terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari gen-gen pada H dan N diantara human dan avian influenza virus melalui perantara host ketiga. Satu hal yang
perlu diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus yang lebih ganas, sehingga keadaan ini menyebabkan terjadinya
infeksi sistemik yang berat karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat terbentuk. Sejak dulu diduga kondisi yang memudahkan terjadinya antigenic
shift adalah adanya penduduk yang bermukim didekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap infeksi baik oleh avian maupun human virus
makan hewan tersebut dapat berperan sebagai lahan pencampur mixing vesel untuk penyusunan kembali gen-gen yang berasal dari kedua virus tersebut, sehingga
menyebabkan terbentuknya subtiper virus baru.
E. FASE-FASE PANDEMI INFLUENZA
Fase-fase pandemi influenza ini di tetapkan oleh WHO, digunakan sebagai tanda apakah pandemi sudah akan terjadi dan persiapan apa yang perlu dilakukan.
Fase 1 Tidak adanya subtype virus influenza baru pada manusia,terdapat infeksi pada binatang
unggasdengan risiko rendah penularan pada manusia.
Fase 2 Tidak adanya subtype virus influenza baru pada manusia, terdapat infeksi pada binatang
unggas dengan risiko tinggi penularan pada manusia. Periode waspada pandemi
Fase 3 Manusia terinfeksi dengan virus subtype baru, tidak adanya penularan manusia ke
manusia.
Fase 4 Penularan manusia ke manusia pada klaster kecil dan terlokalisir pada area yang kecil
Fase 5 Klaster besar, masih terlokalisir, virus mulai beradaptasi ke manusia.
Periode Pandemi
Fase 6 Penularan yang meningkat dan tranmisi berkelanjutan pada manusia.
Periode Pasca Pandemi. Sampai dengan saat ini Indonesia berada dalam fase 3.
F. PATOFISIOLOGI
Virus influenza A,B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenik yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-orang yang
terinfeksi. Virus ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia.
Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di suatu peradangan
dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab
permukaan sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A lg A dalam sekresi nasal.
Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15
hari, pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia
bakterial yang disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.
Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari diikuti oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting karena sifatnya
epidemik dan pandemik dan karena angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua dan orang yang berpenyakit kronik.
G. MANIFESTASI KLINIK