35
BAB IV DATA DAN ANALISIS
4.1. Data Penelitian
Penelitian  ini  menggunakan  dua  jenis  data  pendukung  yaitu  data  primer  dan  data sekunder.  Data  primer  adalah  data  otentik  pengukuran  di  lokasi  studi  berupa  data  asli
lapangan  maupun  hasil  survey  investigasi  kejadian  banjir  yang  pernah  terjadi.  Data Sekunder  merupakan  data  olahan  yang  diperoleh  dari  beberapa  sumber  yang  digunakan
langsung tanpa harus melalui pengolahan terlebih dahulu.
4.1.1. Data Primer
Data primer yang diperoleh peneliti di lokasi penelitian antara lain: 1.
Data Bukaan Pintu dan Debit Sungai BKT dan Sungai Babon pada beberapa kejadian banjir  yang  pernah  terjadi  Tahun  1999  sampai  2002.  Data  ini  berisi  catatan  petugas
pintu pengendali banjir
Lampiran 4.1.
2. Data  Hasil  interviewKuesioner  dengan  petugas  pintu  bagi  banjir  di  Pucang  Gading.
Lampiran 4.2
3. Foto Dokumentasi di Lokasi Penelitian.
4.1.2. Data Sekunder
Data Sekunder yang diperoleh peneliti di lokasi penelitian antara lain: 1.
Data  Penampang  Memanjang  dan  Melintang  Sungai  dari  Sungai  Banjir  Kanal  Timur dan  Sungai  Babon  bersumber  dari  Dinas  PSDA  Propinsi  Jateng  tahun  2003.
Lampiran 4.3
2. Buku Standar Operasional Bukaan Pintu beberapa Bendung di Jawa Tengah.
36
4.2. Identifikasi Lokasi Penelitian 4.2.1. Gambaran Umum
Kota  Semarang  merupakan  kota  pantai  dengan  luas  wilayah  373,67  km
2
dan mempunyai topografi dataran rendah di bagian utara  serta dataran tinggi di bagian selatan.
Bentuk  topografi  demikian  telah  membentuk  kemiringan  sungai  yang  terletak  di  kota tersebut  terjal  di  bagian  hulunya  dan  landai  di  bagian  hilirnya,  kondisi  ini  sangat  tidak
menguntungkan  terhadap  aliran  banjir  yang  terjadi,  seperti  kali  babon  dengan  anak-anak sungainya  sering  terjadi  banjir  bandang  flash  flood,  hal  ini  disebabkan  Kali  Babon
merupakan  pertemuan  dari  dua  sungai  yaitu  kali  Penggaron  dan  Kali  Dolok  di  Bendung Pucang Gading.
Bendung  Pucang  Gading    merupakan  titik  kontrol  poin  pengaturan  debit  Sungai Penggaron melalui pintu pengendali banjir ke saluran pembuang Banjir Kanal Timur, serta
sisanya  dibuang  ke  Kali  Babon,  sedangkan  kondisi  kali  Banjir  Kanal  Timur  mempunyai tingkat  sedimentasi  yang  sangat  tinggi  disebabkan  oleh  alih  fungsinya  daerah  resapan  air
hulu  menjadi  daerah  perumahan,  juga  tanggul-tanggulnya  banyak  didirikan  rumah-rumah liar  yang  mengakibatkan  turunnya  permukaan  puncak  tanggul  dan  bangunan-bangunan
yang menjorok ke dalam Kali Banjir Kanal Timur sehingga tidak dapat menampung debit maksimum.
4.2.2. Bendung Pucang Gading
Bendung  Pucang  Gading  merupakan  salah  satu  bangunan  pengendali  banjir  dan pengatur air guna keperluaan irigasi pada sistem sungai Dolok-Penggaron yang melintang
disungai  Penggaron,  sehingga  dapat  berfungsi  untuk  mengatur  muka  air  di  dalam  sungai guna memudahkan penyadapan air irigasi, air minum serta mengendalikan banjir.
Pintu  intake  bagian  kiri  difungsikan  guna  mengairi  persawahan  di  daerah Plamongan,  Pedurungan,  Tlogosari,  Kaligawe.  Namun  sekarang  di  daerah  tersebut
sebagian  besar  sudah  beralih  fungsi  menjadi  perumahan  seperti  Perumahan  Plamongan Hijau,  Perumahan  Kekancan  Mukti,  Perumahan  Tlogosari,  Perumahan  Palebon,
Perumahan  Pondok  Indah  dan  lain  sebagainya    sehingga  saluran  tersebut  dimanfaatkan untuk penggolontoran kota.
