Peran Kelembagaan Dalam Mempertahankan Dusun Sekejolang Di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat.

PERAN KELEMBAGAAN DALAM MEMPERTAHANKAN
DUSUN SEKEJOLANG DI KAWASAN TAMAN HUTAN
RAYA IR. H. DJUANDA BANDUNG JAWA BARAT

FIRMAN WALUYA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Kelembagaan
Dalam Mempertahankan Dusun Sekejolang Di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda Bandung Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Firman Waluya
NIM E14100113

ABSTRAK
FIRMAN WALUYA Peran Kelembagaan Dalam Mempertahankan Dusun
Sekejolang Di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat.
Dibimbing oleh HARIADI KARTODIHARDJO.
Pengembangan organisasi di suatu daerah perlu adanya partisipasi
masyarakat secara aktif dan menyeluruh. Hal ini dilakukan untuk membentuk
kerjasama yang kuat diantara keduanya. Upaya pengembangan kualitas masyarakat
khususnya yang bermukim di dalam kawasan hutan agar maju dan mandiri
dilakukan strategi pemberdayaan masyarakat. Sampai saat ini, mereka masih
mencerminkan adanya kelemahan dan kekurangan dalam hal partisipasi dan
kemandirian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran organisasi dalam
menguatkan hak atas tanah masyarakat dusun Sekejolang. Tahapan penelitian ini
terdiri dari pengumpulan data, pemilihan responden, pengolahan dan analisis data.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa organisasi di Dusun Sekejolang
berpengaruh positif dan bermanfaat bagi masyarakat dalam hal menguatkan hak

atas tanah. Pemerintah akan membebaskan status lahan milik warga Dusun
Sekejolang karena masyarakat dianggap telah menempati area hutan lindung milik
TAHURA IR. H. DJUANDA.
Kata kunci: Organisasi, Partisipasi masyarakat, Status lahan
ABSTRACT
FIRMAN WALUYA Institutional Role In Maintaining Sekojalang Village at Ir
Djuanda Forest Park in Bandung West Java. Supervised by HARIADI
KARTODIHARDJO.
Development organization in regions needs active and comprehensive
community participation. This can be done by establishing strong cooperation
between them both. Efforts to develop quality people especially those living in the
forest areas in order to progress and be independent conducted community
empowerment strategies. Up until now, they still reflect the weaknesses and
deficiencies in terms of participation and autonomy. This study aims to explain the
organization's role in strengthening community land rights Sekejolang Village. The
Stages of this study consist of data collection, respondent selection, processing and
analyzing of data. Based on the study results, reveal that the organization in
Sekejolang Village has a positive impact and is beneficial to society in terms
strengthen land rights. The Government will exempt status of land owned by a
resident of Hamlet Sekejolang because society deemed to have occupied an area

that belongs to Ir. H Djuanda protected forest area.
Keywords: Organization, community participation, land status

PERAN KELEMBAGAAN DALAM MEMPERTAHANKAN
DUSUN SEKEJOLANG DI KAWASAN TAMAN HUTAN
RAYA IR. H. DJUANDA BANDUNG JAWA BARAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

Judul Skripsi : Peran Kelembagaan Dalam Mempertahankan Dusun Sekejolang Di
Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat.

Nama
NIM

: Firman Waluya
: E14100113

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.F.Trop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Februari 2014 hingga April 2014
ialah Peran Kelembagaan Dalam Memepertahankan Dusun Sekejolang Di
Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo,
MS selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
keluarga besar TAMAN HUTAN RAYA IR. H DJUANDA BANDUNG JAWA
BARAT serta seluruh masyarakat Dusun Sekejolang yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Gamin yang telah memberikan pelatihan analisis
penyelesaian konflik masyarakat sekitar hutan. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada orang tua, keluarga, rekan-rekan Manajemen Hutan angkatan
47 serta pihak yang membantu dalam kegiatan penulisan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
.
Bogor, Januari 2015
Firman Waluya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Hipotesis

2

METODE

3

Bahan


3

Alat

3

Lokasi Penelitian

3

Prosedur Pengumpulan Data

3

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN


6

Kondisi Umum

6

Lahirnya Organisasi

5

Aktivitas Organisasi

12

Peran Organisasi

13

Pengembangan Organisasi


15

SIMPULAN DAN SARAN

18

Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN


20

RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Daftar responden dan jenis informasi penelitian
Analisis data variabel penelitian
Struktur organisasi di dusun Sekejolang
Aspek keanggotaan
Daftar organisasi-organisasi yang berkaitan dengan pengembangan
dusun Sekejolang
Jenis pelatihan yang telah diikuti oleh masyarakat dan organisasi di
dusun Sekejolang dan pelatihan/ program yang dibutuhkan.
Kedudukan organisasi masyarakat di dusun Sekejolang apabila dianalisis
dengan metode SWOT
Tabel perhitungan analisis SWOT
Matriks analisis SWOT

3
5
7
10
13
15
16
21
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Struktur organisasi Karang Taruna Bina Mandiri
Struktur organisasi PKK Strawberry
Struktur organisasi Paguyuban Cinta Lembur Kuring
Bagan hubungan organisasi dusun Sekejolang
Kuadran SWOT organisasi dusun Sekejolang

8
8
8
11
17

DAFTAR LAMPIRAN
1

Perhitungan analisis SWOT organisasi Masyarakat dusun
Sekejolang

20

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Peran organisasi masyarakat di setiap daerah memiliki ciri khas tertentu
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sendiri untuk dijadikan alat maupun
untuk mencapai kepentingan bersama. Istilah community dapat diartikan sebagai
“masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau
bangsa (Soekanto 1975). Setiap komunitas mempunyai kelembagaan baik lembagalembaga adat/tradisional yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat itu
sendiri maupun lembaga dari luar seperti pemerintah atau swasta. Sistem
penguasaan yang diatur oleh hukum negara sesungguhnya sangat lemah dalam
operasionalnya, sementara sistem yang diatur secara tradisional tidak
terdokumentasi dan seringkali kurang mendapat dukungan secara hukum, sehingga
keamanan sebagai pemegang hak kurang memadai (Cromwell 2002). Lahan milik
masyarakat dusun Sekejolang berada di dalam kawasan hutan lindung. Menurut
undang-undang tidak diperbolehkan adanya masyarakat yang bermukim di dalam
kawasan hutan lindung. Sesuai yang tercantum di dalam Peraturan Daerah Nomor
25 tahun 2008 tentang Pengelolaan Hutan bahwa pemerintah wajib membebaskan
enclave yang terdapat di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Hal ini
terkait rencana perluasan kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda, yang akan diperluas
menjadi 2.750 ha. Rencana tersebut termasuk kawasan enclave seluas 7 ha yang
dihuni 400 warga dusun Sekejolang.
Menurut Fauzi (2002) mengatakan bahwa penyebab utama dari konflik
tenurial bersumber dari adanya dominasi suatu sistem penguasaan yang datang atau
berasal dari hukum negara yang secara sepihak memberikan layanan begitu besar
pada pemilik-pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam mengelola
sumber tanah dan sumber daya alam lain termasuk hasil hutan. Sementara itu, hakhak masyarakat setempat yang telah hidup dan mengembangkan suatu sistem
tersendiri untuk mengelola tanah dan sumber daya alam lain tersebut diabaikan dan
dilanggar begitu saja. Suatu lembaga terbentuk dari berbagai pihak yang terkait
( stakeholders). Menurut Allen dan Kilvington (2004) bahwa stakeholders adalah
Orang-orang atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan dalam sebuah
kebijakan, program dan proyek. Ada dua jenis stakeholders, yaitu stakeholders
primer, yakni masyarakat yang memiliki kepentingan langsung dengan kebijakan;
dan stakeholders sekunder, yaitu lembaga perantara dan pelaksana dalam proses
perumusan kebijakan dan implementasinya.

