Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis

PENGHAMBATAN KOROSI TEMBAGA MENGGUNAKAN
EKSTRAK TANIN DARI GAMBIR ASALAN, BIJI PINANG
DAN KULIT MANGGIS

RESA DENASTA SYARIF

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Penghambatan Korosi
Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit
Manggis“ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, 25 Juni 2015
Resa Denasta Syarif
F351110141

RINGKASAN
RESA DENASTA SYARIF. Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan
Ekstrak Tanin dari Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis. Dibimbing
oleh SUPRIHATIN dan PRAYOGA SURYADARMA.
Tembaga merupakan logam yang digunakan secara luas di industri karena
kemampuannya menghantarkan listrik dan kemampuan mekanik yang baik.
Meskipun memiliki banyak keunggulan, tembaga tidak terlepas dari masalah yaitu
korosi. Dampak korosi dapat menyebabkan kerusakan pada alat, ledakan,
kebakaran dan korban jiwa. Korosi tidak dapat dihindari sama sekali tetapi
lajunya dapat dikurangi. Penelitian mengenai pencegahan korosi pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan material mengandung tanin yang berasal dari
gambir asalan (Uncaria gambir Roxb.), biji pinang (Areca catechu) dan kulit
manggis (Garcinia mangostana). Ketiga bahan tersebut merupakan sumber daya
alam yang dimiliki Indonesia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah
memproduksi larutan inhibitor korosi terbaik pada tembaga yang ramah

lingkungan, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh sumber tanin terhadap laju korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M
serta menentukan konsentrasi inhibitor yang efektif dalam penghambatan korosi
pada tembaga dalam larutan HCl 1 M.
Ekstrak tanin dari gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis memiliki
kemampuan menghambat korosi ditandai dengan penurunan laju korosi pada
tembaga ketika direndam dalam larutan HCL 1 M. Kemampuan inhibitor terbaik
diperoleh dari larutan berbahan dasar gambir dengan laju korosi terendah yaitu
37.06 mpy diikuti dengan biji pinang sebesar 45.34 mpy dan kulit manggis
sebesar 49.49 mpy sedangkan pada blanko, laju korosi yang terjadi sebesar 190.46
mpy. Efisiensi inhibitor dari gambir adalah sebesar 80.54%, biji pinang 75.19%
dan kulit manggis 74.01%. Nilai energi aktivasi yang diperlukan sistem dengan
konsentrasi inhibitor berbahan dasar gambir sebesar 0.00%, 0.50%, 0.75% dan
1.00% berturut-turut adalah 6285 J/mol, 26347 J/mol, 31551 J/mol dan 28749
J/mol. Dengan demikian, penambahan inhibitor sebanyak 0.75% pada suhu 303 K,
308 K, 313 K dan 318 K efektif dalam menghambat laju korosi. Hal tersebut
dibuktikan dengan data penampakan logam yang tidak berubah menjadi biru
kehijauan seiring penambahan konsentrasi inhibitor pada lingkungan korosif.
Kata kunci : korosi tembaga, tanin, gambir asalan, biji pinang, kulit manggis


SUMMARY
RESA DENASTA SYARIF. Corrosion Inhibition of Copper by Using Tannin
Derived from Raw Gambier, Areca Nut and Mangosteen Peel. Supervised by
SUPRIHATIN and PRAYOGA SURYADARMA.
Copper is a metal widely used in industry because of its ability to conduct
electricity and good mechanical ability. Although it has many advantages, copper
faces problem relating with corrosion. The impact of corrosion can cause
equipment damage, explosion, fire and death. Corrosion can not be avoided, but
its rate can be decreased. In this research was made experimental corrosion
inhibitor from material derived from raw gambier (Uncaria gambir Roxb.), areca
nut (Areca catechu) and mangosteen peel (Garcinia mangostana). Those three
materials are natural resources that owned by Indonesia. The general objective of
this research was to produce the best solution on copper corrosion inhibitors that
are environmentally friendly, while the specific objective of this study were to
determine the effect of the source of tannins on the rate of corrosion on copper in
1 M HCl solution and to determine concentration of inhibitor that is effective in
inhibiting corrosion on copper in solution of 1M HCl.
Extract tannins from raw gambier, areca nut and mangosteen peel have the
ability to inhibit corrosion on copper when soaked in a solution of HCl 1 M. The
ability of the best inhibitors obtained from raw gambier-based solution with the

lowest corrosion rate is 37.06 mpy, followed by areca nut 45.34 mpy and
mangosteen peel 49.49 mpy while in the blank, the corrosion rate 190.46 mpy.
Inhibitor efficiency of gambier amounted to 80.54%, betel nut 75.19% and
mangosteen peel 74.01%. Activation energy value which needed by system with
concentration of 0.00%, 0.50%, 0.75% and 1.00% are respectively 6285 J/mol,
26347 J/mol, 31551 J/mol and 28749 J/mol. Therefor, the addition of inhibitors as
much as 0.75% at temperature of 303 K, 308 K, 313 K and 318 K was effective in
inhibiting the corrosion rate. This is supported the copper appearance data which
not change into greenich blue color while given by 0.75% tannin concentration.
Key words : copper corrosion, tannin, raw gambier, areca nut, mangosteen peel

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PENGHAMBATAN KOROSI TEMBAGA MENGGUNAKAN
EKSTRAK TANIN DARI GAMBIR ASALAN, BIJI PINANG
DAN KULIT MANGGIS

RESA DENASTA SYARIF

Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains
Pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Muslich MSi

Judul Tesis :Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari

Gambir Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis
Nama
: Resa Denasta Syarif
NIM
: F351110141
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr –Ing Ir Suprihatin
Ketua

Dr Prayoga Suryadarma STP MT
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana


Prof Dr Ir Machfud, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
5 Mei 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan tesis dengan judul
“Penghambatan Korosi Tembaga Menggunakan Ekstrak Tanin dari Gambir
Asalan, Biji Pinang dan Kulit Manggis“ ini berhasil diselesaikan. Tesis ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister di Program Studi
Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. –Ing. Ir. Suprihatin
Bapak Prof. Dr. Ir. E. Gumbira-Sa’id, MA. Dev (alm) dan Bapak Dr. Prayoga
Suryadarma, STP, MT selaku pembimbing, Bapak Dr. Ir.Muslich, M.Si selaku

dosen penguji luar dan Ibu Dr. Ir. Titi Chandra Sunarti, Msi selaku penguji dari
departemen pada ujian tesis atas segala ilmu pengetahuan, dorongan, motivasi dan
kesabaran dalam memberikan bimbingan selama penelitian sampai penulisan tesis
ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (Bapak Ir. Riawan
Syarif), ibu (Ibu Nurmalasari, BBA, mertua (Bapak Haryono Irfanda dan Ibu Ida
Latifah), suami (Triyoda Arrahman, STP), adik tercinta Ransa Gustrada Syarif, SP
dan Rensa Nitraga Syarif, Kakak Iis Nofriyadani, Kakak Tri Febri, Abang Hadid
Putra, SE dan serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.Ucapan
terima kasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman mahasiswa
Pascasarjana IPB, teman-teman rumah warna, serta sahabat yang telah bersedia
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Bogor, Juni 2015
Resa Denasta Syarif

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii


DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 METODE
Bahan
Alat
Tahapan Penelitian
Karakterisasi Bahan Baku
Ekstraksi Tanin

Penentuan Struktur Kimia Ekstrak Bahan Baku melalui Metode FTIR
Pengukuran Kadar Tanin Bahan
Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga
Pembuatan Larutan Inhibitor Korosi
Pengujian Efisiensi Larutan Inhibitor Menggunakan Metode
Gravimetri
Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga
Analisis Penampakan Logam
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bahan Baku
Pengaruh Jenis Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga
Pengaruh Konsentrasi Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga

1
1
3
3
3
4
4

4
4
4
5
5
5
5
6
6
6
7
8
8
8
12
14

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

16
16
17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1 Struktur kimia tanin terhidrolisis dan terkondensasi
2 Rendemen tanin dari bahan baku biji pinang, gambir asalan, kulit
Manggis
3 Nilai energi aktivasi pada tembaga dengan konsentrasi inhibitor
0.00%, 0.50%, 0.75% dan 1.00%
4 Penampakan tembaga setelah perendaman dalam larutan korosif dengan
dan tanpa penambahan inhibitor selama 24 jam
5 Mineral yang dapat terbentuk dari disolusi tembaga dan ion klorida

9
12
14
15
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Diagram alir penelitian
Spektrum FTIR katekin standar pada tanin terkondensasi
Spektrum FTIR katekin standar pada tanin terhidrolisis
Spektrum FTIR pada ekstrak gambir asalan
Spektrum FTIR pada ekstrak biji pinang
Spektrum FTIR pada ekstrak kulit manggis
Grafik laju korosi terhadap pelat tembaga dengan dosis inhibitor
sebesar 1.00% selama 24 jam
8 Reaksi kimia pembentukan tembaga tanat
9 Grafik hubungan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi tembaga
pada pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K dengan penambahan
larutan inhibitor tanin dari gambir asalan

5
9
10
10
11
11
13
13

14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Bahan dan alat utama penelitian
Diagram alir ekstraksi tanin
Diagram alir kadar tanin
Diagram alir pembuatan larutan inhibitor korosi
Penampakan tanin hasil ekstraksi dengan spray drier
Penampakan larutan induk inhibitor korosi
Perincian gugus fungsi setiap bahan dan interaksinya
Penampakan kondisi perendaman unit percobaan efisiensi inhibitor
dengan metode gravimetri

21
22
23
24
25
26
27
29

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tembaga merupakan logam yang digunakan secara luas di industri karena
kemampuannya menghantarkan listrik dan kemampuan mekanik yang baik.
Karena sifatnya tersebut, tembaga banyak digunakan pada sistem pemanas dan
pendingin, permesinan, sebagai konduktor pada sumber tenaga listrik dan sebagai
material pipa untuk mengalirkan air (termasuk air laut) untuk kebutuhan domestik
dan industri. Berdasarkan data CDA (2014), pemanfaatan tembaga di dunia antara
lain sebagai material konstruksi (51%), peralatan non listrik (15%), angkutan
(13%), peralatan listrik (13%) dan lain-lain (8%). Meskipun memiliki banyak
keunggulan, tembaga tidak terlepas dari masalah yaitu korosi.
Kerugian akibat korosi dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan
manusia yang berupa kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung.
Kerugian langsung dapat berupa terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan,
struktur bangunan atau produk. Kerugian tidak langsung dapat berupa terhentinya
aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak akibat korosi.
Lebih dari itu, korosi mengakibatkan bahaya pada kesehatan dan timbulnya
korban jiwa. Sebagai contoh bahaya korosi terjadi pada warga Pennsylvania.
Sekitar 60% dari sumber air yang dimiliki warga Pennsylvania memiliki air yang
korosif karena air tanah yang dimiliki cenderung mengandung asam. Hal tersebut
mengakibatkan komponen pipa penyalur air rumah tangga yang umumnya terbuat
dari tembaga, terkorosi dan air yang disalurkan tercemar. Dampak korosi
terindikasi dari penampakan air yang mengandung komponen hijau kebiruan,
adanya rasa logam pada air minum dan adanya kebocoran yang terjadi pada
saluran pipa air (Penn State Extention 2015). Dari segi biaya penanganan akibat
korosi per tahun dunia mencapai USD 1,8 triliun (Schmitt 2009).
Korosi tidak dapat dihindari sama sekali tetapi lajunya dapat dikurangi.
Penelitian mengenai pencegahan korosi pada baja lunak dan tembaga telah
dilakukan dengan menggunakan material berbahan dasar tanin. Tanin merupakan
senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan logamlogam berat seperti Pb, Cu, Fe, dan Sn). Komponen dasar tanin adalah asam galat
dan flavonoid dan akan membentuk glikosida bila polifenol berikatan dengan
karbohidrat (Hagerman 2002). Beberapa sumber tanin yang pernah digunakan
sebagai campuran formula anti korosi pada baja lunak antara lain tanin dari daun
teh (Loto 2011), kulit kayu mimosa (Acacia mearnsii DeWild.) (Peres et al. 2013),
tandan kosong kelapa sawit (TKKS) (Ibrahim et al. 2005), pinang (Kumar et al.
2013), dan gambir asalan (Gumbira-Sa’id et al. 2010), sedangkan pencegahan
korosi pada tembaga dilakukan dengan tanin dari kulit kayu bakau (Shah et al.
2011).
Berdasarkan kemampuan tanin dalam mencegah korosi pada baja lunak dan
tembaga, maka dalam penelitian ini dilakukan penelitian terhadap potensi tanin
untuk mencegah korosi pada tembaga dengan sumber daya yang dimiliki
Indonesia. Tanin yang digunakan berasal dari gambir asalan, pinang dan kulit
manggis.

2
Gambir merupakan salah satu komoditas utama Indonesia dimana 80%
kebutuhan gambir dunia dipenuhi oleh Indonesia (Idrus 2012). Volume ekspor
gambir dalam triwulan tahun 2010 mencapai 17293 ton (BPS Kabupaten Lima
Puluh Kota 2011). Gambir yang diekspor tidak diolah lebih lanjut, melainkan
masih dalam bentuk gambir asalan. Gambir asalan merupakan getah dari daun dan
batang tanaman perdu gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang dikeringkan dan
umumnya berbentuk silinder, berwarna cokelat hingga kehitaman. Penggunaan
gambir asalan di masyarakat luas umumnya untuk campuran menyirih, padahal
gambir asalan memiliki komponen kimia utama berupa katekin dan tanin yang
memiliki banyak manfaat untuk dikembangkan. Berdasarkan penelitian Hussin
dan Kassim (2010), larutan yang mengandung ekstrak gambir memiliki
kemampuan menghambat korosi baja lunak dalam larutan ber pH 5. Sama halnya
dengan gambir, biji pinang (Areca catechu) juga merupakan komoditas unggulan
Indonesia dengan volume produksi tahun 2011 mencapai 69881 ton dengan nilai
FOB USD 54959579 yang diekspor dalam bentuk biji pinang kering (BPS Jambi
2012). Biji pinang memiliki kemampuan sebagai larutan pencegah karat pada baja
lunak dalam media yang mengandung asam (Kumar et al. 2011). Sumber tanin
lainnya terdapat pada kulit manggis. Kulit manggis (Garcinia mangostana)
merupakan hasil samping dari buah manggis yang mengandung alkaloid, saponin,
triterpenoid, tanin, phenol, flavonoid. Volume produksi manggis pada tahun 2009
mencapai 105558 ton dengan total ekspor 34.40% dari total ekspor buah-buahan
Indonesia. Kulit buah manggis memiliki porsi terbanyak dari seluruh buah. Kulit
buah manggis berukuran besar dan bergetah memiliki persentase kulit basah per
buah sebesar 68.17%, bila dikeringkan menjadi kulit buah kering 36.68% kulit
kering/kulit basah, dengan persentase kulit kering per buah 27.09% (Setyabudi
2012). Pemanfaatan kulit manggis sebagai inhibitor pada baja lunak telah
dilakukan pada larutan bersifat asam (Kumar et al. 2011)
Ketiga bahan tersebut memiliki kandungan tanin dan sebelumnya telah
digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja lunak namun belum digunakan
sebagai inhibitor korosi pada tembaga. Sumber tanin tersebut diharapkan mampu
mencegah korosi pada tembaga, bahkan pada kondisi lingkungan ekstrim
sekalipun yaitu dalam larutan asam klorida (HCl). Ion klorida merupakan ion
yang sangat agresif pada tembaga karena kemampuannya membentuk lapisan
yang tidak stabil (CuCl) dan kompleks klorida yang larut (CuCl2- dan CuCl32-),
bahkan jumlah yang sedikit sekalipun, ion klorida mampu menyebabkan korosi
pada tembaga. Reaksi disolusi tembaga dalam ion klorida adalah sebagai berikut:
Cu + Cl-↔ CuClads + eCuClads + Cl-↔ CuCl2Cu + 2Cl-↔ CuCl2- + e- (reaksi berjalan lambat)
Dengan demikian, tembaga oksida dan hidroksida dapat terbentuk. Reaksi
katoda terdiri dari reduksi oksigen, yaitu :
O2 + 2H2O + 4e-↔ 4OHMenurut Yadav dan Dipti (2010) pada konsentrasi klorida dibawah
konsentrasi 1 M, disolusi tembaga akan terjadi dengan terbentuknya CuCl, dan
dengan penambahan konsentrasi ion klorida, maka 4e akan terbentuk pada CuCl2-.

3
Pada penambahan konsentrasi di atas 1 M, kompleks tembaga yang mungkin
dapat terbentuk antara lain CuCl32- dan CuCl43- (Sherif 2012).
Penambahan inhibitor dipercaya mampu mengeliminasi efek destruktif
media agresif pada tembaga. Komponen organik yang bersifat polar seperti
nitrogen, sulfur, dan oksigen serta komponen heterosiklik dengan grup fungsional
polar dan ikatan ganda terkonjugasi seperti mercaptotriazole (Varalakshmi dan
Appa-Rao 2011), imidazole (Otmacˇic´ dan Stupnisˇek-Lisac 2003), cysteine
(Khaled 2007), thiosemicarbazide (Singh et al. 2003) dan benzotriazole (Finšgar
dan Milošev 2010) dilaporkan mampu menghambat korosi pada tembaga. Dalam
penggunaannya sebagai material dasar berbagai peralatan pada rumah tangga dan
industri, tembaga rentan terhadap korosi dikarenakan banyaknya bahan kimia
yang melewati material atau terpapar ke tembaga tersebut sehingga pencegahan
korosi pada tembaga sangat diperlukan.

Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah larutan yang berasal dari tanin gambir asalan, biji pinang dan kulit
manggis memiliki kemampuan dalam menghambat korosi pada tembaga
dalam larutan HCl 1 M?
2. Apakah jenis tanin dari beberapa sumber tanin mempengaruhi keefektifan
larutan inhibitor dalam menurunkan laju korosi pada tembaga dalam larutan
HCl 1 M?
3. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi tanin pada larutan inhibitor dalam
menghambat korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M?

Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendesain larutan inhibitor korosi
terbaik pada tembaga yang ramah lingkungan, sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah menganalisis kemampuan larutan tanin dari gambir asalan,
biji pinang dan kulit manggis dalam menghambat korosi pada tembaga,
menganalisis pengaruh sumber tanin terhadap laju korosi pada tembaga dalam
larutan HCl 1 M serta menentukan konsentrasi inhibitor yang efektif dalam
penghambatan korosi pada tembaga dalam larutan HCl 1 M.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan nilai tambah dari
komoditas unggulan Indonesia melalui produksi larutan penghambat korosi yang
ramah lingkungan dan sebagai langkah awal mengatasi permasalahan korosi pada
tembaga melalui penghambatan laju korosi.

4
Ruang Lingkup Penelitian
1.

2.

3.

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
Karakterisasi bahan baku yang dilakukan meliputi ekstraksi tanin,pengujian
gugus fungsi dengan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan
pengukuran rendemen tanin
Pengujian kemampuan larutan inhibitor dari sumber tanin berbeda gambir
asalan, biji pinang dan kulit manggis dilakukan pada suhu ruang dan
konsentrasi yang sama (1.00%)
Pengujian kemampuan larutan inhibitor dari sumber tanin pada sumber tanin
terbaik dilakukan dengan konsentrasi 0.50%, 0.75% dan 1.00% pada suhu
303 K, 308 K, 313 K dan 318 K

2 METODE
Bahan
Bahan penelitian yang digunakan untuk ekstraksi tanin adalah gambir asalan,
biji pinang, kulit manggis, dan akuades, sedangkan bahan yang digunakan untuk
pengukuran kadar tanin adalah akuades, larutan Folin Denis dan Na2CO3 jenuh.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan larutan inhibitor korosi adalah tanin,
bioetanol dan akuades, sedangkan larutan korosif yang digunakan adalah HCl 1 M.
Logam yang digunakan untuk pengujian keefektifan anti karat adalah logam
tembaga dengan ketebalan 0,50 mm.

Alat
Alat yang digunakan untuk ekstraksi tanin meliputi mesin penggiling,
penangas, spray drier dan termometer. Alat yang digunakan untuk pengukuran
kadar tanin adalah alat-alat gelas dan spektrofotometer. Alat yang digunakan
untuk penelitian utama adalah ultrasonic bath, peralatan gelas, penangas dan
termometer. Alat yang digunakan untuk analisis meliputi alat pengukuran
spektrofotometer infra merah (FTIR) merek ABB FTIR MB3000, neraca analitik
dan mikroskop USB perbesaran 400x. Penampakan beberapa bahan dan alat
utama yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tahapan Penelitian
Penelitian penghambatan korosi tembaga menggunakan ekstrak tanin dari
bahan alam terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut dapat dapat
dilihat pada Gambar 1.

5

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

Karakterisasi Bahan Baku
Karakterisasi bahan baku yang dilakukan meliputi ekstraksi tanin,
pengujian gugus fungsi dengan metode Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan
pengukuran rendemen tanin.

Ekstraksi Tanin
Ektraksi tanin dilakukan dengan menggunakan pelarut air (Hamidah dan
Iskanawaty 2007). Bahan utama yaitu gambir asalan, biji pinang dan kulit
manggis digiling menggunakan disc mill hingga menjadi halus. Setelah itu, bahan
dilarutkan ke dalam pelarut berupa aquadest dimana setiap 100 gram bahan
dilarutkan dalam 500 ml aquadest dengan suhu 70 °C hingga larut. Campuran
dibiarkan selama 24 jam selanjutnya disaring dengan menggunakan pengering
vakum. Supernatan yang diperoleh merupakan bagian yang mengandung tanin
yang kemudian dikeringkan dengan menggunakan spray drier. Diagram alir
ekstraksi tanin dapat dilihat pada Lampiran 2.

Penentuan Struktur Kimia Ekstrak Bahan Baku melalui Metode Fourier
Transform Infrared (FTIR)
Sebanyak 250 mg KBr kering ditimbang, selanjutnya ditambahkan sejumlah
sampel yang berbentuk bubuk. Campuran tersebut dihomogenkan dan
dimasukkan ke dalam alat pencetak sehingga membentuk pellet. Pellet KBr
tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam spektrofotometri inframerah merk ABB
FTIR MB3800 dan persen transmisi dan peak yang muncul diperoleh dari
komputer yang terhubung dengan peralatan FTIR tersebut.

Pengukuran Kadar Tanin Bahan
Pengukuran kadar tanin dilakukan dengan mengikuti AOAC (2005).
Sebanyak 200 mg sampel ditimbang dan kemudian dimasukkan ke dalam labu

6
ukur 100 ml. Ke dalam labu ukur tersebut kemudian ditambahkan aquades
sebanyak 50 ml selanjutnya dihomogenkan dengan menggunakan sonifikator
selama 15 menit. Larutan kemudian diencerkan hingga mencapai tanda tera.
Sampel lalu disaring hingga diperoleh filtrat.
Pengukuran kadar tanin bahan: sebanyak 0,20 ml filtrat larutan
sampel/bahan dipipet ke dalam tabung reaksi 10 ml yang berisi 7.50 ml aquades.
Selanjutnya, sebanyak 0.50 ml larutan Folin Denis dan 1.00 ml Na2CO3
ditambahkan ke dalam larutan dan kemudian ditambahkan aquadest hingga
volume larutan mencapai 10 ml. Setelah 30 menit, nilai absorban dari larutan
kemudian diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 760 nm. Diagram alir pengukuran kadar tanin dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga
Penentuan pengaruh sumber tanin dalam menghambat laju korosi diawali
dengan pembuatan larutan inhibitor korosi dan selanjutnya diuji kemampuan
penghambatan korosinya dengan metode pengurangan berat (gravimetri). Pada
penentuan pengaruh sumber tanin, konsentrasi yang digunakan adalah sama yaitu
1.00%. Selain konsentrasi, suhu percobaan yang digunakan juga sama yaitu suhu
ruang.

Pembuatan Larutan Inhibitor Korosi
Pembuatan larutan induk inhibitor korosi dilakukan dengan melarutkan
ekstrak tanin ke dalam aquades dan bioetanol. Sebanyak 10 mg ekstrak tanin
dilarutkan dalam 84 ml aquades. Selanjutnya larutan dipanaskan hingga suhu 70
°C dan dilakukan pengadukan. Larutan kemudian didinginkan dan ditambahkan
bioetanol hingga 100 ml (Shreir 1958). Diagram alir pembuatan larutan induk
inhibitor korosi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengujian Efisiensi Larutan Inhibitor Menggunakan Metode Pengurangan
Bobot Logam (Gravimetri)
Perendaman suatu logam pada larutan korosif akan mengakibatkan
terjadinya korosi pada logam tersebut seiring berjalannya waktu. Untuk
mengetahui efisiensi larutan inhibitor berbahan dasar tanin, maka dilakukan
pengujian gravimetri dimana logam yang diuji yaitu tembaga, direndam di dalam
larutan korosif berupa 1 M HCl dengan dan tanpa ditambahkan larutan inhibitor.
Prinsip metode pengurangan bobot adalah dengan melakukan penimbangan bobot
logam sebelum dan setelah perendaman dalam jangka waktu tertentu. Selanjutnya
nilai yang didapat dari pengukuran tersebut digunakan untuk mengetahui laju
korosi logam dan efisiensi larutan inhibitor (Zarrouk et al. 2011, Fouda et al. 2011,
Shah et al. 2011)
Pengujian gravimetri dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap pertama
merupakan pengujian gravimetri untuk penentuan sumber inhibitor terbaik dan

7
tahap kedua merupakan pengujian gravimetri untuk penentuan konsentrasi
inhibitor korosi paling efektif dari sumber inhibitor terbaik. Tahap persiapan
pengujian gravimetri adalah sebagai berikut : spesimen tembaga berukuran 10 mm
x 10 mm x 0,5 mm dipersiapkan dalam pengujian kehilangan bobot tembaga.
Pelat tembaga diampelas bertahap menggunakan ampelas 400 hingga 1000 grid,
selanjutnya dibilas dengan menggunakan akuades dan aseton. Pelat logam yang
digunakan untuk pengujian larutan anti karat selanjutnya direndam ke dalam
larutan korosif HCl 1 M dengan dan tanpa larutan inhibitor dan ditimbang
bobotnya setelah 24 jam. Inhibitor yang digunakan pada tahap pertama adalah
gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis dengan konsentrasi 1.00%.
Penampakan larutan inhibitor dan unit percobaan gravimetri dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Laju korosi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
..............................(ASTM 1994)
Dimana :
CR
= laju korosi (mili inchi/tahun, mpy)
K
= konstanta konversi ke mpy: 3,45 x 106
W0
= bobot awal logam (g)
W1
= bobot akhir logam setelah perendaman dengan inhibitor (g)
D
= massa jenis logam (massa jenis tembaga 8,93 g/cm3)
A
= luas permukaan logam (cm2)
T
= waktu perendaman (jam)
Penentuan efisiensi inhibisi dan fraksi logam tertutupi dihitung dengan
persamaan berikut :
.......................(Sherif 2012)
dimana :
IE
= efisiensi inhibitor (%)
CR0
= laju korosi tanpa inhibitor (mpy)
CR1
= laju korosi dengan inhibitor (mpy)

Penentuan Pengaruh Sumber Tanin dalam Inhibisi Korosi Tembaga
Penentuan konsentrasi terbaik dilakukan dengan melakukan pengujian
gravimetri dengan penambahan inhibitor sebesar 0.50%, 0.75%, 1.00% pada suhu
303 K, 308 K, 313 K dan 318 K. Nilai laju korosi yang diperoleh selanjutnya
digunakan untuk menghitung energi aktivasi yang terjadi pada pelat tembaga.
Nilai energi aktivasi dihitung dengan persamaan Arhenius berikut (Obot et al.
2009):
ln CR =
+ ln A
dimana :
Ea = Energi aktivasi (J/mol)

8
R = Konstanta gas universal (8,314 J/mol.K)
T = Suhu (K)
A = Tetapan Arhenius

Analisis Penampakan Fisik Logam
Analisis penampakan logam secara makro dilakukan dengan pengamatan
langsung terhadap permukaan logam dan didokumentasikan dengan menggunakan
kamera digital. Analisis logam secara mikro dilakukan dengan mengamati
permukaan logam menggunakan mikroskop USB pada permukaan logam dengan
perbesaran 400x. Analisis permukaan logam secara mikro dilakukan untuk
melihat struktur permukaan logam setelah perlakuan.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Bahan Baku
Analisis gugus fungsi merupakan salah satu cara untuk mengetahui struktur
kimia yang terdapat pada suatu bahan. Pada penelitian ini, gugus fungsi
diidentifikasi menggunakan metode FTIR dimana sampel yang diidentifikasi
dilewatkan pada sinar infra merah yang memiliki frekuensi tertentu. Senyawa
yang diteliti pada penelitian ini adalah hasil ekstraksi gambir asalan, biji pinang
dan kulit manggis. Metode ekstraksi yang digunakan merupakan metode untuk
mengekstrak senyawa aktif dari bahan berupa tanin. Penampakan tanin bubuk
hasil ekstraksi dengan air panas dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tanin dibagi menjadi dua golongan berdasarkan struktur penyusunnya
antara lain tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terhidrolisis terdiri
dari turunan asam galat (galotanin) sedangkan tanin terkondensasi umumnya
terdiri dari turunan flavan-3-ols(-)-epikatekin dan (+)-katekin (Hagerman 2002).
Struktur kimia tanin terhidrolisis dan terkondensasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Spektrum FTIR dari tanin terhidrolisis (asam galat) dan tanin terkondensasi dapat
dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3, sedangkan tabel gugus fungsi dari ketiga
bahan baku yaitu gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis hasil analisis FTIR
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Dari struktur kimia serta spektrum FTIR yang ditunjukkan oleh Gambar 2
dan Gambar 3, diketahui bahwa struktur dasar tanin terhidrolisis terdiri dari gugus
hidroksil alkohol dan fenol (R-OH) dengan range arbsorbsi (3550-3200 cm-1),
cincin aromatik (C=C) dengan range arbsorbsi 1700-1400 cm-1 sedangkan pada
tanin terkondensasi, terdapat tambahan gugus karboksil dan hidroksil lainnya
(ester dan eter) (R-C-O, R-O-R) dengan ditunjukkan pada banyaknya peak yang
muncul pada range arbsorbsi 1300-1000 cm-1. Hasil uji FTIR pada gambir asalan
dapat dilihat pada Gambar 4.

9

No

Tabel 1 Struktur kimia tanin terhidrolisis dan terkondensasi
Nama senyawa
Struktur kimia

1

Asam galat (tanin terhidrolisis)

2

Flavan-3-ols(-)-epikatekin
(tanin terkondensasi)

(+)-katekin
3
(tanin terkondensasi)

Gambar 2 Spektrum FTIR katekin standar pada tanin terkondensasi
Sumber : Ramos-Tejada et al. (2002)

10

Gambar 3 Spektrum FTIR asam galat standar pada tanin terhidrolisis
Sumber : Al-Mosawe dan Al-Saadi (2012)

Gambar 4 Spektrum FTIR pada ekstrak gambir asalan
Berdasarkan hasil spektrum FTIR pada gambir asalan, maka diketahui
bahwa ekstrak dari gambir asalan mengandung senyawa tanin terkondensasi.
Gugus hidroksil alkohol fenol pada tanin gambir asalan terdapat pada puncak
serapan 3410 cm-1 sedangkan C=C aromatik terdapat pada puncak serapan 1636

11
cm-1, 1520 cm-1, 1412 cm-1 dan gugus karboksil dan hidroksil lainnya terdapat
pada 1296 cm-1, 1250 cm-1,1203 cm-1,1149 cm-1, 1080 cm-1, 1026 cm-1. Hasil uji
FTIR pada biji pinang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Spektrum FTIR pada ekstrak biji pinang
Biji pinang mengandung tanin dengan jenis tanin terkondensasi. Hal
tersebut diketahui dari peak yang muncul yaitu gugus hidroksil alkohol, fenol
pada tanin biji pinang terdapat pada puncak serapan 3425 cm-1, sedangkan C=C
aromatik terdapat pada puncak serapan 1528 cm-1dan 1450 cm-1, gugus karboksil
dan hidroksil lainnya terdapat pada 1288 cm-1 dan 1111 cm-1. Hasil uji FTIR pada
kulit manggis dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Spektrum FTIR pada ekstrak kulit manggis

12
Struktur tanin pada kulit manggis juga merupakan tanin terkondensasi.
Gugus hidroksil alkohol fenol pada tanin kulit manggis terdapat pada puncak
serapan 3425 cm-1 sedangkan C=C aromatik terdapat pada puncak serapan 1412
cm-1 dan gugus karboksil dan hidroksil lainnya terdapat pada 1149 cm-1, 1080 cm1
dan 1026 cm-1. Dengan adanya gugus fungsi penyusun tanin, maka penelitian
dilanjutkan dengan mengukur kadar tanin tersebut.
Hasil karakterisasi bahan baku berupa rendemen tanin dapat dilihat pada
Tabel 2. Konsentrasi tanin hasil pengeringan dari ketiga sampel tertinggi
diperoleh dari biji pinang, diikuti oleh gambir asalan dan kulit manggis.
Tabel 2 Rendemen tanin dari bahan baku biji pinang, gambir asalan, kulit
manggis
No

Nama Sampel

Rendemen tanin murni dari
bahan baku (%)

1
Biji pinang
0.5494±0.0011a
2
Gambir asalan
0.4503±0.0076b
3
Kulit manggis
0.1883±0.0027c
*a,b,c : huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Nilai dari kadar tanin setiap bahan digunakan untuk menghitung
komposisi bahan dalam larutan inhibitor korosi pada tembaga. Tanin memiliki
jenis yang berbeda-beda dalam setiap bahan sehingga berpeluang menghasilkan
efek yang berbeda pula dalam kemampuan menghambat korosi. Pengaruh jenis
tanin yang dikandung dalam setiap bahan dapat diketahui dengan menggunakan
dosis inhibitor yang sama. Banyaknya yang digunakan mengacu pada hasil
rendemen yang pada Tabel 2. Dengan menggunakan konsentrasi tanin yang sama
dengan bahan yang berbeda maka akan dapat dianalisis pengaruh jenis tanin dari
suatu bahan dalam mencegah korosi.

Pengaruh Jenis Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga
Penentuan jenis inhibitor terbaik dilakukan dengan membandingkan
keefektifan inhibitor dengan sumber tanin yang berbeda yaitu gambir, pinang dan
kulit manggis dengan konsentrasi yang sama yaitu 1.00% selama 24 jam.
Penampakan larutan induk inhibitor yang ditambahkan ke dalam unit percobaan
dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan rafik efisiensi inhibitor dapat dilihat
pada Gambar 7. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui ketiga jenis inhibitor
memiliki kemampuan menghambat korosi pada tembaga. Kemampuan inhibitor
terbaik diperoleh dari larutan berbahan dasar gambir dengan laju korosi terendah
yaitu 37.06 mpy diikuti dengan biji pinang sebesar 45.34 mpy dan kulit manggis
sebesar 49.49 mpy, sedangkan pada blanko, laju korosi yang terjadi sebesar
190.46 mpy. Efisiensi inhibitor dari gambir adalah sebesar 80.54%, biji pinang
75.19% dan kulit manggis 74.01%. Kemampuan inhibitor terbaik dihasilkan dari
inhibitor berbahan dasar gambir asalan sehingga bahan yang digunakan untuk
penelitian lanjutan pada logam dengan penambahan inhibitor dilakukan dengan
menggunakan gambir asalan.

13

Gambar 7 Grafik laju korosi terhadap pelat tembaga dengan dosis inhibitor
sebesar 1.00% selama 24 jam
Mekanisme penurunan laju korosi pada tembaga adalah terbentuknya
ikatan tembaga tanat yang stabil sehingga kompoten tembaga tidak terurai oleh
ion klorida (zat korosif). Reaksi yang terjadi antara tembaga dan tanin membentuk
lapisan tembaga tanan yang stabil. Pembentukan tembaga tanat dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8 Reaksi kimia pembentukan tembaga tanat
Tanin gambir asalan merupakan tanin terkondensasi yang mampu
membentuk ikatan yang kuat dengan beberapa ion logam. Dibandingkan dengan
tanin dari biji pinang dan kulit manggis, spektrum tanin terkondensasi dari gambir
asalan memiliki peak yang lebih banyak di area 1300-1000 cm-1 yang
menandakan kompleksitas yang lebih pada senyawa tanin pada gambir asalan
sehingga memiliki bobot molekul yang lebih besar dan lebih stabil dalam
berikatan dengan ion tembaga.
Kemampuan gambir asalan yang unggul dibandingkan dengan bahan
lainnya dengan komposisi tanin yang sama menunjukkan bahwa gambir asalan
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan dikomersialkan. Dari sisi
ekonomi, komposisi bahan baku yang besar akan mempengaruhi biaya produksi
suatu produk sehingga semakin sedikit bahan baku yang digunakan maka akan
semakin ekonomis biaya produksinya. Dengan demikian, dilakukan penelitian
lanjutan berupa penentuan pengaruh konsentrasi tanin dengan dosis inhibitor
1.00% dan dibawah 1% sebesar 0,00% (tanpa penambahan inhibitor), 0.50% dan
0.75%.

14

Pengaruh Konsentrasi Inhibitor terhadap Laju Korosi Tembaga
Penelitian lanjutan berupa penentuan pengaruh konsentrasi tanin dengan
dosis inhibitor sebesar 0.00% (tanpa inhibitor), 0.50%, 0.75% dan 1.00%
dilakukan dengan suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K. Grafik hubungan
konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi tembaga pada suhu 303 K, 308 K, 313 K
dan 318 K dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Grafik hubungan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi tembaga
pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K dengan penambahan
larutan inhibitor tanin dari gambir asalan
Terlihat bahwa laju korosi cenderung menurun seiring dengan penambahan
konsentrasi larutan inhibitor, akan tetapi seiring peningkatan suhu, laju korosi
meningkat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kairi dan
Kassim (2012), dimana laju korosi logam yang direndam dalam 1 M HCl dengan
kisaran suhu 308-328 K, semakin meningkat seiring meningkatnya suhu namun
semakin menurun seiring peningkatan konsentrasi inhibitor. Hubungan
konsentrasi inhibitor terhadap energi aktivasi pada suhu 303 K, 308 K, 313 K, dan
318 K dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai energi aktivasi pada tembaga dengan konsentrasi inhibitor 0.00%,
0.50%, 0.75% dan 1.00%
Konsentrasi inhibitor
Energi aktivasi (J/mol)
R2
(%)
0.00
6285
0.864
0.50
26347
0.914
0.75
31551
0.858
1.00
28749
0.892

15
Diketahui bahwa energi aktivasi pada blanko bernilai rendah menandakan
permukaan logam lebih cepat bereaksi sehingga laju korosi semakin cepat. Namun
pada unit percobaan dengan penambahan larutan inhibitor, energi aktivasi
meningkat seiring naiknya konsentrasi larutan inhibitor, yang menandakan
struktur permukaan logam yang lebih stabil sehingga laju korosi semakin
menurun.
Sebagai konformasi bahwa peningkatan konsentrasi inhibitor berpengaruh
pada inhibisi tembaga, telah dilakukan pengamatan penampakan tembaga pada
ukuran sebenarnya (1:1) dan pada perbesaran 400 x. Penampakan logam tembaga
dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan penampakan perendaman unit percobaan
pada pengujian efisiensi inhibisi korosi dengan metode gravimetri dapat dilihat
pada Lampiran 8.
Tabel 4 Penampakan tembaga setelah perendaman dalam larutan korosif dengan
dan tanpa penambahan inhibitor selama 24 jam, 1x dan 400x perbesaran
Konsentrasi
Inhibitor

1

Ulangan ke2

3

0,00%

0.50%

0.75%

1.00%

Setelah perendaman selama 1 hari, terlihat bahwa pelat tembaga berubah
menjadi kecoklatan hingga biru kehijauan. Adanya korosi ditandai dengan
terbentuknya warna biru kehijauan yang merupakan warna asal unsur tembaga.
Hal tersebut berasal dari reaksi tembaga dengan ion klorida yang kemudian larut

16
dalam larutan. Pada penelitian ini, larutan HCl tanpa inhibitor yang merendam
tembaga ikut berubah warna pula menjadi biru kehijauan.
Berdasarkan hasil penelitian, logam yang direndam tanpa penambahan
inhibitor (dosis inhibitor 0.00%) mengalami korosi terparah. Tembaga terkorosi
merata pada seluruh permukaan logam yang ditandai dengan tekstur tembaga
yang tidak rata dan membentuk struktur biru kehijauan. Pada penambahan
inhibitor 0.50% pada ulangan pertama, kedua dan ketiga masih terlihat warna
logam biru kehijauan namun sudah tidak sebanyak blanko. Penambahan inhibitor
0.75% dan 1.00%, korosi terlihat jauh lebih menurun ditandai oleh sangat sedikit
ditemukannya warna biru kehijauan pada logam dan logam berwarna sedikit gelap
dari gambar awalnya, selain itu permukaan tembaga tidak terurai menjadi kasar.
Pada 0.75% dan 1.00% tidak tampak perbedaan hasil akhir yang mencolok
sehingga dengan konsentrasi 0.75% sudah menujukkan hasil yang efektif dalam
menghambat korosi. Adapun warna gelap pada tembaga disebabkan tanin
memiliki zat warna coklat yang cukup pekat dan juga menandakan gugus
hidroksil pada tanin sudah bereaksi dengan logam membentuk lapisan tembagatanat (Zelinka dan Stone 2011).
Berdasarkan warna yang terbentuk, dapat teridentifikasi senyawa yang
terbentuk dari logam tembaga dengan ion klorida. Beberapa senyawa yang
mungkin terbentuk antara lain atacamite, paratacamite dan botallacit. Atacamite
dan paratacamite banyak ditemukan pada endapan mineral, produk industri, objek
arkeolog dan sebagai produk korosi pada logam tembaga (Sherif 2012). Nama
mineral yang dapat terbentuk dari disolusi tembaga dan ion klorida dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5 Mineral yang dapat terbentuk dari disolusi tembaga dan ion klorida
Nama mineral
Rumus Kimia
Nama kimia
Warna
Atacamite

Cu2(OH)3Cl

Basic cupric chloride Hijau cerah hingga
hijau gelap

Paratacamite

CuCl2.
3Cu(OH)2

Botallacit

Cu2(OH)3Cl.H2O Basic cupric chloride Biru kehijauan

Basic cupric chloride Hijau cerah hingga
hijau gelap

IV SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak tanin dari gambir asalan, biji pinang dan kulit manggis memiliki
kemampuan menghambat korosi ditandai dengan penurunan laju korosi pada
tembaga ketika direndam dalam larutan HCL 1 M. Larutan inhibitor dengan bahan
baku utama gambir memiliki kemampuan lebih baik dalam menghambat korosi

17
dibandingkan dengan bii pinang dan kulit manggis. Penambahan inhibitor
sebanyak 0.75% pada suhu 303 K, 308 K, 313 K dan 318 K efektif dalam
menghambat laju korosi. Hal tersebut didukung dengan data penampakan logam
yang tidak berubah menjadi biru kehijauan seiring penambahan konsentrasi
inhibitor pada lingkungan korosif.
Saran
Saran untuk penelitian ini adalah diperlukannya metode aplikasi lanjutan
terhadap larutan inhibitor berbahan dasar tanin sehingga mudah untuk digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Mosawe EHA, Al-Saadi II. 2012. The extraction and purification of gallic
acid from the pomegranate rind. Al-Mustansiriyah J Sci. 23(6):53-60.
[AOAC] Association of Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis
of
The Association of Analytical Chemists 952.03. Washinton DC
(US):AOAC Int.
[ASTM] American Standard Testing and Material G102. 1994. Standard Practice
for Calculation of Corrosion Rates and Related Information from
Electrochemical Measurements. Philadelphia(US): ASTM Comm.
[BPS Jambi] Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2012. Data Ekspor Pinang
Provinsi Jambi. Jambi (ID): BPS Provinsi Jambi.
[BPS Kabupaten Lima Puluh Kota] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh
Kota. 2011. Kontribusi Komoditi Gambir Terhadap Sektor Pertanian.
Kabupaten Lima Puluh Kota (ID): BPS Kabupaten Lima Puluh Kota.
[CDA] Copper Development Association. 2014. Annual Data Copper Suply and
Consumption [internet]. New York (US): CDA Inc. hlm 1-21. [diunduh pada
2015
januari
2].
Tersedia
pada
:
http://www.copper.org/resources/market_data/pdfs/annual_data.pdf
Finšgar M, Milošev I. 2010. Inhibition of copper corrosion by 1,2,3-benzotriazole:
A review. Corr Sci. 52(2010):2737–2749.
Fouda AS, Wanees S, Modrek A. 2011. Some hydrazone derivatives as corrosion
inhibitors for iron in 3.5% H3PO4 solution. Afr J Pure Appl Chem. 5(8):224236.
Gumbira-Said E, Syamsu K, Syarif RD, Evalia NA. 2010. Pemanfaatan tanin dari
gambir sebagai produk peluruh dan pencegah karat pada logam. Di dalam:
[BIC], editor. 103 Inovasi Paling Prospektif. Tangerang (ID):Business
Innovation Centre
Hagerman AE. 2002. Tannin Handbook. Miami (US) : Hagerman Publ.
Hamidah S, Iskanawaty ED. 2007. Rendemen dan kadar tanin kulit kayu api-api
(Avicennia marina Vierh) melalui metode ekstraksi air panas. J Hut Trop
Borneo. 8(21):89-105.

18
Hussin MH, Kassim MJ. 2010. Electrochemical studies of mild steel corrosion
inhibition in aqueous solution by Uncaria gambir extract. J Phys Sci,
21(1):1–13.
Ibrahim MNM, Nadiyah MYN, Amirul AA. 2005. Extraction of tannin in oil palm
empty fruit bunch as rust deactivator. Mater Sci Eng. 10(8):197-201.
Idrus RK. 2012. Tren perkembangan komoditi unggulan. J Eko STIE Haji Agus
Salim Bukittinggi. 7(2):1-11
Kairi NI, Kassim J. 2013. The effect of temperature on the corrosion inhibition of
mild steel in 1 M HCl solution by Curcuma longa extract. Int J Electrochem
Sci. 8(2013):7138-7155.
Khaled I. 2007. Evaluation of cysteine as environmentally friendly corrosion
inhibitor for copper in neutral and acidic chloride solutions. Electrochim Acta.
52(28):7811-7819. DOI: 10.1016/j.electacta.2007.02.053
Kumar KPV, Pillai MSN, Thusnavis GR. 2011. Green corrosion inhibitor
from seed extract of Areca catechu for mild steel in hydrochloric acid
medium. J Mater Sci. 46(15):5208-5215.
Kumar KPV, Pillai MSN, Thusnavis GR. 2011. Pericarp of the fruit of Garcinia
mangostana as corrosion inhibitor for mild steel in hydrochloric acid medium.
J Portugal Electrochim Act. 28(6):373-383.
Loto CA. 2011. Inhibition effect of tea (Camellia sinensis) extract on the
corrosion of mild steel in dilute sulphuric acid. J Mat Environ Sci. 2(4):335344.
Obot IB, Obi-Egbedi NO, Umoren SA. 2009. Adsorption characteristics and
corrosion inhibitive properties of clotrimazole for aluminium corrosion in
hydrochloric acid. Int J Electrochem Sci. 4(2009):863-877.
Otmacˇic´ H, Stupnisˇek-Lisac E. 2003. Copper corrosion inhibitors in near
neutral media. Electrochim Acta. 48(2003):985-991.
[PSE] Penn State Extention. 2015. Corrosive Water Problem [Internet].
Pennsylvania(US):PSE. Hlm 1-4 [diunduh pada 2015 Januari 6]. Tersedia
pada: http://extension.psu.edu/natural-resources/water/drinking-water/watertesting/water-treatment/corrosive-water-problems
Peres RS, Cassel E, Azambuja DS. 2012. Black wattle tannin as steel corrosion
inhibitor. ISRN Corr. 2012(12):1-9. doi:10.5402/2012/937920.
Ramos-Tejada MM, Dura´n JDG, Ontiveros-Ortega A, Espinosa-Jimenez M,
Perea-Carpio R, Chibowski E. 2002. Investigation of alumina/(+)-catechin
system properties part I: a study of the system by FTIR-UV–Vis spectroscopy.
Biointerfaces. 24(2002):297–308.
Singh MM, Rastogi RB, Upadhyay BN, Yadav M. 2003. Thiosemicarbazide,
phenyl isothiocyanate and their condensation product as corrosion inhibitors of
copper in aqueous chloride solutions. Mater Chem Phys. 80(1):283–293.
Shah AM, Rahim AA, Yahya S, Raja PB. 2011. Acid corrosion inhibition of
copper by mangrove tannin. Pigment Resin Technol. 40(2):118–122
Schmitt G. 2009. Global Needs for Knowledge Dissemination, Research, and
Development in Materials Deterioration and Corrosion Control. Texas (US):
NACE Int.
Setyabudi DA. 2012. Pemanfaatan kulit buah manggis dan teknologi
penepungannya. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 34(1):1213.

19
Sherif EM. 2012. Electrochemical and gravimetric study on the corrosion and
corrosion inhibition of pure copper in sodium chloride solutions by two azole
derivatives. Int J Electrochem Sci. 7(2012):1482 – 1495.
Shreir LL. penemu; United States Patent Office (1958 Sept 30). Protective coating
for metals. United States Patent Office US 2854368.
Varalakshmi C, Appa-Rao BV. 2001. Inhibition of corrosion of copper by
5‐mercapto‐3‐p‐nitrophenyl‐1,2,4‐triazole in aqueous environment. J AntiCorr Methods Mater. 48(3):171-180.
Yadav M, Dipti ES. Dithiobiurets as corrosion inhibitors for copper in 3.5% NaCl
solution. Port. Electrochim. Acta. 28(1):51-62.
Zarrouk A, Hammouti B, Zarrok H, Al-Deyab SS, Messali M. 2011. Temperature
effect, activation energies and thermodynamic adsorption studies of l-cysteine
methyl ester hydrochloride as copper corrosion inhibitor in nitric acid 2 m. Int
J Electrochem Sci. 6(1):6261-6274.
Zelinka SL, Stone DS. 2011. The effect of tannins and pH on the corrosion of
steel in wood extracts. Mater Corr. 62(8):739-744

20

LAMPIRAN

21
Lampiran 1 Bahan dan alat utama penelitian

Gambir asalan

Biji pinang kering

Kulit manggis kering

Spray drier

ABB FTIR MB3800

Ultrasonic bath

Digital microscope

Disc mill

Pelat tembaga

22
Lampiran 2 Diagram alir ekstraksi tanin

Sumber Tanin

Pengecilan Ukuran

Pelarutan dengan air (H2O)
pada suhu 70° C

Penyaringan

Ampas

Filtrat

Pengeringan dengan
Spray Drier

Tanin Bubuk

23
Lampiran 3 Diagram alir pengukuran kadar tannin

Tanin Bubuk

Akuades

Pencampuran Hingga
Larut

Penyaringan

Ampas

Filtrat

Larutan
Na2CO3 jenuh

Pencampuran

Pengukuran Absorban
dengan Panjang
Gelombang 760

Kadar Tanin
Bahan

Larutan Folin
Denis

24
Lampiran 4 Diagram alir pembuatan larutan inhibitor korosi

Tanin Bubuk

Akuades

Pemanasan pada Suhu
70° C

Pengadukan

Pendinginan

Larutan
Inhibitor
Korosi

Bioetanol

25
Lampiran 5 Penampakan tanin hasil eksraksi dengan spray drier

Gambir asalan

Biji Pinang

Kulit manggis

26
Lampiran 6 Perincian gugus fungsi setiap bahan dan interaksinya
Peak

Intensitas

Gambir

Pinang

Kulit
manggis

3550-3200

kuat

3410

3425

3425

3000-2850

kuat

-CH2-

1700-1000

kuat

2939
1620
1528
1450
1389
1288
1111

2932
1643
1412
1373
1149
1080
1026

Aromatik

1000-700

kuat

2932
1636
1520
1412
1373
1296
1250
1203
1149
1080
1026
933
764
710

771

764
702

1700-1400

sedanglemah

1636

1528

1412

1520
1412

1450

1296
1250
1203
1149
1080

1288
1111

1149
1080
1026

3425

3425

Gugus fungsi
O-H
Alkohol, fenol
C-H
Alkana

C=C
Aromatik

C-O, -OAlkohol, eter,
ester, asam
karboksilat

1300-1000

kuat

1026
N-H
Amida, amina
primer dan
sekunder

3100-3500

Sedang

3410

amina

1640-1550

sedang–
kuat

1620

N=O
Nitro
C-X

1600-1500

Kuat

1528

sa

27

Lampiran 6 Perincian gugus fungsi setiap bahan dan interaksinya (lanjutan)
Gugus fungsi

Peak

Intensitas

Gambir

Pinang

Fluorida

1400-1000

kuat

1373
1296
1250
1203
1149
1080
1026

1389
1288
1111

Klorida
Bromida, Iodida

800-600