37 Pintu  intake  Kanan  difungsikan  untuk  mengairi  persawahan  di  daerah  Batursari,
Bandungrejo,  Brumbung,  Ngemplak,  Waru,  Penggaron,  Jamus,  Wringinjajar  di Kecamatan  Mranggen  dan  Bulusari,  Kalisari,  Prampelan,  Tambakroto  di  Kecamatan
Sayung. Bendung Pucang Gading terletak melintang Sungai Penggaron dan mempunyai dua
fungsi  yaitu  sebagai  pengendali  banjir  serta  irigasi  Pucang  Gading.  Bendung  Pucang Gading  mendapat  suplai  air  dari  DAS  Kali  Dolok  dan  Kali  Penggaron.  Skema  sistem
bendung disajikan pada Gambar 4.1.
38
Gambar 4.1.
Skema Bendung Pucang Gading Sumber: Dinas PSDA Jawa Tengah, 2003
39 Dari kedua DPS tersebut terdapat beberapa stasiun hujan yaitu di Stasiun Bendung
Pucang  Gading  STA  016  atau  98,  di  Kedung  Bangkong  STA  014,  di  Sumur  Jurang Gunungpati  STA  007  atau  64  dan  di  Banyumeneng  STA  021  atau  99.  Stasiun  Hujan
Pucang Gading dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2.
Stasiun Hujan Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2005
Bendung  Pucang  Gading  mempunyai  lebar  ambang  19,40  m  yang  terdiri  dari  3 buah  ambang  dengan  masing-masing  lebar  ambang  6,466  m  dan  mempunyai  pintu
penguras 2 buah. Pintu Bagi Banjir Pucang Gading dapat dilihat pada Gambar 4.3.
40
Gambar 4.3.
Pintu Bagi Banjir Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2005
Arah Hulu
Arah Hilir Atas Bendung
41 Data teknis Bendung Pucang Gading adalah sbb.:
Bendung Pucang Gading Luas DPS
:  47,35 m Panjang ambang
:  27,00 m Lebar bendung
:  19,40 m Elevasi mercu
:  +22,80 m Elevasi dekzer
:  +27,26 m Jumlah pintu penguras
:  2 buah Lebar pintu penguran
:  1,50 m Elevasi pintu penguras
:  +20,96 m Bukaan maksimum pintu
:  1,50 m Pintu banjir Kanal Timur
Panjang ambang :  23,00 m
Lebar bendung :  18,00 m
Elevasi drempel :  +22,15 m
Elevasi dekzer :  +24,26 m
Jumlah pintu :  6 buah
Lebar pintu penguras :  3,00 m
Bukaan maksimum pintu :  2,50 m
Konstruksi Bendung Pucang Gading adalah bendung tetap yang terbuat dari pasangan batu dan beton dengan tipe bendung bermercu bulat.
Pintu pengambilan intake kanan untuk mengairi persawahan di daerah Mranggen dan sekitarnya,  akan  tetapi  persawahan  di  daerah  tersebut  sekarang  sebagian  besar  sudah
berubah menjadi perkampungan, saluran tersebut beralih fungsi sebagai saluran pembuang drainase.
Pintu pengambilan kiri untuk mengairi persawahan di daerah Plamongan, Pedurungan, Tlogosari dan Sawah BesarKaligawe. Akan tetapi sama dengan pintu pengambilan kanan,
sawah-sawah  tersebut  sudah  berubah  fungsi  menjadi  Perkampungan  sehingga  saluran tersebut berubah menjadi saluran pembuangpenggelontor
42 Pintu  Pengendali  Banjir  Pucang  Gading  terdiri  dari  6  buah  pintu  masing-masing
mempunyai  lebar  3  meter  dan  merupakan  pintu  sorong  terbuat  dari  kayu  dengan fremrangka  besi  dan  dua  batang  ulir  untuk  menaikkan  daun  pintu,  digerakkan  secara
manual. Pintu  ini  berfungsi  sebagai  pengendali  banjir,  bila  debit  Sungai  Penggaron  yang
melimpas  Bendung  Pucang  Gading  tidak  dapat  ditampung  oleh  Sungai  Babon,  maka sebagian debit Sungai Penggaron dibuangdialirkan melalui Banjir Kanal Timur.