2
Perumusan Masalah
Sengketa klaim atas kepemilikan lahan terjadi sejak ditetapkannya wilayah
Curug Dago Pakar menjadi bagian kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda yang di
dalamnya termasuk dusun Sekejolang. Masyarakat dusun Sekejolang menolak atas
pembebasan lahan milik mereka. Hal ini terjadi atas penawaran harga jual tanah
yang rendah oleh pihak TAHURA Ir. H. Djuanda. Pembentukan dan pengaktifan
kembali organisasi merupakan langkah masyarakat untuk tetap mempertahankan
lahan milik mereka.
Tujuan Penelitian
Mengetahui potret organisasi secara menyeluruh untuk diidentifikasi dari
bentuk kemandirian dan aktivitas penguatan hak atas tanah. Mengkaji upaya-upaya
pengembangan organisasi masyarakat dalam penguatan hak atas tanah dimasa yang
akan datang.

Manfaat Penelitian
Digunakan sebagai base line data dalam upaya meningkatkan efektifitas
pengembangan organisasi masyarakat. Sebagai informasi/masukan bagi pihak
pengambil kebijakan dalam perumusan konsep dan bentuk kelembagaan. Serta
memberikan informasi tentang peran serta masyarakat dalam mempertahankan
dusun Sekejolang sekaligus memberikan acuan dalam melakukan pembinaan
selanjutnya.
Hipotesis
Berdirinya organisasi dapat berpengaruh besar untuk tetap mempertahankan
lahan dusun Sekejolang dengan kegiatan-kegiatannya yang telah dan akan
dilaksanakan. Rencana pembelian tanah milik warga dusun Sekejolang oleh pihak
TAHURA Ir. H. Djuanda memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan
sengketa klaim lahan kepemilikan.

3

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan undang-undang
terkait penetapan TAHURA Ir. H. Djuanda, kuisioner/ daftar pertanyaan untuk
wawancara semi terstruktur, alat tulis, peta kerja dan peta administrasi desa /
kecamatan.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, komputer, printer,
kamera digital, dan tape recorder.

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - April 2014 dan bertempat di
dusun Sekejolang Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung yang
masuk ke dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H.Djuanda Bandung Jawa Barat.

Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi lapang dan
wawancara secara langsung dengan menggunakan pendekatan non-probability
melalui metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti (Sudjana 2002).
Berikut rincian daftar responden :
Tabel 1 Daftar responden dan jenis informasi penelitian
Informasi yang Institusi
dibutuhkan
Identifikasi
Organisasi
organisasi
masyarakat
yang aktif
dan fungsional
(Wawancara)

Responden
Karang
Taruna Bina
Mandiri
Paguyuban
Cinta
Lembur
Kuring
PKK
Strawberry

Jumlah
1

1

1

Waktu dan lokasi
22 Februari 2014, di
rumah kang ade
(ketua KarTa)
5 Maret 2014, di
rumah pak Aep

24 Februari 2014,
di rumah Ibu Hena

4
Tabel 1 (Lanjutan)
Informasi yang
dibutuhkan
Persepsi Pihak
TAHURA Ir.
H. Djuanda
terhadap tanah
enclave
Persepsi
masyarakat
Sekejolang
terhadap peran
organisasi
(PRA dan
Wawancara)

Institusi

Responden

Balai
Pengelola Balai
TAHURA TAHURA Ir.
H. Djuanda

Masyarakat
Dusun
Sekejolang

Jumlah
2

28

Waktu dan lokasi
10 Maret 2014, di
kantor Balai
TAHURA Ir. H.
Djuanda
3 April 2014, di
rumah Pak Aep dan
rumah warga

Metode yang digunakan dalam penentuan responden untuk wawancara
person kunci (key person interviews) menggunakan snowball method. Ukuran
sampel yang digunakan 33 orang didasarkan pada acuan minimal 30 sampel untuk
penelitian deskriptif (Umar 2002). Agar kualitas dan kuantitas data yang
dikumpulkan lebih akurat, maka beberapa ternik PRA (Participatory Rural
Appraisal) digunakan terutama untuk mengumpulkan data-data umum mengenai
alur sejarah dusun Sekejolang dan keterkaitan antar organisasi. Metode PRA
adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa
untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang
kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata ( Chambers
1996 ).
2.Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari penerbitan atau hasil-hasil
studi yang dipublikasikan oleh instansi terkait. Data sekunder dalam hal ini
digunakan untuk melengkapi analisis hasil studi.

Prosedur Analisis Data
Data yang didapat di lokasi penelitian berupa data primer dan sekunder.
Kemudian diolah dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dengan unit
analisisnya. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek dengan sesuai apa adanya. Melalui
metode deskriptif, peneliti memungkinkan untuk melakukan hubungan antar
variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan
teori yang memiliki validitas universal ( Best, 1982 dalam Sukardi, 2004 ). Selain
itu, digunakan pendekatan dengan teori Ribot dan Peluso mendefinisikan akses
sebagai kemampuan menghasilkan keuntungan dari sesuatu, termasuk diantaranya
objek material, perorangan, institusi, dan simbol. Menurut Ferrel et al (2005) fungsi
dari Analisis SWOT adalah untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan
memisahkannya dalam pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan

5
pokok persoalan eksternal (peluang dan ancaman). Berdasarkan pendeskripsian dan
hubungan antar variabel yang ada di lokasi penelitian, dilakukan analisis data
seperti dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2 Analisis data variabel penelitian
Variabel yang diteliti

Cara mendapat
data
Observasi dan
wawancara

Cara mengolah
data
Analisis
dengan
pendekatan
teori
akses ribot
dan
peluso

Sumber data

Menelaah faktor-faktor
yang mempengaruhi
perkembangan dan
kemandirian organisasi
masyarakat dalam
mempertahankan status
lahan dusun Sekejolang

Observasi,kuiso
ner,wawancara

Analisis
deskriptif,
untuk
mengetahui
permasalahan,
cara yang
berlaku,pandan
gan,dan proses
dalam
masyarakat

Ketua
organisasi

Mengkaji upaya-upaya
pengembangan
organisasi masyarakat
dalam tindakan
penguatan status lahan
dusun Sekejolang di
masa yang akan datang

Observasi,kuiso
ner,wawancara

Ketua
Analisis
organisasi
dengan
menggunakan
metode SWOT.

