Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak Bunga Tasbih (Canna hybrida L) Sebagai Pewarna

(1)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN

EKSTRAK BUNGA TASBIH (Canna hybrida L.)

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

OLEH:

CUT ALFAINI RAHMAH FAUZANA

NIM 091524012

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN

EKSTRAK BUNGA TASBIH (Canna hybrida L.)

SEBAGAI PEWARNA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

CUT ALFAINI RAHMAH FAUZANA

NIM 091524012

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN

EKSTRAK BUNGA TASBIH (

Canna hybrida

L.)

SEBAGAI PEWARNA

OLEH:

CUT ALFAINI RAHMAH FAUZANA

NIM 091524012

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: 26 April 2013

Pembimbing I,

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Panitia Penguji

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Dra. Saodah, M.Sc., Apt. NIP 194901131976032001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. 196005111989022001

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001 Medan, Juni 2013

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Formulasi Lipstik Menggunakan Ekstrak Bunga Tasbih (Canna hybrida L) Sebagai Pewarna

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, memberi bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan ilmu pengetahuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak Dr. Martua Pandapotan Nasution, MPS., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini dan Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan. Terima kasih kepada Ibu kepala Laboratorium Farmasetika Dasar yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.


(5)

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Suami tercinta Muhammad Sanusi Hasibuan, Ayahanda tercinta Drs. Syamsul Bahri dan Ibunda tercinta Ramsiah yang tiada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada Kakanda tercinta Cut Ramsuliana, dan Adinda Ariful Hanif Bahri serta teman-teman mahasiswa Farmasi yang selalu mendoakan, memberi nasehat, menyayangi dan memotivasi penulis. Terima kasih atas semua doa, kasih sayang, keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, April 2013 Penulis,

Cut Alfaini Rahmah Fauzana


(6)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK

BUNGA TASBIH (

Canna hybrida

L.) SEBAGAI PEWARNA

ABSTRAK

Bunga tasbih (Canna hybrida L.) memiliki berbagai warna yang menarik diantaranya adalah warna merah, warna merah berasal dari antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki berbagai manfaat, diantaranya sebagai pewarna alami sehingga dapat menjadi alternatif dalam pewarna kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat lipstik dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung dalam bunga tasbih.

Zat warna dari bunga tasbih diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat dan 0,1% natrium metabisulfit. Formulasi sediaan lipstik terdiri dari cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax, oleum ricini, lanolin, propilen glikol, titanium dioksida, butil hidroksitoluen, Tween 80, parfum dan nipagin serta penambahan pewarna ekstrak bunga tasbih dengan konsentrasi 32, 34, 36, 38 dan 40%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur lipstik, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles, pemeriksaan pH, uji iritasi pada manusia dan uji kesukaan

(hedonic test) pada punggung tangan.

Hasil ekstraksi bunga tasbih memiliki rendemen 4,596%. Hasil pemeriksaan mutu fisik lipstik menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih menunjukkan bahwa sediaan homogen, memiliki titik lebur 61-63oC, memiliki kekuatan lipstik yang baik yaitu 84,98-144,98 g, stabil, mudah dioleskan dengan warna yang merata, pH berkisar antara 3,7-4,1, tidak menyebabkan iritasi. Sediaan yang disukai adalah sediaan dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 38 dan 40%.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak bunga tasbih dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lipstik.


(7)

FORMULATION OF LIPSTICK USING TASBIH FLOWER EXTRACT (Canna hybrida L.) AS COLORANT

ABSTRACT

Canna hybrida L. has various interesting colors and one of them is red, it

is comes from anthocyanin pigments which are flavonoid compounds. Anthocyanins have various benefits, one of them is natural dye so that can become alternative in cosmetics colorant. The purpose of this research was to make lipstick using natural coloring agent which contained in tasbih flower.

The dye from tasbih flower extract has extracted by the method of maceration using ethanol 96% with the addition of 2% citric acid and 0,1% natrium methabisulfit. The formulation of lipstick preparation consist of cera alba, petroleum jelly alba, cetyl alcohol, carnauba wax, castor oil, lanolin, propylene glycol, titanium dioxide, butylated hydroxytoluen, Tween 80, parfume and nipagin with the addition of tasbih flower extract with the concentration of 32, 34, 36, 38, and 40%. The test of product preparation included the physical quality inspection such as homogenity test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration, colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH test, irritation test on human and hedonic test in back of hand.

The result of extraction of tasbih flower has the yield 4.596%. The result of physical quality inspections of lipstick using tasbih flower extract show that the preparations was homogeneus, has the melting point of 61-63oC, has the good breaking point of 84.98-144.98 g, it was stable and easily applied with a uniform colour, with the pH ranging between 3.7-4.1, was not cause irritation. The preferred product was tasbih flower extract which concentration were 38 and 40%.

Based on this research is conluded that tasbih flower extract can used as colorant in lipstick formulation.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Sistematika tumbuhan ... 5

2.1.2 Manfaat dan kandungan kimia ... 6

2.2 Antosianin ... 6


(9)

2.4 Kulit ... 9

2.5 Bibir ... 9

2.6 Kosmetik ... 10

2.6.1 Kosmetik dekoratif ... 11

2.6.1.1 Peran zat warna dalam kosmetik dekoratif ... 12

2.7 Lipstik ... 14

2.7.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik ... 15

2.7.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik ... 17

2.8 Evaluasi Lipstik ... 18

2.8.1 Pemeriksaan titik lebur lipstik ... 18

2.8.2 Pemeriksaan kekuatan lipstik ... 18

2.8.3 Stabilitas sediaan ... 19

2.8.4 Uji oles ... 19

2.8.5 Penentuan pH sediaan ... 19

2.9 Uji Tempel (Patch Test) ... 20

2.10 Uji kesukaan (Hedonic Test) ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat dan Bahan ... 23

3.1.1 Alat ... 23

3.1.2 Bahan ... 23

3.2 Penyiapan Sampel ... 23

3.2.1 Pengumpulan sampel ... 23

3.2.2 Identifikasi tumbuhan ... 24


(10)

3.3 Pembuatan Ekstrak Bunga Tasbih ... 24

3.4 Pembuatan Lipstik dengan Pewarna Ekstrak Bunga Tasbih dalam Berbagai Konsentrasi ... 24

3.4.1 Formula ... 24

3.4.2 Modifikasi formula ... 25

3.4.3 Prosedur pembuatan lipstik ... 26

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 27

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 27

3.5.2 Pemeriksaan titik lebur lipstik ... 27

3.5.3 Pemeriksaan kekuatan lipstik ... 28

3.5.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan ... 28

3.5.5 Uji oles ... 28

3.5.6 Penentuan pH sediaan ... 29

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 29

3.6.1 Uji iritasi ... 29

3.6.2 Uji kesukaan (Hedonic Test) ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Ekstraksi Bunga Tasbih ... 31

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Lipstik ... 31

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 31

4.3.1 Homogenitas sediaan ... 31

4.3.2 Titik lebur lipstik ... 32

4.3.3 Kekuatan lipstik ... 33


(11)

