Potensi Kombinasi Anastetikum Xylazin- Medetomidin Pada Kucing Lokal (Felis domestica).

POTENSI KOMBINASI ANESTETIKUM XYLAZINMEDETOMIDIN PADA KUCING LOKAL (Felis domestica)

GUSTI HABIBY SURYA NATA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Kombinasi
Anastetikum Xylazin-Medetomidin Pada Kucing Lokal (Felis domestica) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Gusti Habiby Surya Nata
NIM B04110122

ABSTRAK
GUSTI HABIBY SURYA NATA. Potensi Kombinasi Anastetikum XylazinMedetomidin Pada Kucing Lokal (Felis domestica). Dibimbing oleh DRH
ANDRIYANTO, MSI dan DRH AULIA ANDI MUSTIKA, MSI.
Sediaan xylazin dan medetomidin merupakan sediaan yang banyak
digunakan sebagai sediaan anestesi. Sediaan tunggal xylazin dan medetomidin
memiliki keunggulan dan kekurangan dalam pengaplikasiannya, sehingga
dilakukan penelitian untuk melihat efek yang ditimbulkan dari kombinasi sediaan
xylazin dengan medetomidin. Sebanyak 24 ekor kucing jantan dengan kisaran
bobot badan antara 3.5-5 kg dengan kisaran umur 2-3 tahun dibagi menjadi empat
perlakuan dan enam ulangan. Kelompok tersebut ialah kelompok yang tidak diberi
sediaan anestesi (kontrol), kelompok sediaan anestesi xylazin 0.1 mg/kg BB
(kelompok I), kelompok sediaan anestesi medetomidin 0.05 mg/kg BB (kelompok
II), dan kelompok sediaan anestesi xylazin 0.1 mg/kg BB yang dikombinasikan
dengan medetomidin 0.05 mg/kg BB (kelompok III). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kucing yang disuntik xylazin-medetomidin memiliki onset yang lebih cepat
jika dibandingkan dengan sediaan tunggal xylazin dan medetomidin. Durasi
sediaan pada kucing kelompok kombinasi xylazin-medetomidin lebih panjang

dibandingkan sediaan xylazin dan medetomidin. Frekuensi respirasi dan frekuensi
jantung menunjukkan pola penurunan yang sama dan tidak signifikan. Kelompok
perlakuan xylazin-medetomidin dapat menjaga suhu tubuh kucing tetap stabil
selama proses anestesi. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
kombinasi xylazin dan medetomidin efektif untuk digunakan sebagai alternatif
sediaan anestesi pada kucing lokal.
Kata kunci: anestesi, kombinasi, kucing lokal, medetomidin, xylazin

ABSTRACT
GUSTI HABIBY SURYA NATA. Potential Combination of Anastetikum
Xylazine Medetomidine in Domestic Cat (Felis domestica). Supervised by DRH
ANDRIYANTO, MSI and DRH AULIA ANDI MUSTIKA, MSI.
Xylazine and medetomidine preparations most used as anesthetic. Both single
dose xylazine and medetomidine has advantages and disadvantages in application,
so some research was done to find out the effect combination xylazinemedetomidine. Twenty four adult cats with body weight between 3.5-5 kg in age of
2-3 years old are divided into four groups treatment and six repeatation. The groups
are the ones not receive anesthesia treatment (controls), a group of xylazine at a
dose 0.1 mg/kg weight (group I), a group of medetomidine at a dose 0.05 mg/kg
weight (group II), and a group of xylazine 0.1 mg/kg weight combination with
medetomidine 0.05 mg/kg weight (group III). The results shows cats injected with

xylazine-medetomidine has a rapid onset compared to single dose of xylazine and
medetomidine. The duration of preparations in a cats injected with combination of
xylazine-medetomidine is longer than xylazine and medetomidine preparations.
The respiration frequency of heart shows same decrease pattern and not significant.
The group xylazine-medetomidine can keep cats body temperature stable during
the process of anesthesia, Conclusion in this study is the combination of xylazine
and medetomidine effectively used as an alternative anesthesia in local cats.
Keywords: anesthesia, combinations, local cats, medetomidine, xylazine

POTENSI KOMBINASI ANESTETIKUM XYLAZINMEDETOMIDIN PADA KUCING LOKAL (Felis domestica)

GUSTI HABIBY SURYA NATA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga kritikan serta saran sangat membantu dalam penyelesaiannya. Penulisan
skripsi ini dapat terlaksana dan terselesaikan berkat bimbingan, dorongan, dan
bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1)
Mama Nasiatul Laili, Papa Moch. Samsun, Papa Supriyadi, Ibu Siti Maryam
selaku orang tua saya yang selalu memberikan kasih sayang, dan
dukungannya demi menyelesaikan pendidikan sarjana saya, serta adik-adik
terkasih, Ayu Raudlatul Jannah, dan Fadlir Rohman, serta kakek nenek atas
segala dukungan dan kasih sayang yang berlimpah kepada penulis.
2)

