Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Tembang (Sardinella gibbosa)
PENGARUH WET RENDERING TERHADAP KUALITAS
MINYAK IKAN TEMBANG (Sardinella gibbosa)
ENOK RIKA ZAKIYAH
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Wet
Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Tembang (Sardinella gibbosa)” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Enok Rika Zakiyah
NIM C34100087
ABSTRAK
ENOK RIKA ZAKIYAH. Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak
Ikan Tembang (Sardinella gibbosa). Dibimbing oleh SUGENG HERI
SUSENO dan AGOES MARDIONO JACOEB.
Ikan tembang (Sardinella gibbosa) merupakan salah satu jenis ikan
pelagis kecil yang pemanfaatannya masih terbatas pada ikan asin dan
pengolahan lain dengan nilai tambah yang rendah. Pemanfaatan ikan tembang
sebagai bahan baku minyak ikan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah
ikan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan minyak ikan yang
diekstraksi pada suhu rendah dan memiliki kualitas yang sesuai dengan
International Fish oil Standar (IFOS). Metode ekstraksi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sokletasi, bligh and dyer dan wet rendering pada suhu
ekstraksi 40°C, 50°C dan 60°C. Hasil tertinggi ekstraksi minyak yang berasal
dari jeroan diperoleh dari metode soxhletasi dan Bligh and Dyer masingmasing sebesar 39,0% dan 22,4%. Suhu ekstraksi 40°C menghasilkan minyak
dengan kualitas baik dengan nilai bilangan peroksida 15,00 meq/kg, bilangan
anisidin 6,02 meq/kg, bilangan total oksidasi 36,02 meq/kg dan asam lemak
bebas 0,80%. Asam lemak dominan dalam ikan tembang adalah asam palmitat
(SFA) sebesar 15,93%, asam palmitoleat (MUFA) sebesar 5,35% dan DHA
(PUFA) sebesar 12,18%. Kelas lipid yang terdapat pada minyak jeroan ikan
tembang adalah trigliserida (Rƒ= 0,61) dan kolesterol (Rƒ= 0,27).
Kata kunci: ekstraksi, kelas lipid, kualitas minyak, Sardinella gibbosa,
ABSTRACT
ENOK RIKA ZAKIYAH. The Effect of Wet Rendering on Quality of
Goldstripe Sardine (Sardinella gibbosa) Oil. Supervised by SUGENG HERI
SUSENO and AGOES MARDIONO JACOEB.
Goldstripe sardine (Sardinella gibbosa) is one of small pelagic fish
which is low added value. This fish is mostly used as salted fish. Utilization of
this fish as a raw material of fish oil is expected to increase the value added of
the fish. The aim of this researh was to produce fish oil that are extracted at
low temperatures and have appropriate quality standard International Fish Oil
Standard (IFOS). The extraction methods used were soxhlet, Bligh and Dyer
and wet rendering at 40°C, 50°C and 60°C. The highest yield of fish oil from
viscera were obtained by soxhlet and Bligh and Dyer extration for 39.0% and
22.4% respectively. Extraction temperature 40°C produced good quality fish
oil with the peroxide value 15.00 meq/kg, anisidin value 6.02 meq/kg, totox
value 36.02 meq/kg and free fatty acids 0.80%. The predominant fatty acid in
goldstripe sardine were palmitic acid (SFA) 15.93%, palmitoleic acid (MUFA)
5.35% and DHA (PUFA) 12.18%. Lipid classes found in goldstripe sardine
fish oil were triglycerides (Rƒ 0.61) and cholesterol (Rƒ 0.27).
Keywords: Extraction, lipid class, oil quality,Sardinella gibbosa,
iii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
v
PENGARUH WET RENDERING TERHADAP KUALITAS
MINYAK IKAN TEMBANG (Sardinella gibbosa)
ENOK RIKA ZAKIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
vii
Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi
: Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan
Tembang (Sardinella gibbosa)
: Enok Rika Zakiyah
: C34100087
: Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi
Pembimbing I
Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl-Biol
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Wet
Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Tembang (Sardinella gibbosa)” ini
berhasil diselesaikan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu dan memberi dukungan selama penulisan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan dan bantuan kepada penulis
2. Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl-Biol, selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.
3. Dr Eng Uju, SPi MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
kepada penulis.
4. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi, selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan.
5. Keluarga besar H. Mumu Mubarok, yang terus memberikan dukungan
moril maupun materil kepada penulis.
6. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan
beasiswa selama penulis menempuh studi di IPB.
7. Staf dosen dan Administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan.
8. Staf Laboratorium Departemen Teknologi Hasil Perairan.
9. Staf Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB
10. Staf Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, IPB.
11. Keluarga besar THP 47.
12. Keluarga besar CSS MoRA IPB 47.
13. Teman-teman satu bimbingan penelitian (Syari, Dian, Ukhti, Ridha dan
Ajul)
14. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
penulisan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Enok Rika Zakiyah
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Perumusan Masalah...................................................................................... 2
Tujuan........................................................................................................... 2
Manfaat Penelitian........................................................................................ 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 2
METODE PENELITIAN .................................................................................... 2
Bahan dan Alat ............................................................................................ 3
Prosedur Analisis Penelitian......................................................................... 3
Preparasi sampel ...................................................................................... 5
Ekstraksi minyak metode sokletasi (AOAC 1995).................................. 5
Ekstraksi minyak ikan (Wanasundara 1996 dengan modifikasi) ............ 5
Ekstraksi minyak Bligh and Dyer (Ramalhosa et al. 2012) .................... 6
Analisis bilangan peroksida (AOAC 965.33-2005) ................................ 6
Analisis bilangan anisidin (BSN 2013) ................................................... 6
Analisis asam lemak bebas (AOAC 920.28-2005) .................................. 7
Analisis bilangan total oksidasi (BSN 2013) ........................................... 7
Analisis profil asam lemak (AOAC 996.01-2005) .................................. 8
Klasifikasi lipid (Gigliotti et al. 2011 dengan modifikasi) ...................... 9
Analisis data ............................................................................................ 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 9
Proporsi ........................................................................................................ 9
Profil Asam Lemak Ikan Tembang(S.gibbosa) ............................................ 9
Rendemen Minyak Berbagai Bagian Ikan Tembang(S.gibbosa) ............... 11
Bilangan Peroksida ..................................................................................... 13
Bilangan Anisidin ....................................................................................... 13
Bilangan Total Oksidasi ............................................................................. 14
Asam Lemak Bebas .................................................................................... 15
Fraksinasi Lipid Minyak Ikan Tembang (S.gibbosa) ................................. 16
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 17
Kesimpulan ................................................................................................ 17
Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 17
LAMPIRAN ..................................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 26
DAFTAR TABEL
1 Rendemen bagian tubuh ikan tembang (S.gibbosa) .................................... 9
2 Profil asam lemak ikan tembang (S. gibbosa) ........................................... 10
3 Rendemen minyak ikan tembang (S.gibbosa) ........................................... 12
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Diagram alir penelitian ................................................................................ 4
Bilangan peroksida minyak jeroan ikan tembang ..................................... 13
Bilangan anisidin minyak jeroan ikan tembang ....................................... 14
Bilangan total oksidasi minyak jeroan ikan tembang ................................ 15
Asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang ...................................... 15
Kromatogram fraksi minyak jeroan ikan tembang .................................... 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Ikan Tembang (S. gibbosa)........................................................................ 22
2 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap rendemen minyak dari
daging ........................................................................................................ 22
3 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap rendemen minyak ikan
utuh ............................................................................................................ 22
4 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap rendemen minyak kepala ..... 22
5 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap minyak jeroan ....................... 22
6 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh suhu terhadap rendemen minyak
jeroan ......................................................................................................... 22
7 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap bilangan peroksida ............... 23
8 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap bilangan anisidin .................. 23
9 Hasil uji Duncan pengaruh suhu terhadap bilangan anisidin .................... 23
10 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap bilangan total oksidasi ......... 23
11 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap nilai asam lemak bebas ........ 23
12 Hasil uji Duncan pengaruh suhu terhadap nilai asam lemak bebas........... 23
13 Beberapa penelitian tentang ekstraksi minyak ikan .................................. 24
14 Dokumentasi penelitian ............................................................................. 25
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak ikan merupakan sumber asam lemak rantai panjang tak jenuh
(PUFA). Eikosapentaenoat (EPA) dan dokosaheksaenoat (DHA), asam lemak ini
sangat menarik karena dilaporkan memiliki aktivitas fisiologi yang bermanfaat
(Alkio et al. 2000) misalnya dapat menurunkan resiko penyakit cardiovaskular
(Pike dan Jackson 2010). Masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai sadar akan
pentingnya asupan omega 3 bagi kesehatan. Kebutuhan minyak ikan pun semakin
meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan produksinya. Kementerian
Kelautan dan Perikanan (2012) menyatakan bahwa volume impor minyak ikan
semakin meningkat selama kurun waktu 2007 – 2012 mencapai 11.087.381 kg.
Peningkatan volume impor minyak ikan dari tahun 2011- 2012 menapai 11,66%.
Sumber daya ikan di Indonesia cukup melimpah baik ikan air laut maupun ikan air
tawar. Sumber daya ikan yang dikenal memiliki kandungan lemak yang tinggi
adalah golongan ikan sardin diantaranya ikan tembang (Sardinella gibbosa).
Ikan tembang termasuk dalam kelas Actinopterygii, ordo Clupeiformes,
famili Clupeidae, genus Sardinella, spesies Sardinella gibbosa. Ikan tersebut
merupakan salah satu ikan tangkapan harian di teluk Jakarta yang hanya
dimanfaatkan sebagai bahan baku ikan asin. Warga sekitar perairan Ujung
Pangkah, Gresik juga menjadikan ikan tembang sebagai bahan baku ikan asin
(Sulistiyono et al. 2011) atau substitusi ikan lemuru dalam proses pengalengan
ikan. Hasil tangkapan ikan tembang di perairan utara Jawa Barat tahun 2009 –
2013 cenderung meningkat dengan total hasil tangkapan tahun 2013 sebesar
1.594.738 kg (Cahyaningrum et al. 2014). Kandungan lemak yang tinggi pada
ikan tembang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan minyak
ikan. Pemanfaatan minyak ikan sebagai bahan baku minyak ikan diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah ikan tersebut.