4.2.3. Sungai Babon dan Banjir Kanal Timur
Sungai  Babon  mempunyai  panjang  alur  dari  Bendung  Pucang  Gading  sampai  muara ±  14,50  Km,  dari  bendung  ke  hilir  sampai  jembatan  jalan  raya  Semarang-Purwodadi
sepanjang  ±  3  Km  tidak  bertanggul,  dan  tidak  ada  bantaran,  sepanjang  tepi  sungai merupakan  tanah  pemilikan  penduduk.  Sedangkan  dari  jembatan  jalan  raya  Semarang-
Purwodadi sampai ke muara sudah bertanggul. Kondisi  tanggul  Sungai  Babon  kebanyakan  kritis  dikarenakan  jenis  tanahnya
merupakan tanah lempung berpasir, bila musim kamarau tanah badan tanggul pecah-pecah, sedangkan  pada  musim  penghujan  ambles  dan  mudah  longsor  labil.  Pada  tahun
19981999  dan  19992000  Bagian  Proyek  Pengelolaan  Sumberdaya  Air  Jratunseluna PSAJ  melaksanakan  kegiatan  River  Infrastructure  ManagementMaintenance  RIM,
melaksanakan  kegiatan  perbaikan  tanggul  Sungai  Babon  yang  saat  itu  dianggap  paling kritis  dan  memerlukan  pebaikan  segera.  Bila  ditinjau  dari  kondisi  saat  ini  tahun  2003
kondisinya  makin  parah,  dengan  demikian  Sungai  Babon  tidak  dapat  menampung  debit sesuai dengan debit rencana.
Sungai  Babon  merupakan  alur  sungai  bagian  hilir  alur  Sungai  Penggaron,  berfungsi sebagai  pembuang  pada  Bendung  Pucang  Gading  dan  merupakan  satu  kesatuan  dengan
Kali  Banjir  Kanal  Timur  dalam  hal  pengendalian  banjir  dari  DPS  Sungai  Penggaron  dan sebagian DPS Sungai Dolok. Sungai Babon mempunyai luas penampang basah ± 180 m
2
dapat menampung debit air sebesar ± 333,68 m
3
detik. Bendung  Pucang  Gading  mendapat  suplai  air  dari  Sungai  Penggaron  dan  anak-anak
sungainya  DAS  Penggaron  serta  sebagian  Sungai  Dolok  melalui  pintu  pengatur  Kebon
43 Batur,  juga  dari  saluran-saluran  pembuang  dari  perumahan  Bukit  Kencana  dan  Sendang
Mulya  yang  dapat  menambah  debit  Sungai  Penggaron.  Debit  Sungai  Penggaron  dapat dipantau  pada  stasiun  Automatic  Water  Level  Recorder  AWLR  berada  pada  Sungai
Penggaron bagian hulu Bendung Pucang Gading. Banjir Kanal Timur BKT mempunyai panjang alur ± 17,80 Km, dari Bendung Pucang
Gading  sampai  ke  muara.  Kondisi  saluran  Banjir  Kanal  Timur,  mulai  dari  jembatan Pandean Lamper Semarang-Purwodadi sampai jembatan Jln. Kaligawe pada tahun 2002
telah  diperbaiki  sedangkan  dari  jembatan  jalan  raya  Kali  Gawe  sampai  ke  muara  ada beberapa  hambatan  sehingga  pelaksanaan  normalisasi  sungai  tersebut  belum  terealisasi.
Sedangkan lokasi pada tanggul masih banyak bangunan-bangunan liar khususnya di dekat jembatan  Pandean  Lamper  yang  menjorok  ke  sungai,  sehingga  penampang  basah  sungai
berkurang mengakibatkan debit maksimum tampungan berkurang. Banjir  Kanal  Timur  bagian  hilir,  tidak  hanya  menampung  debit  dari  Sungai
Penggarondebit  pintu  pengendali  banjir  Pucang  Gading,  akan  tetapi  mendapat  tambahan debit  dari  Kali  BugelPeterongan,  Kali  Mrican  dan  Saluran  Kedung  Mundu  serta  Saluran
dari Bukit Kencana yang  merupakan inletdrain dari saluran pembuang  perkotaan maupun perumahan  penduduk  sekitar  saluran.  Dengan  adanya  debit  dari  inletdrain  yang  cukup
besar maka untuk operasi bukaan pintu pada Bendung Pucang Gading perlu kehati-hatian agar tidak terjadi limpasan tanggul yang membahayakan badan tanggul.
