Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Hutan Tanaman Rph Pandantoyo Kph Kediri

KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA
BERBAGAI TIPE TEGAKAN DI AREAL HUTAN
TANAMAN RPH PANDANTOYO, KPH KEDIRI

ALDY JULIANSYAH

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Makrofauna Tanah Pada Berbagai Tipe Tegakan Di Areal Hutan Tanaman RPH
Pandantoyo KPH Kediri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Aldy Juliansyah
NIM E44110032

ABSTRAK
ALDY JULIANSYAH. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai Tipe
Tegakan Di Areal Hutan Tanaman RPH Pandantoyo KPH Kediri. Dibimbing oleh
CAHYO WIBOWO.
Penelitian dilakukan pada empat tegakan, yaitu tegakan sengon, ekaliptus,
mahoni, dan pinus. Pada tiap tegakan dibuat 6 plot pengamatan makrofauna tanah
yang berukuran 40 cm x 40 cm. Makrofauna tanah yang paling banyak ditemukan
pada keempat tegakan yaitu Formicidae 3, Formicidae 2, dan Megascolecidae 1.
Kelimpahan makrofauna tanah terbesar ditemukan pada tegakan ekaliptus karena
faktor lingkungan seperti serasah, kerapatan tajuk, dan suhu tanah yang
mendukung keberadaan makrofauna tersebut. Kelimpahan makrofauna tanah
banyak ditemukan di tanah dari pada di serasah kareana makrofauna tanah
umumnya menghindari sinar matahari. Keanekaragaman makrofauna tanah
terbesar ditemukan pada tegakan pinus diduga karena faktor lingkungan seperti

serasah, kerapatan tajuk, tekstur tanah dan suhu tanah yang mendukung
keberadaan ditemukan makrofauna tersebut. Selain itu keanekaragaman
makrofauna tanah lebih banyak pada serasah dari pada di tanah karena faktor
makanan bagi makrofauna tanah yang tersedia di atas permukaan tanah. Nilai
keanekaragaman makrofauna tanah yang tinggi ditemukan pada suhu tanah yang
relatif rendah, serasah yang tebal, dan kerapatan tajuk yang rapat.
Kata kunci: faktor lingkungan, hutan tanaman, keanekaragaman, kelimpahan,
makrofauna tanah

ABSTRACT
ALDY JULIANSYAH. Diversity of soil macrofauna at various types of stand in
plantation forest of RPH Pandantoyo, KPH Kediri. Under academic supervision of
CAHYO WIBOWO.
This research was conducted in four plantation forest stands, namely stands
of sengon, eucalypt, mahogany, and pine. In each stand, there were 6 observation
plots for soil macrofauna, measuring 40 cm x 40 cm each. Soil macrofauna which
were most abundantly found in the four stands were Formicidae 3, Formicidae 2,
and Megascolecidae 1. The greatest abundance of soil macrofauna was found in
ecucalypt stand, due to environmental factors, such as litter, crown density, and
soil temperature which support the macrofauna. Macrofauna were found more

abundantly in soil as compared with that in litters because in general, the soil
macrofauna tend to avoid sunlight. The greatest diversity of macrofauna was
found in pine stand, due probably to environmental factors, such as litter, crown
density, soil texture and soil temperature which support the macrofauna. Besides
that, soil macrofauna diveristy were found higher in litter, as compared with that
in soil, due to food availability which was higher above soil surface. High values
of soil macrofauna diversity were found in soil temperatures which were relatively
low, thick litter, and high crown density.
Key words: abundance, diversity, environmental factors, forest plantation, soil
macrofauna

KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH PADA
BERBAGAI TIPE TEGAKAN DI AREAL HUTAN
TANAMAN RPH PANDANTOYO, KPH KEDIRI

ALDY JULIANSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian ini adalah Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada Berbagai
Tipe Tegakan Di Areal Hutan Tanaman RPH Pandantoyo KPH Kediri.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Cahyo Wibowo,
MScFTrop selaku pembiming yang telah banyak memberi saran dan bimbingan.
Penghargaan juga penulis sampaikan kepada staff RPH Pandantoyo KPH Kediri,
keluarga besar Laboratorium Entomologi Hutan dan Laboratorium Pengaruh
Hutan, yang telah membantu selama pengumpulan data, peminjaman alat, dan
proses identifikasi makrofauna tanah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada seluruh keluarga saya atas dukungan moril, materil, doa, dan kasih
sayangnya. Kepada teman satu bimbingan Samsudin, Hasbi, dan Yohan, terima
kasih atas bantuan dan kebersamaanya kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Hamdani, Abdulah, dan Adi atas bantuan dan sarannya
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini, serta kepada rekan-rekan tercinta
Silvikultur 48 yang telah memberikan dukungan doa dan semangatnya kepada
penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
penelitian dan penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menghargai segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016
Aldy Juliansyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu

2

Bahan

3

Alat


3

Metode Pengumpulan Data

3

Metode Kerja

3

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN


5
5
10
15

Simpulan

15

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18


RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Keanekaragaman makrofauna tanah antar tegakan
Keanekaragaman makrofauna tanah di tanah dan serasah
Nilai indeks kesamaan jenis antar tegakan
Hubungan antara keragaman makrofauna tanah dengan faktor abiotik
Analisis bahan organik tanah dan pH di setiap plot pengamatan
Warna dan tekstur tanah di setiap plot pengmatan

Kelimpahan individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand
dan Sandy Loam

6
7
7
8
8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Pengamatan Plot Makrofauna Tanah di RPH Pandantoyo KPH
Kediri
2 Kelimpahan makrofauna tanah pada tegakan sengon, ekaliptus, mahoni,
dan pinus
3 Kelimpahan makrofauna tanah yang terdapat di tanah dan serasah
4 Frekuensi makrofauna tanah yang ditemukan pada tanah dan serasah
5 Hasil penghitungan Uji T Independen

18
19
20
21
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komponen penting organisme tanah adalah makrofauna tanah.
Berbagai jenis organisme yang hidup di dalam tanah dapat dibedakan menjadi
jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora), baik yang berukuran mikro (tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang) maupun makro. Organisme yang hidup dalam
tanah ini ada yang bermanfaat, ada yang mengganggu, dan ada pula yang tidak
bermanfaat tetapi juga tidak mengganggu (Hardjowigeno 2010). Kehidupan
hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya atau keadaan daerah tertentu.
Keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah
sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu lingkungan abiotik dan biotik
(Suin 2003).
Hewan-hewan besar (makrofauna) penghuni tanah dapat dibedakan
menjadi: hewan-hewan besar pelubang tanah, cacing tanah, moluska (gastropoda),
dan arthropoda (Hardjowigeno 2010). Makrofauna tanah mempunyai peran yang
sangat penting dalam suatu habitat, diantaranya adalah menjaga kesuburan tanah
melalui perombakan bahan oragnik, distribusi hara, dan peningkatan aerasi tanah
(Slamet 2015). Makrofauna tanah memiliki peranan penting dalam menjaga
kesuburan tanah hutan. Makrofauna memakan bahan organik yang berada di atas
permukaan tanah dan kemudian mengubahnya menjadi zat-zat yang sederhana
sebagai nutrisi bagi tumbuhan di atasnya. Selain itu makrofauna tanah dapat
memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara menambah kandungan bahan organik
tanah ( Borror et al. 1996). Keberadaan makrofauna tanah dapat menjadi penduga
kualitas lingkungan, terutama kondisi tanah. Menurut Notohadiprawiro (1998)
dalam Sugiyarto et al. (2007), makrofauna tanah lebih menyukai keadaan yang
lembab dan masam lemah sampai netral. Di Indonesia umumnya tanahnya
bereaksi masam dengan pH 3.0 -5.5 sehingga tanah dengan pH 6.0 - 6.5 sering
telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam, sedang pH
< 3.0 dikategorikan sangat masam (Hardjowigeno 2010).
Perum Perhutani merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang mengelola hutan tanaman di Jawa. Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)
Kediri merupakan salah satu unit kerja di bawah Perum Perhutani yang terdiri dari
9 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Tempat yang dipilih untuk
menjadi lokasi penelitian yaitu Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pandantoyo.
Hutan tanaman yang dikelola oleh Perum Perhutani di RPH Pandantoyo KPH
Kediri merupakan hutan tanaman yang terdiri dari tegakan sengon, ekaliptus,
mahoni, dan pinus. Informasi mengenai keanekaragaman fauna tanah, khususnya
makrofauna tanah di KPH Kediri pada saat ini belum memadai. Oleh karena itu
penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola dalam hal penyediaan data
fauna tanah, khususnya makrofauna tanah untuk dijadikan referensi. Peran fauna
tanah sebagai salah satu indikator kesuburan tanah sangat bermanfaat bagi lahan
di KPH Kediri yang digunakan untuk budidaya tanaman.

2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. makrofauna tanah apa saja yang ditemukan pada berbagai tipe tegakan di RPH
Pandantoyo?
2. bagaimana hubungan antara faktor abiotik dengan keanekaragaman
makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo?
3. jenis makrofauna tanah apakah yang mendominasi pada berbagai tipe tegakan
di RPH Pandantoyo?
4. bagaimana indeks keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe
tegakan di RPH Pandantoyo?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. mengidentifikasi, menghitung kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dan
kekayaan makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo
2. menerangkan korelasi antara faktor abiotik dengan keanekaragaman
makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan di RPH Pandantoyo

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola dalam hal
penyediaan data fauna tanah khususnya makrofauna tanah untuk dijadikan
referensi. Peran fauna tanah sebagai salah satu indikator kesuburan tanah sangat
bermanfaat bagi lahan di KPH Kediri yang digunakan untuk budidaya tanaman.

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan September 2015
yang terdiri dari kegiatan pengambilan data dan identifikasi makrofauna tanah.
Pengambilan data dilakukan pada empat tipe tegakan areal hutan tanaman RPH
Pandantoyo yaitu tegakan sengon (Paraserianthes falcataria), pinus (Pinus
merkusii), ekaliptus (Eucalyptu sp) dan mahoni (Swietenia macrophylla).
Identifikasi makrofauna tanah dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan,
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

3
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tegakan sengon,
tegakan ekaliptus, tegakan mahoni, tegakan pinus, alkohol 70%, serasah, dan
sampel tanah komposit dari plot penelitian.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain termometer tanah,
penggaris, densiometer, GPS, sarung tangan, pinset, bak plastik, tabung plastik
kecil, tali rafia, trashbag bening, cangkul, kertas label, kamera digital, tally sheet,
pita ukur, patok kayu, mikroskop, dan buku indetifikasi fauna tanah.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer didapatkan
melalui pengukuran langsung di lapangan seperti suhu tanah, kerapatan tajuk,
ketebalan serasah, dan keberadaan makrofauna tanah.
Metode Kerja
Penentuan Plot Pengamatan
Plot pengamatan dibuat pada empat tipe tegakan. Enam plot pengamatan
diletakkan pada masing-masing tipe tegakan secara purposive sampling sehingga
total plot berjumlah 24. Tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 10
cm dan ditempatkan pada lantai hutan berserasah tebal. Plot yang telah dibuat
kemudian ditandai menggunakan GPS agar dapat dipetakan. Lampiran 1
menunjukan peta pengambilan plot makrofauna tanah.
Pengambilan Makrofauna Tanah
Pengambilan makrofauna tanah diambil pada serasah dan tanah. Seluruh
serasah yang berada di dalam plot pengamatan dipindahkan ke dalam trashbag
bening secara cepat, kemudian lapisan tanah setebal 10 cm dipindahkan ke dalam
trashbag bening lainnya secara cepat. Masing-masing trashbag lalu diberi label
yang memuat keterangan tempat ditemukannya, nomor plot, dan lokasi
pengambilan plot.
Seluruh makrofauna tanah yang berada di dalam serasah dan di dalam
bahan tanah kemudian dikumpulkan dengan hand sorting method (pengumpulan
menggunakan tangan) yang dibantu dengan pinset. Makrofauna tanah yang
terambil dimasukkan ke dalam tabung plastik berisi alkohol 70% yang telah diberi
label sesuai tempat ditemukannya, nomor plot, dan lokasi pengambilan plot.
Pengukuran Faktor Lingkungan Makrofauna Tanah
Faktor lingkungan makrofauna tanah diukur dalam hal kerapatan tajuk,
suhu tanah, dan tebal serasah pada masing-masing plot. Kerapatan tajuk diukur

4
menggunakan densiometer, suhu tanah diukur menggunakan termometer tanah
pada tiap plotnya, dan ketebalan serasah menggunakan penggaris.
Menurut Arief (2011), kriteria kerapatan tajuk terbagi menjadi tiga yaitu
rapat ( > 70% penutupan tajuk), cukup (40% – 70% penutupan tajuk), dan jarang
( < 40% penutupan tajuk).
Identifikasi Makrofauna Tanah
Makrofauna tanah yang tertangkap dari serasah dan bahan tanah
diidentifikasi, diusahakan sampai tingkat famili. Proses identifikasi mengacu pada
buku identifikasi serangga, internet dan bertanya kepada ahlinya. Buku
identifikasi serangga yang digunakan merupakan buku yang ditulis oleh Borror et
al (1996) dan Suhardjono et al (2012).
Prosedur Analisis Data
Analisis data menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef (Richness
Index), indeks keragaman Shannon-Wiener (Diversity Index), indeks kemerataan
Pielou (Eveness Index), kelimpahan, indeks kesamaan jenis (Sorensen Index) antar
tipe tegakan, dan frekuensi ditemukannya suatu jenis. Selain itu, untuk
membandingkan jumlah individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Sandy
Loam dan Loamy Sand digunakan Uji t Independen (Independent t Test). Semua
analisis data menggunakan software Microsoft Excel.
Nilai Kekayaan Jenis Margallef (Richness Index)
Nilai kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis
berdasarkan jumlah jenis pada suatu ekosistem. Indeks yang digunakan adalah
Indeks kekayaan jenis Margalef.
DMg =
DMg = indeks kekayaan jenis Margalef
S
= jumlah jenis yang ditemukan
N
= jumlah individu seluruh jenis
Nilai Keragaman Jenis Shannon-Wiener (Diversity Index)
Nilai keragaman jenis merupakan nilai yang mengkombinasikan antara
kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Indeks yang digunakan adalah indeks
keragaman jenis Shannon-Wiener.
H’ =
Pi =
ni = jumlah individu jenis ke i
N = jumlah individu seluruh jenis

5

Nilai Kemerataan Pielou (Eveness Index)
Indeks kemerataan menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan setiap
jenis. Indeks yang digunakan adalah indeks kemerataan Pielou.
E =
E = indeks kemerataan jenis
H’= indeks kelimpahan individu jenis Shannon-Wiener
S = jumlah jenis yang ditemukan
Nilai E berkisar antara 0 hingga 1. Nilai yang mendekati 0 menunjukkan
bahwa suatu jenis menjadi dominan dalam komunitas. Jika nilai mendekati 1
menunjukkan tidak ada jenis yang mendominasi.

Nilai Kesamaan Jenis (Sorensen Index)
IS =
IS = Indeks Sorensen
a = jumlah jenis di lokasi a
b = jumlah jenis di lokasi b
C = jumlah jenis yang sama pada dua unit contoh yang dibandingkan (Magurran
1998)
Frekuensi Ditemukannya Jenis
Frekuensi =

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelimpahan Makrofauna Tanah di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan
Pinus
Pengamatan terhadap kelimpahan makrofauna tanah dilakukan di bawah
tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus. Makrofauna tanah yang ditemukan
pada keempat tegakan tersebut terdiri dari 18 ordo, 28 famili, 32 morfospesies dan
1 838 individu (pada tanah dan serasah). Kelimpahan makrofauna tanah yang
terdapat pada tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus secara berturut-turut
yaitu 467 individu, 663 individu, 456 individu, dan 252 individu (masing-masing

6
dalam 6 plot, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm). Data kelimpahan makrofauna
tanah secara lengkap disajikan pada Lampiran 2.
Kelimpahan Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tanah dan Serasah
di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus
Kelimpahan makrofauna tanah yang ditemukan pada tanah dan serasah
berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa makrofauna tanah lebih
banyak ditemukan di dalam tanah (kedalaman 1-10 cm) dari pada di serasah.
Kelimpahan di dalam tanah sebesar 1 152 individu, sedangkan kelimpahan
makrofauna tanah di serasah sebanyak 686 individu. Data kelimpahan makrofauna
tanah yang ditemukan di tanah dan serasah secara lengkap disajikan pada
Lampiran 3.
Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tegakan
Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus
Biodiversitas makrofauna tanah meupakan keragaman makrofauna tanah
yang teradpat pada suatu habitat tertentu. Analisis terhadap biodiversitas
makrofauna tanah meliputi perhitungan keragaman jenis, kekayaan jenis, dan
kemerataan jenis yang ditampilkan pada Tabel 1. Tegakan pinus memiliki
keragaman jenis, kekayaan jenis, dan kemerataan jenis tertinggi yaitu 2.211, 3.444,
dan 0.738.
Tabel 1 Keanekaragaman makrofauna tanah antar tegakan
Tegakan
Sengon
Ekaliptus
Mahoni
Pinus

H'1) DMg1)
1.513 2.116
2.077 3.076
2.188 3.419
2.211 3.444

E1) S1)
0.573 14
0.682 21
0.708 22
0.738 20

Keterangan :1)Biodiversitas makrofauna tanah di 6 plot masing-masing tegakan, tiap plot
berukuran 40 cm x 40 cm. H’ = nilai keragaman jenis Shannon – Wiener, DMg =
nilai kekayaan jenis Margalef, E = nilai kemerataan jenis Pielou, S = jumlah
morfospesies yang ditemukan.

Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tanah dan
Serasah
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa berdasarkan tempat
ditemukannya, biodiversitas makrofauna tanah
pada serasah lebih besar
dibandingkan pada tanah. Nilai indeks keragaman dan kekayaan makrofauna
tanah pada serasah yaitu sebesar 1.960 dan 3.983, sedangkan nilai indeks
kemerataan makrofauna tanah pada tanah lebih besar dibandingkan di serasah.
Nilai indeks kemerataan makrofauna tanah pada tanah yaitu sebesar 0.623.
Biodiversitas makrofauna tanah di tanah dan serasah disajikan pada Tabel 2.

7

Tabel 2 Keanekaragaman makrofauna tanah di tanah dan serasah
Lokasi
Serasah
Tanah
Keterangan:

H'1)
1.960
1.925

DMg1)
3.983
2.974

E1)
0.595
0.623

1)

Biodiversitas makrofauna tanah di 6 plot masing-masing tegakan, tiap plot
berukuran 40 cm x 40 cm. H’ = nilai keragaman jenis Shannon – Wiener, DMg =
nilai kekayaan jenis Margalef, E = nilai kemerataan jenis Pielou.

Nilai Kesamaan Jenis di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus
Nilai kesamaan jenis menunjukkan seberapa jauh kesamaan jenis
makrofauna tanah antara satu habitat dengan habitat yang lainnya. Indeks
kesamaan jenis antara tegakan sengon, ekaliptus, mahoni, dan pinus disajikan
pada Tabel 3. Nilainya 0.647 – 0.762. nilai tersebut mendekati 1 yang artinya
kesamaan komunitas makrofauna tanah antara keempat tegakan tergolong tinggi.
Tabel 3 Nilai indeks kesamaan jenis antar tegakan
Sengon
Sengon
Ekaliptus
Mahoni
Pinus

Ekaliptus Mahoni
0.686
0.667
0.651

Pinus
0.647
0.683
0.762

Frekuensi Ditemukannya Makrofauna Tanah pada Tanah dan Serasah
Frekuensi kehadiran jenis hewan dalam suatu habitat menunjukkan tingkat
keseringan jenis tersebut hadir di habitat itu (Suin 2003). Gambar 1 menunjukkan
frekuensi makrofauna tanah yang paling sering ditemukan di tanah dan serasah.
Data frekuensi ditemukannya makrofauna tanah pada tanah dan serasah secara
lengkap disajikan pada Lampiran 4.

(c)
(a)
(b)
Gambar 1 Makrofauna tanah yang memilki nilai frekuensi terbesar. a)
Megascolecidae 1, b) Formicidae 3 (15x), c) Formcidae 2 (15x)

8
Hubungan antara Biodiversitas Makrofauna Tanah dengan Faktor
Lingkungan
Keberadaan makrofauna tanah tidak bisa dipisahkan dari faktor
lingkungan. Tabel 4 menunjukkan bahwa tegakan pinus memiliki nilai keragaman
tertinggi. Hal ini berbanding lurus dengan parameter abiotiknya yaitu suhu tanah
yang relatif rendah (22.50C), serasah yang tebal (3.08 cm), dan persen penutupan
tajuk yang rapat (83.46 %).
Tabel 4 Hubungan antara keragaman makrofauna tanah dengan faktor abiotik
Plot
Sengon
Ekaliptus
Mahoni
Pinus

H'

Suhu tanah

Tebal serasah

0

( C)
26.17
23.25
23.5
22.5

1.513
2.077
2.188
2.211

(Cm)
0.68
3.83
2.67
3.08

Kerapatan tajuk
(%)

Keterangan: H’ = nilai keragaman jenis Shannon – Wiener

75.66
85.8
91.26
83.46

Warna dan Tekstur Tanah di setiap Plot Pengamatan
Warna dan tekstur tanah dapat menjadi indikator bagaimana kondisi bahan
organik tanah dan keberadaan makrofauna tanah. Tekstur tanah pada lapisan (0-10
cm) teratas, yang diamati adalah Loamy Sand (15 plot) dan Sandy Loam (9 plot).
Hasil lengkap warna dan tekstur tanah di setiap plot pengamatan disajikan dalam
Tabel 6.
Kandungan Bahan Organik Tanah (BOT) dan pH di setiap Plot Pengamatan
Bahan organik tanah dan kadar pH merupakan salah satu indikator yang
dapat mempengaruhi keberadaan makrofauna tanah. Hasil analisis bahan organik
tanah dan pH di setiap plot pengamatan disajikan pada Tabel 5. Kadar C organik
tanah pada setiap plot pengamatan berkisar 2.53 – 5.61 % dengan pH asam yang
nilainya berkisar 4.1-5.6.
Tabel 5 Analisis bahan organik tanah dan pH di setiap plot pengamatan
Tegakan
Sengon

Plot

S1
E1
E2
Ekaliptus
E3
E4
P1
Pinus
P2

pH
4.7
5
4.3
4.1
4.2
4.1
5.6

C Organik Rata-rata
(%)
(%)
5.31
5.31
4.41
3.19
3.52
2.53
3.97
3.82
3.92
4.63

9
Lanjutan Tabel 5
Tegakan

Mahoni

Plot
P5
M1
M4

pH
4.2
4.1
4.9

C Organik Rata-rata
(%)
(%)
3.29
5.37
5.49
5.61

Keterangan: S = Plot sengon (ke-1), E = plot ekaliptus (ke 1-4), P = plot pinus (ke-1,2,5), M = plot
mahoni (ke-1,4

Tabel 6 Warna dan tekstur tanah di setiap plot pengmatan
Plot

Pinus

Ekaliptus

Mahoni

Pinus

1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6

Tekstur Tanah
Sandy Loam (SL)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Sandy Loam (SL)
Sandy Loam (SL)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Loamy Sand (LS)
Sandy Loam (SL)
Sandy Loam (SL)
Sandy Loam (SL)
Sandy Loam (SL)
Sandy Loam (SL)
Sandy Loam (SL)

Warna Tanah1)
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 3/1 Very Dark Grey
5YR 3/1 Very Dark Grey
5 YR 2.5/1 Black
5YR 3/1 Very Dark Grey
5YR 3/1 Very Dark Grey
5YR 2.5/1 Black
5YR 3/1 Very Dark Grey
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 3/1 Very Dark Grey
5YR 3/1 Very Dark Grey
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black
5YR 2.5/1 Black

Keterangan: 1)Berdasarkan Munsel Soil Colour Chart

Perbandingan Kelimpahan Individu Makrofauna Tanah Pada Tekstur
Tanah Loamy Sand dan Sandy Loam
Kelimpahan individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand
dan Sandy Loam memiliki perbedaan. Tabel 7 menunjukan perbedaan jumlah
individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand dan Sandy Loam

10
diberbagai plot pengamatan pada berbagai tegakan. Lampiran 5 menunjukan hasil
penghitungan uji t untuk nelihat pengaruh tekstur tanah Loamy Sand dan Sandy
Loam terhadap kelimpahan individu makrofauna tanah.
Tabel 7 Kelimpahan individu makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand
dan Sadny Loam (pada masing-masing plot)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
∑ individu ratarata per plot

Tekstur Tanah (Individu)
Loamy Sand
Sandy Loam
42
31
78
78
22
36
5
49
19
19
63
44
88
39
28
35
39
55
16
84
60
130
69
23
51.07 (Jumlah
42.89 (Jumlah
ulangan 15)
ulangan 9)
Pembahasan

Kelimpahan Makrofauna Tanah di Tegakan Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan
Pinus
Kelimpahan makrofauna tanah mengacu pada jumlah individu yang
ditemukan di plot pengamatan (serasah dan tanah). Semut hitam kecil
(Formicidae 3), semut merah kecil (Formicidae 2), dan cacing tanah
(Megascolicidae 1) adalah jenis makrofauna yang paling banyak di plot
pengamatan.
Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup, tetapi hanya makan bahan
organik mati, baik sisa-sisa hewan atau tanaman. Cacing tanah mengaduk tanah
dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik, dan
tanah lebih mudah ditembus akar (Hardjowigeno 2010). Suhu optimal untuk
cacing tanah berada pada kisaran 18-270C (Tomiandri 2010). Plot tempat
pengambilan makrofauna tanah berada pada horison A yaitu lapisan permukaan
tanah yang terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral yang berwarna
lebih gelap dari lapisan di bawahnya . Rerata suhu tanah pada seluruh tegakan
adalah 23.80C. Kondisi tersebut mendukung kehidupan bagi cacing tanah.
Semut (Formicidae) merupakan makrofauna yang bersifat kosmopolit
(Sembel 2010). Keberadaan bahan organik dan sumber makanan bagi semut

11
menjadi salah satu faktor pendukung keberadaan semut pada habitat tertentu.
Bahan organik yang berasal dari pembusukan serasah di setiap plot pengamatan
akan mengundang organisme lain untuk datang ke tempat plot pengamatan.
Sebagian organisme itu merupakan makanan bagi semut (Winasa et al. 2001).
Pada semua tegakan yang diamati terdapat serasah dengan ketebalan yang
berbeda-beda yang memungkinkan tersedianya bahan organik dan mengundang
organisme lain yang merupakan makanan bagi semut.
Secara keseluruhan kelimpahan makrofauna tanah paling banyak terdapat di
tegakan ekaliptus. Hal ini diduga disebabkan karena faktor lingkungan yang
mempengaruhi kondisi lingkungan di tegakan ekaliptus. Suhu, tebal serasah, dan
kerapatan tajuk yang terdapat ditegakan ekaliptus yaitu sebesar 23.25 0C,3.83 cm,
dan 85.8 %. Suhu yang relatif rendah, serasah yang tebal, dan kerapatan tajuk
yang rapat mendukung bagi keberadaan makrofauna tanah di tegakan ekaliptus.
Kelimpahan makrofauna tanah yang ditemukan di tanah, lebih banyak dari
pada yang ditemukan di serasah. Cahaya matahari diduga dapat mengganggu
aktivitas makrofauna tanah, karena suhu di permukaan tanah naik (lebih tinggi
dari pada di bawah permukaan tanah), sehingga makrofauna tanah menghindari
sengatan cahaya matahari dengan cara masuk ke dalam tanah (di bawah
permukaan tanah). Menurut Buliyansih (2000) dalam Wibowo dan Wulandari
(2014) adanya kandungan pigmen makrofauna tanah yang rendah pada kutikula
menyebabkan makrofauna rentan terhadap cahaya matahari.
Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tegakan
Sengon, Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus
Tegakan pinus memiliki keanekaragaman jenis tertinggi dibandingkan
dengan tegakan lainnya. Nilai kekayaan jenis (DMg), keberagaman jenis (H’), dan
kemerataan jenis (E) makrofauna tanah di tegakan pinus yaitu 2.211, 3.444, dan
0.738. Herba yang rapat dan banyak diduga menyebabkan keanekaragaman
makrofauna tanah tinggi (Sebayang et al. 2000). Artropoda tanah banyak hidup di
akar karena banyak mengandung mikroorganisme, seperti jamur dan bakteri
(Szujecki 1987 dalam Sebayang et al. 2000). Konsdisi lahan pada tegakan pinus
yang diamati bukan merupakan lahan tegakan pinus murni. Lahan ini
menggunakan sistem agroforesti antara pinus dan tanaman pertanian seperti nanas
dan sinngkong. Plot pengamatan ditempatkan pada lahan bekas tanam tanaman
nanas. Lahan tersebut sudah tertutupi tumbuhan bawah dan ditemukan bekas
panenan nanas yang sudah membusuk. Kondisi ini diduga menjadi salah satu
faktor pendukung tingginya keanekaragaman hayati di tegakan pinus
dibandingkan dengan tegakan yang lainnya. Agroforestri dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat untuk keanekaragaman hayati, karena agroforestri
dapat mendukung kebutuhan hidup bagi insekta seperti polinator dan predator,
khusunya keberadaan makrofauna tanah (Widianto et al. 2003).
Penelitian tentang makrofauna tanah yang dilakukan oleh Wulandari (2012)
dan Rizqiyah (2013) menunjukkan bahwa biodiversitas makrofauna tanah pada
tegakan pinus di Gunung Walat relatif rendah dibandingkan tegakan lainnya.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RPH Pandantoyo ini, hasil yang
didapat menunjukan bahwa biodiversitas pada tegakan pinus lebih tinggi
dibandingkan tegakan lainnya. Hal ini diduga disebabkan karena kondisi

12
lingkungan di Gunung Walat yang menyerupai hutan alam, sehingga tegakan non
pinus memiliki biodiveritas yang lebih tinggi. Hal ini berbeda dengan kondisi
lingkungan tegakan pinus di RPH Pandantoyo ini, yang merupakan hutan tanaman.
Penelitian Rizqiyah (2013) menemukan cacing tanah sebanyak 89 individu (6 plot
berukuran 40 cm x 40 cm) pada tegakan pinus di Hutan Pendidikan Gunung Walat.
Jumlah ini berbeda dengan penelitian ini yang menemukan cacing tanah sebanyak
59 individu (6 plot berukuran 40 cm x 40 cm). Hal ini diduga karena kondisi
hutan Gunung Walat yang menyerupai hutan alam memiliki faktor lingkungan
yang sesuai bagi cacing tanah.
Nilai kekayaan jenis tertinggi terdapat pada tegakan pinus. Hal ini tidak
berbanding lurus dengan jumlah morfospesies yang ditemukan, yaitu sebanyak 20
morfospesies. Morfospesies terbanyak ditemukan pada tegakan mahoni yaitu
sebanyak 22 morfospesies. Kekayaan jenis digunakan untuk mengetahui
keanekeragaman jenis berdasarkan jumlah jenis pada suatu ekosistem.
Berdasarkan pengertian tersebut maka jumlah jenis menjadi syarat yang paling
berpengaruh untuk mengetahui kekayaan jenis. Namun jumlah seluruh individu
pada formula yang digunakan untuk mengetahui nilai kekayaan jenis menjadi
faktor pembagi, sehingga besarnya nilai kekayaan jenis bergantung pada
banyaknya jumlah seluruh individu di suatu plot pengamatan.
Indeks kemerataan pada keempat tegakan berkisar 0.573 – 0.738. Nilai
indeks kemerataan ini menunjukan bahwa dari keempat tegakan yang diamati
tidak ada spesies yang dominan. Keberadaan serasah sebagai bahan makanan bagi
makrofauna tanah dan kondisi habitat yang sesuai bagi kehidupan makrofauna
tanah diduga menjadi faktor penting meratanya keberadaan makrofauna tanah
pada keempat tegakan.
Keanekaragaman Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tanah dan
Serasah
Nilai keanekeragaman makrofauna tanah yang ada di serasah lebih besar
dibandingkan dengan nilai keanekaragaman makrofauna tanah yang ada di tanah.
Makanan makrofauna tanah yang berupa serasah tersedia banyak di permukaan
tanah. Makrofauna tanah memakan serasah yang merupakan bahan organik kasar.
Serasah yang dimakan nantinya akan menjadi humus yang bermanfaat bagi
tanaman sebagai penjerap air, melancarakan siklus udara dan memperbaiki tekstur
tanah.
Suhu yang terdapat di dalam tanah lebih rendah dari pada suhu yang
terdapat di permukaan tanah. Makrofauna tanah akan memilih tempat yang
suhunya lebih rendah untuk mendukung kehidupannya. Selain itu tanah menjadi
tempat perlindungan bagi makrofauna tanah dari ancaman pemangsa. Faktor
lingkungan yang demikian, membuat makrofauna tanah yang ada di tanah lebih
banyak, namun belum tentu memiliki keanekaragaman yang tinggi, karena
makanan dari makrofauna tanah berupa serasah yang berada di atas permukaan
tanah.

13
Nilai Kesamaan Jenis dan Frekuensi Makrofauna di Tegakan Sengon,
Ekaliptus, Mahoni, dan Pinus
Tingkat kesamaan jenis antara keempat tegakan tergolong tinggi karena
indeks kesamaan komunitas menurut indeks Sorensen lebih dari 50 %. Indeks
kesamaan jenis menurut indeks Sorensen pada keempat tegakan berkisar antara
0.647 – 0.762 atau 64.7 % - 76.2 %. Hal ini diduga disebabkan karena keempat
tegakan ini mempunyai kondisi habitat yang hampir sama. Faktor lingkungan
pada keempat tegakan juga tidak jauh berbeda, seperti tebal serasah, kerapatan
tajuk, dan suhu tanah. Selain itu bahan makanan bagi makrofauna tanah tersedia
di tiap plot pengamatan. Faktor lingkungan yang tidak jauh berbeda ini
mendukung kehidupan makrofauna tanah.
Makrofauna tanah lebih banyak ditemui pada tanah dari pada serasah. Suhu
yang lebih rendah di tanah dari pada di serasah menjadi faktor yang mendukung
besarnya frekuensi makrofauna tanah di tanah. Formicidae 2, Formicidae 3, dan
Megascolecidae 1 merupakan tiga spesies makrofauna tanah yang paling besar
frekuensinya di tanah dan serasah (75% - 95.833%). Formicidae merupakan
makrofauna yang mudah hidup di berbagai tempat dan mudah ditemui dibanyak
tempat (kosmopolit). Keberadaan serasah sebagai bahan makanan Megascolecidae
serta hasil metabolisme Megascolecidae yang mengahasilkan humus membuat
kondisi tanah nyaman sebagai tempat hidup Megascolecidae.
Hubungan antara Keanekaragaman Makrofauna Tanah dengan Faktor
Lingkungan
Keragaman pada tegakan pinus paling tinggi dari pada tegakan yang lainnya
berdasarkan faktor lingkungan seperti tebal serasah, suhu tanah, dan kerapatan
tajuk. Hal ini berbanding lurus dengan suhu tanah yang rendah, tebal serasah yang
relatif tebal, dan kerapatan tajuk yang rapat. Suhu tanah merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan
demikian suhu tanah akan sangat menentukan tingkat dekomposisi material
organik tanah (Suin 2003).
Makrofauna tanah pada umumnya memiliki batas suhu efektif untuk
kelangsungan hidupnya yaitu 15 – 450C (Rahmawaty 2004 dalam Wulandari
2013). Suhu yang telah diamati di keempat tegakan rata-rata 23.855 0C. Kondisi
suhu tanah ini sesuai bagi keberadaan makrofauna tanah. Serasah yang terdapat
pada plot pengamatan dapat menjadi makanan, tempat berlindung, dan tempat
mencari mangsa bagi makrofauna tanah. Besarnya kerapatan tajuk pada tegakan
yang diamati akan menyebabkan semakin banyaknya produksi serasah yang
dihasilkan oleh tegakan. Selain itu kerapatan tajuk yang besar membuat cahaya
matahari tidak terlalu masuk ke lantai hutan sehingga akan terbentuk iklim mikro
yang sesuai bagi makrofauna tanah. Makrofauna tanah umumnya meghindari
panasnya cahaya matahari dengan berlindung di balik serasah atau masuk ke
dalam tanah.

14
Warna dan Tekstur Tanah di Setiap Plot Pengamatan
Warna tanah yang diamati pada plot pengamatan umumnya berwarna
gelap. Menurut Hardjowigeno (2010) semakin gelap warna tanah semakin tinggi
pula kandungan bahan organiknya. Hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa
sebagian besar tanah pada plot pengamatan bertekstur pasir berlempung (Loamy
Sand). Tanah yang didominasi oleh pasir akan banyak mempunyai pori-pori besar,
drainase baik, dan aerasi baik (Isron 2009). Pori-pori besar pada tanah membuat
pertukaran udara atau aerasi menjadi lebih baik sehingga makrofauna tanah dapat
hidup di dalam tanah. Drainase yang baik membuat tanah tidak tergenang dan
tidak menutupi pori-pori tanah yang berfungsi untuk aerasi tanah.
Kandungan Bahan Organik Tanah (BOT) dan pH di setiap Plot Pengamatan
Bahan organik mampu menekan laju evaporasi yang terjadi dalam tanah
dan meningkatkan kadar humus dalam tanah. Kadar humus yang meningkat
berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman. Humus bersifat hidrofil, oleh sebab itu humus dapat meningkatkan daya
serap air dalam tanah dan juga menyebabkan daya simpan air menjadi tinggi
(Intara et al. 2011). Laju evaporasi yang rendah membuat air tidak mudah hilang
dari tanah, sehingga suhu rendah dan kelembaban terjaga. Bahan organik tanah
yang semakin tinggi menyebabakan porositas tanah semakin tinggi pula
(Hardjowigeno 2010). Hal ini membuat tanah menjadi tempat tinggal yang
nyaman bagi makrofauna tanah. Menurt Suin (2003) bahan organik tanah
merupakan makanan utama bagi makrofauna tanah, sehingga bahan organik tanah
dapat dijadikan indikator keberadaan makrofauna tanah tertentu pada suatu
habitat.
Hasil analisis bahan organik tanah menunjukkan bahwa tegakan mahoni
memiliki kandungan bahan organik tanah tertinggi, yaitu sebesar 5.49%.
Kandungan karbon organik tanah umumnya tinggi pada tanah di bawah vegetasi
rumput atau hutan (Widjaja 2002 dalam Novario 2007). Menurut Buckman dan
Brady (1982), suhu sangat memperngaruhi banyaknya kadungan bahan organik di
dalam tanah, termasuk karbon organik tanah. Kandungan bahan organik di dalam
tanah akan bertambah jika suhu rata-rata tahunan turun 10 0C. Semua plot yang
diamati memiliki suhu tanah yang relatif rendah, berkisar anatara 22.5 0C – 26.17
0
C. Suhu tanah yang relatif rendah ini tentunya mendukung dalam ketersediaan
bahan organik tanah. Begitu juga dengan suhu pada tegakan mahoni yaitu 23.5 0C
yang cukup mendukung dalam ketersediaan bahan organik tanah. Menurut
Handorys (2012) Daun mahoni memiliki C/N rasio yang tinggi, hal ini
menunjukkan bahwa kandungan karbonnya tinggi, akibatnya proses dekomposisi
daun mahoni menjadi lambat, sehingga bahan organik tersedia dalam tanah
(humus). Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran
bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran
bahan organik tersebut melalui kegiatan organisme dalam tanah (Hardjowigeno
2010).
Nilai pH tanah yang diamati pada semua plot berkisar antara 4.1 – 5.6.
Penelitian yang dilakukan oleh Mukti et al. (2004) menyatakan bahwa nilai pH
tanah di RPH Jatirejo, BKPH Pare, KPH Kediri bersifat masam, berkisar antara

15
4.12 – 5.51. Letak RPH Jatirejo dan RPH Pandantoyo tidak terlalu jauh dan masih
dalam satu BKPH. Secara umum nilai pH pada semua plot pengamatan sesuai
untuk mendukung kehidupan makrofauna tanah. Menurut Notohadiprawiro (1998)
dalam Sugiyarto et al. (2007), makrofauna tanah lebih menyukai keadaan yang
lembab dan masam lemah sampai netral. Di Indonesia umumnya tanahnya
bereaksi masam dengan pH 3.0 -5.5 sehingga tanah dengan pH 6.0 - 6.5 sering
telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Dilain
pihak pH < 3.0 sangat masam (Hardjowigeno 2010). Pada plot pengamatan
ditemukan Ordo Collembola, jenis ini adalah insekta yang mampu hidup di tanah
yang memiliki pH masam (Wulandari 2012).
Perbandingan Kelimpahan Individu Pada Tekstur Tanah Loamy Sand dan
Sandy Loam
Kelimpahan individu pada tesktur tanah Loamy Sand (LS) dan Sandy
Loam (SL) menunjukan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil uji t Independen,
kelimpahan individu pada tesktur tanah Loamy Sand, jumlah individu per plotnya
lebih banyak dari pada yang di tekstur tanah Sandy Loam. Nilai t hitung yaitu 0.78
lebih kecil dari pada nilai t tabel yaitu 2.08, artinya Ho diterima (Jumlah individu
makrofauna tanah pada tekstur tanah Loamy Sand lebih besar daripada tekstur
tanah Sandy Loam). Hal ini diduga disebabkan karena tekstur tanah Loamy Sand
lebih didominasi pasir. Pasir memiliki tekstur yang porous (tidak padat) dan
mudah untuk dilalui air maupun udara sehingga aeraesi baik dan tidak
menyebabkan genangan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelimpahan makrofauna tanah yang ditemukan pada seluruh tegakan adalah
sebanyak 18 ordo, 28 famili, 32 morfospesies dan 1 838 individu. Kelimpahan
makrofauna tanah terbesar ditemukan pada tegakan ekaliptus yaitu 663 individu.
Secara keseluruhan , di empat tegakan tersebut, kelimpahan makrofauna yang
ditemukan di tanah, lebih banyak (1 152 individu) dibandingkan di serasah (686
individu). Tegakan pinus memiliki keanekaragaman dan kekayaan makrofauna
tanah tertinggi (H’= 2.211, DMg = 3.444, E = 0.738) dibandingkan dengan
tegakan sengon, ekaliptus, dan mahoni. Nilai kemerataan berkisar 0.573 – 0.738,
artinya makrofauna tanah yang ada pada keempat tegakan tidak ada yang
mendominasi (merata). Nilai kesamaan jenis pada keempat tegakan termasuk
tinggi dengan nilai berkisar antara 64.7 % - 76.2 %. Kelimpahan makrofauna
tanah pada tekstur tanah Loamy Sand lebih banyak daripada yang di tekstur tanah
Sandy Loam. Formicidae 3, Formicidae 2, dan Megascolecidae 1 merupakan
jenis makrofauna tanah yang paling banyak jumlahnya di empat tipe tegakan yang
diamati.

16
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap peran masing-masing
makrofauna tanah yang ada di RPH Pandantoyo, agar dapat diberdayakan untuk
kelestarian kawasan hutan tanaman di RPH Pandantoyo. Selain itu untuk
mengambil sampel fauna tanah perlu dilakukan dengan metode yang lain selain
hand sorting method agar jenis yang didapatkan lebih banyak dan detil.

DAFTAR PUSTAKA
Arief A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta (ID): Kanisius.
Borror DJ, Triplehorn, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press. Ed ke-6. Terjemahan dari: An Introduction To
The Study of Insects.
Buckman HO, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah. Soepardi G, penerjemah. Jakarta
(ID): Bhratara Karya Aksara. Terjemahan dari: Soil Science.
Handorys W. 2012. Kompos. http:// http://hansdw08.student.ipb.ac.id/agh-ipb-45,
diakses pada tanggal 21 September 2015.
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID) : Akademika Pressindo.
Intara YI, Sapei A, Erizal, Sembiring N, Djoefri MHB. 2011. Pengaruh pemberian
bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap kemampuan
mengikat air. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 16(2): 130-135.
Isron. 2009. Perubahan sifat fisik tanah hasil pengolahan tanah pada budidaya
tebu lahan kering di PG Pesatren Baru, Kediri [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Cambridge (UK):
University Press.
Mukti C, Sugiyarto, Mahadjoeno E. 2004. Keanekaragaman mesofauna dan
makrofuna tanah pada berbagai tanaman sela di hutan sengon (Paraserianthes
falcataria (L) Nielsen) RPH Jatirejo KPH Kediri. Bio Smart 6(1): 57-64.
Novario D. 2007. Distribusi spasial C organik tanah di wilayah sekitar Puncak dan
Cianjur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rizqiyah W. 2013. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe
tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sebayang D, Suryati T, Adianto. 2001. Keanekaragaman dan kelimpahan
Artrhopoda tanah di hutan alami, hutan pinus, kebun sayur, dan lahan terbuka
di Gunung Tangkuban Parahu. Di dalam: Soenardjo E, Sosromarsono S,
Wardojo S, Prasadja I, editor. Simposium Keanekaragaman Hayati Artropoda
pada Sistem Produksi Pertanian; 2000 Okt 16-18; Cipayung, Indonesia. Bogor
(ID): Perhimpuna Entomologi Indonesia & Yayasan Keanekragaman Hayati
Indonesia. Hlm 75-79.
Sembel DT. 2010. Pengendalian Hayati. Yogyakarta (ID): CV Andi Offset

17
Slamet SA. 2015. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai tipe tegakan
di areal bekas tambang silika di Holcim Educational Forest, Sukabumi, Jawa
Barat [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Sugiyarto, Efendi M, Mahajoeno E, Sugiti Y, Handayanto E, Agustina L. 2007.
Preferensi berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organik
tanaman pada intesitas cahaya yang berbeda. Biodiversitas 7(4) : 96-100.
Suhardjono YR, Deharveng L, Bedos A. 2012. Colembolla (Ekorpegas). Bogor
(ID): PT Vega Briantama Vandanesia.
Suin NM. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta (ID) : Bumi Aksara.
Tomiandri G. Performa cacing tanah (Pontoscolex corethrurus) pada media
budidaya dan potensinya dalam pembentukan biopori tanah [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Wibowo C, Wulandari SD. 2014. Keanekaragaman insekta tanah pada berbagai
tipe tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan hubungannya dengan
peubah lingkungan. Jurnal Silvikultur Tropika 5(1): 33-42.
Widianto, Hairiah K, Suharjito D, Sardjono MA. 2003. Fungsi dan Peran
Agroforesti. Bogor (ID): ICRAF.
Winasa IW, Rauf A, Nurmansyah A. 2001. Kajian Artropoda Predator Epigenik
dan Penghuni Tajuk di Ekosistem Kedelai : Suatu Pendekatan Ekologi
Lansekap. Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi VIII Tahun Anggaran :
1999/2000. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wulandari SD. 2013. Keanekaragaman insekta tanah pada berbagai tipe tegakan
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

18
Lampiran 1 Peta Pengamatan Plot Makrofauna Tanah di RPH Pandantoyo KPH
Kediri

19
Lampiran 2 Kelimpahan makrofauna tanah pada tegakan sengon, ekaliptus,
mahoni, dan pinus (di tanah dan serasah)
Ordo
Isopoda
Hymenoptera

Famili

Clysticidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Araneae
Lamponidae
Dysderidae
Eresidae
Hersilidae
Blattaria
Blattelidae
Blattidae
Scolopendromorpha Scolopendromorpha 1
Coleoptera
Rhysodidae
Dytiscidae
Dermestidae
Scarabaeidae
Dermaptera
Forficulidae
Chelisochidae
Scorpiones
Scorpiones 1
Collembola
Neanuridae
Lepidoptera
Lepidoptera 1
Pulmonata
Achanidae
Sphaerotheriida
Sphaerotheriida 1
Isoptera
Kalotermitidae
Haplotaxida
Megascolecidae
Hemiptera
Hemiptera 1
Cydnidae
Mesofeliidae
Orthoptera
Tanaoceridae
Orthoptera
Orthoptera 1
Acarina
Ixodidae
Total kelimpahan

Morfospesies
Clysticidae 1
Formicidae 1
Formicidae 2
Formicidae 3
Formicidae 4
Formicidae 5
Lamponidae 1
Dysderidae 1
Eresidae 1
Hersilidae 1
Blattelidae 1
Blattidae1
Scolopendromorpha sp.
Rhysodidae 1
Dytiscidae 1
Dermestidae 1
Lepidiota sp
Forficulidae 1
Chelisochidae1
Scorpiones sp.
Neanuridae1
Lepidoptera sp.
Achanidae
Sphaerotheriida sp.
Kalotermitidae 1
Megascolecidae 1
Hemiptera sp.
Cydnidae 1
Mesofeliidae 1
Tanaoceridae 1
Orthoptera sp.
Ixodidae 1

S
8
10
60
248
1
0
6
0
0
0
13
6
3
7
0
0
6
0
0
0
1
0
0
0
5
93
0
0
0
0
0
0
467

Kelimpahan
(Individu)1)
E
M
P
42
5
14
1
0
0
161
68
66
202 116
28
56
5
13
1
0
0
27
4
12
1
0
15
0
4
0
0
2
0
0
0
0
6
14
2
26
59
11
9
13
2
4
0
0
2
0
2
1
4
0
17
13
1
5
5
2
2
0
0
18
18
2
1
0
0
1
0
0
9
1
0
0
72
7
71
49
59
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
13
0
1
0
0
0
1
663 456 252

Keterangan: S= plot pada tegakan sengon, E= plot pada tegakan ekaliptus, M= plot pada tegakan
mahoni, P= plot pada tegakan pinus, 1) = makrofauna tanah yang ditemukan di enam
plot tiap tegakan, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm

20
Lampiran 3 Kelimpahan makrofauna tanah yang terdapat di tanah dan serasah
(diseluruh plot di keempat tegakan)

Ordo
Hymenoptera

Famili

Formicidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Blattaria
Blattelidae
Blattidae
Haplotaxida
Megascolecidae
Coleoptera
Rhysodidae
Scarabaeidae
Dermestidae
Dytiscidae
Scolopendromorpha Scolopendromorpha 1
Isoptera
Kalotermitidae
Araneae
Lamponidae
Dysderidae
Eresidae
Hersilidae
Isopoda
Clysticidae
Sphaerotheriida
Sphaerotheriida 1
Dermaptera
Chelisochidae
Forficulidae
Collembola
Neanuridae
Orthoptera
Orthoptera 1
Tanaoceridae
Hemiptera
Cydnidae
Mesofeliidae
Hemiptera 1
Acarina
Ixodidae
Scorpiones
Scorpiones 1
Lepidoptera
Lepidoptera 1
Pulmonata
Achanidae
Total kelimpahan

Morfospesies
Formicidae 2
Formicidae 3
Formicidae 4
Formicidae 1
Formicidae 5
Blattelidae 1
Blattidae1
Megascolecidae 1
Rhysodidae 1
Lepidiota sp
Dermestidae 1
Dytiscidae 1
Scolopendromorpha sp.
Kalotermitidae 1
Lamponidae 1
Dysderidae 1
Eresidae 1
Hersilidae 1
Clysticidae 1
Sphaerotheriida sp.
Chelisochidae1
Forficulidae 1
Neanuridae1
Orthoptera sp.
Tanaoceridae 1
Cydnidae 1
Mesofeliidae 1
Hemiptera sp.
Ixodidae 1
Scorpiones sp.
Lepidoptera sp.
Achanidae

Kelimpahan
(Individu)1)
Tanah
Serasah
228
150
269
295
57
14
1
10
0
1
9
4
16
12
230
3
49
17
9
0
2
2
0
4
68
30
89
7
16
33
14
1
0
4
0
2
35
34
8
2
9
3
21
10
17
28
1
0
1
13
1
0
1
0
0
2
1
0
0
2
0
2
0
1
1152
686

Keterangan: 1) makrofauna tanah yang ditemukan pada 24 plot, tiap plot berukuran 40 cm x 40 cm

21
Lampiran 4 Frekuensi makrofauna tanah yang ditemukan pada tanah dan serasah
Ordo
Hymenoptera

Famili

Formicidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Formicidae
Blattaria
Blattelidae
Blattidae
Haplotaxida
Megascolecidae
Coleoptera
Rhysodidae
Scarabaeidae
Dermestidae
Dytiscidae
Scolopendromorpha Scolopendromorpha 1
Isoptera
Kalotermitidae
Araneae
Lamponidae
Dysderidae
Eresidae
Hersilidae
Isopoda
Clysticidae
Sphaerotheriida
Sphaerotheriida 1
Dermaptera
Chelisochidae
Forficulidae
Collembola
Neanuridae
Orthoptera
Orthoptera 1
Tanaoceridae
Hemiptera
Cydnidae
Mesofeliidae
Hemiptera 1
Acarina
Ixodidae
Scorpiones
Scorpiones 1
Lepidoptera
Lepidoptera 1
Pulmonata
Achanidae
Total

Morfospesies
Formicidae 2
Formicidae 3
Formicidae 4
Formicidae 1
Formicidae 5
Blattelidae 1
Blattidae1
Megascolecidae 1
Rhysodidae 1
Lepidiota sp
Dermestidae 1
Dytiscidae 1
Scolopendromorpha sp.
Kalotermitidae 1
Lamponidae 1
Dysderidae 1
Eresidae 1
Hersilidae 1
Clysticidae 1
Sphaerotheriida sp.
Chelisochidae1
Forficulidae 1
Neanuridae1
Orthoptera sp.
Tanaoceridae 1
Cydnidae 1
Mesofeliidae 1
Hemiptera sp.
Ixodidae 1
Scorpiones sp.
Lepidoptera sp.
Achanidae

Frekuensi (%)
Tanah Serasah
83.33
75
95.83
79.17
16.67
20.83
4.17
16.67
0
4.17
12.5
8.33
33.33
25
95.83
12.5
50
37.5
20.83
0
8.33
8.33
0
4.17
70.83
58.33
45.83
12.5
25
50
12.5
4.17
0
12.5
0
4.17
41.67
50
16.67
4.17
12.5
8.33
25
25
33.33
33.33
4.17
0
4.17
20.83
4.17
0
4.17
0
0
8.33
4.17
0
0
4.17
0
8.33
0
4.17
725.00
600.00

22
Lampiran 5 Hasil penghitungan Uji T Independen pengaruh tekstur tanah terhadap
jumlah individu makrofauna tanah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Tekstur Tanah (Individu)
Loamy Sand
Sandy Loam
42
31
78
78
22
36
5
49
19
19
63
44
88
39
28
35
39
55
16
84
60
130
69
23

t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances

Mean
Variance
Observations
Hypothesized Mean Difference
Df
t Stat
P(T