Minyak ikan dapat diperoleh dengan berbagai metode ekstraksi diantaranya
dengan menggunakan pelarut (Aryee dan Simpson 2009), supercritical fluid
extraction (Sahena et al. 2010), supercritical carbon dioxide (Wei et al. 2010),
ekstraksi dengan pengaturan pH asam (Okada dan Morrisey 2007) proses silase
dan wet rendering (Crexi et al. 2010). Metode ekstraksi pelarut klasik seperti
metode Folch dan Bligh and Dyer telah digunakan secara luas dalam ekstraksi
lipid dengan pelarut polar dan non polar. Penggunaan pelarut kloroform yang
bersifat karsinogenik pada metode ekstraksi tersebut dinilai membahayakan
lingkungan dan kesehatan. Tumbuhnya kepedulian yang besar terhadap
lingkungan mendorong dilakukannya ekstraksi minyak ikan menggunakan bahan
atau pelarut yang aman. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan akuades
sebagai carrier yang relatif aman dalam metode ekstraksi wet rendering.
Salah satu tahapan dalam proses pembuatan minyak ikan adalah ekstraksi.
Suhu ekstraksi yang sesuai sangat diperlukan untuk mendapatkan minyak dengan
kualitas dan kuantitas yang tinggi. Okada dan Morrissey (2007) menggunakan
suhu 95°C pada ekstraksi minyak ikan sardin, Chantahum et al. (2000) melakukan
penelitian pengaruh suhu terhadap rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan
dari kepala ikan tuna dengan metode steam and press pada suhu 75°C, 85°C dan
2
95°C. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan suhu ekstraksi berpengaruh
terhadap rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan. Suhu ekstraksi yang
semakin tinggi dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan
sehingga diperlukan suhu yang sesuai dan lebih rendah untuk mengatisipasi hal
tersebut.
Perumusan Masalah
Minyak ikan banyak diperoleh dari hasil samping proses pengalengan
maupun proses penepungan ikan, yang biasanya menggunakan suhu tinggi.
Kualitas minyak ikan yang dihasilkan masih belum memenuhi standar minyak
ikan untuk tujuan konsumsi (pangan). Proses pembuatan virgin fish oil dengan
suhu rendah yang sesuai dapat menjadi alternatif proses pembuatan minyak ikan.
Penangkapan lebih (over fishing) pada ikan lemuru yang biasa digunakan sebagai
bahan baku minyak ikan menjadi masalah tersendiri, sehingga dibutuhkan jenis
ikan lain dengan kadar lemak tinggi sebagai sumber minyak ikan.
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Tujuan penelitian ini adalah
Memperoleh virgin fish oil dari ikan tembang (Sardinella gibbosa) yang
sesuai dengan standar IFOS (International Fish Oil Standard)
Memperoleh data suhu yang sesuai untuk ekstraksi virgin fish oil
Menganalisis klasifikasi lipid dan profil asam lemak yang terdapat pada
minyak ikan tembang (S. gibbosa).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi
lain dari ikan tembang (S.gibbosa) sehingga memperkaya nilai tambah ikan
tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
proses pembuatan virgin fish oil.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel; identifikasi dan
preparasi sampel; ekstraksi; penentuan rendemen; analisis kualitas (analisis
bilangan peroksida, bilangan anisidin, bilangan total oksidasi dan asam lemak
bebas) dan identifikasi kelas lipid; analisis data dan pembuatan laporan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai 15 Februari 2014 hingga 17 Juni 2014.
Proses identifikasi ikan dilakukan di Laboratorium Biologi makro, Departemen
3
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Proses
preparasi sampel, analisis bilangan peroksida, analisis asam lemak bebas dan
analisis klasifikasi lipid dilakukan di Laboratorium Diversifikasi dan Formulasi
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Analisis proksimat (kadar air, abu, protein dan lemak), proses
ekstraksi sampel dan analisis Bligh and Dyer di Laboratorium Terpadu,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Analisis
bilangan anisidin dilakukan di Laboratorium Bersama, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Proses evaporasi ekstrak
minyak dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Proses sentrifugasi hasil ekstraksi di
Laboratorium Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan. Analisis profil asam lemak
dilakukan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor, Baranang Siang.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan tembang
(Sardinella gibbosa) (Lampiran 1) yang didapatkan dari pasar Muara Angke,
Jakarta Utara. Bahan lain yang digunakan adalah bahan untuk analisis proksimat,
bahan untuk analisis profil asam lemak, alkohol 95%, methanol 0,5 N, methanol
10% dalam kloroform, kloroform, akuades, asam asetat glasial, KI jenuh, KOH
0,1N, indikator pati 1%, indikator PP, natrium thiosulfat 0,1N, larutan p-anisidin
0,25% dalam asam asetat glasial, Isooktan, n-heksana dan eter. Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah penggaris 30 cm, pisau, talenan, timbangan
digital, freezer merk SHARP, water bath merk memmert dan VMR Scientific
model 1110, erlenmeyer 250 mL, erlenmeyer 500 mL, kompor listrik, botol
plastik, sentrifuge merk Hitachi Himac CR 21G dan Hettich , pipet tetes, shyring,
pipet volumetrik 1 mL dan 5 mL, bulb, gelas ukur, gelas piala 100 mL dan 1000
mL, corong kaca, vial, vacuum rotary evaporator, buret 50 mL, tabung reaksi,
alumunium foil, sudip, cawan petri, gelas jar, spektrofotometer UV-Visible merk
Shimadzu, sinar UV merk MacroVue UV-25 dengan panjang gelombang 254nm,
oven merk Memmert, tempat penyimpanan pelat KLT merk Advantec, desikator,
peralatan analisis proksimat, peralatan analisis profil asam lemak gas
kromatografi merk Shimadzu GC 2010 plus dengan standar SupelcoTM 37
Componen FAME Mix (Gas Chromatography), kromatografi lapis tipis merk
Merck Alumunium oxide 60 F254 dan software IBM SPSS Statistics 22.
Prosedur Analisis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pengambilan sampel,
identifikasi dan preparasi sampel; ekstraksi, penentuan rendemen, analisis kualitas
dan identifikasi kelas lipid. Diagram alir tahapan penelitian disajikan pada
Gambar 1.
4
Analisis proksimat,
profil asam lemak.
Ikan tembang
Preparasi
-
-
Utuh
Daging
Pemblenderan
Pemblenderan
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
-
-
Minyak ikan
Jeroan
Kepala
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
Pemblenderan
Pemblenderan
-
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
-
Minyak ikan
-
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
-
Minyak ikan
Minyak ikan
Perhitungan rendemen
Tidak
Ya
Rendemen tertinggi
Analisis data
-
Analisis bilangan peroksida
Analisis bilangan anisisdin
Analisis bilangan total oksidasi
Analisis asam lemak bebas
Fraksinasi lipid
Gambar 1 Diagram alir penelitian
5
Preparasi sampel
Sampel ikan tembang utuh ditentukan sifat morfometriknya (panjang baku,
panjang cagak, panjang linea lateralis, tinggi badan dan lebar badan) dan ikan
ditimbang bobotnya. Sampel dibersihkan dan dipotong bagian kepala, daging dan
diambil bagian jeroannya kemudian ditimbang untuk diketahui rasio bagian tubuh
dengan ikan utuh. Daging ikan diperoleh dengan cara fillet. Sampel yang telah
dipisahkan kemudian dicacah untuk selanjutnya diekstrak.
Ekstraksi minyak metode sokletasi (AOAC 1995)
Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring dan pada
kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selongsong lemak kemudian
dihubungkan dengan labu lemak dan ruang ekstraktor dan disiram dengan pelarut
lemak (n-heksana), kemudian direfluks selama 6 jam pada suhu 80°C. Pelarut
dalam labu lemak lalu didestilasi hingga semuanya menguap. Pelarut yang
menguap pada saat didestilasi akan tertampung di ruang ekstraktor, kemudian
dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C, lalu didinginkan dalam desikator
hingga beratnya konstan. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus:
Kadar lemak % =
(W3-W2)
×100%
W1
Keterangan :
W1 = Berat sampel (g)
W2 = Berat labu lemak kosong (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)
Ekstraksi minyak ikan (Wanasundara 1996 dengan modifikasi)
Proses ekstraksi sampel adalah dengan memanaskan 100 gram sampel
yang telah dicacah dengan aquades (1:1) (w/w) dalam water bath masing-masing
pada suhu 40°C, 50°C dan 60°C selama 30 menit. Tahap selanjutnya adalah
pemisahan minyak ikan dari residu dengan penyaringan dan pengepresan. Hasil
pengepresan disentrifuse dengan kecepatan 6807g selama 20 menit pada suhu
10°C. Sampel hasil sentrifugasi didekantasi dan disimpan dalam freezer dengan
suhu sekitar -4°C.
Ekstraksi minyak Bligh and Dyer (Ramalhosa et al. 2012)
Sampel sebanyak 50 gram dimasukkan dalam tabung erlenmeyer 250 mL,
kemudian ditambah 20 mL ethanol, 10 mL kloroform (CHCl3) dan dihomogenkan
selama 2 menit, serta ditambah CHCl3 sebanyak 10 mL dan dikocok kembali
selama 2 menit. Larutan ditambah aquades sebanyak 18 mL dan kembali dikocok
selama 2 menit. Larutan kemudian disentrifuse dengan kecepatan 80,24g selama
10 menit. Lapisan paling bawah kemudian dipindahkan ke wadah lain dengan
pipet pasteur. Ekstraksi kedua dilakukan dengan penambahan 20 mL ethanol 10%
(v/v) dalam CHCl3 kemudian dikocok selama 2 menit dan kembali disentrifuse
dengan kecepatan 80,24g selama 10 menit. Setelah itu fase yang terlarut dalam
CHCl3 ditambahkan ke dalam hasil ekstraksi pertama. Langkah terakhir adalah
6
melakukan evaporasi dengan alat rotary evaporator pada suhu 45°C. Rendemen
minyak ikan dihitung menggunakan rumus :
Rendemen % =
Bobot akhir sampel (gram)
×
Bobot awal sampel (gram)
%
Analisis bilangan peroksida/ Peroxide Value (PV) (AOAC 965.33-2005)
Sampel minyak ikan sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer ukuran 250 mL, kemudian ditambah 18 mL larutan asam asetat dan 12
mL kloroform, serta 0,5 mL larutan kalium iodida (KI), larutan KI dikocok
dengan hati-hati agar tercampur dan ditambah 30 mL aquades. Selanjutnya
ditambah 0,5 mL larutan indikator kanji 1% yang akan mengubah warna larutan
menjadi biru, kemudian larutan dititrasi dengan 0,01 N sodium thiosulfat hingga
larutan berubah warna menjadi kuning.