Banjir  Kanal  Timur  mempunyai  luas  penampang  basah  rata–rata  ±  175  m
2
,  sehingga pada waktu banjir datang, saluran ini dapat menampung ± 267,32 m
3
detik debit rencana selain itu debit sungai BKT juga mendapat tambahan debit dari pembuang  drainasi kota
antara lain  inlet Kali Bugel, Kali Bajak, Saluran Kedung Mundu, Saluran Pembuang Bukit Kencana, lihat Gambar 4.4  sedangkan pada saat ini hanya dapat menampung debit banjir
maksimum ± 150 m
3
detik. Hal ini disebabkan karena banyak tanggul-tanggul yang kritis serta  adanya  pendangkalan  akibat  laju  sendimentasi  yang  cukup  tinggi  dan  penyempitan
alur akibat pembangunan perumahan dan warung–warung disepanjang bantaran.
44
Gambar 4.4.
Skema Sistem Dolok-Penggaron Sumber: SMEC, 1999
45
4.3. Kapasitas Alur Sungai Babon dan Sungai Banjir Kanal Timur dan Pengaruhnya Terhadap Operasi Pintu Pengendali Banjir
4.3.1. Kapasitas Alur Sungai Babon dan BKT
Debit  rencana  yang  dialirkan  ke  sungai  Babon  disepakati  sebesar  200  m
3
dt. BPSDA  Jratun,  2003.  Berdasarkan  data  sekunder  catatan  debit  di  hulu  sungai  Babon
tahun  1999 sampai    Maret  2005  kejadian  banjir  diketahui bahwa  pada  saat  debit  sungai babon mencapai  138 m
3
detik telah terjadi limpasan. Secara lengkap data historis debit di sungai Babon seperti disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Debit Sungai Babon Pada Beberapa Kejadian Banjir 1999-2005 Tanggal Kejadian
Waktu Kejadian WIB Curah Hujan mm
Debit m
3
dt 13 Oktober 1999
6.30 12
41,00 15 Oktober 1999
17.30 30
52,00 16 Oktober 1999
18.00 30
57,00 17 Oktober 1999
17.00 22
46,00 24 Oktober 1999
19.00 Na
31,00 14 Januari 2000
20.00 Na
46,00 17 Januari 2000
17.00 12
78,00 19 Januari 2000
16.00 4
57,00 21 Januari 2000
19.00 6
46,00 30 Januari 2000
16.00 Na
78,00 31 Januari 2000
15.00 47
78,00 3 Februari 2000
20.00 6
46,00 6 Maret 2001
16.45 65
159,00 2 April 2001
15.00 13
105,50 16 Februari 2002
Na Na
159,00 8 Maret 2005
19.30 40
138,00
Sumber: Dinas PSDA Jateng 2005 , Na = Not available
Banjir  Kanal  Timur  merupakan  alur  sungai  yang  menampung  debit  banjir  tidak dapat  berdiri  sendiri,  tetapi  terkait  dengan  sungai  Babon,  sungai  Dolok,  Sungai  Dombo
46 Sayung,  Kanal  Kebon  Batur  dan  inlate  drain  dari  sungai  Kedung  Mundu,  sungai  Bajak,
serta sungai Candi. Debit  rencana  yang  dialirkan  ke  Banjir  Kanal  Timur  BPSDA,  Jratun,  2003,
seperti disajikan Tabel 4.2.
Tabel  4.2.
Pembagian  Debit  Banjir  Bendung  Pucang  Gading  Menurut  BPSDA  Jateng 2003
Debit m
3
dt. No
Sungai Inlate
Out late Sisa Debit
1 Penggaron
520 520
2 Dolok Kanal Kebon Batur
60 580
3 Babon
200
380 4
Dombo-Sayung Belum Beroperasi sampai Mei 2006
210
170
5
Banjir Kanal Timur 170
6 Kedung Mundu
178 348
7 Bajak
109 457
8 Candi
87 544
9 Pompa Kartini
10 554
10 Pompa Sawah Besar
5 559
11 Sawah Besar Muara
559
Sumber : BPSDA Jragung Tuntang
Dari  data  operasional  petugas  pintu  di  Pucang  Gading,  diketahui  bahwa  debit historis di BKT Banjir Kanal Timur seperti disajikan Tabel 4.3 berikut.
47
Tabel 4.3.