Mengidentifikasi
organisasi-organisasi
masyarakat sekitar
kawasan TAHURA
yang fungsional dalam
melakukan aktivitas
penguatan status lahan
dusun Sekejolang

Masyarakat
dusun
Sekejolang
dan Pihak
TAHURA

6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Dusun Sekejolang terletak di dalam kawasan hutan lindung milik TAHURA
Ir. H. Djuanda. Luas total TAHURA Ir. H. Djuanda mencapai 529 ha. Termasuk di
dalamnya dusun Sekejolang yang luasnya mencapai 7 ha. dusun Sekejolang terletak
di bagian Utara Desa Ciburial dengan topografi bergunung-gunung yang berada di
daerah dataran tinggi dengan ketinggian tanah dari permukaan laut setinggi 7501.200 dpl, dengan kemiringan tanah 45ºC. Mempunyai suhu udara harian 25ºC29ºC dengan curah hujan tahunan 0,29 mm/tahun. Relasi antara Hutan dengan
masyarakat sedemikian erat terjadi dimana secara kewilayahan dusun ini berada di
tengah-tengah kawasan hutan. Pasang surut hubungan hutan masyarakat dapat kita
lihat dari status penguasan hutan di Hutan Raya.

Lahirnya Organisasi
Lahirnya organisasi-organisasi di dusun Sekejolang berawal dari kurang
diberdayakannya aspek kegiatan masyarakat dalam hal pembangunan dusun secara
gotong royong1. Dusun Sekejolang memiliki organisasi yang aktif dan fungsional
dalam kaitannya mempertahankan lahan milik mereka. Terbentuk atas bantuan dari
pihak WALHI karena peduli akan keberadaaan dusun satu-satunya yang masih
tersisa di dalam Kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda. Pihak WALHI secara
organisatoris masih memiliki idealisme dan keberpihakan kepada masyarakat
bawah. Pemilihan isu tentang HAM dan agraria menjadi fokus mereka. Selain itu,
terbentuk atas inisiatif dari warga dusun Sekejolang melihat keprihatinan terhadap
sesama warga lainnya yang dipandang kurang memiliki hiburan. Organisasi di
diaktifkan kembali untuk mengembangkan kesenian sunda sebagai hiburan
masyarakat. Rencana perluasan kawasaan TAHURA Ir. H. Djuanda pada awal
tahun 2014 mempengaruhi pengaktifan kembali organisasi-organisasi yang selama
ini mengalami vacuum selama 20 tahun terakhir. Melibatkan organisasi untuk
penguatan lahan tempat tinggal merupakan cara yang ditempuh masyarakat.
Strategi yang digunakan yaitu mengembangkan kebudayaan setempat. Sehingga
nantinya identitas budaya menjadi sebuah alasan untuk tetap bertahan.

1

Hasil diskusi dengan Pak Deden Pembina organiasi Bina Mandiri

7
Struktur Organisasi
Proses Terbentuknya Struktur Organisasi
Struktur organisasi memiliki fungsi untuk memberikan pedoman bagi
anggota di dalamnya dan menjalin hubungan dengan pihak luar. Dusun Sekejolang
memiliki 3 organisasi yang aktif dan fungsional dalam mengembangkan potensi
yang dimiliki. Berikut rincian struktur organisasi di dusun Sekejolang :

Tabel 3 Struktur organisasi di dusun Sekejolang
No Nama Organisasi
Struktur Organisasi
1. Paguyuban Cinta Lembur Kuring Pelindung/penasehat
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Seksi Penguatan Organisasi
Seksi Keanggotaan
Seksi Keamanan
Seksi Komunikasi dan Kampanye
2. Karang Taruna Bina Mandiri
Pembina 1
Pembina 2
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
3. PKK Strawberry
Ketua
Bendahara
Sekretaris
Anggota aktif
Pembentukan struktur organisasi di dusun Sekejolang berawal dari inisiatif
beberapa warga yang peduli akan keberadaan dusun tempat mereka bermukim.
Organisasi Paguyuban Cinta lembur kuring terbentuk atas inisiatif Pak Aep ketua
RW.09 karena merasa sudah lama bermukim dan telah tercipta rasa nyaman
sehingga tidak ingin dibebaskan lahan tempat tinggalnya. Proses pembentukan
Struktur Organisasi Paguyuban Cinta Lembur Kuring melibatkan semua komponen
masyarakat dan dibantu oleh pihak luar (WALHI). Organisasi-organisasi yang
diaktifkan kembali merupakan langkah yang dilakukan masyarakat untuk
membantu Paguyuban Cinta Lembur Kuring dalam mempertahankan dusun
Sekejolang. Paguyuban Cinta lembur kuring lebih maju jika dilihat dari struktur
organisasi yang ada. Struktur organisasi memang tidak berpengaruh terhadap
kesejahteraan warga namun berpengaruh terhadap nasib keberadaan dusun mereka.
Struktur organisasi berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas yang dilakukan
organisasi-organisasi di dusun Sekejolang.

8
Bentuk Struktur Organisasi
Struktur organisasi di dusun Sekejolang berbeda satu sama lainnya.
Terbentuk dari elemen masyarakat setempat dengan melihat keinginan anggota
yang ingin terlibat dalam kepengurusan organisasi. Berikut bentuk struktur
organisasi dusun Sekejolang.
Ketua
Ibu Hena

Pembina 2
Ade

Pembina 1
Pak Deden

Ketua
Nanda

Bendahara
Ibu Nia
Herawati

Wakil
Ega

Sekertaris
Nia

Anggota
Dewi danYani
Sekertaris
Leni

Bendahara
Uni

Gambar 1 : Struktur Organisasi Karang Taruna Gambar 2 : Struktur Organisasi
Bina Mandiri
PKK Strawberry
Pelindung/Penasehat
Pak Mamad dan Pak
Oyo
Ketua Pak
Aep Sutaryat

Sekertaris
Pak Lala

Seksi Penguatan
Organisasi
Pak Didi, Pak
Engkos

Seksi Keanggotaan
Pak Deden
Wahyudi, Pak
Uyun

Bendahara
Ibu Nena

Seksi
keamanan
Pak Pendi

Seksi
Komunikasi
dan kampanye
Pak Solihin

Gambar 3 : Struktur Organisasi Paguyuban Cinta Lembur Kuring

9

Bentuk keseluruhan dari ketiga struktur organisasi di dusun Sekejolang dapat
diamati mempunyai kesamaan dan perbedaan satu sama lainnya. Persamaannya,
dua dari ketiga organisasi di atas merupakan bentuk struktur organisasi lini dan staf
terbentuk pada organisasi Karang Taruna Bina Mandiri dan Paguyuban Cinta
Lembur Kuring. Struktur organisasi lini terbentuk pada organisasi PKK Strawberry.
Menurut Fayol (1949) struktur organisasi lini dan staf menggambarkan wewenang
organisasi dipegang langsung oleh manajer puncak tetapi dalam kelancaran tugas
pemimpin dibantu oleh para staf.

Tujuan Organisasi
Ciri suatu organisasi adanya tujuan bersama yang ingin dicapai. Organisasi
akan tetap eksis jika mampu mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Ketika tujuan
organisasi sudah tercapai, dapat disepakati untuk tetap ada atau dibubarkan.
Paguyuban Cinta Lembur Kuring dibentuk hanya untuk memperjuangkan
kepentingan lahan. Jika dirasa kepentinganya sudah selesai nantinya dapat
dibubarkan. Organisasi di dusun Sekejolang yang paling berperan besar yaitu
organisasi yang ada keterkaitannya dengan kepentingan masyarakat. Organisasi
Karang Taruna Bina Mandiri menyediakan sarana kesenian untuk hiburan warga
diantaranya Calung, Pongdut, Karimbing, dan Sisingaan. Kasihan melihat warga
jika sudah pulang dari kebun tidak ada hiburan di malam hari, mau mencari hiburan
ke kota terlalu jauh sehingga diaktifkan kembali kesenian-kesenian khas sunda
untuk hiburan warga2. Tujuan organisasi-organisasi di dusun Sekejolang berbeda
satu sama lain. Tetapi terdapat satu tujuan bersama yaitu tetap mempertahankan
dusun Sekejolang dari rencana pemerintah untuk dibebaskan status lahannya.
Beberapa warga merasa tujuan organisasi belum tercapai. Seperti adanya 6
Kepala Keluarga di dusun Sekejolang yang menjual tanahnya kepada pihak
TAHURA. Ir. H. Djuanda dengan harga murah. Hal ini dianggap tidak sesuai tujuan
utama organisasi yaitu tidak menjual tanah milik kepada pihak manapun dan tetap
untuk dipertahankan. Sehingga, anggota Paguyuban Cinta Lembur Kuring perlu
melakukan musyawarah kembali agar hal seperti itu tidak terulang kembali demi
kepentingan bersama tetap mempertahankan dusun Sekejolang.
.

2

Hasil wawancara dengan Pak Deden Pembina Karang Taruna Bina Mandiri

10
Keanggotaan Organisasi
Ciri dari suatu organisasi memiliki anggota. Keberadaan anggota sebagai
pengakuan atau legalitas organisasi tersebut. Jumlah anggota dapat mempengaruhi
kinerja organisasi tersebut.
Tabel 4 Aspek keanggotaan
Nama
Organisasi

Pola seleksi
anggota

Bentuk hak
dan
kewajiban
anggota

Waktu penetapan musyawarah
dan pertemuan

Paguyuban
Cinta
Lembur
Kuring

bebas

Ada

3 bulan sekali

Karang
Taruna Bina
Mandiri

Tidak bebas

Ada

Setiap hari minggu

PKK
Strawberry

Tidak bebas

Ada

Saat ada pendataan oleh
kabupaten/desa

Pola seleksi anggota organisasi di dusun Sekejolang bersifat tidak bebas
untuk semua elemen masyarakat. Seperti pola seleksi anggota organisasi Karang
Taruna Bina Mandiri dibatasi usia 15-17 tahun. Kemudian, Organiasi PKK
strawberry pemilihan kader dipilih oleh Pembina PKK setempat. Namun, pada
Organisasi Paguyuban Cinta Lembur Kuring bersifat bebas untuk semua elemen
masyarakat dusun Sekejolang, syarat utamanya semua anggota harus tetap menjaga
tanah miliknya yang berada di dalam wilayah dusun Sekejolang agar tidak dijual
kepada pihak manapun. Pertemuan yang dilakukan oleh anggota organisasi
merupakan bentuk kegiatan rutin. Tujuannya, agar terjalin komunikasi yang baik
antar anggota. Hak dan kewajiban dilakukan oleh semua anggota organisasi. Hak
anggota Paguyuban Cinta lembur Kuring yaitu boleh memanfaatkan sumberdaya
hutan non-kayu yang berada di dalam wilayah Sekejolang. Kewajiban anggota yaitu
mempertahankan lahan milik masing-masing untuk tidak dijual walau satu jengkal
pun. Kemudian, pada organisasi-organisasi lain yang menjadi hak dan kewajiban
setiap anggotanya yaitu menikmati kesenian sebagai hiburan warga, mendapat
layanan kesehatan berupa KB, pengecekan kesehatan, sarana melahirkan dan
berkewajiban mematuhi peraturan internal organisasi sesuai jabatan masing-masing
anggota di dalam organisasi tersebut.

11
Hubungan Organisasi
Hubungan ketiga Organisasi saling bekerja sama saat telah dibentuknya
Paguyuban Cinta Lembur Kuring. Organisasi Karang Taruna Bina Mandiri
mempunyai hubungan dengan TAHURA Ir. H. Djuanda dari segi penampilan
pengembangan kesenian khas sunda. Organisasi PKK Strawberry mempunyai
hubungan langsung dengan masyarakat dalam hal pelayanan umum untuk
pengecekan kesehatan untuk BALITA dan LANSIA. Berikut dapat dilihat
hubungan antar organisasi dusun Sekejolang :

Karang
Taruna Bina
Mandiri

PKK
Strawberry

Paguyuban
Cinta
Lembur
Kuring

Masyarakat Sekejolang

Ket :
Kerjasama

TAHURA

Konflik
Gambar 4 : Bagan hubungan organisasi dusun Sekejolang
Hubungan TAHURA Ir. H. Djuanda dengan masyarakat dusun Sekejolang
telah mengalami konflik sejak ditetapkannya Curug Dago Pakar menjadi kawasan
TAHURA Ir. H. Djuanda pada tahun 1985. Keberadaan dusun Sekejolang sudah
ada dan Belanda mengakui tempat ini sebagai kampung. Jauh sebelum adanya
Taman Hutan Raya masyarakat sudah ada bahkan sebelum Belanda menguasai
Bandung Utara 3 . Konflik yang terjadi bersifat tersembunyi (konflik laten).
Munculnya tekanan yang samar dan tidak sepenuhnya berkembang (terjadi
3

Hasil wawancara dengan pak ihik (sesepuh dusun Sekejolang)

12
ketegangan, ketidakpuasan yang tersembunyi). Perbedaan persepsi antara
masyarakat dengan TAHURA Ir. H. Djuanda merupakan inti dari persoalan.
Konflik terjadi karena kurang terbukanya diantara kedua belah pihak untuk
mencapai titik temu bersama dalam menyelesaikan persoalan status lahan milik
pihak ketiga (enclave) yang akan dibebaskan atau tetap akan dijadikan kampung
adat wisata 4 . Sikap saling klaim pun menjadi konflik yang belum terselesaikan
karena kedua belah pihak memiliki bukti tersendiri. Pihak masyarakat dusun
Sekejolang memiliki bukti berbentuk balangko jika sekarang sama seperti sertifikat
yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 1800-an melalui aparatur
pemerintahan agraria. Sedangkan, dari pihak TAHURA sendiri mengklaim dengan
adanya peta Belanda yang menandakan kawasan Sekejolang telah sejak lama
masuk kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda. Perbedaan persepsi inilah yang akan
membuat hubungan warga masyarakat dusun Sekejolang dengan TAHURA Ir. H.
Djuanda akan selalu bersitegang.
Akses sebagai suatu kemampuan (ability) untuk mendapatkan manfaat dari
sesuatu, yang dibedakan dengan mendapatkan manfaat yang diperoleh dari adanya
hak (property rights) ( Peluso et al 2003 ). Pihak Tahura Ir. H. Djuanda mendapat
keuntungan dari objek masyarakat dusun Sekejolang berupa pengamanan kawasan
hutan dari tindak pencurian kayu dan bahaya kebakaran hutan. Selain itu, menjadi
daya tarik untuk pengunjung bila kawasan dusun Sekejolang tetap dilestarikan
menjadi kampung adat wisata. Masyarakat dusun Sekejolang memanfaatkan
sumberdaya alam berupa hutan sebagai tempat bermukim sudah sejak lama.
Masyarakat mempunyai akses berupa pengetahuan. Sebagian jenis sumber daya
alam tertentu misalnya tidak hanya bisa diakses melalui faktor ekonomi dan klaim
moral untuk mendapatkan hak subsistensi, tapi hal itu juga bersifat sosial, politis,
dan punya tujuan ritual yang direpresentasikan kedalam kekerabatan, relasi
kekuasaan, atau harmoni ritual ( Peluso dan Padoch 1996 ). Sedangkan pihak
Tahura Ir. H. Djuanda mempunyai peran besar menentukan siapa yang mampu atau
tidak mengakses sumber daya alam dengan memiliki akses kapital untuk mampu
mengontrol dan mengatur akses seseorang atau kelompok masyarakat ( Blaikie dan
Brook Field 1987 ).
Aktivitas Organisasi
Organisasi-organisasi di dusun Sekejolang memiliki kegiatan masing-masing
dengan ciri khas yang berbeda satu sama lain. Mulai dari kesenian sampai upacara
adat kebudayaan hingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat. Kesenian
Singa Depok merupakan salah satu sektor yang digencarkan di lingkungan dusun
Sekejolang. Pemain kesenian ini diutamakan anggota Karang Taruna Bina Mandiri
yang berminat dan bersedia memainkan alat kesenian berupa boneka “Sisingaan”.
Setiap pemain harus membelinya dari seorang pelatih Singa Depok dengan harga
mencapai Rp.2.000.000/boneka sekaligus sebagai uang mahar antara pemain Singa
Depok dengan boneka sisingaan. Hal ini bertujuan agar lebih menyatu antara
pemain dan sisingaannya pada saat melakukan pentas. Kemudian, kegiatan lainnya
yaitu mencari dana tambahan uang kas melalui kegiatan penggalangan dana berupa
4

Hasil diskusi dengan pak Aep Ketua Paguyuban Cinta Lembur Kuring

13
pembersihan jalan. Pendapatan yang dihasilkan mencapai Rp.100.000 - Rp.200.000.
Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama oleh setiap anggota Karang Taruna
Bina Mandiri, dilakukan setiap hari minggu pagi.
Aktivitas lain dari organisasi Karang Taruna Bina Mandiri yaitu keterlibatan
semua anggota dalam kegiatan peringatan hari-hari besar nasional dan agama.
Seperti keterlibatan menjadi panitia pelaksana acara hari 17 Agustus 1945, acara
Maulid Nabi Muhammad SAW, dan ikut menjadi anggota penyelenggara acara
upacara adat hajat buruan. Acara hajat buruan merupakan bentuk rasa syukur
masyarakat atas hasil panen yang telah diberikan Allah SWT kepada masyarakat
dan untuk menguatkan lahan tempat tinggal. Aktivitas lain dari Paguyuban Cinta
lembur kuring yaitu kumpul rutin setiap 3 bulan sekali untuk membahas dan
mempersiapkan argumen saat menghadapi pihak pemerintah yang akan
membebaskan lahan Sekejolang dengan ganti rugi sebesar Rp. 500.000. Pihak
pemerintah mendatangi dusun Sekejolang setiap 1 tahun sekali untuk memberikan
penyuluhan kepada seluruh masyarakat dusun Sekejolang yang dianggap sebagai
masyarakat enclave. Untuk itu, masyarakat merasa perlu adanya tim pembela
dalam mempertahankan lahan dusun Sekejolang. Organisasi PKK strawberry
aktivitasnya yaitu mengadakan penyuluhan di posyandu untuk BALITA,
pengecekan kesehatan untuk LANSIA, pengobatan kaki gajah, pengadaan
pelayanan Keluarga Berencana (KB), serta menyediakan pelayanan untuk sarana
melahirkan masyarakat dusun Sekejolang.
Peran Organisasi
Peran organisasi di dusun Sekejolang dari ketiga organisasi yang ada
memang berbeda. Namun terdapat adanya satu tujuan bersama yang berpengaruh
besar terhadap keberadaan lahan dusun Sekejolang. Berikut daftar peran organisasi
di dusun Sekejolang.
Tabel 5 Daftar organisasi-organisasi yang berkaitan dengan pengembangan dusun
Sekejolang
Nama
organisasi

Merupakan
badan
hukum

Bentuk
organisasi

Tujuan
organisasi

Peran

Program
proyek
telah/akan
dilaksanakan

Paguyuban
Cinta
Lembur
Kuring

Bukan
berbadan
hukum

Non-profit

Sosial

Pertaha
nan
lahan
tempat
tinggal

Membentuk
kelompok
penentang
pemerintah

14
Tabel 5 (lanjutan)

Nama
organisasi

Merupakan Bentuk
badan
organisasi
hukum

Karang
Taruna
Bina
Mandiri

Bukan
berbadan
hukum

Bukan
PKK
Strawberry berbadan
hukum

Tujuan
organisasi

Peran

Program
proyek
telah/akan
dilaksanakan

Nonprofit

Sosial

Pemberdayaan
masyarakat

Mengaktifkan
kembali
kesenian
sunda dan
peringatan
hari-hari besar
nasional

Nonprofit

Sosial

Memantau
pertumbuhan
dan kondisi
Balita

Posyandu dan
pemberian
pengobatan
untuk
LANSIA

Program TAHURA Ir. H. Djuanda awal tahun 2014 akan membebaskan
status lahan Sekejolang dari pemukiman untuk dijadikan area konservasi tanaman
langka Jawa Barat. Namun, hal tersebut mendapat penolakan dari masyarakat,
karena masyarakat merasa telah nyaman tinggal di dusun Sekejolang atau istilah
daerah setempat telah memiliki rasa “ Pangabetah” 5. Masyarakat merasa takut
bila nantinya mendapat kondisi alam yang berbeda dengan kondisi dusun
Sekejolang. Untuk itu, segenap masyarakat dusun Sekejolang memiliki rasa yang
sama tetap mempertahankan lahan milik mereka. Wujud dari hal tersebut yaitu
diaktifkan kembali organisasi lokal untuk salah satu strategi mempertahankan lahan
Sekejolang.

Cara Organisasi dalam Menguatkan Status Lahan Dusun Sekejolang
Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat dusun Sekejolang untuk tetap
mempertahankan lahan mereka. Seperti menggunakan organisasi masyarakat untuk
menjadi alat pertahanan dan penguatan hak atas tanah. Masyarakat menyadari
masalah yang sedang dihadapi yaitu masalah komunitas sehinggga untuk
memperjuangkan hak mereka perlu adanya organisasi6. Cara yang digunakan oleh
organisasi-organisasi setempat yaitu memperbanyak kegiatan-kegiatan yang
sifatnya berkenaan dengan adat istiadat dan pengembangan kesenian. Sehingga,
terkesan dusun Sekejolang memiliki ciri khas tersendiri sebagai dusun satu-satunya
5

Rasa nyaman yang telah dimili oleh warga dusun Sekejolang yang sulit untuk digantikan dengan
apapun disampaikan oleh pak Hihik sesepuh dusun Sekejolang pada saat wawancara
6
Untung Aji Pramono pihak WALHI dalam hasil wawancara.

15
yang masih tersisa di dalam kawasan hutan. Harapan seluruh masyarakat dusun
Sekejolang mendapat pengakuan dari pihak luar untuk mencari dukungan agar tetap
dapat bertahan7.

Pengembangan Organisasi
Organisasi yang ada di dusun Sekejolang telah mengalami berbagai
pergerakan dan perubahan. Pergerakan dan perubahan terjadi secara internal dari
anggotanya sendiri maupun dari bantuan pihak lain. Hal itu ditandai dengan telah
dilakukannya berbagai pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada organisasi
masyarakat oleh WALHI. Kemudian, diberikan sosialisasi dalam bentuk pelatihan
langsung kepada masyarakat yang tujuannya memberikan kemampuan untuk
menciptakan suatu peluang usaha bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan.

Tabel 6 Jenis pelatihan yang telah diikuti oleh masyarakat dan organisasi di
dusun Sekejolang dan pelatihan/ program yang dibutuhkan
Nama
organisasi
Karang
Taruna Bina
Mandiri

Jenis pelatihan
yang telah
diikuti
-

Paguyuban
Program
Cinta Lembur Intervensi,
Kuring
pelatihan
DUHAM, dan
evaluasi
organisasi
PKK
Pelatihan
Strawberry
penyuluhan
BALITA

Tahun Pelaksana

-

-

2013

WALHI

2011

PKK
DESA

Keterangan

Program latihan yang
dibutuhkan
pengembanagn
kesenian
Program latihan yang
dibutuhkan : membuka
jejaring dengan LBH
Kota Bandung

Program/harapan
organisasi: program
menaikan gaji untuk
kader PKK Strawberry
dan pembuatan
Posyandu

Organisasi Paguyuban Lembur Kuring terbentuk atas bantuan pihak luar
yang peduli akan keberadaan lahan dusun Sekejolang. Langkah awalnya
menampung seluruh aspirasi masyarakat dusun Sekejolang. Kemudian, menggali
masalah yang sebenarnya sedang dihadapi masyarakat. Terbentuklah suatu
organisasi sebagai gerakan masyarakat untuk menentang program pemerintah yang
7

Hasil diskusi dengan masyarakat dusun Sekejolang terkait rencana penguatan hak atas tanah

16
akan membebaskan lahan milik masyarakat dengan harga jual rendah. Untuk itu,
masyarakat tidak ingin menjual lahan milik mereka dan cenderung untuk tetap
dipertahankan8.

Rencana Pengembangan dan Penguatan Organisasi
Pengembangan Organisasi dusun Sekejolang telah dilakukan oleh berbagai
pihak. Baik pihak Tahura Ir. H. Djuanda maupun dari pihak luar yang peduli akan
keberadaan dusun Sekejolang untuk tetap ada. Dilakukan analisis tentang
organisasi untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, ancaman, maupun tantangan
dimasa yang akan datang dengan menggunakan metode analisis SWOT. Berikut
hasil analisinya.
Tabel 7 Kedudukan organisasi masyarakat di dusun Sekejolang apabila dianalisis
dengan metode SWOT maka posisinya dapat diketahui sebagai berikut :

IFAS

3,90

Total Skor Kekuatan
(S)

2,40

EFAS
Total Skor Peluang

1,00
(O)

Total Skor Kelemahan
1,50

Total Skor Ancaman/
tantangan

(w)

S-W

2,45

1,45

(T)
0,90

O-T

-0,45

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa titik koordinat posisi Organisasi
masyarakat dusun Sekejolang pada titik-titik variabel sumbu ( X ) S-W = 0,90 dan
sumbu ( Y ) O-T = -0,45. Sumbu X bernilai positif artinya memiliki kekuatan ( S )
yang lebih besar daripada kelemahan ( W ) dan Sumbu Y bernilai negatif artinya
bahwa Peluang ( O ) lebih kecil daripada ( T ) tantangan, sehingga perlu dilakukan
beberapa Diversifikasi Strategi untuk memperkecil faktor tantangan dan selalu
menjaga peluang.

8

Keinginan segenap warga Sekejolang saat dalam wawancara

17

Gambar 5 : Kuadran analisis SWOT organisasi dusun Sekejolang
Kuadran II Meskipun menghadapi berbagai ancaman. Organisasi masyarakat
dusun Sekejolang masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah mempertahankan kekuatan dari segi kegiatan organisasi.
Melakukan kegiatan pelatihan yang beragam untuk dijadikan kekuatan menghadapi
pembebasan lahan oleh pemerintah sebagai faktor ancaman dari luar.

18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat 3 (tiga) organisasi yang aktif dan fungsional di dusun Sekejolang.
Ketiga organisasi tersebut berperan aktif dalam menguatkan hak atas tanah.
Memperkuat organisasi dilakukan dengan membuka jejaring melalui pihak luar
seperti LBH Bandung dan WALHI yang bertugas memberikan pelatihan-pelatihan
untuk penguatan organisasi secara internal maupun eksternal. Harga jual tanah yang
ditawarkan pihak TAHURA Ir. H. Djuanda kepada masyarakat dusun Sekejolang
terlalu rendah akibatnya hanya akan merugikan masyarakat. Cara yang digunakan
masyarakat dusun Sekejolang untuk tetap bertahan yaitu dengan strategi penguatan
identitas kebudayaan yang nantinya dapat dijadikan alasan yang kuat untuk tetap
bertahan.

Saran
Perlu adanya sikap terbuka anatara pihak TAHURA Ir. H. Djuanda dengan
masyarakat tentang status kepemilikan lahan dan kejelasan dari rencana bagi
masyarakat dusun Sekejolang untuk segera meninggalkan tempat tinggalnya.
Rencana perluasan kawasan TAHURA Ir. H. Djuanda yang akan membebaskan
kawasan enclave menjadi kawasan konservasi tumbuhan langka Jawa Barat atau
akan tetap mempertahankan dusun Sekejolang menjadi dusun adat wisata. Sehingga
harapannya peranan organisasi masyarakat akan kembali kepada fungsi awalnya
yaitu dibentuk bukan hanya sekedar untuk mempertahankan lahan dusun
Sekejolang.

19
DAFTAR PUSTAKA
Allen, W dan Klivington. 2001.Stakeholder Analysis. Mnaaki Whenua Landcane
Research.
Blaikie, P. and H. Brook field. 1987. Land Degradation and Society. London:
Methuen
Chambers, R. 1996. Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara
Partisipatif. Oxfam – Kanisius. Yogyakarta.
Cromwell E. 2002. Key Sheet for Pro-poor Infrastructure Provision : Land Tenure.
Department for International Development. UK
Ferrel, O. C. and Hartline, Michael D. 2005. Marketing Strategy. 4th Edition. Neil.
Marquidt : USA
Fayol, Henry. 1949. Administration, Industrrielle et Generale
N.L. Peluso (2003) “A Theory of Access,“dalam rural Sociology 68/2
Fauzi, Noer (2002), “Konflik Tenurial: yang Diciptakan Tapi Tak Hendak
Diselesaikan”. Yogyakarta: Insist Press.
Perda No. 25 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda
PP No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka
Alam
Pelluso, N. L. and C. Padoch. 1996. “ Resource Rights in Managed Forest of
Kalimantan . Pp.121-36 in Borneo in Transition: People, Forest,
conservation, and Development. Kuala Lumpur: Oxford University
Press.
Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Soekanto, Soerjono. 1975. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia
Sudjana.2002.Metode Statistika.Bandung : Tarsito
Sukardi.2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi aksara.
Umar, H. 2002. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.Jakarta : PT
Gramedia. Pustaka Utama.

.
.

20
Lampiran 1. Perhitungan analisis SWOT mengenai organisasi di dusun
Sekejolang
a. Kekuatan
1. Sikap Organisasi kompak dan solid dalam mengatasi upaya pembebasan
lahan
2. Satu kata dan satu sikap untuk tetap bertahan
3. Tetap mempertahankan Kebudayaan adat dan kesenian daerah agar tetap
lestari
4. Menjaga agar rasa gotong royong tetap terpelihara
5. Mempunyai paham tanah sebagai nilai pengabetahan
b. Kelemahan
1. Tanah status enclave ( versi Tahura )
2. Bukti kepemilikan sertifikat lahan
3. Dana Organisasi masih terbatas
4. Kurangnya kerjasama dengan pihak luar dalam penguatan organisasi
5. Infrasruktur yang serba terbatas, akses sarana kesehatan pendidikan masih
minim
c. Ancaman
1. Perluasan kawasan Tahura
2. Bencana Longsor
3. Alih Fungsi lahan
4. Tanah dibeli oleh pemodal
5. Degradasi hutan
d. Peluang
1. akan dijadikan kampung adat wisata
2. Membangun kerjasama dengan Walhi dan LBH
3. Kesenian dapat di promosikan keluar oleh pihak Tahura
4. Masyarakat dapat bekerja di Balai Tahura

21
5. Pembinaan yang dilakukan oleh pihak luar dan Tahura
Berikut Skala yang biasa digunakan dalam menganalisis SWOT skala angka 1-4
Kekuatan: Poin 1 = Kecil
Poin 4 = Besar
Peluang : Poin 1 = Kecil
Poin 4 = Besar

Kelemahan : Poin 1 = Besar
Poin 4 = Kecil
Ancaman: Poin 1 = Besar
Poin 4 = Keci

(Dalam Rangkuti, 2008 : 22 – 25)
Tabel 8. Tabel Perhitungan Analisis SWOT

Faktor-faktor
Eksternal

strategi Bobot

Rating

Bobot
Rating

x Komentar

Peluang (O)
akan dijadikan kampung 0,05
adat wisata

2

Membangun kerjasama 0,10
dengan Walhi dan LBH

3

0,10
Dengan
dijadikanya
Kampung adat
wisata
akan
dapat
mempertahankan
dusun
Sekejolang
0,30

Kedua lembaga
dipilih dengan
pertimbangan
bahwa mereka
secara
organisatoris
masih memiliki
idealisme
dan
keberpihakan
kepada
masyarrakat
bawah

22
Tabel 8 (lanjutan)
Faktor-faktor strategi
Eksternal

Bobot

Kesenian dapat di
promosikan keluar oleh
pihak Tahura

0,10

2

0,20

Dengan mulai
berkembangnya
Kesenian,dapat
kesempatan
untuk
dipromosikan
keluar daerah

Masyarakat dapat bekerja 0,10
di Balai Tahura

2

0,20

Program Tahura
untuk
melibatkan
masyarakat
dusun
Sekejolang agar
dapat bekerja
sama menajga
hutan

Pembinaan yang
dilakukan oleh pihak luar
dan Tahura

2

0,20

Dengan adanya
pembinaan dari
pihak lain akan
membuat
masyarakat
dusun
Sekejolang
berkembang
kesejahteraanya

0,10

Rating

Bobot x
Rating

Ancaman ( T)
Perluasan kawasan
Tahura

0,20

2

0,40

Komentar

Program Tahura
yang akan
menjadikan area
dusun
Sekejolang
menjadi daerah
konservasi
tumbuhan
langka

23
Tabel 8 (lanjutan)
Faktor-faktor strategi
Eksternal

Bobot

Bencana Longsor

0,05

3

0,15

Daerah dusun
Sekejolang
terdapat
topografi tanah
yang curam

Alih Fungsi lahan

0,10

3

0,30

Dusun
Sekejolang
masuk daerah
yang akan di
rubah menjadi
kawasan
konservasi

Tanah dibeli oleh
pemodal

0,20

2

0,40

Masyarakat
dusun
Sekejolang di
tawari harga
tanah yang
cukup besar
oleh pemodal
luar

Degradasi hutan

0,05

4

0,20

Kerusakan
Hutan sebagai
tempat tinggal
akan berdampak
kepada
keberadaan
dusun
Sekejolang yang
berada di dalam
kawasan hutan.

JUMLAH TOTAL 0 + T

Rating

1,05

Bobot x
Rating

Komentar

2,45

24
Tabel 8 (lanjutan)

Faktor-faktor strategi
Internal

Bobot

Rating

Bobot x
Rating

Setiap anggota
siap untuk
menentang
pemerintah
saat adnaya
penyuluhan
pembebasan
lahan

Kekuatan
Sikap Organisasi kompak
dan solid dalam mengatasi
0,20
upaya pembebasan lahan

3

komentar

0,60

Satu kata dan satu sikap 0,20
untuk tetap bertahan

3

0,60

Semua
masyarakat
sepakat tidak
akan menjual
tanah milik
mereka kepada
pihak Tahura

Tetap
mempertahankan 0,20
Kebudayaan adat dan
kesenian daerah agar tetap
lestari

3

0,60

Salah satu
kekuatan
Dsusn
Sekejolang
karena adanya
Kesenian dan
upacara adat
istiadat

Menjaga agar rasa gotong 0,10
royong tetap terpeliha

2

0,20

Rasa saling
tolong
menolong
dijaga agar
tetap kompak
antarsesama

25
Tabel 8 (lanjutan)
Faktor-faktor strategi
Eksternal

Bobot

Mempunyai paham tanah 0,20
sebagai nilai pengabetahan

Rating

2

Bobot x
Rating

0,40

Kelemahan ( W )

Komentar

Rasa nyaman
yang melekat
di setiap
masyarakat
merupakan
alsan terkuat
untuk tetap
tinggal di
dusun
Sekejolang
Masyarakat
dianggap
menempati
tanah enclave
yang akan
segera
dibebaskan

Tanah status enclave (
versi Tahura )

0,20

2

0,40

Bukti kepemilikan
sertifikat lahan

0,10

2

0,20

Bukti surat
tanah setiap
masyarakat
Sekejolang
tidak semua
berbentuk
sertifikat
melainkan
kebanyakan
girik atau akte
tanah

.Dana Organisasi masih
terbatas

0,10

3

0,30

Organisasi
mengalami
keurangan
dana

26
Tabel 8 (lanjutan)
Faktor-faktor strategi
Eksternal

Bobot

Rating

Bobot x
Rating

Komentar

Kurangnya kerjasama
dengan pihak luar dalam
penguatan organisasi

0,10

2

0,20

Pengembangan
Organisasi
perlu bantuan
pihak luar
untuk
dukungan
penguatan
status lahan
milik

Infrasruktur yang serba
terbatas, akses sarana
kesehatan pendidikan
masih minim

0,20

2

0,40

Sarana
yang
kurang
memadai
membuat
terhambatnya
perkembangan
dusun
Sekejolang
maupun
kelembagaanya

JUMLAH TOTAL S+ W

1,50

3,60

27
Tabel 9 Matriks Analisis SWOT (Makro)
Eksternal
PELUANG ( O )
1. akan dijadikan
kampung adat wisata
2. Membangun kerjasama
dengan Walhi dan LBH

Internal

3. Kesenian dapat di
promosikan keluar oleh
pihak Tahura
4. Masyarakat dapat
bekerja di Balai Tahura

TANTANGAN ( T )
1. Perluasan kawasan
Tahura
2. Bencana Longsor
3. Alih Fungsi lahan
4. Tanah dibeli oleh
pemodal
5. Degradasi hutan

5. Pembinaan yang
dilakukan oleh pihak luar
dan Tahura.
KEKUATAN ( S )
1. Sikap Organisasi kompak
dan solid dalam mengatasi
upaya pembebasan lahan
2. Satu kata dan satu sikap
untuk tetap bertahan
3.Tetap mempertahankan
Kebudayaan adat dan
kesenian daerah agar tetap
lestari
4. Menjaga agar rasa gotong
royong tetap terpelihara
5. Mempunyai paham tanah
sebagai nilai pengabetahan

STRENGTHS
OPPORTUNITIES

STRENGTHS

( SO )

THREATS

1. Dusun Sekejolang akan
tetap ada walau berubah
menjadi kampung adat
wisata
3. Menjaga kelestarian
kebudayaan akan
mengembangkan kesenian
yang ada.
4. Kerukunan yang sudah
terjalin membuat
kepercayaan dari pihak
Tahura terhadap
masyarakat.
5. Sulit mengganti rasa
nyaman di lingkungan
masyarakat

( ST )
1. Meningkatkan SDM
dalam rencana
menentang rencana
pemerintah
2. Menjaga hutan
sebagai tempat
bermukim dan sumber
kebudayaan
3. Menerapkan aturan
lokal
untukmenghimbau
agar larangan tidak
merusak hutan

28
Tabel 9 (lanjutan)
KELEMAHAN ( W)
1.Tanah status enclave (
versi Tahura )
2. Bukti kepemilikan
sertifikat lahan
3. Dana Organisasi masih
terbatas
4.Kurangnya kerjasama
dengan pihak luar dalam
penguatan organisasi
5. Infrasruktur yang serba
terbatas, akses sarana
kesehatan pendidikan
masih minim

WEAKNESSES

WEAKNESSES

OPPORTUNITIES

THREATS

( WO )

( WT )

1. Masyarakat dapat
menunjukkan surat
kepemilikan tanah sebagai
alat bukti kuat.
2. Melakukan pengkajian
lebih mendalam mengenai
potensi daerah tempat
tinggal untuk
dikembangkan sebagai
sektor pembangunan
perekonomian setempat.
3. Kerjasama dengan
pihak luar terus
ditingkatkan untuk
mendapatkan peningkatan
SDM dalam pengelolaan
potensi daerah secara
maksimal.

1. Meningkatkan
kebudayaan dan
kesenian setempat
agar tetap ada dan
lestari
2. Memperinci bukti
kepemilikan tanah
mulai dari cerita nenek
moyang sampai saat
ini
3. Melakukan
pengkajian daerah
kepada pihak luar
untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki.
4. Mempertahankan
gaya hidup dan
infrastruktur alami
sebagai ciri khas
masyarakat sekitar
hutan

29

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Maret 1992. Dari ayah Kadiman
dan Ibu Unas Suminah. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun
2010 penulis lulus dari SMA Kornita IPB Bogor dan pada tahun yang sama penulis
lulus Ujian Talenta Mandiri ( UTM ) dan diterima pada Departemen Manajemen
Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi ketua penyelenggara
mubes PC Sylva IPB pada tahun 2010, aktif menjadi anggota PC sylva IPB tahun
2010-2011. Penulis mendapat penghargaan berupa sertifikat

pada malam

Apresisasi Rimbawan sebagai penulis Novel dengan judul Judge Jungle. Selain itu
penulis aktif di organisasi luar kampus menjabat sebagai ketua Karang Taruna Bina
Respek Mandiri di Kampung Carang Pulang di RT.05/03 tahun 2014. Serta penulis
telah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di
Cirebon-Indramayu. Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan
Gunung Walat dan Penulis telah melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang di KPH
Bogor Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten.