalah
Masalah yang ingin ditemukan adalah apakah faktor iklim yang berubah
dalam kurun waktu lima tahun terakhir yakni periode 2008-2012 memiliki
hubungan dengan kejadian kebakaran hutan di KPH Bogor atau tidak. Jika
terdapat hubungan yang nyata, maka dapat dicari juga jenis hubungan dan model
persamaannya, dan apa akibat dari hubungan tersebut.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara unsur iklim
dengan kejadian kebakaran hutan di KPH Bogor dan memperoleh model
persamaan terbaik dari hubungan unsur iklim yang berpengaruh dengan kejadian
kebakaran hutan.
Manfaat Penelitian
Hubungan antara unsur iklim dengan kejadian kebakaran dan model
persamaan hubungan unsur iklim dengan kejadian kebakaran dapat digunakan
untuk memprediksi kejadian kebakaran hutan berikutnya sebagai peringatan dini
terhadap kejadian kebakaran.
Ruang Lingkup Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Berdasarkan administrasi pemerintah, lokasi penelitian terletak di
Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
B. Topografi
Lokasi penelitian berada pada ketinggian berkisar antara 200-300
meter di atas permukaan laut (mdpl), dan keadaan lapangan yang
bergelombang ringan atau berbukit serta kemiringan lahan antara 5-70%.
C. Iklim
Daerah ini termasuk dalam kategori iklim basah dengan tipe curah
hujan A (menurut Schmidt dan Ferguson), curah hujan rata-rata 30004000mm per tahun dan jumah hari hujan rata-rata 140-260 hari per tahun.
D. Tanah
Menurut peta tinjau Provinsi Jawa Barat tahun 1996 dengan skala 1 :
250.000, tanah di daerah ini termasuk jenis tanah Podsolik Merah Kuning
dan sebagian Ultisol dengan bahan induk batuan liat dengan fisiografi
bukit lipatan. Tanah di daerah ini bersifat masam dengan pH berkisar
antara 4.5-4.7.Sedangkan tekstur tanah liat dan berstruktur gumpal, dengan
drainase baik dan agak baik.Solum tanah agak dalam, kandungan bahan
organik baik N, P, maupun K relatif rendah.

METODE
Tempat dan Waktu Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
dan Bantenpada bulan Juli 2013.

3

Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kalkulator, dan
seperangkat komputer lengkap dengan program analisis statistik SPSS
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data iklim
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dari BMKG Stasiun Bogor pada
periode tahun 2008-2012 yang meliputi curah hujan bulanan, temperatur
udara bulanan, kelembaban nisbi bulanan, kecepatan angin bulanan, serta
data-data kejadian kebakaran hutan di KPH Bogor yakni data statistik
kebakaran bulanan pada periode tahun 2008-2012.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi data kejadian kebakaran hutan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
yang diperoleh dari KPH Bogor dan data iklim Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Daerah Bogor.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara unsur
iklim dengan titik panas (hotspot) adalah software SPSS dan Curve Expert dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Penghitungan data kejadian kebakaran hutan di Kabupaten Bogor
2) Penghitungan nilai unsur iklim bulanan
3) Pembuatan kurva Walter dan Lieth untuk mengetahui periode bulan basah dan
bulan kering dengan menghubungkan antara suhu rata-rata dengan curah hujan
rata-rata.
4) Penghitungan nilai korelasi dan tingkat pengaruh antara titik panas (hotspot)
dengan unsur iklim. Nilai korelasi dihitung dengan rumus:
� �− (
�) (
� )/�
r=


2− (

�)


2



2− (

2
�)


Keterangan: Xi = Kejadian kebakaran bulan ke-i tahun ke-j
Yi = Unsur iklim ke-i tahun ke-j
n = bulan (24)
Besarnya nilai r berkisar antara – 1 ≤ r ≤ 1dimana jika r mendekati +1 ataupun
-1 maka hubungan antar peubah itu kuat, serta terdapat korelasi yang tinggi
diantara keduanya (Walpole, 1992).
5) Menentukan model persamaan terbaik dari hubungan antara unsur iklim
(berkorelasi erat dan berpengaruh nyata) dengan kurva expert. Ada beberapa
model persamaan:
 Model Linear Fit
: y = a + bx
 Model Quadratic Fit
: y = a + bx + cx2
 Model Polynomial Fit
: y = a + bx + cx2 + dx3 + ...
+ �
 Model Rational Function
:y=
1+ � + � 2

4

 Model Sinusoidal Fit
 Model Exponential Association
 Model User-Defined

: y = a +b cos (cx + d)
: y = a ( 1 – e-bx)
: y = a*cos (x + d) + b*cos (2*x + d)
+ c*cos (3*x + d)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Iklim Lokasi Penelitian
Kondisi iklim periode 2008-2012 di bawah ini merupakan rata-rata dari
masing-masing unsur iklim selama 5 tahun terakhir.
Tabel 1 Rata-rata unsur iklim periode 2008-2012 di wilayah Bogor
Unsur Iklim
Bulan

