Pengaruh perencanaan pajak dan kebijakan pajak terhadap SAS (self assessment system): survey terhadap wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees

(1)

(2)

(3)

(4)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Gg. Murtamad No. 78/33c,

Malabar. Bandung

Agama : Islam

Email : nicoprasetyaa@gmail.com Nomor Telepon : 082218123999

Riwayat Pendidikan :

1. Universitas Komputer Indonesia Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi 2. SMA Negeri 3 Wonogiri

3. SMP Negeri 2 Jatisrono 4. SD Negeri 2 Ngrompak

Pendidikan Non Formal

No. Tahun Kegiatan

1 2 3

4 5

6

2010 2010 2010

2012 & 2013 2013

2013

Peserta MAGMA Universitas Komputer Indonesia. (Bersertifikat) Peserta Mentoring Keislaman Unikom 2010. (Bersertifikat) Peserta Seminar Umum Akuntansi “Pentingnya Sertifikasi Staff Accounting”. (Bersertifikat)

Peserta Training Kepemimpinan.

Peserta “Brevet A&B terpadu Tax center Unikom dan FORTRANS 2011-2012”. (Bersertifikat)


(5)

The Influence Of Tax Planning and Tax Policy To Self Assessment System (Survey on Individual Taxpayer Registered In Small Taxpayers Office Bandung

Karees)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi Oleh :

Nico Prasetiya Wahyu 21109145

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa pikiran, tenaga dan segala sesuatu yang dianugerahkan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System)”, yang disusun sebagai syarat dalam menempuh program strata satu Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Peneliti menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan dalam hal ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang peneliti miliki. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan.

Dalam mempersiapkan dan menyelesaikan skripsi ini peneliti telah banyak memperoleh bantuan baik berupa moril maupun materil dan bimbingan pengarahan serta dorongan dari berbagai pihak, yang sangat membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini sehingga pada akhirnya memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Atas itu semua pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada :


(7)

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic selaku Dekan Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA selaku dosen Wali Kelas peneliti dan Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan baik dalam membimbing dan memberikan arahan serta saran kepada peneliti, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

6. Pimpinan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di KPP Bandung Karees.

7. Ibu dan Ayah tercinta dan seluruh keluarga, peneliti ucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam, karena telah memberikan motivasi yang sangat besar buat peneliti.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi khususnya dosen program studi Akuntansi. 9. Seluruh responden di KPP Pratama Bandung Karees yang telah berkenan

untuk membantu penelitian ini.

10.Teman-teman Akuntansi - 4 yang selalu membantu, memberikan semangat, dan memberikan suasana kekeluargaan bagi peneliti.


(8)

11.Teman-teman mahasiswa Universitas Komputer serta semua pihak yang berjasa yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan motivasinya.

12.Pipit Handayani yang tidak pernah lelah membantu dan memberikan semangat serta doa setiap saat.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga seluruh amal baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapatkan Ridho dari Allah SWT, Amin.

Wassalamualaikaum Wr.Wb

Bandung, Februari 2014 Peneliti

Nico Prasetiya Wahyu 21109145


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 11

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 11

1.2.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

1.3.1 Maksud Penelitian ... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian... 12

1.4 Kegunanaan Penelitian ... 13

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 13

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 13

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 14


(10)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ... 16

2.1.1 Perencanaan Pajak ... 16

2.1.1.1Pengertian Perencanaan Pajak ... 16

2.1.1.2Tujuan dan Manfaat Perencanaan Pajak ... 17

2.1.1.3Jenis-jenis Perencanaan Pajak ... 18

2.1.1.4Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak ... 18

2.1.1.5Strategi Dalam Perencanaan Pajak Pajak ... 19

2.1.1.6Aspek Formal dan Administratif Perencanaan Pajak ... 19

2.1.1.7Aspek Material Perencanaan Pajak ... 20

2.1.1.8Indikator Perencanaan Pajak ... 20

2.1.2 Kebijakan Pajak... 21

2.1.2.1Pengertian Kebijakan Pajak ... 21

2.1.2.2Perumusan Kebijakan Pajak ... 22

2.1.2.3Jenis Pajak Yang Akan Dipungut ... 23

2.1.2.4Subyek Pajak ... 24

2.1.2.5Obyek Pajak ... 24

2.1.2.6Indikator Kebijakan Pajak ... 25

2.1.3 SAS (Self Assessment System) ... 26

2.1.3.1 Pengertian SAS (Self Assessment System) ... 26

2.1.3.2 Ciri-ciri SAS (Self Assessment System) ... 27

2.1.3.3 Kewajiban Wajib Pajak Dalam SAS (Self Assessment System) ... 27

2.1.3.4 Prasyarat SAS (Self Assessment System) ... 28

2.1.3.5 Hambatan Pelaksanaan SAS (Self Assessment System) .. 29

2.1.3.6 Indikator SAS (Self Assessment System) ... 30

2.2 Kerangka Pemikiran ... 30

2.2.1 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System). ... 31


(11)

2.2.2 Pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap SAS

(Self Assessment System) ... 32

2.2.3 Penelitian Sebelumnya... 33

2.2.5 Paradigma Penelitian ... 36

2.3 Hipotesis ... 36

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 38

3.2 Metode Penelitian ... 39

3.2.1 Desain Penelitian ... 40

3.3 Operasional Variabel ... 42

3.4 Sumber Data ... 44

3.5 Alat Ukur Penelitian ... 44

3.5.1 Uji Validitas ... 44

3.5.2 Uji Reabilitas ... 46

3.5.3 Uji MSI (Data Ordinal ke Interval) ... 47

3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ... 48

3.6.1 Populasi ... 48

3.6.2 Penarikan Sampel ... 49

3.7 Metode Pengumpulan Data... 50

3.8 Metode Pengujian Data... 51

3.8.1 Metode Analisis... 51

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 61

4.1.2 Karateristik Responden ... 61

4.1.3 Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 63

4.1.3.1Hasil Validitas ... 63

4.1.3.2Hasil Reliabilitas ... 65


(12)

4.1.4.1Analisis Deskriptif Perencanaan Pajak ... 66

4.1.4.2Analisis Deskriptif Kebijakan Pajak ... 70

4.1.4.3Analisis Deskriptif SAS (Self Assessment System) ... 75

4.1.5 Analisis Verifikatif ... 80

4.1.5.1Pengaruh Perencanaan Pajak dan Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System) ... 80

4.1.5.2 Pengujian Model Pengukuran ... 81

4.1.5.3 Pengukuran Model Struktural ... 85

4.1.5.4 Pengujian Hipotesis ... 89

4.2 Pembahasan ... 92

4.2.1 Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System) ... 92

4.2.2 Pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System) ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

5.2.1 Saran Operasional ... 97

5.2.2 Saran Akademis ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Budi Santoso. 2013. Bayar Pajak Lewat E-Filling Lebih Mudah & Nyaman. Diakses Pada Jumat, 22 Februari 2013 11:36 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2013/02/22/20/765839/bayar-pajak-lewat-e-filling-lebih-mudah-nyaman.

Ahmad Yani. 2011. Strategi Pemberantasan Mafia Pajak. Diakses Pada Kamis,

27 Januari 2011 dari World Wide Web :

http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=8799&It emid=48.

Anshari Ritonga. 2010. Ini Dia Alasan Masyarakat Tolak Bayar Pajak. Diakses Pada Rabu, 06 Oktober 2010 10:11 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2010/10/06/20/379584/ini-dia-alasan-masyarakat-tolak-bayar-pajak.

Babel Adinur Prasetyo. 2011. Tarif Pajak UMKM Turun 50%. Diakses Pada

Rabu, 12 Oktober 2011 dari World Wide Web :

http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9762&It emid=48.

Bambang Heru Ismiarso. 2010. Modus Penghindaran Pajak Semakin Kreatif. Diakses Pada Rabu, 27 Januari 2010 16:35 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2010/01/27/20/298281/modus-penghindaran-pajak-semakin-kreatif.

Barker, C. Pistrang., & Elliot, R. (2002). Research Methods in Clinical Psychology ( 2nd ed.). Chichester: John Wiley & Sons

Burton, Richard. 2011. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat. Choong Kwai Fatt and Edward Wong Sek Khin. 2011. A Study on

Self-Assessment Tax System Awareness in Malaysia. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5 (7) : 881-888, 2011 - ISSN 1991-8178. Crumbley D. Larry ,Friedman Jack, Anders Susan B, Dictionay of Tax Term, New

York : Barron’s Bussiness guides.

Dame Situmorang. 2011. Wah, Isi SPT Pajak pun Ada Kelasnya. Diakses Pada Kamis, 10 Maret 2011 07:57 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2011/03/10/20/433286/wah-isi-spt-pajak-pun-ada-kelasnya.

