BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pewarna alami adalah zat warna alami pigmen yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah
digunakan sejak dahulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi berbagai jenis
makanan begitu juga karoten dan klorofil. Pada daftar FDA, pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam uncertified color additives karena tidak
memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi. Klorofil memberikan warna hijau, diperoleh dari daun dan banyak digunakan untuk makanan. Klorofil saat ini mulai
digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan, misalnya daun suji, daun pandan, daun katuk dan sebagainya.
Dedaunan tersebut merupakan penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki aroma
yang khas Anonim 1, 2009 Daun katuk Sauropus androgynus Merr. digunakan sebagai pewarna
alami yang dapat memberi warna hijau tanpa menimbulkan residu. Daun tanaman katuk merupakan daun tunggal, karena hanya merupakan helaian dan
tangkai daun saja, mudah didapat dan sudah digunakan berbagai bahan makanan antara lain pewarna hijau pada ketan dan lain-lain. Pemanfaatannya dengan
diekstrak atau ditumbuk dengan menambahkan air, kemudian filtratnya digunakan untuk pewarna hijau pangan Hardjanti, S., 2008
.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan akan pewarna hijau selama ini terpenuhi dengan penggunan pewarna sintetis. Pewarna sintetis seperti fast green FCF memiliki harga yang
mahal, sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap bahan pewarna alami dari bahan alam yang memiliki harga yang lebih murah dan pembuatannya sangat
mudah. Selain itu bahan pewarna alami juga dapat meningkatkan kesehatan Saati, E.A. dan Hidayat, N., 2006.
Sesuai dengan yang terdapat pada KOTRANAS bahwa sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus digali,
diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Negara kita merupakan suatu negara dengan wilayah yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati
yang tinggi, potensi sumber daya tumbuhan yang ada merupakan suatu aset dengan nilai keunggulan komparatif dan sebagai modal dasar utama dalam upaya
pemanfaatan dan pengembangannya untuk menjadi komoditi yang kompetitif. Daun katuk sangat mudah diperoleh karena tersedia dalam jumlah banyak,
sehingga pemanfaatan zat warna hijau katuk sebagai pewarna alami dapat meningkatkan daya manfaat dari daun katuk. Pemanfaatan daun katuk ini sebagai
pewarna alami juga mendukung salah satu tujuan dari KOTRANAS yaitu menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia agar mempunyai daya saing tinggi
sebagai sumber ekonomi masyarakat dan devisa negara yang berkelanjutan karena kita tidak lagi perlu mengimpor pewarna sintetis seperti fast green FCF Menkes
RI, 2007. Sediaan tablet merupakan jenis sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah
Universitas Sumatera Utara
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain Lachman, dkk., 1994.
Pewarna dimasukkan dalam tablet pada umumnya untuk satu atau lebih dari tiga tujuan. Pertama, pewarna dapat digunakan untuk memberi identitas pada
produk sehingga memudahkan identifikasi produk. Kedua, warna dapat membantu meminimalkan kemungkinan kesimpangsiuran selama pembuatan. Ketiga,
penambahan pewarna pada tablet untuk nilai estetik atau nilai pemasarannya Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S., 2010.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap zat warna hijau daun katuk Sauropus androgynus Merr.
sebagai pewarna tablet.
1.2 Perumusan Masalah