Data Penelitian Identifikasi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum

35

BAB IV DATA DAN ANALISIS

4.1. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis data pendukung yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data otentik pengukuran di lokasi studi berupa data asli lapangan maupun hasil survey investigasi kejadian banjir yang pernah terjadi. Data Sekunder merupakan data olahan yang diperoleh dari beberapa sumber yang digunakan langsung tanpa harus melalui pengolahan terlebih dahulu.

4.1.1. Data Primer

Data primer yang diperoleh peneliti di lokasi penelitian antara lain: 1. Data Bukaan Pintu dan Debit Sungai BKT dan Sungai Babon pada beberapa kejadian banjir yang pernah terjadi Tahun 1999 sampai 2002. Data ini berisi catatan petugas pintu pengendali banjir Lampiran 4.1. 2. Data Hasil interviewKuesioner dengan petugas pintu bagi banjir di Pucang Gading. Lampiran 4.2 3. Foto Dokumentasi di Lokasi Penelitian.

4.1.2. Data Sekunder

Data Sekunder yang diperoleh peneliti di lokasi penelitian antara lain: 1. Data Penampang Memanjang dan Melintang Sungai dari Sungai Banjir Kanal Timur dan Sungai Babon bersumber dari Dinas PSDA Propinsi Jateng tahun 2003. Lampiran 4.3 2. Buku Standar Operasional Bukaan Pintu beberapa Bendung di Jawa Tengah. 36 4.2. Identifikasi Lokasi Penelitian 4.2.1. Gambaran Umum Kota Semarang merupakan kota pantai dengan luas wilayah 373,67 km 2 dan mempunyai topografi dataran rendah di bagian utara serta dataran tinggi di bagian selatan. Bentuk topografi demikian telah membentuk kemiringan sungai yang terletak di kota tersebut terjal di bagian hulunya dan landai di bagian hilirnya, kondisi ini sangat tidak menguntungkan terhadap aliran banjir yang terjadi, seperti kali babon dengan anak-anak sungainya sering terjadi banjir bandang flash flood, hal ini disebabkan Kali Babon merupakan pertemuan dari dua sungai yaitu kali Penggaron dan Kali Dolok di Bendung Pucang Gading. Bendung Pucang Gading merupakan titik kontrol poin pengaturan debit Sungai Penggaron melalui pintu pengendali banjir ke saluran pembuang Banjir Kanal Timur, serta sisanya dibuang ke Kali Babon, sedangkan kondisi kali Banjir Kanal Timur mempunyai tingkat sedimentasi yang sangat tinggi disebabkan oleh alih fungsinya daerah resapan air hulu menjadi daerah perumahan, juga tanggul-tanggulnya banyak didirikan rumah-rumah liar yang mengakibatkan turunnya permukaan puncak tanggul dan bangunan-bangunan yang menjorok ke dalam Kali Banjir Kanal Timur sehingga tidak dapat menampung debit maksimum.

