Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Siro (Amblygaster sirm)
i
PENGARUH WET RENDERING TERHADAP KUALITAS
MINYAK IKAN SIRO (Amblygaster sirm)
CHALIDA SYARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Pengaruh Wet
Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Siro (Amblygaster sirm)” adalah benar
hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Seluruh sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Chalida Syari
NIM C34100049
iv
ABSTRAK
CHALIDA SYARI. Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Siro
(Amblygaster sirm). Dibimbing oleh SUGENG HERI SUSENO dan AGOES
MARDIONO JACOEB
Ikan siro (Amblygaster sirm) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang
terdapat di Indonesia. Pemanfaatan ikan siro hasil tangkapan sebagian besar
digunakan sebagai ikan asin dan umpan pada penangkapan tuna. Hasil tangkap
ikan siro relatif besar dan dapat diolah menjadi produk lain yang lebih baik,
sehingga nilai jualnya dapat ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah
menghasilkan minyak ikan yang diekstraksi pada suhu rendah dan memiliki
kualitas yang sesuai standar IFOS (International Fish Oil Standard). Metode
ekstraksi yang digunakan adalah soxhletasi, bligh and dyer, dan wet rendering.
Hasil tertinggi ekstraksi minyak ikan yang berasal dari jeroan diperoleh dari
metode soxhletasi dan bligh and dyer masing-masing sebesar 7,3% dan 8,2%.
Ekstraksi minyak ikan dilakukan dengan metode wet rendering pada suhu 40oC
hingga 80oC. Mutu minyak ikan terbaik yang berasal dari jeroan yaitu pada
perlakuan suhu 60oC. Berdasarkan bilangan peroksida sebesar 15 meq/kg,
kadar asam lemak bebas sebesar 13,64%, bilangan anisidin sebesar 13,59 meq/kg,
dan bilangan totoks sebesar 43,59 meq/kg. Fraksinasi lemak yang terdapat pada
minyak ikan siro adalah kolesterol dengan nilai Rf sebesar 0,3 dan asam lemak
metil ester dengan nilai Rf sebesar 0,82.
Kata kunci: fraksinasi, ikan siro, kualitas, minyak ikan, wet rendering.
ABSTRACT
CHALIDA SYARI. Wet Rendering effect on Quality of Spotted sardinella
(Amblygaster sirm) Fish Oil. Supervised by SUGENG HERI SUSENO and
AGOES MARDIONO JACOEB
Spotted sardinella (Amblygaster sirm) is one of small pelagic fish which can
be found in Indonesia and mostly used as bait for Tuna fishing and processed into
salted fish. They can be enchanced by processed into other products that
increased it`s value. The aim of this research was to produce fish oils that are
extracted at low temperatures and have appropriate quality standard IFOS (
International Fish Oil Standard). The extraction methods used were soxletation,
bligh and dyer, and wet rendering. The highest yield of fish oil from viscera were
obtained by soxletation and bligh and dyer extraction for 7.3% and 8.2%
respectively. Wet rendering method used to extract fish oil using temperature
40oC until 80oC. Temperature treatment on 60oC produced the most good quality
fish oil from spotted sardinella viscera with the peroxide value 15 meq/kg, free
fatty acids value 13.64%, anisidin value for 13.59 meq/kg, and totox value 43.59
meq/kg. The fat fractination contained in spotted sardinella fish oil were
cholesterol and methyl ester of fatty acid with the Rf of 0.3 and 0.82 respectively.
Keywords: Amblygaster sirm, fractination, oil fish, quality, wet rendering.
v
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vi
vii
PENGARUH WET RENDERING TERHADAP KUALITAS
MINYAK IKAN SIRO (Amblygaster sirm)
CHALIDA SYARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
viii
1
Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi
: Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Siro
(Amblygaster sirm)
: Chalida Syari
: C34100049
: Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Sugeng Heri Suseno, SPi, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl - Biol
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini adalah minyak ikan,
dengan judul pengaruh wet rendering terhadap kualitas minyak ikan siro
(Amblygaster sirm).
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1. Dr Sugeng Heri Suseno, SPi, MSi selaku dosen pembimbing I
atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
2. Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl – Biol selaku dosen
pembimbing II yang telah memberikan arahan dan ilmu yang bermanfaat.
3. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku dosen penguji atas segala masukkan
yang diberikan kepada penulis.
4. Seluruh staf dosen, laboran, dan administrasi Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
5. Keluarga terutama kedua orang tua, nyaik, seri dan ketiga adik penulis
yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini.
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan selaku pemberi beasiswa PPA sejak semester 4 penulis
berkuliah di Institut Pertanian Bogor.
7. Nanang Sunandar dan May selaku staf Laboratorium Terpadu Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
8. Zacky Arivaie Santosa, AMd selaku staf Laboratorium Preservasi dan
Pengolahan Produk Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
9. Teman-teman satu bimbingan yaitu Enok, Rida, Ukhti, Ajul, Isna, dan
Hardiana yang telah memberikan motivasi dan kenangan yang indah
selama penelitian.
10.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Siska,
Chadefi, Ratna, Egi, Devi, Rida, Ardian, Armedi, dan Riko (KEMALA
47) atas pemberian semangat dan dukungan tiada henti kepada penulis.
11.Teman-teman THP 47 yang telah memberi dukungan dan semangat
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, September 2014
Chalida Syari
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 2
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
Bahan dan Alat ................................................................................................... 3
Prosedur Analisis Penelitian ............................................................................... 3
Preparasi ...................................................................................................... 4
Analisis Kadar Air (AOAC 2005 934.01) ................................................... 4
Analisis Kadar Abu (AOAC 2005 938.08) ................................................. 4
Analisis Kadar Protein (AOAC 2005 976.05) ............................................ 5
Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005 954.02) ............................................. 5
Analisis Profil Asam Lemak (AOAC 2005 996.01) ................................... 6
Ekstraksi Minyak Ikan (Suhu Rendah) (Wanasundara 1996 dengan
modifikasi) .................................................................................................. 7
Ekstraksi Minyak (Bligh and Dyer 1959) ................................................... 7
Analisis Bilangan Peroksida (AOAC 2005 965.33) .................................... 8
Analisis Asam Lemak Bebas (%FFA) (AOAC 2005 940.28) .................... 8
Penentuan Nilai Total Oksidasi (TOTOX) (Perrin 1996) ........................... 8
Analisis Bilangan Anisidin (Watson 1994) ................................................. 8
Fraksinasi Lemak Minyak Ikan (Gigliotti et al. 2011 dengan dimodifikasi)
..................................................................................................................... 9
Rendemen Minyak Ikan .............................................................................. 9
Analisis Data ............................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
Proporsi .............................................................................................................. 9
Karakteristik Proksimat .................................................................................... 10
Profil Asam Lemak .......................................................................................... 11
Perbandingan Hasil Rendemen Minyak Ikan dari Ekstraksi Wet Rendering,
Soxhletasi, dan Bligh and Dyer ........................................................................ 13
Bilangan Peroksida (Peroxide Value) .............................................................. 14
Asam Lemak Bebas .......................................................................................... 15
Bilangan Anisidin (p-Anisidine Value) ............................................................ 16
Bilangan Totoks (Totox Value) ........................................................................ 18
Fraksinasi Minyak Ikan Siro ............................................................................ 18
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 20
Kesimpulan ....................................................................................................... 20
Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 33
ii
DAFTAR TABEL
1 Nilai proksimat bagian-bagian ikan siro (A.sirm) ............................................. 10
2 Profil asam lemak ............................................................................................... 12
3 Perbandingan hasil rendemen minyak ikan ........................................................ 13
4 Fraksinasi minyak ikan siro ................................................................................ 19
DAFTAR GAMBAR
1 Rendemen ikan siro .............................................................................................. 9
2 Nilai bilangan peroksida minyak ikan hasil ekstraksi ........................................ 14
3 Kadar asam lemak bebas minyak ikan hasil ekstraksi ........................................ 16
4 Nilai bilangan anisidin minyak ikan hasil ekstraksi ........................................... 17
5 Nilai bilangan total oksidasi minyak ikan hasil ekstraksi................................... 18
6 Kromatogram standar lemak……….. .. ………………………………………..19
7 Kromatogram minyak ikan…………………………………………………….19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi kegiatan ........................................................................................ 27
2 Tabel ANOVA bilangan peroksida ................................................................... 27
3 Tabel ANOVA kadar asam lemak bebas ........................................................... 28
4 Tabel ANOVA bilangan anisidin ...................................................................... 28
5 Tabel ANOVA bilangan total oksidasi ............................................................... 29
6 Tabel ANOVA rendemen ikan siro .................................................................... 29
7 Tabel ANOVA kadar air ikan siro ..................................................................... 30
8 Tabel ANOVA kadar abu ikan siro .................................................................... 30
9 Tabel ANOVA kadar lemak ikan siro ................................................................ 30
10 Tabel ANOVA kadar protein ikan siro............................................................. 31
11 Kromatogram asam lemak jeroan ikan siro ...................................................... 31
12 Kromatogram standar asam lemak SupelcoTM 37 komponen .......................... 32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan siro (Amblygaster sirm) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang
terdapat di perairan Indonesia. Habitat spesifik ikan siro yaitu perairan pelagis dan
hidup secara bergerombol. Distribusi ikan siro di Indonesia yaitu Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur (KKP 2014). Angka produksi ikan siro di perairan
Indonesia pada tahun 2012 mencapai 49.110 ton/tahun dengan nilai produksi
sebesar 371.176 juta Rp/tahun (Ruchimat 2013).