Perhitungan nilai peroksida dilakukan dengan persamaan berikut:
Bilangan peroksida
meq
S×M×1000
=
kg
berat sampel (g)
Keterangan:
S = Jumlah sodium thiosulfat (mL)
M= Konsentrasi sodium thiosulfat (0,1N)
Analisis bilangan anisidin / anisidin Value (BSN 2013)
Pertama dibuat larutan uji 1 dengan cara melarutkan 1 gram sampel ke
dalam 25 mL isooktan. Larutan uji 2 dibuat dengan cara menambahkan 1 mL panisidin (2,5g/l) ke dalam 5 mL larutan uji 1, kemudian dikocok dan dihindarkan
dari cahaya. Larutan referensi dibuat dengan cara menambahkan 1 mL larutan panisidin (2,5g/l) ke dalam 5 mL larutan isooktan, kemudian dikocok dan
dihindarkan dari cahaya. Larutan kemudian diukur nilai absorbansinya, larutan uji
1 pada 350 nm dengan menggunakan isooktan sebagai kopensasi. Larutan uji 2
pada 350 nm tepat 10 menit setelah larutan disiapkan, dengan menggunakan
larutan referensi sebagai kompensasi. Perhitungan bilangan anisidin ditetapkan
dengan persamaan berikut:
Bilangan anisidin
meq 25×(1,2 A1-A2)
=
m
kg
Keterangan:
A1 = Absorbansi larutan uji 2
A2 = Absorbansi larutan uji 1
m = Massa sampel yang digunakan pada larutan uji 1
Analisis asam lemak bebas/ Free Fatty Acid (FFA) (AOAC 920.28-2005)
Sampel sebanyak 10 gram ditambah 25 mL alkohol 95% dalam
erlenmeyer 250 mL. Sampel dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit,
kemudian ditetesi indikator PP sebanyak 2 tetes. Sampel dikocok dan dititrasi
7
dengan KOH 0,1 N hingga timbul warna pink yang tidak hilang dalam 30 detik.
Penentuan persentase FFA dihitung berdasarkan persamaan berikut:
FFA % =
A×N×M
10G
Keterangan:
A= Jumlah titrasi KOH (mL)
N= Normalitas KOH
G= Gram contoh
M= Bobot molekul asam lemak dominan
Analisis bilangan total oksidasi (BSN 2013)
Bilangan total oksidasi (TOTOX) ditentukan berdasarkan metode Perrin
(1996) dengan persamaan sebagai berikut:
Bilangan Total Oksidasi = (2PV + AV)
Keterangan:
PV= Nilai bilangan peroksida
AV= Nilai biangan asam
Analisis profil asam lemak dengan kromatografi gas (AOAC 996.01-2005)
Analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah lemak menjadi
turunannya, yaitu dalam bentuk metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat
kromatografi. Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja dalam pemisahan
antara gas dan lapisan tipis cairan berdasarkan jenis bahan dan suhu bahan. Hasil
analisis akan terekam dalam lembaran yang terhubung dengan rekorder dan
ditunjukkan melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu sesuai dengan
karakter masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi metil ester,
terlebih dahulu lemak diekstraksi dari bahan mentah, lalu dilakukan metilasi
sehingga membentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat.
Perangkat kromatografi gas diatur sebelum injeksi dilakukan. Pengaturan alat
sebagai berikut:
Kolom
: Cyanopropil methyl sil (capilary column)
Dimensi kolom
: p= 60 m, Ø dalam: 0,25 mm, 0,25 µm Film tickness
Laju alir N2
: 20 mL/ menit
Laju alir H2
: 30 mL/ menit
Laju alir udara
: 200 – 250 mL/ menit
Suhu injektor
: 200°C
Suhu detektor
: 230°C
Suhu kolom
: Program temperatur
Kolom temperatur
: awal 190°C diam 15 menit
Akhir 230°C diam 20 menit
Rate 10°C/ menit
Rasio
: 1:8
Inject Volume
: 1 µL
Linier Velocity
: 20 cm/ detik
8
Analisis asam lemak dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain
ekstraksi lemak, metilasi, injeksi dan identifikasi kromatogram hasil analisis.
1. Tahap ekstraksi lemak
Tahap ekstraksi lemak dilakukan menggunakan pelarut non polar
(petroleumether) dengan metode soxhlet. Bobot sampel yang ditimbang sebanyak
7 – 10 gram bahan untuk memperoleh lemak dan hasilnya dalam bentuk minyak
2.
Pembentukan metil ester ( metilasi)
Tahap metilasi untuk membentuk senyawa turunan dari lemak menjadi
metil esternya. Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak diatas penangas air
dengan pereaksi berturut-turut NaOH-metanol 0,5 N; boron trifluorida(BF3); dan
isooktan. Sebanyak kurang lebih 0,02 g minyak dari sampel dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambah 1 mL NaOH-metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam
penangas air selama 20 menit pada suhu 80°C , kemudian didinginkan. Sebanyak
2 mL BF3 ditambahkan kedalam tabung lalu tabung dipanaskan kembali pada
waterbath dengan suhu 80°C selama 20 menit, kemudian didinginkan. Sebanyak 2
mL NaCl jenuh dan 1 mL isooktan ditambahkan kemudian dikocok. Larutan
isooktan pada fase atas larutan dipindahkan dengan bantuan pipet tetes kedalam
vial gelas 2 mL yang didalamnya sudah terdapat Na2SO4. Sebanyak 1µL sampel
diinjeksikan ke dalam injektor kromatografi gas. Asam lemak yang ada dalam
metil ester akan diidentifikasi menggunkan flame ionization detector (FID) atau
detektor inisiasi nyala dan respon yang akan tercatat oleh rekorder dalam bentuk
kromatogram (peak)
3.
Identifikasi asam lemak
Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menyetarakan waktu retensi
sampel yang sama dengan waktu retensi internal standar SupelcoTM 37 komponen
untuk menunjukkan komponen yang sama dengan standar. Analisis kuantitatif
dihitung dengan rumus:
Ax
Jumlah komponen=
Keterangan:
V Contoh
Cstandar
Ax
As
×Cstandar×
As
Vcontoh
100
×100%
Bobot Contoh
= Volume contoh (1 mL Isooktan)
= Konsentrasi standar
= Luas puncak komponen X
= Luas puncak standar
Fraksinasi lipid (Gigliotti et al. 2011 dengan modifikasi)
Sampel minyak ikan tembang (diekstrak dengan metode Bligh and dyer
dan wet rendering ) sebanyak 2,5 mL dilarutkan dalam 1:1 methanol: kloroform
(v/v) dan dititikkan pada pelat kromatografi lapis tipis dengan 80: 20: 1,5
heksana: eter: asam asetat (v:v:v) sebagai fase gerak. Pelat kemudian
dikeringanginkan selama 5 menit dan dilihat pada sinar UV dengan panjang
gelombang 254 nm. Pelat dipanaskan kembali dalam oven pada suhu 105°C
selama 10 menit kemudian dihitung nilai Retention factor (Rƒ). Nilai Retention
factor (Rf) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
9
Retention factor (Rƒ)=
Jarak yang ditempuh sampel
Jarak yang ditempuh eluen
Analisis data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan suhu sebagai faktor. Data diolah menggunakan perangkat lunak IBM
SPSS Statistic 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proporsi
Potensi pemanfaatan ikan tembang dapat dilihat dari rasio bagian tubuh
terhadap ikan utuh. Rasio berbagai bagian ikan tembang (kepala, tulang, daging
dan jeroan) dinyatakan dalam bentuk proporsi. Proporsi berbagai bagian ikan
tembang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rendemen bagian tubuh ikan tembang (S.gibbosa)
Parameter
Kepala
Tulang
Daging
Jeroan
Rendemen (%)
18,33 ± 0,89
23,64 ± 0,35
50,29 ± 1,88
07,74 ± 1,03
Keterangan: diambil dari 30 sampel
Rendemen berbagai bagian ikan tembang pada Tabel 1 menunjukkan rasio
terbesar pada ikan tembang adalah daging (50,29%) dan terkecil adalah jeroan
(7,74%). Hal ini serupa dengan penelitian Suwindiastuti (2014) pada ikan cucut
banteng (Carcharhinus leucas) yang memiliki rendemen terbesar pada daging
yaitu 48,80% dan rendemen terendah pada jeroan yaitu 7,86%. Hasil analisis
statistik menunjukan rasio antar bagian ikan tembang berbeda secara signifikan
(p95 %, oleh karena itu ekstraksi pelarut non polar banyak digunakan untuk
ekstraksi dan penentuan kadar lemak pada makanan.
Bagian tubuh ikan yang menghasilkan rendemen tertinggi pada berbagai
metode ekstraksi adalah jeroan dan terendah pada daging. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa berbagai bagian ikan berpengaruh terhadap rendemen
minyak yang dihasilkan (P ≤ 0,05). Daging ikan tembang cenderung berwarna
putih sedangkan lemak pada daging ikan lebih banyak pada daging merah. Ikan
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki panjang total 146,7 mm dan dalam
keadaan matang gonad sehingga lemak lebih banyak terkonsentrasi pada bagian
jeroan. Ghos et al. (2013) menyatakan bahwa ikan pertama kali matang gonad
saat panjang tubuhnya menapai 129,8 – 131,0 mm. Fiori et al. (2012) yang
melakukan penelitian terhadap minyak dari by product ikan Oncorhynchus mykiss
menyatakan bahwa rendemen minyak dari jeroan lebih besar dibandingkan
rendemen minyak dari kepala. Beberapa penelitian lain tentang ekstraksi minyak
ikan dapat dilihat pada lampiran 8.
Potensi minyak yang tinggi pada jeroan mendorong dilakukannya ekstraksi
wet rendering. Ekstraksi wet rendering dilakukan menggunakan suhu 40°C, 50°C
dan 60°C selama 30 menit. Hasil ekstraksi wet rendering menunjukkan semakin
tinggi suhu ekstraksi, maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Chantahum
et al. (2000) menyatakan bahwa pemasakan dapat menyebabkan protein
terkoagulasi sehingga memudahkan pemisahan fraksi solid dan liquid (minyak).
Suhu ekstraksi yang lebih rendah menghasilkan rendemen yang lebih rendah juga.
Minyak jeroan ikan tembang kemudian dianalisis kualitasnya menggunakan
bilangan peroksida, bilangan anisidin, bilangan total oksidasi dan asam lemak
bebas.