Drh Andriyanto MSi dan Drh Aulia Andi Mustika MSi selaku dosen
pembimbing Skripsi I dan II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.
3)
Dosen pembimbing akademik Prof Dr drh I Wayan Teguh Wibawan MSi dan
dosen-dosen Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor atas
bimibingan, motivasi, dan ilmunya yang sangat bermanfaat.
4)
Tim penelitian terkeren, Dedi Nur Aripin dan Pramesti Nugraheni atas segala
waktu, dan kerjasamanya untuk selalu bersama-sama dalam menyelesaikan
penelitian dan skripsi ini.
5)
Bapak Dikdik, Bapak Angga, Drh Krido dan Drh Ridi Arif atas segala
bantuannya dalam penyelesaian penelitian ini.
6)
Lukman, Jati, Pipit, Khalida, Ica, fuad dan bojester yang lainnya yang selama
ini menjadi keluarga saya di bogor dan memberikan dukungan dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
7)
Teman-teman di Fakultas Kedokteran Hewan khususnya GANGLION, BEM

FKH kabinet PACEMAKER, Himpro Ornithologi dan unggas, dan Diklat
UPHL atas segala kebersamaannya.
8)
Semua pihak yang telah mendukung selama ini, baik secara langsung dan
tidak langsung yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi saya sendiri
maupun bagi semua pihak, serta dapat memberikan informasi bagi perkembangan
ilmu pengetahuan di dunia kedokteran hewan.

Bogor, Agustus 2015
Gusti Habiby Surya Nata

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


TINJAUAN PUSTAKA

2

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3

Alat dan Bahan

3

Metode Penelitian

4


Prosedur Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

SIMPULAN DAN SARAN

9

Simpulan

9

Saran

9


DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

9
11

DAFTAR TABEL
1 Rataan onset (rasa nyeri, tonus otot, kesadaran, refleks, pupil mata, dan
onset sempurna) pada berbagai waktu pengamatan (menit ke-)
2 rataan durasi (rasa nyeri, tonus otot, kesadaran, refleks, pupil mata, dan
onset sempurna) pada berbagai waktu pengamatan (menit)

6
6

DAFTAR GAMBAR
1 Frekuensi respirasi per menit
2 Frekuensi denyut jantung per menit
3 Suhu tubuh


7
8
9

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anestesi berasal dari bahasa Yunani anaisthēsia yang artinya tidak ada rasa
sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi
umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan
kesadaran, sedangkan anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit secara
menyeluruh disertai hilangnya kesadaran. Anestesi umum terdiri dari tiga
komponen yaitu ketidaksadaran, hilangnya rasa nyeri, dan relaksasi otot (Pawson
dan Forsyth 2008). Anestesi umum diperlukan untuk pembedahan karena dapat
menyebabkan penderita mengalami analgesia, amnesia, dan tidak sadarkan diri
sedangkan otot-otot mengalami relaksasi dan penekanan refleks yang tidak
dikehendaki (Mycek 2001). Anestesi umum dapat berjalan baik dengan
mempertimbangan pemilihan anestesi yang ideal.
Anestesi yang ideal memiliki sifat mudah didapat, murah, tidak menimbulkan
efek samping terhadap organ vital (paru-paru, jantung), tidak mudah terbakar, stabil,
cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat
kembali, dan tanpa efek yang tidak diinginkan (Gan 1987). Sediaan yang banyak
digunakan sebagai agen sedatif dan analgesik adalah sediaan-sediaan yang
mememiliki efek mengaktivasi pusat α2-adrenoreseptor. Xylazin, medetomidin,
dan romifidin merupakan contoh sediaan agonis α2-adrenoreseptor yang sudah
umum digunakan pada kucing (Granholm et al. 2006).
Xylazin merupakan salah satu obat anestesia yang cukup baik, karena dengan
penggunaan dosis yang rendah dapat memberikan efek sedatif, anestesi, analgesia,
dan relaksasi otot. Xylazin memiliki beberapa kelemahan, yaitu efek analgesia yang
tidak dapat diukur, bradikardi, hipotensi, hipoventilasi, disrithmia, menghasilkan
efek seperti tertidur, khusus pada anjing dan kucing disertai muntah (Dart 1999).
Efek negatif xylazin yang telah diuraikan sebelumnya sangat merugikan dan
menyiksa hewan sehingga diperlukan alternatif obat lain atau kombinasi yang
sesuai. Salah satu sediaan yang dapat dikombinasikan dengan xylazin adalah
medetomidin yang menghasilkan efek sedasi, analgesia, dan relaksasi otot yang
terjadi akibat penghambatan refleks dalam susunan saraf pusat (SSP) (Boothe 2001).
Keunggulan medetomidin ialah memiliki antidota atipamezole yang dapat
mengembalikan kondisi fiologis normal dengan sangat cepat pasca penyuntikan
medetomidin (Hall 1996).

