PENGARUH STIMULASI BERMAIN BOLA TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN BAYI USIA 40-48 MINGGU Pengaruh Stimulasi Bermain Bola terhadap Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu.

(1)

PENGARUH STIMULASI BERMAIN BOLA TERHADAP

KEMAMPUAN BERJALAN BAYI USIA 40-48 MINGGU

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun oleh: Dian Annisa J120 130 037

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

1

PENGARUH STIMULASI BERMAIN BOLA TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN BAYI USIA 40-48 MINGGU

ABSTRAK

Latar Belakang: Perkembangan gerak berhubungan dengan proses

perkembangan kognitif. Pada usia 0-2 tahun termasuk dalam kategori perilaku sensomotorik, pengetahuan, dan berfikir. Pemberian stimulasi pada bayi dapat merangsang motoriknya karena adanya suatu gerakan fungsi tubuh dan proses pengendalian dari koordinator dan keseimbangan. Salah satunya dengan stimulasi bermain bola, bayi akan lebih tertarik perhatiannya pada benda yang bergerak. Apabila pengetahuan ibu tentang stimulasi untuk bayinya kurang maka akan menyebabkan keterlambatan perkembangannya.

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui adanya pengaruh stimulasi bermain bola

terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi experiment

dengan metode two group pre test dan post test. Sampel penelitian ini sebanyak

18 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok 1 (stimulasi bermain

bola dan stretching plantar) dan kelompok 2 (stretching plantar). Penelitian

dilakukan selama 4 minggu dengan dosis 3 kali dalam seminggu terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Pengukuran kemampuan berjalan

bayi menggunakan skala berjalan. Teknik analisa data menggunakan uji wilcoxon

dan uji mann whitney.

Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil statistik untuk uji Wilcoxon di peroleh nilai p

sig 0,006 artinya ada pengaruh dari pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu.

Sedangkan uji Mann Whitney di peroleh nilai p sig 0,040, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada beda pengaruh antara pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu.

Kesimpulan: Pemberian stimulasi bermain bola yang didahului dengan stretching

plantar lebih efektif dalam mempercepat kemampuan berjalan bayi usia 40-48

minggu dibanding dengan pemberian stretching plantar saja.

Kata Kunci: stimulasi bermain bola, stretching plantar, berjalan, bayi usia 40-48

minggu.

ABSTRACT

Background: The development of motion associated with the process of

cognitive development. At the age of 0-2 years are included in the category of sensomotorik behavior, knowledge, and thinking. Stimulation in baby can stimulate motor skills because of a movement the body function and process control coordination and balance. One of thema with a play ball stimulating, the baby will be more attracted to the moving object. If the mother's on stimulation to the baby less knowledge will cause delay its development.


(6)

2

Research Aims: To investigate the effect of play ball stimulating on walking ability for the age 40-48 baby weeks.

Methods: This study used a quasi-experimental approach with the method of two

group pre test and post test. The study sample as many as 18 people were divided

into two groups: group 1 (stimulation playing football and stretching plantar) and

group 2 (stretching plantar). The study was conducted for 4 weeks at a dose of 3

times in a week against the walking ability of infants aged 40-48 weeks. Measurement of the ability to walk the baby using a scale running. Data analysis using Wilcoxon test and Mann Whitney test.

Result: Based on the statistical results obtained for the Wilcoxon test p-value of

0.006 means there is sig effect of stimulation and stretching the plantar playing

ball against the walking ability of aged 40-48 baby weeks. While Mann Whitney

test was obtained sig p-value of 0.040, so it can be concluded that there is a

difference between the effects of stimulation and stretching the plantar playing

ball against the walking ability of aged 40-48 baby weeks.

Conclution : The play ball stimulating preceded by stretching the plantar more

effective in accelerating the walking ability of infants aged 40-48 weeks compared with plantar stretching administration only.

Keywords: Play ball stimulating, plantar stretching, walking, aged 40-48 baby

weeks.