4.3.5 Uji oles ... 35

4.3.6 Pemeriksaan pH ... 36

4.4 Hasil Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 37

4.4.1 Hasil uji iritasi ... 37

4.4 2 Hasil uji kesukaan (Hedonic Test) ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Modifikasi formula sediaan lipstik menggunakan pewarna

ekstrak bunga tasbih dalam berbagai konsentrasi ... 26

4.1 Data pemeriksaan titik lebur ... 32

4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstik ... 34

4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan ... 35

4.4 Data pengukuran pH sediaan ... 37

4.5 Data uji iritasi ... 38


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil identifikasi tumbuhan ... 44

2. Bagan ekstraksi zat warna bunga tasbih ... 45

3. Perhitungan bahan untuk formulasi lipstik ... 46

4. Kuesioner uji kesukaan (hedonic test) ... 50

5. Perhitungan rendemen ... 51

6. Perhitungan uji kesukaan (hedonic test) ... 52

7. Gambar tumbuhan bunga tasbih ... 58

8. Gambar bunga tasbih ... 59

9. Gambar lipstik dengan dan tanpa menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih ... 60

10. Gambar hasil uji oles ... 61

11. Gambar hasil uji homogenitas ... 62


(14)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK

BUNGA TASBIH (

Canna hybrida

L.) SEBAGAI PEWARNA

ABSTRAK

Bunga tasbih (Canna hybrida L.) memiliki berbagai warna yang menarik diantaranya adalah warna merah, warna merah berasal dari antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki berbagai manfaat, diantaranya sebagai pewarna alami sehingga dapat menjadi alternatif dalam pewarna kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat lipstik dengan memanfaatkan pewarna alami yang terkandung dalam bunga tasbih.

Zat warna dari bunga tasbih diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat dan 0,1% natrium metabisulfit. Formulasi sediaan lipstik terdiri dari cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax, oleum ricini, lanolin, propilen glikol, titanium dioksida, butil hidroksitoluen, Tween 80, parfum dan nipagin serta penambahan pewarna ekstrak bunga tasbih dengan konsentrasi 32, 34, 36, 38 dan 40%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur lipstik, kekuatan lipstik, uji stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar, uji oles, pemeriksaan pH, uji iritasi pada manusia dan uji kesukaan

(hedonic test) pada punggung tangan.

Hasil ekstraksi bunga tasbih memiliki rendemen 4,596%. Hasil pemeriksaan mutu fisik lipstik menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih menunjukkan bahwa sediaan homogen, memiliki titik lebur 61-63oC, memiliki kekuatan lipstik yang baik yaitu 84,98-144,98 g, stabil, mudah dioleskan dengan warna yang merata, pH berkisar antara 3,7-4,1, tidak menyebabkan iritasi. Sediaan yang disukai adalah sediaan dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 38 dan 40%.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak bunga tasbih dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lipstik.


(15)

FORMULATION OF LIPSTICK USING TASBIH FLOWER EXTRACT (Canna hybrida L.) AS COLORANT

ABSTRACT

Canna hybrida L. has various interesting colors and one of them is red, it

is comes from anthocyanin pigments which are flavonoid compounds. Anthocyanins have various benefits, one of them is natural dye so that can become alternative in cosmetics colorant. The purpose of this research was to make lipstick using natural coloring agent which contained in tasbih flower.

The dye from tasbih flower extract has extracted by the method of maceration using ethanol 96% with the addition of 2% citric acid and 0,1% natrium methabisulfit. The formulation of lipstick preparation consist of cera alba, petroleum jelly alba, cetyl alcohol, carnauba wax, castor oil, lanolin, propylene glycol, titanium dioxide, butylated hydroxytoluen, Tween 80, parfume and nipagin with the addition of tasbih flower extract with the concentration of 32, 34, 36, 38, and 40%. The test of product preparation included the physical quality inspection such as homogenity test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration, colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH test, irritation test on human and hedonic test in back of hand.

The result of extraction of tasbih flower has the yield 4.596%. The result of physical quality inspections of lipstick using tasbih flower extract show that the preparations was homogeneus, has the melting point of 61-63oC, has the good breaking point of 84.98-144.98 g, it was stable and easily applied with a uniform colour, with the pH ranging between 3.7-4.1, was not cause irritation. The preferred product was tasbih flower extract which concentration were 38 and 40%.

Based on this research is conluded that tasbih flower extract can used as colorant in lipstick formulation.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetika merupakan hal yang penting dalam kehidupan, begitu luas penggunannya baik untuk laki-laki maupun perempuan. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga diperlukan persyaratan aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Pewarna bibir atau lebih dikenal dengan nama lipstik adalah produk yang sangat umum digunakan khususnya oleh para wanita, karena bibir dianggap sebagai bagian penting dalam penampilan seseorang (Wasitaatmadja, 1997).

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, sehingga menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama dalam hal memilih zat warna yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut (Ditjen POM, 1985).

Dalam daftar lampiran Public Warning/Peringatan No. HM.03.03.1.43.14.12.8256 tanggal 27 Desember 2012 tentang kosmetika mengandung pewarna dilarang tercantum bahwa Zat Warna Merah K.3 (CI 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075) merupakan zat


(17)

tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (BPOM RI, 2012).

Menyadari akan berbagai kelemahan yang terjadi atas pewarna sintetik tersebut dan seiring dengan berkembangnya gaya hidup back to nature, maka zat warna alami semakin dibutuhkan keberadaannya karena dianggap lebih aman. Penggunaan pewarna alami dalam formulasi lipstik merupakan salah satu solusi untuk menghindari penggunaan pewarna sintetik yang berbahaya. Pewarna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini sejak dahulu telah digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaannya secara umum dianggap lebih aman dari pada zat warna sintetis.

Indonesia kaya akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami, diantara pewarna alami yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain berasal dari bunga tasbih.

Di Indonesia tanaman tasbih merupakan salah satu tanaman hias yang potensial. Tanaman ini memiliki warna bunga yang sangat beragam mulai dari merah tua, merah muda kuning, sampai dengan kombinasi dari warna-warna tersebut, karena keindahannya tersebut, maka tanaman tasbih mulai dipergunakan sebagai ornamen taman kota, dan sebagai tanaman hias dalam pot. Beragamnya warna bunga tasbih mengindikasikan bahwa bunga tersebut mengandung pigmen alami (antosianin) yang dapat digunakan sebagai zat pewarna alami alternatif maupun sebagai antioksidan alami (Anonim, 2009).


(18)

Tanaman tasbih ini dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional, memiliki rasa manis dan dapat digunakan sebagai penurun panas, menurunkan tekanan darah dan penenang (tranquilizer) (Hidayat dan Saati, 2006).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis berkeinginan untuk mengekstraksi zat warna dari bunga tasbih yang kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan lipstik dengan menggunakan zat warna alami dari ekstrak bunga tasbih.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Apakah ekstrak bunga tasbih dapat digunakan sebagai pewarna dalam

formulasi lipstik?

b. Apakah lipstik menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih yang dibuat stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar?

c. Apakah lipstik menggunakan ekstrak bunga tasbih sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi saat digunakan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Ekstrak bunga tasbih dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lipstik.

b. Lipstik menggunakan ekstrak bunga tasbih sebagai pewarna stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Lipstik menggunakan ekstrak bunga tasbih sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.


(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk membuat lipstik menggunakan zat warna yang diekstraksi dari bunga tasbih.

b. Untuk mengetahui kestabilan lipstik menggunakan ekstrak bunga tasbih dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Untuk mengetahui apakah lipstik menggunakan ekstrak bunga tasbih tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Menginformasikan kepada masyarakat bahwa bunga tasbih berpotensi digunakan sebagai pewarna dalam kosmetik

b. Meningkatkan daya guna bahan-bahan alami menjadi bahan yang lebih bermanfaat khususnya dalam bidang kosmetik


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bunga Tasbih

Tanaman bunga tasbih tergolong tanaman terna besar, tahunan dengan tinggi dapat mencapai 2 meter. Dalam tanah mempunyai rimpang yang tebal seperti umbi dan berdaun lebar dan besar dengan sirip yang jelas warna hijau atau tengguli. Tanaman ini memiliki bunga besar yang berwarna cerah, seperti merah tua, merah muda, kuning cerah, kuning berbintik-bintik coklat.

Berdasarkan warna daunnya, tanaman tasbih dibedakan menjadi dua jenis yaitu tasbih berdaun hijau dan tasbih berdaun merah atau keungu-unguan. Tasbih yang berdaun hijau mempunyai warna bunga yang lebih beragam seperti kuning cerah, merah muda, merah tua, dan kuning berbintik-bintik coklat. Sedangkan tasbih berdaun merah umumnya kuntum bunganya berwarna merah tua. (Hidayat dan Saati, 2006).

Buah tasbih berukuran kecil, berbentuk bulat dengan kulit berbintil-bintil halus, dan didalamnya terdapat biji. Biji yang masih muda berwarna hijau keputih-putihan, dan setelah matang berubah menjadi hitam mengkilap. Tanaman tasbih hampir selalu ditanam sebagai tanaman hias, dan juga dapat tumbuh liar di hutan dan daerah pegunungan sampai ketinggian ±1.000 meter dari permukaan laut (Anonim, 2012).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi di Herbarium Medanense Universitas Sumatera Utara, bunga tasbih diklasifikasikan sebagai berikut:


(21)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Cannaceae Genus : Canna

Spesies : Canna hybrida L. Nama Lokal : Bunga Tasbih

2.1.2 Manfaat dan kandungan kimia

Kegunaan tanaman tasbih belum banyak terungkap, namun biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan bahan obat tradisional. Bunga tasbih bisa digunakan sebagai obat penurun panas, tekanan darah tinggi, haid terlalu banyak, keputihan, sakit kuning, batuk darah, luka berdarah, dan jerawat. Tanaman tasbih memiliki senyawa tanin dan saponin pada umbinya. Senyawa yang terkandung dalam tanaman tasbih terutama akarnya, antara lain fenol, terpena, kumarin, dan alkaloida. Bagian yang dapat dimafaatkan adalah rimpang, daun, dan bunga dalam keadaan segar maupun kering (Anonim, 2012).

2.2. Antosianin

Pigmen antosianin terdapat dalam cairan sel tumbuhan, senyawa ini berbentuk glikosida dan menjadi penyebab warna merah, biru, dan violet pada banyak buah dan sayuran. Jika bagian gula dihilangkan dengan cara hidrolisis, tersisa bagian aglukon dan disebut antosianidin. Bagian gula biasanya terdiri atas satu atau dua molekul glukosa, galaktosa, dan ramnosa. Struktur dasar terdiri atas 2-fenil-benzopirilium atau flavilium dengan sejumlah gugus hdroksil dan metoksi.


(22)

Peningkatan jumlah gugus hidroksil cenderung meningkatkan warna menjadi lebih biru. Peningkatan jumlah gugus metoksil meningkatkan warna menjadi lebih berona merah. Terdapat enam antosianidin yang umum yaitu pelargonidin, sianidin, delfinidin, peonidin, malvidin dan petunidin (Deman, 1997).

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi (Harborne, 1987).

Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak ditemukan dalam bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun, batang, dan akar. Sebagian besar antosianin berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru pada kondisi asam yang kurang. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh suhu, oksigen dan sinar UV (Anonim, 2011).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran dimana pelarut polar akan melarutkan

solute yang polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan solute yang non polar


(23)

2.3.1 Cara ekstraksi

Ada beberapa metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) yaitu : 1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

3. Refluks

Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

6. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit.


(24)

Ekstraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (Ditjen POM, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

2.4 Kulit

Kulit merupakan ”selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu :

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan paing luar. 2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).

Dari sudut kosmetika, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetika dipakai pada epidermis. Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.5 Bibir

Kulit bibir memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarang


(25)

terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke stratum germinativum (Ditjen POM, 1985).

Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi dimana kulit bibir bergabung ke dalam membran mukosa. Ini merupakan daerah dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik (Woelfel and Scheild, 2002).

Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwana merah. Warna merah disebabkan warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar, yaitu lapisan stratum corneum (lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih mudah luka dan mengalami pendarahan (Ditjen POM, 1985).

2.6 Kosmetik

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Penggolongan kosmetik menurut kegunaaanya bagi kulit adalah sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk didalamnya :


(26)

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser) b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer) c. Kosmetik pelindung kulit

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling) 2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence).

2.6.1 Kosmetik dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada (Wasitaatmadja, 1997).

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997):

1. Kosmetika rias kulit (wajah) 2. Kosmetika rias bibir

3. Kosmetika rias rambut 4. Kosmetika rias mata 5. Kosmetika rias kuku

Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:


(27)

b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

2.6.1.1Peranan zat warna dalam kosmetik dekoratif

Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peranan sangat besar, untuk itu sebelum membahas preparat kosmetik dekoratif, terlebih dahulu dibicarakan berbagai zat warna yang sering dipakai dalam pembuatan kosmetik dekoratif.

Zat warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok: 1. Zat warna alam yang larut

Zat ini sekarang sudah jarang dipakai dalam kosmetik. Sebetulnya dampak zat warna alam ini pada kulit lebih baik dari pada zat warna sintetis, tetapi kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tak tahan cahaya, dan relatif mahal. Misalnya alkalain zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana

(Radix alcannae); klorofil daun-daun hijau.

2. Zat warna sintetis yang larut

Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari aniline, sekarang benzene, toluene, anthracene, dan hasil isolasi dari coal-tar lain yang berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga sering disebut sebagai zat warna aniline atau coal-tar. Sekarang lebih dari 1.000 zat warna dari coal-tar yang berhasil diciptakan, tetapi hanya sebagian yang dipakai dalam kosmetik.


(28)

Sifat-sifat zat warna sintetis yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Tone dan intensitas harus kuat sehingga jumlah sedikit pun sudah

memberi warna.

b. Harus bisa larut dalam air, alcohol, minyak, atau salah satunya

c. Sifat yang berhubungan dengan pH. Beberapa zat warna hanya larut dalam pH asam, lainnya hanya dalam pH alkalis.

d. Kelekatan pada kulit atau rambut. Daya lekat berbagai zat warna pada kulit dan rambut berbeda-beda.

e. Toksisitas. Yang toksis harus dihindari. 3. Pigmen-pigmen alam

Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada kandungan besi oksida atau mangan oksidanya (misalnya kuning oker, coklat, merah bata, coklat tua).

4. Pigmen-pigmen sintetis

Pigmen sintetis putih seperti zinc oxide dan titanium oxide termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Zinc oxide tidak hanya memainkan suatu peran besar dalam pewarnaan kosmetik dekoratif, tetapi juga dalam preparat kosmetik dan farmasi lainnya.

5. Lakes alam dan sintetis

Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu tau lebih zat warna yang larut air

di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya sedemikian rupa (biasanya dengan reaksi kimia) sehingga produk akhirnya menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minyak, atau pelarut lain.


(29)

Kebanyakan lakes dewasa ini dibuat dari zat warna sintetis. Lakes yang dibuat dari zat-zat warna asal coar-tar merupakan zat pewarna terpenting di dalam bedak, lipstick, dan make-up warna lainnya, karena lebih cerah dan lebih kompatibel dengan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Lipstik

Lipstik adalah cat bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (stick), dimana zat warna terdispersi di dalam campuran minyak, lemak dan lilin (Wasitaatmadja, 1997). Fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).

Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat sebagai berikut (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Melapisi bibir secara mencukupi b. Dapat bertahan ( tidak mudah luntur)

c. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir e. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya f. Memberikan warna yang merata pada bibir

g. Penampilan menarik, baik warna, bau, maupun bentuknya

h. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik, atau memperlihatkan hal-hal yang tidak menarik.

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik


(30)

yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir yaitu antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu ± 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 1985).

2.7.1 Komponen utama dalam sediaan lipstik

Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin , lemak dan zat warna.

1. Minyak

Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan, kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher, 200). Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak mineral dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar benar merata (Balsam, 1972).

2. Lilin

Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50oC dan mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi


(31)

juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,

candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.

Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras

karena memiliki titik lebur yang tinggu yaitu 85oC. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik (Balsam, 1972).

3. Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain (Jellineck, 1976).

4. Zat warna

Zat warna dalam listik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing- masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang diinginkan (Balsam, 1972).


(32)

2.7.2 Zat tambahan dalam sediaan lipstik

Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambah yang digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum (Senzel, 1977).

1. Antioksidan

Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vittamin E adalah antioksidan yang paling sering digunakan (Poucher, 2000). Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat (Wasitaatmadja, 1997):

a. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika b. Tidak berwarna

c. Tidak toksik

d. Tidak berubah meskipun disimpan lama. 2. Pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Poucher, 2000).


(33)

3. Parfum

Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan, tidak menimbulkan iritasi saat digunakan, menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan dan penggunaan lipstik (Balsam, 1972).

2.8 Evaluasi Lipstik

2.8.1.Pemeriksaan titik lebur lipstik

Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode

drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan drop

point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode pipa kapiler

adalah 60°C atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah di atas 50°C (Lauffer, 1985).

Penetapan suhu lebur lipstik dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa lipstik akan meleleh dalam wadahnya sehingga minyak akan ke luar. Suhu tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan lipstik yang selanjutnya berguna dalam proses pembentukan, pengemasan, dan pengangkutan lisptik (Lauffer, 1985).

2.8.2.Pemeriksaan kekuatan lipstik

Evaluasi kekuatan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan. Secara otomatis evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin dalam lipstik atau sediaan lain (Lauffer, 1985).


(34)

Pengamatan terhadap kekuatan lipstik dilakukan dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik dan berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, et al., 2011).

2.8.3.Stabilitas sediaan

Pengamatan yang dilakukan meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, et al., 2011).

2.8.4.Uji oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata (Keithler, 1956).

2.8.5.Penetuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Sampel di buat dalam konsentrasi 1% yaitu 1 gram sampel dalam 100 ml akuades (Rawlins, 2003).


(35)

2.9 Uji Tempel (Patch Test)

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan alergen (Ditjen POM, 1985).

Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder (Ditjen POM, 1985).

Tanda-tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM, 1985).

Panel uji tempel meliputi manusia sehat dan penderita. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel (Ditjen POM, 1985).

Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel


(36)

adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 1985).

2.10 Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan (hedonic test) merupakan metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar penilaian. Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai mutunya dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Untuk menghitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut (BSN, 2006):

Keterangan: n = banyaknya panelis

S2 = keseragaman nilai

1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95%

x = nilai rata-rata

xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n; s = simpangan baku

P = tingkat kepercayaan µ = rentang nilai


(37)

Kriteria panelis (BSN, 2006). 1. Berbadan sehat

2. Tertarik terhadap uji yang dilakukan dan mau berpartisipasi terhadap pengujian


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, cawan penguap, freeze dryer, kaca objek, kertas saring, lumpang dan alu porselen, neraca analitis (Mettler Toledo), oven, penangas air, pencetak lipstik, pH meter,

rotary evaporator (Buchi),dan wadah lipstik (roll up).

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga tasbih segar (Canna hybrida L.). Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, etanol 96%, asam sitrat, natrium metabisulfit, butil hidroksitoluen, carnauba wax, cera alba (Brataco), lanolin anhidrat (Brataco), nipagin, oleum ricini (Brataco), oleum rosae, propilen glikol, setil alkohol (Brataco), titanium dioksida, tween 80 dan vaselin alba (Brataco).

3.2 Penyiapan Sampel 3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah bunga tasbih


(39)

segar berwarna merah yang terdapat di desa Pujidadi, kecamatan Binjai Selatan, kota Binjai, Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi No. 1 Kampus USU, Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.3 Pengolahan sampel

Bunga tasbih segar berwarna merah yang telah dikumpulkan, disortasi, dipisahkan bunga dari kelopaknya, lalu ditimbang sebanyak 1 kilogram dicuci dengan air bersih, ditiriskan, lalu dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan alu porselen.

3.3 Pembuatan Ekstrak Bunga Tasbih

Sebanyak 1 kilogram bunga tasbih yang telah dihaluskan lalu dimaserasi dengan 1000 ml etanol 96%, 2% asam sitrat yang berfungsi untuk menjaga kestabilan antosianin dan ditambahkan 0,1% natrium metabisulfit untuk mencegah oksidasi, ditutup dan dibiarkan selama 1 malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring, filtrat di tampung, lalu diuapkan dengan bantuan alat

rotary evaporator pada temperatur kurang lebih 50οC, kemudian di freeze drying

pada temperatur lebih kurang -40oC sehingga didapatkan ekstrak kental bunga tasbih yang berwarna merah tua (Hidayat dan Saati, 2006).

3.4 Pembuatan Lipstik Menggunakan Pewarna Ekstrak Bunga Tasbih dalam Berbagai Konsentrasi

3.4.1 Formula

Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut (Young, 1974):


(40)

R/ Cera alba 36,0 Lanolin 8,0 Vaselin alba 36,0 Setil alkohol 6,0 Oleum ricini 8,0

Carnauba wax 5,0

Pewarna secukupnya Parfum secukupnya Pengawet secukupnya

3.4.2 Modifikasi formula

Modifikasi formula dilakukan dengan mengubah komposisi cera alba dan vaselin alba, karena berdasarkan orientasi komposisi tersebut memberikan titik lebur yang diinginkan, yaitu cera alba menjadi 38% dan vaselin alba menjadi 34%. Modifikasi juga dilakukan dengan menambahkan komponen yaitu propilen glikol, tween 80, titanium dioksida dan butil hidroksitoluen. Ekstrak bunga tasbih tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga perlu ditambahkan propilen glikol untuk melarutkan zat warna tersebut. Propilen glikol yang digunakan sebagai pelarut sebanyak 5-80% (Rowe, dkk., 2009). Dalam penelitian ini digunakan 5%. Tween 80 digunakan sebagai surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan sebanyak 0,5%. Titanium dioksida digunakan sebagai pigmen sebanyak 0,5%. Butil hidroksitoluen digunakan sebanyak 0,1% sebagai antioksidan.

Berdasarkan hasil orientasi terhadap konsentrasi ekstrak bunga tasbih dalam sediaan lipstik diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 20, 22, 24, 26, 28 dan 30% warna yang dihasilkan tidak kelihatan saat dioleskan pada kulit


(41)

punggung tangan. Pada konsentrasi 32% sediaan sudah memberi warna saat dioleskan pada kulit punggung tangan dengan warna yang sangat muda.

Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak bunga tasbih pada konsentrasi 32, 34, 36, 38, dan 40%. Sehingga konsentrasi ekstrak bunga tasbih yang digunakan dalam penelitian ini adalah 32, 34, 36, 38, dan 40% karena warna dan konsistensi sediaan yang dihasilkan cukup baik.

Tabel 3.1 Modifikasi formula sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih dalam berbagai konsentrasi

Komposisi Sediaan (%)

1 2 3 4 5 6

Cera alba 35,81 23,53 22,76 21,99 21,23 20,46 Lanolin 7,54 4,95 4,79 4,63 4,47 4,31 Vaselin alba 32,04 21,05 20,37 19,69 18,99 18,30 Setil alkohol 5,66 3,72 3,59 3,47 3,35 3,23

Carnauba wax 4,71 3,10 3,00 2,89 2,79 2,69

Oleum Ricini 7,54 4,95 4,79 4,63 4,47 4,31 Ekstrak bunga

tasbih 0 32 34 36 38 40

Propilen glikol 5 5 5 5 5 5

Tween 80 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Titanium dioksida 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Oleum rosae 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

BHT 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Keterangan :

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%

3.4.3 Prosedur pembuatan lipstik

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol, setelah nipagin larut, ekstrak bunga tasbih kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin


(42)

tersebut, butil hidroksitoluen dilarutkan dalam oleum ricini, kemudian ditambahkan ke dalam campuran pewarna, nipagin, dan propilen glikol, lalu ditambahkan titanium dioksida dan diaduk hingga homogen (campuran A). Ditimbang cera alba, carnauba wax, setil alkohol, lanolin dan vaselin alba, masukkan dalam cawan penguap, kemudian dilebur di atas penangas air (campuran B). Campuran A dan campuran B dicampurkan perlahan-lahan di dalam cawan, kemudian ditambahkan tween 80 dan parfum, aduk hingga homogen. Selagi cair, masukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Setelah membeku massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah (roll up lipstick).

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur, kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, dan pemeriksaan pH.

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak bunga tasbih diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Pemeriksaan titik lebur lipstik

Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38℃. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama


(43)

suhu daerah tropis, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar antara 55-75℃ (Ditjen POM, 1985).

Metode pengamatan titik lebur lipstik yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara memasukkan lipstik dalam oven dengan suhu awal 50℃ selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1℃ setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai melebur.

3.5.3 Pemeriksaan kekuatan lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari tepi, digantungkan beban yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik, dan berat dimana lipstik patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, et al., 2011).

3.5.4 Pemeriksaan stabilitas sediaan

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari ke-30 (Vishwakarma, et al., 2011).

3.5.5 Uji oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan sudah merata. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang


(44)

menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 kali pengolesan (Keithler, 1956).

3.5.6 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml akuades, lalu dipanaskan. Setelah suhu larutan normal, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan.

3.6.1 Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih dengan maksud untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Pada uji ini digunakan sediaan lipstik dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih paling tinggi, yaitu sediaan yang mengandung konsentrasi pewarna 40%.


(45)

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan uji pada luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), lokasi lekatan di belakang telinga atau bahu, biarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam, amati reaksi kulit yang terjadi. Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau edema. Menurut Ditjen POM (1985), tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada reaksi 0

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++ 5. Edema dan gelembung (vesikula) ++++

3.6.2 Uji kesukaan (Hedonic test)

Uji kesukaan atau hedonic test dilakukan untuk mengetahui kesukaan panelis terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis (Soekarto, 1981).

Setiap panelis diminta untuk mengoleskan masing-masing sediaan lipstik yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan lipstik, homogenitas dan intensitas warna lipstik saat dioleskan. Panelis memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 4.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Bunga Tasbih

Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 1 kilogram bunga tasbih segar berupa ekstrak kental berwarna merah tua sebanyak 45,96 gram. Rendemen yang diperoleh yaitu 4,596%. Dari hasil yang diperoleh ekstrak bunga tasbih yang digunakan untuk membuat lipstik cukup tinggi untuk mendapatkan warna yang intensif. Hal ini dikarenakan pembuatan ekstrak bunga tasbih dilakukan dalam jumlah simplisia yang sedikit yaitu 1 kg sehingga ekstrak kurang pekat.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Lipstik

Variasi konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih yang digunakan menghasilkan perbedaan warna lipstik. Lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32 dan 34% berwarna merah sedangkan konsentrasi 36, 38 dan 40 % berwarna merah tua. Perbedaan warna lipstik yang dihasilkan karena perbedaan jumlah pewarna yang digunakan. Semakin banyak ekstrak bunga tasbih yang digunakan maka akan semakin tua warna yang dihasilkan lipstik. Tingginya konsentrasi ekstrak bunga tasbih yang digunakan kemungkinan disebabkan karna kurang pekatnya ekstrak bunga tasbih yang digunakan, sehingga dibutuhkan ekstrak bunga tasbih dalam jumlah besar, yaitu 32, 34, 36, 38 dan 40%.

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.3.1 Homogenitas sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat mempunyai susunan homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir-butir


(47)

Homogenitas warna sediaan lipstik dipengaruhi oleh kelarutan zat warna dalam oleum ricini. Pada prosesnya, ekstrak bunga tasbih tidak larut sempurna dalam oleum ricini sehingga digunakan propilen glikol 5% untuk melarutkan zat warna ekstrak bunga tasbih tersebut. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 11.

4.3.2 Titik lebur lipstik

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan lipstik dengan menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih melebur pada suhu 61-63℃. Dari hasil pemeriksaan titik lebur terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga tasbih yang digunakan semakin rendah titik leburnya, ini disebabkan karena basis lipstik yang digunakan semakin sedikit sehingga mempengaruhi titik lebur sediaan. Lipstik yang baik memiliki titik lebur diantara 55-75oC (Ditjen POM,1985), hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur yang baik. Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik dapat di lihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data pemeriksaan titik lebur Sediaan Lipstik 1

Suhu (oC)

Lipstik 2 Suhu (oC)

Lipstik 3 Suhu (oC)

Suhu rata-rata (oC)

1 63 64 63 63,33

2 63 62 62 62,33

3 63 62 62 62,33

4 62 62 62 62

5 62 62 62 62

6 61 62 61 61,33

Keterangan :

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%


(48)

4.3.3 Kekuatan lipstik

Uji kepatahan dengan menggunakan alat seberat 4,98 gram. Dari hasil pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan adanya perbedaan kemampuan sediaan lipstik menahan beban. Pada formula 1 sediaan lipstik patah pada penambahan beban 148,31 g. Pada formula 2 sediaan lipstik patah pada penambahan beban 138,31 g. Pada formula 3 sediaan lipstik patah pada penambahan beban 128,31 g. Pada formula 4 sediaan lipstik patah pada penambahan beban 114,98 g. Pada formula 5 sediaan lipstik patah pada penambahan beban 104,98 g. Pada formula 6 sediaan lipstik patah pada penambahan beban 84,98 g. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi ekstrak bunga tasbih yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga tasbih dalam sediaan lipstik, maka semakin sedikit dasar lipstik yang digunakan. Hal ini menyebabkan lipstik dengan pewarna ekstrak bunga tasbih 40% lebih mudah patah dibandingkan sediaan lipstik lain yang menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih dengan konsentrasi yang lebih rendah.

Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan bahwa sediaan lipstik patah pada penekanan dengan penambahan berat 84,98-144,98 gram. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik. Kesimpulan ini diambil dengan membandingkan berat beban yang digunakan pada pengujian lipstik menggunakan ekstrak bunga tasbih dengan salah satu sediaan lipstik yang beredar di pasaran patah pada penekanan dengan penambahan berat 84,98 gram. Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(49)

Tabel 4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstik Sediaan Lipstik 1

(gram)

Lipstik 2 (gram)

Lipstik 3 (gram)

Kekuatan rata-rata (gram) 1 144,98 144,98 154,98 148,31 2 144,98 134,98 134,98 138,31 3 124,98 124,98 134,98 128,31 4 114,98 114,98 114,98 114,98 5 104,98 104,98 104,98 104,98

6 84,98 84,98 84,98 84,98

Keterangan :

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%

4.3.4 Stabilitas sediaan

Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Data hasil uji stabilitas dapat di lihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui bahwa seluruh sediaan lipstik yang dibuat memiliki bentuk dan konsistensi yang baik, yaitu tidak meleleh dan berkeringat pada penyimpanan suhu kamar. Warna lipstik tidak berubah. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan lipstik adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu parfum oleum rosae. Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan selama 30 hari pengamatan pada suhu kamar.


(50)

Tabel 4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bau sediaan Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (hari)

1 5 10 15 20 25 30

Bentuk

1 b b b b b b b

2 b b b b b b b

3 b b b b b b b

4 b b b b b b b

5 b b b b b b b

6 b b b b b b b

Warna

1 p p p p p p p

2 m m m m m m m

3 m m m m m m m

4 mt mt mt mt mt mt mt 5 mt mt mt mt mt mt mt 6 mt mt mt mt mt mt mt

Bau

1 bk bk bk bk bk bk bk 2 bk bk bk bk bk bk bk 3 bk bk bk bk bk bk bk 4 bk bk bk bk bk bk bk 5 bk bk bk bk bk bk bk 6 bk bk bk bk bk bk bk Keterangan :

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40% b : Baik

m : Merah mt : Merah tua

p : Putih bk : Bau khas

4.3.5 Uji oles

Sediaan lipstik menghasilkan pengolesan yang baik jika sediaan memberikan warna yang merata, tidak menggumpal dan homogen saat dioleskan


(51)

pada kulit punggung tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pengolesan yang sangat baik adalah sediaan 6 yaitu lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%, hal ini ditandai dengan dua kali pengolesan sediaan telah memberikan warna merah yang merata dan homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Sediaan 4 dan 5 yaitu lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% dan 38% memberikan warna merah yang merata dan homogen dengan tiga kali pengolesan. Sediaan 3 yaitu lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% memberikan warna merah yang merata dan homogen dengan empat kali pengolesan. Sediaan 2 yaitu lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% memberikan warna merah yang merata dan homogen dengan lima kali pengolesan. Perbedaan warna yang dihasilkan pada pengolesan lipstik disebabkan karena perbedaan ekstrak bunga tasbih yang digunakan, semakin besar pewarna yang digunakan maka akan semakin mudah dalam pengolesan lipstik. Hasil uji oles dapat dilihat pada Lampiran 10.

4.3.6 Pemeriksaan pH

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih memiliki pH 6,3 sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih memiliki pH 3,7-4,1. Hasil pemeriksaan pH sediaan dapat di lihat pada Tabel 4.4. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih yang digunakan karena ekstrak bunga tasbih mempunyai pH asam yaitu 3,4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga tasbih yang digunakan, maka pH sediaan lipstik


(52)

semakin rendah. pH ini mendekati pH fisiologis kulit bibir yaitu ±4. Dengan demikian formula tersebut dapat digunakan untuk sediaan lipstik (Balsam, 1972).

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan

Sediaan Lipstik 1 (pH)

Lipstik 2 (pH)

Lipstik 3 (pH)

pH rata-rata

1 6,1 6,2 6,3 6,2

2 4,1 4 4,1 4,07

3 4 4 3,9 3,97

4 3,8 3,9 3,9 3,87

5 3,8 3,8 3,9 3,83

6 3,7 3,8 3,8 3,77

Keterangan :

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%

4.4 Hasil Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) 4.4.1 Hasil uji iritasi

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik yang dibuat pada luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), lokasi lekatan di belakang telinga dan dibiarkan terbuka selama lebih kurang 24 jam menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap reaksi iritasi yang diamati yaitu eritema, papula, vesikula atau edema. Data hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman untuk digunakan.


(53)

Tabel 4.5 Data uji iritasi

Panelis Reaksi

1 -

2 -

3 -

4 -

5 -

6 -

7 -

8 -

9 -

10 -

Keterangan:

1. Tidak ada reaksi -

2. Eritema +

3. Eritema dan papula ++

4. Eritema, papula dan gelembung (vesikula) +++ 5. Edema dan gelembung (vesikula) ++++

4.4.2 Hasil uji kesukaan (Hedonic Test)

Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji kesukaan dapat di lihat pada Tabel 4.6.

Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan yaitu Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 1,88–2,58. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 1,88 dan dibulatkan menjadi 2 (kurang suka). Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 3,36–3,98. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 3,36 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka). Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 2,92-3,68. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,92 dan dibulatkan menjadi 3 (cukup suka). Sediaan 4 memiliki interval nilai


(54)

yaitu 3,50 dan dibulatkan menjadi 4 (suka). Sediaan 5 memiliki interval nilai kesukaan 4,14–4,71. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,14 dan dibulatkan menjadi 4 (suka).

