Tipologi Lahan Dan Kondisi Vegetasi Kawasan Mangrove Di Bulaksetra, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat

TIPOLOGI LAHAN DAN KONDISI VEGETASI KAWASAN
MANGROVE DI BULAKSETRA, KABUPATEN
PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT

DEWI RAHAYU PURWA NINGRUM

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tipologi Lahan dan
Kondisi Vegetasi Kawasan Mangrove Di Bulaksetra, Kabupaten Pangandaran,
Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015

Dewi Rahayu Purwa Ningrum
NIM E44110036

ABSTRAK
DEWI RAHAYU PURWA NINGRUM. Tipologi Lahan dan Kondisi Vegetasi
Kawasan Mangrove Di Bulaksetra, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Dibimbing oleh Cecep Kusmana.
Luas hutan mangrove yang terdapat di Indonesia umumnya mengalami
kerusakan sehingga perlu dilakukan upaya rehabilitasi. Upaya rehabilitasi
dilakukan berdasarkan data aktual di lokasi yang direhabilitasi. Kawasan mangrove
Bulaksetra merupakan salah satu kawasan mangrove yang mengalami penurunan
luasan mangrove akibat bencana alam tsunami. Sehubungan dengan itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji tipologi kawasan dan kondisi vegetasi
mangrove Bulaksetra, Pangandaran, Jawa Barat. Pengamatan dalam penelitian
tersebut dilakukan pada parameter vegetasi dan tinggi genangan air di lokasi
penelitian. Pengamatan vegetasi menggunakan metode kombinasi antara metode

jalur untuk risalah pohon (diameter, tinggi, dan jumlah individu) dan metode garis
berpetak untuk risalah permudaan hutan yang terbagi atas 34 unit transek.
Pengamatan tinggi penggenangan air dilakukan pada 27 titik lokasi yang
menyebar merata pada kawasan yang menjadi penelitian. Berdasarkan hasil
penelitian, vegetasi mangrove di lokasi penelitian terdiri dari 3 kelas berdasarkan
kerapatan tajuknya yaitu mangrove kerapatan lebat, mangrove kerapatan sedang,
dan mangrove kerapatan jarang yang masuk kedalam 3 kategori tipologi (A1 :
Kawasan dengan tinggi genangan 5 cm). Saat ini kawasan
Bulaksetra ditumbuhi oleh 19 jenis tumbuhan mangrove, diantaranya terdapat 8
jenis mangrove sejati. Tipologi A1 didominasi oleh jenis Avicennia alba, tipologi
A2 didominasi oleh jenis Nypa fruticans, dan tipologi A3 didominasi oleh jenis
Avicennia alba. Pada kawasan Bulaksetra jenis-jenis tumbuhan mangrove tidak
membentuk suatu zonasi dan tumbuh bercampur baur pada kawasan tersebut.
Kata kunci: Bulaksetra, genangan air, mangrove, tipologi, zonasi.

ABSTRACT
DEWI RAHAYU PURWA NINGRUM. Land Tipology and Mangrove Vegetation
Condition at Bulaksetra, Pangandaran District, West Java Province. Supervised by
CECEP KUSMANA.
Mangrove forests in Indonesia has been declining and need rehabilitation

efforts. The rehabilitation itself needs actual data af the site. Bulaksetra mangrove
was destroyed because of tsunami disaster. Based on that condition the purpose of
this research was to consider the typology of area and to explore the condition of
mangrove vegetation at Bulaksetra, Pangandaran, West Java. Variabel to be
measured in this research were stem diameter, tree hight, number of individual, and
depth of inundiation. Data colection method was carried on using a combination of
between strip method for trees inventory and strip square method for regeneration,
totaled 34 unit transects. The depth of inundation performed at 27 sampled points
spread at all research areas. Our result obtained swowed that , mangrove vegetation
at Bulaksetra consists of three classes of crown density: high mangrove density,
medium mangrove density, and low mangrove density lead at 3 typology catagories
(A1 : high water inundation 5 cm). In this moment Bulaksetra area is covered by 19
mangrove species, in which 8 species are true mangroves. A1 and A3 land
tipologies dominated by Avicennia alba, meanwhile A2 land tipology dominanted
by Nypa fruticans.Generally mangrove vegetations in Bulaksetra does not from a
zonation but growing mixed in this area.
Keywords: Bulaksetra, water inundation, mangrove, typology, zonation.

TIPOLOGI LAHAN DAN KONDISI VEGETASI KAWASAN
MANGROVE DI BULAKSETRA, KABUPATEN

PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT

DEWI RAHAYU PURWA NINGRUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Tipologi Lahan dan Kondi si Vegetasi Kawasan Mangrove Di
Bulaksetra, Kabupaten Pangandaran, Provinsi J awa Barat.
Nama
: Dewi Rahayu Purwa Ningnm1

NIM
: E44110036

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS
Pembimbing

Tanggal Lulus:

16

L

2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Survei
lapangan pada penelitian ini dilaksanakan pada beberapa periode dimulai dari bulan

Desember 2014 hingga bulan Juli 2015. Adapun untuk penyelesaian kegiatan
penelitian ini hingga tersusun menjadi skripsi membutuhkan waktu 2 Bulan.
Penelitian ini berjudul Tipologi Lahan dan Kondisi Vegetasi Kawasan Mangrove
Di Bulaksetra, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof Dr Ir
Cecep Kusmana,MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan baik
dalam pelaksanaan penelitian maupun penulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan do’a dan
dukungan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dadan Mulyana,
S.Hut M.Si , Bapak Jaya D. Tjipta, S.Hut M.Si, Tressa Oktaviana, Abdul Mukti, M.
Dhinar, Zulkifli A. Chaniago, Ardiyansyah Purnama S.Hut, Baeti Rohmah, Temanteman Silvikultur 48, dan kakak-kakak Silvikultur 47. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Iwan dan Bapak Asep dari Kelompok Masyarakat
Ilalang, Ibu Dra. Encih Sukaesih selaku tokoh masyarakat Bulaksetra yang turut
memberikan dukungan demi terlaksananya penelitian dan tersusunnya karya ilmiah
ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang memerlukannya.

Bogor, September 2015
Dewi Rahayu Purwa Ningrum


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Alat


3

Bahan

3

Tahapan Penelitian

3

Pengamatan Data Lapangan

4

Pengolahan Citra satelit

4

Klasifikasi Citra


5

Analisis Data Vegetasi

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tutupan Lahan

7

Tipologi Mangrove

8

Kondisi Vegetasi

10


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

16

Saran

17

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

17

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Pengelompokan vegetasi mangrove berdasarkan nilai NDVI
Luasan penutupan tipe lahan di kawasan Bulaksetra
Luasan kerapatan mangrove di Kawasan mangrove Bulaksetra
Luasan tipologi lahan kawasan mangrove Bulaksetra, Pangandaran.
Rekapitulasi nilai indeks vegetasi tipologi lahan A1
Rekapitulasi nilai indeks vegetasi tipologi lahan A2
Rekapitulasi nilai indeks vegetasi tipologi lahan A3
Sebaran jenis mangrove di kawasan mangrove Bulaksetra

5
8
9
10
11
12
13
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kawasan Mangrove yang menjadi lokasi penelitian
2
Diagram alir tahapan penelitian
3
Desain metode kombinasi jalur berpetak dalam penelitian
4
Tipe tutupan lahan di kawasan mangrove Bulaksetra
7
Klasifikasi kerapatan mangrove di kawasan mangrove Bulaksetra
8
Klasifikasi tipologi berdasarkan tinggi genangan air laut di kawasan
mangrove Bulaksetra.
9
7 Zonasi mangrove tipologi lahan A1
12
8 Zonasi mangrove tipologi lahan A2
13
9 Zonasi mangrove tipologi lahan A3
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat semai tipologi lahan A1
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pancang tipologi lahan A1
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pohon tipologi lahan A1
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat semai tipologi lahan A2
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pancang tipologi lahanA2
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pohon tipologi lahan A2
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat semai tipologi lahan A3
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pancang tipologi lahan A3
Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pohon tipologi lahan A3
Kondisi lingkungan di kawasan mangrove Bulaksetra
Rumus modeler pada ERDAS untuk menghitung nilai NDVI

19
19
20
21
21
22
23
23
24
25
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mangrove adalah tumbuhan pantai yang khas di sepanjang pantai tropis dan
sub-tropis yang terlindugi dan dipengaruhi pasang surut air laut serta mampu
beradaptasi di perairan payau (RSNI 2011). Du’s (1962) dalam Cintra (2013)
menyatakan mangrove merupakan tegakan tumbuhan yang terdiri atas beberapa
famili dengan adaptasi struktural dan karakter fisiologi yang sama pada habitat yang
sama, biasanya terletak di daerah pesisir kawasan tropik dan subtropik yang berupa
ekosistem yang paling produktif. Mangrove sendiri merupakan ekosistem pesisir
yang sangat khas, berombak relatif kecil (seringkali terlindungi oleh ombak),
dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan masukan air tawar dari daerah daratan.
Hutan mangrove pada dasarnya memiliki fungsi ekologi diantaranya
sebagai penahan abrasi dan habitat bagi organisme yang tinggal sekitar hutan
mangrove, namun dewasa ini mangrove sering dijadikan sebagai Greenbelt atau
sabuk hijau yang berfungsi sebagai penahan ombak atau tsunami bagi daerahdaerah pertemuan samudra seperti Indonesia, Malaysia dan China (Makussa 2005).
Studi estimasi luasan mangrove global yang dilakukan FAO tahun 2003
melaporkan bahwa Indonesia memiliki luasan mangrove terbesar di dunia yaitu
sebesar 22% luasan mangrove dunia. Namun, Kustanti (2011) menyatakan
mangrove Indonesia mengalami degradasi sebesar 47.92% dalam kurun waktu 11
tahun yang diakibatkan konversi hutan mangrove, pemanfaatan tidak lestari, dan
bencana alam seperti tsunami. Hal ini menunjukkan kondisi struktur tegakan
maupun komposisi jenis tumbuhan di hutan mangrove dapat dipastikan akan
mengalami pengurangan seiring adanya ancaman kerusakan hutan mangrove. Salah
satu ancaman kerusakan mangrove adalah berupa bencana alam tsunami, seperti
yang terjadi tahun 2006 silam di beberapa daerah Indonesia. Tsunami yang terjadi
di beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh, Pangandaran, dan pantai selatan
mengakibatkan kawasan penyangga mangrove pada daerah-daerah ini mengalami
kerusakan.
Kawasan mangrove Bulaksetra di Desa Babakan Kabupaten Pangandaran
Provinsi Jawa Barat adalah salah satu kawasan yang mengalami kerusakan akibat
bencana alam tsunami. Namun, berdasarkan Peraturan Desa Babakan No.3 Tahun
2012 pasca bencana alam tsunami kawasan mangrove ini dijadikan sebagai
kawasan wisata edukasi berbasis ekosistem esensial dan konservasi alam hayati.
Adapun syarat kawasan wisata edukasi membuat pengelola kawasan melakukan
upaya perbaikan kondisi kawasan dengan teknik rehabillitasi yang dibantu oleh
kelompok pecinta alam desa setempat. Namun, minimnya informasi mengenai
perkembangan kondisi kawasan mangrove Bulaksetra ini menjadikan upaya
rehabilitasi hanya berjalan sebatas penanaman yang mengandalkan sumbangan
yang diberikan oleh donatur. Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, maka
diperlukan suatu bentuk pengelolaan kawasan yang berkelanjutan yang berbasis
perlindungan sumber daya alam hayati. Mengumpulkan data perkembangan
kondisi vegetasi pada kawasan ini dari tahun ke tahun merupakan salah satu langkah
yang dapat diusahakan sebagai pertimbangan dan bahan acuan dalam pengelolaan
kawasan mangrove, khususnya Kawasan Mangrove Bulaksetra Desa Babakan
Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat di tahun mendatang.

2
Perumusan Masalah
Kawasan mangrove di Desa Babakan Kecamatan Pangandaran Kabupaten
Pangandaran secara administrasi pengelolaan hutan berada dalam wilayah
pengelolaan tanah timbul oleh Lembaga Pengelolaan Pariwisata Desa Babakan
(LP2B) Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Luas kawasan mangrove Bulaksetra
mencapai 101.79 Ha. Permasalahan yang timbul akibat bencana alam tsunami tahun
2006 merupakan salah satu ancaman bagi kawasan tersebut. Sehubungan dengan
hal itu, perlu diketahui kondisi terkini kawasan mangrove Bulaksetra sehingga
dapat ditentukan pengelolaan yang sesuai. Maka dari itu masalah yang harus
dijawab dari permasalahan ini adalah “Bagaimana tipologi lahan dan kondisi
vegetasi kawasan mangrove di Bulaksetra, Pangandaran, Jawa Barat?”
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji tipologi lahan dan kondisi
vegetasi kawasan mangrove di Bulaksetra, Pangandaran, Provinsi jawa Barat.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menjadi salah
satu data dasar bagi pengelolaan yang tepat di kawasan mangrove Bulaksetra,
Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 hingga Juli 2015 di
kawasan Mangrove Bulaksetra, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran,
Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat (koordinat 108o65’−108o68’ BT dan
07o67’−07o68’LS). Gambar 1 menunjukkan lokasi mangrove Bulaksetra,
Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.

Gambar 1 Kawasan mangrove yang menjadi lokasi penelitian

3
Alat
Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Software ERDAS
9.1 dan ArcGIS 10.2.2, Global Positioning System (GPS), MS. Excel, kamera digital,
hagahypsometer, Hand Held Salinity (Salt) Refractometer, buku identifikasi tanaman
mangrove, pita meter, pita ukur (phiband), kompas, golok, tali rapia, dan tallysheet.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kawasan mangrove
Bulaksetra, citra satelit Landsat 7 ETM+ yang diunduh dari situs resmi NASA
pada tanggal akuisisi pada 23 Juni 2015, serta peta tematik lokasi penelitian.
Tahapan Penelitian
Penelitian ini diselesaikan dengan melakukan beberapa tahapan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Kawasan mangrove Bulaksetra, Pangandaran.

Intepretasi citra landsat kawasan mangrove Bulaksetra

Peta tematik kawasan mangrove Bulaksetra

Peta klasifikasi kelebatan mangrove

Klasifikasi mangrove lebat, sedang, dan
jarang

Pengamatan tinggi genangan
air dan vegetasi kawasan

Klasifikasi tipologi lahan :
A1 : tinggi genangan air laut
5 cm.

Kondisi vegetasi mangrove
pada setiap tipologi lahan
Gambar 2 Diagram alir tahapan penelitian

Zonasi

4
Pengamatan Data Lapangan
Pengambilan data lapang berupa diameter batang, tinggi pohon, dan jumlah
individu diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan.
Pengamatan vegetasi mangrove dilakukan menggunakan metode kombinasi antara
metode jalur (untuk risalah pohon dengan parameter diameter batang, tinggi pohon,
dan jumlah individu) dengan metode berpetak (untuk risalah permudaan dengan
parameter jumlah individu) dengan jarak antar jalur selebar 50 m. Pengamatan
tinggi genangan air dilakukan pada 3 titik pengamatan dalam jalur dengan jarak
antar jalur selebar 300 m. Pengamatan tipe zonasi dilakukan di setiap tipologi lahan
pada lokasi yang bersifat representatif. Design metode pengambilan data vegetasi
seperti yang digunakan pada penelitian ini tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3 Desain plot contoh vegetasi di lapangan
Keterangan :
A
: Ukuran petak 1m x 1m digunakan untuk merisalah tingkat permudaan
semai, tumbuhan bawah, semak dan herba. Data yang dikumpulkan berupa
jumlah individu dengan kriteria diameter tanaman < 2 cm.
B
: Ukuran 5 m x 5 m digunakan untuk merisalah tingkat permudaan
pancang dengan data yang dikumpulkan berupa jumlah individu dengan
kriteria diameter batang 2cm–10cm.
C
: Ukuran 10 m x 10 m digunakan untuk merisalah tingkat pohon dengan
data yang dikumpulkan berupa jumlah individu, diameter dan tinggi pohon
dari tumbuhan berkayu dengan kriteria diameter diatas 10 cm.
Pengolahan Citra satelit
Pengolahan citra untuk mendapatkan nilai kerapatan mangrove
menggunakan transformasi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)
dengan prinsip pemisahan spectral reflektansi vegetasi dari spectral reflektansi
tanah dan air yang melatarbelakanginya. Formula pada landsat yang digunakan
untuk membedakan antara vegetasi, darat, dan air berdasarkan kanal pada citra
satelit mengikuti persamaan berikut : (Jensen 1998 dalam Hashri 2014)
NDVI = (IR-R)/(IR+R)
Keterangan

: IR (Near InfraRed) : Nilai digital citra kanal Inframerah dekat.
R (InfraRed)
: Nilai digital citra kanal merah.

Nilai NDVI yang didapatkan dari hasil perhitungan dicari nilai terbesar dan
terkecilnya untuk dijadikan dasar klasifikasi. Kalsifikasi dibagi menjadi 7 kelas
untuk menentukan klasifikasi kerapatan mangrove. Pembagian klasifikasi tersebut
antara lain, genangan air dalam (>2 m), genangan air dangkal ( 3.5, tergolong sedang bila nilai H’ = 1.5–3.5 dan rendah bila H’ <
1.5 (Magurran 1988 dalam Hilwan 2012).
Indeks Kemerataan Jenis (E)
Indeks Kemerataan Jenis (E) menunjukkan tingkat kemerataan individu per
jenis. Jika nilai E semakin mendekati 1, maka nilai kemerataannya semakin tinggi.
Nilai E (Pielou 1975 dalam Hilwan et al. 2013) dihitung menggunakan rumus

7
matematis sebagai berikut:
E=
Keterangan



`



:E
= Indeks kemerataan jenis
H` = Indeks keanekaragaman jenis
S
= Jumlah seluruh jenis
Nilai indeks kemerataan menunjukkan kemantapan dalam ekosistemekosistem yang ada, karena dengan nilai E yang tinggi menunjukkan
keanekargaman hayati yang beragam dan membentuk rantai makanan yang lebih
panjang (Margalef 1968 dalam Odum 1996).
Indeks Kekayaan Jenis (R)
Indeks Kekayaan Jenis dihitung menggunakan rumus Margallef (Odum
1970) dengan perhitungan sebagai berikut:
R=
Keterangan



�−1



: R = Indeks kekayaan jenis
S = Jumlah jenis yang ditemukan
N = Jumlah total individu

HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tipe Tutupan Lahan
Berdasarkan pengolahan citra yang dilakukan dengan klasifikasi terbimbing
terhadap citra satelit Landsat dibagi menjadi 5 kelas tipe tutupan lahan yang berbeda
yaitu laut, muara, pantai, vegetasi, dan APL (pemukiman, infrastruktur, fasilitas
umum) tersaji pada Gambar 4.

Gambar 4 Tipe tutupan lahan di kawasan mangrove Bulaksetra dan sekitarnya.

8
Proses klasifikasi yang dilakukan memiliki asumsi bahwa data citra digital
yang digunakan terdiri dari band yang memiliki cakupan area yang sama.
Klasifikasi terbimbing dibagi menjadi 5 area yaitu laut, muara, pantai, tanaman, dan
pemukiman dengan warna yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk membedakan tipe
tutupan lahan pada setiap area tersebut. Pemukiman ditunjukkan dengan warna
merah muda, laut ditunjukkan dengan warna biru, muara ditunjukkan dengan warna
bitu muda, tanaman ditunjukkan dengan warna hijau, dan pantai ditunjukkan
dengan warna kuning. Luasan penutupan lahan di kawasan mangrove Bulaksetra
dari hasil training area ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Luasan penutupan lahan di kawasan mangrove Bulaksetra, Kabupaten
Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Tipe tutupan lahan
Luasan (Ha)
Muara
73.11
Pantai
52.93
Vegetasi
303.16
Area Penggunaan Lain
334.93
Tutupan lahan terbesar dimiliki oleh tipe tutupan lahan tanaman dengan
presentase luasan sebesar 33.73% dari luas seluruh kawasan. Menurut Peraturan
Desa Babakan No.3 tahun 2013 kawasan ini dijadikan sebagai kawasan wisata
edukasi dengan materi edukasi berupa lingkungan dan mangrove.
Proses klasifikasi selanjutnya adalah klasifikasi mangrove berdasarkan
kerapatannya. Klasifikasi dibagi menjadi 3 kelas yaitu mangrove lebat, mangrove
sedang, dan mangrove jarang. Secara teoritis nilai NDVI berkisar dari -1 hingga 1,
nilai NDVI antara -1 hingga 0 menunjukkan objek non-vegetasi. Nilai NDVI dari
citra Landsat yang dimiliki memiliki kisaran dari -0.34 hingga 0.69. Data ini
menunjukkan hasil klasifikasi kawasan mangrove berdasarkan kerapatannya.
Berdasarkan hasil klasifikasi tersebu hanya sedikit ditemukan kawasan mangrove
dengan kerapatan tinggi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Klasifikasi kerapatan mangrove di kawasan mangrove di Bulaksetra,
Pangandaran dengan metode klasifikasi terbimbing.

9
Proses klasifikasi yang dilakukan menunjukkan pembagian tipe kawasan
berdasarkan kerapatan mangrove yang ada. Hasil klasifikasi ini menunjukkan
sebagian besar kawasan didominasi oleh mangrove kerapatan jarang. Berdasarkan
hasil training area kawasan mangrove bulaksetra memiliki luasan mencapai 101.79
Ha dengan pembagian berdasarkan tipe kelebatan mangrove ditunjukkan pada
Tabel 3.
Tabel 3 Tingkat kelebatan mangrove berikut luasannya di kawasan mangrove
Bulaksetra, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Tipe kerapatan mangrove
Luasan (Ha)
Mangrove Lebat
6.04
Mangrove Sedang
20.13
Mangrove Jarang
34.86
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa tutupan lahan mangrove
terbesar dimiliki oleh mangrove jarang dengan presentase luasan sebesar 49.08%
dari luas seluruh kawasan vegetasi mangrove.
Tipologi Lahan
Tipologi lahan yang dibentuk mengacu pada nilai tinggi penggenangan air
laut. Kawasan mangrove Bulaksetra terdiri atas 3 kelas tipologi tinggi
penggenangan air laut yaitu tipologi lahan A1 dengan tinggi genangan 5 cm. Pembagian klasifikasi tipologi lahan berdasarkan tinggi
genangan air laut terdapat pada Gambar 6.

Gambar 6 Klasifikasi tipologi lahan berdasarkan tinggi genangan air laut di
kawasan mangrove Bulaksetra, Pangandaran.
Berdasarkan hasil klasifikasi Gambar 5 dapat diketahui bahwa sebagian
besar kawasan masuk kedalam kategori tipologi A3 dengan presentase sekitar

10
60.18% dari luasan keseluruhan sebesar 56.11 Ha. Hasil perhitungan luasan tipologi
pada kawasan mangrove Bulaksetra disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Luasan tipologi lahan kawasan mangrove Bulaksetra, Pangandaran.
Tipologi lahan
Luasan (Ha)
A1
7.20
A2
14.80
A3
34.13
Kondisi Vegetasi
Berdasarkan zona tumbuh, mangrove terbagi atas 4 zonasi yaitu daerah
terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berarir payau sampai hampir
payau (mangrove payau), serta daerah kearah daratan (mangrove daratan). Zona
mangrove pada dasarnya memiliki sifat yang cukup beragam. Keragaman formasi
ini menunjukkan karateristik lingkungan (meliputi salinitas, intensitas
penggenangan, dan pengaruh pasang surut) yang cukup seragam pada tiap lokasi.
Peralihan zonasi mangrove dapat ditentukan dengan kehadiran jenis-jenis spesifik
yang tumbuh pada zona tertentu (Purnomo dan Usmadi 2011). Pada kawasan
mangrove Bulaksetra ditemukan beberapa jenis spesifik yang tumbuh
mengelompok seperti jenis Lumnitzera racemosa dan Aegiceras. floridium. Hal ini
menunjukkan tidak terbentuknya sistem zonasi mangrove di Bulaksetra. Formasi
mangrove akan membentuk sistem zonasi mangrove yang normal dimana tidak
terjadi gangguan berarti terhadap tempat tumbuh (Giesen et al. 2002), sedangkan
kawasan mangrove Bulaksetra yang sempat mengalami gangguan yang cukup
berarti pada kondisi tempat tumbuh sehingga formasi mangrove yang terbentuk
tidak menunjukkan sistem zonasi kawasan mangrove yang normal.
Formasi mangrove yang ditemukan di lapangan saling bercampur sehingga
struktur mangrove yang tampak di suatu zona tertentu tidak sesuai dengan zona
tumbuh mangrove tersebut. Hasil pengamatan lapangan membuktikan bahwa
mangrove yang terdapat di Bulaksetra mendekati kategori mangrove daratan
dengan dominansi jenis A. alba. Hal ini tidak sesuai dengan teori Bengen (2001)
yang menyatakan bahwa zonasi mangrove daratan biasanya didominasi oleh jenis
Rhizophora. Kondisi ini dapat saja terjadi karena kondisi tanah yang terdapat pada
kawasan mangrove Bulaksetra didominasi oleh jenis pasir berlumpur. Secara
umum sebaran mangrove kawasan Bulaksetra berada di wilayah pantai dan
sempadan sungai kecil. Luas kawasan mangrove Bulaksetra mencapai 101.79 Ha,
dengan sebagian besar kawasan mangrove didominasi oleh jenis A. alba dengan
presentase luas sebesar 77.03% dari seluruh luas kawasan mangrove Bulaksetra.
Jenis A. alba menjadi jenis mangrove mayor dari suku Avicenniaceae yang
memiliki sebaran luas dan mendominasi kawasan mangrove Bulaksetra.
Pembagian kawasan berdasarkan tinggi penggenangan air laut di kawasan
Bulaksetra dilakukan untuk mengetahui kondisi penggenangan dan pengaruhnya
terhadap kemampuan hidup dari jenis-jenis yang terdapat di kawasan mangrove
Bulaksetra. Tabel 4 menunjukkan hasil pengukuran parameter vegetasi pada
tipologi A1 (tinggi penggenangan air laut < 2 cm) di kawasan mangrove Bulaksetra
yang didominasi oleh jenis A. alba. Hasil analisis vegetasi yang dilakukan
dikawasan mangrove Bulaksetra tipologi A1 tersai pada Tabel 5.

11
Tabel 5 Rekapitulasi nilai indeks vegetasi dan jenis dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di tipologi lahan A1 kawasan mangrove Bulaksetra,
Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
Indeks
Tingkat
INP
Jenis Dominan
Pertumbuhan
(%)
C
H'
E
R
Semai
0.249 1.566 0.874 1.299 Rhizophora apiculata
73.76
Pancang
1.000 1.439 0.803 1.395 Rhizophora apiculata
65.04
Pohon
0.408 1.386 0.578 2.085 Avicennia alba
96.29
Berdasarkan Tabel 5, bagian lahan dengan penggenangan air laut 5 cm jenis true mangrove dapat berkembang
dengan baik. Hal ini terlihat pada susunan zonasi yang hampir mendekati kondisi
normal dari ekosistem mangrove. Menurut Kolignug et al. (2014) zonasi Avicennia
spp. adalah zonasi pertama yang mendekati arah laut lalu diikuti dengan jenis
Sonneratia spp. dan dilanjutkan dengan jenis Rhizophora spp. kondisi ini hampir
mendekati kondisi zonasi pada kawasan tipologi lahan A3 yang didominasi oleh
jenis A. alba yang kemudian diikuti dengan jenis kodominan dari suku
Rhizoporaceae.
Penyebaran jenis-jenis mangrove dipengaruhi oleh pasang surut. Menurut
Tharjana dan Purwanto (1995) dalam Suryawan (2007) komposisi flora mangrove
dipengaruhi oleh penggenangan air laut dan kadar salinitas, sehingga penggenangan
air laut akan berpengaruh pada penyebaran jenis dan kadar salinitas setiap kawasan.
Penyebaran jenis pada kawasan mangrove Bulaksetra pada umumnya bersifat

14
mengelompok. Pada kawasan Bulaksetra didapatkan 19 jenis tanaman mangrove
pada seluruh lokasi. Jenis-jenis tersebut tersaji pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran jenis mangrove di kawasan mangrove Bulaksetra, Pangandaran,
Jawa Barat.
Tipologi lahan
No.
Nama Jenis
A1
A2
A3
1
Acacia crasicarpa
+
2
Achantus ilicifolius
+
3
Adiatum capillus
+
4
Aegiceras floridium R&S
+
+
+
5
Avicenia marina
+
+
6
Avicennia alba
+
+
+
7
Casuarina sumatrana
+
8
Chalophyllum inophylum
+
9
Eulisia indica
+
+
10 Excoecaria agallocha
+
+
11 Heritiera litoralis
+
12 Ipomea pescaprae
+
13 Lumnitzera racemosa
+
+
+
14 Nypa fruticans
+
+
+
15 Pandanus spp.
+
16 Rhizophora apiculata
+
+
+
17 Rhizophora mucronata
+
+
+
18 Sonneratia alba
+
19 Thespesia populnea
+
Jumlah jenis yang ada pada kawasan mangrove Bulaksetra termasuk
kedalam kategori rendah dibandingkan jumlah total individu jenis mangrove yang
terdapat di Indonesia yang mencapai 48 Jenis dari 22 suku (Giesen 2006 dalam
Purnomo dan Usmadi 2011). Keragaman jenis yang rendah ini terjadi karena
adanya kegiatan rehabilitasi yang dilakukan dibeberapa spot kawasan dengan jenis
yang sama yaitu jenis bakau leutik (R. apiculata) sehingga jenis lain mengalami
kesulitan dalam berkembang. Menurut Purnomo dan Usmadi (2011), ekosistem
yang kerap mengalami perubahan kondisi lingkungan akan menjadikan lingkungan
tersebut mengarah pada kondisi lingkungan homogen. Hal ini terjadi pula pada
kawasan mangrove Bulaksetra yang secara berkala mengalami perubahan
lingkungan tempat tumbuh. Keragaman jenis yang rendah pada kawasan ini dapat
juga terjadi karena adanya perubahan lingkungan yang menuju homogen. Kondisi
ini ditunjukkan dengan nilai salinitas air laut pada kawasan ini juga masuk kedalam
kategori tinggi (28 ppt–33 ppt). Nilai salinitas yang tinggi ini menjadi salah satu
alasan keanekaragaman jenis mangrove di Bulaksetra masuk dalam kategori rendah,
dengan didominasi oleh jenis A. Alba dan N. fruticans yang toleran pada salinitas
tinggi.

15
PEMBAHASAN
Berdasarkan Peraturan Desa Babakan No.3 tahun 2012, kawasan mangrove
Bulaksetra dijadikkan kawasan wisata edukasi yang dikelola oleh masyarakat
bersama dengan desa. Kawasan yang merupakan tanah milik desa ini memiliki
potensi yang sangat baik dalam bidang wisata, khususnya wisata edukasi mangrove.
Kawasan mangrove Bulaksetra terdiri atas beberapa tutupan lahan diantaranya
muara, pantai, vegetasi dan APL. Tutupan lahan terbesar kedua terdiri atas tipe
vegetasi dengan luas 71.03 Ha. Kondisi ini terjadi karena upaya rehabilitasi berupa
penanaman bibit mangrove di kawasan ini. Kawasan mangrove Bulaksetra
merupakan tanah timbul dengan jenis mangrove yang mendominasi yaitu A. alba.
Jenis A. alba cukup mendominasi tegakan pohon karena jenis ini selain toleran pada
tanah kritis mangrove juga merupakkan tegakan mangrove sisa pasca tsunami.
Mangrove Bulaksetra masuk kedalam satu kelas genang pasang surut dengan
tingkat salinitas yang sama yaitu 28–33 ppt pada seluruh kawasan. Namun, tinggi
penggenangan air laut pada kawasan ini berbeda. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan komposisi tanah penyusunnya. Soerianegara dan Indrawan (2002)
menyatakan salah satu aspek yang mempengaruhi suatu ekosistem adalah
lingkungannya. Tinggi genangan air laut pada kawasan ini cukup mempengaruhi
perkembangan ekosistem mangrove yang ada pada kawasan Bulaksetra. Kondisi
ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan lapang yang menunjukkan bahwa pada
tipologi A1 didominasi oleh tanaman jenis A. alba di tingkat pertumbuhan pohon.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi penggenangan pada tipologi A1,menunjang
untuk perkembangan jenis A. alba. Kolinug et al. (2014) menyatakan bahwa
tanaman A. alba mampu tumbuh pada salinitas tinggi dengan penggenangan 5 cm, dengan kadar salinitas rata-rata 30 ppt dengan
kerapatan mangrove yang jarang. Kawasan mangrove Bulaksetra didominasi oleh
jenis A. alba dan N. fruticans pada tingkat pohon dan R. apiculata pada tingkat
permudaan. Saat ini kawasan mangrove Bulaksetra ditumbuhi oleh 19 jenis
tumbuhan mangrove, diantaranya terdapat 8 jenis mangrove sejati. Tipologi lahan
A1 dan A3 didominasi oleh jenis A.alba, dan tipologi lahan A2 didominasi oleh
jenis N. fruticans. Vegetasi pada kawasan mangrove Bulaksetra tidak membentuk
suatu zonasi dan tumbuh bercampur baur pada kawasan tersebut.

17
Saran
Perlu dilakukan pengkajian mengenai species site macthing pada kawasan
ini berdasarkan kondisi lingkungan di kawasan mangrove Bulaksetra. Selain itu,
perlu dilakukan upaya oleh pihak pengelola untuk membuat saluran air laut menuju
muara agar pasang surut berjalan lancar seperti sebelum adanya tsunami.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen DG. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor
(ID): PKPSL –Institut Pertanian Bogor.
Cintra AKA. 2013. Tipologi mangrove dan keterkaitannya dengan kondisi
lingkungan di desa Karangsong, Indramayu [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Giesen WS, Wulffraat, Zieren M, Scholte L. 2002. Mangrove Guidebook for
Southeast Asia. FAO and Wetlands Internasional, Bangkok.
Hashri MS. 2014. Pemetaan vegetasi mangrove di Cilacap Jawa Tengah dengan
menggunakan citra landsat ETM+ dan OLI TIRS [Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Hilwan I. 2012. Komposisi jenis dan struktur tegakan areal bekas tebangan PT.
Salaki Summa Sejahtera, Provinsi Sumatrra Barat. Jurnal Silvikultur
Tropika 3(3):155–160.
Hilwan I, Mulyana D, Pananjung WG. 2013. Keanekaragaman jenis tumbuhan
bawah pada tegakan Sengon Buto (Enterolobium cylocarpum Griseb) dan
Trembesi (Samanea saman Merr.) di lahan pasca tambang batubara PT
Kidatin, Embalut, Kutai Kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal
SilvikulturTropika. 04(01):6-10.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.
[KLH] Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 1993. Kumpulan peraturan
pengendalian kerusakan pesisir dan laut. Deputi bidang Peningkatan
Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan.
Kolinug KH, Langi MA, Ratag SP, Nurmawan W. 2014. Zonasi tumbuhan utama
penyusun mangrove berdasarkan tingkat salinitas air laut di desa Teling
Kecamatan Tombariri. Manado (ID) : Universitas Sam Ratulangi.
Kusmana C, Istomo, Wibowo C, Wilarso S, Zulkarnaen I, Tiryana T, Triswanto A,
Yunasfi, Hamzah. 2008. Manual Silvikultur Mangrove di Indonesia.
Jakarta (ID): Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan Korea
International Corporation Agency (KOICA).
Kustanti A. 2011. Mananjemen Hutan Mangrove. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor Pr.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Australia : Great
Britanian Pr.

18
Makussa JS. 2005. Tipologi habitat pesisir suaka margasatwa Pulau Rambut di
kabupaten administratif Kepulauan Seribu [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Misra R. 1968. Ecology Workbook. New Delhi : National Offset work.
Odum EP. 1970. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta (ID) : Universitas Gajah Mada
Pr.
Odum EP. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Ed-3. Terjemahan dari Fundamental of
Ecology. Yogyakarta (ID) : Universitas Gajah Mada.
Purnomo DW, Usmadi D. 2011. Sebaran keragaman dan kelimpahan vegetasi
mangrove di pulau Batam, Karimum, Natuna, dan pulau-pulau kecil
sekitarnya. Seminar Nasional HUT Kebun Raya Ciboda Ke-159 : 21-28.
Ramasubramanian R, Ravishankar T. 2014. Mangrove Forest Restoration in
Andhara Pradesh. India Canada Environment Facility (ICEF) : New Delhi.
Rancangan Standart Nasional Indonesia. 2011. Survey dan pemetaan mangrove.
RSNI: 2011.
Soerianegara I, Indrawan A. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Suhartini TS. 2008. Deteksi ekosistem mangrove di Cilacap, Jawa Tengah dengan
citra satelit ALOS [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Suprajaka, Poniman A, Suhartono. 2005. Konsep dan model penyusunan tipologi
pesisir Indonesia menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografi.
Malaysian Journal of Society and Space 1 : 76–84.
Suryawan F. 2007. Keanekaragaman vegetasi mangrove pasca tsunami di kawasan
pesisir Pantai Timur Nagroe Aceh Darussalam. Biodiversitas 8(4):262–265.
Widiyanti P. 2014. Komposisi jenis dan struktur vegetasi pada kawasan Karst
Gunung Cibodas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor
(ID) : Fakultas Kehutanan IPB.
Widiyatmoko D, Puspitanintyas DM, Hendrian R, Iriawati, Fijidriyanto IA,
Winoto JR, Rosniawati R, Ariati SR, Rahayu S, Praptosuwiryo TN. 2011.
Konservasi tumbuhan tropika: kondisi terkini dan tantangan ke depan.
Prosiding Seminar Nasional. Bogor (ID) : UPT Balai Konservasi
Tumbuhan-LIPI.

19

LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat semai pada kawasan tipologi lahan A1 di mangrove Bulaksetra, Pangandaran, Jawa Barat.
Nama Jenis
Avicennia alba
Cyperus rotondus
Excoecaria agallocha
Lumnitzera rasemosa
Nypa fruticans
Rhizophora apiculata
Thespesia populnea
JUMLAH

Jumlah
5
8
4
2
9
19
2
49

K
50000
80000
40000
20000
90000
190000
20000
490000

KR (%)
0.10204
0.16327
0.08163
0.04082
0.18367
0.38776
0.04082
1.0

F
0.20000
0.10000
0.20000
0.10000
0.60000
0.60000
0.10000
1.8

FR (%)
0.11111
0.05556
0.11111
0.05556
0.33333
0.33333
0.05556
1.0

INP (%)
0.21315
0.21882
0.19274
0.09637
0.51701
0.72109
0.09637
2.0

C
0.01041
0.02666
0.00666
0.00167
0.03374
0.15035
0.00167
0.2

H'
0.23290
0.29590
0.20453
0.13056
0.31125
0.36735
0.13056
1.7

E
0.12998
0.16514
0.11415
0.07287
0.17371
0.20502
0.07287
0.9

R

1.3

Lampiran 2 Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pancang pada kawasan tipologi lahan A1 di mangrove Bulaksetra, Pangandaran, Jawa
Barat.
Nama Jenis
Avicennia alba
Chalophyllum inophylum
Lumnitzera rasemosa
Nypa fruticans
Rhizophora mucronata
Rhizophora apiculata
JUMLAH

Jumlah
7
2
1
6
3
17
36

K
2800
800
400
2400
1200
6800
14400

KR (%)
0.19
0.06
0.03
0.17
0.08
0.47
1.00

F
0.30
0.10
0.10
0.30
0.10
0.20
1.10

FR (%)
0.27
0.09
0.09
0.27
0.09
0.18
1.00

INP (%)
0.47
0.15
0.12
0.44
0.17
0.65
2.00

C
0.19
0.06
0.03
0.17
0.08
0.47
1.00

H'
0.32
0.16
0.10
0.30
0.21
0.35
1.44

E
0.18
0.09
0.06
0.17
0.12
0.20
0.80

R

1.40

20
Lampiran 3 Rekapitulasi analisis vegetasi tingkat pohon p