Ikan siro termasuk dalam kelas Actinopterygii, ordo Clupeiformes
(herrings), famili Clupeidae (Herrings, shads, sardines, menhadens), sub famili
dorosomatinae, genus Amblygaster, dan spesies dengan nama Amblygaster sirm.
Ikan siro di Indonesia biasanya dijadikan produk olahan ikan asin. Ikan asin siro
yang diproduksi di Pelabuhan Jongor, Tegal dengan nilai jual yang rendah yaitu
sekitar Rp 8.000/kg (Ariyanti 2014). Pemanfaatan lain ikan siro yaitu sebagai ikan
umpan pada penangkapan tuna (Crispina 2014). Hasil tangkap ikan siro relatif
besar dan dapat diolah menjadi produk lain yang lebih baik, sehingga nilai jualnya
dapat ditingkatkan. Luzia et al. (2003) menyatakan bahwa minyak ikan sarden
merupakan salah satu sumber PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acids) yang
melimpah, terutama EPA (Asam Eikosapentaenoat) dan DHA (Asam
Dokosaheksaenoat). Ikan siro tergolong dalam famili Clupeidae (Herrings, shads,
sardines, menhadens) dan dapat dijadikan sumber minyak ikan yang kaya akan
PUFA, khususnya EPA dan DHA.
Ozogul dan Ozogul (2007) menyatakan bahwa kandungan lemak ikan laut
dapat diaplikasikan pada produk farmasi, pakan, dan industri pertanian serta
budidaya. Menurut Guerrero et al. (2011) minyak ikan menjadi salah satu sumber
tertinggi dari asam lemak tak jenuh ganda omega-3 khususnya EPA dan DHA.
Omega-3 memiliki manfaat yaitu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan
mencegah proses penyempitan pembuluh darah manusia, sehingga dapat
mencegah timbulnya serangan penyakit jantung (Moeljanto 1992). Alasalvar dan
Taylor (2002) menyatakan DHA dan EPA juga memberi manfaat bagi kesehatan
manusia diantaranya berkaitan dengan pencegahan penyakit kardiovaskuler,
imunitas, inflamasi, alergi, dan kanker. DHA berperan utama dalam pembentukan
otak dan memaksimalkan fungsi retina pada bayi. DHA terdapat di dalam struktur
fosfolipid yang menjadi komponen membran otak dan retina, serta merupakan
asam lemak terbesar (lebih dari 30%) dari asam-asam lemak dalam otak abu-abu
(Estiasih 2009). Menurut Morrissey dan Okada (2007) rantai panjang asam lemak
EPA dan DHA juga berkontribusi dalam mereduksi beberapa tipe kanker,
diabetes, kelainan kesehatan mental, dan asma. Banyaknya manfaat minyak ikan
bagi kesehatan manusia mendorong untuk dilakukan produksi minyak yang
berasal dari ikan siro.
Hasil penelitian Aditia et al. (2014) menunjukkan minyak ikan yang berasal
dari keseluruhan bagian ikan tongkol (whole) yang diekstraksi menggunakan
metode dry rendering pada suhu 90-95oC memiliki rendemen sebesar 1%.
Chantachum et al. (2000) menunjukkan rendemen minyak ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) yang dihasilkan dari metode dry rendering pada suhu 85oC
2
yaitu sebesar 2,8. Pembuatan minyak ikan siro dalam penelitian ini menggunakan
metode ekstraksi basah (wet rendering) pada suhu 40 – 80oC yang diharapkan
dapat menghasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas yang tinggi. Proses
wet rendering terdiri dari pemasakan ikan dengan uap air panas (steam) yang
bertujuan untuk merusak struktur sel adiposa dilanjutkan dengan pengepresan
minyak yang telah dipanaskan (Estiasih 2009). Beberapa keuntungan
menggunakan metode tersebut diantaranya penggunaan akuades sebagai carrier
yang relatif aman dibanding pelarut kimia dan efektif. Penelitian ini dilakukan
untuk mendapatkan minyak ikan yang dihasilkan dari berbagai bagian ikan siro
dengan menggunakan metode ekstraksi wet rendering, soxhletasi dan Bligh and
Dyer. Minyak hasil ekstraksi wet rendering dengan perlakuan suhu dianalisis
oksidasi primer dan sekundernya. Minyak ikan yang dihasilkan dengan metode
Bligh and Dyer difraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis untuk
mengetahui kandungan yang terdapat dalam minyak tanpa adanya pengaruh suhu.
Perumusan Masalah
Pemanfaatan ikan siro sejauh ini hanya sebatas untuk ikan asin dan umpan
pada penangkapan tuna. Produk dengan bahan baku ikan siro tersebut memiliki
nilai jual yang relatif rendah. Pembuatan minyak ikan dari ikan siro dapat menjadi
alternatif produk lain, sehingga nilai jualnya dapat meningkat. Ekstraksi minyak
ikan yang berasal dari ikan laut umumnya menggunakan suhu tinggi dan
menyebabkan kualitasnya menjadi rusak. Pembuatan minyak ikan siro yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan perlakuan suhu rendah dan dilihat
kualitas minyak yang dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain adalah :
1) menentukan bagian terbaik yang memiliki asam lemak omega-3 tertinggi
2) menganalisis kualitas minyak ikan yang dihasilkan
3) memfraksinasi minyak ikan yang dihasilkan
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah tersedianya informasi tambahan mengenai
pemanfaatan lain ikan siro yakni sebagai sumber minyak ikan yang kaya akan
asam lemak tidak jenuh omega-3.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah penentuan proporsi ikan siro, analisis
proksimat, analisis profil asam lemak masing-masing bagian ikan siro, pembuatan
minyak ikan dengan metode bligh and dyer dan wet rendering. Minyak hasil
metode wet rendering selanjutnya dianalisis oksidasi primer oksidasi (bilangan
3
peroksida), analisis sekunder oksidasi (p-anisidin), kadar asam lemak bebas, total
oksidasi, ekstraksi Bligh and Dyer, fraksinasi minyak ikan, analisis data, serta
penulisan laporan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni
2014. Penelitian diawali dengan preparasi bahan baku di Laboratorium Preservasi
dan Pengolahan Produk Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
berikutnya adalah analisis proksimat yang dilakukan di Laboratorium PAU
Institut Pertanian Bogor. Analisis profil asam lemak dilakukan di Laboratorium
MIPA Terpadu, Institut Pertanian Bogor. Penelitian selanjutnya adalah ekstraksi
minyak ikan dengan metode wet rendering di Laboratorium Pendidikan Biokimia,
Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi bligh and dyer
dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian
Bogor. Prosedur analisis dan fraksinasi minyak ikan dilakukan di Laboratorium
Biokimia Hasil Perairan dan Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Produk
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan siro (Amblygaster
sirm). Bahan lain yang digunakan antara lain akuades, metanol 0,5 N, asam asetat
glasial, KI, natrium tiosulfat 0,1 N, indikator pati 1%, etanol 95%, Phenolphtalein
(PP), isooktan, p-anisidin 0,25%, eter, dan bahan yang digunakan untuk analisis
proksimat dan profil asam lemak.