13
Bilangan peroksida
Metode klasik yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah
hidroperoksida adalah dengan penentuan bilangan peroksida (Shahidi dan
Wanasundara 2002). Peroksida dapat terjadi karena adanya ikatan rangkap pada
minyak yang mengikat oksigen dari udara sekitar (Kusnandar 2010). Bilangan
peroksida minyak jeroan ikan tembang pada berbagai suhu ekstraksi disajikan
pada Gambar 2.
bilangan peroksida (meq/kg)
30
a
25
20
a
a
15
10
5
0
40
50
suhu pemasakan (°C)
60
Gambar 2 Bilangan peroksida minyak jeroan ikan tembang
Bilangan peroksida yang ditampilkan dalam grafik menunjukkan bahwa
bilangan peroksida tertinggi pada perlakuan suhu ekstraksi 50°C yaitu sebesar 25
meq/kg dan terendah pada suhu ekstraksi 40°C dan 60°C sebesar 15 meq/kg.
Standar bilangan peroksida menurut International Fish Oil Standard adalah 3,75
meq/kg. Hasil analisis statistik ANOVA pada bilangan peroksida, suhu ekstraksi
tidak berpengaruh terhadap jumlah bilangan peroksida minyak (P ≥ 0,05). Secara
umum semakin tinggi suhu ekstraksi, nilai bilangan peroksida semakin tinggi
namun pada suhu ekstraksi tertinggi (60°C) nilai peroksida kembali rendah.
Menurut Chantachum et al. (2000), penurunan nilai bilangan peroksida pada suhu
yang lebih tinggi diduga karena inaktivasi enzim lipoksigenase pada sampel.
Ahmadi dan Mushollaeni (2007) menyatakan bahwa hidrogen peroksida hasil
oksidasi minyak bersifat labil yang selanjutnya membentuk produk oksidasi
sekunder. Perubahan ini menyebabkan peroksida yang terdeteksi menurun
sehingga nilai bilangan peroksida menurun.
Bilangan anisidin
Bilangan anisidin didefinisikan sebagai absorbansi larutan yang dihasilkan
dari reaksi 1 gram lemak pada larutan isooktana (100 mL) dengan p-anisidin
(0,25 % dalam asam asetat glasial) (EFSA 2010). Reaksi antara senyawa aldehid
dengan pereaksi paraanisidin pada pelarut asam asetat glasial akan menghasilkan
warna kuning yang absorbansinya dapat diukur pada panjang gelombang 350 nm.
Analisis ini lebih sensitif untuk aldehid tidak jenuh karena warna yang dihasilkan
14
aldehid tidak jenuh mengabsorbsi lebih kuat pada panjang gelombang 350 nm
(Shahidi dan Wanasundara 2002). Hasil analisis bilangan anisidin pada berbagai
suhu ekstraksi disajikan pada Gambar 3.
Bilangan anisidin yang dihasilkan cenderung meningkat seiring peningkatan
suhu ekstraksi. Bilangan anisidin tertinggi didapatkan pada suhu ekstraksi 60°C
sebanyak 11,98 meq/kg dan terendah pada suhu ekstraksi 40°C sebanyak 6,015
meq/kg. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan suhu ekstraksi
berpengaruh terhadap nilai bilangan anisidin (P ≤ 0,05). Uji lanjut Duncan
dilakukan untuk melihat pengaruh yang diberikan. Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa suhu ekstraksi 60°C memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan nilai bilangan anisidin. Bilangan anisidin yang tinggi dapat
diakibatkan oleh semakin tingginya suhu ekstraksi yang potensial mengakibatkan
peningkatan oksidasi. Bilangan anisidin yang tinggi dapat diindikasikan bahwa
lemak telah teroksidasi meskipun nilai TBA (Tio Barbituric Acid) dan analisis
aldehid yang lain memberikan nilai yang rendah . Bilangan anisidin pada semua
sampel berada di bawah jumlah bilangan anisidin maksimum. Jumlah bilangan
anisidin maksimum pada minyak ikan menurut International Fish Oil Standard
(IFOS) (2011) adalah ≤15 meq/kg.
anisidin value (meq/kg)
14
b
12
10
8
a
a
40
50
Suhu ekstraksi (oC)
6
4
2
0
60
Gambar 3 Bilangan anisidin minyak jeroan ikan tembang
Bilangan total oksidasi (TOTOX)
Bilangan total oksidasi memberikan indikasi secara keseluruhan terhadap
keadaan oksidasi minyak, dengan tingkat maksimum sebesar 30 (Waterhouse et al.
2011). Bilangan total oksidasi mengukur total oksidasi termasuk oksidasi primer
dan oksidasi sekunder (kombinasi bilangan peroksida dan bilangan anisidin).
Bilangan total oksidasi minyak jeroan ikan tembang disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan bilangan total oksidasi dari masing-masing suhu
ekstraksi yaitu 36,02; 56,04 dan 41,98. Bilangan total oksidasi tertinggi pada suhu
ekstraksi 50°C dan terendah pada suhu ekstraksi 40°C. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perbedaan suhu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap nilai
total oksidasi (P ≥ 0,05). Rodriguez et al. (2011) menyatakan bilangan total
oksidasi dipicu oleh degradasi PUFA oleh prooksidan misal suhu yang tinggi,
oksigen, logam dan cahaya. Bilangan total oksidasi didapatkkan dari penjumlahan
15
dua kali bilangan peroksida dengan bilangan anisidin sehingga nilainya tidak
selalu bersesuaian dengan bilangan peroksida maupun bilangan anisidin.
Bilangan total oksidasi (meq/kg)
70
a
60
50
a
a
40
30
20
10
0
40
50
Suhu ekstraksi (OC)
60
Gambar 4 Bilangan total oksidasi minyak jeroan ikan tembang
Asam lemak bebas (FFA)
Terbentuknya asam lemak bebas dapat disebabkan oleh adanya aktivitas
lipase dan aktivitas hidrolisis yang lain (Sahidi dan Wanasundara 2002). Kadar
asam lemak bebas akan tergantung pada spesies ikan dan musim (EFSA 2010).
Jumlah asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang pada berbagai suhu
ekstraksi disajikan pada Gambar 5.
asam lemak bebas (%)
2,50
b
2,00
b
1,50
1,00
a
0,50
0,00
40
50
Suhu ekstraksi (°C)
60
Gambar 5 Asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang
Gambar 5 menunjukkan jumlah asam lemak bebas pada berbagai suhu
ekstraksi. Asam lemak bebas terendah pada suhu ekstraksi 40°C sebesar 0,80%
dan tertinggi pada suhu ekstraksi 50°C sebesar 1,91%. Jumlah asam lemak bebas
berdasarkan International Fish Oil Standar tahun 2011 adalah ≤1,13 %. Hasil
16
analisis statistik ANOVA menunjukkan suhu ekstraksi berpengaruh terhadap
jumlah asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang (P ≤ 0,05). Uji lanjut
duncan dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan suhu ekstraksi
terhadap jumlah asam lemak bebas. Hasil uji lanjut duncan menunjukkan asam
lemak bebas pada minyak yang dimasak pada suhu 40°C berbeda nyata dengan
asam lemak bebas pada suhu ekstraksi lainnya. Secara umum semakin tinggi suhu
ekstraksi nilai asam lemak bebas semakin tinggi akan tetapi pada suhu ekstraksi
tertinggi (60°C) nilai asam lemak bebas kembali turun. Menurut Chantachum et
al. (2000), hidrolisis ikatan ester lebih sedikit pada suhu rendah. Suhu yang
semakin tinggi memungkinkan terlepasnya komponen volatil asam lemak bebas
yang diikuti dengan menurunnya nilai asam lemak bebas.
Fraksi Lipid Minyak Ikan Tembang
Lipid yang terdapat pada ekstrak minyak ikan tembang difraksinasi
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk analisis lipid. Prinsip penggunaan KLT
berdasarkan pada perbedaan afinitas komponen pada fase diam dan fase gerak
(Shahidi dan Wanasundara 2002). Prinsip penggunaan KLT dalam analisis lipid
adalah memisahkan lipid dengan kelas yang berbeda dari jaringan hewan atau
tumbuhan (Christy 2011). Fraksinasi yang dilakukan adalah fraksinasi untuk lipid
non polar dengan eluen n-heksana, eter dan asam asetat. Fraksinasi lipid non polar
dilakukan terhadap sampel jeroan. Nilai Retention factor (Rƒ) sampel jeroan ikan
tembang disajikan pada Gambar 6.
Rƒ=0,97
Kolesterol ester
Rƒ=0,84
Rƒ=0,66
Rƒ=0,29
FAME
Trigliserida
Kolesterol
Rƒ=0,61
Rƒ=0, 27
Gambar 6 Kromatogram fraksi minyak jeroan ikan tembang
Gambar 6 menunjukkan kromatogram sampel minyak jeroan ikan tembang
dibandingkan dengan kromatogram standar. Minyak jeroan ikan tembang yang
17
diekstrak menggunakan metode Bligh and Dyer menghasilkan dua titik dengan Rƒ
masing-masing 0,61 untuk trigliserida dan 0,27 untuk kolesterol. Nechet et al .
(2007) yang melakukan penelitian terhadap kelas lipid yang terdapat pada minyak
hati ikan pari (Himmatura bleekeri) menggunakan eluen heksana, kloroform dan
metanol menyatakan bahwa nilai Rƒ 0,64 menunjukkan kelas trigliserida dan Rƒ
0,21 menunjukkan kelas 1,3-diasilgliserol atau sterol. Wall (2000) melakukan
penelitian tentang pemisahan kelas asilgliserol menggunakan KLT dengan eluen
heksana-dietileter-asam asetat menyatakan bahwa trigliserida memiliki nilai Rƒ
0,70 dan 1,3-diasilgliserol memiliki nilai Rƒ 0,23.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
2.
3.
Minyak ikan yang dihasilkan dengan ekstraksi wet rendering pada suhu 40°C
sesuai dengan standar IFOS pada beberapa parameter kualitas yaitu asam
lemak bebas dan bilangan anisidin, namun bilangan peroksida dan bilangan
total oksidasi masih belum memenuhi standar kualitas IFOS.
Suhu ekstraksi 40°C menghasilkan minyak dengan kualitas baik dengan nilai
bilangan peroksida 15 meq/kg, bilangan anisidin 6,015 meq/kg, bilangan total
oksidasi 36,02 dan asam lemak bebas 0,80%.
Asam lemak dominan dalam ikan tembang adalah asam palmitat (SFA)
sebesar 15,93%, asam palmitoleat (MUFA) sebesar 5,35% dan DHA (PUFA)
sebesar 12,18%. Kelas lipid yang terdapat pada ikan tembang jeroan ikan
tembang adalah trigliserida dan kolesterol
Saran
Saran yang diajukan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan ekstraksi
minyak ikan dengan metode wet rendering menggunakan perbedaan lama waktu
ekstraksi, perbanding
MINYAK IKAN TEMBANG (Sardinella gibbosa)
ENOK RIKA ZAKIYAH
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Wet
Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Tembang (Sardinella gibbosa)” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Enok Rika Zakiyah
NIM C34100087
ABSTRAK
ENOK RIKA ZAKIYAH. Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak
Ikan Tembang (Sardinella gibbosa). Dibimbing oleh SUGENG HERI
SUSENO dan AGOES MARDIONO JACOEB.