Suhu Ratarata (°C)

Kelembaban
Relatif (%)

Kecepatan Angin
(Knots)

Januari

25.3

86

3.6

Februari

25.3

86

3.4

Maret

25.7

84

3.7

April

26.1

83

3.3

Mei

26.1

84

3.2

Juni

26.0

82

3.0

Juli

25.7

79

3.3

Agustus

25.8

78

3.5

September

25.8

78

3.7

Oktober

26.0

82

3.5

November

25.8

83

3.3

Desember

25.8

85

3.5

321
430
371
316
309
272
190
219
388
470
483
319

Rata-rata

25.78

82.5

3.42

341

Curah Hujan (mm)

Sumber: diolah dari data Badan Meteorologi dan Geofisika Badan Wilayah II,
stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga-Bogor, 2013
1. Suhu Udara Rata-rata Bulanan
Suhu rata-rata wilayah Bogor pada periode tahun 2008-2012 adalah 25,78°C.
Suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan April dan Mei yakni sebesar
26.1°C dan suhu udara rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari dan Februari
sebesar 25.3°C.

5

Suhu rata-rata bulanan (°C)

26.2
26
25.8
25.6
25.4
25.2
25
24.8

Bulan

Gambar 1 Distribusi suhu rata-rata bulanan periode 2008-2012 di wilayah Bogor

Kelembaban rata-rata bulanan (%)

2. Kelembaban Relatif Bulanan (Relative Humidity/RH)
Perolehan data mengenai kelembaban relatif pada periode tahun 20082012 menunjukkan kebalikan dengan data suhu rata-rata periode tahun 20082012.Ditunjukkan dengan kelembaban relatif tertinggi pada bulan Januari dan
Februari sebesar 86% dan kelembaban relatif terendah pada bulan April dan
Mei sebesar 78%.
.
88
86
84
82
80
78
76
74

Bulan

Gambar 2 Distribusi kelembaban relatifbulananperiode 2008-2012 di wilayah
Bogor
3. Kecepatan Angin Rata-rata Bulanan
Pada periode tahun 2008-2012 nilai kecepatan angin berkisar dari 3.0
knots hingga 3.7 knots, dimana nilai terendah sebesar 3.0 knots pada bulan Juni,

6

Kecepatan Angin bulanan (knots)

dan kecepatan angin tertinggi sebesar 3.7 knots pada bulan Maret dan
September.
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0

0.5
0.0

Bulan

Gambar 3Distribusi kecepatan angin rata-rata bulanan periode 2008-2012 di
wilayah Bogor

Curah Hujan rata-rata bulanan (mm)

4. Curah Hujan Rata-rata Bulanan
Kisaran curah hujan rata-rata bulanan pada periode tahun 2008-2012 di
daerahBogor sebesar 190 mm pada bulan Juli hingga 470 mm pada bulan
Oktober.
600
500
400
300

200
100
0

Bulan

Gambar 4Distribusi curah hujan rata-rata periode 2008-2012 di wilayah
Bogor
Bulan basah berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson adalah bila curah
hujan dalam satu bulan > 100 mm, dan bila curah hujan dalam satu bulan < 60
mm termasuk dalam bulan kering.Pada periode tahun 2008-2012 bahwa curah

7

hujan bulanan berada di atas 100mm tidak ditemukan bulan kering.Dengan
demikian daerah Bogor termasuk beriklim basah.
Berdasarkan klasifikasi Oldeman bulan basah di wilayah Bogor adalah bulan
Agustus hingga Juni.Bulan lembab di wilayah Bogor hanya terjadi pada bulan
Juli.Menurut klasifikasi Oldeman bulan basah yaitu bulan dengan curah hujan
bulanan > 200 mm, dan bulan lembab adalah antara 100 hingga 200 mm.
Berikut adalah diagram Walter-Lieth yang menjelaskan hubungan antara
curah hujan dan suhu rata-rata bulanan. Berdasarkan diagram ini, bulan kering
berada pada bulan Februari hingga September dan Desember hingga Februari
karena kurva curah hujan rata-rata bulanan berada di atas kurva suhu bulanan.
Sedangkan bulan basah yang ditunjukkan dengan kurva suhu bulanan yang berada
di atas kurva suhu rata-rata bulanan pada bulan Februari dan September hingga
Desember.

