Peranan Audit Manajemen Dalam Meningkatkan Efektivitas Pemberian Kredit Pada Pt.Btpn Ckp Burangrang Bandung

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang memerlukan keadaan ekonomi yang stabil yang akan membantu dan memperlancar usaha pemerintah dalam mengadakan perhitungan perencanaan pembangunan. Untuk mencapai keadaan ekonomi yang stabil perlu diusahakan suatu kondisi moneter yang mantap. Kondisi tersebut tercapai apabila ditunjang oleh sistem perindustrian, perdagangan ekspor dan impor baik migas maupun non migas, pertambangan, pariwisata serta perbankan yang sehat dan sempurna.

Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dmaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (Surplus of Fund) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (Lock Of Fund), dengan demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan perkreditan, dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua faktor perekonomian.

Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 6 menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Undang-undang tersebut telah diubah dan disempurnakan dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998. Dalam UU No.10


(2)

tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 antara lain disebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Hal ini menggambarkan bahwa perbankan, khususnya Bank umum, merupakan inti dari sistem keuangan dimana Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan-badan pemerintah atau swasta, maupun perorangan untuk menyimpan dananya. Aktivitas pemberian kredit yang dilakukan Bank merupakan pelaksanaan dari fungsi penyaluran dana kepada masyarakat.

Bank merupakan pemasok bagi sebagian uang yang beredar yang digunakan sebagai alat tukar atau alat pembayaran, sehingga mekanisme kebijakan moneter dapat berjalan. Hal inilah yang menggambarkan bahwa Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting dalam melakukan kegiatan perekonomian maupun perdagangan.

Bank sebagai lembaga keuangan menjual kepercayaan (kredit) dan jasa-jasa tersebut. Untuk itu Bank memperoleh bunga, komisi atau provisi dari pemberian kredit dan penjualan jasa itu. Dengan demikian Bank berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah sesuai dengan kegiatan utama Bank itu sendiri yaitu dengan cara menghimpun dana, menyalurkan dana dan menghimpun jasa-jasa Bank lainnya (Kasmir,2007).

Kredit mempunyai kedudukan yang istimewa, terutama pada negara yang sedang berkembang sebab antara volume permintaan akan dana jauh lebih besar


(3)

dari penawaran dana yang ada di masyarakat selain itu pendapatan bunga dari kredit merupakan komponen yang dominan dibandingkan dengan jasa-jasa perbankan lainnya.

Kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. (Irham Fahmi, 2010).

Dalam menyalurkan dana dari masyarakat tersebut, sejalan dengan peraturan tentang perbankan. Sebelum memberikan kredit Bank wajib melaksanakan prinsip atau analisis kredit agar kredit yang diberikan dapat efektif. Analisis tersebut yakni 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Coleteral, dan Condition. (Irham Fahmi, 2010). Dalam menerapkan atau menggunakan prinsip-prinsip pemberian kredit dapat memberikan gambaran mengenai keadaan debitur. Hanya debitur yang layak, dalam arti ia mempunyai kepribadian yang baik, mampu melunasi kredit, mempunyai modal dalam menjalankan usahanya, situasi ekonomi yang mendukung dan mempunyai jaminan sajalah maka kredit tersebut akan diberikan. Selain itu, penerapan atau penggunaan prinsip-prinsip pemberian kredit juga diharapkan dapat mencegah atau meminimalkan resiko kredit macet yang pada akhirnya akan mengakibatkan kredit bermasalah dan merugikan pihak Bank itu sendiri.

Dalam uraian diatas dapat kita ketahui bahwa kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal memberikan sumbangan pendapatan yang cukup


(4)

besar bagi Bank, namun kredit merupakan kegiatan dan jasa Bank yang penuh dengan resiko yang dapat mengakibatkan kredit bermasalah atau Non Performing Loan.

Seperti femomena yang terjadi akhir-akhir ini bahwa perbankan nasional masih harus bekerja keras. Apalagi, ancaman Non Performing Loan (NPL) bukan lagi isu. Catatan Bank Indonesia (BI) telah menunjukan bahwa hingga akhir Desember 2008, posisi NPL terus merambat naik dibandingkan dengan posisi September 2008. Memasuki 2009, penguatan perbankan dan NPL tampaknya bakal jadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. Kendati kondisi perbankan secara umum masih aman, Biro Riset InfoBank mencatat bahwa September 2008 dari 125 Bank, 16 Bank NPL-nya sudah diatas 5%. Pengelola Bank tentunya harus ekstra hati-hati. Pasalnya, kalau diabaikan hal ini justru berpotensi memicu krisis. Karena itu tidak berlebihan jika Bank mendapatkan pengawasan. (http://www.perbanas.com,2009). Seperti di jelaskan dalam peraturan Bank Indonesia pada Pasal 2 ayat 2 bahwa bank yang dinilai memiliki kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya salah satunya yaitu memiliki kredit bermasalah (non-performing loan) secara neto lebih dari 5% (www.bi.go.id). Apabila 16 bank yang NPL-nya diatas 5% tersebut tidak mendapatkan pengawasan secara intensif maka hal ini tentu dapat menyebabkan krisis.

Melihat fenomena tersebut apakah hal ini terjadi karena semakin besarnya pemberian kredit yang tergolong macet atau pertumbuhan penyaluran kredit yang


(5)

relatif rendah ataukah sistem dan prosedur perbankan kurang memadai untuk memantau atau mengawasi pemberian kredit.

Untuk itu seiring dengan meningkatnya penyaluran atau pemberian kredit dan banyaknya kredit bermasalah. Maka pihak Bank perlu melakukan pemeriksaan (audit) terhadap aktivitas kegiatan perusahaan. Audit manajemen muncul dengan berkembangnya Audit Keuangan, dalam hal ini yang dinilai bukan hanya aspek keuangan namun juga aspek yang bersifat non keuangan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi program dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut. Program ataupun aktifitas perusahaan dalam hal ini adalah pemberian kredit.

Audit manajemen merupakan salah satu alat yang digunakan manajemen untuk mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif, efisien, dan ekonomis (IBK. Bayangkara,2008). Dalam arti luas audit manajemen merupakan suatu proses evaluasi secara sistematis dan efektivitas organisasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dijalankan di bawah pengendalian manajemen dan membuat laporan-laporan mengenai hasil dari evaluasi tersebut serta merekomendasikan saran-saran untuk perbaikan. Menurut (Alvin A Arens,2006) Efektivitas merujuk ke pencapaian tujuan sedangkan efisiensi mengacu ke sumber daya yang digunakan.

Adapun beberapa tahapan dalam audit manajemen menurut (IBK Bayangkara,2008) antara lain : Audit Pendahuluan, Review dan Pengujian


(6)

Pengendalian Manajemen, Audit Terperinci, Pelaporan dan Tindak Lanjut. Dengan adanya audit manajemen diharapkan dapat memperkecil peluang terjadinya resiko pengembalian kredit. Oleh karena itu audit manajemen sangat diperukan agar pemberian kredit dapat efektif.

Seperti pada lembaga keuangan lainnya PT. BTPN KCP Burangrang Bandung juga merupakan salah satu lembaga yang bergerak di sektor perbankan yang memberikan fasilitas perbankan diantaranya dalam bentuk simpanan, kredit dan jasa lainnya. Dalam hal ini PT. BTPN lebih menekankan kegiatan usahanya pada bidang kredit khususnya kredit pensiun karena PT. BTPN merupakan lembaga keuangan yang lebih spesifik melayani para pensiunan baik dari BUMN, PNS, Anggota TNI/Polri.

