Respon Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) terhadap Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan

RESPON PERTUMBUHAN SEMAI BAKAU (Rhizophora
mucronata Lamk.) TERHADAP TINGKAT KEDALAMAN DAN
LAMA PENGGENANGAN

MAULINA SEPTIARIE

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) terhadap Tingkat Kedalaman dan
Lama Penggenangan adalah benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Maulina Septiarie
NIM E44100042

ABSTRAK
MAULINA SEPTIARIE. Respon Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora
mucronata Lamk.) terhadap Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan.
Dibimbing oleh CECEP KUSMANA.
Bakau (R. mucronata) merupakan salah satu jenis flora mangrove yang pada
umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut
dan di muara sungai. Namun adanya peningkatan muka air laut akibat dari
pemanasan global menyebabkan zona mangrove pinggir laut semakin lama dan
dalam tergenang air pasang yang dapat menyebabkan kematian semai mangrove
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya toleransi bakau terhadap
tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah percobaan faktorial 3 x 3 dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan lama penggenangan (3-6, 6-9 dan 12-15 jam) sebagai perlakuan
pertama dan perlakuan tingkat kedalaman penggenangan (penggenangan sampai

leher akar, penggenangan ¼-½ tinggi batang dan penggenangan ½-¾ tinggi batang)
sebagai perlakuan kedua. Perlakuan lama penggenangan memberikan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan jumlah buku semai bakau. Perlakuan lama
penggenangan 3-6 jam dan 6-9 jam memberikan respon yang lebih baik
dibandingkan dengan lama penggenangan 12-15 jam.
Kata kunci: lama penggenangan, Rhizophora mucronata, tingkat kedalaman
penggenangan

ABSTRACT
MAULINA SEPTIARIE. The Growth Responses of Bakau (Rhizophora
mucronata Lamk.) Seedling on Various Inundations of Level and Duration.
Supervised by CECEP KUSMANA
Bakau (R. mucronata) represents the type of mangrove plant that growing in
a group, located closely or in tidal area. Global warming affected the rise of sealevel brought the longer and deeper inundate of tidal water to mangrove zone.
This research aims to analyze the tolerance of bakau seedling from various
inundations level and duration. This research was conducted factorial 3 x 3 in
Randomize Complete Design with the first treatment is the inundation duration
(3-6, 6-9 and 12-15 hours) and the second treatment is the inundation level (until
the the root neck, between ¼-½ stem height and between ½-¾ stem height).
Results of this research clearly showed that inundation duration bring significant

effect to height growth and amount of internodes. Duration inundation treatment
on 3-6 hours and 6-9 hours gave better responses than 12-15 hours.
Keywords: inundation duration, inundation level, Rhizophora mucronata

RESPON PERTUMBUHAN SEMAI BAKAU (Rhizophora
mucronata Lamk.) TERHADAP TINGKAT KEDALAMAN DAN
LAMA PENGGENANGAN

MAULINA SEPTIARIE

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

:

Respon Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora
mucronata Lamk.) terhadap Tingkat Kedalaman dan
Lama Penggenangan
: Maulina Septiarie
: E44100042

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah
Respon Pertumbuhan Semai Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.) terhadap
Tingkat Kedalaman dan Lama Penggenangan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cecep Kusmana,
MSselaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan selama
penelitian berlangsung dan dalam penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada keluarga tercinta Ayah M. Sukron, Ibu Eny Sumartini,
Nia, Yudha atas segala doa dan kasih sayangnya, sahabat terdekat Bayu Gagat,
Nur Azizah, Ruli Adi, Khaerlita Syahri, Nur Eliya, Putri Aurum, Ade Siti
keluarga besar Silvikultur terutama Silvikultur 47 dan pihak lain yang telah

membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Maulina Septiarie

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Hipotesis Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Definisi dan Fungsi Hutan Mangrove

2

Habitat dan Jenis Mangrove

3

Tinjauan Jenis Rhizophora mucronata Lamk.