450
Suhu Rata-rata Bulanan (°C)

25

400
350

20

300
15

250
200

10

150
100

5

50
0

Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm)

500

30

0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

bulan ke-

11

12

Suhu
Curah Hujan

Gambar 5 Diagram Walter-Lieth
Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode Tahun 2008-2012
Terdapat 18 kali kebakaran hutan di wilayah KPH Bogor dalam periode
tahun 2008-2012.Kejadian-kejadian kebakaran hutan terjadi diantara bulan Juli
hingga September, pada tahun 2008, 2009, 2011, dan 2012.Tidak ada kejadian
kebakaran hutan pada tahun 2007, 2010, dan 2013.
Penyebab dari kebakaran hutan yang biasa dialami oleh KPH Bogor adalah
kelalaian manusia.Pembukaan lahan dan pencarian pakan ternak adalah sebab
utama kejadian kebakaran hutan di daerah ini.

8

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Jan

Frekuensi

0

Feb Mar Apr Mei Jun
0

0

0

0

0

Jul Agst Sept Okt Nov Des
1

9

8

0

0

0

Gambar 6Frekuensi Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode 2008-2012
Luas daerah kejadian kebakaran di wilayah Bogor terbesar pada periode
2008-2012terjadi pada bulan Agustus, sebesar 112 ha.Namun, luasan tersebut
merupakansuatudata pencilan.Kejadian kebakaran hutan di wilayah Bogor
umumnya memiliki luas yang cukup kecil, bahkan diantaranya banyak yang
luasnya tidak mencapai satu hektar. Akan tetapi pada Agustus 2009 terdapat
kebakaran di hutan tanaman jenis kaliandra seluas 92.5 ha yang menyebabkan
luas total kejadian pada bulan Agustus naik drastis. Penyebab dari luas yang
sangat besar ini adalah kejadian kebakaran hutan terlambat diketahui dan lokasi
kejadian kebakaran hutan yang jauh dan sulit dijangkau oleh regu pemadam.
120
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Luas

0

0

0

0

0

0

Jul Agst Sept Okt Nov Des
6

112 6.8

0

0

0

Gambar 7 Luas Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode 2008-2012

Hubungan Unsur Iklim di Wilayah Bogor dengan Kejadian Kebakaran
Hutan
1. Hubungan Suhu Bulanan dengan Kejadian Kebakaran Hutan
Hubungan antara unsur cuaca dengan kejadian kebakaran hutan dapat
diketahui dengan membuat suatu model korelasi Pearson ataupun model

9

regresi.Hubungan suhu bulanan dengan kejadian kebakaran, variabel kejadian
kebakaran diwakili oleh kejadian kebakaran per bulan.Suhu udara merupakan
faktor yang selalu berubah tergantung pada intensitas radiasi surya dan
mempengaruhi suhu bahan bakar serta kemudahannya terbakar (Chandler et al.
1983).
Nilai korelasi Pearson antara suhu bulanan dan kejadian kebakaran hutan
adalah -0.359.Karena nilai korelasi berada di antara range 0.20 – 0.399, maka
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara suhu bulanan dan kejadian kebakaran
hutan adalah rendah.Nilai korelasi negatif artinya terjadi hubungan negatif, yakni
jika suhu meningkat maka kejadian kebakaran hutan berkurang.Hal ini
bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi suhu maka
semakin tinggi pula tingkat maupun kejadian kebakaran hutan.Suhu udara
merupakan salah satu faktor yang memudahkan bahan untuk terbakar dan tingkat
terbakarnya (Pyne 1984).Akan tetapi menurut Murdiyarso dkk (2004), hal ini
dapat terjadi jika kejadian kebakaran dilakukan secara sengaja (pembakaran yang
tidak terkontrol) untuk land-clearing dalam kurun waktu tertentu suhu tidak
memiliki fluktuasi yang nyata.Hal ini didukung dengan salah satu lokasi terbakar
pada tahun 2010 memang berbatasan langsung dengan lahan warga.
Pencarian hubungan dengan model regresi dapat dilakukan dengan kejadian
kebakaran hutan sebagai variabel tidak bebas (Y) dan unsur cuaca sebagai
variabel bebas (X).Dari analisis yang dilakukan, hasil menunjukkan hubungan
antara kejadian kebakaran hutan dan unsur suhu bulanan menunjukkan nilai
koefisien determinasi yang tertinggi sebesar 61.3% pada model polynomial fit.
6
5

Frekuensi

4
3

Poly. (Series1)

2

y = 11.70x3 - 897x2 + 22911x - 19501
R² = 0.697

1
0
25

25.5

26

26.5

Suhu rata-rata bulanan (°C)

Gambar 8 Hubungan antara suhu rata-rata bulanan dengan kejadian
kebakaran bulanan
2. Hubungan Kelembaban Relatif dengan Kejadian Kebakaran Hutan
Hubungan antara kelembaban relatif dengan kejadian kebakaran hutan
juga dapat diketahui dengan membuat suatu model korelasi Pearson dan model
regresi dimana kejadian kebakaran sebagai variabel tidak bebas (Y) dan unsur
kelembaban relatif sebagai variabel bebas (X).