Darmin Nasution. 2007. Kebiasaan WP Bayar Pajak Mepet Waktu. Diakses. Pada Sabtu, 29 Desember 2007 15:45 WIB dari World Wide Web :


(14)

http://economy.okezone.com/read/2007/12/29/20/71373/kebiasaan-wp-bayar-pajak-mepet-waktu.

Erly Suandy. 2002. Hukum Pajak (Edisi Kedua). Jakarta : Salemba Empat __________. 2011. Perencanaan Pajak, Edisi 5. Jakarta : Salemba Empat.

Erwin Eka Kurniawan. 2013. RI Anut Kebijakan Budgeter Negatif. Diakses Pada Minggu, 30 Juni 2013 16:44 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2013/06/30/20/829715/ri-anut-kebijakan-budgeter-negatif.

Fredrick Choi and Gery K. Meek. 2010. Akuntansi Internasional. Jakarta: Salemba Empat.

Fuad Rahmany. 2011. Ditjen Pajak Menenggarai Perusahaan Tambang Tak Jujur Bayar Pajak. Diakses Pada Jumat, 28 Oktober 2011 dari World Wide Web:http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=981 8&Itemid=48.

____________. 2013.Ditjen Pajak Siapkan 16 Langkah Strategis di 3 Bidang Untuk Amankan Pajak 2013. Diakses Pada Selasa, 15 Januari 2013 - 14:53 dari World Wide Web : http://www.pajak.go.id/content/news/ditjen-pajak-siapkan-16-langkah-strategis-di-3-bidang-untuk-amankan-pajak-2013 Gunadi. 2004. Rasionalitas Reformasi Administrasi Perpajakan. Diakses Pada 17

Mei 2004 dari World Wide Web :

http://www.infopajak.com/berita/170504bi1.htm

______. 2010. Pajak Disarankan Lakukan Evaluasi. Diakses Pada Jum'at, 15 Oktober 2010 08:06 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2010/10/15/20/382720/pajak-disarankan-lakukan-evaluasi.

Hair, J. F. et. al. (2006). Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. Pearson Education, Inc. New Jersey. United State of America.

Harun Al Rasyid. 1994. Tekhnik Sampling dan Penskalaan. Bandung : Universitas Padjajaran.

Hasan. 2004. Analisis Dana Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara Hekinus Manao. 2010. Self assessment tutupi kekurangan SDM pajak. Diakses

Pada Sabtu,28 Agustus 2010 dari World Wide Web : http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=8157&It emid=48.

Hatta Rajasa. 2011. Sensus Pajak Jadi Penentu Policy Pajak. Diakses Pada Jum'at, 30 September 2011 14:17 WIB dari World Wide Web :


(15)

http://economy.okezone.com/read/2011/09/30/20/509084/hatta-sensus-pajak-jadi-penentu-policy-pajak.

Ibnu Subiyanto. 2000. Metodologi penelitian. Yogyakarta : UPP AMPYKPN. Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan

Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang.

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.

John M. Echols and Hassan Sadily. 2000. Kamus Inggris Indonezia An English- Indonesia Dictionary. Jakarta: PT. Gramedia.

Juni Pranoto dan Adam I.Indrawijaya. 2011. Strategi Pembaharuan Administrasi dan Manajemen Publik. Bandung: Alfabeta.

Kristina Murphy and Karen Byng. 2002. Preliminary Findings From‘The Australian Tax System Survey Of Tax Scheme Investors’. ISBN 0 642 76839 0, ISSN 1444-8211

Luky Alfirman. 2010. Wah..Isi Penghasilan Wajib Pajak Bisa Dibohongin. Diakses Pada Selasa, 29 Juni 2010 14:50 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2010/06/29/20/347793/wah-isi-penghasilan-wajib-pajak-bisa-dibohongin.

Lyon Susan M. 1996. Intenasional Tax Glossary, 3rd editan, IBFD publications BV.

Maftuchan. 2013. Hanya Pengusaha yang Diuntungkan Paket Kebijakan. Diakses Pada Rabu, 11 September 2013 15:33 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2013/09/11/20/864396/hanya-pengusaha-yang-diuntungkan-paket-kebijakan.

Mansuri, R. 1999. Kebijakan Fiskal. Jakarta : Yayasan Pengembang dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan (YP4).

Manuel Pakpahan. 2010. Pajak Pribadi Juga Harus Jadi Perhatian Kita. Diakses Pada Senin, 4 Januari 2010 08:48 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2010/01/04/315/290545/pajak-pribadi-juga-harus-jadi-perhatian-kita.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Andi Offset Yogyakarta.

Moeheriono. 2012. Perencanaan, Aplikasi dan Pengembangan Indikator Kinerja Utama Bisnis dan Publik. Jakarta: Rajawali Pers


(16)

Mohammad Zain. 2003. Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat. ______________. 2009. Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat. Mohd Rizal Palil. 2010. Tax Knowledge And Tax Compliance Determinants In

Self Assessment System In Malaysia.

Nur Hidayat. 2005. Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.

Nur Indriantoro. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Safri Nurmantu. 2003. Pengantar perpajakan. Jakarta : Yayasan Obor.

Peter White, Anne Cronin, Christian Anderson, Dianna Smith. 2004. The

Australian Taxation Offi ce’s Management of Aggressive Tax Planning. The Auditor - General, Audit Report No.23 2003–04, Performance Audit - ISSN 1036 – 7632, ISBN 0 642 80750 7

Prasetyo Atmosutidjo. 2013. Pajak UMKM Ancam Pengusaha Kecil. Diakses Pada Rabu, 12 Juni 2013 17:09 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2013/06/12/20/820960/pajak-umkm-ancam-pengusaha-kecil.

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan 4. Bandung : Alfabeta.

Rochmat Soemitro. 1991. Pajak Ditinjau dari Segi Hukum. Bandung : Eresco. Rusli Yusuf. 2012. Masih Gunakan Sistem Manual - Picu Anjloknya Pendapatan

Pajak. Diakses Pada Jumat, 22 Juni 2012 dari World Wide Web : http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=10385& Itemid=48.

Sakli Anggoro. 2011. Ayo Tertib Pajak. Diakses Pada Rabu, 03 Augustus 2011

dari World Wide Web :

http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9506&It emid=48.

Sasmito Hadinagoro. 2012. Tolak Bayar Pajak, Ancaman APPI ala Revolusi Prancis. Diakses Pada Jum'at, 06 Juli 2012 11:02 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2012/07/06/20/659650/tolak-bayar-pajak-ancaman-appi-ala-revolusi-prancis.

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia, Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan : Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.


(17)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta : Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Syarifudin Hasan. 2013. Menkop Usul Usaha Mikro Tidak Kena Pajak. Diakses Pada Kamis, 10 Januari 2013 16:22 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2013/01/10/320/744257/menkop-usul-usaha-mikro-tidak-kena-pajak.

Timbul Hamonangan Simanjutak. 2009. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) dan Bagi Hasil Pajak Dalam Perekonomian Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan Vol.1 No.2 2009.

Tjiptardjo. 2012. Tax Ratio Indonesia 15,7 Persen. Diakses Pada Minggu, 5 Desember 2010 08:59 WIB dari World Wide Web : http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/08595088/function.simplexm l-load-file.

Tony Marsyahrul. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta : Grasindo.

Uma Sekaran. 2006. Research Methods For Business, Edisi 4, Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Universitas Komputer Indonesia : Bandung.

_______________.2010. Metodologi Penelitian : Dasar Penyusun Penelitian Ekonomi. Genesis : Jakarta.

Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah, Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi : Genesis.

Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia (Edisis Keenam). Jakarta : Salemba Empat. ______. 2008. Akuntansi Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

Waluyo. dan Wirawan B Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Yenni Mangoting. 1999. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999.


(18)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sesuai dengan definisi pajak bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontrasepsi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Rochmat Soemitro, 1991).

Pajak merupakan komponen penerimaan negara yang utama dalam APBN, lebih dari 70% dari total penerimaan dalam APBN merupakan penerimaan dari sektor pajak dan pemerintah menjadikan pajak sebagai tulang punggung atau pilar utama penerimaan negara (Waluyo, 2008). Hakekat pemungutan pajak oleh negara merupakan wujud rasa pengabdian, kewajiban dan partisipasi rakyat, yang dalam hal ini sebagai wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakannya guna membiayai pengeluaran negara dan pembangunan nasional, oleh karena itu pemerintah berusaha untuk menggali potensi sumber penerimaan pajak (Waluyo, 2008).

Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983, dan sejak saat itulah Indonesia menganut sistem Self Assessment System (Mohammad Zain, 2009).


(19)

Melalui Self Assesment System masyarakat diharapkan aktif melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan amanat UU tanpa harus menunggu tindakan aktif dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai otoritas pajak, kewajiban perpajakan tersebut mulai mendaftarkan diri (NPWP), menghitung jumlah pajak, menyetorkan ke kas negara, dan melaporkan pajak yang telah disetor ke KPP (Sakli Anggoro, 2011). Dalam self assessment system, fungsi DJP lebih ditonjolkan pada penyuluhan peraturan perpajakan, pelayanan pemenuhan kewajiban perpajakan, serta pengawasan pelaksanaan kewajiban perpajakan (law enforcement) dan kegiatan law enforcement antara lain adalah pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan pajak, pemeriksaan tersebut dilakukan dalam hal WP tidak memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan analisis risiko diketahui WP tidak atau kurang membayar pajak yang terutang (Sakli Anggoro, 2011).

Dalam self assessment system Wajib Pajak dianggap melaporkan penghasilan dan kekayaannya secara jujur, padahal kelemahan sistem ini adalah Wajib Pajak bisa dengan sengaja mengisi laporan tidak benar (Hekinus Manao, 2010). Dalam self assessment system wajib pajak bisa saja berbohong tentang melaporkan pajaknya, akan tetapi kantor pajak sudah mempunyai sistem yang baik untuk pengawasan, yaitu dengan dengan memeriksa dari bukti-bukti seperti SPT (Luky Alfirman, 2010). Dalam pelaporan SPT terdapat kebiasaan wajib pajak yang seharusnya membayar tepat waktu tapi wajib pajak tersebut malah membayar pada hari terakhir, sehingga terjadi penumpukan proses dan melewati batas pelaporan (Darmin Nasution, 2007).


(20)

Menengarai banyak pengusaha pertambangan yang tidak jujur melaporkan kewajiban pajaknya pemerintah akan mengubah lagi setoran pajak dari pertambangan dan lewat Direktorat Jenderal Pajak, pemerintah berencana melakukan penghitungan (assessment) langsung pembayaran pajak pengusaha tambang (Fuad Rahmany, 2011). Direktorat Jenderal Pajak tidak mau bergantung mengandalkan informasi dan laporan sendiri (self assessment) seperti yang berlaku, cara ini memungkinkan pengusaha tidak melaporkan secara benar jumlah produksi maupun pendapatan mereka (Fuad Rahmany, 2011).

Banyak permasalahan yang ada dalam Ditjen pajak yang menjadi suatu alasan mengapa masyarakat menolak membayar pajak, dan peraturan pelaksanaan yang dibuat sendiri oleh Dirjen Pajak cenderung memihak pada kemudahan fiskus dalam memenuhi tugasnya, dan dalam prinsip self assesment system bahwa wajib pajak diharuskan menghitung sendiri besaran pajaknya, akan tetapi penerapan sistem ini dianggap masih jauh dari harapan pemerintah (Anshari Ritonga, 2010). Rendahnya penerimaan pajak juga disebabkan masih banyaknya masyarakat yang belum paham ataupun sadar akan pengisian SPT (Dame Situmorang, 2011).

Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik, pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektor privat dan agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik (Erly Suandy, 2011).


(21)

Salah satu upaya wajib pajak untuk melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan manajemen pajak, tujuan dari manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi manajemen pajak salah satunya dengan melakukan perencanaan pajak (Erly Suandy, 2011). Umunya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan, namun perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya (Erly Suandy,2011). Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara, dan itu telah menjadi kesepakatan bersama, dan pajak saat ini menjadi satu-satunya sumber penerimaan terbesar dalam pembangunan bangsa, untuk kesejahteraan bangsa, sebaliknya bagi wajib pajak, pajak hanya akan mengurangi penghasilan (Richard Burton, 2011).

Hampir semua orang, baik di negara yang sudah maju maupun di Negara yang belum berkembang, baik secara pribadi maupun kelompok (badan) berusaha untuk mengatur jumlah pajak yang harus dibayar, jangankan wajib pajaknya, pihak aparat pajakpun mengetahui dan menyadari ada suatu kecenderungan dari wajib pajak orang pribadi maupun badan untuk meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar, dengan melakukan tax planning atau perencanaan pajak, baik secara legal (tax avoidance) maupun ilegal (tax evasion) (Nurmantu, 2003). Dalam tax avoidance wajib pajak memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga dapat membayar pajak yang lebih


(22)

rendah, dan akibat dari tax avoidance penyetoran dana pajak ke kas negara berkurang, atau bahkan tidak ada dana pajak yang masuk ke kas negara, sehingga Perencanaan pajak (tax planning) merupakan bagian dari tax avoidance (Nurmantu, 2003).

Perencanaan pajak pribadi atau tax planning adalah upaya penghematan dengan cara menekan jumlah kewajiban pajak secara legal (Manuel Pakpahan, 2010). Perencanaan pajak dianggap sangat lumrah karena pajak dianggap sebagai biaya, sehingga untuk meminimalisir biaya tersebut perlu dilakukan berbagai upaya atau strategi tertentu dan bagaimana agar pajak yang dibayar tidak lebih dari jumlah yang seharusnya dan akhirnya akan memperoleh keuntungan serta likuiditas yang diharapkan (Manuel Pakpahan, 2010). Tetapi pada kenyataanya banyak wajib pajak orang pribadi yang tidak merencanakan pajak dengan benar, misalnya pada saat penyerahan faktur pajak oleh wajib pajak dan setelah diperiksa ulang oleh Ditjen Pajak, transaksinya tidak pernah ada (Bambang Heru Ismiarso, 2010).

Ditjen Pajak disarankan untuk melakukan evaluasi kolektibilitas data tunggakan pajak yang ada sebagai upaya mengoptimalkan kegiatan pencairan piutang pajak, agar tagihan berkualitas maka proses keberatan dan pembetulan harus dilakukan dengan baik (Gunadi, 2010). Dalam laporan BPK, BPK menilai Ditjen pajak tidak optimal dalam menjalankan kegiatan penagihan pajak, BPK juga masih menemukan sejumlah kelemahan dari aspek strategi, sistem administrasi, SDM, hingga aspek pengawasan dalam penagihan piutang pajak dan, penilaian dari BPK atas kinerja Ditjen Pajak bisa dijadikan momentum


(23)

perbaikan kinerja aparat perpajakan sehingga penagihan efektif mendukung pengamanan penerimaan dan proses pembetulan kesalahan dan pembatalan surat ketetapan pajak (SKP) yang salah juga harus dipercepat sebagai bagian dari upaya perbaikan kinerja internal Ditjen Pajak (Gunadi, 2010)

Upaya untuk memberantas mafia pajak perlu strategi implementasi yang baik, teratur, dan terukur, sehingga penerimaan negara meningkat, namun selama ini patut diduga sebagian dari potensi penerimaan negara telah dikeluarkan oleh para pembayar pajak dengan metode self-assessment tidak disetorkan kepada negara, sebagian yang lain memang secara sengaja tidak dibayarkan dengan benar dengan berbagai modus seperti transfer pricing rekayasa (Ahmad Yani, 2011). Pelaporan keuangan yang tidak menggambarkan kondisi riil, selisih kurs dengan kurs yang sebenarnya, hingga rekayasa dalam klaim kelebihan pembayaran dan restitusi pajak, oleh karena aturan perpajakan cukup rumit dan menyulitkan banyak orang, patut diduga pegawai pajak (fiscus) berperan besar dalam melakukan rekayasa (Ahmad Yani, 2011).

Perencanaan Pajak (tax planning) adalah suatu proses usaha-usaha wajib pajak atau sekelompok wajib pajak untuk meminimalisasikan beban atau kewajiban pajaknya, baik yang berupa penghasilan maupun pajak-pajak yang lain melalui pemanfaatan celah-celah dalam undang-undang perpajakan (Muhammad Zain, 2009).

Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang menekankan kepada pengendalian setiap transaksi yang memiliki konsekuensi pajak, dan tujuan tindakan ini adalah mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke


(24)

pemerintah, melalui penghindaran pajak (tax avoidance), bukan penyelundupan pajak (tax evasion) (Muhammad Zain, 2009). Didalam perencanaan pajak terdapat aspek formal dan administratif, salah satunya mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, menyampaikan surat pemberitahuan (Erly Suandy, 2011).

Salah satu motivasi yang mendasari perencanaan pajak umumnya bersumber dari tiga unsur, salah satunya yaitu kebijakan perpajakan. Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan, dan dari berbagai aspek kebijakan pajak terdapat faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perencanaan pajak, diantaranya jenis pajak yang akan dipungut, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, prosedur pembayaran pajak (Erly Suandy, 2011).