4

Ancaman Perubahan Iklim terhadap Mangrove

5

METODE

7

Waktu dan Lokasi Penelitian

7

Alat dan Bahan

7

Prosedur Penelitian


7

Variabel yang diamati

8

Rancangan Percobaan

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Hasil

11

Pembahasan


13

SIMPULAN DAN SARAN

14

Simpulan

14

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi durasi penggenangan dan distribusi jenis mangrove
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam respon pertumbuhan semai bakau
terhadap perlakuan tingkat kedalaman penggenangan dan lama
penggenangan
3 Hasil uji Duncan respon pertumbuhan tinggi semai bakau terhadap lama
penggenangan
4 Hasil uji Duncan respon jumlah buku semai bakau terhadap lama
penggenangan

6

11
12
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Zonasi penyebaran mangrove yang ideal
Peta penyebaran R. mucronata di dunia
Struktur bunga dan daun (a); bentuk buah bakau (b)
Skema peletakan bibit bakau di sandaran dalam kolam
Penampilan fisik tinggi semai bakau
Kondisi perlakuan tingkat penggenangan terhadap semai bakau

3
4
4
8
12
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komponen perubahan iklim yang memberikan dampak terhadap ekosistem
mangrove meliputi perubahan muka air laut, perubahan siklus hidrologi, badai,
presipitasi, suhu dan konsentrasi CO2 di udara. Dari sekian banyak dampak yang
terjadi akibat adanya perubahan komposisi udara dan permukaan tanah, perubahan
muka air laut dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar (Field 1995 dalam
Gilman 2008). Hasil penelitian Kusmana (2010), adanya peningkatan muka air
laut akibat dari pemanasan global menyebabkan zona mangrove pinggir laut
semakin lama dan dalam tergenang air pasang yang dapat menyebabkan kematian
semai mangrove tersebut. Di lain pihak jangkauan pasang air laut akan
menyebabkan mangrove menyebar jauh ke daratan, sehingga terjadi pergeseran
zonasi dan perubahan komposisi jenis mangrove di sepanjang gradien lingkungan
tersebut.
Pola pasang surut memberi pengaruh terhadap distribusi jenis mangrove di
setiap zonasi. Lama periode pasang surut air laut akan mempengaruhi distribusi
jenis, struktur vegetatif dan fungsi mangrove. Hasil penelitian Watson (1926)
dalam Triswanto (2000), komposisi jenis dan distribusi mangrove di area yang
terendam berbeda menurut lama periode pasang surut dan frekuensi
penggenangan air pasang.
Hasil penelitian Triswanto (2000), kedalaman air pasang dan umur
tanaman Rhizophora spp. berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun per pohon, jumlah ruas per pohon, jumlah cabang per pohon dan akar nafas.
Perbedaan pola pertumbuhan bakau akibat penggenangan air akan mempengaruhi
kadar biomassa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakau (R. mucronata)
merupakan salah satu jenis tanaman mangrove yang memiliki kemampuan
tumbuh di daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut. Ketinggian genangan
pasang surut dapat mempengaruhi proses fisiologis dan biokimiawi antara lain
respirasi, permeabilitas air, penyerapan air, hara dan pengikatan N oleh akar
tanaman.
Bakau (R. mucronata) merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove
yang mempunyai habitat dekat atau terletak pada pematang sungai pasang surut
dan di muara sungai. Jenis ini masuk dalam flora mangrove inti yang mempunyai
peran utama dalam formasi mangrove (Kusmana et al. 2003). Oleh karena itu,
melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui daya toleransi pertumbuhan
R. mucronata terhadap tingkat kedalaman dan lama penggenangan yang berbeda.

Perumusan Masalah
Perubahan muka air laut dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar dari
sekian banyak dampak yang terjadi akibat fenomena perubahan iklim. Ekosistem
mangrove yang berada di daerah peralihan menjadi tipe ekosistem yang pertama
terkena pengaruh akibat perubahan iklim global ini.
Bakau (R. mucronata) merupakan salah satu jenis flora mangrove yang
pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai

2
pasang surut dan di muara sungai. Jenis ini jarang sekali tumbuh pada daerah yang
jauh dari air pasang surut. Namun adanya peningkatan muka air laut akibat dari
pemanasan global menyebabkan zona mangrove pinggir laut semakin lama dan
dalam tergenang air pasang yang dapat menyebabkan kematian semai mangrove
tersebut.
Peristiwa kematian semai mangrove akibat adanya peningkatan muka air
laut menunjukkan perbedaan tingkat kedalaman dan lama penggenangan akan
menghasilkan pertumbuhan yang juga berbeda. Sehingga dapat diketahui respon
pertumbuhan R. mucronata terhadap tingkat kedalaman dan lama penggenangan
yang berbeda.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat kedalaman dan
lama penggenangan terhadap pertumbuhan R. mucronata.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan R.
mucronata dipengaruhi tingkat kedalaman dan lama penggenangan air.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai dasar pertimbangan untuk merehabilitasi
mangrove yang terdegradasi atau rusak seiring dengan naiknya muka air laut
akibat pemanasan global.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengukuran laju pertumbuhan
meliputi tinggi total, tinggi propagul, diameter, jumlah daun, jumlah buku dan
biomassa semai R. mucronata.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Fungsi Hutan Mangrove
Irwan (2007) menyatakan bahwa hutan mangrove merupakan ekosistem
yang khas dengan sebaran vegetasi yang agak seragam, tajuk rata, tidak
mempunyai lapisan tajuk dengan bentukan yang khas, selalu hijau dan mampu
tumbuh di lingkungan yang ekstrim (air asin, berlumpur dan selalu tergenang).
Fungsi mangrove dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu fungsi fisik,
fungsi biologis (ekologis) dan fungsi ekonomis (Kusmana et al. 2003). Fungsi

3
fisik dari mangrove, yaitu dapat menjaga garis pantai dan tebing sungai dari
erosi/abrasi agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, mengendalikan intrusi
air laut, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan
angin kencang. Fungsi biologis (ekologis) mangrove, yaitu tempat mencari
makan,memijah, berkembang biak berbagai jenis biota laut, tempat bersarang
berbagai jenis satwa liar terutama burung dan sumber plasma nutfah. Fungsi
ekonomis mangrove, yaitu memproduksi berbagai jenis hasil hutan (kayu)
maupun hasil hutan bukan kayu dan sebagai lahan untuk kegiatan produksi pakan
lainnya.

Habitat dan Jenis Mangrove
Hutan mangrove banyak ditemukan di tepi pantai terlindung yang
berlumpur, bebas dari angin yang kencang dan arus. Hutan mangrove juga
dapat ditemui di muara sungai dan laguna, yaitu danau yang berada di
pinggir laut dan tepi sungai yang banyak dipengaruhi oleh kondisi pasang surut.
Mangrove juga dapat tumbuh di atas pantai berpasir dan berkarang, terumbu
karang, dan di pulau-pulau kecil. Sementara itu air payau bukanlah hal yang
pokok untuk pertumbuhan mangrove, mereka juga dapat tumbuh dengan subur
jika terdapat persediaan endapan yang baik dan pada air tawar yang berlimpah.
Hutan mangrove dapat tersebar luas dan tumbuh rapat di muara sungai besar di
daerah tropis.
Jenis-jenis mangrove cenderung tumbuh dalam zona atau jalur tertentu
tergantung dari keadaan tempat tumbuh. Berdasarkan hal tersebut, hutan
mangrove dapat dibagi menjadi beberapa zona yaitu Sonneratia, Avicennia (yang
menjorok ke laut), Rhizophora, Bruguiera, Ceriops dan asosiasi Nypa. Pembagian
zona ini mulai dari bagian yang paling kuat mengalami angin dan ombak. Salah
satu ilustrasi zonasi mangrove yang ideal dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Zonasi penyebaran mangrove yang ideal
Sumber: Nybakken, Bertness (1992)
Zonasi di hutan mangrove merupakan tanggapan terhadap perubahan dari
lamanya waktu penggenangan, salinitas, intensitas cahaya matahari, aliran pasang
surut dan aliran air tawar (faktor lingkungan). Daya adaptasi dari tiap jenis
mangrove terhadap keadaan tempat tumbuh akan menentukan komposisi jenis tiap
komunitas.

4
Tinjauan Jenis Rhizophora mucronata Lamk.
Berdasarkan klasifikasi Tomlinson (1986) dalam Kusmana (2003), bakau
(R. mucronata Lamk.) merupakan jenis yang termasuk dalam kelompok mangrove
major. Jenis ini banyak tumbuh di kawasan pesisir Indonesia. Sedangkan
penyebaran bakaudi dunia meliputi Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia
Tenggara dan Hawaii. Penyebaran bakau lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
2.

Gambar 2 Peta penyebaran R. mucronata di dunia
Sumber : UNEP-WCMC (2001) dalam Syah (2011)
Sistem perakaran R. mucronata berupa akar tunjang mengikuti lokasi
tempat tumbuhnya yang berada pada tipe pasang medium high tides. Menurut
Triswanto (2000), perakaran R. mucronata berbentuk melengkung, tumbuh pada
bagian bawah dari batang utama serta berfungsi sebagai akar nafas. Tumbuh dari
batang utama ke arah samping dan masuk ke dalam tanah. Sistem perakaran ini
merupakan adaptasi morfologi yang sesuai dengan kondisi anaerobik tanah. Akar
muda mengandung klorofil sehingga mampu melakukan proses fotosintesa.
Kategori bentuk perawakan R. mucronata berupa pohon dengan tinggi
mencapai 25 m. Komposisi daun tunggal dan susunan daun berhadapan (opposite).
Bentuk daun elips dengan ujung daun meramping tajam. Permukaan bawah daun
hijau kekuningan dan terdapat bintik-bintik hitam kecil yang tersebar. Bagian
daun R. mucronata merupakan karakter pembeda jenis ini dengan R. stylosa.
Daun R. mucronata lebih besar dari R. stylosa, paling lebar di bagian tengah dan
tangkai daun putih pendek. Posisi bunga di ketiak daun (axillary) dan
komposisinya majemuk (inflorescence). Struktur daun, bunga dan buah bakau
disajikan pada Gambar 3.

a
Gambar 3 Struktur bunga dan daun (a); bentuk buah bakau (b)
Sumber: Kusmana et al. (2008)

b

5
Sifat umum dari perkembangan biji mangrove secara vivipar, yaitu biji
telah berkecambah sewaktu masuk di dalam buah yang masih melekat
padatumbuhan induk. Cara yang khas ini diperlihatkan oleh Rhizophora spp.
Lembaga semai dapat menembus buah yang masih bergantungan, yang
panjangnya seperti anak panah tetapi berat di bagian bawahnya. Kemudian semai
jatuh dengan akar ke bawah, sehingga ujung akar itu dapat menancap ke dalam
lumpur bila air sedang surut dan membentuk akar-akar cabang dalam waktu
beberapa jam saja serta tumbuh di tempat itu. Bila air sedang pasang dan semai
akarnya belum kuat melekat di lumpur, maka semai tersebut akan hanyut
terbawa air ke tempat lain dan bila air surut akan tumbuh dengan normal kembali
bila keadaan menguntungkan.
Manfaat dari bakau, kayunya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan dan kadang-kadang digunakan
sebagai obat dalam kasus hematuria (pendarahan pada air seni). Selain itu, pohon
ini juga berfungsi sebagai pelindung sepanjang pematang tambak (Noor 1999).

Ancaman Perubahan Iklim terhadap Mangrove
Perubahan iklim merupakan salah satu akibat dari pemanasan global.
Menurut Suriani (2009) dalam Purnama (2012), penyebab terjadinya pemanasan
global adalah adanya peningkatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di
atmosfer. Peningkatan ini menyebabkan keseimbangan radiasi berubah dan suhu
bumi menjadi lebih panas. GRK merupakan gas-gas di atmosfer yang memiliki
kemampuan menyerap radiasi gelombang panjang yang dipancarkan kembali ke
atmosfer oleh permukaan bumi.
Pemanasan global ini mengakibatkan perubahan durasi waktu musim
hujan dan musim kemarau di belahan dunia serta peningkatan suhu bumi,
sehingga menyebabkan mencairnya gunung-gunung es di kutub. Dampaknya
adalah terjadi kenaikan tinggi permukaan laut yang berimbas pada hilangnya
pulau-pulau kecil, banjir rob, penyempitan batas luar suatu negara dan
ketidakstabilan kondisi wilayah pesisir (Kusmana 2010).
Ekosistem mangrove merupakan tipe ekosistem yang pertama terkena
pengaruh berbagai dampak yang akan terjadi akibat perubahan iklim. Hal ini
berkaitan dengan lokasi ekosistem yang berada di daerah peralihan antara laut dan
darat. Komponen perubahan iklim yang memberikan dampak terhadap ekosistem
mangrove meliputi perubahan muka air laut, perubahan siklus hidrologi, badai,
presipitasi, suhu dan konsentrasi CO2 di udara. Dari sekian banyak dampak yang
terjadi akibat adanya perubahan komposisi udara dan permukaan tanah, naiknya
muka air laut dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar (Field 1995 dalam
Gilman 2008).
Menurut Indrawan (1995), kenaikan permukaan laut ini disebabkan oleh
beberapa hal yaitu pemuaian permukaan air laut, melelehnya es abadi dan
lepasnya massa es. Pemuaian permukaan air laut disebabkan oleh kenaikan suhu
air laut. Pemuaian ini akan menyebabkan bertambahnya volume yang pada
gilirannya akan menyebabkan naiknya permukaan laut. Kenaikan suhu juga akan
menyebabkan melelehnya sebagian dari es abadi yang terdapat di Antartika.
Melelehnya es ini akan menambah volume air laut dan menaikkan permukaan air

6
laut. Kemungkinan pula dapat terjadi massa es di Antartika akan lepas dan
ambruk ke dalam laut. Karena massanya yang sangat besar, ambruknya massa es
ke dalam laut akan menyebabkan pula kenaikan permukaan air laut.
Ellison dan Stoddart (1991) dalam Saenger (2002) mengatakan, mangrove
menjadi stres oleh peningkatan muka air laut antara 8-9 cm/100 tahun dan
kenaikan lebih dari 12 cm/ tahun mangrove akan hilang. Namun mangrove dapat
selamat dari ancaman kepunahan apabila laju deposisi sedimen dapat
mengimbangi laju kenaikan muka air laut, seperti sering terjadi di pulau-pulau
besar dan pulau-pulau oseanik yang relatif tinggi dimana sering terbentuk delta
dari sungai-sungai besar dan adanya pasokan aliran permukaanyang cukup dari air
hujan dan aliran sungai, maka mangrove akantetap tumbuh dan berkembang
dengan baik. Tetapi sebaliknya pada daerah-daerah gurun seperti di Laut Merah
diprediksi mangrove akan hilang dengan adanya kenaikan muka laut.
Permatasari (2011) melaporkan, dalam periode waktu selama 12 minggu
(Juli-September) semai Bruguiera gymnorrhiza menghasilkan respon yang
berbeda-beda terhadap tingkat penggenangan baik pada kondisi naungan maupun
tanpa naungan.Tingkat penggenangan sebatas leher akar pada kondisi naungan
maupun tanpa naungan memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan
optimal B. gymnorrhiza.Sementara itu untuk jenis R. mucronata, Ambaraji (2011)
melaporkan bahwa semai bakau berumur 7 bulan yang tergenang oleh air masin
setinggi setengah dari batang semai tersebut lebih menunjukkan respon
pertumbuhan yang terbaik. Purnama (2012) juga melaporkan jenis Sonneratia
caseolaris memberikan respon pertumbuhan terbaik pada tinggi penggenangan
sebatas leher akar pada semai umur 2 bulan dan 4 bulan.
Adanya peningkatan muka air laut akibat dari pemanasan global
menyebabkan zona mangrove pinggir laut semakin dalam tergenang air pasang.
Selain itu, zona mangrove pinggir laut juga semakin lama tergenang air pasang
yang dapat menyebabkan kematian semai mangrove tersebut. Salah satu hal yang
harus diperhatikan dalam mengantisipasi dampak terhadap kenaikan muka air laut
yaitu dengan mengetahui klasifikasi hidrologi jenis-jenis mangrove. Keterkaitan
antara lama (durasi) penggenangan dengan penyebaran beberapa jenis mangrove
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi durasi penggenangan dan distribusi jenis mangrove
Kelas
penggenangan

Tipe pasang

Elevasi
(cm+MSL)

1

Semua pasang tinggi

600

2

Pasang tinggi
menengah rendah

0-50

450-600

2*

Pasang tinggi
menengah yang
lebih rendah

50-100

200-450

3

Pasang tinggi
normal

100-150

100-200

Rhizophora spp.,
Ceriops, Bruguiera

4

Pasang purnama

150-210

50-100

Lumnizera,
Acrosticum aureum

>210