Alat yang digunakan diantaranya pisau, alumunium foil, kromatografi lapis
tipis merk Merck Alumunium oxide 60 F254, bakker glas, kompor listrik, pipet
tetes, pipet volumetrik, timbangan analitik, penangas air, gelas ukur, biuret, oven
merk Schutzart DIN 40050 – IP20, cawan porselen, erlenmeyer, tabung reaksi,
kertas saring, water bath merk Memert dan VMR Scientific model 1110,
sentrifuse merk Hettich Zentrifugen EBA-20 dan Hitachi, spektrofotometer merk
Shimadzu dan Agilent 8453 UV-visible dengan panjang gelombang 350 nm, alat
gas chromatography merk Shimadzu GC 2010 plus dengan standar SupelcoTM 37
Component FAME Mix, rotary evaporator, corong plastik, botol kimia plastik,
dan software SPSS 15.0.
Prosedur Analisis Penelitian
Pengambilan sampel ikan siro dilakukan di pasar Muara Angke, Jakarta.
Ikan siro tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah styrofoam yang berisi
es. Ikan siro yang telah tiba di laboratorium selanjutnya dicuci dengan air bersih.
4
Ikan dipreparasi dan dipisahkan antara kulit, isi perut, kepala, whole, dan daging.
Bagian yang telah dipisah lalu dihitung proporsinya dibandingkan dengan ikan
siro utuh. Bagian tubuh ikan siro yang telah dipisahkan masing-masing dicacah
halus untuk selanjutnya ditentukan nilai proksimat dan profil asam lemaknya.
Prosedur selanjutnya adalah pembuatan minyak ikan. Pembuatan tersebut
dilakukan dengan dua metode ekstraksi yaitu wet rendering dan Bligh and Dyer.
Sampel yang dipakai untuk ekstraksi wet rendering adalah daging, jeroan, kepala,
dan whole. Ekstraksi wet rendering dilakukan menggunakan suhu mulai dari
40oC hingga 80oC, masing-masing perlakuan suhu selama 30 menit.
Perbandingan sampel dengan pelarut akuades sebesar 1:1. Sampel selanjutnya
disaring agar fraksi cair didapatkan. Fraksi cair yang telah didapat, disentrifuse
untuk memisahkan antara air dan fraksi minyak. Hasil ekstraksi berikutnya
dianalisis untuk mengetahui kualitas minyak ikan yang dihasilkan dengan
perlakuan suhu. Analisis tersebut meliputi analisis bilangan peroksida, asam
lemak bebas, nilai anisidin, total oksidasi. Metode ekstraksi Bligh and Dyer tidak
menggunakan perlakuan suhu. Minyak yang dihasilkan dari metode Bligh and
Dyer selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis.
Preparasi
Ikan siro ditimbang untuk mengetahui bobot awalnya. Ikan dibersihkan,
selanjutnya dipisahkan antara kulit, kepala, jeroan, daging, dan whole. Masingmasing sampel tersebut ditimbang seberat 25 gram. Sampel dibungkus alumunium
foil dan disimpan pada suhu -20oC.
Analisis Kadar Air (AOAC 2005 934.01)
Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan atau jumlah air
yang terdapat pada masing-masing bagian ikan siro. Tahap pertama yang
dilakukan pada analisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam
oven pada suhu102-105oC hingga diperoleh berat konstan selama 15 menit.
Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 30 menit) dan
dibiarkan hingga sama dengan suhu ruang (26-27oC) kemudian ditimbang.
Sampel ikan siro ditimbang seberat 5 gram. Selanjutnya cawan yang telah diisi
sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105oC selama 6 jam. Cawan
tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan hingga sama dengan suhu
ruang (26-27oC) kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air dihitung dengan
rumus:
Kadar air
1
Keterangan:
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan porselen dengan sampel ikan siro (g)
C = Berat cawan porselen dengan sampel ikan siro setelah dikeringkan (g)
Analisis Kadar Abu (AOAC 2005 938.08)
Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah abu yang terdapat
pada masing-masing bagian ikan siro terkait dengan mineral. Cawan porselen
dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu sekitar 105oC selama 30
menit. Cawan porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan
5
ditimbang. Sampel ikan siro yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 5 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya dibakar di atas
kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan
dengan suhu 600oC selama 6 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator,
dibiarkan hingga sama dengan suhu ruang (26-27oC) dan kemudian ditimbang.
Perhitungan kadar abu dihitung dengan rumus:
Kadar abu
1
Keterangan:
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan porselen dengan sampel ikan siro (g)
C = Berat cawan porselen dengan daging ikan siro setelah dikeringkan (g)
Analisis Kadar Protein (AOAC 2005 976.05)
Analisis protein dilakukan untuk mengetahui kandungan protein kasar
(crude protein) pada masing-masing bagian ikan siro. Tahapan yang dilakukan
dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
(1) Tahap destruksi
Sampel ikan siro ditimbang seberat satu gram, kemudian dimasukkan ke
dalam labu kjeldahl. Setengah tablet kjeldahl atau selenium dimasukkan ke dalam
labu kjeldahl yang berfungsi untuk mempercepat reaksi tersebut dan ditambah 10
mL H2SO4. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat
pemanas bersuhu 410oC. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi hijau
bening.
(2) Tahap destilasi
Sampel yang telah didestruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL
menggunakan akuades. Air bilasan juga dimasukkan ke dalam alat destilasi dan
ditambah larutan NaOH 40% sebanyak 10 mL. Cairan dalam ujung tabung
kondensor ditampung dalam erlenmeyer 125 mL berisi larutan H3BO3 dan 3 tetes
indikator (cairan methyl red dan bromocresol green) yang ada di bawah
kondensor. Destilasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi biru.
(3) Tahap titrasi
Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan
pada erlenmeyer berubah warna menjadi merah muda kembali. Perhitungan kadar
protein sebagai berikut:
itrogen
m
Kadar protein
l sampel m
l blanko
mg daging ikan siro
nitrogen
l 1
1
faktor konversi 6
Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005 954.02)
Sampel ikan siro seberat 5 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dan
dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet
dan labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) disambungkan dengan
soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam soxhlet dan disiram dengan
6
pelarut lemak heksana. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu
dipanaskan pada suhu 80oC menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut
lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak
menguap.
Saat destilasi, pelarut akan tertampung di soxhlet dan dikeluarkan sehingga
tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada
suhu 105oC selama 15 menit, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai
beratnya konstan (W3). Perhitungan kadar lemak dihitung dengan rumus:
Kadar lemak
W W
W1
1
Keterangan: W1 = Berat sampel ikan siro (g)
W2 = Berat labu kosong (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)
Analisis Profil Asam Lemak (AOAC 2005 996.01)
Analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah lemak menjadi
turunannya, yaitu dalam bentuk metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat
kromatografi. Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja dalam pemisahan
antara gas dan lapisan tipis cairan berdasarkan perbedaan jenis bahan dan suhu
bahan. Hasil analisis akan terekam dalam suatu lembaran yang terhubung dengan
rekorder dan ditunjukkan melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu
sesuai dengan karakter masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi
metil ester, terlebih dahulu lemak diekstraksi dari bahan mentah, lalu dilakukan
metilasi sehingga terbentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang
didapat. Perangkat kromatografi gas diatur sebelum injeksi dilakukan. Pengaturan
alat sebagai berikut:
Kolom
: Cyanopropil methyl sil (capilary column)
Dimensi kolom
: p = 60 m, dalam = 0,25 mm, 0,25 m Film Tickness
Laju alir N2
: 20 mL/menit
Laju alir H2
: 30 mL/menit
Laju alir udara
: 200 – 250 mL/menit
Suhu injektor
: 200oC
Suhu detektor
: 230oC
Suhu kolom
: Program temperatur
-kolom temperatur : awal 190oC diam 15 menit
akhir 230oC diam 20 menit
Rate 10oC/ menit
Rasio
: 1:8
Inject Volum
:1 L
Linier Velocity
: 20 cm/sec
Analisis asam lemak dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain
ekstraksi lemak, metilasi, injeksi, dan identifikasi kromatogram hasil analisis.
(1) Tahap ekstraksi lemak
Tahap ekstraksi lemak dilakukan menggunakan pelarut non polar
(petroleumether) dengan metode soxhlet. Bobot sampel yang ditimbang sebanyak
7-10 g bahan untuk memperoleh lemak dan hasilnya dalam bentuk minyak.
7
(2)
Pembentukan metil ester (metilasi)
Tahap metilasi untuk membentuk senyawa turunan dari lemak menjadi metil
esternya. Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak di atas penangas air dengan
pereaksi berturut-turut NaOH-metanol 0,5 N; boron trifluorida (BF3); dan
isooktan. Sebanyak kurang lebih 0,02 g minyak dari sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambah 1 mL NaOH-metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam
penangas air selama 20 menit pada suhu 80°C, kemudian didinginkan. Sebanyak 2
mL BF3 ditambahkan ke dalam tabung lalu tabung dipanaskan kembali pada
waterbath dengan suhu 80°C selama 20 menit, kemudian didinginkan. Sebanyak 2
mL NaCl jenuh dan 1 mL isooktan ditambahkan kemudian dikocok. Larutan
isooktan pada fase atas larutan dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam
vial gelas 2 mL yang didalammya sudah terdapat Na2SO4. Sebanyak 1
sampel
diinjeksi ke dalam injektor gas chromatography. Asam lemak yang ada dalam
metil ester akan diidentifikasi menggunakan flame ionization detector (FID) atau
detektor ionisasi nyala dan respon yang ada akan tercatat oleh rekorder dalam
bentuk kromatrogram (peak).
(3) Identifikasi asam lemak
Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menyetarakan waktu retensi
sampel yang sama dengan waktu retensi internal standar SupelcoTM 37 komponen
untuk menunjukkan komponen yang sama dengan standar tersebut. Analisis
kuantitatif dihitung dengan rumus:
rea sampel
Kadar asam lemak
bb
rea standar
Konsentrasi standar 1 m
obot sampel ikan siro gram
1
Ekstraksi Minyak Ikan (Suhu Rendah) (Wanasundara 1996 dengan
modifikasi)
Proses ekstraksi sampel adalah dengan memanaskan 100 gram sampel yang
telah dicacah dengan aquades (1:1) (w/w) dalam water bath masing-masing pada
suhu 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, dan 80 C selama 30 menit. Tahap selanjutnya
adalah pemisahan minyak ikan dari residu dengan penyaringan dan pengepresan.
Hasil pengepresan disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit
pada suhu 10 C. Sampel hasil sentrifugasi didekantasi dan disimpan dalam freezer
dengan suhu sekitar -4 C.
Ekstraksi Minyak (Bligh and Dyer 1959)
Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian
ditambah 20 mL metanol, 10 mL kloroform (CHCl3) dan dihomogenisasi dengan
vortex selama 2 menit. Akuades sebanyak 18 mL dimasukkan ke dalam larutan
kemudian kocok dengan vortex mixer selama 2 menit. Larutan tersebut
disentrifuse dengan kecepatan 2.000 rpm (EBA) selama 10 menit. Lapisan paling
bawah kemudian dipindahkan ke wadah lain dengan pipet Pasteur. Ekstraksi
kedua dilakukan dengan penambahan 20 mL metanol 10% (v/v) dalam CHCl3
kemudian divorteks selama 2 menit dan kembali disentrifuse. Fase yang terlarut
dalam CHCl3 ditambahkan ke dalam hasil ekstraksi pertama. Tahap terakhir
adalah evaporasi dengan alat rotary evaporator pada suhu 45oC.
8
Analisis Bilangan Peroksida (AOAC 2005 965.33)
Sejumlah 5 gram sampel ikan siro ditimbang dalam erlenmeyer 250 mL dan
dilarutkan dalam 30 mL campuran larutan dari asam asetat glasial dan klorofom
(3 : 2) kemudian dikocok sampai larut. Setelah larut ditambah 0,5 mL KI jenuh
dan 30 mL aquades lalu dikocok 1 menit dan didiamkan dalam ruang gelap
selama 15 menit. Selanjutnya dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N sampai
warna kuning hilang, kemudian ditambah 0,5 mL indikator pati 1% dan dititrasi
hingga warna biru hilang. Perhitungan bilangan peroksida menggunakan rumus
sebagai berikut :
m
a S
aS
1
ilangan peroksida meq kg
berat sampel gram
Analisis Asam Lemak Bebas (%FFA) (AOAC 2005 940.28)
Sampel sebanyak 10 gram ditambah 25 mL etanol 95%, larutan tersebut
dicampur dalam penangas air dan dipanaskan selama 10 menit, kemudian ditetesi
indikator PP sebanyak 2 tetes. Campuran dikocok dan dititrasi dengan KOH 0,1 N
hingga timbul warna pink yang tidak hilang dalam 10 detik.
Persentase asam lemak bebas dihitung berdasarkan persamaan berikut:
sam lemak bebas
Keterangan :
A
= jumlah titrasi KOH (mL)
N
= normalitas KOH
G
= gram contoh
M = Bobot molekul asam lemak dominan
1
1
Penentuan Nilai Total Oksidasi (TOTOX) (Perrin 1996)
Penentuan nilai total oksidasi (TOTOX) dilakukan dengan persamaan
dibawah ini:
Nilai total oksidasi meq kg = (2PV + AV)
Keterangan :
PV = Nilai bilangan peroksida
AV = Nilai Anisidin
Analisis Bilangan Anisidin (Watson 1994)
Sebanyak 2 gram sampel ditambah dengan 25 mL isooktan dan diukur
absorbannya (Ab) pada 350 nm dengan spektrofotometer UV-VIS. Kemudian
sebanyak 5 mL larutan tersebut dipipet ke dalam tabung dan ditambah 1 mL
p-anisidin 0,25% dalam asam asetat glasial, kemudian tabung ditutup, dikocok,
dan dibiarkan pada tempat gelap selama 10 menit dan diukur pada panjang
gelombang 350 nm sebagai absorban larutan (As). Penentuan bilangan anisidin
dihitung menggunakan rumus:
1
s b
ilangan anisidin meq kg
erat sampel gram
9
Fraksinasi Lemak Minyak Ikan (Gigliotti et al. 2011 dengan dimodifikasi)
Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk memfraksinasi ekstrak
minyak. Minyak ikan sebanyak 10 mL dilarutkan dalam larutan
kloroform:metanol (1:1) lalu dituangkan ke dalam plat KLT (Merck Alumunium
oxide 60 F254). Eluen KLT dibuat dengan larutan campuran heksan, eter, asam
asetat dengan perbandingan sebanyak 80:20:1,5 sebagai fase bergerak. Setelah
dibuat, plat dikeringkan selama 5 menit. Gambar plat ditangkap
menggunakansebuah alat ukur sinar UV (Hoefer MacroVue UV-25). Fosfolipid
dan trigliserida diidentifikasi menggunakan nilai Rf dari standar lemak kulit
burung (Khan et al. 2014).
Rendemen Minyak Ikan
Rendemen minyak ikan (%) merupakan rasio perbandingan berat minyak
ikan yang dihasilkan (g) dibandingkan dengan berat sampel yang digunakan
dalam proses berupa bagian-bagian ikan (g). Perhitungan rendemen dihitung
dengan rumus:
berat minyak ikan g
endemen
1
berat bahan awal g
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan suhu sebagai faktor. Data diolah menggunakan perangkat lunak SPSS
v.15.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proporsi
Persentase Rendemen (%)
Proporsi adalah persentase perbandingan antara bobot bagian ikan siro
dengan total bobot ikan siro secara keseluruhan. Proporsi ikan siro dihitung
meliputi bagian daging, kepala, kulit, dan jeroan. Nilai proporsi ikan siro dapat
dilihat pada Gambar 1.
70
a
60
50
40
30
b
20
10
c
c
kulit
jeroan
0
daging
kepala
Gambar 1 Proporsi ikan siro
10
Hasil analisis menunjukkan perbedaan bagian ikan siro secara signifikan
(P0,05)
mempengaruhi nilai bilangan peroksida yang terbentuk. Bilangan peroksida yang
terbentuk tidak berbeda nyata antara perlakuan suhu yang satu dengan yan
PENGARUH WET RENDERING TERHADAP KUALITAS
MINYAK IKAN SIRO (Amblygaster sirm)
CHALIDA SYARI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul “Pengaruh Wet
Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Siro (Amblygaster sirm)” adalah benar
hasil karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Seluruh sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Chalida Syari
NIM C34100049
iv
ABSTRAK
CHALIDA SYARI. Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Siro
(Amblygaster sirm). Dibimbing oleh SUGENG HERI SUSENO dan AGOES
MARDIONO JACOEB
Ikan siro (Amblygaster sirm) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang
terdapat di Indonesia. Pemanfaatan ikan siro hasil tangkapan sebagian besar
digunakan sebagai ikan asin dan umpan pada penangkapan tuna. Hasil tangkap
ikan siro relatif besar dan dapat diolah menjadi produk lain yang lebih baik,
sehingga nilai jualnya dapat ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah
menghasilkan minyak ikan yang diekstraksi pada suhu rendah dan memiliki
kualitas yang sesuai standar IFOS (International Fish Oil Standard). Metode
ekstraksi yang digunakan adalah soxhletasi, bligh and dyer, dan wet rendering.
Hasil tertinggi ekstraksi minyak ikan yang berasal dari jeroan diperoleh dari
metode soxhletasi dan bligh and dyer masing-masing sebesar 7,3% dan 8,2%.
Ekstraksi minyak ikan dilakukan dengan metode wet rendering pada suhu 40oC
hingga 80oC. Mutu minyak ikan terbaik yang berasal dari jeroan yaitu pada
perlakuan suhu 60oC. Berdasarkan bilangan peroksida sebesar 15 meq/kg,
kadar asam lemak bebas sebesar 13,64%, bilangan anisidin sebesar 13,59 meq/kg,
dan bilangan totoks sebesar 43,59 meq/kg. Fraksinasi lemak yang terdapat pada
minyak ikan siro adalah kolesterol dengan nilai Rf sebesar 0,3 dan asam lemak
metil ester dengan nilai Rf sebesar 0,82.
Kata kunci: fraksinasi, ikan siro, kualitas, minyak ikan, wet rendering.
ABSTRACT
CHALIDA SYARI. Wet Rendering effect on Quality of Spotted sardinella
(Amblygaster sirm) Fish Oil. Supervised by SUGENG HERI SUSENO and
AGOES MARDIONO JACOEB
Spotted sardinella (Amblygaster sirm) is one of small pelagic fish which can
be found in Indonesia and mostly used as bait for Tuna fishing and processed into
salted fish. They can be enchanced by processed into other products that
increased it`s value. The aim of this research was to produce fish oils that are
extracted at low temperatures and have appropriate quality standard IFOS (
International Fish Oil Standard). The extraction methods used were soxletation,
bligh and dyer, and wet rendering. The highest yield of fish oil from viscera were
obtained by soxletation and bligh and dyer extraction for 7.3% and 8.2%
respectively. Wet rendering method used to extract fish oil using temperature
40oC until 80oC. Temperature treatment on 60oC produced the most good quality
fish oil from spotted sardinella viscera with the peroxide value 15 meq/kg, free
fatty acids value 13.64%, anisidin value for 13.59 meq/kg, and totox value 43.59
meq/kg. The fat fractination contained in spotted sardinella fish oil were
cholesterol and methyl ester of fatty acid with the Rf of 0.3 and 0.82 respectively.
Keywords: Amblygaster sirm, fractination, oil fish, quality, wet rendering.
v
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
vi
vii
PENGARUH WET RENDERING TERHADAP KUALITAS
MINYAK IKAN SIRO (Amblygaster sirm)
CHALIDA SYARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
viii
1
Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi
: Pengaruh Wet Rendering terhadap Kualitas Minyak Ikan Siro
(Amblygaster sirm)
: Chalida Syari
: C34100049
: Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Sugeng Heri Suseno, SPi, MSi
Pembimbing I
Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl - Biol
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini adalah minyak ikan,
dengan judul pengaruh wet rendering terhadap kualitas minyak ikan siro
(Amblygaster sirm).
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1. Dr Sugeng Heri Suseno, SPi, MSi selaku dosen pembimbing I
atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.
2. Dr Ir Agoes Mardiono Jacoeb, Dipl – Biol selaku dosen
pembimbing II yang telah memberikan arahan dan ilmu yang bermanfaat.
3. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku dosen penguji atas segala masukkan
yang diberikan kepada penulis.
4. Seluruh staf dosen, laboran, dan administrasi Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
5. Keluarga terutama kedua orang tua, nyaik, seri dan ketiga adik penulis
yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini.
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan selaku pemberi beasiswa PPA sejak semester 4 penulis
berkuliah di Institut Pertanian Bogor.
7. Nanang Sunandar dan May selaku staf Laboratorium Terpadu Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
8. Zacky Arivaie Santosa, AMd selaku staf Laboratorium Preservasi dan
Pengolahan Produk Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
9. Teman-teman satu bimbingan yaitu Enok, Rida, Ukhti, Ajul, Isna, dan
Hardiana yang telah memberikan motivasi dan kenangan yang indah
selama penelitian.
10.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Siska,
Chadefi, Ratna, Egi, Devi, Rida, Ardian, Armedi, dan Riko (KEMALA
47) atas pemberian semangat dan dukungan tiada henti kepada penulis.
11.Teman-teman THP 47 yang telah memberi dukungan dan semangat
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, September 2014
Chalida Syari
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................................ 2
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 2
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................. 2
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
Bahan dan Alat ................................................................................................... 3
Prosedur Analisis Penelitian ............................................................................... 3
Preparasi ...................................................................................................... 4
Analisis Kadar Air (AOAC 2005 934.01) ................................................... 4
Analisis Kadar Abu (AOAC 2005 938.08) ................................................. 4
Analisis Kadar Protein (AOAC 2005 976.05) ............................................ 5
Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005 954.02) ............................................. 5
Analisis Profil Asam Lemak (AOAC 2005 996.01) ................................... 6
Ekstraksi Minyak Ikan (Suhu Rendah) (Wanasundara 1996 dengan
modifikasi) .................................................................................................. 7
Ekstraksi Minyak (Bligh and Dyer 1959) ................................................... 7
Analisis Bilangan Peroksida (AOAC 2005 965.33) .................................... 8
Analisis Asam Lemak Bebas (%FFA) (AOAC 2005 940.28) .................... 8
Penentuan Nilai Total Oksidasi (TOTOX) (Perrin 1996) ........................... 8
Analisis Bilangan Anisidin (Watson 1994) ................................................. 8
Fraksinasi Lemak Minyak Ikan (Gigliotti et al. 2011 dengan dimodifikasi)
..................................................................................................................... 9
Rendemen Minyak Ikan .............................................................................. 9
Analisis Data ............................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
Proporsi .............................................................................................................. 9
Karakteristik Proksimat .................................................................................... 10
Profil Asam Lemak .......................................................................................... 11
Perbandingan Hasil Rendemen Minyak Ikan dari Ekstraksi Wet Rendering,
Soxhletasi, dan Bligh and Dyer ........................................................................ 13
Bilangan Peroksida (Peroxide Value) .............................................................. 14
Asam Lemak Bebas .......................................................................................... 15
Bilangan Anisidin (p-Anisidine Value) ............................................................ 16
Bilangan Totoks (Totox Value) ........................................................................ 18
Fraksinasi Minyak Ikan Siro ............................................................................ 18
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 20
Kesimpulan ....................................................................................................... 20
Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 33
ii
DAFTAR TABEL
1 Nilai proksimat bagian-bagian ikan siro (A.sirm) ............................................. 10
2 Profil asam lemak ............................................................................................... 12
3 Perbandingan hasil rendemen minyak ikan ........................................................ 13
4 Fraksinasi minyak ikan siro ................................................................................ 19
DAFTAR GAMBAR
1 Rendemen ikan siro .............................................................................................. 9
2 Nilai bilangan peroksida minyak ikan hasil ekstraksi ........................................ 14
3 Kadar asam lemak bebas minyak ikan hasil ekstraksi ........................................ 16
4 Nilai bilangan anisidin minyak ikan hasil ekstraksi ........................................... 17
5 Nilai bilangan total oksidasi minyak ikan hasil ekstraksi................................... 18
6 Kromatogram standar lemak……….. .. ………………………………………..19
7 Kromatogram minyak ikan…………………………………………………….19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi kegiatan ........................................................................................ 27
2 Tabel ANOVA bilangan peroksida ................................................................... 27
3 Tabel ANOVA kadar asam lemak bebas ........................................................... 28
4 Tabel ANOVA bilangan anisidin ...................................................................... 28
5 Tabel ANOVA bilangan total oksidasi ............................................................... 29
6 Tabel ANOVA rendemen ikan siro .................................................................... 29
7 Tabel ANOVA kadar air ikan siro ..................................................................... 30
8 Tabel ANOVA kadar abu ikan siro .................................................................... 30
9 Tabel ANOVA kadar lemak ikan siro ................................................................ 30
10 Tabel ANOVA kadar protein ikan siro............................................................. 31
11 Kromatogram asam lemak jeroan ikan siro ...................................................... 31
12 Kromatogram standar asam lemak SupelcoTM 37 komponen .......................... 32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan siro (Amblygaster sirm) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang
terdapat di perairan Indonesia. Habitat spesifik ikan siro yaitu perairan pelagis dan
hidup secara bergerombol. Distribusi ikan siro di Indonesia yaitu Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur (KKP 2014). Angka produksi ikan siro di perairan
Indonesia pada tahun 2012 mencapai 49.110 ton/tahun dengan nilai produksi
sebesar 371.176 juta Rp/tahun (Ruchimat 2013).
Ikan siro termasuk dalam kelas Actinopterygii, ordo Clupeiformes
(herrings), famili Clupeidae (Herrings, shads, sardines, menhadens), sub famili
dorosomatinae, genus Amblygaster, dan spesies dengan nama Amblygaster sirm.
Ikan siro di Indonesia biasanya dijadikan produk olahan ikan asin. Ikan asin siro
yang diproduksi di Pelabuhan Jongor, Tegal dengan nilai jual yang rendah yaitu
sekitar Rp 8.000/kg (Ariyanti 2014). Pemanfaatan lain ikan siro yaitu sebagai ikan
umpan pada penangkapan tuna (Crispina 2014). Hasil tangkap ikan siro relatif
besar dan dapat diolah menjadi produk lain yang lebih baik, sehingga nilai jualnya
dapat ditingkatkan. Luzia et al. (2003) menyatakan bahwa minyak ikan sarden
merupakan salah satu sumber PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acids) yang
melimpah, terutama EPA (Asam Eikosapentaenoat) dan DHA (Asam
Dokosaheksaenoat). Ikan siro tergolong dalam famili Clupeidae (Herrings, shads,
sardines, menhadens) dan dapat dijadikan sumber minyak ikan yang kaya akan
PUFA, khususnya EPA dan DHA.
Ozogul dan Ozogul (2007) menyatakan bahwa kandungan lemak ikan laut
dapat diaplikasikan pada produk farmasi, pakan, dan industri pertanian serta
budidaya. Menurut Guerrero et al. (2011) minyak ikan menjadi salah satu sumber
tertinggi dari asam lemak tak jenuh ganda omega-3 khususnya EPA dan DHA.
Omega-3 memiliki manfaat yaitu menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan
mencegah proses penyempitan pembuluh darah manusia, sehingga dapat
mencegah timbulnya serangan penyakit jantung (Moeljanto 1992). Alasalvar dan
Taylor (2002) menyatakan DHA dan EPA juga memberi manfaat bagi kesehatan
manusia diantaranya berkaitan dengan pencegahan penyakit kardiovaskuler,
imunitas, inflamasi, alergi, dan kanker. DHA berperan utama dalam pembentukan
otak dan memaksimalkan fungsi retina pada bayi. DHA terdapat di dalam struktur
fosfolipid yang menjadi komponen membran otak dan retina, serta merupakan
asam lemak terbesar (lebih dari 30%) dari asam-asam lemak dalam otak abu-abu
(Estiasih 2009). Menurut Morrissey dan Okada (2007) rantai panjang asam lemak
EPA dan DHA juga berkontribusi dalam mereduksi beberapa tipe kanker,
diabetes, kelainan kesehatan mental, dan asma. Banyaknya manfaat minyak ikan
bagi kesehatan manusia mendorong untuk dilakukan produksi minyak yang
berasal dari ikan siro.
Hasil penelitian Aditia et al. (2014) menunjukkan minyak ikan yang berasal
dari keseluruhan bagian ikan tongkol (whole) yang diekstraksi menggunakan
metode dry rendering pada suhu 90-95oC memiliki rendemen sebesar 1%.
Chantachum et al. (2000) menunjukkan rendemen minyak ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) yang dihasilkan dari metode dry rendering pada suhu 85oC
2
yaitu sebesar 2,8. Pembuatan minyak ikan siro dalam penelitian ini menggunakan
metode ekstraksi basah (wet rendering) pada suhu 40 – 80oC yang diharapkan
dapat menghasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas yang tinggi. Proses
wet rendering terdiri dari pemasakan ikan dengan uap air panas (steam) yang
bertujuan untuk merusak struktur sel adiposa dilanjutkan dengan pengepresan
minyak yang telah dipanaskan (Estiasih 2009). Beberapa keuntungan
menggunakan metode tersebut diantaranya penggunaan akuades sebagai carrier
yang relatif aman dibanding pelarut kimia dan efektif. Penelitian ini dilakukan
untuk mendapatkan minyak ikan yang dihasilkan dari berbagai bagian ikan siro
dengan menggunakan metode ekstraksi wet rendering, soxhletasi dan Bligh and
Dyer. Minyak hasil ekstraksi wet rendering dengan perlakuan suhu dianalisis
oksidasi primer dan sekundernya. Minyak ikan yang dihasilkan dengan metode
Bligh and Dyer difraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis untuk
mengetahui kandungan yang terdapat dalam minyak tanpa adanya pengaruh suhu.
Perumusan Masalah
Pemanfaatan ikan siro sejauh ini hanya sebatas untuk ikan asin dan umpan
pada penangkapan tuna. Produk dengan bahan baku ikan siro tersebut memiliki
nilai jual yang relatif rendah. Pembuatan minyak ikan dari ikan siro dapat menjadi
alternatif produk lain, sehingga nilai jualnya dapat meningkat. Ekstraksi minyak
ikan yang berasal dari ikan laut umumnya menggunakan suhu tinggi dan
menyebabkan kualitasnya menjadi rusak. Pembuatan minyak ikan siro yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan perlakuan suhu rendah dan dilihat
kualitas minyak yang dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain adalah :
1) menentukan bagian terbaik yang memiliki asam lemak omega-3 tertinggi
2) menganalisis kualitas minyak ikan yang dihasilkan
3) memfraksinasi minyak ikan yang dihasilkan
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah tersedianya informasi tambahan mengenai
pemanfaatan lain ikan siro yakni sebagai sumber minyak ikan yang kaya akan
asam lemak tidak jenuh omega-3.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah penentuan proporsi ikan siro, analisis
proksimat, analisis profil asam lemak masing-masing bagian ikan siro, pembuatan
minyak ikan dengan metode bligh and dyer dan wet rendering. Minyak hasil
metode wet rendering selanjutnya dianalisis oksidasi primer oksidasi (bilangan
3
peroksida), analisis sekunder oksidasi (p-anisidin), kadar asam lemak bebas, total
oksidasi, ekstraksi Bligh and Dyer, fraksinasi minyak ikan, analisis data, serta
penulisan laporan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni
2014. Penelitian diawali dengan preparasi bahan baku di Laboratorium Preservasi
dan Pengolahan Produk Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
berikutnya adalah analisis proksimat yang dilakukan di Laboratorium PAU
Institut Pertanian Bogor. Analisis profil asam lemak dilakukan di Laboratorium
MIPA Terpadu, Institut Pertanian Bogor. Penelitian selanjutnya adalah ekstraksi
minyak ikan dengan metode wet rendering di Laboratorium Pendidikan Biokimia,
Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor. Ekstraksi bligh and dyer
dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian
Bogor. Prosedur analisis dan fraksinasi minyak ikan dilakukan di Laboratorium
Biokimia Hasil Perairan dan Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Produk
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan siro (Amblygaster
sirm). Bahan lain yang digunakan antara lain akuades, metanol 0,5 N, asam asetat
glasial, KI, natrium tiosulfat 0,1 N, indikator pati 1%, etanol 95%, Phenolphtalein
(PP), isooktan, p-anisidin 0,25%, eter, dan bahan yang digunakan untuk analisis
proksimat dan profil asam lemak.
Alat yang digunakan diantaranya pisau, alumunium foil, kromatografi lapis
tipis merk Merck Alumunium oxide 60 F254, bakker glas, kompor listrik, pipet
tetes, pipet volumetrik, timbangan analitik, penangas air, gelas ukur, biuret, oven
merk Schutzart DIN 40050 – IP20, cawan porselen, erlenmeyer, tabung reaksi,
kertas saring, water bath merk Memert dan VMR Scientific model 1110,
sentrifuse merk Hettich Zentrifugen EBA-20 dan Hitachi, spektrofotometer merk
Shimadzu dan Agilent 8453 UV-visible dengan panjang gelombang 350 nm, alat
gas chromatography merk Shimadzu GC 2010 plus dengan standar SupelcoTM 37
Component FAME Mix, rotary evaporator, corong plastik, botol kimia plastik,
dan software SPSS 15.0.
Prosedur Analisis Penelitian
Pengambilan sampel ikan siro dilakukan di pasar Muara Angke, Jakarta.
Ikan siro tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah styrofoam yang berisi
es. Ikan siro yang telah tiba di laboratorium selanjutnya dicuci dengan air bersih.
4
Ikan dipreparasi dan dipisahkan antara kulit, isi perut, kepala, whole, dan daging.
Bagian yang telah dipisah lalu dihitung proporsinya dibandingkan dengan ikan
siro utuh. Bagian tubuh ikan siro yang telah dipisahkan masing-masing dicacah
halus untuk selanjutnya ditentukan nilai proksimat dan profil asam lemaknya.
Prosedur selanjutnya adalah pembuatan minyak ikan. Pembuatan tersebut
dilakukan dengan dua metode ekstraksi yaitu wet rendering dan Bligh and Dyer.
Sampel yang dipakai untuk ekstraksi wet rendering adalah daging, jeroan, kepala,
dan whole. Ekstraksi wet rendering dilakukan menggunakan suhu mulai dari
40oC hingga 80oC, masing-masing perlakuan suhu selama 30 menit.
Perbandingan sampel dengan pelarut akuades sebesar 1:1. Sampel selanjutnya
disaring agar fraksi cair didapatkan. Fraksi cair yang telah didapat, disentrifuse
untuk memisahkan antara air dan fraksi minyak. Hasil ekstraksi berikutnya
dianalisis untuk mengetahui kualitas minyak ikan yang dihasilkan dengan
perlakuan suhu. Analisis tersebut meliputi analisis bilangan peroksida, asam
lemak bebas, nilai anisidin, total oksidasi. Metode ekstraksi Bligh and Dyer tidak
menggunakan perlakuan suhu. Minyak yang dihasilkan dari metode Bligh and
Dyer selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis.
Preparasi
Ikan siro ditimbang untuk mengetahui bobot awalnya. Ikan dibersihkan,
selanjutnya dipisahkan antara kulit, kepala, jeroan, daging, dan whole. Masingmasing sampel tersebut ditimbang seberat 25 gram. Sampel dibungkus alumunium
foil dan disimpan pada suhu -20oC.
Analisis Kadar Air (AOAC 2005 934.01)
Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan atau jumlah air
yang terdapat pada masing-masing bagian ikan siro. Tahap pertama yang
dilakukan pada analisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam
oven pada suhu102-105oC hingga diperoleh berat konstan selama 15 menit.
Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator (kurang lebih 30 menit) dan
dibiarkan hingga sama dengan suhu ruang (26-27oC) kemudian ditimbang.
Sampel ikan siro ditimbang seberat 5 gram. Selanjutnya cawan yang telah diisi
sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105oC selama 6 jam. Cawan
tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan hingga sama dengan suhu
ruang (26-27oC) kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air dihitung dengan
rumus:
Kadar air
1
Keterangan:
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan porselen dengan sampel ikan siro (g)
C = Berat cawan porselen dengan sampel ikan siro setelah dikeringkan (g)
Analisis Kadar Abu (AOAC 2005 938.08)
Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah abu yang terdapat
pada masing-masing bagian ikan siro terkait dengan mineral. Cawan porselen
dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu sekitar 105oC selama 30
menit. Cawan porselen tersebut dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan
5
ditimbang. Sampel ikan siro yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 5 gram,
kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya dibakar di atas
kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan
dengan suhu 600oC selama 6 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator,
dibiarkan hingga sama dengan suhu ruang (26-27oC) dan kemudian ditimbang.
Perhitungan kadar abu dihitung dengan rumus:
Kadar abu
1
Keterangan:
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan porselen dengan sampel ikan siro (g)
C = Berat cawan porselen dengan daging ikan siro setelah dikeringkan (g)
Analisis Kadar Protein (AOAC 2005 976.05)
Analisis protein dilakukan untuk mengetahui kandungan protein kasar
(crude protein) pada masing-masing bagian ikan siro. Tahapan yang dilakukan
dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.
(1) Tahap destruksi
Sampel ikan siro ditimbang seberat satu gram, kemudian dimasukkan ke
dalam labu kjeldahl. Setengah tablet kjeldahl atau selenium dimasukkan ke dalam
labu kjeldahl yang berfungsi untuk mempercepat reaksi tersebut dan ditambah 10
mL H2SO4. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat
pemanas bersuhu 410oC. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi hijau
bening.
(2) Tahap destilasi
Sampel yang telah didestruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL
menggunakan akuades. Air bilasan juga dimasukkan ke dalam alat destilasi dan
ditambah larutan NaOH 40% sebanyak 10 mL. Cairan dalam ujung tabung
kondensor ditampung dalam erlenmeyer 125 mL berisi larutan H3BO3 dan 3 tetes
indikator (cairan methyl red dan bromocresol green) yang ada di bawah
kondensor. Destilasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi biru.
(3) Tahap titrasi
Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan
pada erlenmeyer berubah warna menjadi merah muda kembali. Perhitungan kadar
protein sebagai berikut:
itrogen
m
Kadar protein
l sampel m
l blanko
mg daging ikan siro
nitrogen
l 1
1
faktor konversi 6
Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005 954.02)
Sampel ikan siro seberat 5 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dan
dimasukkan ke dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet
dan labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) disambungkan dengan
soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam soxhlet dan disiram dengan
6
pelarut lemak heksana. Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu
dipanaskan pada suhu 80oC menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut
lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak
menguap.
Saat destilasi, pelarut akan tertampung di soxhlet dan dikeluarkan sehingga
tidak kembali ke dalam labu lemak. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada
suhu 105oC selama 15 menit, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai
beratnya konstan (W3). Perhitungan kadar lemak dihitung dengan rumus:
Kadar lemak
W W
W1
1
Keterangan: W1 = Berat sampel ikan siro (g)
W2 = Berat labu kosong (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)
Analisis Profil Asam Lemak (AOAC 2005 996.01)
Analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah lemak menjadi
turunannya, yaitu dalam bentuk metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat
kromatografi. Gas chromatography (GC) memiliki prinsip kerja dalam pemisahan
antara gas dan lapisan tipis cairan berdasarkan perbedaan jenis bahan dan suhu
bahan. Hasil analisis akan terekam dalam suatu lembaran yang terhubung dengan
rekorder dan ditunjukkan melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu
sesuai dengan karakter masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi
metil ester, terlebih dahulu lemak diekstraksi dari bahan mentah, lalu dilakukan
metilasi sehingga terbentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang
didapat. Perangkat kromatografi gas diatur sebelum injeksi dilakukan. Pengaturan
alat sebagai berikut:
Kolom
: Cyanopropil methyl sil (capilary column)
Dimensi kolom
: p = 60 m, dalam = 0,25 mm, 0,25 m Film Tickness
Laju alir N2
: 20 mL/menit
Laju alir H2
: 30 mL/menit
Laju alir udara
: 200 – 250 mL/menit
Suhu injektor
: 200oC
Suhu detektor
: 230oC
Suhu kolom
: Program temperatur
-kolom temperatur : awal 190oC diam 15 menit
akhir 230oC diam 20 menit
Rate 10oC/ menit
Rasio
: 1:8
Inject Volum
:1 L
Linier Velocity
: 20 cm/sec
Analisis asam lemak dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain
ekstraksi lemak, metilasi, injeksi, dan identifikasi kromatogram hasil analisis.
(1) Tahap ekstraksi lemak
Tahap ekstraksi lemak dilakukan menggunakan pelarut non polar
(petroleumether) dengan metode soxhlet. Bobot sampel yang ditimbang sebanyak
7-10 g bahan untuk memperoleh lemak dan hasilnya dalam bentuk minyak.
7
(2)
Pembentukan metil ester (metilasi)
Tahap metilasi untuk membentuk senyawa turunan dari lemak menjadi metil
esternya. Metilasi dilakukan dengan merefluks lemak di atas penangas air dengan
pereaksi berturut-turut NaOH-metanol 0,5 N; boron trifluorida (BF3); dan
isooktan. Sebanyak kurang lebih 0,02 g minyak dari sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditambah 1 mL NaOH-metanol 0,5 N lalu dipanaskan dalam
penangas air selama 20 menit pada suhu 80°C, kemudian didinginkan. Sebanyak 2
mL BF3 ditambahkan ke dalam tabung lalu tabung dipanaskan kembali pada
waterbath dengan suhu 80°C selama 20 menit, kemudian didinginkan. Sebanyak 2
mL NaCl jenuh dan 1 mL isooktan ditambahkan kemudian dikocok. Larutan
isooktan pada fase atas larutan dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam
vial gelas 2 mL yang didalammya sudah terdapat Na2SO4. Sebanyak 1
sampel
diinjeksi ke dalam injektor gas chromatography. Asam lemak yang ada dalam
metil ester akan diidentifikasi menggunakan flame ionization detector (FID) atau
detektor ionisasi nyala dan respon yang ada akan tercatat oleh rekorder dalam
bentuk kromatrogram (peak).
(3) Identifikasi asam lemak
Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menyetarakan waktu retensi
sampel yang sama dengan waktu retensi internal standar SupelcoTM 37 komponen
untuk menunjukkan komponen yang sama dengan standar tersebut. Analisis
kuantitatif dihitung dengan rumus:
rea sampel
Kadar asam lemak
bb
rea standar
Konsentrasi standar 1 m
obot sampel ikan siro gram
1
Ekstraksi Minyak Ikan (Suhu Rendah) (Wanasundara 1996 dengan
modifikasi)
Proses ekstraksi sampel adalah dengan memanaskan 100 gram sampel yang
telah dicacah dengan aquades (1:1) (w/w) dalam water bath masing-masing pada
suhu 40 C, 50 C, 60 C, 70 C, dan 80 C selama 30 menit. Tahap selanjutnya
adalah pemisahan minyak ikan dari residu dengan penyaringan dan pengepresan.
Hasil pengepresan disentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit
pada suhu 10 C. Sampel hasil sentrifugasi didekantasi dan disimpan dalam freezer
dengan suhu sekitar -4 C.
Ekstraksi Minyak (Bligh and Dyer 1959)
Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian
ditambah 20 mL metanol, 10 mL kloroform (CHCl3) dan dihomogenisasi dengan
vortex selama 2 menit. Akuades sebanyak 18 mL dimasukkan ke dalam larutan
kemudian kocok dengan vortex mixer selama 2 menit. Larutan tersebut
disentrifuse dengan kecepatan 2.000 rpm (EBA) selama 10 menit. Lapisan paling
bawah kemudian dipindahkan ke wadah lain dengan pipet Pasteur. Ekstraksi
kedua dilakukan dengan penambahan 20 mL metanol 10% (v/v) dalam CHCl3
kemudian divorteks selama 2 menit dan kembali disentrifuse. Fase yang terlarut
dalam CHCl3 ditambahkan ke dalam hasil ekstraksi pertama. Tahap terakhir
adalah evaporasi dengan alat rotary evaporator pada suhu 45oC.
8
Analisis Bilangan Peroksida (AOAC 2005 965.33)
Sejumlah 5 gram sampel ikan siro ditimbang dalam erlenmeyer 250 mL dan
dilarutkan dalam 30 mL campuran larutan dari asam asetat glasial dan klorofom
(3 : 2) kemudian dikocok sampai larut. Setelah larut ditambah 0,5 mL KI jenuh
dan 30 mL aquades lalu dikocok 1 menit dan didiamkan dalam ruang gelap
selama 15 menit. Selanjutnya dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N sampai
warna kuning hilang, kemudian ditambah 0,5 mL indikator pati 1% dan dititrasi
hingga warna biru hilang. Perhitungan bilangan peroksida menggunakan rumus
sebagai berikut :
m
a S
aS
1
ilangan peroksida meq kg
berat sampel gram
Analisis Asam Lemak Bebas (%FFA) (AOAC 2005 940.28)
Sampel sebanyak 10 gram ditambah 25 mL etanol 95%, larutan tersebut
dicampur dalam penangas air dan dipanaskan selama 10 menit, kemudian ditetesi
indikator PP sebanyak 2 tetes. Campuran dikocok dan dititrasi dengan KOH 0,1 N
hingga timbul warna pink yang tidak hilang dalam 10 detik.
Persentase asam lemak bebas dihitung berdasarkan persamaan berikut:
sam lemak bebas
Keterangan :
A
= jumlah titrasi KOH (mL)
N
= normalitas KOH
G
= gram contoh
M = Bobot molekul asam lemak dominan
1
1
Penentuan Nilai Total Oksidasi (TOTOX) (Perrin 1996)
Penentuan nilai total oksidasi (TOTOX) dilakukan dengan persamaan
dibawah ini:
Nilai total oksidasi meq kg = (2PV + AV)
Keterangan :
PV = Nilai bilangan peroksida
AV = Nilai Anisidin
Analisis Bilangan Anisidin (Watson 1994)
Sebanyak 2 gram sampel ditambah dengan 25 mL isooktan dan diukur
absorbannya (Ab) pada 350 nm dengan spektrofotometer UV-VIS. Kemudian
sebanyak 5 mL larutan tersebut dipipet ke dalam tabung dan ditambah 1 mL
p-anisidin 0,25% dalam asam asetat glasial, kemudian tabung ditutup, dikocok,
dan dibiarkan pada tempat gelap selama 10 menit dan diukur pada panjang
gelombang 350 nm sebagai absorban larutan (As). Penentuan bilangan anisidin
dihitung menggunakan rumus:
1
s b
ilangan anisidin meq kg
erat sampel gram
9
Fraksinasi Lemak Minyak Ikan (Gigliotti et al. 2011 dengan dimodifikasi)
Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan untuk memfraksinasi ekstrak
minyak. Minyak ikan sebanyak 10 mL dilarutkan dalam larutan
kloroform:metanol (1:1) lalu dituangkan ke dalam plat KLT (Merck Alumunium
oxide 60 F254). Eluen KLT dibuat dengan larutan campuran heksan, eter, asam
asetat dengan perbandingan sebanyak 80:20:1,5 sebagai fase bergerak. Setelah
dibuat, plat dikeringkan selama 5 menit. Gambar plat ditangkap
menggunakansebuah alat ukur sinar UV (Hoefer MacroVue UV-25). Fosfolipid
dan trigliserida diidentifikasi menggunakan nilai Rf dari standar lemak kulit
burung (Khan et al. 2014).
Rendemen Minyak Ikan
Rendemen minyak ikan (%) merupakan rasio perbandingan berat minyak
ikan yang dihasilkan (g) dibandingkan dengan berat sampel yang digunakan
dalam proses berupa bagian-bagian ikan (g). Perhitungan rendemen dihitung
dengan rumus:
berat minyak ikan g
endemen
1
berat bahan awal g
Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan suhu sebagai faktor. Data diolah menggunakan perangkat lunak SPSS
v.15.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proporsi
Persentase Rendemen (%)
Proporsi adalah persentase perbandingan antara bobot bagian ikan siro
dengan total bobot ikan siro secara keseluruhan. Proporsi ikan siro dihitung
meliputi bagian daging, kepala, kulit, dan jeroan. Nilai proporsi ikan siro dapat
dilihat pada Gambar 1.
70
a
60
50
40
30
b
20
10
c
c
kulit
jeroan
0
daging
kepala
Gambar 1 Proporsi ikan siro
10
Hasil analisis menunjukkan perbedaan bagian ikan siro secara signifikan
(P0,05)
mempengaruhi nilai bilangan peroksida yang terbentuk. Bilangan peroksida yang
terbentuk tidak berbeda nyata antara perlakuan suhu yang satu dengan yan