Perumusan Masalah
Xylazin dan medetomidin merupakan sediaan anestesi yang telah banyak
digunakan. Terdapat kekurangan yang dapat disebabkan oleh xylazin dan
medetomidin. Sehingga diperlukan cara untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak negatif yang dapat disebabkan xylazin dan medetomidin. Salah satunya
dengan mengevaluasi efek yang timbul dari kombinasi xylazin dan medetomidin.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek yang ditimbulkan dari kombinasi
xylazin dengan medetomidin. Kombinasi tersebut diharapkan dapat menjadi salah
satu pilihan alternatif obat anestesi yang efektif.

Manfaat Penelitian
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi baru
mengenai kombinasi xylazin dan medetomidin yang digunakan sebagai obat
anestesi, sehingga memberikan alternatif baru bagi petugas medis yang akan
menggunakan obat anestesi yang efektif.

TINJAUAN PUSTAKA
Kucing
Kucing merupakan hewan peliharaan yang populer di Indonesia, selain hewan
lainnya seperti anjing, burung, dan hewan eksotik (Purwantoro 2010). Kucing lokal
adalah satu dari sekian banyak hewan yang dijadikan hewan kesayangan untuk
pemenuhan kesenangan ataupun hobi. Selain karena mudah ditemukan di
lingkungan sekitar kita, kepemilikan kucing lokal yang banyak di Indonesia
dipengaruhi oleh perawatannya yang tidak telalu mahal dan jinak, daya adaptasi
serta kemampuan reproduksi dan mempertahankan diri yang baik dalam lingkungan
hidupnya (Noviana et al. 2009).

Anestesia
Anestesi adalah hilangnya seluruh rasa dari bagian tubuh (anestesi lokal) atau
seluruh tubuh (anestesi umum) sebagai akibat dari kerja obat yang mendepres
aktivitas sebagian atau seluruh sistem saraf (Cornick 1994). Anestesi pada hewan
umumnya digunakan untuk alasan menghilangkan rasa dan sensasi terhadap suatu
rangsangan yang merugikan (rasa sakit), melakukan pengendalian hewan (restraint),
membantu melakukan diagnosis atau proses pembedahan, keperluan penelitian
biomedis, mencegah kekejangan otot, dan untuk melakukan euthanasia (Adams
2001). Tahapan anestesi terdiri atas tahap sedasi, anestesi ringan, anestesi dalam,
dan tahap kematian (Coyle et al. 2004).

Xylazin
Xylazin termasuk golongan agonis α2-adrenoreseptor yang memiliki sifat
analgesik, sedatif, dan muscle relaxant (Kolahin dan Jarolmasjed 2012) dan

3
menyebabkan efek hipnotik pada hewan domestik (Egwu et al. 2011). Penggunaan
xylazin secara tunggal dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular mengakibatkan
penurunan signifikan denyut jantung, cardiac output, aliran aorta, peningkatan awal
tekanan darah dan resistensi perifer (Baumgartner et al. 2010). Selain itu xylazin
juga dapat menyebabkan penurunan signifikan sistem pernapasan (Li et al. 2012),
sehingga di butuhkan obat yang dapat di kombinasikan untuk mengurangi dampak
negatif xylazin.

Medetomidin
Medetomidin merupakan obat premedikasi (kilic et al. 2004). Termasuk
dalam golongan thiazin yang di klasifikasikan sebagai agonis α2-adrenoreseptor
yang merangsang reseptor α2-adrenoreseptor yang menyebabkan penurunan
tingkatan transmisi neuro norepnephrin dalam otak yang menghasilkan efek sedasi
dan analgesia, relaksasi otot terjadi karena penghambatan refleks dalam susunan
syaraf pusat (SSP) (Boothe 2001). Medetomidin banyak digunakan sebagai obat
penenang dengan efek yang ditimbulkan berupa analgesik, relaksasi otot, dan efek
anxiolytic (Rioja 2013). Kandungan atipammezole dalam medetomidin dapat
mengembalikan kondisi fiologis nomal dengan sangat cepat (Hall 1996).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2015.
Penelitian ini dilaksanakan di kandang Unit Pengelola Hewan Laboratorium,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan selama kegiatan penelitian ini antara lain
disposable syring 1 mL, disposable syiring 3 mL, stetoskop, termometer digital,
pinset syrurgis, penlight, kapas, kandang kucing, masker, sarung tangan, dan litter
box. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kucing jantan
sebanyak 24 ekor, xylazin, medetomidine (Medetin®, Dong Bang), obat cacing
(Combantrin®, Pfizer, CA), alkohol 70%, pakan kucing kering (Whiskas®), dan
disinfektan.