Ikan tembang (Sardinella gibbosa) merupakan salah satu jenis ikan
pelagis kecil yang pemanfaatannya masih terbatas pada ikan asin dan
pengolahan lain dengan nilai tambah yang rendah. Pemanfaatan ikan tembang
sebagai bahan baku minyak ikan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah
ikan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan minyak ikan yang
diekstraksi pada suhu rendah dan memiliki kualitas yang sesuai dengan
International Fish oil Standar (IFOS). Metode ekstraksi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sokletasi, bligh and dyer dan wet rendering pada suhu
ekstraksi 40°C, 50°C dan 60°C. Hasil tertinggi ekstraksi minyak yang berasal
dari jeroan diperoleh dari metode soxhletasi dan Bligh and Dyer masingmasing sebesar 39,0% dan 22,4%. Suhu ekstraksi 40°C menghasilkan minyak
dengan kualitas baik dengan nilai bilangan peroksida 15,00 meq/kg, bilangan
anisidin 6,02 meq/kg, bilangan total oksidasi 36,02 meq/kg dan asam lemak
bebas 0,80%. Asam lemak dominan dalam ikan tembang adalah asam palmitat
(SFA) sebesar 15,93%, asam palmitoleat (MUFA) sebesar 5,35% dan DHA
(PUFA) sebesar 12,18%. Kelas lipid yang terdapat pada minyak jeroan ikan
tembang adalah trigliserida (Rƒ= 0,61) dan kolesterol (Rƒ= 0,27).
Kata kunci: ekstraksi, kelas lipid, kualitas minyak, Sardinella gibbosa,
ABSTRACT
ENOK RIKA ZAKIYAH. The Effect of Wet Rendering on Quality of
Goldstripe Sardine (Sardinella gibbosa) Oil. Supervised by SUGENG HERI
SUSENO and AGOES MARDIONO JACOEB.
Goldstripe sardine (Sardinella gibbosa) is one of small pelagic fish
which is low added value. This fish is mostly used as salted fish. Utilization of
this fish as a raw material of fish oil is expected to increase the value added of
the fish. The aim of this researh was to produce fish oil that are extracted at
low temperatures and have appropriate quality standard International Fish Oil
Standard (IFOS). The extraction methods used were soxhlet, Bligh and Dyer
and wet rendering at 40°C, 50°C and 60°C. The highest yield of fish oil from
viscera were obtained by soxhlet and Bligh and Dyer extration for 39.0% and
22.4% respectively. Extraction temperature 40°C produced good quality fish
oil with the peroxide value 15.00 meq/kg, anisidin value 6.02 meq/kg, totox
value 36.02 meq/kg and free fatty acids 0.80%. The predominant fatty acid in
goldstripe sardine were palmitic acid (SFA) 15.93%, palmitoleic acid (MUFA)
5.35% and DHA (PUFA) 12.18%. Lipid classes found in goldstripe sardine
fish oil were triglycerides (Rƒ 0.61) and cholesterol (Rƒ 0.27).
Keywords: Extraction, lipid class, oil quality,Sardinella gibbosa,
iii
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
v
PENGARUH WET RENDERING TERHADAP KUALITAS
MINYAK IKAN TEMBANG (Sardinella gibbosa)
ENOK RIKA ZAKIYAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
vii
Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi
: Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan
Tembang (Sardinella gibbosa)
: Enok Rika Zakiyah
: C34100087
: Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi
Pembimbing I
Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl-Biol
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Wet
Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Tembang (Sardinella gibbosa)” ini
berhasil diselesaikan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
membantu dan memberi dukungan selama penulisan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, saran, arahan dan bantuan kepada penulis
2. Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl-Biol, selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.
3. Dr Eng Uju, SPi MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
kepada penulis.
4. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi, selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan.
5. Keluarga besar H. Mumu Mubarok, yang terus memberikan dukungan
moril maupun materil kepada penulis.
6. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan
beasiswa selama penulis menempuh studi di IPB.
7. Staf dosen dan Administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan.
8. Staf Laboratorium Departemen Teknologi Hasil Perairan.
9. Staf Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB
10. Staf Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, IPB.
11. Keluarga besar THP 47.
12. Keluarga besar CSS MoRA IPB 47.
13. Teman-teman satu bimbingan penelitian (Syari, Dian, Ukhti, Ridha dan
Ajul)
14. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan, yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan
penulisan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Enok Rika Zakiyah
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Perumusan Masalah...................................................................................... 2
Tujuan........................................................................................................... 2
Manfaat Penelitian........................................................................................ 2
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 2
METODE PENELITIAN .................................................................................... 2
Bahan dan Alat ............................................................................................ 3
Prosedur Analisis Penelitian......................................................................... 3
Preparasi sampel ...................................................................................... 5
Ekstraksi minyak metode sokletasi (AOAC 1995).................................. 5
Ekstraksi minyak ikan (Wanasundara 1996 dengan modifikasi) ............ 5
Ekstraksi minyak Bligh and Dyer (Ramalhosa et al. 2012) .................... 6
Analisis bilangan peroksida (AOAC 965.33-2005) ................................ 6
Analisis bilangan anisidin (BSN 2013) ................................................... 6
Analisis asam lemak bebas (AOAC 920.28-2005) .................................. 7
Analisis bilangan total oksidasi (BSN 2013) ........................................... 7
Analisis profil asam lemak (AOAC 996.01-2005) .................................. 8
Klasifikasi lipid (Gigliotti et al. 2011 dengan modifikasi) ...................... 9
Analisis data ............................................................................................ 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 9
Proporsi ........................................................................................................ 9
Profil Asam Lemak Ikan Tembang(S.gibbosa) ............................................ 9
Rendemen Minyak Berbagai Bagian Ikan Tembang(S.gibbosa) ............... 11
Bilangan Peroksida ..................................................................................... 13
Bilangan Anisidin ....................................................................................... 13
Bilangan Total Oksidasi ............................................................................. 14
Asam Lemak Bebas .................................................................................... 15
Fraksinasi Lipid Minyak Ikan Tembang (S.gibbosa) ................................. 16
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 17
Kesimpulan ................................................................................................ 17
Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 17
LAMPIRAN ..................................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 26
DAFTAR TABEL
1 Rendemen bagian tubuh ikan tembang (S.gibbosa) .................................... 9
2 Profil asam lemak ikan tembang (S. gibbosa) ........................................... 10
3 Rendemen minyak ikan tembang (S.gibbosa) ........................................... 12
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Diagram alir penelitian ................................................................................ 4
Bilangan peroksida minyak jeroan ikan tembang ..................................... 13
Bilangan anisidin minyak jeroan ikan tembang ....................................... 14
Bilangan total oksidasi minyak jeroan ikan tembang ................................ 15
Asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang ...................................... 15
Kromatogram fraksi minyak jeroan ikan tembang .................................... 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 Ikan Tembang (S. gibbosa)........................................................................ 22
2 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap rendemen minyak dari
daging ........................................................................................................ 22
3 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap rendemen minyak ikan
utuh ............................................................................................................ 22
4 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap rendemen minyak kepala ..... 22
5 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap minyak jeroan ....................... 22
6 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh suhu terhadap rendemen minyak
jeroan ......................................................................................................... 22
7 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap bilangan peroksida ............... 23
8 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap bilangan anisidin .................. 23
9 Hasil uji Duncan pengaruh suhu terhadap bilangan anisidin .................... 23
10 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap bilangan total oksidasi ......... 23
11 Hasil uji ANOVA pengaruh suhu terhadap nilai asam lemak bebas ........ 23
12 Hasil uji Duncan pengaruh suhu terhadap nilai asam lemak bebas........... 23
13 Beberapa penelitian tentang ekstraksi minyak ikan .................................. 24
14 Dokumentasi penelitian ............................................................................. 25
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak ikan merupakan sumber asam lemak rantai panjang tak jenuh
(PUFA). Eikosapentaenoat (EPA) dan dokosaheksaenoat (DHA), asam lemak ini
sangat menarik karena dilaporkan memiliki aktivitas fisiologi yang bermanfaat
(Alkio et al. 2000) misalnya dapat menurunkan resiko penyakit cardiovaskular
(Pike dan Jackson 2010). Masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai sadar akan
pentingnya asupan omega 3 bagi kesehatan. Kebutuhan minyak ikan pun semakin
meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan produksinya. Kementerian
Kelautan dan Perikanan (2012) menyatakan bahwa volume impor minyak ikan
semakin meningkat selama kurun waktu 2007 – 2012 mencapai 11.087.381 kg.
Peningkatan volume impor minyak ikan dari tahun 2011- 2012 menapai 11,66%.
Sumber daya ikan di Indonesia cukup melimpah baik ikan air laut maupun ikan air
tawar. Sumber daya ikan yang dikenal memiliki kandungan lemak yang tinggi
adalah golongan ikan sardin diantaranya ikan tembang (Sardinella gibbosa).
Ikan tembang termasuk dalam kelas Actinopterygii, ordo Clupeiformes,
famili Clupeidae, genus Sardinella, spesies Sardinella gibbosa. Ikan tersebut
merupakan salah satu ikan tangkapan harian di teluk Jakarta yang hanya
dimanfaatkan sebagai bahan baku ikan asin. Warga sekitar perairan Ujung
Pangkah, Gresik juga menjadikan ikan tembang sebagai bahan baku ikan asin
(Sulistiyono et al. 2011) atau substitusi ikan lemuru dalam proses pengalengan
ikan. Hasil tangkapan ikan tembang di perairan utara Jawa Barat tahun 2009 –
2013 cenderung meningkat dengan total hasil tangkapan tahun 2013 sebesar
1.594.738 kg (Cahyaningrum et al. 2014). Kandungan lemak yang tinggi pada
ikan tembang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan minyak
ikan. Pemanfaatan minyak ikan sebagai bahan baku minyak ikan diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah ikan tersebut.
Minyak ikan dapat diperoleh dengan berbagai metode ekstraksi diantaranya
dengan menggunakan pelarut (Aryee dan Simpson 2009), supercritical fluid
extraction (Sahena et al. 2010), supercritical carbon dioxide (Wei et al. 2010),
ekstraksi dengan pengaturan pH asam (Okada dan Morrisey 2007) proses silase
dan wet rendering (Crexi et al. 2010). Metode ekstraksi pelarut klasik seperti
metode Folch dan Bligh and Dyer telah digunakan secara luas dalam ekstraksi
lipid dengan pelarut polar dan non polar. Penggunaan pelarut kloroform yang
bersifat karsinogenik pada metode ekstraksi tersebut dinilai membahayakan
lingkungan dan kesehatan. Tumbuhnya kepedulian yang besar terhadap
lingkungan mendorong dilakukannya ekstraksi minyak ikan menggunakan bahan
atau pelarut yang aman. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan akuades
sebagai carrier yang relatif aman dalam metode ekstraksi wet rendering.
Salah satu tahapan dalam proses pembuatan minyak ikan adalah ekstraksi.
Suhu ekstraksi yang sesuai sangat diperlukan untuk mendapatkan minyak dengan
kualitas dan kuantitas yang tinggi. Okada dan Morrissey (2007) menggunakan
suhu 95°C pada ekstraksi minyak ikan sardin, Chantahum et al. (2000) melakukan
penelitian pengaruh suhu terhadap rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan
dari kepala ikan tuna dengan metode steam and press pada suhu 75°C, 85°C dan
2
95°C. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan suhu ekstraksi berpengaruh
terhadap rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan. Suhu ekstraksi yang
semakin tinggi dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan
sehingga diperlukan suhu yang sesuai dan lebih rendah untuk mengatisipasi hal
tersebut.
Perumusan Masalah
Minyak ikan banyak diperoleh dari hasil samping proses pengalengan
maupun proses penepungan ikan, yang biasanya menggunakan suhu tinggi.
Kualitas minyak ikan yang dihasilkan masih belum memenuhi standar minyak
ikan untuk tujuan konsumsi (pangan). Proses pembuatan virgin fish oil dengan
suhu rendah yang sesuai dapat menjadi alternatif proses pembuatan minyak ikan.
Penangkapan lebih (over fishing) pada ikan lemuru yang biasa digunakan sebagai
bahan baku minyak ikan menjadi masalah tersendiri, sehingga dibutuhkan jenis
ikan lain dengan kadar lemak tinggi sebagai sumber minyak ikan.
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Tujuan penelitian ini adalah
Memperoleh virgin fish oil dari ikan tembang (Sardinella gibbosa) yang
sesuai dengan standar IFOS (International Fish Oil Standard)
Memperoleh data suhu yang sesuai untuk ekstraksi virgin fish oil
Menganalisis klasifikasi lipid dan profil asam lemak yang terdapat pada
minyak ikan tembang (S. gibbosa).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi
lain dari ikan tembang (S.gibbosa) sehingga memperkaya nilai tambah ikan
tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
proses pembuatan virgin fish oil.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan sampel; identifikasi dan
preparasi sampel; ekstraksi; penentuan rendemen; analisis kualitas (analisis
bilangan peroksida, bilangan anisidin, bilangan total oksidasi dan asam lemak
bebas) dan identifikasi kelas lipid; analisis data dan pembuatan laporan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai 15 Februari 2014 hingga 17 Juni 2014.
Proses identifikasi ikan dilakukan di Laboratorium Biologi makro, Departemen
3
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Proses
preparasi sampel, analisis bilangan peroksida, analisis asam lemak bebas dan
analisis klasifikasi lipid dilakukan di Laboratorium Diversifikasi dan Formulasi
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Analisis proksimat (kadar air, abu, protein dan lemak), proses
ekstraksi sampel dan analisis Bligh and Dyer di Laboratorium Terpadu,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Analisis
bilangan anisidin dilakukan di Laboratorium Bersama, Departemen Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Proses evaporasi ekstrak
minyak dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Proses sentrifugasi hasil ekstraksi di
Laboratorium Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan. Analisis profil asam lemak
dilakukan di Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor, Baranang Siang.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan tembang
(Sardinella gibbosa) (Lampiran 1) yang didapatkan dari pasar Muara Angke,
Jakarta Utara. Bahan lain yang digunakan adalah bahan untuk analisis proksimat,
bahan untuk analisis profil asam lemak, alkohol 95%, methanol 0,5 N, methanol
10% dalam kloroform, kloroform, akuades, asam asetat glasial, KI jenuh, KOH
0,1N, indikator pati 1%, indikator PP, natrium thiosulfat 0,1N, larutan p-anisidin
0,25% dalam asam asetat glasial, Isooktan, n-heksana dan eter. Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah penggaris 30 cm, pisau, talenan, timbangan
digital, freezer merk SHARP, water bath merk memmert dan VMR Scientific
model 1110, erlenmeyer 250 mL, erlenmeyer 500 mL, kompor listrik, botol
plastik, sentrifuge merk Hitachi Himac CR 21G dan Hettich , pipet tetes, shyring,
pipet volumetrik 1 mL dan 5 mL, bulb, gelas ukur, gelas piala 100 mL dan 1000
mL, corong kaca, vial, vacuum rotary evaporator, buret 50 mL, tabung reaksi,
alumunium foil, sudip, cawan petri, gelas jar, spektrofotometer UV-Visible merk
Shimadzu, sinar UV merk MacroVue UV-25 dengan panjang gelombang 254nm,
oven merk Memmert, tempat penyimpanan pelat KLT merk Advantec, desikator,
peralatan analisis proksimat, peralatan analisis profil asam lemak gas
kromatografi merk Shimadzu GC 2010 plus dengan standar SupelcoTM 37
Componen FAME Mix (Gas Chromatography), kromatografi lapis tipis merk
Merck Alumunium oxide 60 F254 dan software IBM SPSS Statistics 22.
Prosedur Analisis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pengambilan sampel,
identifikasi dan preparasi sampel; ekstraksi, penentuan rendemen, analisis kualitas
dan identifikasi kelas lipid. Diagram alir tahapan penelitian disajikan pada
Gambar 1.
4
Analisis proksimat,
profil asam lemak.
Ikan tembang
Preparasi
-
-
Utuh
Daging
Pemblenderan
Pemblenderan
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
-
-
Minyak ikan
Jeroan
Kepala
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
Pemblenderan
Pemblenderan
-
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
-
Minyak ikan
-
Wet rendering
(40-60)°C, 30
menit
Bligh and dyer
Sokletasi
-
Minyak ikan
Minyak ikan
Perhitungan rendemen
Tidak
Ya
Rendemen tertinggi
Analisis data
-
Analisis bilangan peroksida
Analisis bilangan anisisdin
Analisis bilangan total oksidasi
Analisis asam lemak bebas
Fraksinasi lipid
Gambar 1 Diagram alir penelitian
5
Preparasi sampel
Sampel ikan tembang utuh ditentukan sifat morfometriknya (panjang baku,
panjang cagak, panjang linea lateralis, tinggi badan dan lebar badan) dan ikan
ditimbang bobotnya. Sampel dibersihkan dan dipotong bagian kepala, daging dan
diambil bagian jeroannya kemudian ditimbang untuk diketahui rasio bagian tubuh
dengan ikan utuh. Daging ikan diperoleh dengan cara fillet. Sampel yang telah
dipisahkan kemudian dicacah untuk selanjutnya diekstrak.
Ekstraksi minyak metode sokletasi (AOAC 1995)
Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam kertas saring dan pada
kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam selongsong lemak. Selongsong lemak kemudian
dihubungkan dengan labu lemak dan ruang ekstraktor dan disiram dengan pelarut
lemak (n-heksana), kemudian direfluks selama 6 jam pada suhu 80°C. Pelarut
dalam labu lemak lalu didestilasi hingga semuanya menguap. Pelarut yang
menguap pada saat didestilasi akan tertampung di ruang ekstraktor, kemudian
dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak selanjutnya
dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C, lalu didinginkan dalam desikator
hingga beratnya konstan. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus:
Kadar lemak % =
(W3-W2)
×100%
W1
Keterangan :
W1 = Berat sampel (g)
W2 = Berat labu lemak kosong (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)
Ekstraksi minyak ikan (Wanasundara 1996 dengan modifikasi)
Proses ekstraksi sampel adalah dengan memanaskan 100 gram sampel
yang telah dicacah dengan aquades (1:1) (w/w) dalam water bath masing-masing
pada suhu 40°C, 50°C dan 60°C selama 30 menit. Tahap selanjutnya adalah
pemisahan minyak ikan dari residu dengan penyaringan dan pengepresan. Hasil
pengepresan disentrifuse dengan kecepatan 6807g selama 20 menit pada suhu
10°C. Sampel hasil sentrifugasi didekantasi dan disimpan dalam freezer dengan
suhu sekitar -4°C.
Ekstraksi minyak Bligh and Dyer (Ramalhosa et al. 2012)
Sampel sebanyak 50 gram dimasukkan dalam tabung erlenmeyer 250 mL,
kemudian ditambah 20 mL ethanol, 10 mL kloroform (CHCl3) dan dihomogenkan
selama 2 menit, serta ditambah CHCl3 sebanyak 10 mL dan dikocok kembali
selama 2 menit. Larutan ditambah aquades sebanyak 18 mL dan kembali dikocok
selama 2 menit. Larutan kemudian disentrifuse dengan kecepatan 80,24g selama
10 menit. Lapisan paling bawah kemudian dipindahkan ke wadah lain dengan
pipet pasteur. Ekstraksi kedua dilakukan dengan penambahan 20 mL ethanol 10%
(v/v) dalam CHCl3 kemudian dikocok selama 2 menit dan kembali disentrifuse
dengan kecepatan 80,24g selama 10 menit. Setelah itu fase yang terlarut dalam
CHCl3 ditambahkan ke dalam hasil ekstraksi pertama. Langkah terakhir adalah
6
melakukan evaporasi dengan alat rotary evaporator pada suhu 45°C. Rendemen
minyak ikan dihitung menggunakan rumus :
Rendemen % =
Bobot akhir sampel (gram)
×
Bobot awal sampel (gram)
%
Analisis bilangan peroksida/ Peroxide Value (PV) (AOAC 965.33-2005)
Sampel minyak ikan sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer ukuran 250 mL, kemudian ditambah 18 mL larutan asam asetat dan 12
mL kloroform, serta 0,5 mL larutan kalium iodida (KI), larutan KI dikocok
dengan hati-hati agar tercampur dan ditambah 30 mL aquades. Selanjutnya
ditambah 0,5 mL larutan indikator kanji 1% yang akan mengubah warna larutan
menjadi biru, kemudian larutan dititrasi dengan 0,01 N sodium thiosulfat hingga
larutan berubah warna menjadi kuning.