Tabel 4.6 Data nilai uji kesukaan (hedonic test)

Panelis Sediaan

1 2 3 4 5

1 2 3 4 4 5

2 1 3 3 4 5

3 1 5 2 4 5

4 2 2 5 3 5

5 3 4 4 5 5

6 4 3 4 5 4

7 4 4 3 4 5

8 3 3 2 4 5

9 1 3 2 5 4

10 2 3 4 5 5

11 1 2 4 5 3

12 4 5 4 2 2

13 1 3 2 4 5

14 1 3 2 4 5

15 2 5 4 3 5

16 2 4 4 3 5

17 2 3 4 4 5

18 3 4 2 4 4

19 3 4 4 3 4

20 2 4 4 3 4

21 3 4 5 4 3

22 2 3 1 5 4

23 1 4 4 5 5

24 3 3 2 2 5

25 1 3 2 4 5

26 2 5 3 3 4

27 2 5 3 3 4

28 3 4 4 3 5

29 4 5 3 2 5

30 3 4 5 4 3

Total 67 110 99 115 133

Keterangan :

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%


(55)

Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa sediaan yang disukai adalah sedian dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih yaitu 38 dan 40%, hal ini disebabkan karena lipstik dengan tersebut lebih mudah dioleskan, dan warnanya lebih menarik.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Ekstrak bunga tasbih dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi sediaan lipstik. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih yang digunakan dalam formulasi menghasilkan perbedaan intensitas warna sediaan lipstik yang dilihat secara visual. Lipstik dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32 dan 34% berwarna merah sedangkan konsentrasi 36, 38 dan 40% berwarna merah tua. Lipstik yang dibuat memiliki susunan yang homogen.

b. Hasil pemeriksaan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan yang dibuat stabil dalam penyimpanan selama 30 hari, tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk, warna, dan bau. Memiliki titik lebur 61-63oC, memiliki kekuatan lipstik yang baik yaitu 84,98-144,98 gram, pH sediaan berkisar antara 3,7-4,1.

c. Hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan dengan pewarna ekstrak bunga tasbih dengan konsentrasi 40% tidak menyebabkan iritasi. Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa sediaan lipstik yang disukai adalah sediaan dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 38 dan 40%.

5.2 Saran

Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan formula yang sesuai untuk menghasilkan sediaan lipstik yang baik, dan meneliti pemanfaatan pewarna alami ekstrak bunga tasbih untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya,


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Pemanfaatan Ekstrak Pigmen Bunga Tasbih Merah (Canna

coccinea Mill) sebagai Tablet Effervescent. Diakses Juli 2009.

Anonim. (2011). Anthocyanins and Anthocyanidins. Diakses tanggal 17 Maret

Anonim. (2012). Lipstik. Diakses tanggal 29 Desember 2 org/wiki/Lipstik.

Badan Standar Nasional. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau

Sensori. Diakses tanggal 16 Januari 2012.

65447618/SNI-01-2346-2006.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. London: Jhon Willey and Son, Inc. Hal. 64.

Barel, A. O., M. Paye, dan Howard, I.M. (2001). Handbook of Cosmetic Science

and Technology. Edisi kedua. New York: Informa Healthcare. Hal. 645,

670, 671.

BPOM RI. (2012). Public Warning/Peringatan Nomor: HM.03.03.1.43.14.12.8256

Tanggal 27 Desember 2012. Diakses tanggal 28 Desember 2012

http://www.pom.go. id/public/peringatan_ publik/default.asp. Deman, J.M. (1997). Kimia Makanan. Bandung: ITB. Hal. 253-254.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33, 140, 459, 509, 633, 652.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 83-86, 195-197.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 7, 48, 57, 157, 1177.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1, 5, 10-11.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penuntun cara modern menganalis

tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro.

Bandung: Penerbit ITB. Hal. 76, 80.

Hidayat, N., dan Saati, E.A. (2006). Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Penerbit Trubus Agrisarana. Hal. 18.


(58)

Jellinek, J.S. (1976). Formulation and Function of Cosmetics. New York: Wiley Interscience. Hal. 428, 429.

Keithler. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Hal. 153-155.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: UI Press. Hal. 5.

Lauffer, G.I.P. (1985). Lipstick. In Balsam M.S. Sagarin E, Editor. Cosmetic Science and Tecghnology. Vol. I. Edisi Kedua. New-York: Willey-Interscience. Hal. 209.

Poucher, J. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi kesepuluh. London: Kluwer Academic Publisher. Hal. 206, 210.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 355.

Rowe, C.R., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical

Excipients. Edisi Keenam. Washington: Pharmeceutical Press. Hal. 75,

378, 442, 592, 742.

Senzel, A. (1977). Newburger’s Manual of Cosmetic Analysis. Edisi Kedua. Washington DC: Association of Official Analytical Chemists, Inc. Hal. 50.

Soekarto, S.T. (1981). Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. Bogor: IPB Press. Hal. 57.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.

Hal. 6, 8, 13, 90, 100.

Vishwakarma, B., Sumeet, D., Kushagra, D., dan Hemant, J.(2011). Formulation And Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug

Discovery & Herbal Research. 1(1): 18-19.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-Press. Hal. 28.

Woelfel, J.B., dan Scheild, R.C. (2002). Dental Anatomy. Edisi keenam. Maryland: Lippincot Williams and Wilkins. Hal. 60-61

World Health Organization. (1992). Quality Control Methods For Medical Plant Materils.Journal of WHO. Hal. 25-28.


(59)

(60)

Lampiran 2. Bagan ekstraksi zat warna bunga tasbih

Bunga tasbih segar

Disortasi

Dipisahkan bunga dari kelopaknya Ditimbang 1 kg

Dicuci lalu ditiriskan

1 kg bunga tasbih

filtrat

Dihaluskan

Dimaserasi (1L etanol 96%+2% asam sitrat+0,1% natrium metabisulfit) selama 1 malam terlindung dari cahaya

Disaring

Diuapkan dengan rotary evaporator pd 50oC Difreeze drying pd -40oC

Ekstrak bunga tasbih


(61)

Jumlah masing-masing komponen basis lipstik

= Basis dalam resep x Basis yang dibutuhkan Jumlah seluruh basis dalam resep

Lampiran 3. Perhitungan bahan untuk formulasi lipstik

• Jumlah keseluruhan komponen lipstik yang dibuat = 25 g • Bahan tambahan

- Propilen glikol 5% = 5

100 × 25 = 1,25

- Tween 80 0,5% = 0,5

100 × 25 = 0,125

- Titanium dioksida 0,5% = 0,5

100 × 25 = 0,125

- Parfum oleum rosae 0,5% = 0,5

100 × 25 = 0,125

- Butil hidroksi toluen 0,1% = 0,1

100 × 25 = 0,025

- Nipagin 0,1% = 0,1

100 × 25 = 0,025

Jumlah bahan tambahan = (1,25+0,125+0,125+0,125+0,025+0,025) g

= 1,675 g

Jumlah keseluruhan komponen lipstik = Bahan tambahan + Zat warna + Basis Lipstik

Basis lipstik = Jumlah keseluruhan komponen lipstik – (Bahan tambahan + Zat warna)


(62)

Lampiran 3. (lanjutan)

1. Formula lipstik tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih

- Basis lipstik = 25 - (1,675 g + 0 g)

= 23,325 g

- Cera alba = 38

99 × 23,325 g = 8,953 g

- Lanolin = 8

99 × 23,325 g = 1,885 g

- Vaselin alba = 34

99 × 23,325 g = 8,010 g

- Setil alkohol = 6

99 × 23,325 g = 1,414 g

- Carnauba wax = 5

99 × 23,325 g = 1,178 g

- Oleum ricini = 8

99 × 23,325 g = 1,885 g

2. Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 32% = 32/100 x 25 g = 8 g

- Basis lipstik = 25 - (1,675 g + 8 g)

= 15,325 g

- Cera alba = 38

99 × 15,325 = 5,882 g

- Lanolin = 8

99 × 15,325 = 1,238 g

- Vaselin alba = 34

99 × 15,325 = 5,262 g

- Setil alkohol = 6

99 × 15,325 = 0,930 g

- Carnauba wax = 5

99 × 15,325 = 0,775 g

- Oleum ricini = 8


(63)

Lampiran 3. (lanjutan)

3. Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 34% = 34/100 x 25 g = 8,5 g

- Basis lipstik = 25 - (1,675 g + 8,5 g)

= 14,825 g

- Cera alba = 38

99 × 14,825 = 5,690 g

- Lanolin = 8

99 × 14,825 = 1,198 g

- Vaselin alba = 34

99 × 14,825 = 5,092 g

- Setil alkohol = 6

99 × 14,825 = 0,898 g

- Carnauba wax = 5

99 × 14,825 = 0,750 g

- Oleum ricini = 8

99 × 14,825 = 1,197 g

4. Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 36% = 36/100 x 25 g = 9 g

- Basis lipstik = 25 - (1,675 g + 9 g)

= 14,325 g

- Cera alba = 38

99 × 14,325 = 5,498 g

- Lanolin = 8

99 × 14,325 = 1,158 g

- Vaselin alba = 34

99 × 14,325 = 4,922 g

- Setil alkohol = 6

99 × 14,325 = 0,867 g

- Carnauba wax = 5

99 × 14,325 = 0,722 g

- Oleum ricini = 8


(64)

Lampiran 3. (lanjutan)

5. Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 38% = 38/100 x 25 g = 9,5 g

- Basis lipstik = 25 - (1,675 g + 9,5 g)

= 13,825 g

- Cera alba = 38

99 × 13,825 = 5,307 g

- Lanolin = 8

99 × 13,825 = 1,118 g

- Vaselin alba = 34

99 × 13,825 = 4,747 g

- Setil alkohol = 6

99 × 13,825 = 0,838 g

- Carnauba wax = 5

99 × 13,825 = 0,697 g

- Oleum ricini = 8

99 × 13,825 = 1,118 g

6. Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga tasbih 40% = 40/100 x 25 g = 10 g

- Basis lipstik = 25 - (1,675 g + 10 g)

= 13,325 g

- Cera alba = 38

99 × 13,325 = 5,115 g

- Lanolin = 8

99 × 13,325 = 1,078 g

- Vaselin alba = 34

99 × 13,325 = 4,575 g

- Setil alkohol = 6

99 × 13,325 = 0,807 g

- Carnauba wax = 5

99 × 13,325 = 0,672 g

- Oleum ricini = 8


(65)

Lampiran 4. Kuesioner uji kesukaan (hedonic test)

FORMULASI LIPSTIK MENGGUNAKAN

EKSTRAK BUNGA TASBIH (Canna hybrida L.) SEBAGAI PEWARNA

Nama : Usia :

Berdasarkan kemudahan pengolesan lipstik, homogenitas dan intensitas warna lipstik saat dioleskan, berikanlah penilaian saudara terhadap lima sediaan uji berikut ini.

Konsentrasi 32% 34% 36% 38% 40% Nilai

Keterangan : 5 (sangat suka) 4 (suka)

3 (cukup suka) 2 (kurang suka) 1 (tidak suka)


(66)

Lampiran 5. Perhitungan rendemen

% Rendemen = berat ekstrak kental (gram )

berat bunga segar (gram ) × 100%

= 45,96

100 × 100%


(67)

Lampiran 6. Perhitungan uji kesukaan ( hedonic test )

Untuk menghitung nilai kesukaan rerata dari setiap panelis digunakan rumus sebagai berikut:

• P �x� − �1,96∙s ⁄ ��√n ≤ μ ≤ �x�+�1,96∙s ⁄ �� ≅√n 95%

• x� = ∑��=1Xi

n

• S² = ∑��=1 (Xi− x� )²

n

• s = �s²

Keterangan:

n : banyak panelis

S2 : keragaman nilai kesukaan

1,96 : koefisien standar deviasi pada taraf 95%

x

� : nilai kesukaan rata-rata

Xi : nilai kesukaan dari panelis ke i, dimana i= 1,2,3,...,n s : simpangan baku nilai kesukaan


(68)

Lampiran 6. (lanjutan)

a. Sediaan 1

• x� = ∑��=1Xi

n

= 2 + 1 + 1 + 2 +⋯2

30

= 67

30

= 2,23

• S² = ∑��=1 (Xi− x� )²

n

= (2−2,23)

2+ (12,23)2+ (12,23)2+ … + (22,23)2

30

= 29,34

30 = 0,98

• s = �S²

= 0,98

= 0,99

• P �x� − �1,96∙s ⁄ ��√n ≤ μ ≤ �x�+�1,96∙s ⁄ ��√n

P �2,23− �1,96∙0,99 ⁄√30�� ≤ μ ≤ �2,23 +�1,96∙0,99 ⁄√30��

P (2,23−0,35) ≤ μ ≤ (2,23 + 0,35)


(1)

Lampiran 6. (lanjutan) e. Sediaan 5

• x� = ∑��=1Xi

n

= 5 + 5 + 5 + 5 + 5 +⋯+ 3 30

= 133 30

= 4,43

• S² = ∑��=1 (Xi− x� )²

n

= (5−4,43)

2+ (54,43)2+ (54,43)2+ … + (34,43)2

30

= 19,36 30 = 0,65

• s = �S² = �0,65

= 0,81

• P �x� − �1,96∙s ⁄ ��√n ≤ μ ≤ �x�+�1,96∙s ⁄ ��√n

P �4,43− �1,96∙0,81 ⁄√30�� ≤ μ ≤ �4,43 +�1,96∙0,81 ⁄√30��

P (4,43−0,29) ≤ μ ≤ (4.43 + 0,29) P ( 4,14 ≤ μ ≤ 4,72 )

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%


(2)

Lampiran 7. Gambar tumbuhan bunga tasbih


(3)

(4)

Lampiran 9. Gambar lipstik dengan dan tanpa menggunakan pewarna ekstrak bunga tasbih

1 2 3 4 5 6

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula tanpa pewarna ekstrak bunga tasbih

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40%


(5)

Lampiran 10. Gambar hasil uji oles

5

4

3

2

1

Keterangan:

Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 32% dengan lima kali pengolesan

Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 34% dengan lima kali pengolesan

Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 36% dengan lima kali pengolesan

Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 38% dengan lima kali pengolesan

Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi pewarna ekstrak bunga tasbih 40% dengan lima kali pengolesan


(6)

Lampiran 11. Gambar hasil uji homogenitas