4
Tahap Persiapan
Kandang
Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe kandang individu.
Proses persiapan kandang dilakukan dengan membersihkan kandang terlebih
dahulu dan melakukan desinfeksi satu minggu sebelum kegiatan penelitian
dilakukan.
Kucing
Kucing yang digunakan dalam penelitian ini adalah kucing jantan yang telah
dewasa kelamin, berumur sekitar 2 sampai dengan 3 tahun, dengan bobot badan
berkisar 3.5 sampai dengan 5 kg. Kucing yang telah disiapkan diperiksa kondisi
kesehatannya (kucing yang digunakan dalam penelitian adalah kucing yang sehat),
selanjutnya dilakukan aklimatisasi selama dua minggu, sehingga kucing dapat
menyesuaikan dengan lingkungan kandang. Pada tahap aklimatisasi kucing
diberikan obat cacing, sehingga terbebas dari cacing selama digunakan untuk
penelitian.
Pakan dan Minum
Pakan kucing yang digunakan dalam penelitian ini ialah pakan dengan standar
gizi yang baik (whiskas®). Komposisi nutrisi pakan terdiri atas protein kasar (min.
31.5%), lemak kasar (min 9.5%, max 11.5%), serat kasar (max 6%), kelembapan
(max 12%), asam linoleat (min 1.4%), magnesium (min. 0.1%), zinc (min. 150
mg/kg), vitamin A (min. 11,000 IU/kg), vitamin E (min. 150 IU/kg), dan taurin
(min 0.1%). Pemberian minum diberikan secara ad libitum dengan penggantian
sehari dua kali pada pagi dan sore hari dengan menggunakan air mineral (Aqua®,
Danone).

Tahap Perlakuan
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
atas empat perlakuan dengan enam ulangan. Perlakuan tersebut ialah kelompok
kucing yang tidak diberi sediaan anestesi (kontrol), kelompok kucing yang disuntik
sediaan anestesi xylazin 0.1 mg/kg BB secara IM (perlakuan I), kelompok kucing
yang disuntik sediaan anestesi medetomidin 0.05 mg/kg BB secara IM (perlakuan
II), dan kelompok kucing yang disuntik sediaan anestesi xylazin 0.1 mg/kg BB
secara IM dan sesaat setelahnya disuntik dengan medetomidin 0.05 mg/kg BB
secara IM (perlakuan III).
Pemberian Sediaan Anestetikum
Sediaan anestesi diaplikasikan melalui rute intramuskular (IM). Kelompok
kontrol tidak diberikan sediaan anestesi, sedangkan untuk kelompok perlakuan,
kucing percobaan dipuasakan selama 12 jam sebelum diberi perlakuan.

5
Pengambilan Data
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan terhadap rasa nyeri, tonus otot,
kesadaran, refleks pedal, refleks pupil, frekuensi napas, frekuensi jantung, dan suhu
tubuh. Pengamatan terhadap rasa nyeri, tonus otot, kesadaran, refleks pedal, dan
refleks pupil dilakukan untuk mengetahui onset dan durasi sediaan anestesi.
Pengamatan dilakukan setiap tiga menit mulai sebelum obat disuntikkan hingga
kucing sadar kembali (recovery). Pengamatan frekuensi respirasi, frekuensi jantung,
dan suhu tubuh dilakukan sepuluh menit sekali mulai sebelum obat disuntikkan
hingga kucing sadar kembali (recovery).
Pengamatan rasa nyeri dilakukan dengan mencubit telinga kucing dengan
pinset syrurgis, pengamatan tonus otot dengan mengamati kemampuan kucing
dalam menopang tubuhnya, pengamatan kesadaran dengan melihat efek sedatif dan
hilangnya kesadaran pada kucing percobaan, pengamatan refleks pedal dengan
mencubit ujung jari kucing percobaan dengan pinset syrurgis, dan pengamatan
refleks pupil dengan melihat refleks pupil terhadap rangsangan cahaya.
Frekuensi respirasi diukur secara visual dengan melihat gerakan inspirasi dan
ekspirasi di bagian abdominal selama satu menit. Pengukuran frekuensi jantung
dilakukan secara auskultasi menggunakan stetoskop yang diletakkan pada apeks
jantung di rongga dada sebelah kiri atau merasakan pulsus arteri pada arteri
femoralis. Suhu rektal diamati dengan memasukkan ujung termometer pada bagian
rektal kucing hingga termometer berbunyi.
Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati terdiri atas onset (rasa nyeri, tonus otot, kesadaran,
refleks pedal, dan refleks pupil), durasi (rasa nyeri, tonus otot, kesadaran, refleks
pedal, dan refleks pupil), dan kondisi fisiologis hewan (frekuensi napas, frekuensi
denyut jantung, dan suhu rektal).

Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan program
Microsoft Excel 2013 dan IBM SPSS Statistics 19 dengan analisa sidik ragam
(Analyse of Variant atau ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada selang
kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa onset kucing yang disuntik xylazin dan
medetomidin lebih cepat dibanding kelompok perlakuan lainnya. Secara berurutan,
onset dari yang cepat ke yang lama ialah, kelompok kucing yang diberi sediaan
xylazin dan medetomidin, kelompok kucing yang diberi sediaan xylazin, kelompok
kucing yang diberi sediaan medetomidin dan kelompok kucing kontrol tanpa
pemberian sediaan anestesi. Rataan onset pada berbagai waktu pengamatan
disajikan pada Tabel 1.

6

Tabel 1 Rataan onset (rasa nyeri, tonus otot, kesadaran, refleks, pupil mata, dan
onset sempurna) pada berbagai waktu pengamatan (menit ke-)
Kontrol

Xylazin

Medetomidin

Xylazin +
P
Medetomidin
Rasa Nyeri
90,00 ± 0,00a
61,50 ± 40,594a
90,00 ± 0,00a
141,50 ± 36,369b 0,000
c
b
b
Tonus Otot
90,00 ± 0,00
11,00 ± 3,633
12,00 ± 6,293
5,00 ± 1,549a
0,001
c
b
b
Kesadaran
90,00 ± 0,00
11,00 ± 3,633
13,50 ± 7,994
5,00 ± 1,549a
0,000
Refleks Pedal
90,00 ± 0,00d
14,50 ± 8,361b
21,50 ± 6,124c
5,50 ± 1,225a
0,000
Refleks Pupil
90,00 ± 0,00a
90,50 ± 17,536a
90,00 ± 0,00a
141,50 ± 36,369b 0,001
Onset Semua
90,00 ± 0,00d
14,50 ± 8,361b
21,50 ± 6,124c
5,50 ± 1,225a
0,000
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P˂0,05

Data yang di sajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok kucing
yang disuntik xylazin mendapatkan onset sempurna pada menit 14.50 ± 8.361. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Booth (1995) daya kerja xylazin jika diaplikasikan
secara intramuscular (IM) memberikan efek sedasi 10-15 menit setelah penyuntikan.
Pada kelompok kucing yang disuntik medetomidin mendapatkan onset sempurna
pada menit 21.50±6.124 sedangkan kelompok kucing yang disuntik kombinasi
xylazin dan medetomidin menunjukkan onset sempurna yang lebih baik dengan
kisaran waktu 5.50±1.225 menit. Selain pengamatan onset, penelitian ini juga
menghitung durasi anestesi. Penghitungan rataan durasi anestesi pada berbagai
waktu pengamatan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan durasi (rasa nyeri, tonus otot, kesadaran,refleks, pupil mata, dan
onset sempurna) pada berbagai waktu pengamatan (menit)
Kontrol

Xylazin

Medetomidin

Xylazin +
P
Medetomidin
Rasa Nyeri
0,00 ± 0,00a
5,50 ± 10,80a
0,00 ± 0,00a
0,00 ± 0,00a
0,004
a
b
b
Tonus Otot
0,00 ± 0,00
78,00 ± 17,79
63,00 ± 12,29
136,50 ± 37,45c 0,003
Kesadaran
0,00 ± 0,00a
78,00 ± 17,79b
60,00 ± 14,32b 136,50 ± 37,45c 0,004
Refleks Pedal
0,00 ± 0,00a
65,00 ± 32,95b
43,00 ± 16,82b
97,50 ± 35,43c
0,044
Refleks Pupil
0,00 ± 0,00a
0,00 ± 0,00a
0,00 ± 0,00a
0,00 ± 0,00a
0,000
Durasi
90,00 ± 0,00b
74,50 ± 20,82ab 54,50 ± 17,12a
136,00 ±
0,010
37,406c
Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada P