Pengaruh Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Sonneratia caseolaris Engl.
PENGARUH TINGKAT KEDALAMAN DAN LAMA
PENGGENANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
Sonneratia caseolaris Engl.
KHAERLITA SYAHRI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tingkat
Kedalaman dan Lama Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Sonneratia
caseolaris Engl. adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Khaerlita Syahri
NIM E44100020
ABSTRAK
KHAERLITA SYAHRI. Pengaruh Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan
terhadap Pertumbuhan Semai Sonneratia caseolaris Engl. Dibimbing oleh CECEP
KUSMANA.
Tingkat penggenangan dan lama penggenangan merupakan faktor yang
mempengaruhi ekosistem mangrove sebagai akibat meningkatnya muka air laut.
Penelitian ini bertujuan menganalisis respon pertumbuhan semai Sonneratia caseolaris
terhadap tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat kedalaman penggenangan antara ½-¾ tinggi batang memberikan
respon pertumbuhan jumlah ruas pada batang lebih besar dibandingkan tingkat
penggenangan lainnya. Lama penggenangan 3-6 jam memberikan respon lebih besar
terhadap nisbah pucuk akar semai Sonneratia caseolaris. Interaksi antara tingkat
kedalaman dan lama penggenangan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tinggi, diameter dan berat kering semai. Kombinasi perlakuan tingkat penggenangan
antara ½-¾ tinggi batang selama 6-9 jam memberikan respon pertumbuhan tinggi,
diameter dan berat kering Sonneratia caseolaris lebih besar dibandingkan kombinasi
perlakuan lainnya. Persentase hidup semai menunjukkan nilai 100% selama 12 minggu
pengamatan.
Kata kunci: Lama penggenangan, Sonneratia caseolaris, tingkat kedalaman
ABSTRACT
KHAERLITA SYAHRI. The Influence of Depth and Duration Level of
Overflowing to the Seedling Growth of Sonneratia caseolaris Engl. Supervised by
CECEP KUSMANA.
Depth and duration level of overflowing are the factors that will influence the
ecosystem of mangrove as the impact of sea-water surface raising. This research
was to analyze the response of seedling growth of Sonneratia caseolaris to the
different depth and duration levels. The result of this research showed that depth
level of overflowing between ½-¾ high of stem gives response to the growth of
joint amount bigger than any other depth level of overflowing. The duration level
of overflowing between 3-6 hours gives response bigger to the root-sprout ratio of
Sonneratia caseolaris seedlings. The interaction between depth and duration level
of overflowing gave real influence to the high growth, diameter and seedling
biomass. The treatment combination of depth level of overflowing between ½-¾
tall of stem during 6-9 hours gave response to the high growth, diameter and
biomass of Sonneratia caseolaris bigger than any other combination treatment. The
survival percentage of the seedling showed the value of 100% during 12 weeks of
observation.
Key words: Depth level, duration of overflowing, Sonneratia caseolaris
PENGARUH TINGKAT KEDALAMAN DAN LAMA
PENGGENANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
Sonneratia caseolaris Engl.
KHAERLITA SYAHRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan terhadap
Pertumbuhan Semai Sonneratia caseolaris Engl.
Nama
: Khaerlita Syahri
NIM
: E44100020
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September-Desember 2013
ini yaitu pertumbuhan mangrove, dengan judul Pengaruh Tingkat Kedalaman dan
Lama Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Sonneratia caseolaris Engl.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS selaku
pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan selama penelitian hingga
penulisan skripsi, serta Dr Ir Supriyanto sebagai ketua sidang dan Dr Ir
Hendrayanto, M.Agr sebagai dosen penguji yang telah memberi saran dan nasihat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beasiswa Bidik Misi IPB yang telah
membiayai pendidikan mulai dari tahun 2010 hingga empat tahun pendidikan di
IPB. Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu baik materil maupun non materil dalam pelaksanaan penelitian
hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini, staff Departemen
Silvikultur serta teman-teman seperjuangan yang menimba ilmu di IPB khususnya
Silvikultur 47 dan Fahutan 47. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, motivasi, inspirasi dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan hasilnya dapat
digunakan untuk merehabilitasi mangrove yang terdegradasi atau rusak.