Debit Sungai BKT pada Beberapa Kejadian Banjir 1995-2005 Tanggal Kejadian
Waktu Kejadian WIB Curah Hujan mm
Debit m
3
dt 13 Oktober 1999
6.30 12
28,48 15 Oktober 1999
17.30 30
42,00 16 Oktober 1999
18.00 30
43,02 17 Oktober 1999
17.00 22
28,88 24 Oktober 1999
19.00 Na
13,82 14 Januari 2000
20.00 Na
71,16 17 Januari 2000
17.00 12
44,40 19 Januari 2000
16.00 4
43,22 21 Januari 2000
19.00 6
28,23 30 Januari 2000
16.00 Na
86,23 31 Januari 2000
15.00 47
73,60 3 Februari 2000
20.00 6
42,02 6 Maret 2001
16.45 65
117,88 2 April 2001
15.00 13
118,00 16 Februari 2002
Na Na
119,95 8 Maret 2005
19.30 40
172,14
Sumber: Dinas PSDA Jateng 2005
Tabel  4.3  menunjukkan  bahwa  pada  tanggal  8  Maret  2005  debit  di  BKT  sebesar 172,14    m
3
detik  atau  lebih  besar  dari  Pembagian  debit  pada  Tabel  4.2.  Informasi  dari lokasi pengamatan petugas pencatat debit mengatakan bahwa pada tanggal tersebut terjadi
limpasan sehingga menunjukkan bahwa kapasitas sungai sudah tidak mampu menampung banjir yang terjadi.
Untuk memberikan gambaran tentang kapasitas sungai yang ada, diambil beberapa penampang  melintang  sungai  yang  dianggap  mewakili  ruas  sungai  yang  ditinjau,  dengan
ketentuan muka air sampa dengan kurang lebih  1 meter di bawah puncak tanggul. Berikut  ini  adalah  beberapa  kapasitas  penampang  sampai  dengan  Tahun  2003  pada
beberapa lokasi :
48 1.
Penampang dekat Bendung Gemah. Dengan kondisi muka air 0,8 meter di bawah dek serk
, kapasitas sungai nya adalah 204 m
3
detik 2.
Jembatan  Kaligawe. Jembatan  Kaligawe  pada jembatan  baru  dengan  konstruksi  beton mempunyai gelagar yang terlalu rendah sehingga akan mengganggu aliran saat banjir.
Kapasitas penampang sungainya adalah 277 m3detik. 3.
Jembatan Kereta Api. Pada jembatan kereta api saat ini dengan 3 bentang mempunyai kapasitas sungai 151 m3detik.
Berikut  debit  rencana  di  Bendung  Pucang  Gading  pada  beberapa  periode  ulang disajikan Tabel  4.4.  berikut.
Tabel 4.4.
Analisis Frekuensi Banjir di Bendung Pucang Gading Metode
Q
2
m
3
detik. Q
5
m
3
detik. Q
10
m
3
detik. Q
25
m
3
detik. Gumbel
244 339
402 462
Log Normal 242
342 411
477 Log Pearson III
239 342
415 488
Sumber:  SMEC,1999 dalam Final System Planning BKT, PSDA, 2003
Berdasarkan operasional  outlet Pucang Gading saat ini diketahui bahwa debit yang dialihkan ke BKT adalah berkisar 110 sampai 140 m
3
detik. Sedangkan debit rencana yang ditetapkan Dinas PSDA tahun 2003 adalah untuk periode ulang 25 tahun Q
25
sebesar 559 m
3
detik.  Oleh  karena  itu,  apabila  debit  yang  melimpas  ke  Sungai  Babon  adalah  200 m
3
detik, maka logikanya di BKT yang harus dialihkan adalah banjir sebesar kurang lebih 359  m
3
detik.  Perbandingan  Debit  rencana  di  BKT  sebesar  359  m
3
detik  terhadap  debit aktual BPSDA, 2003 di lokasi Bendung Gemah 204 m
3
detik, Jembatan Kaligawe 277 m
3
detik dan Jembatan Kereta Api 151 m
3
detik seharusnya tidak terjadi banjir di Kota Semarang.  Namun  berdasarkan  kapasitas  Kali  Penggaron  sampai  Tahun  2003  adalah  346
m
3
detik,  dapat  dikatakan  bahwa  sungai  sudah  tidak  mampu  menampung  debit  yang terjadi.  Dibandingkan  dengan  Tabel  4.2,  debit  yang  dialihkan  ke  BKT  dari  Bendung
Pucang  Gading    adalah  170  m
3
detik.  Jika  penampang  sungai  diasumsikan  masih  cukup, kemungkinan  yang  bisa  terjadi  adalah  pengoperasian  pintu  pengendali  banjir  kurang
optimal.