4.2.2. Bendung Pucang Gading

Bendung Pucang Gading merupakan salah satu bangunan pengendali banjir dan pengatur air guna keperluaan irigasi pada sistem sungai Dolok-Penggaron yang melintang disungai Penggaron, sehingga dapat berfungsi untuk mengatur muka air di dalam sungai guna memudahkan penyadapan air irigasi, air minum serta mengendalikan banjir. Pintu intake bagian kiri difungsikan guna mengairi persawahan di daerah Plamongan, Pedurungan, Tlogosari, Kaligawe. Namun sekarang di daerah tersebut sebagian besar sudah beralih fungsi menjadi perumahan seperti Perumahan Plamongan Hijau, Perumahan Kekancan Mukti, Perumahan Tlogosari, Perumahan Palebon, Perumahan Pondok Indah dan lain sebagainya sehingga saluran tersebut dimanfaatkan untuk penggolontoran kota. 37 Pintu intake Kanan difungsikan untuk mengairi persawahan di daerah Batursari, Bandungrejo, Brumbung, Ngemplak, Waru, Penggaron, Jamus, Wringinjajar di Kecamatan Mranggen dan Bulusari, Kalisari, Prampelan, Tambakroto di Kecamatan Sayung. Bendung Pucang Gading terletak melintang Sungai Penggaron dan mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengendali banjir serta irigasi Pucang Gading. Bendung Pucang Gading mendapat suplai air dari DAS Kali Dolok dan Kali Penggaron. Skema sistem bendung disajikan pada Gambar 4.1. 38 Gambar 4.1. Skema Bendung Pucang Gading Sumber: Dinas PSDA Jawa Tengah, 2003 39 Dari kedua DPS tersebut terdapat beberapa stasiun hujan yaitu di Stasiun Bendung Pucang Gading STA 016 atau 98, di Kedung Bangkong STA 014, di Sumur Jurang Gunungpati STA 007 atau 64 dan di Banyumeneng STA 021 atau 99. Stasiun Hujan Pucang Gading dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Stasiun Hujan Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2005 Bendung Pucang Gading mempunyai lebar ambang 19,40 m yang terdiri dari 3 buah ambang dengan masing-masing lebar ambang 6,466 m dan mempunyai pintu penguras 2 buah. Pintu Bagi Banjir Pucang Gading dapat dilihat pada Gambar 4.3. 40 Gambar 4.3. Pintu Bagi Banjir Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2005 Arah Hulu Arah Hilir Atas Bendung 41 Data teknis Bendung Pucang Gading adalah sbb.: Bendung Pucang Gading Luas DPS : 47,35 m Panjang ambang : 27,00 m Lebar bendung : 19,40 m Elevasi mercu : +22,80 m Elevasi dekzer : +27,26 m Jumlah pintu penguras : 2 buah Lebar pintu penguran : 1,50 m Elevasi pintu penguras : +20,96 m Bukaan maksimum pintu : 1,50 m Pintu banjir Kanal Timur Panjang ambang : 23,00 m Lebar bendung : 18,00 m Elevasi drempel : +22,15 m Elevasi dekzer : +24,26 m Jumlah pintu : 6 buah Lebar pintu penguras : 3,00 m Bukaan maksimum pintu : 2,50 m Konstruksi Bendung Pucang Gading adalah bendung tetap yang terbuat dari pasangan batu dan beton dengan tipe bendung bermercu bulat. Pintu pengambilan intake kanan untuk mengairi persawahan di daerah Mranggen dan sekitarnya, akan tetapi persawahan di daerah tersebut sekarang sebagian besar sudah berubah menjadi perkampungan, saluran tersebut beralih fungsi sebagai saluran pembuang drainase. Pintu pengambilan kiri untuk mengairi persawahan di daerah Plamongan, Pedurungan, Tlogosari dan Sawah BesarKaligawe. Akan tetapi sama dengan pintu pengambilan kanan, sawah-sawah tersebut sudah berubah fungsi menjadi Perkampungan sehingga saluran tersebut berubah menjadi saluran pembuangpenggelontor 42 Pintu Pengendali Banjir Pucang Gading terdiri dari 6 buah pintu masing-masing mempunyai lebar 3 meter dan merupakan pintu sorong terbuat dari kayu dengan fremrangka besi dan dua batang ulir untuk menaikkan daun pintu, digerakkan secara manual. Pintu ini berfungsi sebagai pengendali banjir, bila debit Sungai Penggaron yang melimpas Bendung Pucang Gading tidak dapat ditampung oleh Sungai Babon, maka sebagian debit Sungai Penggaron dibuangdialirkan melalui Banjir Kanal Timur.