Bogor, Juli 2014
Khaerlita Syahri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE
5
Bahan
5
Alat
5
Prosedur Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
9
9
17
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi hidrologi
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan semai S. caseolaris Engl.
3 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan tingkat kedalaman penggenangan
terhadap jumlah ruas pada batang semai S. caseolaris
4 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan lama penggenangan terhadap
nisbah pucuk akar S. caseolaris
4
9
14
16
DAFTAR GAMBAR
1 Semai pada ketinggian yang berbeda
2 Penggenangan mangrove dalam kolam
3 Respon pertumbuhan tinggi terhadap pengaruh tingkat kedalaman pada
lama penggenangan yang berbeda
4 Respon pertumbuhan diameter terhadap pengaruh tingkat kedalaman
pada lama penggenangan yang berbeda
5 Respon berat kering total semai terhadap pengaruh tingkat kedalaman
pada lama penggenangan yang berbeda
6 Hama penyakit pada semai S. caseolaris
7 Akar pasak S. caseolaris
6
7
11
13
16
19
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global merupakan suatu fenomena alam yang diakibatkan oleh
peningkatan gas-gas rumah kaca (GRK). Fenomena ini mengakibatkan suhu bumi
meningkat dan menyebabkan es di kutub mencair sehingga permukaan air laut pun
meningkat. Pemanasan global menimbulkan dampak tidak hanya pada manusia
tetapi juga mengganggu ekosistem hutan dunia, salah satunya adalah ekosistem
mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara laut dan darat, oleh
karena itu mangrove memiliki peranan ganda yaitu terhadap ekosistem laut dan
darat serta memberikan manfaat pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Ekosistem
mangrove memiliki karakteristik yaitu berada di daerah pasang surut dan toleran
terhadap salinitas (Kusmana et al. 2003). Mangrove dapat tumbuh dan beradaptasi
dalam kondisi lingkungan yang tergenang, sirkulasi air permukaan yang terus
menerus karena adanya pasang surut air laut serta tingkat sedimen yang tinggi.
Tipe ekosistem mangrove yang berada di daerah peralihan menyebabkan
mangrove menjadi ekosistem pertama yang terkena dampak akibat pemanasan
global (Kusmana 2010). Peningkatan muka air laut akibat pemanasan global
menyebabkan mangrove semakin lama dan tergenang air pasang yang semakin
tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan hingga menyebabkan kematian
semai mangrove tersebut. Mangrove juga dapat menjadi stres akibat peningkatan
permukaan air laut antara 8-9 cm/100 tahun dan dapat hilang jika kenaikannya di
atas 12 cm/100 tahun (Ellison dan Stoddart 1991 dalam Saenger 2002). Lama dan
tingkat penggenangan merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mangrove, sehingga dengan adanya dampak pemanasan global akan berpengaruh
terhadap kemampuan adaptasi serta pertumbuhan mangrove.
Sonneratia merupakan jenis mangrove yang termasuk dalam komponen mayor,
yaitu komponen yang hanya ada pada lingkungan mangrove dan tidak terdapat pada
komunitas daratan yang lain. Komponen ini memiliki peran yang besar dalam
menyusun struktur mangrove dan membentuk tegakan murni (Kusmana et al. 2005).
Sonneratia caseolaris merupakan salah satu jenis mangrove yang sering tumbuh di
tepi sungai dan estuaria yang juga terkena dampak dari meningkatnya muka air laut
akibat pemanasan global. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penelitian mengenai
tingkat kedalaman dan lama penggenangan sebagai dampak meningkatnya muka
air laut untuk menganalisis respon pertumbuhan S. caseolaris.
Perumusan Masalah
Pemanasan global menyebabkan berbagai dampak, salah satunya adalah
naiknya muka air laut. Kenaikan muka air laut akan berpengaruh terhadap
ekosistem hutan terutama yang berada pada daerah peralihan seperti mangrove. Hal
tersebut akan mengubah lama penggenangan serta tingkat kedalaman
penggenangan mangrove. Belum ada kejelasan mengenai adaptasi mangrove terkait
dengan perubahan tersebut dengan kondisi mangrove yang semakin terdegradasi.