10

Frekuensi

Kelembaban relatif antara lain dipengaruhi oleh suhu udara (Syaufina 2008).
Semakin sedikit kadar air di udara (RH kecil) maka semakin mudah bahan bakar
mengering. Hasil dari model korelasi Pearson adalah -0.096, yang menunjukkan
bahwa korelasi antara kelembaban relatif dan luas kejadian kebakaran sangat
rendah.Hasil negatif yang didapatkan juga memiliki arti bahwa semakin rendah
kelembaban relatif maka semakin luas areal yang terbakar.
6
5
4
3
2
1
0

Poly. (Kejadian
Kebakaran Hutan)
72

74

76

78

80

y = 0.140x2 - 21.74x + 842.2
R² = 0.474
82

Kelembaban rata-rata bulanan (%)

Gambar 9 Hubungan antara kelembaban relatif bulanan dengan kejadian
kebakaran bulanan
Pada model regresi yang digunakan dicapai koefisien determinasi yang
tertinggi sebesar 47.5% pada model polynomial fit.
3. Hubungan Curah Hujan dengan Kejadian Kebakaran Hutan
Untuk curah hujan, metode yang digunakan juga sama yakni dengan model
korelasi Pearson dan model regresi, dengan unsur curah hujan sebagai variabel
bebas (X) dan kejadian kebakaran hutan sebagai variabel tidak bebas (Y).

Luas (hektar)

100
90
80

70
60
50
40
30
20
10
0

Poly. (Kejadian
Kebakaran Hutan)
y = -7E-06x3 + 0.007x2 - 2.219x + 232.6
R² = 0.997

0

100

200

300

400

500

Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm)

Gambar 10 Hubungan antara curah hujan bulanan Bogor dengan luas
kebakaran bulanan

11

Hubungan antara curah hujan Bogor dengan luas areal terbakar memiliki
nilai korelasi Pearson sebesar -0.066, yang menunjukkan hubungan keduanya
sangat rendah.Hasil negatif yang diperoleh juga menjelaskan bahwa semakin
kecil curah hujan maka semakin besar luas areal hutan yang terbakar.Koefisien
determinasi terbesar dalam model regresi antara luas areal terbakar dan curah
hujan Bogor didapat pada model polynomial fit sebesar 99.7%.
4. Hubungan Kecepatan Angin dengan Kejadian Kebakaran Hutan
Tidak jauh berbeda dengan unsur cuaca lainnya, hubungan antara
kecepatan angin dengan kejadian kebakaran hutan pun dapat diketahui melalui
suatu model korelasi Pearson ataupun model regresi.Hasil dari penghitungan
nilai korelasi Pearson atas hubungan antara kecepatan angin dan luas areal
terbakar adalah -0.173 dan termasuk dalam kategori rendah.Angka negatif juga
menunjukkan bahwa semakin kecil kecepatan angin maka semakin besar pula
luas areal terbakar. Terdapat teori yang menyatakan bahwa semakin besar
kecepatan angin, maka semakin besar pula luas kebakaran karena api dapat
menjalar dengan lebih mudah. Angin mempengaruhi kecepatan pengeringan
bahan bakar, memperbesar suplai oksigen, sebagai agen dalam prroses
pemanasan, dan menentukan arah meluasnya kobaran api yang searah dengan
tiupan angin, terutama pada lereng.
6
5

Frekuensi

4
3
Poly. (Kejadian
Kebakaran Hutan)

2
1

y = 2.657x2 - 18.41x + 31.47
R² = 0.533

0
-1

0

2

4

6

Kecepatan angin (knots)

Gambar 11 Hubungan antara kecepatan angin rata-rata dengan kejadian
kebakaran
Chandler et al. (1983) menyatakan bahwa laju penjalaran api akan
meningkat 4 meter per detik seiring dengan meningkatnya kecepatan angin
sehingga api dapat menghilangkan ketebalan dari serasah di permukaan lantai
hutan. Pada kecepatan angin yang tinggi (McArthur 1965 dalam Chandler et al.
1983) akan sedikit berpengaruh pada api yang menyala pada bahan bakar yang
banyak dan padat.Tetapi Pyne (1996) juga menyatakan bahwa angin dapat
mengeringkan bahan bakar dan juga dapat membuat bahan bakar tersebut
menjadi lebih basah. Walaupun bahan bakar mendapat sinar matahari yang
cukup tetapi sat itu angin yang berhembus bersifat dingin, maka dapat
menghentikan proses pengeringan bahan bakar dan membuat api padam.

12

Pada model regresi yang digunakan dicapai koefisien determinasi yang
tertinggi sebesar 53.3% pada model quadratic fit.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Model persamaan terbaik yang menjelaskan kejadian kebakaran hutan di
Bogor adalah persamaan curah hujan bulanandengan luas kebakaran
menggunakanmodelpolynomial fit yang memiliki nilai koefisien determinasi
sebesar 99.7%.
Saran
1 Perlu penelitian lanjutan penelitian lanjutan pada periode waktu yang lebih
panjang untuk mendapatkan model prediksi kebakaran yang lebih baik.
2 Penelitian sejenis sebaiknya dilakukan juga di daerah lain untuk
mengantisipasi kejadian kebakaran hutan lebih awal.

DAFTAR PUSTAKA
Chandler C., Cheney P., Thomas P., Trabaud L., Williams D. 1983.Fire in
Forestry Vol 2: Forest fire management and organization. Canada
(CA): John Wiley and Sons.
FAO. 2001. Deforestation Continues At A High Rate In Tropical Areas; FAO
calls upon countries to fight forest crime and corruption. FAO.[Internet].
[Diunduh
2013
Mei
10]
Tersedia
pada:
http://wwww.fao.org/WAICENT/OIS/PRESSNE/PRESSENG/2001/pre
n01061.htm.
Fuller M. 1991.Forest Fire An Introduction to Wildland Fire Behavior,
Management, Fire Fighting and Prevention. New York (US): John
Willey and Sons.
Goldammer JG. 2009. Towards The Development of a Global Early Warning
System of Wildland Fire [internet]. [Diunduh 2014 Feb 02]. Tersedia
pada: http://www.fire.uni-freiburg.de/fwf/EWS.htm.
Murdiyarso D, Lebel L, Gintings AN, Tampubolon SMH, Heil A, Wasson M.
2004. Policy responses to complex environmental problems: insights
from a science–policy activity on transboundary haze from vegetation
fires in Southeast Asia. Elsevier Agriculture, Ecosystems and
Environment (104): 47–5.
Purbowaseso B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta (ID): PT. Rineka
Cipta.
Pyne SJ. 1984. Introduction to Wildland Fire: Fire Managemeent in the United
States.New York (US): John Willey and Sons.
Pyne SJ, Andrews PL, Laven RD. 1996. Introduction to Wildland Fire; Second
edition.New York (US): John Willey and Sons.

13

Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia.Malang (ID):
Bayumedia Publishing.
Walpole RE.1992. Pengantar Statistika; Edisi Ketiga. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Wibowo A. 2003. Permasalahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan di
Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam.

14

Lampiran 1Unsur Iklim di wilayah Bogor pada periode 2008-2012
Tabel Suhu Bulanan Wilayah Bogor Periode 2008-2012
TAHUN

JAN

PEB

MAR

APRIL

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOP

DES

2008
2009
2010
2011
2012
Rataan

25.7
25.0
25.3
25.4
25.1
25.3

24.4
25.1
25.9
25.6
25.6
25.3

25.1
25.8
26.0
25.7
26.0
25.7

25.6
26.2
27.1
25.8
26.0
26.1

25.8
26.1
26.7
26.1
26.1
26.1

25.6
26.1
25.9
26.1
26.2
26.0

25.2
25.8
25.8
25.8
25.8
25.7

25.6
26.3
25.8
25.6
25.8
25.8

25.9
26.6
25.3
25.1
26.0
25.8

25.8
26.0
25.4
26.3
26.3
26.0

25.8
26.3
25.9
25.3
25.8
25.8

25.5
26.1
25.5
26.1
26.0
25.8

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Badan Wilayah II, stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga-Bogor, 2013
Tabel Kelembaban Relatif Bulanan Wilayah Bogor Periode 2008-2012
TAHUN

JAN

PEB

MAR

APRIL

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOP

DES

2008
2009
2010
2011
2012
Rataan

84
88
88
83
86
86

90
88
85
79
87
86

87
82
86
82
80
84

86
82
77
84
86
83

82
85
84
84
85
84

83
81
86
77
81
82

77
77
84
80
79
79

81
75
84
75
74
78

80
75
84
73
76
78

84
82
86
75
81
82

86
81
82
80
85
83

87
85
83
84
85
85

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Badan Wilayah II, stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga-Bogor, 2013

Tabel Kecepatan Angin Bulanan Wilayah Bogor Periode 2008-2012
TAHUN

JAN

PEB

MAR

APRIL

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOP

DES

2008
2009
2010
2011
2012
Rataan

3.1
2.9
2.8
4.9
4.6
3.6

3.2
3.5
2.1
4.4
3.7
3.4

2.5
2.9
xx
4.2
5.3
3.7

2.3
2.3
3.8
4.0
3.9
3.3

2.2
2.2
4.2
3.4
4.0
3.2

2.0
2.1
3.5
3.9
3.7
3.0

2.4
2.4
3.7
3.7
4.2
3.3

2.2
2.4
4.0
4.5
4.5
3.5

2.6
2.7
3.8
4.9
4.5
3.7

2.4
2.4
3.9
4.5
4.4
3.5

2.8
2.6
3.8
3.9
3.5
3.3

2.8
2.3
4.7
4.0
3.7
3.5

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Badan Wilayah II, stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga-Bogor, 2013

15

16

DATA CURAH HUJAN
TAHUN 2008 – 2012
Keterangan
Diukur dalam mm
Jumlah Curah hujan (-) = tidak ada hujan
STASIUN

: KEBUN RAYA / 46 C BOGOR TENGAH

Lintang

: 06. 59881
: 106. 79561

Elevasi

: 280 Meter

TAHUN

JAN

PEB

MAR

APRIL

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOP

DES

2008

276

287

481

372

228

223

20

166

396

279

612

293

2009

418

298

354

357

295

248

317

85

340

447

471

318

2010

454

807

755

158

365

363

281

529

521

561

309

277

2011

198

110

163

283

435

339

270

28

433

327

392

373

2012

260

646

102

410

221

187

61

286

247

737

632

334

rata"

321

430

371

316

309

272

190

219

388

470

483

319

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Badan Wilayah II, stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga-Bogor, 2013

Lampiran 2 Kejadian kebakaran di wilayah Bogor periode 2008-2012
Tabel Frekuensi Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode 2008-2012
TAHUN

JAN

PEB

MAR

APRIL

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOP

DES

2008
2009
2010
2011
2012
Total

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
1
0
0
0

4
3
0
0
2

0
0
0
5
3

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0
0
0
0
0

0

0

0

0

0

0

1

9

8

0

0

0

Sumber: KPH Bogor, 2013

Tabel Luas Kejadian Kebakaran Hutan pada Periode 2008-2012
TAHUN

JAN

PEB

MAR

APRIL

MEI

JUN

JUL

AGS

SEP

OKT

NOP

DES

2008
2009
2010
2011
2012
Total

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
6
0
0
0
6

18
92.5
0
0
1.2
111.7

0
0
0
5
1.85
6.85

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

Sumber: KPH Bogor, 2013
17

18

DATA LAPORAN HURUF A KEBAKARAN HUTAN TAHUN 2008
KPH BOGOR
BKPH/
No

No & Tgl LA

RPH

Petak

Fungsi

Jenis

Tahun

kelas

Luas

Kebakaran Hutan

Hutan

Tanaman

Tanam

Hutan

Baku

Fisik

( Ha )
1

2

3

4

5

6

7

8

1

02/058.4/Lliang/2008

Leuwiliang

24.c

Hutan

Pinus Merkusii

1980

TJKL

10/8/2008

Leuwiliang

2

03/jgby/Prp/2008

Parung panjang/

14/8/2008

Jagabaya

3

04/jgby/Prp/2008

Parung Panjang/

15/8/2008

Jagabaya

05/jgby/Prp/2008

Parung panjang/

15/8/2008

maribaya

4

Jumlah

Sumber: KPH Bogor, 2013

9

Ha

Kerugian

Pohon

Hutan

10

11

12

0,50

126

125.000

Hutan

Acc.mangium

2006

KU

6,50

1.300.000

Acc.mangium

2006

KU

1

200.000

Hutan

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya.

produksi
37.a

13
126 pohon pinus rusak dan dipastikan mati
dilakukan penyelidikan dan penyuluhan masyarakat

produksi
50.g

(kondisi tanaman,RTL)

( Rp )

produksi
43.g

Keterangan

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya.

Acc.mangium

2004

KU

10,00

2.000.000

produksi

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya.

18,00

126

3.625.000

DATA LAPORAN HURUF A KEBAKARAN HUTAN TAHUN 2009
KPH BOGOR
BKPH/

Fungsi

Jenis

Tahun

kelas

Luas

Kebakaran Hutan

Baku

Fisik

No

No & Tgl LA

RPH

Petak

Hutan

Tanaman

Tanam

Hutan

1

2

3

4

5

6

7

8

1

04/VII/GKr/2009

Jonggol

Datar

Hutan

Kaliandra

2008

20/07/2009

Gunung Karang

Buluh

produksi

2

05/VII/GKr/2009

Jonggol

Datar

Hutan

Kaliandra

2008

2/8/2009

Gunung Karang

Buluh

produksi

3

02/Mrby/Prp/2009

Parung Panjang/

20.e

Hutan

Acc.mangium

2008

5/8/2009

Maribaya

03/Tjo/Prp/2009

Parung panjang/

5/8/2009

Tenjo

4

Jumlah

Kerugian

( Ha )

Ha

Pohon

( Rp )

9

10

11

12

6,00

1.200.000

TKL

90,00

18.000.000

I

2

400.000

produksi
1.d

Hutan

Keterangan
(kondisi tanaman,RTL)

13

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya.

Acc.mangium

2007

KU

0,50

100.000

produksi

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya.