4.2.3. Sungai Babon dan Banjir Kanal Timur

Sungai Babon mempunyai panjang alur dari Bendung Pucang Gading sampai muara ± 14,50 Km, dari bendung ke hilir sampai jembatan jalan raya Semarang-Purwodadi sepanjang ± 3 Km tidak bertanggul, dan tidak ada bantaran, sepanjang tepi sungai merupakan tanah pemilikan penduduk. Sedangkan dari jembatan jalan raya Semarang- Purwodadi sampai ke muara sudah bertanggul. Kondisi tanggul Sungai Babon kebanyakan kritis dikarenakan jenis tanahnya merupakan tanah lempung berpasir, bila musim kamarau tanah badan tanggul pecah-pecah, sedangkan pada musim penghujan ambles dan mudah longsor labil. Pada tahun 19981999 dan 19992000 Bagian Proyek Pengelolaan Sumberdaya Air Jratunseluna PSAJ melaksanakan kegiatan River Infrastructure ManagementMaintenance RIM, melaksanakan kegiatan perbaikan tanggul Sungai Babon yang saat itu dianggap paling kritis dan memerlukan pebaikan segera. Bila ditinjau dari kondisi saat ini tahun 2003 kondisinya makin parah, dengan demikian Sungai Babon tidak dapat menampung debit sesuai dengan debit rencana. Sungai Babon merupakan alur sungai bagian hilir alur Sungai Penggaron, berfungsi sebagai pembuang pada Bendung Pucang Gading dan merupakan satu kesatuan dengan Kali Banjir Kanal Timur dalam hal pengendalian banjir dari DPS Sungai Penggaron dan sebagian DPS Sungai Dolok. Sungai Babon mempunyai luas penampang basah ± 180 m 2 dapat menampung debit air sebesar ± 333,68 m 3 detik. Bendung Pucang Gading mendapat suplai air dari Sungai Penggaron dan anak-anak sungainya DAS Penggaron serta sebagian Sungai Dolok melalui pintu pengatur Kebon 43 Batur, juga dari saluran-saluran pembuang dari perumahan Bukit Kencana dan Sendang Mulya yang dapat menambah debit Sungai Penggaron. Debit Sungai Penggaron dapat dipantau pada stasiun Automatic Water Level Recorder AWLR berada pada Sungai Penggaron bagian hulu Bendung Pucang Gading. Banjir Kanal Timur BKT mempunyai panjang alur ± 17,80 Km, dari Bendung Pucang Gading sampai ke muara. Kondisi saluran Banjir Kanal Timur, mulai dari jembatan Pandean Lamper Semarang-Purwodadi sampai jembatan Jln. Kaligawe pada tahun 2002 telah diperbaiki sedangkan dari jembatan jalan raya Kali Gawe sampai ke muara ada beberapa hambatan sehingga pelaksanaan normalisasi sungai tersebut belum terealisasi. Sedangkan lokasi pada tanggul masih banyak bangunan-bangunan liar khususnya di dekat jembatan Pandean Lamper yang menjorok ke sungai, sehingga penampang basah sungai berkurang mengakibatkan debit maksimum tampungan berkurang. Banjir Kanal Timur bagian hilir, tidak hanya menampung debit dari Sungai Penggarondebit pintu pengendali banjir Pucang Gading, akan tetapi mendapat tambahan debit dari Kali BugelPeterongan, Kali Mrican dan Saluran Kedung Mundu serta Saluran dari Bukit Kencana yang merupakan inletdrain dari saluran pembuang perkotaan maupun perumahan penduduk sekitar saluran. Dengan adanya debit dari inletdrain yang cukup besar maka untuk operasi bukaan pintu pada Bendung Pucang Gading perlu kehati-hatian agar tidak terjadi limpasan tanggul yang membahayakan badan tanggul. Banjir Kanal Timur mempunyai luas penampang basah rata–rata ± 175 m 2 , sehingga pada waktu banjir datang, saluran ini dapat menampung ± 267,32 m 3 detik debit rencana selain itu debit sungai BKT juga mendapat tambahan debit dari pembuang drainasi kota antara lain inlet Kali Bugel, Kali Bajak, Saluran Kedung Mundu, Saluran Pembuang Bukit Kencana, lihat Gambar 4.4 sedangkan pada saat ini hanya dapat menampung debit banjir maksimum ± 150 m 3 detik. Hal ini disebabkan karena banyak tanggul-tanggul yang kritis serta adanya pendangkalan akibat laju sendimentasi yang cukup tinggi dan penyempitan alur akibat pembangunan perumahan dan warung–warung disepanjang bantaran. 44 Gambar 4.4. Skema Sistem Dolok-Penggaron Sumber: SMEC, 1999 45 4.3. Kapasitas Alur Sungai Babon dan Sungai Banjir Kanal Timur dan Pengaruhnya Terhadap Operasi Pintu Pengendali Banjir

4.3.1. Kapasitas Alur Sungai Babon dan BKT

Debit rencana yang dialirkan ke sungai Babon disepakati sebesar 200 m 3 dt. BPSDA Jratun, 2003. Berdasarkan data sekunder catatan debit di hulu sungai Babon tahun 1999 sampai Maret 2005 kejadian banjir diketahui bahwa pada saat debit sungai babon mencapai 138 m 3 detik telah terjadi limpasan. Secara lengkap data historis debit di sungai Babon seperti disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Debit Sungai Babon Pada Beberapa Kejadian Banjir 1999-2005 Tanggal Kejadian Waktu Kejadian WIB Curah Hujan mm Debit m 3 dt 13 Oktober 1999 6.30 12 41,00 15 Oktober 1999 17.30 30 52,00 16 Oktober 1999 18.00 30 57,00 17 Oktober 1999 17.00 22 46,00 24 Oktober 1999 19.00 Na 31,00 14 Januari 2000 20.00 Na 46,00 17 Januari 2000 17.00 12 78,00 19 Januari 2000 16.00 4 57,00 21 Januari 2000 19.00 6 46,00 30 Januari 2000 16.00 Na 78,00 31 Januari 2000 15.00 47 78,00 3 Februari 2000 20.00 6 46,00 6 Maret 2001 16.45 65 159,00 2 April 2001 15.00 13 105,50 16 Februari 2002 Na Na 159,00 8 Maret 2005 19.30 40 138,00 Sumber: Dinas PSDA Jateng 2005 , Na = Not available Banjir Kanal Timur merupakan alur sungai yang menampung debit banjir tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dengan sungai Babon, sungai Dolok, Sungai Dombo 46 Sayung, Kanal Kebon Batur dan inlate drain dari sungai Kedung Mundu, sungai Bajak, serta sungai Candi. Debit rencana yang dialirkan ke Banjir Kanal Timur BPSDA, Jratun, 2003, seperti disajikan Tabel 4.2. Tabel 4.2. Pembagian Debit Banjir Bendung Pucang Gading Menurut BPSDA Jateng 2003 Debit m 3 dt. No Sungai Inlate Out late Sisa Debit 1 Penggaron 520 520 2 Dolok Kanal Kebon Batur 60 580 3 Babon 200 380 4 Dombo-Sayung Belum Beroperasi sampai Mei 2006 210 170 5 Banjir Kanal Timur 170 6 Kedung Mundu 178 348 7 Bajak 109 457 8 Candi 87 544 9 Pompa Kartini 10 554 10 Pompa Sawah Besar 5 559 11 Sawah Besar Muara 559 Sumber : BPSDA Jragung Tuntang Dari data operasional petugas pintu di Pucang Gading, diketahui bahwa debit historis di BKT Banjir Kanal Timur seperti disajikan Tabel 4.3 berikut. 47 Tabel 4.3. Debit Sungai BKT pada Beberapa Kejadian Banjir 1995-2005 Tanggal Kejadian Waktu Kejadian WIB Curah Hujan mm Debit m 3 dt 13 Oktober 1999 6.30 12 28,48 15 Oktober 1999 17.30 30 42,00 16 Oktober 1999 18.00 30 43,02 17 Oktober 1999 17.00 22 28,88 24 Oktober 1999 19.00 Na 13,82 14 Januari 2000 20.00 Na 71,16 17 Januari 2000 17.00 12 44,40 19 Januari 2000 16.00 4 43,22 21 Januari 2000 19.00 6 28,23 30 Januari 2000 16.00 Na 86,23 31 Januari 2000 15.00 47 73,60 3 Februari 2000 20.00 6 42,02 6 Maret 2001 16.45 65 117,88 2 April 2001 15.00 13 118,00 16 Februari 2002 Na Na 119,95 8 Maret 2005 19.30 40 172,14 Sumber: Dinas PSDA Jateng 2005 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tanggal 8 Maret 2005 debit di BKT sebesar 172,14 m 3 detik atau lebih besar dari Pembagian debit pada Tabel 4.2. Informasi dari lokasi pengamatan petugas pencatat debit mengatakan bahwa pada tanggal tersebut terjadi limpasan sehingga menunjukkan bahwa kapasitas sungai sudah tidak mampu menampung banjir yang terjadi. Untuk memberikan gambaran tentang kapasitas sungai yang ada, diambil beberapa penampang melintang sungai yang dianggap mewakili ruas sungai yang ditinjau, dengan ketentuan muka air sampa dengan kurang lebih 1 meter di bawah puncak tanggul. Berikut ini adalah beberapa kapasitas penampang sampai dengan Tahun 2003 pada beberapa lokasi : 48 1. Penampang dekat Bendung Gemah. Dengan kondisi muka air 0,8 meter di bawah dek serk , kapasitas sungai nya adalah 204 m 3 detik 2. Jembatan Kaligawe. Jembatan Kaligawe pada jembatan baru dengan konstruksi beton mempunyai gelagar yang terlalu rendah sehingga akan mengganggu aliran saat banjir. Kapasitas penampang sungainya adalah 277 m3detik. 3. Jembatan Kereta Api. Pada jembatan kereta api saat ini dengan 3 bentang mempunyai kapasitas sungai 151 m3detik. Berikut debit rencana di Bendung Pucang Gading pada beberapa periode ulang disajikan Tabel 4.4. berikut. Tabel 4.4. Analisis Frekuensi Banjir di Bendung Pucang Gading Metode Q 2 m 3 detik. Q 5 m 3 detik. Q 10 m 3 detik. Q 25 m 3 detik. Gumbel 244 339 402 462 Log Normal 242 342 411 477 Log Pearson III 239 342 415 488 Sumber: SMEC,1999 dalam Final System Planning BKT, PSDA, 2003 Berdasarkan operasional outlet Pucang Gading saat ini diketahui bahwa debit yang dialihkan ke BKT adalah berkisar 110 sampai 140 m 3 detik. Sedangkan debit rencana yang ditetapkan Dinas PSDA tahun 2003 adalah untuk periode ulang 25 tahun Q 25 sebesar 559 m 3 detik. Oleh karena itu, apabila debit yang melimpas ke Sungai Babon adalah 200 m 3 detik, maka logikanya di BKT yang harus dialihkan adalah banjir sebesar kurang lebih 359 m 3 detik. Perbandingan Debit rencana di BKT sebesar 359 m 3 detik terhadap debit aktual BPSDA, 2003 di lokasi Bendung Gemah 204 m 3 detik, Jembatan Kaligawe 277 m 3 detik dan Jembatan Kereta Api 151 m 3 detik seharusnya tidak terjadi banjir di Kota Semarang. Namun berdasarkan kapasitas Kali Penggaron sampai Tahun 2003 adalah 346 m 3 detik, dapat dikatakan bahwa sungai sudah tidak mampu menampung debit yang terjadi. Dibandingkan dengan Tabel 4.2, debit yang dialihkan ke BKT dari Bendung Pucang Gading adalah 170 m 3 detik. Jika penampang sungai diasumsikan masih cukup, kemungkinan yang bisa terjadi adalah pengoperasian pintu pengendali banjir kurang optimal. 49 Tahap analisis dilanjutkan dengan mensimulasikan debit banjir pada sistem sungai yang diteliti yaitu Sungai Penggaron di Hulunya, Banjir Kanal Timur dan Sungai Babon di Hilirnya serta asumsi jika Dombo-Sayung Floodway difungsikan. Simulasi menggunakan analisis steadyflow dengan batasan-batasan berupa elevasi pasang surut +1,46 di muara mengacu pada Elevasi Pasut Pelabuhan Semarang, PSDA 2003 dan mengasumsikan aliran adalah sub kritis dengan Operasional Bukaan Pintu sesuai dengan kondisi eksisting di Pintu Pengendali Banjir di BKT Kondisi Akhir 2005. Berdasarkan hasil simulasi kapasitas debit banjir Sungai Penggaron SMEC,1999 dimana debit banjir yang digunakan kondisi puncaknya seperti disajikan Gambar 4.5 berikut. 240 340 420 520 100 200 300 400 500 600 -6 -4 -2 2 4 6 8 10 12 Time in hours D is c h a rg e i n m 3 s Q2 = 240 Q5 = 340 Q10 = 420 Q25 = 520 Gambar 4.5. Hidrograf Banjir Rencana Sungai Penggaron SMEC,1999 Kapasitas eksisting berdasarkan hasil simulasi Lampiran 4.4 diperoleh sebagai berikut: Ruas Sungai Q kapasitas Q Rencana Keterangan Banjir Kanal Timur 153 170 Babon 167 200 Simulasi Kondisi Eksisting Tanpa Dombo Sayung Berfungsi Catatan= - Satuan Q dalam m3detik - Penampang sungai tahun 2003,- Sumber : PSDA, 2003 50 Apabila diperhatikan, maka kapasitas Sungai Babon dan BKT yang ada saat ini sudah berkurang dari kapasitas rencananya. Oleh karena itu keberadaan Dombo- Sayung Floodway menjadi penting ketika trend debit banjir semakin meningkat.