49 Tahap analisis dilanjutkan dengan mensimulasikan debit banjir pada sistem sungai
yang diteliti yaitu Sungai Penggaron di Hulunya, Banjir Kanal Timur dan Sungai Babon di Hilirnya  serta  asumsi  jika  Dombo-Sayung  Floodway  difungsikan.  Simulasi  menggunakan
analisis  steadyflow  dengan  batasan-batasan  berupa  elevasi  pasang  surut  +1,46  di  muara mengacu pada Elevasi Pasut Pelabuhan Semarang, PSDA 2003 dan mengasumsikan aliran
adalah  sub  kritis  dengan  Operasional  Bukaan  Pintu  sesuai  dengan  kondisi  eksisting  di Pintu Pengendali Banjir di BKT Kondisi Akhir 2005.
Berdasarkan  hasil  simulasi  kapasitas  debit  banjir  Sungai  Penggaron  SMEC,1999 dimana  debit  banjir  yang  digunakan  kondisi  puncaknya  seperti  disajikan  Gambar  4.5
berikut.
240 340
420 520
100 200
300 400
500 600
-6 -4
-2 2
4 6
8 10
12 Time in hours
D is
c h
a rg
e i
n m
3
s
Q2 = 240 Q5 = 340
Q10 = 420 Q25 = 520
Gambar 4.5.
Hidrograf Banjir Rencana Sungai Penggaron SMEC,1999 Kapasitas  eksisting  berdasarkan  hasil  simulasi
Lampiran  4.4
diperoleh  sebagai berikut:
Ruas Sungai Q kapasitas
Q Rencana Keterangan
Banjir Kanal Timur 153
170 Babon
167 200
Simulasi Kondisi Eksisting Tanpa Dombo Sayung
Berfungsi Catatan= - Satuan Q dalam m3detik
-  Penampang sungai tahun 2003,- Sumber : PSDA, 2003
50 Apabila  diperhatikan,  maka  kapasitas  Sungai  Babon  dan  BKT  yang  ada  saat  ini
sudah  berkurang  dari  kapasitas  rencananya.  Oleh  karena  itu  keberadaan  Dombo-  Sayung Floodway menjadi penting ketika trend debit banjir semakin meningkat.
4.3.2. Pengaruh Kapasitas Sungai Terhadap Operasi Pintu Pengendali Banjir
Operasional  pintu  pengendali  banjir  difungsikan  ketika  terjadi  banjir  setiap musimnya. Beberapa fakta yang berhasil diperoleh dari petugas pintu di Bendung Pucang
Gading seperti disajikan pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5.
Permasalahan OP Pintu Pengendali Banjir di Bendung Pucang Gading
T e
rj a
d w
a l
H a
ri a
n 1
M in
g g
u b
e rg
a n
ti a
n
1 1
-2 2
-3 3
-4 5
1 j
a m
Y a
T id
a k
1 2
3 4
tdk ada
P in
tu M
a n
u a
l m
e n
y e
b a
b k
a n
k in
e rj
a
b u
k a
a n
p in
tu l
a m
b a
t
T ra
v e
l T
im e
s in
g k
a t
K o
m u
n ik
a s
i T
id a
k a
d a
s e
h in
g g
a s
u lit
k o
o rd
in a
s i
1 1
1 1
1 1
Untuk membuka pintu pembagi banjir memang agak berat apalagi
kalau banjir datangnya mendadak.
2 1
1 1
1 1
Mohon menggunakan sistem hidrolis, manual sangat berat.