Perhitungan nilai peroksida dilakukan dengan persamaan berikut:
Bilangan peroksida
meq
S×M×1000
=
kg
berat sampel (g)
Keterangan:
S = Jumlah sodium thiosulfat (mL)
M= Konsentrasi sodium thiosulfat (0,1N)
Analisis bilangan anisidin / anisidin Value (BSN 2013)
Pertama dibuat larutan uji 1 dengan cara melarutkan 1 gram sampel ke
dalam 25 mL isooktan. Larutan uji 2 dibuat dengan cara menambahkan 1 mL panisidin (2,5g/l) ke dalam 5 mL larutan uji 1, kemudian dikocok dan dihindarkan
dari cahaya. Larutan referensi dibuat dengan cara menambahkan 1 mL larutan panisidin (2,5g/l) ke dalam 5 mL larutan isooktan, kemudian dikocok dan
dihindarkan dari cahaya. Larutan kemudian diukur nilai absorbansinya, larutan uji
1 pada 350 nm dengan menggunakan isooktan sebagai kopensasi. Larutan uji 2
pada 350 nm tepat 10 menit setelah larutan disiapkan, dengan menggunakan
larutan referensi sebagai kompensasi. Perhitungan bilangan anisidin ditetapkan
dengan persamaan berikut:
Bilangan anisidin
meq 25×(1,2 A1-A2)
=
m
kg
Keterangan:
A1 = Absorbansi larutan uji 2
A2 = Absorbansi larutan uji 1
m = Massa sampel yang digunakan pada larutan uji 1
Analisis asam lemak bebas/ Free Fatty Acid (FFA) (AOAC 920.28-2005)
Sampel sebanyak 10 gram ditambah 25 mL alkohol 95% dalam
erlenmeyer 250 mL. Sampel dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit,
kemudian ditetesi indikator PP sebanyak 2 tetes. Sampel dikocok dan dititrasi
7
dengan KOH 0,1 N hingga timbul warna pink yang tidak hilang dalam 30 detik.
Penentuan persentase FFA dihitung berdasarkan persamaan berikut:
FFA % =
A×N×M
10G
Keterangan:
A= Jumlah titrasi KOH (mL)
N= Normalitas KOH
G= Gram contoh
M= Bobot molekul asam lemak dominan
Analisis bilangan total oksidasi (BSN 2013)
Bilangan total oksidasi (TOTOX) ditentukan berdasarkan metode Perrin
(1996) dengan persamaan sebagai berikut:
Bilangan Total Oksidasi = (2PV + AV)
Keterangan:
PV= Nilai bilangan peroksida
AV= Nilai biangan asam
Analisis profil asam lemak dengan kromatografi gas (AOAC 996.01-2005)
Analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah lemak menjadi
turunannya, yaitu dalam bentuk metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat
kromatografi. Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja dalam pemisahan
antara gas dan lapisan tipis cairan berdasarkan jenis bahan dan suhu bahan. Hasil
analisis akan terekam dalam lembaran yang terhubung dengan rekorder dan
ditunjukkan melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu sesuai dengan
karakter masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi metil ester,
terlebih dahulu lemak diekstraksi dari bahan mentah, lalu dilakukan metilasi
sehingga membentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat.
Perangkat kromatografi gas diatur sebelum injeksi dilakukan. Pengaturan alat
sebagai berikut:
Kolom
: Cyanopropil methyl sil (capilary column)
Dimensi kolom
: p= 60 m, Ø dalam: 0,25 mm, 0,25 µm Film tickness
Laju alir N2
: 20 mL/ menit
Laju alir H2
: 30 mL/ menit
Laju alir udara
: 200 – 250 mL/ menit
Suhu injektor
: 200°C
Suhu detektor
: 230°C
Suhu kolom
: Program temperatur
Kolom temperatur
: awal 190°C diam 15 menit
Akhir 230°C diam 20 menit
Rate 10°C/ menit
Rasio
: 1:8
Inject Volume
: 1 µL
Linier Velocity
: 20 cm/ detik
8
Analisis asam lemak dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain
ekstraksi lemak, metilasi, injeksi dan identifikasi kromatogram hasil analisis.
1. Tahap ekstraksi lemak
Tahap ekstraksi lemak dilakukan menggunakan pelarut non polar
(petroleumether) dengan metode soxhlet. Bobot sampel yang ditimbang sebanyak
7 – 10 gram bahan untuk memperoleh lemak dan hasilnya dalam bentuk minyak
2.
Pembentukan metil ester ( metilasi)
Tahap metilasi untuk membentuk senyawa turunan dari lemak menjadi
metil esternya. Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak diatas penangas air
dengan pereaksi berturut-turut NaOH-metanol 0,5 N; boron trifluorida(BF3); dan
isooktan. Sebanyak kurang lebih 0,02 g minyak dari sampel dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambah 1 mL NaOH-metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam
penangas air selama 20 menit pada suhu 80°C , kemudian didinginkan. Sebanyak
2 mL BF3 ditambahkan kedalam tabung lalu tabung dipanaskan kembali pada
waterbath dengan suhu 80°C selama 20 menit, kemudian didinginkan. Sebanyak 2
mL NaCl jenuh dan 1 mL isooktan ditambahkan kemudian dikocok. Larutan
isooktan pada fase atas larutan dipindahkan dengan bantuan pipet tetes kedalam
vial gelas 2 mL yang didalamnya sudah terdapat Na2SO4. Sebanyak 1µL sampel
diinjeksikan ke dalam injektor kromatografi gas. Asam lemak yang ada dalam
metil ester akan diidentifikasi menggunkan flame ionization detector (FID) atau
detektor inisiasi nyala dan respon yang akan tercatat oleh rekorder dalam bentuk
kromatogram (peak)
3.
Identifikasi asam lemak
Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menyetarakan waktu retensi
sampel yang sama dengan waktu retensi internal standar SupelcoTM 37 komponen
untuk menunjukkan komponen yang sama dengan standar. Analisis kuantitatif
dihitung dengan rumus:
Ax
Jumlah komponen=
Keterangan:
V Contoh
Cstandar
Ax
As
×Cstandar×
As
Vcontoh
100
×100%
Bobot Contoh
= Volume contoh (1 mL Isooktan)
= Konsentrasi standar
= Luas puncak komponen X
= Luas puncak standar
Fraksinasi lipid (Gigliotti et al. 2011 dengan modifikasi)
Sampel minyak ikan tembang (diekstrak dengan metode Bligh and dyer
dan wet rendering ) sebanyak 2,5 mL dilarutkan dalam 1:1 methanol: kloroform
(v/v) dan dititikkan pada pelat kromatografi lapis tipis dengan 80: 20: 1,5
heksana: eter: asam asetat (v:v:v) sebagai fase gerak. Pelat kemudian
dikeringanginkan selama 5 menit dan dilihat pada sinar UV dengan panjang
gelombang 254 nm. Pelat dipanaskan kembali dalam oven pada suhu 105°C
selama 10 menit kemudian dihitung nilai Retention factor (Rƒ). Nilai Retention
factor (Rf) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
9
Retention factor (Rƒ)=
Jarak yang ditempuh sampel
Jarak yang ditempuh eluen
Analisis data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan suhu sebagai faktor. Data diolah menggunakan perangkat lunak IBM
SPSS Statistic 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proporsi
Potensi pemanfaatan ikan tembang dapat dilihat dari rasio bagian tubuh
terhadap ikan utuh. Rasio berbagai bagian ikan tembang (kepala, tulang, daging
dan jeroan) dinyatakan dalam bentuk proporsi. Proporsi berbagai bagian ikan
tembang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rendemen bagian tubuh ikan tembang (S.gibbosa)
Parameter
Kepala
Tulang
Daging
Jeroan
Rendemen (%)
18,33 ± 0,89
23,64 ± 0,35
50,29 ± 1,88
07,74 ± 1,03
Keterangan: diambil dari 30 sampel
Rendemen berbagai bagian ikan tembang pada Tabel 1 menunjukkan rasio
terbesar pada ikan tembang adalah daging (50,29%) dan terkecil adalah jeroan
(7,74%). Hal ini serupa dengan penelitian Suwindiastuti (2014) pada ikan cucut
banteng (Carcharhinus leucas) yang memiliki rendemen terbesar pada daging
yaitu 48,80% dan rendemen terendah pada jeroan yaitu 7,86%. Hasil analisis
statistik menunjukan rasio antar bagian ikan tembang berbeda secara signifikan
(p95 %, oleh karena itu ekstraksi pelarut non polar banyak digunakan untuk
ekstraksi dan penentuan kadar lemak pada makanan.
Bagian tubuh ikan yang menghasilkan rendemen tertinggi pada berbagai
metode ekstraksi adalah jeroan dan terendah pada daging. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa berbagai bagian ikan berpengaruh terhadap rendemen
minyak yang dihasilkan (P ≤ 0,05). Daging ikan tembang cenderung berwarna
putih sedangkan lemak pada daging ikan lebih banyak pada daging merah. Ikan
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki panjang total 146,7 mm dan dalam
keadaan matang gonad sehingga lemak lebih banyak terkonsentrasi pada bagian
jeroan. Ghos et al. (2013) menyatakan bahwa ikan pertama kali matang gonad
saat panjang tubuhnya menapai 129,8 – 131,0 mm. Fiori et al. (2012) yang
melakukan penelitian terhadap minyak dari by product ikan Oncorhynchus mykiss
menyatakan bahwa rendemen minyak dari jeroan lebih besar dibandingkan
rendemen minyak dari kepala. Beberapa penelitian lain tentang ekstraksi minyak
ikan dapat dilihat pada lampiran 8.
Potensi minyak yang tinggi pada jeroan mendorong dilakukannya ekstraksi
wet rendering. Ekstraksi wet rendering dilakukan menggunakan suhu 40°C, 50°C
dan 60°C selama 30 menit. Hasil ekstraksi wet rendering menunjukkan semakin
tinggi suhu ekstraksi, maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Chantahum
et al. (2000) menyatakan bahwa pemasakan dapat menyebabkan protein
terkoagulasi sehingga memudahkan pemisahan fraksi solid dan liquid (minyak).
Suhu ekstraksi yang lebih rendah menghasilkan rendemen yang lebih rendah juga.
Minyak jeroan ikan tembang kemudian dianalisis kualitasnya menggunakan
bilangan peroksida, bilangan anisidin, bilangan total oksidasi dan asam lemak
bebas.
13
Bilangan peroksida
Metode klasik yang banyak digunakan untuk menentukan jumlah
hidroperoksida adalah dengan penentuan bilangan peroksida (Shahidi dan
Wanasundara 2002). Peroksida dapat terjadi karena adanya ikatan rangkap pada
minyak yang mengikat oksigen dari udara sekitar (Kusnandar 2010). Bilangan
peroksida minyak jeroan ikan tembang pada berbagai suhu ekstraksi disajikan
pada Gambar 2.
bilangan peroksida (meq/kg)
30
a
25
20
a
a
15
10
5
0
40
50
suhu pemasakan (°C)
60
Gambar 2 Bilangan peroksida minyak jeroan ikan tembang
Bilangan peroksida yang ditampilkan dalam grafik menunjukkan bahwa
bilangan peroksida tertinggi pada perlakuan suhu ekstraksi 50°C yaitu sebesar 25
meq/kg dan terendah pada suhu ekstraksi 40°C dan 60°C sebesar 15 meq/kg.
Standar bilangan peroksida menurut International Fish Oil Standard adalah 3,75
meq/kg. Hasil analisis statistik ANOVA pada bilangan peroksida, suhu ekstraksi
tidak berpengaruh terhadap jumlah bilangan peroksida minyak (P ≥ 0,05). Secara
umum semakin tinggi suhu ekstraksi, nilai bilangan peroksida semakin tinggi
namun pada suhu ekstraksi tertinggi (60°C) nilai peroksida kembali rendah.
Menurut Chantachum et al. (2000), penurunan nilai bilangan peroksida pada suhu
yang lebih tinggi diduga karena inaktivasi enzim lipoksigenase pada sampel.
Ahmadi dan Mushollaeni (2007) menyatakan bahwa hidrogen peroksida hasil
oksidasi minyak bersifat labil yang selanjutnya membentuk produk oksidasi
sekunder. Perubahan ini menyebabkan peroksida yang terdeteksi menurun
sehingga nilai bilangan peroksida menurun.
Bilangan anisidin
Bilangan anisidin didefinisikan sebagai absorbansi larutan yang dihasilkan
dari reaksi 1 gram lemak pada larutan isooktana (100 mL) dengan p-anisidin
(0,25 % dalam asam asetat glasial) (EFSA 2010). Reaksi antara senyawa aldehid
dengan pereaksi paraanisidin pada pelarut asam asetat glasial akan menghasilkan
warna kuning yang absorbansinya dapat diukur pada panjang gelombang 350 nm.
Analisis ini lebih sensitif untuk aldehid tidak jenuh karena warna yang dihasilkan
14
aldehid tidak jenuh mengabsorbsi lebih kuat pada panjang gelombang 350 nm
(Shahidi dan Wanasundara 2002). Hasil analisis bilangan anisidin pada berbagai
suhu ekstraksi disajikan pada Gambar 3.
Bilangan anisidin yang dihasilkan cenderung meningkat seiring peningkatan
suhu ekstraksi. Bilangan anisidin tertinggi didapatkan pada suhu ekstraksi 60°C
sebanyak 11,98 meq/kg dan terendah pada suhu ekstraksi 40°C sebanyak 6,015
meq/kg. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan suhu ekstraksi
berpengaruh terhadap nilai bilangan anisidin (P ≤ 0,05). Uji lanjut Duncan
dilakukan untuk melihat pengaruh yang diberikan. Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa suhu ekstraksi 60°C memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap peningkatan nilai bilangan anisidin. Bilangan anisidin yang tinggi dapat
diakibatkan oleh semakin tingginya suhu ekstraksi yang potensial mengakibatkan
peningkatan oksidasi. Bilangan anisidin yang tinggi dapat diindikasikan bahwa
lemak telah teroksidasi meskipun nilai TBA (Tio Barbituric Acid) dan analisis
aldehid yang lain memberikan nilai yang rendah . Bilangan anisidin pada semua
sampel berada di bawah jumlah bilangan anisidin maksimum. Jumlah bilangan
anisidin maksimum pada minyak ikan menurut International Fish Oil Standard
(IFOS) (2011) adalah ≤15 meq/kg.
anisidin value (meq/kg)
14
b
12
10
8
a
a
40
50
Suhu ekstraksi (oC)
6
4
2
0
60
Gambar 3 Bilangan anisidin minyak jeroan ikan tembang
Bilangan total oksidasi (TOTOX)
Bilangan total oksidasi memberikan indikasi secara keseluruhan terhadap
keadaan oksidasi minyak, dengan tingkat maksimum sebesar 30 (Waterhouse et al.
2011). Bilangan total oksidasi mengukur total oksidasi termasuk oksidasi primer
dan oksidasi sekunder (kombinasi bilangan peroksida dan bilangan anisidin).
Bilangan total oksidasi minyak jeroan ikan tembang disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan bilangan total oksidasi dari masing-masing suhu
ekstraksi yaitu 36,02; 56,04 dan 41,98. Bilangan total oksidasi tertinggi pada suhu
ekstraksi 50°C dan terendah pada suhu ekstraksi 40°C. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perbedaan suhu ekstraksi tidak berpengaruh terhadap nilai
total oksidasi (P ≥ 0,05). Rodriguez et al. (2011) menyatakan bilangan total
oksidasi dipicu oleh degradasi PUFA oleh prooksidan misal suhu yang tinggi,
oksigen, logam dan cahaya. Bilangan total oksidasi didapatkkan dari penjumlahan
15
dua kali bilangan peroksida dengan bilangan anisidin sehingga nilainya tidak
selalu bersesuaian dengan bilangan peroksida maupun bilangan anisidin.
Bilangan total oksidasi (meq/kg)
70
a
60
50
a
a
40
30
20
10
0
40
50
Suhu ekstraksi (OC)
60
Gambar 4 Bilangan total oksidasi minyak jeroan ikan tembang
Asam lemak bebas (FFA)
Terbentuknya asam lemak bebas dapat disebabkan oleh adanya aktivitas
lipase dan aktivitas hidrolisis yang lain (Sahidi dan Wanasundara 2002). Kadar
asam lemak bebas akan tergantung pada spesies ikan dan musim (EFSA 2010).
Jumlah asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang pada berbagai suhu
ekstraksi disajikan pada Gambar 5.
asam lemak bebas (%)
2,50
b
2,00
b
1,50
1,00
a
0,50
0,00
40
50
Suhu ekstraksi (°C)
60
Gambar 5 Asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang
Gambar 5 menunjukkan jumlah asam lemak bebas pada berbagai suhu
ekstraksi. Asam lemak bebas terendah pada suhu ekstraksi 40°C sebesar 0,80%
dan tertinggi pada suhu ekstraksi 50°C sebesar 1,91%. Jumlah asam lemak bebas
berdasarkan International Fish Oil Standar tahun 2011 adalah ≤1,13 %. Hasil
16
analisis statistik ANOVA menunjukkan suhu ekstraksi berpengaruh terhadap
jumlah asam lemak bebas minyak jeroan ikan tembang (P ≤ 0,05). Uji lanjut
duncan dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang diberikan suhu ekstraksi
terhadap jumlah asam lemak bebas. Hasil uji lanjut duncan menunjukkan asam
lemak bebas pada minyak yang dimasak pada suhu 40°C berbeda nyata dengan
asam lemak bebas pada suhu ekstraksi lainnya. Secara umum semakin tinggi suhu
ekstraksi nilai asam lemak bebas semakin tinggi akan tetapi pada suhu ekstraksi
tertinggi (60°C) nilai asam lemak bebas kembali turun. Menurut Chantachum et
al. (2000), hidrolisis ikatan ester lebih sedikit pada suhu rendah. Suhu yang
semakin tinggi memungkinkan terlepasnya komponen volatil asam lemak bebas
yang diikuti dengan menurunnya nilai asam lemak bebas.
Fraksi Lipid Minyak Ikan Tembang
Lipid yang terdapat pada ekstrak minyak ikan tembang difraksinasi
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk analisis lipid. Prinsip penggunaan KLT
berdasarkan pada perbedaan afinitas komponen pada fase diam dan fase gerak
(Shahidi dan Wanasundara 2002). Prinsip penggunaan KLT dalam analisis lipid
adalah memisahkan lipid dengan kelas yang berbeda dari jaringan hewan atau
tumbuhan (Christy 2011). Fraksinasi yang dilakukan adalah fraksinasi untuk lipid
non polar dengan eluen n-heksana, eter dan asam asetat. Fraksinasi lipid non polar
dilakukan terhadap sampel jeroan. Nilai Retention factor (Rƒ) sampel jeroan ikan
tembang disajikan pada Gambar 6.
Rƒ=0,97
Kolesterol ester
Rƒ=0,84
Rƒ=0,66
Rƒ=0,29
FAME
Trigliserida
Kolesterol
Rƒ=0,61
Rƒ=0, 27
Gambar 6 Kromatogram fraksi minyak jeroan ikan tembang
Gambar 6 menunjukkan kromatogram sampel minyak jeroan ikan tembang
dibandingkan dengan kromatogram standar. Minyak jeroan ikan tembang yang
17
diekstrak menggunakan metode Bligh and Dyer menghasilkan dua titik dengan Rƒ
masing-masing 0,61 untuk trigliserida dan 0,27 untuk kolesterol. Nechet et al .
(2007) yang melakukan penelitian terhadap kelas lipid yang terdapat pada minyak
hati ikan pari (Himmatura bleekeri) menggunakan eluen heksana, kloroform dan
metanol menyatakan bahwa nilai Rƒ 0,64 menunjukkan kelas trigliserida dan Rƒ
0,21 menunjukkan kelas 1,3-diasilgliserol atau sterol. Wall (2000) melakukan
penelitian tentang pemisahan kelas asilgliserol menggunakan KLT dengan eluen
heksana-dietileter-asam asetat menyatakan bahwa trigliserida memiliki nilai Rƒ
0,70 dan 1,3-diasilgliserol memiliki nilai Rƒ 0,23.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
2.
3.
Minyak ikan yang dihasilkan dengan ekstraksi wet rendering pada suhu 40°C
sesuai dengan standar IFOS pada beberapa parameter kualitas yaitu asam
lemak bebas dan bilangan anisidin, namun bilangan peroksida dan bilangan
total oksidasi masih belum memenuhi standar kualitas IFOS.
Suhu ekstraksi 40°C menghasilkan minyak dengan kualitas baik dengan nilai
bilangan peroksida 15 meq/kg, bilangan anisidin 6,015 meq/kg, bilangan total
oksidasi 36,02 dan asam lemak bebas 0,80%.
Asam lemak dominan dalam ikan tembang adalah asam palmitat (SFA)
sebesar 15,93%, asam palmitoleat (MUFA) sebesar 5,35% dan DHA (PUFA)
sebesar 12,18%. Kelas lipid yang terdapat pada ikan tembang jeroan ikan
tembang adalah trigliserida dan kolesterol
Saran
Saran yang diajukan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan ekstraksi
minyak ikan dengan metode wet rendering menggunakan perbedaan lama waktu
ekstraksi, perbanding