Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Penebangan dan Penyaradan di IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah.

ANALISIS RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS
(MSDs) PADA PEKERJA PENEBANGAN DAN PENYARADAN
DI IUPHHK-HA PT SARI BUMI KUSUMA
KALIMANTAN TENGAH

DITA AMARI MEYSISKA SARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Penebangan dan Penyaradan di
IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah adalah benar tulisan
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari tulisan yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Dita Amari
Meysiska
Sari
NIM
E14110110

ABSTRAK
DITA AMARI MEYSISKA SARI. Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDs) pada Pekerja Penebangan dan Penyaradan di IUPHHK-HA PT Sari Bumi
Kusuma Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.
Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah gangguan pada sistem
muskuloskeletal yang disebabkan atau diperburuk oleh berbagai sumber bahaya
atau faktor resiko di tempat kerja. Objek dari penelitian ini adalah pekerja
penebangan dan penyaradan di IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan
Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body

Assessment (REBA) dan kuisioner keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat risiko MSDs yang dirasakan pekerja
penebangan paling tinggi, yaitu ketika pembuatan takik rebah, pembuatan takik
balas dan pemotongan; sedangkan tingkat risiko MSDs yang dirasakan pekerja
penyaradan paling tinggi, yaitu ketika pemasangan dan pelepasan choker. Hal ini
disebabkan oleh postur janggal, kebisingan, durasi, frekuensi dan adanya
pengulangan saat kerja. Bagian tubuh yang paling sering dikeluhkan oleh pekerja
penebangan dan penyaradan adalah bagian pinggang. Hasil penelitian
menyarankan agar dilakukan subsitusi chainsaw dengan bobot yang lebih ringan
dan pengecekan kesehatan pekerja untuk mengurangi MSDs.
.
Kata kunci: MSDs, penebangan, penyaradan, REBA, postur janggal

ABSTRACT
DITA AMARI MEYSISKA SARI. Risk Analysis of Musculoskeletal Disorders
(MSDs) on felling and skidding Workers in IUPHHKHA PT Sari Bumi Kusuma
Central Kalimantan. Supervised by EFI YULIATI YOVI.
Musculoskeletal disorders (MSDs) are disorders of the musculoskeletal
system caused or aggravated by various sources of hazard or risk factors at the
workplace. The objects of this research are felling and skidding workers in

IUPHHKHA PT Sari Bumi Kusuma Central Kalimantan. This research is done by
using Rapid Entire Body Assessment (REBA) and questionnaire of MSDs
complaints felt by workers. The result shows that the risk of MSDs felt by felling
workers mostly happens in the process of making the notch and cutting while the
risk of MSDs felt by skidding workers is likely to happen in the process of
installing and un−installing the choker. This is caused by wrong posture, noises,
durations, frequency, and the work repetition. The part of body which is likely to
get complained about by the felling and skidding workers is the waist. Results of
this research show that it’s better to substitute the kind of chainsaw which has
been used by the workers with lighter chainsaw and to do health checks on
workers in order to reduce MSDs.
Keywords: MSDs, felling, skidding, REBA, wrong postures

ANALISIS RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS
(MSDs) PADA PEKERJA PENEBANGAN DAN PENYARADAN
DI IUPHHK-HA PT SARI BUMI KUSUMA
KALIMANTAN TENGAH

DITA AMARI MEYSISKA SARI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja
Penebangan dan Penyaradan di IUPHHK-HA PT Sari Bumi
Kusuma Kalimantan Tengah
Nama
: Dita Amari Meysiska Sari
NIM
: E14110110


Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini adalah Rapid Entire Body Assessment (REBA), dengan judul Analisis Risiko
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Penebangan dan Penyaradan di
IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Efi Yuliati Yovi, SHut MLife
Env sebagai dosen pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada pihak perusahaan dan teman-teman yang telah membantu selama
pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada orang tua serta seluruh keluarga, Saeful Nur Hayat, Tia Indah, Emiliasari,
chws dan teman-teman Manajemen Hutan 48 atas segala doa dan semangatnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan
informasi terkait MSDs khususnya pada pekerja penebangan dan penyaradan.

Bogor, Agustus 2015
Dita Amari Meysiska Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian


2

METODE

2

Pengumpulan Data

2

Bahan

3

Alat

3

Prosedur Analisis Data


3

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

Karakteristik Responden

6

Proses Penebangan

8

Aksi Ergonomi pada Proses Penebangan


17

Proses Penyaradan

18

Aksi Ergonomi pada Proses Penyaradan

23

Keluhan Subjektif yang Dirasakan Pekerja

24

Faktor yang Mempengaruhi Risiko MSDS

24

SIMPULAN DAN SARAN


25

Simpulan

25

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1 Perubahan skor pada grup A dan grup B

4

2 Grup A dan beban

4

3 Grup B dan coupling

5

4 Tabel C dan skor aktivitas

5

5 REBA action levels

6

6 Karakteristik responden

7

7 Skor A, skor B dan skor C pada kegiatan penebangan

9

8 Skor REBA dan tindakan perbaikan pada kegiatan penebangan

9

9 Skor A dan beban pada kegiatan persiapan alat

10

10 Skor B dan coupling pada kegiatan persiapan alat

10

11 Skor A dan beban pada kegiatan berjalan ke petak tebang

11

12 Skor B dan coupling pada kegiatan berjalan ke petak tebang

12

13 Skor A dan beban pada kegiatan pembuatan takik rebah

13

14 Skor B dan coupling pada kegiatan pembuatan takik rebah

13

15 Skor A dan beban pada kegiatan pembuatan takik balas

15

16 Skor B dan coupling pada kegiatan pembuatan takik balas

15

17 Skor A dan beban pada kegiatan pemotongan

16

18 Skor B dan coupling pada kegiatan pemotongan

16

19 Skor A, skor B dan skor C pada kegiatan penyaradan

18

20 Skor REBA dan tindakan perbaikan pada kegiatan penyaradan

19

21 Skor A dan beban pada kegiatan pemasangan choker

19

22 Skor B dan coupling pada kegiatan pemasangan choker

20

23 Skor A dan beban pada kegiatan pergerakan operator

21

24 Skor B dan coupling pada kegiatan pergerakan operator

21

25 Skor A dan beban pada kegiatan pelepasan choker

22

26 Skor B dan coupling pada kegiatan pelepasan choker

22

DAFTAR GAMBAR
1 (a) Pergerakan pada punggung (b) Pergerakan pada leher (c)
Pergerakan pada kaki (d) Pergerakan pada lengan atas (e) Pergerakan
pada lengan bawah (f) Pergerakan pada pergelangan tangan