Kebijakan perpajakan memiliki dua fungsi yakni fungsi budgeter (menghimpun penerimaan sebesar-besarnya untuk mendanai jalannya pemerintahan) dan fungsi regulasi (mengatur), dan kedua fungsi itu saling bertolak belakang, jika fungsi regulasi yang diutamakan, maka artinya ada ongkos yang harus ditanggung pemerintah, karena ada sebagian pendapatan perpajakan yang dikorbankan, dan langkah ini diharapkan akan mendorong kesehatan keuangan korporasi, namun penerimaan negara akan terpangkas, namun sebaliknya, tarif pajak juga bisa dinaikkan (Tjiptardjo, 2012).

Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang mengoptimalkan penggunaan teknologi, dengan menggunakan sistem komputerisasi diharapkan bisa meningkatkan pendapatan pajak (Rusli Yusuf, 2012). Adanya keleluasaan wajib pajak untuk menghitung pajaknya sendiri (self assessment) secara manual


(25)

disebutkan menjadi penyebab rendahnya realisasai pajak, sebab dengan cara ini sangat memungkinkan terjadi penyelewengan terhadap nominal pajak yang harus dibayar, terlihat jelas bila penarikan pajak yang dilakukan masih jauh dari harapan (Rusli Yusuf, 2012). Adanya masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa dengan komputerisasi, dengan e-filing wajib pajak dipermudah untuk membayar pajaknya dan soal keamanan data, data SPT langsung masuk ke bank data sehingga lebih aman (Agus Budi Santoso, 2013). Adanya e-filing diharapkan akan mempermudah wajib pajak untuk membayar pajaknya dan tidak ada alasan lagi wajib pajak untuk tidak membayar pajaknya (Agus Budi Santoso, 2013).

Untuk meningkatkan penerimaan pajak pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Sensus Pajak Nasional (SPN), SPN akan menjadi titik tolak pemerintah dalam menentukan kebijakan (policy) perpajakan, untuk meningkatkan tax ratio maka diperlukan data yang akurat, selain itu tingkat kesadaran masyarakat yang masih sangat rendah untuk membayar pajak adalah penyebab SPN ini diselenggarakan (Hatta Rajasa, 2011)

Pemerintah pun menyiapkan kebijakan guna mencapai target penerimaan pajak, DJP siapkan tujuh langkah strategis : (1) Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan membangun rumah sendiri seluas minimal 200 meter persegi sebesar 10% (sepuluh persen) dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar 20% (dua puluh persen), Sehingga pajak yang dikenankan atas kegiatan membangun rumah sendiri seluas minimal 200 meter persegi adalah sebesar 2%, (2) Melakukan penomoran faktur pajak yang selama ini dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) guna menekan jumlah faktur fiktif, (3) Melaksanakan pungutan


(26)

pajak untuk usaha yang tidak memiliki pembukuan yang akuntabel dengan omzet sampai dengan Rp.300 juta sebesar 0,5% dan untuk usaha yang tidak memiliki pembukuan yang akuntabel dengan omzet Rp.300 juta sampai dengan Rp.4,8 milyar sebesar 1%, (4) Mengkaji rencana penetapan batasan terhadap debt of equity ratio (DER) untuk menekan perusahaan besar dan menengah melaporkan utang dengan tujuan untuk penghindaran pajak, (5) Mengkaji batasan biaya promosi untuk mencegah perusahaan melaporkan biaya promosi yang berlebihan dengan tujuan untuk meminimalisasikan pajak, (6) Menunjuk Bank-Bank BUMN, PLN, Pertamina dan Telkom sebagai Pemungut PPh Pasal 22 guna meningkatkan efektivitas penarikan PPh dan mengurangi kemungkinan PPh tidak disetor, dan (7) Menyusun Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK) tentang Harga Batubara Acuan, PPh Final Saham Sendiri, dan Transfer Pricing (Fuad Rahmany, 2013).

Untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pemerintah memberlakukan Pasal 31 E Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh), berupa penurunan tarif pajak hingga 50% (Babel Adinur Prasetyo, 2011). Dikeluarkannya kebijakan pemberian penurunan pajak bagi UMKM itu lebih ditujukan untuk membuka sektor tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan, dan salah satu tujuan pemberian fasilitas PPh Pasal 31 E UU PPh tersebut semata-mata untuk mengurangi beban WP UMKM, konsekuensi penerapan Pasal 31 E UU PPh adalah WP UMKM cenderung berpotensi kelebihan bayar pajak, akibat adanya kredit pajak yang melebihi pajak terutang yang diakibatkan pemotongan ataupun pemungutan pajak dari pihak lain. (Babel Adinur Prasetyo, 2011).


(27)

Kebijakan yang ditetapkan pemerintah tentang pajak UMKM dinilai tidak prorakyat, pajak yang besarnya satu persen dari omzet ini akan semakin memberatkan pengusaha kecil (Prasetyo Atmosutidjo, 2013). Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mengusulkan UKM dengan pendapatan kurang dari Rp300 juta tidak dikenakan pajak, namun saat ini usaha mikro masih dikenakan pajak sebesar satu persen kepada semua UKM, Kebijakan itu dianggap tidak tepat bagi usaha kecil (Syarifudin Hasan, 2013).

Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dinilai tidak mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahkan masyarakat tidak merasakan adanya dampak dari adanya kebijakan yang dikeluarkan tersebut (Erwin Eka Kurniawan, 2013). Dana hasil pajak yang dikumpulkan dari masyarakat saat ini tidak banyak yang dikembalikan untuk kepentingan rakyat, sebaliknya, perolehan pajak justru digunakan untuk hal yang sia-sia seperti membayar bunga obligasi rekap puluhan triliun tiap tahunnya (Sasmito Hadinagoro, 2012). Ditetapkannya beberapa kebijakan tentang perpajakan dinilai hanya melindungi pengusaha, kebijakan tersebut dinilai hanya lebih mengarah ke penghapusan pajak dan kebijakan ini lebih diperuntukkan buat pengusaha dalam dan luar negeri, kelas menengah, untuk mengeruk sumber daya alam habis-habisan (Maftuchan, 2013).

Kebijakan pajak sendiri tidak boleh terlepas dari prinsip kebijakan perpajakan yang dikenal dengan istilah Smith’s Canons, adalah: (1) Asas kesamaan dan keadilan atau sesuai dengan kemampuan (equality and equity), (2) Asas kepastian hukum (certainty), (3) Asas kemudahan/kelayakan, cepat dan tepat waktu (convenience), dan (4) Asas ekonomi atau efisiensi biaya (efficiency).


(28)

(Adam Smith (Sommerfeld et al. 1994) dikutip oleh (Timbul Hamonangan Simanjuntak, 2009).

Namun, kebijakan perpajakan yang dianggap baik (adil dan efisien) dapat saja kurang sukses menghasilkan penerimaan atau mencapai sasaran lainnya karena administrasi perpajakan tidak mampu melaksanakannya dan administrasi perpajakan dituntut bersifat dinamik sebagai upaya peningkatan penerapan kebijakan perpajakan yang efektif (Gunadi, 2004).

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Perencanaan Pajak Dan Kebijakan Pajak Berpengaruh Terhadap Sas (Self Assessment System)”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi pada masalah ini adalah : 1. Perencanaan pajak yang dilaksanakan tidak sesuai dengan ketetapan

pemerintah.

2. Kebijakan pajak yang ditetapkan pemerintah tidak dilaksanakan dengan baik.

3. SAS (Self Assessment System) yang dilaksanakan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan yang diharapkan pemerintah.


(29)

1.2.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan : 1. Seberapa besar pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap SAS (Self

Assessment System).

2. Seberapa besar pengaruh Kebijakan Pajak terhadap SAS (Self Assessment System).

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji kembali dan memahami teori-teori dan asumsi dalam data dan informasi yang diperoleh. Serta untuk mengetahui perencanaan pajak dan kebijakan pajak terhadap SAS (Self Assessment System) di KPP Karees, Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dari berbagai masalah yang telah dikemukakan diatas. tujuan peneliti penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Perencanaan Terhadap SAS (Self Assessment System) KPP Karees, Bandung.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System) KPP Karees, Bandung.


(30)

1.4 Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti memiliki kegunaan bagi pihak-pihak yang erat hubungannya dengan penelitian yang dilakukan maupun objek dari penelitian tersebut. Kegunaan tersebut antara lain :

1.4.1 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan akan dapat memecahkan masalah pada penerapan perencanaan pajak yang legal dan tidak melanggar Undang-undang yang berlaku, dan kebijakan-kebijakan tentang perpajakan yang telah dikeluarkan pemerintah agar diterapkan dengan baik oleh wajib pajak sehingga pemungutan pajak yang berdasarkan SAS (Self Assessment System) dapat diterapkan dengan baik guna meningkatkan penerimaan negara khususnya di sektor pajak.

1.4.2 Kegunaan Akademis

1.Bagi Pengembang Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris bahwa perencanaan pajak dan kebijakan pajak berpengaruh terhadap SAS (Self Assessment System).

2.Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji bidang yang sama, sehingga menjadikan hasil penelitian ini sebagai pembanding.


(31)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Mengenai lokasi penelitian yang dipergunakan sebagai tempat peneliti mengadakan penelitian adalah pada KPP Karees, yang berada di Jl. Ibrahim Adjie (d/h Jl. Kiara Condong) No.372, Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian ini dilakukan mulai dari awal September 2013 sampai dengan Januari 2014. Waktu penelitian dirinci dalam tabel berikut :


(32)

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Sep 2013 Okt 2013 Nov 2013 Des 2013 Jan 2014 Feb 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pra Survei :

a. Persiapan Judul

b. Persiapan teori c. Pengajuan Judul d. Mencari Perusahaan 2 Usulan Penelitian:

a. Penulisan UP

b. Bimbingan UP

c. Seminar UP

d. Revisi UP

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

5 Penyusunan Skripsi: a. Bimbingan Skripsi

b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi


(33)

(34)

3.1 Objek Pelitian

Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) dalam Umi Narimawati (2010:29) menerangkan bahwa :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Sedangkan definisi objek penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006:118), menyatakan bahwa :

“Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah di abstraki menjadi suatu konsep atau variabel. Objek penelitian ditemukan melekat pada subjek penelitian”.

Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek penelitian merupakan sesuatu hal yang akan diteliti dengan mendapatkan data untuk tujuan tertentu dan kemudian dapat ditarik kesimpulan.

Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Perencanaan Pajak, Kebijakan Pajak dan SAS (Self Assessment System).


(35)

3.2 Metode Penelitian

Definisi metode penelitian menurut Sugiyono (2011:3) adalah :

“εetode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripstif dan verifikatif. Menurut Sugiyono (2005:21) dalam Umi Narimawati (2010:29) mendefinisikan bahwa metode deskriptif adalah :

“εetode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Sedangkan menurut Masyhuri (2008:45) dalam Umi Narimawati (2010:29) mendefinisikan bahwa metode verifikatif adalah :

“Memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan para ahli, maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan metode penelitian verifikatif. Metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan para ahli mengenai keterkaitan antara perencanaan pajak, kebijakan pajak dan SAS (Self Assessment System). Metode penelitian verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model – SEM) dengan pendekatan Partial Least Square (PLS).


(36)

Pertimbangan menggunakan model ini, karena kemampuannya untuk mengukur konstruk melalui indikator-indikatornya serta menganalisis variabel indikator, variabel laten, dan kekeliruan pengukurannya.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Desain menurut Moh. Nazir (2003:84) dalam Umi Narimawati (2010:30) mendefinisikan bahwa desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalm perencanaan dan pelaksanaan penelitian.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati, dkk (2010:30) adalah :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori; 6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang

digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data;

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Unit analisis/elemen yang digunakan adalah individu, dalam hal ini Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees. Time Horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah one shoot atau cross sectional.


(37)

Definisi One shoot atau cross sectional menurut Uma Sekaran (2006:177) adalah :

“Sebuah studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian”.

Dalam penelitian ini menggunakan metode Explanatory Survey. Adapun definisi Explanatory Survey menurut Suharsimi Arikunto (2006:8) adalah :

“Suatu survey yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel melalui pengujian hipotesis”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian Jenis penelitian Metode yang

digunakan

Unit Analisis Time Horizon

T-1 Deskriptif & verifikatif

Explanatory Survey

Wajib Pajak Orang Pribadi

Cross Sectional

T-2 Deskriptif & verifikatif

Explanatory Survey

Wajib Pajak Orang Pribadi

Cross Sectional

Keterangan :

T-1: Untuk mengetahui pengaruh besarnya perencanaan pajak terhadap SAS (self assessment system) di KPP Karees Bandung, digunakan metode descriptive dan verifikatif.

T-2: Untuk mengetahui pengaruh besarnya kebijakan pajak terhadap SAS (self assessment system) di KPP Karees Bandung, digunakan metode descriptive dan verifikatif.


(38)

3. 3 Operasional Variabel

Menurut Nur Indriantoro (2002:69) dalam Umi Narimawati (2010:31) mendefinisikan operasionalisasi variabel adalah sebagai berikut:

“Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih

baik”.

1. Perencanaan Pajak (X1)

Perencanaan pajak menurut Erly Suandy (2011:6) adalah :

“Langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak”.

2. Kebijakan Pajak (X2)

Kebijakan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:90) adalah :

“Suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan yang memiliki sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi”.

3. Self Assessment System (Y)

Self Assessment System menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:101) adalah :

“Suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya”.


(39)

Untuk mengetahui analisis perencanaan pajak dan kebijakan pajak terhadap self assessment system, maka operasional variabel penelitian dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Definisi skala ordinal menurut Nur Indrianto (2002:98) adalah sebagai berikut :

“Skala Ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan

Variabel Konsep variable Indikator Skala Item

Perencanaan Pajak (X1)

Perencanaan pajak adalah Langkah awal dalam

manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak

Erly Suandy (2011:6)

1. Menganalisis informasi yang ada

2. Mengevaluasi perencanaan pajak

3. Mencari kelemahan rencana pajak

Erly Suandy (2008:13)

Ordinal 1 2 3

Kebijakan Pajak (X2)

Kebijakan pajak merupakan suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan yang memiliki sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi.

Siti Kurnia Rahayu (2010:90)

1. Tujuan (goal) 2. Proposal (plain) 3. Program 4. Keputusan 5. Efek

Siti Kurnia Rahayu (2010:8)

Ordinal 4 5 6 – 7

8 9

SAS (Self Assessment System) (Y)

Suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.

Siti Kurnia Rahayu (2010:101)

1. Menghitung pajak oleh wajib pajak

2. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak 3. Pelaporan yang dilakukan oleh

wajib pajak

Siti Kurnia Rahayu (2010:103)

Ordinal 10 - 11 12 - 13 14 - 15


(40)

Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Menurut Sugiyono (2011 :93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

3. 4 Sumber Data

Data dapat dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Pengertian data primer dan data sekunder menurut Umi Narimawati (2010:21) adalah sebagai beikut:

“Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama,

sedangkan data sekuder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita

tinggal mencari dan mengumpulkan”.

3. 5 Alat Ukur Penelitian 3. 5. 1 Uji Validitas

Menurut Cooper dalam Umi Narimawati (2010:42), validitas adalah :

”Validity is a characteristic of measuraenment concerned with the extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”. Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test


(41)

(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan variabel perencanaan pajak (X1) , kebijakan pajak (X2) dan self assessment system (Y).

Tabel 3.3

Standar Penilaian Untuk Validitas

PENILAIAN VALIDITY

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20

Poor 0,10

(Sumber : Barker et al, 2002:70)

Secara teknis valid tidaknya suatu butir pernyataan dinilai berdasarkan kedekatan jawaban responden pada pernyataan tersebut dengan jawaban responden pada pernyataan lainnya. Nilai jawaban responden diukur menggunakan koefisien korelasi, yaitu melalui nilai korelasi setiap butir pernyataan dengan total butir pernyatan lainnya. Butir pernyataan dinyatakan valid jika memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar atau sama dengan 0,30. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi pearson product moment (r).

Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing pernyataan dengan jumlah skor untuk


(42)

masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment. Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus daripada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

(Sumber : Umi Narimawati, 2010, 42)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson X= Skor item pertanyaan Y= Skor Total item pertanyaan

N= Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrumen

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji coba dengan t (taraf signifikasi 5%)

3. 5. 2 Uji Reabilitas

Menurut Umi Narimawati (2010:43), Uji reabilitas adalah :

“Untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua

belahan instrument”.

Metode yang digunakan untuk uji reabilitas adalah split half methid teknik belah dua. Metode ini menghitung reabilitas daengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar. Cara kerjanya adalah :


(43)

1. Item dibagi dua secara acak, kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan II.

2. Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan II

3. Korelasikan skor total kelompok I dan II 4. Korelasikan skor total kelompok I dan II

5. Hitung angka reabilitas untuk keseluruhan item.

Analisis reliabilitas merupakan salah satu ciri utama instrumen pengukuran yang baik. Reliabilitas sering disebut juga sebagai keterpercayaan, keandalan, keajegan, konsisten dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditujukan oleh suatu angka yang disebut koefesien reliabiltas, walaupun secara teoritis besarnya koefisien berkisar antara 0,00-1,00 dan juga dapat bertanda positif (+) maupuan negatif (-). Dalam hal reliabilitas, koefesien yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien yang positif.

3. 5. 3 Uji MSI (Data Ordinal ke Interval)

Karena penelitian ini menggunakan data ordinal, maka semua data ordinal terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (Harun Al Rasyid, 1994:131). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban, berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pernyataan.


(44)

2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi (p) setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi (f) dengan jumlah responden.

3. Berdasarkan proporsi tersebut untuk setiap pernyataan, dilakukan penghitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban

4. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pernyataan dan setiap pilihan jawaban

5. Menentukan nilai interval rata-rata untuk setiap pilihan jawaban melalui persamaan berikut:

Density at Lower limit – Density at Upper Limit Means of Interval =

Area at Below Density Upper Limit – Area at Below Lower Limit

(Sumber : Umi Narimawati, 2010:47)

Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. Adapun di dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan Additional Instrument (Add-Ins) dari Microsoft Excel 2010.

3. 6 Populasi dan Penarikan Sampel 3. 6. 1 Populasi

Pada umumnya dalam sebuah penelitian para peneliti membutuhkan apa yang disebut populasi. Menurut Umi Narimawati (2008:161), populasi adalah :

“Objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.

Sedangkan menurut Sugiyono (2011:80) mendefinisikan bahwa populasi adalah :


(45)

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak di Karees, khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi. Populasi Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees 78.587 orang.

3. 6. 2 Penarikan Sampel

Definisi sampel menurut Sugiyono (2011:120) adalah :

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi yang banyak, maka harus dilakukan teknik pengambilan sampling yang tepat. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui metode simple random sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Pengertian simple random sampling menurut Sugiyono (2011:126) :

“Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”.

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

N 78.587 78.587

n = n = = = 99,8 = 100 1 + N.e2 1 + 78.587 (10%)2 786,87

(Sumber : Umi Narimawati, 2010:38)

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(46)

Dari perhitungan diatas, diperoleh sempel sebesar 100 responden. Dalam penelitian ini ditetapkan sempel sebesar 70 responden, karena dengan alasan jumlah tersebut dianggap bisa mewakili total populasi yang diambil secara acak.

3. 7 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Kuisioner menurut Umi Narimawati (2010:40), Kuisioner yaitu :

“Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya, Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam

penelitian ini”.

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Metode survei dalam penelitian ini adalah dengan mewawancarai langsung kepada wajib pajak orang pribadi yang ada di KPP Bandung Karees.

Skor atas pilihan jawaban untuk kuisioner yang diajukan untuk pernyataan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Bobot Nilai Kuesioner

Bobot Nilai Kuesioner Pernyataan Kuesioner

5 Sangat Sesuai

4 Sesuai

3 Cukup sesuai

2 Tidak Sesuai

1 Sangat Tidak Sesuai


(47)

3. 8 Metode Pengujian Data 3. 8. 1 Metode Analisis

Metode Analisis menurut Umi Narimawati (2010:41), adalah :

“Proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang telah

diproses dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode verifikatif, sebelum kuisioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristrik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data penelitian.

1. Analisis deskriptif atau Kualitatif

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh perencanan pajak dan kebijakan pajak terhadap self assessment system. Menurut Umi Narimawati (2010:245) Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

a. Indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban yang menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua jawaban responden


(48)

d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan tentang kriteria penilaian sebagai berikut :

(Sumber: Umi Narimawati, 2010:45)

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuisioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Penjelasan bobot nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Kriteria Presentase Tanggapan Responden

No % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00% - 36.00% Tidak Baik 2 36.01% - 52.00% Kurang Baik

3 52.01% - 68.00% Cukup

4 68.01 – 84.00% Baik

5 84.01% - 100% Sangat Baik

(Sumber : Umi Narimawati, 2007:85)

2. Analisis Verifikatif

Analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis pada penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM) yang berbasis component atau variance yang dikenal dengan istilah Partial Least Square (PLS). Alat analisis ini dipilih atas pertimbangan keterbatasan jumlah sampel, dimana jumlah sampel pada penelitian ini hanya 70 orang dan tidak memenuhi syarat menggunakan

Skor aktual

% skor aktual = X 100% Skor ideal


(49)

Structural Equation Modelling (SEM) yang berbasis covariance untuk jenis model second order factor.

Menurut Imam Ghozali (2006:18) partial least square (PLS) adalah :

“εetode analisis yang powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak

asumsi,data tidak harus berdistribusi normal multivariate dan ukuran sampel juga tidak harus besar, walaupun partial least square digunakan untuk mengkonfirmasi teori, tetapi dapat juga digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten”.

Pengujian dengan partial least square (PLS) diterapkan untuk memperoleh hasil pengolahan yang mampu mencapai tujuan penelitian dan membuktikan hipotesis penelitian, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merancang Model Struktural

Model struktural (inner model) pada penelitian ini terdiri dari dua variabel laten eksogen (perencanaan pajak dan kebijakan pajak) dan satu variabel laten endogen (self assessment system). Hubungan antara ketiga variabel laten tersebut berbentuk kausal (sebab akibat) dimana perencanaan pajak mempengaruhi self assessment system, kemudian kebijakan pajak mempengaruhi self assessment system.

2. Merancang Model Pengukuran

Model pengukuran (outer model) adalah model yang menghubungkan variabel laten dengan variabel manifes. Untuk variabel laten perencanaan pajak terdiri dari 3 variabel manifes (menganalisis informasi yang ada, mengevaluasi perencanaan pajak, mencari kelemahan rencanan pajak). Kemudian variabel laten kebijakan pajak dengan 5 variabel manifes (tujuan, proposal, program, keputusan, efek) dan variabel laten self assessment system terdiri dari 3 variabel


(50)

manifes (menghitung pajak oleh wajib pajak, membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak, pelaporan yang dilakukan oleh wajib pajak). Karena setiap variabel laten terdiri dari dimensi dan variabel manifes (observed variables), maka pendekatan PLS yang digunakan adalah second order factor model

3. Mengkonstruksi Diagram Jalur

Hubungan antar variabel pada sebuah diagram alur yang secara khusus dapat membantu dalam menggambarkan rangkaian hubungan sebab akibat antar konstruk dari model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama. Diagram alur menggambarkan hubungan antar konstruk dengan anak panah yang digambarkan lurus menunjukan hubungan kausal langsung dari suatu konstruk ke konstruk lainya. Konstruk eksogen dikenal dengan independent variable yang diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah.

Secara lengkap model srtuktural pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(51)

Keterangan :

1 = Peerencanaan Pajak

2 = Kebijakan Pajak

 = Self Assessment System

= Bobot Faktor Laten Variabel dengan Indikatornya

= Kesalahan Pengukuran Indikator Exogenous Latent Variable = Kesalahan Pengukuran Indikator Endogenous Latent Variable

 = Koefisien Pengaruh Langsung antara Exogenous Latent Variable dan Endogenous Latent Variable

β = Koefisien Pengaruh Langsung antara Endogenous Latent Variable dan Endogenous Latent Variable

Untuk memahami Gambar 3.1 di atas, pada tabel 3.7 berikut dijelaskan mengenai lambang-lambang statistik yang digunakan dalam model struktural.

Tabel 3.6 Lambang Statistik

Lambang Indikator Lambang Variabel

X1.1 Menganalisis informasi yang ada 1 Perencanaan

pajak X1.2 Mengevaluasi perencanaan pajak

X1.3 Mencari kelemahan rencana pajak

X2.1 Tujuan (goal)

2

Kebijakan Pajak X2.2 Proposal (plain)

X2.3 Program

X2.4 Keputusan

X2.5 Efek

Y1 Menghitung pajak oleh wajib pajak dengan benar  Self

Assessment System Y2 Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak

Y3 Pelaporan dilakukan oleh wajib pajak

4. Konversi Diagram Jalur Kedalam Bentuk Persamaan

Formulasi bentuk persamaan struktural sebagai berikut: PP = λ1ξ+

Persamaan pengukuran variabel laten pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Model pengukuran untuk variabel eksogen

X1.1= λ1ξ1+ 1

X1.2= λ2ξ1+ 2

X1.3= λ3ξ1+ 3

X2.1= λ4ξ2+ 4

X2.2= λ5ξ2+ 5

X2.3= λ6ξ2+ 6

X2.4= λ7ξ2+ 7


(52)

2. Model pengukuran untuk variabel endogen Y1= λ11 + 1

Y2= λ12 + 2

Y3= λ13 + 3

Intepretasi model atau hasil pengujian. Pada tahap ini hasil perhitungan di intepretasikan sesuai dengan data teori dan nalar. Keterangan simbol disajikan pada Tabel 3.8 sebagai berikut :

Tabel 3.8 Daftar Simbol

Simbol Keterangan Nama

Δ Measurement Error Exogenous Indikator Delta

Measurement Error Endegenous Indikator Epsilon

ξ Exogenous Latent Variable Ksi

Endegenous Latent Variable Eta

λ Bobot faktor antara latent variable dengan indikatornya Lamda Koefisien pengaruh langsung antara Exogenous Latent Variable dan

Endegenous Latent Variable

Gamma

Koefisien pengaruh langsung antara Endogenous Latent Variable dan Endegenous Latent Variable

Beta

Error pada Endegenous Latent Variable Zeta

(sumber : Imam Ghozali, 2006:248)

5. Estimasi

Estimasi menurut Imam Ghozali (2006:85), pada tahapan ini adalah :

“Nilai ,  dan  yang terdapat pada langkah keempat diestimasi menggunakan program Smart PLS. Dasar yang digunakan untuk dalam etimasi adalah resampling dengan Bootestrapping yang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Tahap pertama dalam estimasi menghasilkan penduga bobot (weight estimate), tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan parameter lokasi (konstanta)”.

6. Uji Kecocokan Model (Goodness of Fit)

Uji kecocokan model pada structural equation modeling melalui pendekatan partial least square terdiri dari dua jenis, yaitu uji kecocokan model pengukuran dan uji kecocokan model struktural.


(53)

Menurut Imam Ghozali (2006:110) Model pengukuran/measurement model (Outer model) dalam dievaluasi dengan convergent validity and discriminan validity., Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antara item score/ component score dengan construct score yang dihitung dengan PLS adalah sebagai berikut :

“Ukuran yang digunakan adalah jika korelasi antara item score/component score dengan construct score angkanya lebih dari 0,7 dikatakan tinggi dan jika angkanya antara 0,4 – 0,6 dikatakan cukup. Discriminan validity melihat bagaimana validitas dari konstruk yang terbentuk dibandingakan dengan konstruk yang lainnya. Discriminan validity dilihat berdasarkan nilai Average Variance Extracted (AVE) dimana direkomendasikan Nilai AVE lebih besar dari 0,5”.

Selanjutnya Menurut Imam Ghozali (2006:212) Evaluasi model pengukuran/measurement model Outer model adalah sebagai berikut :

“Pengukuran/measurement model Outer model juga dapat dilihat dari nilai composite reliability (CR) dimana nilai composite reliability diharapkan lebih besar dari 0,70”.

Menurut Imam Ghozali (2006:99) pada uji kecocokan model struktural terdapat dua ukuran yang sering digunakan, yaitu nilai R-square dan nilai statistik t adalah sebagai berikut :

“R-square untuk konstruk dependen yang menunjukkan besarnya pengaruh/ketepatan konstruk independen dalam mempengaruhi konstruk dependen. Semakin besar nilai R-square berarti semakin baik model yang dihasilkan. Kemudian nilai statistik t yang besar (lebih besar dari 1,96) juga menunjukkan bahwa model yang dihasilkan semakin baik”.


(54)

Ketentuan untuk melihat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel 3.9 dibawah ini.

Tabel 3.8

Tingkat Keeratan Korelasi

No Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan

1 0,000-0,199 Sangat rendah/Sangat Lemah

2 0,200-0,399 Rendah/Lemah

3 0,400-0,599 Sedang/moderat

4 0,600-0,799 Kuat/Erat

5 0,800-1,000 Sangat Kuat/Sangat Erat

(sumber : sugiyono, 2011:250)

3. 8. 2 Pengujian Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:159) mendefinisikan hipotesis adalah :

“Sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Pengujian terhadap hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, yaitu : Perencanaan pajak dan Kebijakan Pajak berpengaruh terhadap Self Assessment System. Persamaan model struktural. Model struktural yang akan diuji digambarkan sebagai berikut.


(1)

http://economy.okezone.com/read/2011/09/30/20/509084/hatta-sensus-pajak-jadi-penentu-policy-pajak.

Ibnu Subiyanto. 2000. Metodologi penelitian. Yogyakarta : UPP AMPYKPN.

Imam Ghozali. 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang.

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. John M. Echols and Hassan Sadily. 2000. Kamus Inggris Indonezia An English-

Indonesia Dictionary. Jakarta: PT. Gramedia.

Juni Pranoto dan Adam I.Indrawijaya. 2011. Strategi Pembaharuan Administrasi dan Manajemen Publik. Bandung: Alfabeta.

Kristina Murphy and Karen Byng. 2002. Preliminary Findings From‘The Australian Tax System Survey Of Tax Scheme Investors’. ISBN 0 642 76839 0, ISSN 1444-8211

Luky Alfirman. 2010. Wah..Isi Penghasilan Wajib Pajak Bisa Dibohongin. Diakses Pada Selasa,

29 Juni 2010 14:50 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2010/06/29/20/347793/wah-isi-penghasilan-wajib-pajak-bisa-dibohongin.

Lyon Susan M. 1996. Intenasional Tax Glossary, 3rd editan, IBFD publications BV.

Maftuchan. 2013. Hanya Pengusaha yang Diuntungkan Paket Kebijakan. Diakses Pada Rabu, 11 September 2013 15:33 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2013/09/11/20/864396/hanya-pengusaha-yang-diuntungkan-paket-kebijakan.

Mansuri, R. 1999. Kebijakan Fiskal. Jakarta : Yayasan Pengembang dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan (YP4).

Manuel Pakpahan. 2010. Pajak Pribadi Juga Harus Jadi Perhatian Kita. Diakses Pada Senin, 4

Januari 2010 08:48 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2010/01/04/315/290545/pajak-pribadi-juga-harus-jadi-perhatian-kita.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Andi Offset Yogyakarta. Moeheriono. 2012. Perencanaan, Aplikasi dan Pengembangan Indikator Kinerja

Utama Bisnis dan Publik. Jakarta: Rajawali Pers

Mohammad Nazir. 2003. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia. Mohammad Zain. 2003. Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat. ______________. 2009. Manajemen Perpajakan, Jakarta : Salemba Empat.

Mohd Rizal Palil. 2010. Tax Knowledge And Tax Compliance Determinants In Self Assessment System In Malaysia.

Nur Hidayat. 2005. Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.

Nur Indriantoro. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Safri Nurmantu. 2003. Pengantar perpajakan. Jakarta : Yayasan Obor.

Peter White, Anne Cronin, Christian Anderson, Dianna Smith. 2004. The Australian Taxation Offi ce’s Management of Aggressive Tax Planning. The Auditor - General, Audit Report No.23 2003–04, Performance Audit - ISSN 1036 – 7632, ISBN 0 642 80750 7

Prasetyo Atmosutidjo. 2013. Pajak UMKM Ancam Pengusaha Kecil. Diakses Pada Rabu, 12 Juni

2013 17:09 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2013/06/12/20/820960/pajak-umkm-ancam-pengusaha-kecil.

Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan 4. Bandung : Alfabeta. Rochmat Soemitro. 1991. Pajak Ditinjau dari Segi Hukum. Bandung : Eresco.

Rusli Yusuf. 2012. Masih Gunakan Sistem Manual - Picu Anjloknya Pendapatan Pajak. Diakses

Pada Jumat, 22 Juni 2012 dari World Wide Web :

http://pajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=10385&Itemid=48. Sakli Anggoro. 2011. Ayo Tertib Pajak. Diakses Pada Rabu, 03 Augustus 2011 dari World Wide


(2)

Pada Jum'at, 06 Juli 2012 11:02 WIB dari World Wide Web : http://economy.okezone.com/read/2012/07/06/20/659650/tolak-bayar-pajak-ancaman-appi-ala-revolusi-prancis.

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia, Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan : Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sophar Lumbantoruan. 1996. Akuntansi Pajak. Jakarta : Grasindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta : Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Syarifudin Hasan. 2013. Menkop Usul Usaha Mikro Tidak Kena Pajak. Diakses Pada Kamis, 10

Januari 2013 16:22 WIB dari World Wide Web :

http://economy.okezone.com/read/2013/01/10/320/744257/menkop-usul-usaha-mikro-tidak-kena-pajak.

Timbul Hamonangan Simanjutak. 2009. Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) dan Bagi Hasil Pajak Dalam Perekonomian Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan Vol.1 No.2 2009.

Tjiptardjo. 2012. Tax Ratio Indonesia 15,7 Persen. Diakses Pada Minggu, 5 Desember 2010

08:59 WIB dari World Wide Web :

http://nasional.kompas.com/read/2010/12/05/08595088/function.simplexml-load-file. Tony Marsyahrul. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta : Grasindo.

Uma Sekaran. 2006. Research Methods For Business, Edisi 4, Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Universitas Komputer Indonesia : Bandung.

_______________.2010. MetodologiPenelitian : Dasar Penyusun Penelitian Ekonomi. Genesis : Jakarta.

Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini, Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah, Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi : Genesis.

Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia (Edisis Keenam). Jakarta : Salemba Empat. ______. 2008. Akuntansi Pajak. Jakarta : Salemba Empat.

Waluyo. dan Wirawan B Ilyas. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Yenni Mangoting. 1999. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999.


(3)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian Jenis penelitian Metode yang

digunakan

Unit Analisis Time Horizon T-1 Deskriptif & verifikatif Explanatory

Survey

Wajib Pajak Orang Pribadi

Cross Sectional T-2 Deskriptif & verifikatif Explanatory

Survey Wajib Pajak Orang Pribadi Cross Sectional Tabel 3.2 Operasional Variabel Tabel 4.1 Karateristik Responden

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 51 72,8 %

Perempuan 19 27, 2 %

Pendidikan Jumlah Persentase

S2 1 1,4 %

S1 26 37,2 %

D3 19 27,2 %

Lain-lain 24 34,2 %

Umur Jumlah Persentase

20 - 30 Tahun 26 37,2 %

31 - 40 Tahun 21 30 %

41 - 50 Tahun 12 17,1 %

51 Tahun Keatas 11 15,7 %

Variabel Konsep variable Indikator Skala Item

Perencanaan Pajak (X1)

Perencanaan pajak adalah Langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak Erly Suandy (2011:6)

1. Menganalisis informasi yang ada

2. Mengevaluasi perencanaan pajak

3. Mencari kelemahan rencana pajak

Erly Suandy (2008:13)

Ordinal 1 2 3

Kebijakan Pajak (X2)

Kebijakan pajak merupakan suatu cara atau alat pemerintah di bidang perpajakan yang memiliki sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonomi. Siti Kurnia Rahayu (2010:90)

1. Tujuan (goal) 2. Proposal (plain) 3. Program 4. Keputusan 5. Efek

Siti Kurnia Rahayu (2010:8)

Ordinal 4 5 6 – 7

8 9

SAS (Self Assessment System) (Y)

Suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Siti Kurnia Rahayu (2010:101)

1. Menghitung pajak oleh wajib pajak

2. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak 3. Pelaporan yang dilakukan

oleh wajib pajak Siti Kurnia Rahayu (2010:103)

Ordinal 10 - 11 12 - 13 14 - 15


(4)

Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Dimensi Perencanaan Pajak

No Indikator

Skor Aktual

Skor

Ideal %

Kategori 1 Menganalisis informasi yang ada 207 350 59.1% Cukup 2 Mengevaluasi perencanaan pajak 260 350 74.3% Baik 3 Mencari kelemahan rencana pajak 198 350 56.6% Cukup

Total 665 1050 63.3% Cukup

Tabel 4.3

Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Dimensi Kebijakan Pajak

No Indikator

Skor Aktual

Skor

Ideal % Kategori

1 Tujuan 214 350 61.1% Cukup

2 Proposal 205 350 58.6% Cukup

3 Program 458 700 65.4% Cukup

4 Keputusan 226 350 64.6% Cukup

5 Efek 213 350 60.9% Cukup

Total 1316 2100 62.7% Cukup

Tabel 4.4

Rekapitulasi Tanggapan Responden Pada Dimensi SAS (Self Assessment System) No Indikator

Skor Aktual

Skor

Ideal % Kategori 1 Menghitung pajak oleh wajib pajak 467 700 66.7% Cukup 2 Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak 459 700 65.6% Cukup 3 Pelaporan yang dilakukan oleh wajib pajak 498 700 71.1% Baik

Total 1424 2100 67.8% Cukup

Gambar 4.2

Diagram jalur model lengkap

Tabel 4.5

Outer Model Variabel Perencanaan Pajak(X1)

Variabel Manifes Loading

Faktor Measurement Model thitung Menganalisis informasi yang ada (X1.1) 0,860 X1.1= 0,860X1+ 0,261 20,666


(5)

Tabel 4.6

Outer Model Variabel Kebijakan Pajak(X2)

Variabel Manifes Loading

Faktor Measurement Model thitung Tujuan (X2.1) 0,919 X2.1= 0.919X2+ 0,156 29,789

Proposal (X2.2) 0,912 X2.2= 0.912X2+ 0,168 28,544

Program (X2.3) 0,820 X2.3= 0.820X2+ 0,328 16,613

Keputusan (X2.4) 0,838 X2.4 = 0.838 X2+ 0,298 19,710

Efek (X2.5) 0,839 X2.5 = 0.839X2+ 0,296 15,898

Tabel 4.7

Outer model variabel SAS (Self Assessment System) (Y) Variabel Manifes Loading

Faktor Measurement Model thitung Menghitung pajak oleh wajib pajak (Y1) 0,886 Y1= 0,886Y+ 0,216 31,725

Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak (Y2) 0,855 Y2= 0,855Y+ 0,269 20,735

Pelaporan yang dilakukan oleh wajib pajak (Y3) 0,908 Y3= 0,908 Y+ 0,176 31,437

Tabel 4.8

Nilai Convergent validity Variabel Perencanaan Pajak, Kebijakan Pajak dan Self Assessment System

Perencanaan Pajak Kebijakan Pajak Self Assessment System

X1.1 0,860 0,542 0,624

X1.2 0,815 0,500 0,530

X1.3 0,864 0,542 0,611

X2.1 0,524 0,919 0,640

X2.2 0,540 0,912 0,646

X2.3 0,567 0,820 0,640

X2.4 0,582 0,838 0,634

X2.5 0,491 0,839 0,659

Y1 0,562 0,661 0,886

Y2 0,633 0,643 0,855

Y3 0,651 0,666 0,908

Tabel 4.9

Nilai Average Variance Extracted (AVE) Variabel laten

Variabel AVE

Perencanaan Pajak(X1) 0,717

Kebijakan Pajak(X2) 0,751

Self Assessment System (Y) 0,780

Tabel 4.10

Nilai Composite Reliability Variabel laten

Variabel Composite Reliability

Perencanaan Pajak (X1) 0,883

Kebijakan Pajak (X2) 0,938

SAS (Self Assessment System) (Y) 0,914 Tabel 4.11

Uji Signifikansi Pengaruh Perencanaan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System)

Koefesien Jalur thitung tkrisis Kesimpulan


(6)

Uji Signifikansi Pengaruh Kebijakan Pajak Terhadap SAS (Self Assessment System)

Koefesien Jalur thitung tkrisis Kesimpulan

0,505 6,327 1,645 Signifikan

Tabel 4.30

Besar Pengaruh Perencanaan Pajak dan Kebijakan Pajak terhadap SAS (Self Assessment System) Variabel Koefesien

Jalur

Pengaruh Langsung

Pengaruh Tidak Langsung

Total

Perencanaan Pajak 0,382 14,6% 12,1% 26,7%

Kebijakan Pajak 0,505 25,5% 12,1% 37,6%


Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh tingkat penghasilan dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan untuk wajib pajak orang pribadi di wilayah Kembangan Jakarta Barat

2 47 67

Analisis persepsi wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan terhadap sunset policy : studi kasus pada KPP pratama Jakarta Kebayoran Lama

0 9 94

Pengaruh pengetahuan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey di KPP Pratama Bandung Karees)

0 5 1

Pengaruh penegakan hukum pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan :(survey wajib pajak orang pribadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees)

8 68 51

Tinjauan atas penerapan self assesment system terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Tegallega

0 9 3

Pengaruh pengetahuan pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan pajak : (survey kasus pada KPP Pratama Bandung Cicadas)

2 17 1

Pengaruh penerapan peraturan perpajakan dan kualitas pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak formal :(survey pada wajib pajak di KPP Pratama Cicadas Bandung)

0 9 1

Pengaruh implementasi kebijakan pajak dan tingkat pengetahuan pajak terhadap kepatuhan pajak : (survey terhadap wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

2 8 80

Pengaruh penagihan pajak dan kualitas pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak : (penelitian pada KPP Pratama Cicadas Bandung)

1 13 62

Pengaruh pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa terhadap pemasukan pajak di KPP Bandung Karees

0 7 45