Sewaktu malam hari tidak bisa melihat mendung di daerah
meteseh mluweh dan sekitarnya
3 1
1 1
1 1
Diusulkan supaya menggunakan pintu hidrolik
4 1
1 1
1 1
Meminta supaya pintu manual agar diganti dengan pintu hidrolik agar
bisa cepat menaggulangi banjir
5 1
1 1
1 1
Mohon bukaannya dengan tenaga diesel atau elektrik. Sudetan
Dombo Sayung cepat dijadikandiselesaikan
6 1
1 1
1 1
Supaya pintu yang manual diganti hidrolik agar bisa menghemat
tenaga
7 1
1 1
1 1
1. Diusulkan pintu hidrolik elektrik gate supaya lebih meringankan
petugas operasional bendung. 2. Normalisasi Sungai perlu dilakukan
8 1
1 1
1 1
Mohon bukaannya diganti dengan hidrolis, tenaga listrik atau diesel
9 1
1 1
1 1
Mohon bukaan pintu yang moderen 10
1 1
1 1
1 Pintu mohon diganti yang elektrik
11 1
1 1
1 1
Pintu elektrik diperlukan untuk antisipasi banjir yang mendadak
12 1
1 1
1 1
1. Diusulkan bukaan hidrolis karena tenaga yang ada terbatas. 2.
Komunikasi berita banjir dari daerah atas supaya ditambah
antara lain di Banyumanik dan Pudak Payung. 3. Pemberitaan
banjir lebih dini membantu untuk membuka banjir lebih awal
13 1
1 1
1 1
Pintu agar dibuat sistem elektrik. 2. Pintu yang sudah tidak bisa
difungsikan untuk diperbaiki Saran-saran
R e
s p
o n
d e
n K
e -
Sistem Kerja Waktu Buka pintu setinggi
50 cm Ada indikasi peningkatan Q
banjir Kondisi Pintu Pengendali Banjir Yang Rusak
Kesulitan Selama Operasional
Sumber: Data Primer, Januari 2006
51
100 200
300 400
500 600
1 9
5 9
1 9
6 1
9 6
9 1
9 7
1 9
7 1
1 9
7 1
1 9
7 3
1 9
7 4
1 9
7 5
1 9
7 6
1 9
7 7
1 9
7 8
1 9
7 9
1 9
8 1
9 8
4 1
9 8
5 1
9 8
6 1
9 8
7 1
9 8
8 1
9 8
9 1
9 9
1 9
9 1
1 9
9 2
1 9
9 3
1 9
9 4
1 9
9 6
1 9
9 8
Tahun
Q m
3
d e
ti k
QSistem
Peningkatan  Debit  Sungai  dari  waktu  ke  waktu  dibenarkan  oleh  para respondenpetugas pintu bendung karena waktu datangnya banjir yang semakin cepat dan
keluhan  petugas  pintu  terhadap  sistem  bukaan  pintu  yang  masih  manual.  Berdasarkan informasi  responden  diketahui  bahwa  untuk  membuka  pintu  setinggi  50  centimeter
memerlukan waktu antara 10 sampai dengan 20 menit. Kenyataan ini merupakan fakta di lapangan  bagi  para  petugas  pintu  bahwa  infrastruktur  pengendali  banjir  masih  tergantung
operatornya,  sehingga  pada  kondisi  yang  darurat  kejadian  banjir  sulit  diantisipasi  dengan cepat.
Meninjau debit historis data SMEC tahun 1959-1998 debit yang limpas Bendung Pucang  Gading,  dapat  diketahui  bahwa  memang  benar  ada  kecenderungan  mengalami
peningkatan  Lihat  Gambar  1.2.  Begitu  pula  hasil  kuesioner,  13  responden  menjawab bahwa  sampai  akhir  Desember  2005,  secara  visual  ada  indikasi  bahwa  banjir  semakin
besar jika dilihat dari muka air banjir visual.
Gambar 4.6.
Perubahan Debit Limpas Bendung Pucang Gading SMEC,1999
52
4.4. Operasi Pintu Pengendali Banjir Bendung Pucang Gading 4.4.1. Tenaga Operasional Pintu Bendung Pucang Gading
Tenaga  operasional  Pintu  Bendung  di  Bendung  Pucang  Gading  berjumlah  15 orang. Berdasarkan hasil survey dari 13 orang petugas yang ada, 15,3 punya masa kerja
lebih dari 25 tahun, 23,08  masa kerjanya antara 5 sampai 15 tahun. Sekitar 15,30 masa kerja 15-20 tahun. Secara lengkap masa kerja petugas pintu bendung di Bendung Pucang
Gading disajikan pada Gambar 4.7.
15.38 15.38
23.08 23.08
23.08
5 10
15 20
25
25 20-25
15-20 10-25
5-10 5
Mas a Ke rja Tahun J
u m
la h
P e
rs o
n il
Gambar 4. 7.