1. PENDAHULUAN

Menurut Piaget perkembangan gerak berhubungan dengan proses

perkembangan kognitif. Pada usia 0-2 tahun masuk dalam kategori perilaku sensomotorik, pengetahuan, dan berfikir muncul sebagai hasil suatu perilaku yg terjadi akibat gerak tubuh. Pemberian stimulasi pada anak dapat merangsang motoriknya karena adanya pergerakan fungsi tubuh dan proses pengendalian dari koordinasi dan keseimbangan yang terletak pada batang otak yang akan mempengaruhi motorik kasar pada anak seperti duduk, menendang, berlari, naik turun tangga, dan sebagainya (Sunardi dan Sunaryo, 2007).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, kurangnya pengetahuan ibu terhadap pemberian stimulasi pada bayinya yang menyebabkan keterlambatan perkembangan. Hasil survei yang awal berdasarkan hasil wawancara langsung dengan Kader Kesehatan daerah


(7)

3

kelurahan Gonilan terdapat bayi usia diatas usia 1 tahun yang belum mampu berjalan secara mandiri.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Stimulasi Bermain

Bola terhadap Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu”.

KERANGKA TEORI

Aspek tumbuh kembang bayi pada perkembangan motorik tidak lepas

oleh adanya stimulasi sensomotorik. Motor control terkait dengan bagaimana

fungsi sistem neuromuscular untuk mengaktifkan dan mengkoordinasikan otot-otot dan anggota badan yang terlibat dalam kinerja keterampilan motorik, baik keterampilan baru, dan mereka yang sudah diperoleh guna memecahkan masalah kebebasan sehingga banyak otot dan sendi individu

menjadi disusun dalam gerakan fungsional terkoordinasi (Magill, 2010).

Motor learning merupakan proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman atau situasi pada gerak manusia (Saputra, 2000).

Roberton seorang physical educator mengatakan, studi tentang motor development dapat berubah seiring dengan perubahan kebiasaan (motor behavior). Kebiasaan-kebiasaan itu terdiri atas banyaknya gerakan-gerakan

yang dilakukan bayi (motor control) dan banyaknya pembelajaran skill yang

dilakukan dalam kesehariannya (motor learning ) (Gallahue, 2012).

Otak bayi yang sedang dalam proses menuju kematangan tidak sepenuhnya bertanggung jawab dalam proses ini, melainkan hanya kontributor. Pengalaman bayi dalam konteks tertentu dapat membantu menjelaskan mengapa beberapa bayi belajar untuk berjalan lebih dulu dibanding dengan bayi lain (Papalia dkk, 2013).


(8)

4

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis Quasi Experimental,

dengan menggunakan desain pre-test and post-test with group design. Teknik

pengambilan sampel secara Purpsive Sampling. Jumlah sampel 18 orang.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

pre-test and post-pre-test. Penelitian ini dilakukan di rumah responden daerah kelurahan Gonilan, Kartasuara, Surakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2016 selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemberian stimulasi bermain bola dilakukan selama 4 minggu mulai

tanggal 26 November – 23 Desember 2016 dengan rata–rata usia bayi mulai

dari 40 minggu di kelurahan Gonilan, Kartasura, Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Stimulasi bermain bola

responden yang diberikan pada kelompok perlakuan didahului stretching

plantar. Stimulasi tersebut diberikan 3 kali dalam seminggu. Dari jumlah seluruh responden penelitian terbagi menjadi 2 kelompok dengan 9 responden di kelompok perlakuan dan 9 responden di kelompok kontrol.

3.1Karakteristik Responden

3.1.1 Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Responden

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Responden Presentase Responden Presentase

43-44 minggu 0 0% 5 55,56%

45-46 minggu 3 33,33% 1 11,11%

47-48 minggu 6 66,66 3 33,33%

Jumlah 9 100% 9 100%


(9)

5

3.1.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Responden

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Responden Presentase Responden Presentase

Laki-laki 7 77,78% 4 44,44%

Perempuan 2 22,22% 5 55,56%

Jumlah 9 100% 9 100%

Tabel 2 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin

3.1.3 Karakteristik responden berdasarkan pola asuh

Pola Asuh Responden

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Responden Presentase Responden Presentase

Ibu(orangtua) 6 66,67% 8 88,89%

Pengasuh 3 33,33% 1 11,11%

Jumlah 9 100% 9 100%

Tabel 3 Distribusi Data Berdasarkan Pola Asuh

3.2Hasil Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu


(10)

6

Grafik 1 Grafik pre-test dan post-test responden pada kelompok

perlakuan

3.2.2 Hasil Pre test dan Post test Kelompok Kontrol

Grafik 2 Grafik pre-test dan post-test responden pada kelompok

kontrol

D

it

it

ah Ditit

ah D it it ah D it it ah B er di ri t ana pa bant uan Me ram bat D it it

ah Meram

bat D it it ah B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

SA AL FR UM KH NT NR FB RF

Pre-test Post-test Me ram bat D it it ah Me ram bat Me ram bat D it it ah D it it ah D it it ah B er di ri t anpa bant uan D it it ah D it it ah B er jal an B er di ri t anpa bant uan ber jal an B er di ri t anpa bant uan B er di ri t anpa bant uan B er di ri t anpa bant uan B er jal an B er di ri t anpa bant uan 36 38 40 42 44 46 48

DN AF RA AG VN AA SY SH DS


(11)

7

3.3Hasil Uji Statistik

Data ini menggunakan uji normalitas dengan Shapiro Wilk diperoleh

pada kelompok perlakuan dengan pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar nilai p sig awal (0,012) dan akhir (0,000). Hal ini berarti data pada pada kelompok perlakuan berdistribusi tidak normal (p

sig < 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol dengan pemberian

stretching plantar diperoleh nilai p sig awal (0,028) dan akhir (0,028) yang berarti pada kelompok ini termasuk data berdistribusi tidak normal

(p sig < 0,05), maka uji data menggunakan uji nonparametrik.

Uji pengaruh yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon

diperoleh hasil pada kelompok perlakuan p sig (0,006), hal tersebut

berarti ada pengaruh terhadap pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar dan p sig pada kelompok kontrol (0,006) yang berarti

ada pengaruh pemberian stretching plantar.

Uji beda selisih pengaruh pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whithney U diperoleh nilai Z yaitu -2,058 dengan nilai p sig

(0,040) dimana nilai p sig <0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada beda

selisih pengaruh antara kelompok perlakuan yang diberi stimulasi

bermain bola dan stretching plantar dengan kelompok kontrol yang


(12)

8

Kelompok keterangan Shapiro Wilk Kesimpulan

Df P sig

Kelompok Perlakuan

Pre-test 9 0,012 Tidak normal Post-test 9 0,000 Tidak normal

Kelompok Kontrol

Pre-test 9 0,028 Tidak normal Post-test 9 0,028 Tidak normal

Kelompok Wilcoxon test Kesimpulan

Df P sig

Kelompok Perlakuan

9 0,006 Ada pengaruh

Kelompok Kontrol

9 0,006 Ada pengaruh

Kelompok Mann-Withney U Kesimpulan

Z P sig

Selisih antara perlakuan dan control

-2,058 0,040 Ada beda antar

kelompok perlakuan dengan kontrol Tabel 4 Interpretasi Hasil Nilai P Value (Sig) Terhadap Permberian

Stimulasi Bermain Bola Pada Bayi

3.4Pembahasan

Orang tua merupakan pengambil peran utama dalam mengasuh

anak–anaknya. Terutama kedekatan anak terhadap ibu, karena ibunya

yang mendukung, melahirkan dan menyusui secara psikologis menpunyai ikatan. Stimulasi yang dilakukan oleh orang tua pada aspek motorik kasar, pada hakekatnya stimulasi yang seharusnya dilakukan lebih mudah dibandingkan dengan aspek yang lain (Gazali dalam Apriastuti, 2013).

Ganong (2010) Aktivitas sensomotorik sangat tergantung pada tingkat keluarnya motor neuron di tulang belakang yang bercabang juga ke nervus kranial. Jalur akhir saraf ini secara umum berakhir di otot


(13)

9

rangka, impuls akan masuk melalui serabut afferen perifer dan juga pada spinal neuron lainnya. Beberapa impuls berakhir langsung di motor neuron, tetapi banyak juga yang mengerahkan melalui interneuron atau

melalui motor neuron ke muscle spindle dan kembali melalui serat

afferen ke sumsum tulang belakang. Kegiatan pada saraf sangat terintegrasi, impuls dapat masuk dari tulang belakang, medula spinalis, otak tengah, dan tingkat kortikal yang mengatur postur tubuh dan membuat gerakan terkoordinasi (Yuliana, 2014).

Lebih dari 80% dari ujung saraf ke otot dalam tubuh secara langsung dihubungkan melalui proprioception dan sistem vestibular dengan saraf motorik berjalan ke dan dari mata (Boon and Gregory, 2011). Setelah diberikan stimulasi bermain bola, bayi mampu

mempersempit jarak base of support dan mempertinggi jarak antara

landasan dengan center of gravity. Bayi mampu berjalan mandiri dan

gerakan menendang bola itu membuat memori tersendiri ayunan-ayunan

kaki saat berjalan dan melatih teknik berjalan bayi atau gait.

Dengan stimulasi bermain bola akan timbul persepsi yang dibuat oleh bayi. Sepertihalnya pengaruh warna bola yang disukai setiap bayi berbeda dan dari ukuran bola. Persepsi melibatkan sintesa dan menugaskan arti sensasi dengan memperhatikan perintah, pengalaman sebelumnya dan biasanya, budaya yang diajarkan oleh orang tua atau pengasuh. Adolph menyimpulkan bahwa pengalaman bergerak lebih utama ketimbang usia sebagai respon adaptif. Seperti halnya pada bayi yang belajar bergerak, bayi akan mempelajari jenis tempat dan permukaan apa yang sesuai untuk gerakan (Adolph, 2005; Adolph & Berger, 2011).

4. PENUTUP

4.1Kesimpulan

Ada pengaruh stimulasi bermain bola terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Semakin sering pemberian stimulasi


(14)

10

oleh orang tua atau pengasuh terhadap bayi dan ditambah dengan stretching plantar, maka akan semakin optimal pertumbuhan dan perkembangan berjalan bayi. Semakin kurangnya pemberian stimulasi oleh orang tua atau pengasuh, maka akan lambat dan kurang optimal dibandingkan bayi yang distimulasi secara rutin.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini menjadikan evidence based theory untuk stimulasi tumbuh kembang bayi dan untuk mengembangkan keilmuan

fisioterapi pediatric.

4.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian lebih lanjut mengenai stimulasi tumbuh kembang bayi dan peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah responden agar penelitian tidak bias dan dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adolph, K.E., Berger, E.S., Leo. A. J. 2011. Developmental Community,

Crawling, Cruising and Walking. NIH Public Access. Vol 14 (1): 306-318.

Apriastuti, Dwi Anita. 2013. Analisis Pendididkan dan Pola Asuh Orang Tua

dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah kebidanan. Volume 4. No.01. Edisi Juni. Akademi Kebidanan Estu Utomo. Boyolali.

Boon, Rosemary dan Gregory de Montfort. 2011. Sensory Integration and

Learning. Learning Discoveries Psychological Services. Australia.

Gallahue, DL., Oznum, JC dan Jacqueline, DG. 2012. Understanding Motor

Development. Mc Graw Hill International Edition.

Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology, Ganong’s. 23rd edition. New

York: The McGraw-Hill Companies.Inc

Magill, Richard A. 2010. Motor Learning Consept and Application an Control.


(15)

11

Papalia, D., Olds, S., & Fieldman., R. 2013. Human Development.

Perkembangan Manusia. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.

Saputra, Y dan Agus. 2006. Perkembangan dan belajar motorik. Departemen

Pendidikan Nasional Universitas terbuka.

Yuliana, Sri. 2014. Pelatihan Kombinasi Core Stability Exercise dan Ankle

Strategy Exercise Tidak Lebih Meningkatkan dari Core Stability Exercise Untuk Keseimbangan Statis pada Mahasiswa S1 Fisioterapi

Stikes‘Aisyiyah Yogyakarta. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana


(1)

6

Grafik 1 Grafik pre-test dan post-test responden pada kelompok perlakuan

3.2.2 Hasil Pre test dan Post test Kelompok Kontrol

Grafik 2 Grafik pre-test dan post-test responden pada kelompok kontrol

D

it

it

ah Ditit

ah D it it ah D it it ah B er di ri t ana pa bant uan Me ram bat D it it

ah Meram

bat D it it ah B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an B er jal an 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49

SA AL FR UM KH NT NR FB RF

Pre-test Post-test Me ram bat D it it ah Me ram bat Me ram bat D it it ah D it it ah D it it ah B er di ri t anpa bant uan D it it ah D it it ah B er jal an B er di ri t anpa bant uan ber jal an B er di ri t anpa bant uan B er di ri t anpa bant uan B er di ri t anpa bant uan B er jal an B er di ri t anpa bant uan 36 38 40 42 44 46 48

DN AF RA AG VN AA SY SH DS Pre-test Post-test


(2)

7 3.3Hasil Uji Statistik

Data ini menggunakan uji normalitas dengan Shapiro Wilk diperoleh pada kelompok perlakuan dengan pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar nilai p sig awal (0,012) dan akhir (0,000). Hal ini berarti data pada pada kelompok perlakuan berdistribusi tidak normal (p sig < 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol dengan pemberian stretching plantar diperoleh nilai p sig awal (0,028) dan akhir (0,028) yang berarti pada kelompok ini termasuk data berdistribusi tidak normal (p sig < 0,05), maka uji data menggunakan uji nonparametrik.

Uji pengaruh yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Wilcoxon diperoleh hasil pada kelompok perlakuan p sig (0,006), hal tersebut berarti ada pengaruh terhadap pemberian stimulasi bermain bola dan stretching plantar dan p sig pada kelompok kontrol (0,006) yang berarti ada pengaruh pemberian stretching plantar.

Uji beda selisih pengaruh pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whithney U diperoleh nilai Z yaitu -2,058 dengan nilai p sig (0,040) dimana nilai p sig <0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada beda selisih pengaruh antara kelompok perlakuan yang diberi stimulasi bermain bola dan stretching plantar dengan kelompok kontrol yang hanya diberi stretching plantar terhadap kemampuan berjalan bayi.


(3)

8

Kelompok keterangan Shapiro Wilk Kesimpulan

Df P sig

Kelompok Perlakuan

Pre-test 9 0,012 Tidak normal Post-test 9 0,000 Tidak normal

Kelompok Kontrol

Pre-test 9 0,028 Tidak normal Post-test 9 0,028 Tidak normal

Kelompok Wilcoxon test Kesimpulan

Df P sig

Kelompok Perlakuan

9 0,006 Ada pengaruh

Kelompok Kontrol

9 0,006 Ada pengaruh

Kelompok Mann-Withney U Kesimpulan

Z P sig

Selisih antara perlakuan dan control

-2,058 0,040 Ada beda antar kelompok perlakuan

dengan kontrol Tabel 4 Interpretasi Hasil Nilai P Value (Sig) Terhadap Permberian

Stimulasi Bermain Bola Pada Bayi 3.4Pembahasan

Orang tua merupakan pengambil peran utama dalam mengasuh anak–anaknya. Terutama kedekatan anak terhadap ibu, karena ibunya yang mendukung, melahirkan dan menyusui secara psikologis menpunyai ikatan. Stimulasi yang dilakukan oleh orang tua pada aspek motorik kasar, pada hakekatnya stimulasi yang seharusnya dilakukan lebih mudah dibandingkan dengan aspek yang lain (Gazali dalam Apriastuti, 2013).

Ganong (2010) Aktivitas sensomotorik sangat tergantung pada tingkat keluarnya motor neuron di tulang belakang yang bercabang juga ke nervus kranial. Jalur akhir saraf ini secara umum berakhir di otot


(4)

9

rangka, impuls akan masuk melalui serabut afferen perifer dan juga pada spinal neuron lainnya. Beberapa impuls berakhir langsung di motor neuron, tetapi banyak juga yang mengerahkan melalui interneuron atau melalui motor neuron ke muscle spindle dan kembali melalui serat afferen ke sumsum tulang belakang. Kegiatan pada saraf sangat terintegrasi, impuls dapat masuk dari tulang belakang, medula spinalis, otak tengah, dan tingkat kortikal yang mengatur postur tubuh dan membuat gerakan terkoordinasi (Yuliana, 2014).

Lebih dari 80% dari ujung saraf ke otot dalam tubuh secara langsung dihubungkan melalui proprioception dan sistem vestibular dengan saraf motorik berjalan ke dan dari mata (Boon and Gregory, 2011). Setelah diberikan stimulasi bermain bola, bayi mampu mempersempit jarak base of support dan mempertinggi jarak antara landasan dengan center of gravity. Bayi mampu berjalan mandiri dan gerakan menendang bola itu membuat memori tersendiri ayunan-ayunan kaki saat berjalan dan melatih teknik berjalan bayi atau gait.

Dengan stimulasi bermain bola akan timbul persepsi yang dibuat oleh bayi. Sepertihalnya pengaruh warna bola yang disukai setiap bayi berbeda dan dari ukuran bola. Persepsi melibatkan sintesa dan menugaskan arti sensasi dengan memperhatikan perintah, pengalaman sebelumnya dan biasanya, budaya yang diajarkan oleh orang tua atau pengasuh. Adolph menyimpulkan bahwa pengalaman bergerak lebih utama ketimbang usia sebagai respon adaptif. Seperti halnya pada bayi yang belajar bergerak, bayi akan mempelajari jenis tempat dan permukaan apa yang sesuai untuk gerakan (Adolph, 2005; Adolph & Berger, 2011).

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Ada pengaruh stimulasi bermain bola terhadap kemampuan berjalan bayi usia 40-48 minggu. Semakin sering pemberian stimulasi


(5)

10

oleh orang tua atau pengasuh terhadap bayi dan ditambah dengan stretching plantar, maka akan semakin optimal pertumbuhan dan perkembangan berjalan bayi. Semakin kurangnya pemberian stimulasi oleh orang tua atau pengasuh, maka akan lambat dan kurang optimal dibandingkan bayi yang distimulasi secara rutin.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini menjadikan evidence based theory untuk stimulasi tumbuh kembang bayi dan untuk mengembangkan keilmuan fisioterapi pediatric.

4.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian lebih lanjut mengenai stimulasi tumbuh kembang bayi dan peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah jumlah responden agar penelitian tidak bias dan dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adolph, K.E., Berger, E.S., Leo. A. J. 2011. Developmental Community, Crawling, Cruising and Walking. NIH Public Access. Vol 14 (1): 306-318. Apriastuti, Dwi Anita. 2013. Analisis Pendididkan dan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah kebidanan. Volume 4. No.01. Edisi Juni. Akademi Kebidanan Estu Utomo. Boyolali. Boon, Rosemary dan Gregory de Montfort. 2011. Sensory Integration and

Learning. Learning Discoveries Psychological Services. Australia.

Gallahue, DL., Oznum, JC dan Jacqueline, DG. 2012. Understanding Motor Development. Mc Graw Hill International Edition.

Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology, Ganong’s. 23rd edition. New York: The McGraw-Hill Companies.Inc

Magill, Richard A. 2010. Motor Learning Consept and Application an Control. Mc Graw Hill International Edition.


(6)

11

Papalia, D., Olds, S., & Fieldman., R. 2013. Human Development. Perkembangan Manusia. Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika.

Saputra, Y dan Agus. 2006. Perkembangan dan belajar motorik. Departemen Pendidikan Nasional Universitas terbuka.

Yuliana, Sri. 2014. Pelatihan Kombinasi Core Stability Exercise dan Ankle Strategy Exercise Tidak Lebih Meningkatkan dari Core Stability Exercise Untuk Keseimbangan Statis pada Mahasiswa S1 Fisioterapi

Stikes‘Aisyiyah Yogyakarta. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana


Dokumen yang terkait

PENGARUH STIMULASI BERMAIN BOLA TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN BAYI USIA 40-48 MINGGU Pengaruh Stimulasi Bermain Bola terhadap Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu.

0 4 17

PENDAHULUAN Pengaruh Stimulasi Bermain Bola terhadap Kemampuan Berjalan Bayi Usia 40-48 Minggu.

0 2 5

PENGARUH STIMULASI POSISI TENGKURAP TERHADAP KEMAMPUAN MENGANGKAT Penggaruh Stimulasi Posisi Tengkurap Terhadap Kemampuan Mengangkat Kepala Bayi Usia 4 Minggu.

0 4 9

PENGARUH STIMULASI POSISI TENGKURAP TERHADAP KEMAMPUAN MENGANGKAT Penggaruh Stimulasi Posisi Tengkurap Terhadap Kemampuan Mengangkat Kepala Bayi Usia 4 Minggu.

0 2 16

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN Pengaruh Pemberian Stimulasi Motorik Kasar Terhadap Kemampuan Berjalan Pada Bayi Usia 36-39 Minggu.

0 2 18

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR Pengaruh Pemberian Stimulasi Motorik Kasar Terhadap Kemampuan Berjalan Pada Bayi Usia 36-39 Minggu.

0 2 17

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Stimulasi Motorik Kasar Terhadap Kemampuan Berjalan Pada Bayi Usia 36-39 Minggu.

1 3 4

PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP KEMAMPUAN MERANGKAK Pengaruh Stimulasi Assisted Crawling Terhadap Kemampuan Merangkak Pada Bayi Usia 16-24 Minggu.

0 2 19

PENDAHULUAN Pengaruh Stimulasi Assisted Crawling Terhadap Kemampuan Merangkak Pada Bayi Usia 16-24 Minggu.

0 3 4

PENGARUH STIMULASI ASSISTED CRAWLING TERHADAP KEMAMPUAN MERANGKAK Pengaruh Stimulasi Assisted Crawling Terhadap Kemampuan Merangkak Pada Bayi Usia 16-24 Minggu.

0 3 11