Dalam penyaluran kredit PT. BTPN mengalami permasalahan yaitu pada tahun 2008 terjadi pengembalian kredit yang bermasalah yang mencapai angka 1,71%. Walaupun dalam peraturan Bank Indonesia (BI) menetapkan tingkat NPL sebesar 5% namun angka tersebut sudah termasuk kredit bermasalah karena PT. BTPN menetapkan tingkat NPL yaitu sebesar 0,5%. (Kebijakan Direktur Utama PT. BTPN melalui media komunikasi internal,2008). Bila hal ini dibiarkan maka kerugian Bank akan semakin besar.

Dalam pelaksanaan pemberian kredit PT. BTPN juga menghadapi permasalahan pada proses analisa kredit antara lain : ditemukan adanya SKEP palsu yang dibuat oleh oknum nasabah. Hal tersebut dapat menyebabkan kolektibilitas kredit dikarenakan nasabah yang bersangkutan bukan nasabah PT. BTPN tujuannya hanya untuk dapat meminjam dana tanpa adanya pengembalian


(7)

dana. Permasalahan lain yaitu pembayaran cicilan kredit biasanya dipotong langsung oleh pihak Bank dari gaji nasabah itu sendiri, namun adapula nasabah yang gajinya turun atau minus. Sebagai contoh seorang nasabah mempunyai gaji sebesar 700.000 dan pihak Bank memotong cicilan kredit tiap bulan sebesar 600.000. suatu ketika gaji nasabah tersebut turun menjadi 500.000 dan pada akhirnya nasabah tidak mampu mengembalikan cicilian kredit. Dengan demikian maka pihak Bank tidak bisa memotong cicilian kredit karena dana yang ada tidak mencukupi. adapula nasabah yang tidak mampu membayar cicilan dikarenakan usaha yang dijalani nasabah mengalami kerugian. Permasalahan lain yaitu nasabah melakukan pinjaman ganda yang pada akhirnya nasabah tersebut tidak dapat melakukan pembayaran secara tepat waktu dan bahkan tidak dapat membayar cicilan dikarenakan harus membayar lebih besar karena melakukan pinjaman ganda tersebut Hal ini dapat mengakibatkan kolektabilitas kredit yang pada akhirnya dapat merugikan pihak Bank itu sendiri. (Rina Rosalina, Credit Acceptance).

Adapun permasalahan dalam pelaksanaan audit antara lain pada proses audit pendahuluan, seharusnya auditor memeriksa data-data atau objek yang harus diaudit, namun data yang diminta sulit untuk diberikan dikarenakan pada bagian yang akan diaudit, data yang akan diberikan harus menunggu keputusan atasan, terkadang data yang akan diberikan sering ditunda-tunda dan takut diketahui adanya permasalahan. (Dewi Kania, Reporting Audit).


(8)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

ini dengan judul “Analisis Peranan Audit Manajemen dalam meningkatkan efektivitas Pemberian Kredit.”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Biro Riset InfoBank mencatat bahwa September 2008 dari 125 Bank, 16 Bank NPL-nya sudah diatas 5%.

2. Pada tahun 2008 terjadi pengembalian kredit yang bermasalah yang mencapai angka 1,71%. angka tersebut sudah termasuk kredit bermasalah karena PT. BTPN menetapkan tingkat NPL yaitu sebesar 0,5%.

3. Ditemukan adanya SKEP palsu yang dibuat oleh oknum nasabah.

4. Nasabah tidak mampu mengembalikan cicilian kredit dikarenakan gaji nasabah mengalami penurunan atau minus. Adapula nasabah yang tidak mampu mengembalikan cicilan kredit dikarenakan usaha yang dijalaninya mengalami kerugian.

5. Adanya nasabah yang melakukan pinjaman ganda sehingga nasabah tidak dapat mengembalikan kredit tepat waktu dan bahkan tidak dapat mengembalikan cicilan kredit tersebut..


(9)

6. Data yang diminta auditor sulit untuk diberikan oleh pihak yang akan diaudit. sedangkan data tersebut merupakan objek yang harus diaudit. Ini dikarenakan data yang akan diberikan harus menunggu keputusan atasan, terkadang data sering ditunda-tunda dll.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dalam latar belakang penelitian, penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan Audit manajemen pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung

2. Bagaimana pelaksanaan Pemberian kredit pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung

3. Bagaimana peranan Audit manajemen dalam meningkatkan efektivitas Pemberian kredit pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Sesuai dengan masalah-masalah yang diidentifikasi diatas, maka penelitian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data, menganalisis dan memperoleh pemahaman mengenai Audit manajemen dan Pemberian kredit yang ada pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan :


(10)

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Audit manajemen pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan Pemberian kredit pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung.

3. Untuk mengetahui peranan Audit manajemen dalam meningkatkan efektivitas Pemberian kredit pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Akademis a. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis peranan audit manajemen dalam efektivitas pemberian kredit. Serta sebagai uji kemampuan peneliti dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh di perkuliahan dengan penelitian di lapangan.

b. Bagi Program Studi Akuntansi

Dapat dijadikan sumbangan ilmu untuk mengembangkan ilmu akuntansi yaitu dengan memberikan referensi tentang keterkaitan audit manajemen dengan pemberian kredit.

c. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi dalam penelitian di bidang yang sama.


(11)

1.4.2 Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menjadi umpan balik bagi perusahaan yang diteliti dan menjadi memberi masukan mengenai Audit manajemen dan peranannya dalam meningkatkan efektivitas Pemberian kredit pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung di masa yang akan datang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan Penelitian dan pengumpulan data pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung yang beralamat di Jl Burangrang No. 26 Bandung. Telp (022)7322865, Fax (022)7333893.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian yang penulis gunakan yaitu mulai dari bulan April sampai dengan bulan Juli.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Tahap Prosedur Bulan :

Feb Mar Apr Mei Jun Jul

I Tahap Persiapan :

1. Membuat outline dan proposal skripsi 2. Mengambil formulir penyusunan

skripsi

3. Menentukan tempat penelitian II Tahap Pelaksanaan :

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi

2. Meminta surat pengantar ke perusahaan

3. Penelitian di perusahaan 4. Sidang Usulan Penelitian 5. Penyusunan skripsi


(12)

III Tahap Pelaporan : 1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(13)

13 2.1. Kajian Pustaka

2.1.1 Auditing

Auditing secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis dalam mengumpulkan dan menilai bukti-bukti dari suatu kegiatan entitas/perusahaan dengan tujuan pelaporan tingkat perbedaan antara informasi keuangan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya yang dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten.

2.1.1.1 Pengertian Auditing

Audit secara umum adalah proses perbandingan antara kondisi dengan kriteria. Kondisi adalah kenyataan atau keadaan yang sebenarnya melekat pada objek yang diperiksa, sedangkan kriteria adalah hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa.

Pengertian Audit menurut Sukrisno Agoes adalah sebagai berikut:

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

(2004:3) Pengertian Audit menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:

“Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara

objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara


(14)

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”

(2008:9) Dari pengertian Auditing tersebut diambil kesimpulan bahwa pemeriksaan (auditing) dilakukan oleh pihak yang independen, berpengalaman dan memiliki kecakapan serta pemahaman yang cukup mendalam mengenai pemeriksaan akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.

2.1.1.2 Jenis-jenis Audit

Jenis-jenis audit menurut Sukrisno adalah sebagai berikut : 1. Management Audit

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasional tersebuit sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

2. Compliance Audit

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak ekstern (Pemerintah, Bapepem, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain)

3. Internal Audit

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.


(15)

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) sistem.

(2004 : 10) 2.1.2 Audit Manajemen

2.1.2.1 Pengertian Audit Manajemen

Fungsi pengawasan dan pengendalian manajemen, menimbulkan aktivitas audit (pemeriksaan). Secara lebih luas audit juga dibutuhkan dalam menilai pertanggungjawaban manajemen kepada berbagai pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan. Dari hasil audit dapat diketahui apakah laporan yang diberikan oleh manajemen sesuai dengan ketentuan, peraturan, dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan.

Menurut IBK Bayangkara pengertian dari Audit manajemen adalah sebagai berikut :

“Audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan

efektifitas operasi perusahaan. Manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan. Dalam konteks audit manajemen, manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki wewenang

yang lebih tinggi.”

(2008 : 2) Sedangkan menurut Alejandro R Gorospe yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal adalah sebagai berikut :

“Manajemen audit adalah suatu teknik yang secara teratur dan sistemetis digunakan untuk menilai efektifitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan standar-standar perusahaan dan industri, dan menggunakan petugas yang ahli dalam lingkup objek yang dianalisis, untuk meyakinkan


(16)

manajemen bahwa tujuannya dilaksanakan, dan keadaan yang membutuhkan perbaikan ditemukan.”

(2000 : 2)

Dari pengertian diatas audit manajemen dirancang secara sistematis untuk mengaudit aktivitas, program-program, yang diselenggarakan atau sebagian dari entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.

2.1.2.2 Tujuan dan Manfaat Audit Manajemen

Audit Manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut. Berkaitan dengan tujuan ini titik berat audit diarahkan terutama pada berbagai objek audit yang diperkirakan dapat diperbaiki di masa yang akan datang, di samping juga mencegah kemungkinan terjadinya berbagai kerugian.

Menurut IBK Bayangkara menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) elemen pokok dalam tujuan audit yaitu

“1. Kriteria

2. Penyebab

3. Akibat”


(17)

Dari uraian tersebut diatas bahwa tujuan audit antara lain : 1. Kriteria (criteria)

Kriteria merupakan standar (pedoman, norma) bagi setiap individu/kelompok di dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya. 2. Penyebab (cause)

Penyebab merupakan tindakan (aktivitas) yang dilakukan oleh setiap individu/kelompok dalam perusahaan. Penyebab dapat bersifat positif, program/aktivitas berjalan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan.

3. Akibat (effect)

Akibat merupakan perbandingan antara penyebab dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Akibat negatif menunjukan program atau aktivitas berjalan dengan tingkat pencapaian yang lebih rendah dari kriteria yang ditetapkan. Sedangkan akibat positif menunjukan bahwa program/aktivitas telah terselenggara dengan baik dengan tingkat pencapaian yang lebih tinggi dari kriteria yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuannya, objek audit menetapkan berbagai program yang pelaksanaannya di jabarkan kedalam berbagai bentuk. Setiap program-program aktivitas yang diselenggarakan pada setiap departemen/divisi harus selaras dengan tujuan perusahaan dan berbagai proyek/aktivitas yang diselenggarakan untuk mendapatkan pemahaman tentang keselarasan tujuan tersebut.


(18)

Selain tujuan yang disebutkan diatas, Audit manajemen memiliki beberapa manfaat. Menurut Amin Widjaja Tunggal menyatakan :

“Beberapa manfaat audit manajemen adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan masukan yang faktual untuk keputusan manajemen.

2. Untuk mendapatkan informasi manajemen yang tidak memihak. 3. Untuk mengetahui secara nyata apakah perusahaan sedang

menghadapi resiko.

4. Untuk mengidentifikasi area kesempatan. 5. Untuk memperbaiki komunikasi dan motivasi. 6. Untuk menilai performa individu berdasarkan fakta. 7. Untuk menilai status dan kapabilitas peralatan perusahaan. 8. Untuk membantu dalam melatih staf karyawan.”

(2008 : 3) 2.1.2.3 Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan

Audit manajemen diracang untuk menemukan penyebab dari kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pengelolaan program/aktivitas perusahaan, menganalisis akibat yang ditimbulkan oleh kelemahan tersebut dan menentukan tindakan perbaikan (rekomendasi) yang berkaitan dengan kelemahan tersebut agar dicapai perbaikan pengelolaan di masa yang akan datang. Berbeda dengan audit keuangan yang menekankan auditnya pada data-data transaksi, proses pencatatan, dan laporan akuntansi yang dibuat perusahaan, audit manajemen dilakukan dengan lingkup yang lebih luas yaitu keseluruhan aspek manajemen dari objek yang diaudit. Berbagai program/aktivitas yang dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, dapat menjadi tujuan audit manajemen.

Tabel 2.1

Perbedaan Audit manajemen dan Audit keuangan

Karakteristik Audit Keuangan Audit Manajemen


(19)

Ruang Lingkup Audit Dasar Yuridis Pelaksana Audit Frekuensi Audit Orientasi Hasil Audit Bentuk Laporan Keuangan

keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusun melalui proses akuntansi yang berlaku umum dan menyajikan dengan sebenarnya kondisi keuangan perusahaan pada tanggal pelaporan dan kinerja manajemen pada periode tersebut.

Berkisar pada bukti transaksi danproses akuntansi yang diterapkan pada objek audit

Penyajian Laporan Keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan Laporan keuangan tersebut.

Dilakukan dalam rangka mendapatkan pengesahan secara independen dari pihak auditor atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen.

Dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun dan ini bersifat regular.

Dilakukan terhadap data-data keuangan perusahaan yang bersifat histories.

Memiliki standar bentuk Laporan Audit yang bersifat baku bagi seluruh akuntan

mencapai perbaikan atas berbagai

program/aktivitas dalam pengelolaan perusahaan yang masih memerlukan perbaikan.

Meliputi keseluruhan fungsi manajemen dan unit-unit terkait yang ada di dalamnya.

Kepedulian manajemen untuk memperbaikai berbagai

program/aktivitas yang berjalan di perusahaan.

Dilakukan dalam rangka untuk menemukan berbagai kekurangan atau kelemahan pengelolaan perusahaan.

Tidak ada ketentuan

mengikat yang

mengharuskan untuk melekukan audit setiap periode waktu tertentu.

Untuk kepentingan perbaikan dimasa yang akan datang

Disajikan dalm bentuk laporan komperhensif.


(20)

Pengguna Laporan

independen yang melakukan audit keuangan.

Ditujukan kepada berbagai kelompok pengguna yang berada di luar perusahaan.

Ditujukan kepada pihak internal perusahaan.

2.1.2.4 Prinsip-Prinsip Audit Manajemen

Menurut IBK Bayangkara ada tujuh prinsip dasar yang harus diperhatikan auditor agar Audit manajemen dapat mecapai tujuan dengan baik, antara lain:

“1. Audit dititikberatkan pada objek audit yang mempunyai peluang untuk diperbaiki.

2. Prasyarat penilaian terhadap objek audit.

3. Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan-temuan yang bersifat positif.

4. Identifikasi individu yang bertanggung jawab terhadap kekurangan yang terjadi.

5. Penentuan tindakan terhadap petugas yang seharusnya bertanggung jawab.

6. Pelanggaran Hukum

7. Penyelidikan dan Pencegahan kecurangan”.

(2008 : 6) 2.1.2.5 Tipe-tipe Auditor

Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi tiga golongan. Menurut Mulyadi sebagai berikut :

“1. Auditor Independen 2. Auditor Pemerintah 3. Auditor Intern”

(2008 : 28) Pengertian dari masing-masing golongan diatas adalah sebagai berikut : 1. Auditor Independen


(21)

Auditor Independen adalah auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat kliennya.

2. Auditor Pemerintah

Auditor Pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor Intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan Negara maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.1.2.6 Tahap Audit Manajemen

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Menurut IBK Bayangkara dapat dikelompokan menjadi lima tahapan sebagai berikut :

“1. Audit Pendahuluan

2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen 3. Audit Terperinci

4. Pelaporan 5. Tindak Lanjut”


(22)

Dari uraian tersebut diatas tahapan audit manajemen adalah sebagai berikut :

1. Audit Pendahuluan

Audit Pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek yang diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dalam informasi latar belakang belakang ini, auditor dapat menentukan tujuan audit sementara (tebtative audit objective). Dalam tahap audit ini auditor dapat menentukan beberapa tujuan audit sementara.

2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen

Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai aktivitas yang dilakukan. Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang telah dibuat pada audit pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit


(23)

objective), atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup (sulit memperoleh) bukti-bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut.

3. Audit Terperinci

Pada tahap ini auditor malakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengn temuan yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang diberikan.

4. Pelaporan

tahapan ini bertujuan untuk mengomuikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk menyakinkan pihak manajemen (objek audit) tetang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditentukan. Laporan disajikan dalam bentuk komperhensif (menyajikan temuan-temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi). Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa yang operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk ditindaklanjuti.


(24)

5. Tindak Lanjut

sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan manajemen melaksanakan tindak lanjut sesuia dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepntingan dengan tindakan perbaikan tersebut. Suatu rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek audit akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang diaudit.

2.1.3 Efektivitas

Efektivitas dipahami sebagai tindakan keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya adapun pengertian efektivitas menurut Siswanto adalah sebagai berikut :

“Efektivitas berarti menjalankan pekerjaan yang benar. Efektifitas berarti kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Manajer yang efektif

adalah manajer yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan.”

(2007 : 55) Berdasarkan uraian diatas maka efektivitas adalah kemampuan manajer untuk memilih sasaran yang tepat. Apabila teknik pengambilan keputusan yang efektif digunakan secara luas maka akan mudah untuk menentukan alternatif


(25)

mana yang lebih baik dan menyadari perlunya melepaskan beberapa alternatif agar dapat mengoperasikan alternatif yang lain.

2.1.4 Kredit

2.1.4.1 Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (kreditur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.

Terdapat beberapa definisi mengenai kredit yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Malayu SP Hasibuan adalah

“Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama

bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.”

(2008 : 87) Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dikutip oleh Kasmir menyatakan bahwa :

“Kredit adalah penyediaaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga”.

(2007 : 73)

Dengan demikian kredit itu dapat pula berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang atau jasa kepada pihak lain,


(26)

sedangkan kontraprestasinya akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu).

2.1.4.2. Unsur-unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan tersebut, suatu lembaga tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang menerimanya.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit menurut Kasmir adalah sebagai berikut :

“1. Kepercayaan

2. Kesepakatan 3. Jangka Waktu 4. Resiko

5. Balas Jasa.”

(2007 : 75) Dari uraian tersebut diatas bahwa unsur-unsur kredit antara lain :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyidikan yang mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyidikan


(27)

ilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan.

2. Kesepakatan

Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menendatangani hak dan kewajibannya masing-masing-masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah. 3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hamper dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.

4. Resiko

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resikonya tak tertagih, demikian pula sebaliknya.


(28)

Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak disengaja.

5. Balas Jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.1.4.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Menurut Malayu SP Hasibuan bahwa tujuan kredit dibagi menjadi 7 yaitu:

“1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit

2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada 3. Melaksanakan kegiatan operasional bank

4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat 5. Memperlancar lalulintas pembayaran

6. Menambah modal kerja perusahaan

7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.”

(2008 : 88) Untuk mencapai tujuan pemberian kredit tersebut, maka pihak bank diantaranya juga harus memperhatikan segi kolektibilitas kredit yang pada hekeketnya didasarkan pada resiko keamanan menurut penilaian bank terhadap kondisi dari kepetuhan debitur dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar pokok pinjaman beserta bunga, jadi unsur utama dalam kolektibilitas adalah waktu pembayaran pokok pinjaman, maupun pembayaran bunganya.


(29)

Selain tujuan yang disebutkan diatas, kredit juga memiliki fungsi. Adapun fungsi kredit menurut Malayu SP Hasibuan antara lain bebagai berikut :

“1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian

2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat 3. Memperlancar arus barang dan arus uang

4. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGL, dan lain-lain) 5. Meningkatkan produktivitas dana yang ada

6. Meningkatkan daya guna (utility) barang 7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat 8. Memperbesar modal kerja perusahaan

9. Meningkatkan income per capital (IPC) masyarakat

10. Mengubah cara berfikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.” (2008 : 88) 2.1.4.4. Jenis-jenis Kredit

Beragamnya berbagai jenis usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian kredit oleh bank di bagi dalam beberapa jenis.

Berikut ini akan diuraikan jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat yang dilihat dari berbagai sudut, yaitu :

a. Berdasarkan Tujuan/Kegunaannya

1) Kredit konsuntif yaitu kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan digunakan sendiri bersama keluarganya. Kredit ini tidak produktif.

2) Kredit modal kerja (Kredit perdagangan) ialah kredit yang akan dipergunakan untuk menambah modal usaha debitur.


(30)

3) Kredit investasi ialah kredit yang digunakan untuk investasi produktif, tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relatif lama. Biasanya kredit ini diberikan grace period, misalnya kredit untuk perkebunan kelapa sawit dan lain-lain.

b. Berdasarkan Jangka Waktu

1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang jangka waktunya paling lama satu tahun saja.

2) Kredit jangka menengah yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun.

3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun

c. Berdasarkan Macamnya

1) Kredit aksep yaitu kredit yang diberikan bank yang pada hakikatnya hanya merupakan pinjaman uang biasa sebanyak plafond kredit (L3/BMPK)-nya.

2) Kredit penjual yaitu kredit yang diberikan penjual kepada pembeli, artinya barang yang telah diterima pembayaran kemudian. Misalnya Usance L/C.

3) Kredit pembeli adalah pembayaran telah dilakukan kepada penjual, tetapi barangnya diterima belakangan atau pembelian dengan uang muka, misalnya red clause L/C.


(31)

d. Berdasarkan Sektor Perekonomian

1) Kredit pertanian ialah kredit yang diberikan kepada perkebunan, peternakan dan perikanan.

2) Kredit perindustrian ialah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam industry kecil, menengah dan besar.

3) Kredit pertambangan ialah kredit yang disalurkan kepada beraneka macam pertambangan.

4) Kredit ekspor-impor ialah kredit yang diberikan kepada eksportir dan atau importer beranekan barang.

5) Kredit koperasi ialah kredit yang diberikan kepada jenis-jenis koperasi.

6) Kredit profesi ialah kredit yang diberikan kepada beraneka macam profesi seperti dokter dan guru.

e. Berdasarkan Agunan/Jaminan

1) Kredit agunan orang ialah kredit yang diberikan dengan jaminan seseorang terhadap debitur bersangkutan.

2) Kredit agunan efek adalah kredit yang diberikan dengan agunan efek-efek dan surat-surat berharga.

3) Kredit agunan barang adalah kredit yang diberikan dengan agunan barang tetap, barang bergerak, dan logam mulia. Kredit agunan barang ini harus memperhatikan Hukum Perdata Pasal 1132 sampai dengan Pasal 1139.


(32)

4) Kredit agunan dokumen adalah kredit yang diberikan dengan agunan dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C).

f. Berdasarkan Golongan Ekonomi.