98,50

19.700.000

Sumber: KPH Bogor, 2013

19

20

DATA LAPORAN HURUF A KEBAKARAN HUTAN TAHUN 2011
KPH BOGOR
BKPH/
No

No & Tgl LA

RPH

Fungsi
Petak

Hutan

Jenis
Tanaman

Tahun
Tanam

kelas
Hutan

1

2

3

4

5

6

7

8

1

01/Mrb/Prp/2011

Parung panjang/

19.d

Hutan

Acc.mangium

2007

V

16/9/2011

Maribaya

02/Mrb/Prp/2011

Parung panjang/

17/9/2011

Maribaya

Kebakaran Hutan

Luas

Fisik

Baku

Kerugian

( Ha )

Ha

Pohon

( Rp )

9

10

11

12

1,00

3.000.000

produksi

Keterangan
(kondisi tanaman,RTL)

13
Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya. Tanaman
kering dan merana

2

24.c

Hutan

Acc.mangium

2007

V

0,80

2.400.000

produksi

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya. Tanaman
kering dan merana

3

03/Mrb/Prp/2011

Parung Panjang/

17/9/2011

Maribaya

24.a

Hutan

Acc.mangium

2008

IV

0,7

2.100.000

produksi

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya. Tanaman
kering dan merana

4

04/Mrb/prp/2011

Parung panjang/

19/9/2011

Maribaya

31.c

Hutan

Acc.mangium

2008

IV

1,00

3.000.000

produksi

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya. Tanaman
kering dan merana

5

05/Mrb/prp/2011

Parung panjang/

20/9/2011

Maribaya

37.b

Hutan

Acc.mangium

2010

IV

1,50

4.500.000

produksi

Kerusakan pada Acacia mangium, tumbuhan
bawah, dan habitat hutan lainnya. Tanaman
kering dan merana

Jumlah

Sumber: KPH Bogor, 2013

5,00

15.000.000

DATA LAPORAN HURUF A KEBAKARAN HUTAN TAHUN 2012
KPH BOGOR
BKPH/
No

No & Tgl LA

RPH

Fungsi
Petak

Hutan

Jenis
Tanaman

Tahun
Tanam

kelas
Hutan

Kebakaran Hutan

Luas

Fisik

Baku

Kerugian

( Ha )

Ha

Pohon

( Rp )

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1

05/Jgby/Prp/2012

Parung panjang/

50.d

Hutan

Acc.mangium

2010

III

34,53

0,50

31

1.500.000

8/28/2012

Jagabaya

06/jgby/Prp/2012

Parung panjang/

8/28/2012

Jagabaya

2

produksi
44.a

Hutan

Keterangan
(kondisi tanaman,RTL)

13
sebanyak 31 phn mati.
(24 tanaman pokok,7 tanaman pengisi)

Acc.mangium

2010

III

26,51

0,70

146

2.100.000

produksi

sebanyak 146 phn mati.
(126 tanaman pokok,20 tanaman pengisi)
Reboisasi/penanaman ulang

3

11/Jgby/Prp/2012

Parung Panjang/

9/14/2012

Jagabaya

54.d

Hutan

Acc.mangium

2010

III

12,66

0,75

832

2.250.000

produksi

Sebanyak 832 phn mati.
(666 tanaman pokok,166 tanaman pengisi)
(tan KIFC).
Reboisasi/penanaman ulang

4

04/Mrb/prp/2012

Parung panjang/

9/14/2012

Maribaya

37.a

Hutan

Acc.mangium

2010

III

24,48

0,80

110

2.400.000

produksi

sebanyak 110 phn mati.
(88 tanaman pokok,22 tanaman pengsi)
(tan KIFC)
Reboisasi/penanaman ulang

5

04/Tjo/Prp/2012

Parung panjang/

9/12/2012

Tenjo

Jumlah

1 c/d

Hutan

Acc.mangium

2010

III

67,88

0,30

112

900.000

produksi

sebanyak 112 pohon mati (tan KIFC)
Reboisasi/penanaman ulang

3,05

1231

9.150.000

Sumber: KPH Bogor, 2013
21

22

Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS
Suhu
Correlations
kejadiankebakar

suhumean

an
Pearson Correlation
kejadiankebakaran

1

Sig. (2-tailed)

.484

N
Pearson Correlation
Suhumean

-.359

Sig. (2-tailed)

6

6

-.359

1

.484

N

6

6

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Model Summary
R Square

F

df1

Parameter Estimates
df2

Sig.

Constant

b1

Linear

.129

.593

1

4

.484

36.959

-1.311

Logarithmic

.133

.615

1

4

.477

114.330

-34.215

Quadratic

.129

.593

1

4

.484

36.959

-1.311

Cubic

.697

2.381

2

3

.240

2642.401

-153.519

Compound

.057

.240

1

4

.650

23488.960

.704

S

.062

.263

1

4

.635

-8.336

241.266

Growth

.057

.240

1

4

.650

10.064

-.351

Exponential

.057

.240

1

4

.650

23488.960

-.351

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Parameter Estimates
b2

b3

Linear
Logarithmic
Quadratic

.000

Cubic

.000

Compound
S
Growth
Exponential

.077

23

Kelembaban
Correlations
kejadiankebakar

kelembaban

an
Pearson Correlation
kejadiankebakaran

1

Sig. (2-tailed)

.856

N
Pearson Correlation
Kelembaban

-.096

6

6

-.096

1

Sig. (2-tailed)

.856

N

6

6

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Model Summary
R Square

F

df1

Parameter Estimates
df2

Sig.

Constant

b1

b2

Linear

.009

.037

1

4

.856

6.967

-.050

Logarithmic

.012

.047

1

4

.840

21.797

-4.302

Quadratic

.474

1.354

2

3

.381

842.265

-21.740

.141

Cubic

.475

1.360

2

3

.380

567.045

-10.960

.000

Compound

.006

.025

1

4

.881

9.983

.983

S

.010

.041

1

4

.850

-.625

125.526

Growth

.006

.025

1

4

.881

2.301

-.017

Exponential

.006

.025

1

4

.881

9.983

-.017

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Parameter Estimates
b3

Linear
Logarithmic
Quadratic
Cubic

.001

Compound
S
Growth
Exponential

23

24

Curah Hujan
Correlations
kejadiankebakar

curahhujankrb

an
Pearson Correlation
kejadiankebakaran

1

Sig. (2-tailed)

.901

N
Pearson Correlation
curahhujankrb

-.066

Sig. (2-tailed)

6

6

-.066

1

.901

N

6

6

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Model Summary
R Square

F

df1

Parameter Estimates
df2

Sig.

Constant

b1

Linear

.004

.017

1

4

.901

3.371

-.001

Logarithmic

.046

.191

1

4

.685

6.131

-.546

Quadratic

.577

2.043

2

3

.275

7.554

-.041

Cubic

.997

13.634

3

2

.069

-1.697

.109

Compound

.032

.130

1

4

.736

3.497

.999

S

.118

.537

1

4

.504

.727

58.811

Growth

.032

.130

1

4

.736

1.252

-.001

Exponential

.032

.130

1

4

.736

3.497

-.001

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Parameter Estimates
b2

b3

Linear
Logarithmic
Quadratic
Cubic
Compound
S
Growth
Exponential

7.799E-005
-.001

8.320E-007

25

Kecepatan Angin
Correlations
kejadiankebakar

kecepatanangin

an
Pearson Correlation
kejadiankebakaran

1

Sig. (2-tailed)

.743

N

kecepatanangin

.173

6

6

Pearson Correlation

.173

1

Sig. (2-tailed)

.743

N

6

6

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Model Summary
R Square

F

df1

Parameter Estimates
df2

Sig.

Constant

b1

b2

Linear

.030

.123

1

4

.743

2.469

.200

Logarithmic

.020

.083

1

4

.787

2.505

.556

Quadratic

.533

1.713

2

3

.319

31.475

-18.411

2.658

Cubic

.521

1.628

2

3

.332

20.324

-8.690

.000

Compound

.047

.198

1

4

.679

1.963

1.107

S

.028

.113

1

4

.753

1.300

-.838

Growth

.047

.198

1

4

.679

.675

.102

Exponential

.047

.198

1

4

.679

1.963

.102

Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: kejadiankebakaran
Equation

Parameter Estimates
b3

Linear
Logarithmic
Quadratic
Cubic

.233

Compound
S
Growth
Exponential

25

26

RIWAYAT HIDUP
Nova Puspitasari. Lahir di Surabaya, pada tanggal 25 November 1991
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ir. Puji Subekti, MBA
dan Dwi Nurfa Hidayati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun
2003 di SDN Sidokumpul 2 Gresik, kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 1 Tumpang Malang dan lulus pada tahun 2006. Penulis
menamatkan pendidikan menengah atas di SMA Kornita IPB Bogor dan lulus
pada tahun 2009.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Institur Pertanian Bogor melalui
jalur USMI. Penulis memilih Program Studi Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa,
salah satunya penulis menjadi pengurus Departemen Informasi Dan Komunikasi
Tree Grower Community (TGC) dan Public Relation Department IFSA
(International Forestry Student Association) LC IPB.
Penulis melakukan Praktik Kerja Profesi (PKP) pada tahun 2013 dengan
topik “Pembuatan Bio-Organik” di PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan
Selatan.Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul“Hubungan Faktor Iklim dengan Kejadian Kebakaran Hutan
di KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten” di bawah
bimbingan Dr Ir Lailan Syaufina, MSc.