3

2 (a) Postur tubuh persiapan alat (b) Perspektif postur tubuh

10

3 (a) Postur tubuh berjalan ke petak tebang (b) Perspektif postur tubuh

11

4 (a) Postur tubuh pembuatan takik rebah (b) Perspektif postur tubuh

13

5 (a) Postur tubuh pembuatan takik balas (b) Perspektif postur tubuh

14

6 (a) Postur tubuh pemotongan (b) Perspektif postur tubuh

16

7 (a) Postur tubuh pemasangan choker (b) Perspektif postur tubuh

19

8 (a) Postur tubuh pergerakan operator (b) Perspektif postur tubuh

20

9 (a) Postur tubuh pelepasan choker (b) Perspektif postur tubuh

22

10 Bagian tubuh yang dikeluhkan pekerja penebangan dan penyaradan

24

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bidang kehutanan merupakan salah satu sektor industri yang kegiatannya
memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dikarenakan kondisi
topografi hutan yang berat, sehingga terbatasnya akses masuk ke dalam hutan.
Volume kayu yang besar dan penggunaan alat berat juga mempengaruhi tingginya
risiko kecelakaan kerja.
Kegiatan pemanenan hutan memiliki risiko kecelakaan kerja yang sangat
tinggi dibandingkan dengan kegiatan kehutanan lainnya. Menurut Yuniawati
(2005) kegiatan pemanenan hutan merupakan salah satu hubungan kerja antara
manusia, peralatan dan lingkungan kerja. Ketidakseimbangan hubungan antara
ketiga hal tersebut dapat menimbulkan kecelakaan kerja seperti kematian, cacat
atau penyakit, kerusakan harta, penurunan produktivitas, turunnya citra
perusahaan dan kerusakan lingkungan.
Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam kegiatan
pemanenan hutan merupakan hak untuk pekerja. Kurangnya perhatian terhadap
perlindungan K3 disebabkan oleh kurangnya motivasi untuk melakukan pekerjaan
dengan cara yang benar (Yovi 2009). Prinsip K3 yang diterapkan oleh perusahaan
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pekerja, sehingga produktivitas
kerja meningkat. Hal ini membuat pekerja penebangan lebih fokus untuk
mendapatkan kuantitas yang tinggi daripada bekerja dengan aman dan sehat.
Sebagai akibatnya pekerja terperangkap pada kondisi kerja yang membahayakan,
sehingga berdampak negatif pada kesehatan pekerja (Yovi dan Prajawati 2015).
Salah satu penyakit K3 yang berhubungan dengan pekerjaannya adalah
musculoskeletal disorders (MSDs). MSDs dirasakan oleh pekerja yang melakukan
gerakan yang sama dan berulang. MSDs adalah gangguan pada sistem
muskuloskeletal yang disebabkan atau diperburuk oleh berbagai sumber bahaya
atau faktor resiko di tempat kerja. Sistem MSDs meliputi otot, saraf, tendon,
pembuluh darah, sendi dan ligamen (OHSCO 2006). Tarwaka et al. (2004)
menyatakan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka
meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot
bagian bawah.
Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Hutan Alam (IUPHHK-HA)
PT Sari Bumi Kusuma (SBK) merupakan salah satu perusahaan pemegang hak
mengelola hutan alam di Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimanatan Tengah.
Penelitian ini ditujukan kepada pekerja dengan menggunakan metode rapid entire
body assessment (REBA) untuk mengukur tingkat risiko MSDs. REBA
merupakan metode yang cepat dalam melakukan penilaian terhadap seluruh
bagian tubuh dan dapat digunakan untuk semua desain aktivitas. REBA
dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney yang merupakan
ergonom dari universitas di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of
Occuptaional Ergonomic). REBA bertujuan untuk memberikan penilaian atas
risiko postur tubuh yang dapat menimbulkan MSDs (Hignett dan Mc Atamney
2000).

2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah
berapa besar tingkat risiko MSDs pada pekerja penebangan dan penyaradan
dengan menggunakan metode REBA serta bagaimana keluhan subjektif dari
pekerja terkait MSDs.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat risiko
MSDs pada pekerja penebangan dan penyaradan dan mengidentifikasi besar
keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak
terkait tingkat risiko MSDs pada pekerja penebangan dan penyaradan. Untuk
perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan guna
meningkatkan upaya perlindungan K3 khususnya untuk meminimalkan tingkat
risiko MSDs.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah pekerja penebangan dan penyaradan di
IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma. Unsur kerja yang diamati pada kegiatan
penebangan adalah persiapan alat, berjalan ke petak tebang, pembuatan takik
rebah, pembuatan takik balas dan pemotongan. Unsur kerja yang diamati pada
kegiatan penyaradan adalah pemasangan choker, pergerakan operator dan
pelepasan choker.

METODE
Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan pada bulan Apri 2015. Objek penelitian ini
adalah pekerja penebangan dan penyaradan di IUPHHK-HA PT Sari Bumi
Kusuma Kalimantan Tengah. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data
primer. Data sekunder berupa data spesifikasi alat sedangkan data primer
diperoleh dari dua metode yaitu:
1. Metode Kuisioner
Metode ini merupakan cara pengambilan data dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terkait keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja
sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana yang paling sering dikeluhkan
oleh pekerja.

3
2. Metode Observasi
Metode ini merupakan cara pengambilan data dengan menggunakan
kamera sehingga dapat diketahui gambaran postur kerja ketika melakukan
kegiatan penebangan dan penyaradan.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
pengamatan langsung dan kuisioner. Selain itu, data spesifikasi alat yang
diberikan oleh pihak perusahaan.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat tulis, lembar
penilaian REBA, kuisioner, laptop dan higrometer.
Prosedur Analisis Data
Pengolahan data kuisioner dilakukan dengan menggunakan aplikasi
microsoft excel 2007 untuk melihat distribusi keluhan MSDs yang dirasakan
pekerja dan pengolahan data observasi dilakukan dengan penilaian postur tubuh
menggunakan metode REBA. Metode REBA membagi tubuh menjadi dua bagian
yaitu Grup A (punggung, leher dan kaki) dan Grup B (lengan atas, lengan bawah
dan pergelangan tangan) . Pergerakan setiap bagian tubuh pada Grup A dan Grup
B dapat dilihat pada Gambar 1.