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana
2
pengaruh tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda terhadap
pertumbuhan semai Sonneratia caseolaris Engl.?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis respon pertumbuhan semai S.
caseolaris terhadap tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda.
Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S.
caseolaris dipengaruhi oleh tingkat kedalaman dan lama penggenangan air.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk merehabilitasi
mangrove yang terdegradasi atau rusak seiring dengan naiknya muka air laut akibat
pemanasan global.
Ruang Lingkup Penelitian
Aspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu pengukuran pertumbuhan semai
S. caseolaris yang meliputi pengukuran tinggi, diameter, dan jumlah ruas pada
batang setiap minggu pengamatan, serta pengukuran berat kering total dan nisbah
pucuk akar pada akhir pengamatan. Pengamatan juga dilakukan untuk menghitung
persentase hidup semai S. caseolaris.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanasan global
Pemanasan global merupakan kejadian meningkatnya suhu rata-rata di
atmosfer, laut dan daratan bumi. Menurut Sodiq (2013) telah terjadi kenaikan suhu
rata-rata 0.72˚C pada negara tropis yang diakibatkan oleh bertambahnya gas rumah
kaca seperti CO2, N2O, CH4, SF6, PFC5, dan HFC5. Kecenderungan terbentuknya
gas tersebut diakibatkan aktivitas manusia sehingga dapat menyebabkan kenaikan
suhu dan akan mengancam cairnya es di kutub yang akan menaikkan permukaan
air laut (Indrawan 1995).
Pemanasan global memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif salah
satunya yaitu meningkatkan kesuburan tanah akibat sedimen yang dibawa oleh
banjir sebagai salah satu dampak pemanasan global, sedangkan dampak negatif
dari pemanasan global salah satunya yaitu naiknya permukaan air laut. Permukaan
air laut diproyeksikan mengalami kenaikan sebesar 18-79 cm dari tahun 1999-2099
3
yang menunjukkan rata-rata sebesar 1.8-7.9 mm/tahun dan akan lebih tinggi lagi
jika pencairan es di kutub berlangsung semakin cepat (Donato et al. 2012).
Peningkatan muka air laut menjadi ancaman terbesar dari berbagai dampak
yang ditimbulkan oleh pemanasan global (Gilman et al. 2008). Hal ini akan
mempengaruhi ekosistem mangrove yang terletak didaerah peralihan daratan dan
lautan sehingga akan semakin tereduksi. Beberapa aktivitas manusia seperti
pembangunan di daerah pesisir, konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak
dan pemukiman juga dapat meningkatkan kerusakan mangrove. Kegiatan
pemanfaatan lahan ini juga akan mempengaruhi respon mangrove terhadap
kenaikan permukaan laut.
Hutan Mangrove dan fungsinya
Hutan mangrove berada di daerah peralihan antara daratan dan lautan sehingga
memiliki ekosistem yang khas dan kompleks. Ekosistem ini merupakan vegetasi
pantai tropis dan subtropis yang didominasi jenis pohon mangrove yang berada
pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Karakteristik dari ekosistem mangrove
yaitu memiliki vegetasi yang agak seragam, tajuk yang rata, tidak membentuk
lapisan tajuk yang khas, serta selalu hijau (Irwan 1996). Mangrove juga
didefinisikan sebagai suatu tingkat hutan yang berada di daerah pasang surut
dengan komunitas tumbuhnya yang toleran terhadap garam (Kusmana 2005).
Pasang surut air laut menyebabkan mangrove tergenang pada saat pasang naik dan
bebas genangan pada saat pasang rendah atau surut.
Fungsi hutan mangrove dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu fungsi fisik,
ekologis dan sosial ekonomi (Kustanti 2011). Fungsi hutan mangrove secara fisik,
diantaranya yaitu menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi atau abrasi agar
tetap stabil, melindungi daerah dibelakang mangrove dari hempasan gelombang
dan angin kencang, serta dapat mempercepat perluasan lahan. Fungsi mangrove
secara ekologis diantaranya yaitu tempat mencari makan, tempat memijah dan
tempat berkembang biak berbagai biota laut, sebagai sumber plasma nutfah, serta
sebagai salah satu hutan terkaya karbon di kawasan tropis (Donato et al. 2012).
Fungsi mangrove dilihat dari aspek sosial ekonomi, diantaranya yaitu penghasil
kayu, hasil hutan bukan kayu, seperti madu, obat-obatan dan bahan makanan, serta
dapat dijadikan untuk objek ekowisata.
Sonneratia caseolaris Engl.
Sonneratia caseolaris merupakan jenis mangrove pionir yang termasuk
kedalam kelompok mayor, yaitu komponen yang hanya ada pada lingkungan
mangrove dan tidak terdapat pada komunitas daratan yang lain (Kustanti 2011).
Nama lokal dari Sonneratia caseolaris (Engl) adalah pedada, perepat, pidada,
bogem, rambai, wahat merah, posi-posi merah. S. caseolaris memiliki habitus
berupa pohon dengan ketinggian mencapai 15 meter, memiliki akar napas vertikal
seperti kerucut yang tingginya bisa mencapai 1 meter, banyak dan sangat kuat.
Ujung cabang atau rantingnya terkulai dan berbentuk segiempat pada saat muda.
Pedada memiliki tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek serta letaknya
4
berlawanan. Pucuk bunganya berbentuk bulat telur yang terletak diujung, daun
mahkota berwarna merah dan mudah rontok, benang sari banyak dengan ujung
berwarna putih dan pangkal berwarna merah serta mudah rontok. Buahnya seperti
bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga (Noor et
al. 1999).
S. caseolaris tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove,
disepanjang sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh pasang
surut serta di area yang didominasi oleh air tawar dengan salinitas kurang dari 10%
(Noor et al. 1999). Jenis ini tidak toleran terhadap naungan. Penyebarannya dari Sri
Lanka, seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina hingga
Australia tropis, dan Kepulauan Solomon.
Jenis pedada memiliki berbagai manfaat. Buahnya dapat dimakan, kayunya
dapat dimanfaatkan untuk kayu bakar, akarnya dapat digunakan untuk mengganti
gabus setelah direndam dalam air mendidih (Noor et al. 1999).
Hubungan pemanasan global dengan hutan mangrove
Pemanasan global disebabkan oleh gas rumah kaca. Hutan menjadi salah satu
faktor yang dianggap sebagai sumber gas rumah kaca karena menghasilkan gas CO2,
CH4 dan N2O pada saat penebangan dan pembakaran hutan (Indrawan 1995).
Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim yang
terjadi dapat meningkatkan suhu, presipitasi, intensitas banjir, dan juga
meningkatkan permukaan laut. Salah satu ekosistem yang terkena dampaknya
secara langsung adalah ekosistem mangrove. Meningkatnya permukaan air laut
akan berpengaruh terhadap keberadaan mangrove karena belum diketahui apakah
mangrove saat ini dapat mengimbangi perubahan muka air laut tersebut. Salah satu
hal yang harus diperhatikan dalam mengantisipasi dampak terhadap kenaikan muka
air laut yaitu dengan mengetahui klasifikasi hidrologi jenis-jenis mangrove yang
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi hidrologi (Oostewaal 2010)
Inundation Tidal regime Elevation
Duration of
Vegetation
class
Flooded by Cm+MSL
inudation
Species
Mm per inudation
1
All high tides
600
None
2
Lower
0 – 50
450 – 600
Avicennia spp.,
medium high
Sonneratia
tides
2*
Higher
50 – 100
200 – 450
Avicennia spp.,
medium high
Rhizophora
tides
spp., Bruguiera
parviflora
3
Normal high
100 –
100 – 200
Avicennia
tides
150
officinalis,
Rhizophora
spp., Ceriops,
Bruguiera
5
Lanjutan Tabel 1
Inundation Tidal regime
class
Flooded by
4
Spring
tides
high
5
Equinoctial
tides
Elevation
Cm+MSL
150 –
210
Duration of
inudation
Mm per inudation
50 – 100
>210
PENGGENANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
Sonneratia caseolaris Engl.
KHAERLITA SYAHRI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tingkat
Kedalaman dan Lama Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Sonneratia
caseolaris Engl. adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Khaerlita Syahri
NIM E44100020
ABSTRAK
KHAERLITA SYAHRI. Pengaruh Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan
terhadap Pertumbuhan Semai Sonneratia caseolaris Engl. Dibimbing oleh CECEP
KUSMANA.
Tingkat penggenangan dan lama penggenangan merupakan faktor yang
mempengaruhi ekosistem mangrove sebagai akibat meningkatnya muka air laut.
Penelitian ini bertujuan menganalisis respon pertumbuhan semai Sonneratia caseolaris
terhadap tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat kedalaman penggenangan antara ½-¾ tinggi batang memberikan
respon pertumbuhan jumlah ruas pada batang lebih besar dibandingkan tingkat
penggenangan lainnya. Lama penggenangan 3-6 jam memberikan respon lebih besar
terhadap nisbah pucuk akar semai Sonneratia caseolaris. Interaksi antara tingkat
kedalaman dan lama penggenangan memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
tinggi, diameter dan berat kering semai. Kombinasi perlakuan tingkat penggenangan
antara ½-¾ tinggi batang selama 6-9 jam memberikan respon pertumbuhan tinggi,
diameter dan berat kering Sonneratia caseolaris lebih besar dibandingkan kombinasi
perlakuan lainnya. Persentase hidup semai menunjukkan nilai 100% selama 12 minggu
pengamatan.
Kata kunci: Lama penggenangan, Sonneratia caseolaris, tingkat kedalaman
ABSTRACT
KHAERLITA SYAHRI. The Influence of Depth and Duration Level of
Overflowing to the Seedling Growth of Sonneratia caseolaris Engl. Supervised by
CECEP KUSMANA.
Depth and duration level of overflowing are the factors that will influence the
ecosystem of mangrove as the impact of sea-water surface raising. This research
was to analyze the response of seedling growth of Sonneratia caseolaris to the
different depth and duration levels. The result of this research showed that depth
level of overflowing between ½-¾ high of stem gives response to the growth of
joint amount bigger than any other depth level of overflowing. The duration level
of overflowing between 3-6 hours gives response bigger to the root-sprout ratio of
Sonneratia caseolaris seedlings. The interaction between depth and duration level
of overflowing gave real influence to the high growth, diameter and seedling
biomass. The treatment combination of depth level of overflowing between ½-¾
tall of stem during 6-9 hours gave response to the high growth, diameter and
biomass of Sonneratia caseolaris bigger than any other combination treatment. The
survival percentage of the seedling showed the value of 100% during 12 weeks of
observation.
Key words: Depth level, duration of overflowing, Sonneratia caseolaris
PENGARUH TINGKAT KEDALAMAN DAN LAMA
PENGGENANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI
Sonneratia caseolaris Engl.
KHAERLITA SYAHRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan terhadap
Pertumbuhan Semai Sonneratia caseolaris Engl.
Nama
: Khaerlita Syahri
NIM
: E44100020
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September-Desember 2013
ini yaitu pertumbuhan mangrove, dengan judul Pengaruh Tingkat Kedalaman dan
Lama Penggenangan terhadap Pertumbuhan Semai Sonneratia caseolaris Engl.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS selaku
pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan selama penelitian hingga
penulisan skripsi, serta Dr Ir Supriyanto sebagai ketua sidang dan Dr Ir
Hendrayanto, M.Agr sebagai dosen penguji yang telah memberi saran dan nasihat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beasiswa Bidik Misi IPB yang telah
membiayai pendidikan mulai dari tahun 2010 hingga empat tahun pendidikan di
IPB. Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu baik materil maupun non materil dalam pelaksanaan penelitian
hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini, staff Departemen
Silvikultur serta teman-teman seperjuangan yang menimba ilmu di IPB khususnya
Silvikultur 47 dan Fahutan 47. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, motivasi, inspirasi dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan hasilnya dapat
digunakan untuk merehabilitasi mangrove yang terdegradasi atau rusak.
Bogor, Juli 2014
Khaerlita Syahri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE
5
Bahan
5
Alat
5
Prosedur Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
9
9
17
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi hidrologi
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pertumbuhan semai S. caseolaris Engl.
3 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan tingkat kedalaman penggenangan
terhadap jumlah ruas pada batang semai S. caseolaris
4 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan lama penggenangan terhadap
nisbah pucuk akar S. caseolaris
4
9
14
16
DAFTAR GAMBAR
1 Semai pada ketinggian yang berbeda
2 Penggenangan mangrove dalam kolam
3 Respon pertumbuhan tinggi terhadap pengaruh tingkat kedalaman pada
lama penggenangan yang berbeda
4 Respon pertumbuhan diameter terhadap pengaruh tingkat kedalaman
pada lama penggenangan yang berbeda
5 Respon berat kering total semai terhadap pengaruh tingkat kedalaman
pada lama penggenangan yang berbeda
6 Hama penyakit pada semai S. caseolaris
7 Akar pasak S. caseolaris
6
7
11
13
16
19
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global merupakan suatu fenomena alam yang diakibatkan oleh
peningkatan gas-gas rumah kaca (GRK). Fenomena ini mengakibatkan suhu bumi
meningkat dan menyebabkan es di kutub mencair sehingga permukaan air laut pun
meningkat. Pemanasan global menimbulkan dampak tidak hanya pada manusia
tetapi juga mengganggu ekosistem hutan dunia, salah satunya adalah ekosistem
mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara laut dan darat, oleh
karena itu mangrove memiliki peranan ganda yaitu terhadap ekosistem laut dan
darat serta memberikan manfaat pada aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Ekosistem
mangrove memiliki karakteristik yaitu berada di daerah pasang surut dan toleran
terhadap salinitas (Kusmana et al. 2003). Mangrove dapat tumbuh dan beradaptasi
dalam kondisi lingkungan yang tergenang, sirkulasi air permukaan yang terus
menerus karena adanya pasang surut air laut serta tingkat sedimen yang tinggi.
Tipe ekosistem mangrove yang berada di daerah peralihan menyebabkan
mangrove menjadi ekosistem pertama yang terkena dampak akibat pemanasan
global (Kusmana 2010). Peningkatan muka air laut akibat pemanasan global
menyebabkan mangrove semakin lama dan tergenang air pasang yang semakin
tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan hingga menyebabkan kematian
semai mangrove tersebut. Mangrove juga dapat menjadi stres akibat peningkatan
permukaan air laut antara 8-9 cm/100 tahun dan dapat hilang jika kenaikannya di
atas 12 cm/100 tahun (Ellison dan Stoddart 1991 dalam Saenger 2002). Lama dan
tingkat penggenangan merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mangrove, sehingga dengan adanya dampak pemanasan global akan berpengaruh
terhadap kemampuan adaptasi serta pertumbuhan mangrove.
Sonneratia merupakan jenis mangrove yang termasuk dalam komponen mayor,
yaitu komponen yang hanya ada pada lingkungan mangrove dan tidak terdapat pada
komunitas daratan yang lain. Komponen ini memiliki peran yang besar dalam
menyusun struktur mangrove dan membentuk tegakan murni (Kusmana et al. 2005).
Sonneratia caseolaris merupakan salah satu jenis mangrove yang sering tumbuh di
tepi sungai dan estuaria yang juga terkena dampak dari meningkatnya muka air laut
akibat pemanasan global. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penelitian mengenai
tingkat kedalaman dan lama penggenangan sebagai dampak meningkatnya muka
air laut untuk menganalisis respon pertumbuhan S. caseolaris.
Perumusan Masalah
Pemanasan global menyebabkan berbagai dampak, salah satunya adalah
naiknya muka air laut. Kenaikan muka air laut akan berpengaruh terhadap
ekosistem hutan terutama yang berada pada daerah peralihan seperti mangrove. Hal
tersebut akan mengubah lama penggenangan serta tingkat kedalaman
penggenangan mangrove. Belum ada kejelasan mengenai adaptasi mangrove terkait
dengan perubahan tersebut dengan kondisi mangrove yang semakin terdegradasi.
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana
2
pengaruh tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda terhadap
pertumbuhan semai Sonneratia caseolaris Engl.?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis respon pertumbuhan semai S.
caseolaris terhadap tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda.
Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S.
caseolaris dipengaruhi oleh tingkat kedalaman dan lama penggenangan air.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk merehabilitasi
mangrove yang terdegradasi atau rusak seiring dengan naiknya muka air laut akibat
pemanasan global.
Ruang Lingkup Penelitian
Aspek yang dikaji dalam penelitian ini yaitu pengukuran pertumbuhan semai
S. caseolaris yang meliputi pengukuran tinggi, diameter, dan jumlah ruas pada
batang setiap minggu pengamatan, serta pengukuran berat kering total dan nisbah
pucuk akar pada akhir pengamatan. Pengamatan juga dilakukan untuk menghitung
persentase hidup semai S. caseolaris.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemanasan global
Pemanasan global merupakan kejadian meningkatnya suhu rata-rata di
atmosfer, laut dan daratan bumi. Menurut Sodiq (2013) telah terjadi kenaikan suhu
rata-rata 0.72˚C pada negara tropis yang diakibatkan oleh bertambahnya gas rumah
kaca seperti CO2, N2O, CH4, SF6, PFC5, dan HFC5. Kecenderungan terbentuknya
gas tersebut diakibatkan aktivitas manusia sehingga dapat menyebabkan kenaikan
suhu dan akan mengancam cairnya es di kutub yang akan menaikkan permukaan
air laut (Indrawan 1995).
Pemanasan global memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif salah
satunya yaitu meningkatkan kesuburan tanah akibat sedimen yang dibawa oleh
banjir sebagai salah satu dampak pemanasan global, sedangkan dampak negatif
dari pemanasan global salah satunya yaitu naiknya permukaan air laut. Permukaan
air laut diproyeksikan mengalami kenaikan sebesar 18-79 cm dari tahun 1999-2099
3
yang menunjukkan rata-rata sebesar 1.8-7.9 mm/tahun dan akan lebih tinggi lagi
jika pencairan es di kutub berlangsung semakin cepat (Donato et al. 2012).
Peningkatan muka air laut menjadi ancaman terbesar dari berbagai dampak
yang ditimbulkan oleh pemanasan global (Gilman et al. 2008). Hal ini akan
mempengaruhi ekosistem mangrove yang terletak didaerah peralihan daratan dan
lautan sehingga akan semakin tereduksi. Beberapa aktivitas manusia seperti
pembangunan di daerah pesisir, konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak
dan pemukiman juga dapat meningkatkan kerusakan mangrove. Kegiatan
pemanfaatan lahan ini juga akan mempengaruhi respon mangrove terhadap
kenaikan permukaan laut.
Hutan Mangrove dan fungsinya
Hutan mangrove berada di daerah peralihan antara daratan dan lautan sehingga
memiliki ekosistem yang khas dan kompleks. Ekosistem ini merupakan vegetasi
pantai tropis dan subtropis yang didominasi jenis pohon mangrove yang berada
pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Karakteristik dari ekosistem mangrove
yaitu memiliki vegetasi yang agak seragam, tajuk yang rata, tidak membentuk
lapisan tajuk yang khas, serta selalu hijau (Irwan 1996). Mangrove juga
didefinisikan sebagai suatu tingkat hutan yang berada di daerah pasang surut
dengan komunitas tumbuhnya yang toleran terhadap garam (Kusmana 2005).
Pasang surut air laut menyebabkan mangrove tergenang pada saat pasang naik dan
bebas genangan pada saat pasang rendah atau surut.
Fungsi hutan mangrove dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu fungsi fisik,
ekologis dan sosial ekonomi (Kustanti 2011). Fungsi hutan mangrove secara fisik,
diantaranya yaitu menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi atau abrasi agar
tetap stabil, melindungi daerah dibelakang mangrove dari hempasan gelombang
dan angin kencang, serta dapat mempercepat perluasan lahan. Fungsi mangrove
secara ekologis diantaranya yaitu tempat mencari makan, tempat memijah dan
tempat berkembang biak berbagai biota laut, sebagai sumber plasma nutfah, serta
sebagai salah satu hutan terkaya karbon di kawasan tropis (Donato et al. 2012).