1) Golongan ekonomi lemah ialah kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, seperti KUK, KUT, dan lain-lain. Golongan ekonomi lemah ialah pengusaha yang kekayaan maksimumnya sebesar Rp. 600 juta, tidak termasuk tanah dan bangunannya.

2) Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha menengah dan besar.

g. Berdasarkan penarikan dan pelunasan.

1) Kredit rekening Koran (Kredit perdagangan) adalah kredit yang dapat ditarik dan dilunasi setiap saat, besarnya sesuai dengan kebutuhan; penarikan dengan cek, bilyet giro, atau pemindahbukuan; pelunasannya dengan setoran-setoran. Bunga dihitumg dari saldo harian pinjaman saja bukan dari besarnya plafond kredit disetujui. 2) Kredit berjangka adalah kredit yang penarikannya sekaligus sebesar

plafondnya. Pelunasan dilakukan setelah jangka waktu habis. Pelunasan bisa dilakukan dengan cara cicilan atau sekaligus tergantung kepada perjanjian.

2.1.4.5. Prinsip-prinsip Kredit

Jaminan kredit yang diberikan nasabah kepada bank hanyalah merupakan tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah.


(33)

Akan tetapi apabila suatu kredit diberikan telah dilakukan penelitian secara mendalam, sehingga nasabah dikatakan layak untuk memperoleh kredit, maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Oleh karena itu dalam pemberian kreditnya bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit dengan benar.

Pemberian Kredit yang efektif menurut Kasmir yaitu :

“Pemberian kredit dapat dikatakan efektif apabila telah memenuhi

penilaian pemberian kredit secara umum yaitu dengan menggunakan

prinsip 5C.”

(2007 : 84) Menurut Irham fahmi dalam memutuskan pemberian kredit atau melakukan pencairan dana melalui kredit maka ada beberapa hal yang harus dipikirkan baik oleh kreditur atau juga debitur secara umum dan itu sudah menjadi penilaian secara umum, yaitu biasa dikenal dengan prinsip atau analisis lima C (5C)

“Prinsip 5C yaitu : 1. Character 2. Capacity 3. Capital 4. Collateral

5. Condition of Economy

(2010 : 17) Berikut merupakan penjelasan 5P sebagai berikut :

1. Character (Karakteristik)

Ini menyangkut dengan sisi psikologis calon penerima kredit itu sendiri. yaitu karakteristik atau sifat yang dimilikinya, seperti latar belakang


(34)

keluarganya, hobi, cara hidup yang dijalani, kebiasaan-kebiasaannya. Tinjauan karakteristik ini bisa dilihat pada bagaimana ia melakukan keputusan bisnis selama ini dalam hal ketepatan waktu yang menyangkut dengan perjanjian atau kesepakatan-kesepakatan yang telah dilakukan selama ini.

2. Capacity (Kemampuan)

Capacity berhubungan dengan “business record” atau kemampuan seorang pebisnis mengelola usahanya, terutama pada masa-masa sulit sehingga nanti akan terlihat “ability to pay” atau kemampuan membayar. 3. Capital ( Modal)

Ini menyangkut dengan kemampuan modal yang dimiliki oleh seseorang pada saat ia malaksanakan bisnisnya tersebut. Maka akan lebih baik jika ia melakukan peminjaman kepada pihak perbankan atau leasing maka angka pengajuan kreditnya tersebut adalah melebihi dari kepemilikan modal yang dimilikinya. Karena jika ia melakukan peminjaman dana melebihi dari kepemilikan modal yang dipunyai maka jelas ini akan menimbulkan resiko di kemudian hari.

4. Collateral (Jaminan)

Collateral atau yang bisa desebut dengan jaminan adalah barang atau sesuatu yang dapat dijadikan jaminan pada saat seseorang akan melakukan pinjaman dana dalam bentuk kredit ke sebuah perbankan atau leasing.


(35)

5. Condition of Economy (Kondisi Perekonomian)

Kondisi perekonomian yang tengah berlangsung disuatu Negara seperti tingkat pertumbuhan ekonomi yang tengah tergaji, angka inflasi, jumlah pengangguran, purchasing power parity (daya beli), penerapan kebijkan moneter sekarang dan yang akan datang serta situasi ekonomi internasional yang tengah berkembang adalah bagian penting untuk dianalisa dan dijadikan bahan pertimbangan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

Menurut Kasmir selain prinsip 5C adapula prinsip 7P kedua prinsip ini memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalan 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P.

“Prinsip 7P yakni :

1. Personality 2. Party 3. Perpose 4. Prospect 5. Payment 6. Profitability 7. Protection.”

( 2007 : 91) Berikut merupakan penjelasan 7P sebagai berikut :

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.


(36)

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ko golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting juga mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengambalian kredit.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.


(37)

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan memdapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.1.4.6. Prosedur Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui sebelum suatu kredit diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank dalam menilai suatu kelayakan dalam permohonan kredit. Prosedur pemberian kredit menurut Kasmir adalah :

“1. Pengajuan Proposal

2. Penyelidikan berkas Pinjaman 3. Penilaian Kelayakan Kredit 4. Wawancara Pertama

5. Peninjauan ke Lokasi (on the spot) 6. Wawancara kedua

7. Keputusan Kredit

8. Penandatanganan Akad Kredit

9. Realisasi Kredit.”

( 2007 : 95-102) Berikut merupakan tahapan-tahapan/prosedur pemberian kredit :

1. Pengajuan Proposal

Yang perlu diperlihatkan dalam setiap pengajuan proposal suatu kredit hendaknya berisi keterangan tentang :

- Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut latar belakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya. - Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan


(38)

- Besarnya kredit dan jangka waktu

Dalam proposal permohonan menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka waktu kreditnya.

- Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan ataukah dengan cara lainnya.

- Jaminan Kredit

Diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.

2. Penyelidikan berkas pinjaman.

Dalam penyelidikan berkas hal-hal yang perlu diperhatiakn adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada. Kemudian jika asli dan benar maka pihak bank mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang relevan dengan kemampuan nasabah untuk membayar.

3. Penilaian Kelayakan Kredit

Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan 5C dan 7P namun untuk kredit yang lebih besar jumlahnya perlu dilakukan metode penilaian dengan studi kelayakan. Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak.


(39)

Adapun aspek yang perlu dinilai dalam pemberian kredit adalah a. Aspek Hukum

Tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit.

b. Aspek pasar dan pemasaran

Merupakan aspek untuk menilai apakah kredit yang dibiayai akan laku dipasar dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan. c. Aspek Keuangan

Untuk menilai keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yaitu Neraca, Laba rugi dan laba 3 tahun terakhir.

d. Aspek Teknis / Operasi

Yang dinilai adalah masalah lokasi usaha, kemudian kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki.

e. Aspek Manajemen

Untuk menilai pengalaman peminjam dalam mengelola usahanya f. Aspek Ekonomi Sosial

Untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi masyarakat luas baik ekonomi maupun sosial.

g. Aspek AMDAL

Apakah usaha yang dibuatnya sudah memenuhi kriteria analisis dampak lingkungan darat, air dan udaranya.


(40)

4. Wawancara Pertama

Tahap ini merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan cara berhadapan langsung dengan calon peminjam.

5. Peninjauan ke Lokasi (On the Spot)

Pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan diberitahu kepada nasabah, sehingga apa yang kita lihat dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

6. Wawancara Kedua

Merupakan kegiatan perbaikan berkas jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setalah dilakukan on the spot di lapangan.

7. Keputusan Kredit

Untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak maka akan dipersiapkan administrasinya. Biasanya keputusan kredit akan mencakup :

- Akad kredit yang akan ditandatangani - Jumlah uang yang diterima

- Jangka waktu kredit

- Biaya-biaya yang harus dibayar.

8. Penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya

Sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani akad kredit. Pelaksanakan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau melalui notaris.


(41)

9. Realisasi kredit

Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Pencairan dana kredit tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak.

Faktor- Faktor yang mempengaruhi Pemberian Kredit

Menurut Malayu SP Hasibuan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kredit antara lain :

a. Tingkat Suku bunga b. Dana Pihak Ketiga c. Kondisi Perekonomian

(2008 : 88)

2.1.5. Peranan Audit Manajemen dalam meningkatkan efektivitas Pemberian Kredit

Kegiatan Bank mempunyai risiko tinggi karena berurusan dengan uang dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat menimbulkan niat orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk melakukan kecurangan. Jika kekhawatiran itu terjadi tentu dapat mengakibatkan kerugian bagi bank. Masalah utama yang dihadapi oleh bank adalah ketergantungan yang besar terhadap pengembalian sejumlah uang dari nasabah yang dipinjam secara kredit.

Bidang perkreditan di Indonesia sampai saat ini masih merupakan bidang kegiatan perbankan yang mempunyai proporsi yang besar dibanding dengan kegiatan lainnya. Kegiatan perkreditan merupakan salah satu kegiatan usaha bank


(42)

yang mengandung kerawanan dan resiko yang dapat merugikan bank yang pada gilirannya dapat berakibat pada kepentingan masyarakat penyimpan dana dan pengguna jasa perbankan.

Untuk meminimalkan resiko yang mungkin timbul maka pihak bank harus melakukan suatu pengawasan atau pemeriksaan (audit) atas kegiatan perusahaan dalam hal ini yaitu pemberian kredit. Tujuan pengawasan disini adalah untuk memberikan informasi kepada manajemen guna terciptanya suatu kegiatan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan kesesuaian dan kewajarannya.

Dalam halnya audit manajemen terhadap efektivitas pemberian kredit sebagaimana disebutkan oleh Thomas Suyanto bahwa:

“Bank wajib melaksanakan audit intern terhadap pelaksanaan pemberian kredit.”

( 2007 : 201) Dalam kaitannya dengan Audit intern, Audit manajemen merupakan bagian atau perluasan dari Audit Intern itu sendiri, sebagaimana disebutkan oleh IBK. Bayangkara bahwa :

“Audit manajemen merupakan perluasan dari audit internal, sehingga

dalam audit ini penilaian terhadap pencapaian tujuan audit menjadi sangat penting.”

(2008 : 3) Ini menunjukan bahwa audit manajemen juga wajib dilaksanakan oleh bank dalam kaitannya terhadap pemberian kredit .


(43)

Pelaksanaan audit pada bank dilakukan oleh auditor intern. Audit manajemen merupakan salah satu tugas yang dilaksanakan oleh auditor intern. Sebagaimana dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Michell Suharli menyatakan bahwa :

“Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu tugas internal auditor biasanya adalah tugas audit manajemen.”

(2009) Dari pernyataan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit yang dilakukan oleh Bank sangatlah penting untuk pemberian kredit. Ruang lingkup audit yang dilakukan oleh auditor bank yaitu seluruh kegiatan dan pengendalian di dalam orgaisasi untuk mendorong efektif, efisien dan ekonomis. Hal ini merupakan bidang dari audit manajemen itu sendiri yaitu dengan tujuan untuk mengetahui apakah aktivitas atau program yang dijalankan perusahaan telah efektif, efisien dan ekonomis.

2.2 Kerangka Pemikiran

Menyebut kata bank setiap orang selalu mengkaitkannya dengan uang. Hal ini tidak salah, karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Di Negara-negara maju bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali melakukan transaksi.

Pengertian perbankan menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah


(44)

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah dalam bidang keuangan jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama, sebagaimana menurut (Kasmir) tiga kegiatan utama bank antara lain :

“1. Menghimpun dana 2. Menyalurkan dana

3. Memberikan jasa Bank lainnya.”

( 2007 : 12 ) Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan perbankan. Kegiatan menyalurkan dana merupakan kegiatan utama dan paling penting bagi perbankan karena basarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank tersebut merugi. Agar kegiatan perbankan dapat berjalan dengan efektif, efisien dan ekonomis khususnya dalam kegiatan menyalurkan dana maka pihak bank perlu melaksanakan audit.

Dalam berbagai Audit yang dilakukan kecuali audit keuangan, keseluruhan Audit memiliki tujuan yang hampir sama yaitu menilai bagaimana manajemen mengoperasikan perusahaan, mengelola sumberdaya yang dimiliki,


(45)

meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses dalam mencapai tujuan perusahaan secara taat asas.

Berikut merupakan definisi Audit Manajemen menurut Sondang P Siagian menyatakan bahwa :

“Audit manajemen merupakan suatu instrumen ilmiah yang diperuntukan bagi manajemen puncak. Dikatakan demikian karena manajemen puncak yang menarik manfaat paling besar dari hasil kegiatan itu.”

(2008 : 2) Adapun jurnal yang ditulis oleh Michell Suharli menyatakan bahwa :

“Audit manajemen adalah Investigasi dari suatu organisasi dalam semua

aspek kegiatan manajemen dari yang paling tinggi sampai dengan kebawah dan pembuatan laporan audit mengenai efektivitasnya atau dari segi profitabilitas dan efisiensi kegiatan bisnisnya.”

(2009)

Audit manajemen merupakan penelitian yang bebas selektif dan analitis terhadap suatu program kegiatan atau keadaan dengan tujuan untuk mencegah adanya penyimpangan, mengevaluasi jalannya perusahaan, kemudian menginformasikan kepada pimpinan melalui saran-saran dan upaya-upaya yang dapat ditempuh guna pendayagunaan sumber-sumber secara efektif dan efisien di masa yang akan datang.

Seperti yang di ungkapkan oleh Alvin A Arens menyatakan bahwa :

“Efisiensi dan efektivitas operasional merupakan kendali di dalam suatu organisasi dimaksudkan untuk memdorong penggunaan yang efektif dan efisien atas sumber dayanya, mencakup personil, untuk mengoptimalkan sasaran perusahaan. Bagian penting dari kendali ini adalah informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan.”


(46)

Adapun pengertian efektivitas menurut Siswanto adalah sebagai berikut :

“Efektivitas berarti menjalankan pekerjaan yang benar. Efektifitas berarti

kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Manajer yang efektif

adalah manajer yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan.”

(2007 : 55) Pada dasarnya Audit Manajemen merupakan alat Bantu bagi manajemen dalam merealisasikan proses kegiatan yang dilakukan. Dalam penulisan ini, penulis memilih kegiatan dalam bidang penyaluran dana atau pemberian kredit. dengan alasan bahwa perkreditan di Indonesia sampai saat ini masih merupakan bidang kegiatan perbankan yang mempunyai proporsi asset yang besar dibanding dengan kegiatan lainnya.

Dalam Aktivitas usahanya bank melakukan kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat berupa pemberian kredit. Dana yang disalurkan kepada masyarakat bersumber dari masyarakat yang menitipkan uangnya pada bank. Sebagai lembaga perantara yang kekurangan dana kepada yang kelebihan dana, maka dilakukanlah usaha berupa pemberian pinjaman atau kredit.

Menurut Malayu S.P Hasibuan yang dimaksud dengan kredit yaitu :

“Semua jenis penjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya

oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”.

(2008 : 87) Dalam halnya peranan audit manajemen dalam pemberian kredit sebagaimana disebutkan oleh Teguh Pujo Mulyono menjelaskan bahwa :

“Sudah sepantasnyalah apabila bank auditor memberikan perhatian yang besar dalam melaksanakan kegiatannya. Salah satu tujuan dari audit bidang perkreditan yaitu mengurangi terjadinya kegagalan/debitur macet yang akan merupakan pukulan berat bagi bank yang bersangkutan.”


(47)

Dari pernyataan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Agar proses kegiatan pemberian kredit dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya pengawasan dari pihak bank. Untuk mengawasi jalannya pemberian kredit perlu adanya pengendalian dari pihak manajemen melalui pelaksanaan Audit manajemen.

Dengan demikian jelaslah bahwa Audit manajemen berguna untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu pencapaian tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu keputusan yang efektif dalam pemberian kredit..


(48)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Bank

Kegiatan Bank

Minghimpun dana

Menyalurkan dana

Jasa-jasa Bank lainnya Pengajuan Kredit

Pemberian Pinjaman kredit

Pengolahan data

Pemberian kredit Prinsip Kredit : 1. Character 2. Capacity 3. Capital 4. Coleteral 5. Condition

Pemberian Kredit menjadi Efektif Audit Manajemen

Tahap Audit manajemen : 1.Audit Pendahuluan 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen

3. Audit terperinci 4. Pelaporan 5. Tindak Lanjut


(49)

2.2.1 Penelitian-penelitian Sebelumnya

Studi mengenai audit manajemen atau efektivitas pemberian kredit yang cukup relevan dengan penelitian penulis yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.2

Perbedaan dengan penelitian terdahulu

No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Peranan Audit

Manajemen dalam menunjang efektivitas Pengendalian Intern Penjualan. Studi kasus pada PT. Telkom (Bilson, 2008)

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan audit manajemen berperan dalam menunjang

efektivitas

pengendalian intern

Persamaan objek variabel x yang diteliti yaitu audit manajemen,

Perbadaan pada studi kasus, variabel y, dan indikator variabel y.

2 Peranan Pengendalian Intern dalam

Pemberian Kredit Studi kasus pada Bank Jabar.

(Desi Noftila, 2007)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern dapat menunjang pemberian kredit.

Persamaan objek variabel y yang diteliti yaitu pemberian kredit

Perbedaan pada studi kasus, variabel x dan indikator variabel x dan y Pada variabel y lebih menekankan mengenai prosedur dan unsur-unsur pemberian kredit.

Sample dan Populasi yaitu seluruh karyawan 3. Peranan Audit

Operasional dalam menunjang efektivitas Tujuan Pemberian Kredit. Studi Kasus pada SWAGRIA Koperasi Simpan Pinjam Bekasi (Kawang

Maheswari,2008)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Audit Operasional dapat menunjang tujuan pemberian kredit pada koperasi.

Persamaannya pada korelasi yang digunakan yaitu Rank Spearman

Perbedaan pada studi kasus, variabel x,y dan Indikator variabel x,y Penelitian ini lebih menekan pada tujuan kredit koperasi untuk mencari keuntungan, membantu usaha masyarakat dan

membantu pemerintah, Sample dan Populasi yaitu seluruh anggota Koperasi berjumlah 20 orang


(50)

2.3. Hipotesis

Menurut Uma Sekaran (2006: 135) mengemukakan pengertian hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diberikan peneliti yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas penulis memberikan hipotesis bahwa: “Audit manajemen berperan dalam meningkatkan efektifitas Pemberian Kredit”.

H0 : = 0, artinya audit manajemen tidak mempunyai peranan dalam meningkatkan

efektivitas pemberian kredit.

Ha : ≠ 0, artinya audit manajemen mempunyai peranan dalam meningkatkan


(51)

51 3.1 Objek Penelitian

Menurut Husein Umar menerangkan bahwa:

“Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi

obyek penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika di anggap perlu”.

(2005:303) Penelitian dilakukan pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung, yang menjadi objek penelitian ini adalah audit manajemen dan pemberian kredit. Kredit yang diberikan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tetentu dengan pemberian bunga. Pemilihan pemberian kredit sebagai objek penelitian didasarkan karena kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam hal memberikan sumbangan pendapatan yang cukup besar bagi bank, namun kredit merupakan kegiatan dan jasa bank yang penuh dengan resiko yang dapat mengakibatkan kredit bermasalah atau Non Performing Loan..

3.2 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif analisis dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui


(52)

hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono mendefinisikan bahwa :

“Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas”

(2005:21) Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan di kumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.

Adapun pengertian metode verifikatif menurut Sugiono adalah sebagai berikut :

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

(2008: 45) Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji peranan Audit manajemen dalam efektivitas pemberian kredit. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.


(53)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Moh. Nazir mengemukakan bahwa:

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan

dan pelaksanaan penelitian”.

(2003:84) Dari pemaparan diatas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah penelitian yang diteliti dalam penelitian ini yaitu audit manajemen (Variabel X) sebagai variabel bebas dan pemberian kredit (Variabel Y) sebagai variabel terikat.

2. Memilih serta memberi pengukuran variabel. Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa tingkatan.


(54)

3. Memilih prosedur dan teknik yang digunakan. Teknik yang digunakan untuk mengubah data-data kualitatif yang diperoleh menjadi suatu urutan kuantitatif yaitu dengan menggunakan Skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap yaitu tanggapan seseorang mengenai suatu masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono definisi dari skala likert adalah:

"Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial’’.

(2008:132)

4. Menyusun alat serta teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket dan kuesioner.

5. Kuesioner ini nantinya akan disebarkan kepada responden yang pertanyaan di dalamnya berhubungan dengan variabel yang diteliti.

6. Kuesioner yang digunakan dalam mendukung penelitian ini, nantinya akan dihitung dengan menggunakan statistika hitung korelasi Rank Spearman. 7. Ukuran yang digunakan untuk menilai jawaban-jawaban yang diberikan

dalam menguji variabel independen dan dependen yaitu 5 tingkat, bergerak dari 1 s/d 5 untuk setiap jawabannya, nilai untuk setiap jawaban itu adalah :

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Jawaban Untuk Pertanyaan Positif Kriteria Jawaban Bobot Nilai

Sangat Tidak Setuju 1

Tidak Setuju 2

Kurang Setuju 3

Setuju 4


(55)

Tabel 3.2

Skala Pengukuran Jawaban Untuk Pertanyaan Negatif

8. Uji hipotesis menggunakan 2 pengujian yaitu : Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.

9. Uji statistik menggunakan rumus statistik uji t dengan membandingkan harga thitung dan ttabel

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai peranan audit manajemen dalam meningkatkan efektivitas pemberian kredit, maka variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (X)

Variabel independen adalah variabel yang tidak terikat oleh faktor-faktor lain, tetapi mempunyai pengaruh terhadap variabel lain. Variabel independen di sini adalah Audit manajemen.

Kriteria Jawaban Bobot Nilai Sangat Tidak Setuju 5

Tidak Setuju 4

Kurang Setuju 3

Setuju 2


(56)

Audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan. Manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan. Dalam konteks audit manajemen, manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki wewenang yang lebih tinggi..

Indikator yang digunakan adalah audit pendahuluan, review dan pengujian pengendalian manajemen, audit terperinci, pelaporan dan tindak lanjut.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen disini adalah efektivitas pemberian kredit.

Efektivitas berarti menjalankan pekerjaan yang benar. Efektifitas berarti kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Manajer yang efektif adalah manajer yang memilih pekerjaan yang benar untuk dijalankan.

Pemberian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tetentu dengan pemberian bunga.

Indikator yang digunakan adalah Character, Capacity, Capital, Coleteral, dan Condition.


(57)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala Audit

manajemen (X)

“Audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan. Manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan. Dalam konteks audit manajemen, manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus

dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak

yang memiliki

wewenang yang lebih tinggi”.

(IBK Bayangkara, Audit Manajemen, 2008)

Tahap-tahap Audit manajemen

1.Audit Pendahuluan 2. Review dan Pengujian

Pengendalian Manajemen 3. Audit terperinci 4. Pelaporan 5. Tindak Lanjut

(IBK Bayangkara,

Audit Manajemen, 2008) Ordinal Efektivitas Pemberian kredit (Y)

“Efektivitas berarti

menjalankan pekerjaan yang benar. Efektifitas berarti kemampuan untuk memilih sasaran

yang tepat..”

(Siswanto, Pengantar Manajemen, 2007)

“Kredit yang diberikan

yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur)

Prinsip Kredit 1. Character 2. Capacity 3. Capital 4. Coleteral 5. Condition of Economic (Irham Fahmi,

Pengantar Manajemen Perkreditan, 2010)


(58)

untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

(Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Perkreditan, 2010)

3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dibagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sample untuk mengetahui tanggapan tentang penelitian yang akan diteliti. Selain itu data primer juga meliputi dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi, dan data-data statistik mengenai jumlah pegawai dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian yang berasal dari literatur, artikel, dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data


(59)

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

(2008:115) Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua karyawan pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung, yang bekerja pada bagian Divisi Audit berjumlah 15 orang dan bagian Staf Kredit yang berjumlah orang 9 orang jadi populasi penelitian ini sebanyak 24 orang.

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam melakukan penelitian dan pengujian data. Pengertian sampel menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:

”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

(2006:73) Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Karena jumlah populasi dan sampel sama, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sensus.

Menurut Sugiyono pengertian sensus adalah:

”Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”.


(60)

Menurut Sugiyono tentang sampling jenuh yaitu

“Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.”

(2009: 85) Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik sensus (penelitian survei) jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sama yaitu 24 orang, dimana teknik sensus merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sitematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh dicatat, diolah dan dianalisis. Pertanyaan terstruktur tersebut dikenal dengan nama kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan diantara variabel yang ada, juga pengalaman dari responden.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di perusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh dengan cara:


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Waktu Penelitian ... 11

Tabel 2.1 : Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan ... 18

Tabel 2.2 : Perbedaan dengan Penelitian terdahulu ... 48

Tabel 3.1 : Skala Pengukuran Jawaban Untuk Pernyataan Positif... 54

Tabel 3.2 : Skala Pengukuran Jawaban Untuk Pernyataan Negatif ... 55

Tabel 3.3 : Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 57

Tabel 3.4 : Hasil Perhitungan Validitas variabel Audit Manajemen ... 63

Tabel 3.5 : Hasil Perhitungan Validitas variabel Efektivitas Pemberian Kredit ... 64

Tabel 3.6 : Kriteria Standar Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 66

Tabel 3.7 : Hasil Korelasi Total Ganjil dan Genap Data Variabel X ... 66

Tabel 3.8 : Hasil Korelasi Total Ganjil dan Genap Data Variabel Y ... 67

Tabel 3.9 : Kriteria Skor Jawaban Responden berdasarkan Persentase Skor Aktual ... 69

Tabel 3.10 : Interprestasi Koefisien Korelasi ... 72

Tabel 4.1 : Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

Tabel 4.2 : Profil Responden Berdasarkan Usia ... 89

Tabel 4.3 : Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 89

Tabel 4.4 : Profil Responden Berdasarkan Jabatan ... 90

Tabel 4.5 : Profil Responden Berdasarkan Lamanya Bekerja ... 91

Tabel 4.6 : Persentase Skor Aktual Audit Pendahuluan ... 93

Tabel 4.7 : Persentase Skor Aktual Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen ... 95


(2)

Tabel 4.8 : Persentase Skor Aktual Audit Terinci ... 97

Tabel 4.9 : Persentase Skor Aktual Pelaporan ... 98

Tabel 4.10 : Persentase Skor Aktual Tindak Lanjut ... 100

Tabel 4.11 : Persentase Skor Aktual Audit Manajemen ... 101

Tabel 4.12 : Persentase Skor Aktual Character ... 106

Tabel 4.13 : Persentase Skor Aktual Capacity ... 107

Tabel 4.14 : Persentase Skor Aktual Capital ... 108

Tabel 4.15 : Persentase Skor Aktual Colleteral ... 109

Tabel 4.16 : Persentase Skor Aktual Condition of Economic ... 110

Tabel 4.17 : Persentase Skor Aktual Efektivitas Pemberian Kredit... 112

Tabel 4.18 : Tabel Skor Kembar pada data Variabel X ... 115


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warah matullahi wabarakaatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, karena hanya dengan restu dan anugrah-Nya lah maka Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita ummatnya sampai akhir zaman. Skripsi ini berjudul “Analisis Peranan Audit Manajemen dalam Efektivitas Pemberian Kredit”.

Adapun tujuan penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penelitian yang penulis lakukan, sejak dimulai hingga selesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak dan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada YTH Bpk/Ibu:

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.


(4)

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan Selaku Dosen Penguji I. 4. Surtikanti, SE., M.Si., Selaku Dosen Wali yang telah membantu dan memberi

informasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Wati Aris Astuti, SE,. M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini.

6. Lilis Puspitawati, SE., M.Si, Selaku Dosen Penguji II

7. Mba Senny, Mba Dona, beserta seluruh staff dan dosen program studi akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

8. Bapak Asmara selaku Pembimbing Perusahaan yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

9. Ibu Dewi Kania selaku Staf Auditor yang telah banyak membantu penulis. 10. Seluruh Karyawan dan Karyawati pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung. 11. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, cinta dan kasih

sayangnya yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Kedua kakakku Widya Sophiani dan Wandi Kamajaya, ST., MBA, atas doa dan dukungan baik moral maupun materil.

13. Bangkit Erlangga, ST, terimakasih atas doa, perhatian, pengertian dan dukungannya.


(5)

14. Sahabatku Fany, Dinar, Riska, Ainun, Maya terima kasih atas do’a, dukungan, serta bantuannya.

15. Teman-teman seperjuangan Titah, Icha, Rika, Ocha, Brav, Thia, Nisa, Noni, Sali, Ina, Arti, Arki, Yuli, Nia, Rindy, Arni, Ratih dan yang lainnya terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

16. Kepada seluruh Angkatan 2006, khususnya kelas 4AK_2 terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya.

17. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Walaupun dalam penyusunan penelitian ini melalui banyak halangan ataupun rintangan, tetapi alhamdulillah dapat penulis lalui sehingga tersusunlah penelitian ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dari apa yang telah penulis susun ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan menambah kemajuan bagi penulis.

Semoga penelitian yang penulis buat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandung, Juli 2010 Penulis

Tiara Indah Fitrianti (21106045)


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Peranan Audit Manajemen Dalam Meningkatkan Efektivitas Pemberian Kredit pada PT. BTPN KCP Burangrang Bandung

Nama : Tiara Indah Fitrianti

NIM : 21106045

Program Studi : Akuntansi Jenjang : Strata 1 Fakultas : Ekonomi

Menyetujui, Bandung, Juli 2010

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Hj.Umi Narimawati, Dra., SE.,M.Si NIP. 4127.34.02.015

Ketua Program Studi Akuntansi

Sri Dewi Anggadini, SE, M.Si. NIP. 4127.34.03.003 Pembimbing

Wati Aris Astuti, SE., M.Si. NIP : 4127.34.03.010