(a)

(d)

Sumber: Hignett and Mc Atamney (2000)

(b)

(e)

(c)

(f)

Gambar 1 (a) Pergerakan pada punggung (b) Pergerakan pada leher (c)
Pergerakan pada kaki (d) Pergerakan pada lengan atas (e) Pergerakan
pada lengan bawah (f) Pergerakan pada pergelangan tangan

4
Setiap bagian tubuh pada Grup A dan Grup B dihitung besar sudutnya untuk
mengetahui skor REBA. Perhitungan skor A dapat dilihat pada Tabel 2 dan
perhitungan skor B dapat dilihat pada Tabel 3. Setelah diperoleh skor A dan skor
B, maka dapat diketahui skor C dan skor aktivitas yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan besar skor REBA yang diperoleh akan diketahui level tindakan
REBA yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 1 Perubahan skor pada Grup A dan Grup B
Grup

Bagian Tubuh

Skor

A

Punggung

+1

Leher

+1

Kaki (tidak
tertopang)

+1

Apabila lutut membentuk sudut 30–600

+2

Lengan atas

+1

Apabila lutut membentuk sudut > 600
Apabila lengan atas menjauh dari garis
tengah tubuh atau diputar
Apabila bahu mengangkat
Apabila kecondongan, menopang berat
dari lengan atau jika posisi lengan
didukung gravitasi
Apabila pergelangan tangan menyilang
atau memutar

B

+1
-1
Lengan bawah

-

Pergelangan tangan

+1

Sumber: Hignett dan Mc Atamney (2000)

Ketentuan
Apabila
punggung
memutar
atau
menekuk ke samping
Apabila leher memutar atau menekuk ke
samping

Tabel 2 Grup A dan beban
Tabel A

Punggung
1
2
3
4
5

0
< 5 Kg

Kaki

1

2

1
2
2
3
4

2
3
4
5
6

1

3

4

1

Leher
2
2
3

3
4
5
6
7

4
5
6
7
8

1
3
4
5
6

2
4
5
6
7

1
5–10 Kg

Sumber: Hignett dan Mc Atamney (2000)

Beban
2
> 10 Kg

3
5
6
7
8

4

1

3
2

3 4

4
6
7
8
9

3
4
5
6
7

3
5
6
7
8

5
6
7
8
9

6
7
8
9
9

+1
Penambahan beban secara tibatiba atau secara tepat

5
Tabel 3 Grup B dan coupling
Tabel B

Lengan Bawah
1
1

2

3

1

2

3

1

2

2

1

2

3

2

1

2

3

2

3

4

3

3

4

5

4

5

5

4

4

5

5

5

6

7

5

6

7

8

7

8

8

6

7

8

8

8

9

9

Lengan
Atas
1

Pergelangan
tangan

2

Coupling
0 (Good)

1 (Fair)

2 (Poor)

3 (Unacceptable)

Pegangan pas
dan pas tepat
ditengah,
genggaman
kuat

Pegangan tangan
bisa diterima tetapi
tidak ideal lebih
sesuai digunakan
oleh bagian tubuh
lain

Pegangan tangan
tidak bisa diterima
walaupun
memungkinkan

Dipaksakan, genggaman
tidak aman, tidak sesuai
digunakan oleh bagian
tubuh lain

Sumber: Hignett dan Mc Atamney (2000)

Tabel 4 Tabel C dan skor aktivitas
Tabel C
1
2
3
4
5
6
A 7
8
9
10
11
12
S
c
o
r
e

Score B
1
2
1
1
1
2
2
3
3
4
4
4
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12

3
1
2
3
4
4
6
7
8
9
10
11
12

4
2
3
3
4
5
7
8
9
10
11
11
12

5
3
4
4
5
6
8
9
10
10
11
12
12

6
3
4
5
6
7
8
9
10
10
11
12
12

7
4
5
6
7
8
9
9
10
11
11
12
12

8
5
6
7
8
8
9
10
10
11
12
12
12

9
6
6
7
8
9
10
10
10
11
12
12
12

10
7
7
8
9
9
10
11
11
12
12
12
12

11
7
7
8
9
9
10
11
11
12
12
12
12

12
7
8
8
9
9
10
11
11
12
12
12
12

6
Lanjutan Tabel 4
Activity Score
+ 1 = jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit
+ 1 = jika pengulangan gerakan dalam rentang waktu singkat, diulang lebih dari 4
kali/menit (tidak termasuk berjalan)
+ 1 = jika gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang cepat dari
posisi awal

Sumber: Hignett dan Mc Atamney (2000)

Tabel 5 REBA action levels
Action level
0
1
2
3
4

Skor REBA
1
2–3
4–7
8–10
11–15

Sumber: Hignett dan Mc Atamney (2000)

Level risiko
Bisa diabaikan
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Tindakan perbaikan
Tidak perlu
Mungkin perlu
Perlu
Perlu segera
Perlu saat ini juga

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Areal IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma (SBK) terletak antara 111 54’
BT - 112 26’ BT dan 00 38’ LS - 01 07’ LS. Berdasarkan Peta Tata Guna Hutan
Kesepakatan (TGHK) Provinsi Kalimantan Tengah, areal IUPHHK– HA PT SBK
memiliki luas 147600 Ha terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) dengan luas
135180 ha dan Hutan Produksi Konversi (HPK) dengan luas 12420 Ha. Hasil
Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada tahun 2008–2009
menyatakan bahwa potensi tegakan pada areal IUPHHK-HA PT SBK
didominasi oleh pohon dengan jenis Dipterocarpaceae. Areal IUPHHK-HA PT
SBK termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Katingan (Kec. Katingan Hulu dan
Bukit Raya) dan Kabupaten Seruyan (Kec. Seruyan Hulu). Areal IUPHHK-HA
PT SBK Kabupaten Seruyan memiliki 16 orang pekerja penebangan dan 14 orang
pekerja penyaradan. Chainsaw yang digunakan adalah chainsaw stihl MS 070.
Alat berat yang digunakan untuk penyaradan adalah skidder tipe 527 Cat dan
bulldozer tipe D7G Cat. Skidder terdiri atas 5 unit dan bulldozer terdiri atas 2 unit.
Rata-rata pekerja menebang pohon sebanyak 8–30 pohon/hari dan rata-rata
pekerja menyarad batang adalah 8–15 batang/hari.
Karakteristik Responden
Jumlah total responden yang diteliti adalah 30 orang. Responden yang
diteliti merupakan seluruh pekerja penebangan dan penyaradan yang ada di
IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah. Responden pada
umumnya bekerja selama 8 jam/hari. Waktu istirahat pekerja adalah pada jam

7
11.00–12.30 WIB sedangkan waktu libur pekerja adalah pada libur nasional dan
kejadian tidak terduga.
Responden yang diteliti berusia 23–38 tahun. Seseorang yang usianya
semakin bertambah akan mengalami degenerasi pada tulang sehingga tubuh
merasa cepat lelah. Briger (2003) menyatakan bahwa pada usia 30 tahun
seseorang akan mengalami degenerasi tulang berupa kerusakan jaringan,
penggantian jaringan menjadi jaringan parut serta pengurangan cairan sehingga
menyebabkan berkurangnya stabilitas pada tulang dan otot. Apabila dilihat dari
masa kerja, pekerja lama telah bekerja selama 16 tahun sedangkan pekerja baru
hanya bekerja selama tiga bulan. Berdasarkan hasil wawancara, baik pekerja lama
maupun pekerja baru sama-sama merasakan pegal-pegal sebagai risiko akibat
kerja. Responden yang diteliti sebagian besar adalah perokok. Tidak jarang
pekerja merokok ketika pekerja melakukan pekerjaannya. Berdasarkan hasil
wawancara, pekerja perokok maupun tidak perokok juga merasakan keluhan pegal
dan nyeri. Croasmun (2003) menyatakan bahwa apabila pekerja dituntut
melakukan tugas yang memerlukan banyak tenaga, maka pekerja perokok akan
mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah. Hal ini juga dapat
mengakibatkan efek sakit atau nyeri pada pekerja. Karakteristik dari responden
berdasarkan jenis pekerjaan, usia, masa kerja dan kebiasaan merokok tertera pada
Tabel 6.
Tabel 6 Karakteristik responden
Karakteristik
Jenis Pekerjaan
Usia
Masa Kerja
Kebiasaan merokok

Penebangan
Penyaradan
≤30 tahun
>30 tahun
≤5 tahun
>5 tahun
Perokok
Bukan perokok

Jumlah (orang)
16
14
14
16
15
15
20
10

Persentase (%)
53.33
46.67
46.67
53.33
50.00
50.00
66.67
33.33

Salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan pekerja selama bekerja
adalah faktor fisik lingkungan kerja. Faktor tersebut meliputi intensitas cahaya,
suhu udara, kelembaban udara, getaran, suara dan lain-lain. Penelitian ini hanya
mengukur suhu udara dan kelembaban udara. Berdasarkan pengukuran, suhu
udara rata-rata sebesar 28–
C dan kelembaban udara rata-rata sebesar 85–95%.
Apabila pekerja melakukan aktivitas pada suhu dan kelembaban udara yang
terlalu tinggi maka akan mengakibatkan pekerja kehilangan konsentrasi. Pekerja
yang terpapar panas akan cepat merasa lelah. Hal ini dikarenakan lingkungan
kerja yang panas merupakan beban tambahan bagi pekerja. Respon-respon
fisiologis akan nampak jelas pada pekerja seperti peningkatan tekanan darah dan
denyut nadi. Paparan panas yang terus dibiarkan akan menyebabkan stres pada
pekerja (Jamaludin 2012). Tingkat kenyamanan pekerja tergantung pada kondisi
lingkungan kerja. Tingkat kenyamanan yang dirasakan pekerja dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas pekerja.

8
Proses Penebangan
Pekerja penebangan di IUPHHK-HA PT SBK terdiri atas operator chainsaw
dan pembantu operatornya. Pembantu operator melakukan kegiatan persiapan alat,
berjalan ke petak tebang dan kadang-kadang juga melakukan kegiatan
pemotongan di petak tebang sedangkan operator chainsaw melakukan kegiatan
pembuatan takik rebah, pembuatan takik balas dan pemotongan di petak tebang.
Kegiatan penebangan yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat
Kegiatan ini dilakukan oleh pembantu operator. Pembantu operator
memasangkan bilah chainsaw dan mengisi bahan bakar chainsaw.
2. Berjalan ke petak tebang
Kegiatan ini dilakukan oleh pembantu operator. Pembantu operator
mengangkat chainsaw dengan berat 10.7 kg.
3. Pembuatan takik rebah
Kegiatan ini dilakukan oleh operator chainsaw.
4. Pembuatan takik balas
Kegiatan ini dilakukan oleh operator chainsaw.
5. Pemotongan
Kegiatan pemotongan dapat dikerjakan oleh operator chainsaw maupun
pembantu operator. Kegiatan ini dilakukan pada bagian bontos dan tajuk pohon
dengan tujuan perapihan. Apabila kegiatan pemotongan tidak dapat dilakukan
di petak tebang dengan alasan kondisi lapangan, maka kegiatan pemotongan ini
dilakukan di TPn.
Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw dengan tipe stihl MS 070
yang memiliki bobot 10.7 kg. Pekerja penebangan melakukan pekerjaan berulang
untuk setiap unsur kerjanya. Pekerja penebangan menerima beban pekerjaan
seperti beban chainsaw, getaran dan kebisingan. Yovi dan Suryaningsih (2011)
menyatakan bahwa besar intensitas suara yang diakibatkan oleh chainsaw sebesar
80.18 dB–101.93 dB. Chainsaw dihidupkan namun tidak digunakan memiliki
intensitas suara sebesar 80.18 dB. Chainsaw dihidupkan dan digunakan dengan
kecepatan rendah memiliki intensitas suara sebesar 93.78 dB. Chainsaw
dihidupkan dan digunakan dengan kecepatan tinggi memiliki intensitas suara
sebesar 101.93 dB. Intensitas suara yang dihasilkan chainsaw saat dihidupkan dan
digunakan dapat dikategorikan sebagai kebisingan dalam aspek kesehatan pekerja.
Operator chainsaw rata-rata menebang pohon sebanyak 8-30 pohon/hari dengan
diameter 40cm up. Lamanya proses penebangan tergantung pada diameter pohon,
jenis kayu, kondisi fisik pohon dan keahlian operator. Pekerja penebangan di PT
SBK hanya menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sarung tangan, sepatu
dan helm. APD lainnya seperti earplug, masker dan kacamata tidak digunakan
oleh pekerja dengan alasan ketidaknyamanan. Setiap unsur kerja dalam kegiatan
penebangan memiliki postur janggal. Postur janggal tersebut dihitung besar
sudutnya, sehingga diperoleh skor REBA dan tindakan perbaikan yang perlu
dilakukan. Hasil perhitungan skor tertera pada Tabel 7 dan Tabel 8.

9
Tabel 7 Skor A, skor B dan skor C pada kegiatan penebangan
Unsur Kerja

Postur Kerja

Persiapan alat

Skor
A
6

Skor B
Skor C
Kanan Kiri Kanan Kiri
2
2
6
6

Berjalan ke petak tebang

3

5

5

4

4

Pembuatan takik rebah

8

4

4

9

9

Pembuatan takik balas

7

4

4

8

8

7

1

2

7

7

Pemotongan

Tabel 8 Skor REBA dan tindakan perbaikan pada kegiatan penebangan
Unsur Kerja
Persiapan alat
Berjalan ke petak
tebang
Pembuatan takik rebah
Pembuatan takik balas
Pemotongan

Skor REBA

Level
Risiko

Tindakan
Perbaikan

Kanan
7

Kiri
7

Sedang

Perlu

5

5

Sedang

Perlu

10
9
8

10
9
8

Tinggi
Tinggi
Tinggi

Perlu segera
Perlu segera
Perlu segera

10
Penilaian pada Kegiatan Persiapan Alat

(a)
(b)
Gambar 2 (a) Postur tubuh persiapan alat (b) Perspektif postur tubuh
Kegiatan persiapan alat dilakukan dengan posisi jongkok seperti pada
Gambar 2 (a). Waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh pembantu operator untuk
menyelesaikan kegiatan ini adalah 5 menit.
Tabel 9 Skor A dan beban pada kegiatan persiapan alat
Grup
A

Bagian
tubuh
Punggung

Hasil ukur

Skor

Flexion 180

2

Penambahan
skor
-

0

2

-

2

2

2

4

-

-

0

Leher

Flexion 33

Kaki

Kaki tidak tertopang
(660)
0 kg

Beban

Skor A (Tabel A + beban)

Total
2

6

Posisi punggung pekerja sedikit membungkuk dan posisi leher menunduk,
namun kedua posisi tersebut tidak mengalami perputaran dan menekuk ke
samping sehingga tidak mendapatkan penambahan skor. Posisi kaki dengan
keadaan jongkok dengan salah satu kaki tidak tertopang membentuk sudut 660
sehingga mendapatkan penambahan skor 2. Berat chainsaw diabaikan karena pada
kegiatan ini chainsaw tidak menjadi beban bagi pekerja.
Tabel 10 Skor B dan coupling pada kegiatan persiapan alat
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 420

Skor
2

Penambahan skor
-

Total
2

Lengan bawah

Flexion 260

2

-

2

Pergelangan tangan

Flexion 00

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

11
Lanjutan Tabel 10
Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 330

Skor
2

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 390

2

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 0
Good

0

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

2
Total
2
2
1
0
2

Lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami perputaran atau berada
dalam kondisi janggal sehingga tidak mengalami perubahan skor. Pergelangan
tangan juga tidak menyilang atau memutar sehingga tidak mendapatkan skor
tambahan. Berdasarkan penilaian REBA, skor REBA yang diperoleh sebesar 7
untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor REBA ini tergolong level risiko sedang
sehingga tindakan perbaikan perlu dilakukan.
Penilaian pada Kegiatan Berjalan ke Petak Tebang

(a)
(b)
Gambar 3 (a) Postur tubuh berjalan ke petak tebang (b) Perspektif postur tubuh
Kegiatan berjalan ke petak tebang dilakukan dengan posisi berdiri dengan
kaki tertopang seperti pada Gambar 3 (a). Pembantu operator mendapatkan beban
chainsaw sebesar 10,7 kg. Jarak setiap pohon di petak tebang beda-beda sehingga
beban yang diterima pembantu operator tidak tentu.
Tabel 11 Skor A dan beban pada kegiatan berjalan ke petak tebang
Grup
A

Bagian
tubuh
Punggung

Hasil ukur

Skor

00
0

Leher

Flexion 38

Kaki

Kaki tertopang
(kondisi jalan)
>10 kg

Beban

1

Penambahan
skor
-

Total

2

-

2

1

-

1

2

-

2

1

12
Lanjutan Tabel 11
Skor A (Tabel A + beban)

3

Posisi punggung tidak membungkuk dan leher menunduk, namun kedua
posisi tersebut tidak memutar atau menekuk sehingga tidak mendapatkan skor
tambahan. Posisi kaki tertopang (kondisi berjalan) sehingga tidak mendapatkan
tambahan skor. Pada kegiatan ini, beban diperhitungkan karena pekerja menerima
beban secara langsung pada tubuhnya.
Tabel 12 Skor B dan coupling pada kegiatan berjalan ke petak tebang
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 1210

Skor
4

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 1300

2

-

2

Pergelangan tangan

Flexion 00

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 1430

Skor
4

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 1480

2

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 00
Good

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

Total
4

5
Total
4
2
1
0
5

Posisi lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami postur janggal
sehingga tidak mengalami perubahan skor. Posisi pergelangan tangan tidak
menyilang atau memutar sehingga tidak mendapatkan skor tambahan.
Berdasarkan penilaian REBA, skor REBA yang diperoleh sebesar 5 untuk bagian
tubuh kanan dan kiri. Skor REBA ini tergolong level risiko sedang sehingga
tindakan perbaikan perlu dilakukan.

13
Penilaian pada Kegiatan Pembuatan Takik Rebah

(a)
(b)
Gambar 4 (a) Postur tubuh pembuatan takik rebah (b) Perspektif postur tubuh
Pada umumnya operator chainsaw melakukan kegiatan ini dengan posisi
membungkuk dan kaki tidak tertopang karena menyesuaikan dengan tinggi takik
yang dibuat. Posisi tersebut tertera pada Gambar 4 (a).
Tabel 13 Skor A dan beban pada kegiatan pembuatan takik rebah
Grup

Bagian
tubuh
Punggung

A

3

Penambahan
skor
-

Leher

Flexion 0

0

1

-

1

Kaki

Kaki tidak tertopang
(800)
>10 kg

2

2

4

2

-

2

Beban

Hasil ukur

Skor

Flexion 500

Skor A (Tabel A + beban)

Total
3

8

Posisi punggung membungkuk dengan posisi leher yang menunduk, namun
kedua posisi tersebut tidak memutar atau menekuk ke samping sehingga tidak ada
penambahan skor. Kaki tidak tertopang membentuk sudut 800 sehingga mendapat
tambahan skor 2. Beban diperhitungkan karena pekerja menerima beban langsung
dari chainsaw saat membuat takik rebah.
Tabel 14 Skor B dan coupling pada kegiatan pembuatan takik rebah
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 460

Skor
3

Penambahan skor
-

Total
3

Lengan bawah

Flexion 600

2

-

2

Pergelangan tangan

Flexion 00

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

14
Lanjutan Tabel 14
Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 490

Skor
3

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 360

2

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 0
Good

0

4
Total
3

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

2
1
0
4

Posisi lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami kondisi jangal
sehingga tidak mengalami perubahan skor. Pergelangan tangan tidak memutar
atau menyilang sehingga tidak ada tambahan skor. Berdasarkan penilaian REBA,
skor REBA yang diperoleh sebesar 10 untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor
REBA ini tergolong level risiko tinggi sehingga perlu segera dilakukan tindakan
perbaikan.
Penilaian pada Kegiatan Pembuatan Takik Balas

(a)
(b)
Gambar 5 (a) Postur tubuh pembuatan takik balas (b) Perspektif postur tubuh
Pada umumnya pekerja melakukan kegiatan ini dengan posisi membungkuk
karena disesuaikan dengan tinggi takik seperti pada Gambar 5 (a). Tinggi takik
balas relatif lebih tinggi daripada takik rebah. Jarak takik rebah dan takik balas
cukup jauh. Waktu yang diperlukan untuk membuat takik balas lebih singkat
daripada membuat takik rebah, pada kegiatan ini pekerja memerlukan tenaga lebih
untuk berlari ketika pohon sudah rebah.

15
Tabel 15 Skor A dan beban pada kegiatan pembuatan takik balas
Grup

Bagian
tubuh
Punggung

A

Hasil ukur

Skor

Flexion 1080
0

4

Penambahan
skor
-

Total

2

-

2

4

Leher

Flexion 23

Kaki

Kaki tertopang

1

-

1

Beban

>10 kg

2

-

2

Skor A (Tabel A + beban)

7

Posisi punggung membungkuk dan leher menunduk, namun kedua posisi ini
tidak mengalami perubahan skor karena tidak dalam kondisi memutar atau
menekuk ke samping. Posisi kaki tertopang sehingga tidak mendapatkan skor
tambahan. Beban diperhitungkan karena pekerja menerima beban secara langsung
saat pembuatan takik balas.
Tabel 16 Skor B dan coupling pada kegiatan pembuatan takik balas
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 710

Skor
3

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 520

2

-

2

Pergelangan tangan

Flexion 00

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 810

Skor
3

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 500

2

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 0
Good

0

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

Total
3

4
Total
3
2
1
0
4

Posisi lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami perubahan skor
karena tidak berada pada kondisi janggal. Pergelangan tangan tidak memutar atau
menyilang sehingga tidak mendapatkan tambahan skor. Berdasarkan penilaian
REBA, skor REBA yang diperoleh sebesar 9 untuk bagian tubuh kanan dan kiri.
Skor REBA ini tergolong level risiko tinggi sehingga perlu segera dilakukan
tindakan perbaikan.

16
Penilaian pada Kegiatan Pemotongan

(a)
(b)
Gambar 6 (a) Postur tubuh pemotongan (b) Perspektif postur tubuh
Kegiatan pemotongan yang dilakukan bertujuan untuk perapihan. Kegiatan
ini dapat dilakukan dibawah maupun diatas batang pohon sehingga menuntut
pekerja untuk lebih terampil. Pada umumnya pekerja melakukan kegiatan ini
dengan posisi berdiri dan kaki tidak tertopang. Posisi tersebut tertera pada Gambar
6 (a).
Tabel 17 Skor A dan beban pada kegiatan pemotongan
Grup
A

Bagian
tubuh
Punggung

Hasil ukur

Skor

Flexion 230

3

Penambahan
skor
-

0

1

-

1

2

1

3

2

-

2

Leher

Flexion 13

Kaki

Kaki tidak tertopang
(380)
>10 kg

Beban

Skor A (Tabel A + beban)

Total
3

7

Posisi punggung agak membungkuk dan leher menunduk, namun kedua
posisi tersebut tidak mengalami perubahan skor karena tidak memutar atau
menekuk ke samping. Posisi kaki tidak tertopang membentuk sudut 380 sehingga
diberi tambahan skor 1. Beban diperhitungkan karena pekerja menerima beban
langsung dari chainsaw.
Tabel 18 Skor B dan coupling pada kegiatan pemotongan
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 190

Skor
1

Penambahan skor
-

Total
1

Lengan bawah

Flexion 470

2

-

2

Pergelangan tangan

Flexion 00

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

17
Lanjutan Tabel 18
Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 240

Skor
2

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 490

2

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 0
Good

0

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

1
Total
2
2
1
0
2

Posisi lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami perubahan skor.
Pergelangan tangan tidak memutar atau menyilang sehingga tidak mendapat
tambahan skor. Berdasarkan penilaian REBA, skor REBA yang diperoleh sebesar
8 untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor REBA ini tergolong level risiko tinggi
sehingga perlu segera dilakukan tindakan perbaikan.
Aksi Ergonomi pada Proses Penebangan
Aksi ergonomi hanya dilakukan pada unsur kerja yang memiliki level risiko
tinggi. Pada proses penebangan, unsur kerja yang perlu tindakan perbaikan adalah
pembuatan takik rebah, pembuatan takik balas dan pemotongan. Pembuatan takik,
pembuatan takik balas dan pemotongan memiliki level risiko tinggi dengan skor
8–10. Ketiga unsur kerja ini memiliki risiko MSDs terhadap pekerja.
Pembuatan takik rebah dan takik balas pada umumnya dilakukan dengan
posisi kerja yang membungkuk. Posisi kerja ini menyesuaikan dengan tinggi takik
tersebut. Tinggi takik rebah yang dibuat serendah mungkin dari permukaan tanah,
kecuali pada pohon yang berbanir. Teknik pembuatan takik yang digunakan
adalah teknik biasa. Teknik penebangan ini memang sebagian besar diterapkan di
hutan alam. Berdasarkan hasil pengamatan, pembuatan takik yang dilakukan oleh
pekerja dapat membahayakan pekerja karena terdapat barber chair.
Unsur kerja pemotongan dilakukan dengan posisi yang menyesuaikan
dengan kondisi lapangan. Pada umumnya pekerja melakukan unsur kerja ini
dengan posisi berdiri dengan kaki yang tidak tertopang. Kegiatan pemotongan ini
bisa dilakukan di bawah ataupun di atas batang. Lamanya kegiatan pemotongan
ini tergantung pada besarnya diameter batang.
Posisi kerja yang tidak nyaman seperti posisi membungkuk dan kaki yang
tidak tertopang cenderung lebih cepat menimbulkan kelelahan bagi pekerja. Posisi
ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan
nyeri apabila kegiatan ini dilakukan secara berulang dengan jarak waktu yang
realtif pendek. Sikap kerja yang tidak nyaman akan berisiko terhadap MSDs
apalagi ditambah pengangkatan beban chainsaw oleh pekerja. Sikap kerja seperti
ini akan menyebabkan ligamen pada sisi belakang rusak dan adanya penekanan
pembuluh saraf (Astuti et al. 2007). Selain itu getaran dan kebisingan chainsaw
yang diterima oleh pekerja juga mempengaruhi kelelahan yang dirasakan oleh
pekerja karena menggangu konsentrasi pekerja. Pekerja melakukan gerakan yang
sama dalam melakukan unsur kerja pembuatan takik dan pemotongan. Tindakan
yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko MSDs yang dirasakan oleh pekerja

18
adalah melakukan pengecekan kesehatan pekerja dan menggantikan chainsaw
dengan bobot yang lebih ringan. Keuntungan chainsaw dengan bobot ringan
adalah mengurangi beban yang diterima oleh pekerja sehingga dapat mengurangi
tekanan pada saraf.
Proses Penyaradan
Alat berat yang digunakan untuk kegiatan penyaradan adalah skidder tipe
527 Cat dan bulldozer tipe D7G Cat. Bobot choker sebesar 5 kg. Setiap alat berat
diperuntukan untuk satu operator dan satu pembantu operator. Operator bertugas
untuk mengendalikan mesin skidder/bulldozer sedangkan pembantu operator
bertugas untuk persiapan alat, memasangkan choker ke batang kayu di petak
tebang dan melepaskan choker dari batang kayu di TPn. Kegiatan penyaradan
yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan choker
Pemasangan choker dilakukan oleh pembantu operator. Kegiatan ini
dilakukan di petak tebang dan TPn antara di dalam hutan.
2. Pergerakan operator
3. Pelepasan choker
Pelepasan choker dilakukan oleh pembantu operator. Kegiatan ini
dilakukan di TPn luar hutan dan TPn antara di dalam hutan.
Apabila kondisi lapangan memungkinkan, pekerja dapat menyarad batang
kayu sekaligus dua atau tiga dalam satu kali perjalanan. Rata-rata kayu yang
disarad adalah berkisar 8–15 batang/hari. Hal ini berarti pekerja penyaradan
melakukan gerakan berulang setiap harinya. Selain itu pekerja penyaradan
menerima goncangan yang ditimbulkan oleh alat berat. Goncangan yang diterima
pekerja mengakibatkan pegal dan sakit pada tubuh pekerja. Setiap unsur kerja
dalam kegiatan penyaradan memiliki postur janggal. Postur janggal tersebut
dihitung besar sudutnya, sehingga diperoleh skor REBA dan tindakan perbaikan
yang perlu dilakukan. Hasil perhitungan skor tertera pada Tabel 19 dan Tabel 20.
Tabel 19 Skor A, skor B dan skor C pada kegiatan penyaradan

Pemasangan choker

Skor
A
7

Pergerakan operator

5

1

1

4

4

7

4

4

8

8

Unsur Kerja

Pelepasan choker

Postur Kerja

Skor B
Skor C
Kanan Kiri Kanan Kiri
4
4
8
8

19
Tabel 20 Skor REBA dan tindakan perbaikan pada kegiatan penyaradan
Skor REBA

Unsur Kerja
Pemasangan choker
Pergerakan operator
Pelepasan choker

Kanan
9
5
8

Kiri
9
5
8

Level
Risiko

Tindakan
Perbaikan

Tinggi
Sedang
Tinggi

Perlu segera
Perlu
Perlu segera

Penilaian pada Kegiatan Pemasangan Choker

(a)
(b)
Gambar 7 (a) Postur tubuh pemasangan choker (b) Perspektif postur tubuh
Pada umumnya pembantu operator melakukan kegiatan ini dengan posisi
membungkuk dan kaki tidak tertopang seperti pada Gambar 7 (a). Posisi tubuh
pekerja ditentukan juga oleh jarak antara skidder/bulldozer ke batang pohon yang
akan disarad. Beban yang diterima oleh pekerja adalah beban choker sebesar 5 kg.
Tabel 21 Skor A dan beban pada kegiatan pemasangan choker
Grup
A

Bagian
tubuh
Punggung

Hasil ukur

Skor

Flexion 460

3

Penambahan
skor
-

0

2

-

2

2

1

3

1

-

1

Leher

Flexion 22

Kaki

Kaki tidak tertopang
(580)
5 kg

Beban

Skor A (Tabel A + beban)

Total
3

7

Posisi punggung membungkuk dan posisi leher menunduk, namun kedua
posisi tidak memutar atau menekuk ke samping sehingga tidak mengalami
perubahan skor. Posisi kaki tidak tertopang membentuk sudut 580 sehingga
mendapatkan skor tambahan sebesar 1. Beban choker diperhitungkan untuk
kegiatan pemasangan choker.

20
Tabel 22 Skor B dan coupling pada kegiatan pemasangan choker
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 590

Skor
3

Penambahan skor
-

Total
3

Lengan bawah

Flexion 430

2

-

2

Pergelangan tangan

Flexion 150

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 500

Skor
3

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 550

2

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 0
Good

0

4
Total
3

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

2
1
0
4

Posisi lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami perubahan skor.
Pergelangan tangan tidak memutar atau menyilang sehingga tidak mendapat skor
tambahan. Berdasarkan penilaian REBA, skor REBA yang diperoleh sebesar 9
untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor REBA ini tergolong level risiko tinggi
sehingga perlu segera dilakukan tindakan perbaikan.
Penilaian pada Kegiatan Pergerakan Operator

(a)
(b)
Gambar 8 (a) Postur tubuh pergerakan operator (b) Perspektif postur tubuh
Kegiatan operator dilakukan dengan posisi duduk seperti pada Gambar 8
(a). Kegiatan operator adalah mengendalikan mesin dan mengontrol batang kayu
agar tidak terlepas saat penyaradan. Beban pekerjaan yang diterima operator
adalah beban yang ditimbulkan alat berat.

21
Tabel 23 Skor A dan beban pada kegiatan pergerakan operator
Grup
A

Bagian
tubuh
Punggung

Hasil ukur

Skor

Flexion 140

2

Penambahan
skor
-

0

2

-

2

1

-

1

0

-

0

Leher

Flexion 28

Kaki

Kaki tertopang
(kondisi duduk)
0 kg

Beban

Skor A (Tabel A + beban)

Total
2

3

Posisi punggung sedikit membungkuk dengan posisi leher yang menunduk,
namun kedua posisi ini tidak memutar atau menekuk ke samping sehingga tidak
mengalami perubahan skor. Posisi kaki tertopang pada kondisi duduk sehingga
tidak mendapatkan skor tambahan. Pada pergerakan operator, beban choker tidak
diperhitungkan.
Tabel 24 Skor B dan coupling pada kegiatan pergerakan operator
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 00

Skor
1

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 900

1

-

1

Pergelangan tangan

Flexion 00

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 00

Skor
1

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 940

1

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 0
Good

0

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

Total
1

1
Total
1
1
1
0
2

Posisi lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami perubahan skor.
Pergelangan tangan tidak menyilang atau memutar ke samping sehingga tidak ada
tambahan skor. Berdasarkan penilaian REBA, skor REBA yang diperoleh sebesar
5 untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor REBA ini tergolong level risiko sedang
sehingga tindakan perbaikan perlu dilakukan.

22
Penilaian pada Kegiatan Pelepasan Choker

(a)
(b)
Gambar 9 (a) Postur tubuh pelepasan choker (b) Perspektif postur tubuh
Pada umumnya pekerja melakukan kegiatan ini dengan posisi membungkuk
seperti pada Gambar 9 (a). Waktu yang dibutuhkan kegiatan ini relatif lebih
singkat daripada pemasangan choker. Beban yang diterima oleh pekerja adalah
beban choker sebesar 5 kg.
Tabel 25 Skor A dan beban pada kegiatan pelepasan choker
Grup
A

Bagian
tubuh
Punggung

4

Penambahan
skor
-

Leher

Flexion 0

0

1

-

1

Kaki

Kaki tidak tertopang
(290)
5 kg

2

1

3

1

-

1

Beban

Hasil ukur

Skor

Flexion 68 0

Skor A (Tabel A + beban)

Total
4

7

Posisi punggung membungkuk dan posisi leher tidak memutar atau
menekuk ke samping sehingga tidak ada perubahan skor. Posisi kaki tidak
tertopang membentuk sudut 290 sehingga mendapat tambahan skor 1. Beban
choker diperhitungkan karena pekerja menerima beban secara langsung.
Tabel 26 Skor B dan coupling pada kegiatan pelepasan choker
Grup B
Kanan

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 460

Skor
3

Penambahan skor
-

Total
3

Lengan bawah

Flexion 550

2

-

2

Pergelangan tangan

Flexion 00

1

-

1

Coupling

Good

0

-

0

23
Lanjutan Tabel 26
Skor B (Tabel B+ coupling)
Grup B
Kiri

Bagian tubuh
Lengan atas

Hasil ukur
Flexion 760

Skor
3

Penambahan skor
-

Lengan bawah

Flexion 240

2

-

Pergelangan tangan
Coupling

Flexion 0
Good

0

1
0
Skor B (Tabel B + coupling)

4
Total
3
2
1
0
4

Posisi lengan atas dan lengan bawah tidak mengalami perubahan skor.
Pergelangan tangang tidak memutar atau menyilang sehingga tidak ada skor
tambahan. Berdasarkan penilaian REBA, skor REBA yang diperoleh sebesar 8
untuk bagian tubuh kanan dan kiri. Skor REBA ini tergolong level risiko tinggi
sehingga perlu segera dilakukan tindakan perbaikan.
Aksi Ergonomi pada Proses Penyaradan
Aksi ergonomi hanya dilakukan pada unsur kerja yang memiliki level risiko
tinggi. Pada proses penyaradan, unsur kerja pemasangan choker dan pelepasan
choker memiliki level risiko tinggi. Pemasangan choker memiliki skor 9 dan
pelepasan choker memiliki skor 8. Kedua unsur kerja ini perlu tindakan perbaikan
untuk mengurangi risiko MSDs.
Pemasangan choker dilakukan dengan posisi tubuh yang disesuaikan dengan
medan di lapangan. Pada kegiatan pemasangan choker, skidder/bulldozer tidak
selalu berjarak dekat dengan batang yang akan disaradnya sehingga pekerja
memerlukan tenaga lebih untuk menarik sling. Pada umumnya pekerja
penyaradan melakukan pemasangan choker dengan posisi membungkuk dan kaki
yang tidak tertopang. Beban yang diterima pembantu operator ketika
memasangkan choker adalah beban dari choker dan beban medan lapangan.
Pembantu operator dituntut harus bisa bergerak cepat dalam melakukan tugasnya.
Pemasangan choker ini dilakukan berulang oleh pembantu operator apalagi ketika
batang kayu yang disarad ke TPn lebih dari satu. Sikap kerja seperti ini
menimbulkan efek cepat lelah karena otot mendapatkan tekanan. Pelepasan
choker dilakukan di TPn. Pelepasan choker dilakukan dengan durasi sangat cepat
sehingga membutuhkan gerak refleks dari pekerja. Unsur kerja pelepasan choker
memiliki risiko lebih ringan daripada unsur kerja pemasangan choker karena
kondisi TPn yang relatif datar sehingga pembantu operator tidak memerlukan
tenaga banyak untuk melepaskan choker. Tindakan perbaikan pada kegiatan
penyaradan tidak memungkinkan untuk melakukan pergantian alat. Tindakan
perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko MSDs adalah dengan
pengecekan kesehatan pekerja sehingga keluhan pegal atau nyeri yang dirasakan
pekerja dapat berkurang dan mengantisipasi terjadinya keluhan MSDs dalam
jangka panjang.

24
Keluhan Subjektif yang Dirasakan Pekerja

Gambar 10 Bagian tubuh yang dikeluhkan pekerja penebangan dan penyaradan
Gambar 10 menggambarkan bagian tubuh yang dikeluhkan oleh pekerja
penebangan dan penyaradan. Bagian tubuh yang paling banyak dikeluhkan oleh
pekerja penebangan dan penyaradan adalah bagian pinggang dengan nilai 99 dan
89. Bagian pinggang merupakan bagian tubuh yang dirasa oleh pekerja sebagai
akibat dari posisi kerja membungkuk dan posisi duduk terlalu lama bagi operator
bulldozer/skidder. Bagian tubuh lain yang dikeluhkan oleh pekerja penebangan
adalah pergelangan tangan dan bahu dengan nilai 97. Pekerja penebangan
melakukan pekerjaannya menggunakan pergelangan tangan untuk menggenggam
chainsaw. Getaran chainsaw yang diterima pekerja penebangan membuat
pergelangan tangan pekerja menjadi pegal dan keram. Bagian bahu lebih banyak
dikeluhkan oleh pembantu operator sebagai dampak dari memikul chainsaw.
Bagian tubuh lain yang dikeluhkan oleh pekerja penyaradan adalah lengan atas
dan leher dengan nilai 86 dan 75. Bagian lengan atas paling banyak dikeluhkan
oleh pembantu operator sebagai dampak dari menarik sling sedangkan bagian
leher paling banyak dikeluhkan oleh operator skidder/bulldozer sebagai dampak
terlalu sering menoleh ke belakang untuk melihat posisi batang yang disarad.
Berdasarkan hasil wawancara, pekerja merasakan pegal dan sakit pada malam hari
setelah bekerja dan tidak pernah dirasakan selama bekerja. Rasa pegal dan sakit
yang dirasakan pekerja akan berkurang jika pekerja beristirahat. Hal ini
menunjukan bahwa setiap unsur kerja pada kegiatan penebangan dan penyaradan
memiliki risiko MSDs.
Faktor yang Mempengaruhi Risiko MSDS
Berdasarkan analisis tingkat risiko MSDs dan keluhan subjektif yang
dirasakan oleh pekerja penebangan dan penyaradan, diketahui bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat MSDs yaitu:
1. Beban
Beban berkaitan dengan jumlah usaha yang dilakukan oleh otot dan
jumlah tekanan pada bagian tubuh sebagai akibat dari tuntutan pekerjaan yang
berbeda. Apabila pekerja mengerahkan tingkat kekuatan yang terlalu tinggi

25
untuk bagian otot tertentu, maka akan mengakibatkan kerusakan otot, sendi dan
jaringan lunak lainnya pada organ yang digunakan (Sanders 2004). Pada
kegiatan penebangan dan penyaradan mengharuskan pekerja menerima beban
dari chainsaw dan choker. Pekerja akan merasa cepat lelah karena adanya
tekanan pada bagian tubuh pekerja untuk menahan beban tersebut.
2. Postur Statis dan Janggal
Unsur kerja pembuatan takik pada kegiatan penebangan mengharuskan
pekerja melakukan kegiatannya dengan postur statis dan postur janggal. Selain
itu unsur kerja pemasangan dan pelepasan choker juga mengharuskan pekerja
melakukan kegiatannya dengan postur janggal. Postur janggal yang biasa
dilakukan oleh pekerja penebangan dan penyaradan adalah posisi
membungkuk. Postur statis dapat membatasi aliran darah dan menyebabkan
gangguan pada otot sedangkan postur janggal dapat menekan urat saraf dan
mengiritasi tendon (OSHA 2000). Kedua postur ini berisiko terhadap keluhan
MSDs yang dirasakan oleh pekerja.
3. Repetisi/Pengulangan
Risiko MSDs akan meningkat ketika bagian yang sama dari tubuh
digunakan berulang tanpa adanya istirahat atau hanya jeda sedikit. Gerakan
berulang dapat menyebabkan kelelahan, kerusakan jaringan dan nyeri sehingga
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi pekerja (