Fungsi mangrove dilihat dari aspek sosial ekonomi, diantaranya yaitu penghasil
kayu, hasil hutan bukan kayu, seperti madu, obat-obatan dan bahan makanan, serta
dapat dijadikan untuk objek ekowisata.
Sonneratia caseolaris Engl.
Sonneratia caseolaris merupakan jenis mangrove pionir yang termasuk
kedalam kelompok mayor, yaitu komponen yang hanya ada pada lingkungan
mangrove dan tidak terdapat pada komunitas daratan yang lain (Kustanti 2011).
Nama lokal dari Sonneratia caseolaris (Engl) adalah pedada, perepat, pidada,
bogem, rambai, wahat merah, posi-posi merah. S. caseolaris memiliki habitus
berupa pohon dengan ketinggian mencapai 15 meter, memiliki akar napas vertikal
seperti kerucut yang tingginya bisa mencapai 1 meter, banyak dan sangat kuat.
Ujung cabang atau rantingnya terkulai dan berbentuk segiempat pada saat muda.
Pedada memiliki tangkai daun kemerahan, lebar dan sangat pendek serta letaknya
4
berlawanan. Pucuk bunganya berbentuk bulat telur yang terletak diujung, daun
mahkota berwarna merah dan mudah rontok, benang sari banyak dengan ujung
berwarna putih dan pangkal berwarna merah serta mudah rontok. Buahnya seperti
bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga (Noor et
al. 1999).
S. caseolaris tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove,
disepanjang sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh pasang
surut serta di area yang didominasi oleh air tawar dengan salinitas kurang dari 10%
(Noor et al. 1999). Jenis ini tidak toleran terhadap naungan. Penyebarannya dari Sri
Lanka, seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina hingga
Australia tropis, dan Kepulauan Solomon.
Jenis pedada memiliki berbagai manfaat. Buahnya dapat dimakan, kayunya
dapat dimanfaatkan untuk kayu bakar, akarnya dapat digunakan untuk mengganti
gabus setelah direndam dalam air mendidih (Noor et al. 1999).
Hubungan pemanasan global dengan hutan mangrove
Pemanasan global disebabkan oleh gas rumah kaca. Hutan menjadi salah satu
faktor yang dianggap sebagai sumber gas rumah kaca karena menghasilkan gas CO2,
CH4 dan N2O pada saat penebangan dan pembakaran hutan (Indrawan 1995).
Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim yang
terjadi dapat meningkatkan suhu, presipitasi, intensitas banjir, dan juga
meningkatkan permukaan laut. Salah satu ekosistem yang terkena dampaknya
secara langsung adalah ekosistem mangrove. Meningkatnya permukaan air laut
akan berpengaruh terhadap keberadaan mangrove karena belum diketahui apakah
mangrove saat ini dapat mengimbangi perubahan muka air laut tersebut. Salah satu
hal yang harus diperhatikan dalam mengantisipasi dampak terhadap kenaikan muka
air laut yaitu dengan mengetahui klasifikasi hidrologi jenis-jenis mangrove yang
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi hidrologi (Oostewaal 2010)
Inundation Tidal regime Elevation
Duration of
Vegetation
class
Flooded by Cm+MSL
inudation
Species
Mm per inudation
1
All high tides
600
None
2
Lower
0 – 50
450 – 600
Avicennia spp.,
medium high
Sonneratia
tides
2*
Higher
50 – 100
200 – 450
Avicennia spp.,
medium high
Rhizophora
tides
spp., Bruguiera
parviflora
3
Normal high
100 –
100 – 200
Avicennia
tides
150
officinalis,
Rhizophora
spp., Ceriops,
Bruguiera
5
Lanjutan Tabel 1
Inundation Tidal regime
class
Flooded by
4
Spring
tides
high
5
Equinoctial
tides
Elevation
Cm+MSL
150 –
210
Duration of
inudation
Mm per inudation
50 – 100
>210