Masa Kerja Petugas Pintu Bendung Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2006
Berdasarkan  status  kepindahannya,  61,54  adalah  pegawai  lama,  30,77  adalah pegawai pindahan dari dalam kota,7,69 adalah pegawai pindahan dari luar kota. Hal ini
berarti responden sebagian besar telah berpengalaman dan mengetahui dengan jelas seluk beluk permasalahan di Lokasi penelitian. Status kepindahan petugas secara jelas disajikan
pada  Gambar  4.8. Informasi  yang  sifatnya  kualitatif  dapat  diperoleh  pada  petugas  pintu
yang  masa  kerjanya  lebih  dari  dua  puluh  lima  tahun.  Bentuk  informasi  tersebut  adalah acuan  Tabel  bukaan  pintu  ternyata  masih  mengacu  pada  pengukuran  debit  tahun  1982.
Selain  itu  lokasi-lokasi  yang  kurang  efisien  pemberitaan  banjirnya  juga  disebutkan  pada saat wawancara dan isian kuesioner yang disebarkan peneliti.
53
61.54
30.77
7.69
Pegaw ai Lama Dlm Kota
Luar Kota
Status Kepindahan
Status Pindahan
Gambar 4. 8.
Status
Kepindahan Petugas Pintu Bendung Pucang Gading Sumber: Data Primer, 2006
4.4.2. Penjadwalan Piket Banjir Bendung Pucang Gading
Operasional Pintu Pengendali Banjir Bendung Pucang Gading dijadwalkan harian. Contoh  Daftar  Piket  Banjir  Petugas  Pintu  Pengendali  Banjir  di  Bendung  Pucang  Gading
seperti disajikan pada Tabel 4.6. Penentuan jadwal piket petugas disahkan tiap awal tahun.
Seperti  data  yang  diperoleh  peneliti  saat  melakukan  survey  investigasi  dan  wawancara pada tanggal 5 Januari 2006, sedang berlangsung rapat seluruh petugas pintu yang ada di
lokasi penelitian dan penetapan jadwal tahunan.
54
Tabel 4.6.  Daftar Piket Banjir Bendung Pucang Gading
NO Nama
Bulan Keterangan
NOPEMBER 5 10 15 20 25 30 I.    Jam piket
DESEMBER 5 10 15 20 25 30
Jam 18.00 sd 06 JANUARI
4 9 14 19 24 29
II.   Mercu K. Babon PEBRUARI
3 8 15 18 23 28
Siaga  I    : + 1,40 m MARET
5 10 15 20 25 30 Siaga  II   : + 1,60 m
NOPEMBER 1 6 11 16 21 26
Siaga  III  :   + 1,90 m DESEMBER
1 6 11 16 21 26 31
JANUARI 5 10 15 20 25 30
PEBRUARI 4
9 14 19 24 MARET
1 6 11 16 21 26 31
NOPEMBER 2 7 12 17 22 27
IV.  Peleporan DESEMBER
2 7 12 17 22 27
1 Siaga  I    : + 1,40 m JANUARI
1 6 11 21 21 26 31          lapor ke piket balai
PEBRUARI 5 10 15 20 25
PSDA MARET
2 7 12 17 22 27
2 Siaga  II   : + 1,60 m NOPEMBER 3
8 15 18 23 28 lapor per 30 menit ke piket balai PSDA
DESEMBER 3
8 15 18 23 28 3 Siaga  III  :   + 1,90 m
JANUARI 2
7 12 17 22 27 lapor per 15 menit ke piket balai PSDA
PEBRUARI 1
6 11 16 21 26 dan Dinas PSDA
MARET 3
8 15 18 23 28 V.   Petugas Piket Supaya menutup pintu BKT
NOPEMBER 4 9 14 19 24 29
setelah banjir surut habis banjir DESEMBER
4 9 14 19 24 29
VI.  Perintah dan dilaksanakan dengan tanggung JANUARI
3 8 15 18 23 28
jawab PEBRUARI
2 7 12 17 22 27
MARET 4
9 14 19 24 29 SUNGKONO
SUGITO
SUPARNYITO SONHAJI
1
2
3
4
5 NAGATNO
SUPARDI
DJURI BADRI
MAT ICROM SUPRIYANTO
III.  Bukaan pintu BKT sesuai petunjuk tabel yang ada perintah atasan
Tanggal
Sumber: Dinas PSDA, Januari 2006
4.5. Permasalahan Manajemen Operasi Pintu Pengendali Banjir Bendung Pucang Gading