4.3.2. Pengaruh Kapasitas Sungai Terhadap Operasi Pintu Pengendali Banjir

Operasional pintu pengendali banjir difungsikan ketika terjadi banjir setiap musimnya. Beberapa fakta yang berhasil diperoleh dari petugas pintu di Bendung Pucang Gading seperti disajikan pada Tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5. Permasalahan OP Pintu Pengendali Banjir di Bendung Pucang Gading T e rj a d w a l H a ri a n 1 M in g g u b e rg a n ti a n 1 1 -2 2 -3 3 -4 5 1 j a m Y a T id a k 1 2 3 4 tdk ada P in tu M a n u a l m e n y e b a b k a n k in e rj a b u k a a n p in tu l a m b a t T ra v e l T im e s in g k a t K o m u n ik a s i T id a k a d a s e h in g g a s u lit k o o rd in a s i 1 1 1 1 1 1 Untuk membuka pintu pembagi banjir memang agak berat apalagi kalau banjir datangnya mendadak. 2 1 1 1 1 1 Mohon menggunakan sistem hidrolis, manual sangat berat. Sewaktu malam hari tidak bisa melihat mendung di daerah meteseh mluweh dan sekitarnya 3 1 1 1 1 1 Diusulkan supaya menggunakan pintu hidrolik 4 1 1 1 1 1 Meminta supaya pintu manual agar diganti dengan pintu hidrolik agar bisa cepat menaggulangi banjir 5 1 1 1 1 1 Mohon bukaannya dengan tenaga diesel atau elektrik. Sudetan Dombo Sayung cepat dijadikandiselesaikan 6 1 1 1 1 1 Supaya pintu yang manual diganti hidrolik agar bisa menghemat tenaga 7 1 1 1 1 1 1. Diusulkan pintu hidrolik elektrik gate supaya lebih meringankan petugas operasional bendung. 2. Normalisasi Sungai perlu dilakukan 8 1 1 1 1 1 Mohon bukaannya diganti dengan hidrolis, tenaga listrik atau diesel 9 1 1 1 1 1 Mohon bukaan pintu yang moderen 10 1 1 1 1 1 Pintu mohon diganti yang elektrik 11 1 1 1 1 1 Pintu elektrik diperlukan untuk antisipasi banjir yang mendadak 12 1 1 1 1 1 1. Diusulkan bukaan hidrolis karena tenaga yang ada terbatas. 2. Komunikasi berita banjir dari daerah atas supaya ditambah antara lain di Banyumanik dan Pudak Payung. 3. Pemberitaan banjir lebih dini membantu untuk membuka banjir lebih awal 13 1 1 1 1 1 Pintu agar dibuat sistem elektrik. 2. Pintu yang sudah tidak bisa difungsikan untuk diperbaiki Saran-saran R e s p o n d e n K e - Sistem Kerja Waktu Buka pintu setinggi 50 cm Ada indikasi peningkatan Q banjir Kondisi Pintu Pengendali Banjir Yang Rusak Kesulitan Selama Operasional Sumber: Data Primer, Januari 2006 51 100 200 300 400 500 600 1 9 5 9 1 9 6 1 9 6 9 1 9 7 1 9 7 1 1 9 7 1 1 9 7 3 1 9 7 4 1 9 7 5 1 9 7 6 1 9 7 7 1 9 7 8 1 9 7 9 1 9 8 1 9 8 4 1 9 8 5 1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 6 1 9 9 8 Tahun Q m 3 d e ti k QSistem Peningkatan Debit Sungai dari waktu ke waktu dibenarkan oleh para respondenpetugas pintu bendung karena waktu datangnya banjir yang semakin cepat dan keluhan petugas pintu terhadap sistem bukaan pintu yang masih manual. Berdasarkan informasi responden diketahui bahwa untuk membuka pintu setinggi 50 centimeter memerlukan waktu antara 10 sampai dengan 20 menit. Kenyataan ini merupakan fakta di lapangan bagi para petugas pintu bahwa infrastruktur pengendali banjir masih tergantung operatornya, sehingga pada kondisi yang darurat kejadian banjir sulit diantisipasi dengan cepat. Meninjau debit historis data SMEC tahun 1959-1998 debit yang limpas Bendung Pucang Gading, dapat diketahui bahwa memang benar ada kecenderungan mengalami peningkatan Lihat Gambar 1.2. Begitu pula hasil kuesioner, 13 responden menjawab bahwa sampai akhir Desember 2005, secara visual ada indikasi bahwa banjir semakin besar jika dilihat dari muka air banjir visual. Gambar 4.6. Perubahan Debit Limpas Bendung Pucang Gading SMEC,1999 52 4.4. Operasi Pintu Pengendali Banjir Bendung Pucang Gading 4.4.1. Tenaga Operasional Pintu Bendung Pucang Gading Tenaga operasional Pintu Bendung di Bendung Pucang Gading berjumlah 15 orang. Berdasarkan hasil survey dari 13 orang petugas yang ada, 15,3 punya masa kerja lebih dari 25 tahun, 23,08 masa kerjanya antara 5 sampai 15 tahun. Sekitar 15,30 masa kerja 15-20 tahun. Secara lengkap masa kerja petugas pintu bendung di Bendung Pucang Gading disajikan pada Gambar 4.7. 15.38 15.38 23.08 23.08 23.08 5 10 15 20 25 25 20-25 15-20 10-25 5-10 5 Mas a Ke rja Tahun J u m la h P e rs o n il Gambar 4. 7. Masa Kerja Petugas Pintu Bendung Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2006 Berdasarkan status kepindahannya, 61,54 adalah pegawai lama, 30,77 adalah pegawai pindahan dari dalam kota,7,69 adalah pegawai pindahan dari luar kota. Hal ini berarti responden sebagian besar telah berpengalaman dan mengetahui dengan jelas seluk beluk permasalahan di Lokasi penelitian. Status kepindahan petugas secara jelas disajikan pada Gambar 4.8. Informasi yang sifatnya kualitatif dapat diperoleh pada petugas pintu yang masa kerjanya lebih dari dua puluh lima tahun. Bentuk informasi tersebut adalah acuan Tabel bukaan pintu ternyata masih mengacu pada pengukuran debit tahun 1982. Selain itu lokasi-lokasi yang kurang efisien pemberitaan banjirnya juga disebutkan pada saat wawancara dan isian kuesioner yang disebarkan peneliti. 53 61.54 30.77 7.69 Pegaw ai Lama Dlm Kota Luar Kota Status Kepindahan Status Pindahan Gambar 4. 8. Status Kepindahan Petugas Pintu Bendung Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2006

4.4.2. Penjadwalan Piket Banjir Bendung Pucang Gading

Operasional Pintu Pengendali Banjir Bendung Pucang Gading dijadwalkan harian. Contoh Daftar Piket Banjir Petugas Pintu Pengendali Banjir di Bendung Pucang Gading seperti disajikan pada Tabel 4.6. Penentuan jadwal piket petugas disahkan tiap awal tahun. Seperti data yang diperoleh peneliti saat melakukan survey investigasi dan wawancara pada tanggal 5 Januari 2006, sedang berlangsung rapat seluruh petugas pintu yang ada di lokasi penelitian dan penetapan jadwal tahunan. 54 Tabel 4.6. Daftar Piket Banjir Bendung Pucang Gading NO Nama Bulan Keterangan NOPEMBER 5 10 15 20 25 30 I. Jam piket DESEMBER 5 10 15 20 25 30 Jam 18.00 sd 06 JANUARI 4 9 14 19 24 29 II. Mercu K. Babon PEBRUARI 3 8 15 18 23 28 Siaga I : + 1,40 m MARET 5 10 15 20 25 30 Siaga II : + 1,60 m NOPEMBER 1 6 11 16 21 26 Siaga III : + 1,90 m DESEMBER 1 6 11 16 21 26 31 JANUARI 5 10 15 20 25 30 PEBRUARI 4 9 14 19 24 MARET 1 6 11 16 21 26 31 NOPEMBER 2 7 12 17 22 27 IV. Peleporan DESEMBER 2 7 12 17 22 27 1 Siaga I : + 1,40 m JANUARI 1 6 11 21 21 26 31 lapor ke piket balai PEBRUARI 5 10 15 20 25 PSDA MARET 2 7 12 17 22 27 2 Siaga II : + 1,60 m NOPEMBER 3 8 15 18 23 28 lapor per 30 menit ke piket balai PSDA DESEMBER 3 8 15 18 23 28 3 Siaga III : + 1,90 m JANUARI 2 7 12 17 22 27 lapor per 15 menit ke piket balai PSDA PEBRUARI 1 6 11 16 21 26 dan Dinas PSDA MARET 3 8 15 18 23 28 V. Petugas Piket Supaya menutup pintu BKT NOPEMBER 4 9 14 19 24 29 setelah banjir surut habis banjir DESEMBER 4 9 14 19 24 29 VI. Perintah dan dilaksanakan dengan tanggung JANUARI 3 8 15 18 23 28 jawab PEBRUARI 2 7 12 17 22 27 MARET 4 9 14 19 24 29 SUNGKONO SUGITO SUPARNYITO SONHAJI 1 2 3 4 5 NAGATNO SUPARDI DJURI BADRI MAT ICROM SUPRIYANTO III. Bukaan pintu BKT sesuai petunjuk tabel yang ada perintah atasan Tanggal Sumber: Dinas PSDA, Januari 2006

4.5. Permasalahan Manajemen Operasi Pintu Pengendali Banjir Bendung Pucang Gading