Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi tungau ektoparasit

(1)

TELAAH KORELASI BAGIAN INTEGUMEN CICAK

TERHADAP DISTRIBUSI TUNGAU EKTOPARASIT

AGUS HERYANTO

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Telaah Korelasi Bagian Integumen Cicak terhadap Distribusi Tungau Ektoparasit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Agus Heryanto


(4)

(5)

ABSTRAK

AGUS HERYANTO. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi tungau ektoparasit. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan ACHMAD FARAJALLAH.

Ektoparasit menginfestasi bagian tubuh tertentu inang untuk dijadikan tempat hidup. Tungau ektoparasit terdistribusi pada bagian tubuh cicak dengan melekat pada bagian integumen cicak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari korelasi antara lapisan integumen luar cicak (panjang hinge/JH dan tebal keratin) terhadap jumlah tungau ektoparasit yang menginfestasi tubuh cicak. Tungau dipreparasi dengan teknik sediaan utuh menggunakan media polifinil alkohol (PVA) untuk memperoleh data jumlah tungau. Integumen cicak dipreparasi dengan teknik sayatan parafin dan pewarnaan dengan hematoksilin-eosin untuk memperoleh data panjang JH dan tebal keratin sisik. Analisis data menggunakan metode korelasi Pearson. Cicak yang ditangkap termasuk jenis Cosymbotus platyurus, Hemidactylus garnotii, H. frenatus, dan Gehyra mutilata. Tungau yang ditemukan termasuk famili Pterygosomatidae dengan genus terbanyak Geckobia. Panjang JH dan tebal keratin pada sisik tuberkal lebih tinggi dari sisik granular pada semua cicak. Panjang JH berkorelasi sangat lemah terhadap jumlah tungau pada G. mutilata dan berkorelasi lemah pada tiga jenis cicak lainnya. Tebal keratin berkorelasi sangat lemah terhadap jumlah tungau pada keempat jenis cicak yang dimaati.

Kata kunci : ektoparasit, korelasi, hinge, keratin

ABSTRACT

AGUS HERYANTO. Correlation study of gecko integument parts toward ectoparasite mites distribution. Supevised by TARUNI SRI PRAWASTI and ACHMAD FARAJALLAH

Ectoparasite infest certain body parts of the host body. Ectoparasite mites distributed in gecko body by sticking to its integument. This research aimed to study the correlation of gecko exterior integument layer (hinge length/JH and keratin thickness) toward the number of mites which infest gecko body. Mites were prepared using whole mount technique using polyvinyl alcohol (PVA) to obtain number of mites data. Gecko integument were prepared using paraffin section method and staining with Hematoxylin-eosin to obtain JH length and keratin scale thickness data. Data were analyzed using Pearson correlation method. Caught geckos were consist of Cosymbotus platyurus, Hemidactylus garnotii, H. frenatus, and Gehyra mutilata species. Caught geckos were categorized into Pterygosomatidae family with Geckobia as the most abundant genus. JH length and keratin thickness on tubercal scale were higher than granular scale in all geckos. JH range was lowly correlated with number of mites in G. mutilata and lowly correlated in the three other species. Keratin thickness was lowly correlated with the number of mites in all four species.


(6)

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

TELAAH KORELASI BAGIAN INTEGUMEN CICAK

TERHADAP DISTRIBUSI TUNGAU EKTOPARASIT

AGUS HERYANTO

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(8)

(9)

Judul : Telaah Korelasi Bagian Integumen Cicak terhadap Distribusi Tungau Ektoparasit

Nama : Agus Heryanto NIM : G34080117

Disetujui oleh :

Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si Pembimbing I

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh :

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. Ketua Departemen


(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak Februari 2012 sampai Oktober 2012, dengan judul Telaah Korelasi Bagian Integumen Cicak terhadap Distribusi Tungau Ektoparasit.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si. dan Bapak Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si. selaku pembimbing atas arahan, masukan dan kesabaran dalam membimbing penulis, serta Ibu Prof. Dr. Anja Meryandini, M.S. sebagai penguji yang telah memberi saran dan masukan. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si yang telah mendanai dan memfasilitasi penelitian ini, Ibu Tini dan Mba Ani atas bantuannya selama proses penelitian. Terima kasih penulis ucapkan kepada Pemda Jawa Barat dan Bank Indonesia yang telah memberikan beasiswa selama proses pendidikan berlangsung.

Ungkapan terima kasih yang terdalam disampaikan kepada kedua orangtua dan keluarga penulis atas doa, kasih sayang, dan keikhlasannya, sahabatku Benny Sobandi, dan Mas Agi atas kepercayaanya. Penulis turut mengucapkan terima kasih kepada sahabat tercinta Agil, Dwi, Iqdam, Roma, Dirga, Anas, Ma’e, Andri, Bu Bebek, W3, Afnan, Miktek’45 (Ammar, Sinta, Puspa, Evi, Aldi, Hafiz), keluarga besar Bio‘45, Lises Gentra Kaheman, Panahan IPB, dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang turut serta membantu penulis dalam penelitian karya ilmiah ini.

Penulis sadar terdapat banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kekurangan yang terdapat di dalam tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 1

Waktu dan Tempat 1

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit 2

Preparat Tungau dan Preparat Integumen Cicak 2

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit 2

Analisis Data 2

HASIL 3

Distribusi dan Identifikasi Cicak 3

Distribusi dan Identifikasi Tungau 3

Lapisan Sisik Cicak 5

Korelasi Panjang JH dan Tebal Keratin terhadap Jumlah Tungau 6

PEMBAHASAN 7

SIMPULAN 8

DAFTAR PUSTAKA 8


(14)

DAFTAR TABEL

1 Kategori interpretasi koefisien korelasi (r) 3 2 Distribusi jumlah individu cicak dari tiga tipe habitat 4 3 Distribusi jumlah tungau pada setiap situs pelekatan 4 4 Korelasi panjang JH dan tebal keratin terhadap jumlah tungau 7

DAFTAR GAMBAR

1 Ciri morfologi tungau dan berbagai kelompok tungau yang

ditemukan 4

2 Struktur dan anatomi integumen sisik cicak 5

3 Perbandingan rerata panjang JH pada sisik granular dan tuberkal

dari 4 jenis cicak 6

4 Perbandingan rerata tebal keratin pada sisik granular dan tuberkal

dari 4 jenis cicak 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perbandingan ciri morfologi tungau ektoparasit pada cicak di

Kalijati, Kabupaten Subang 13

2 Data rerata panjang JH, rerata tebal keratin, dan distribusi jumlah


(15)

1

PENDAHULUAN

Simbiosis adalah interaksi antara dua organisme atau lebih. Interaksi ini dapat bersifat positif, negatif ataupun netral (Goin & Goin 1970). Interaksi antar organisme yang bersifat negatif dikenal sebagai parasitisme. Berdasarkan lokasi keberadaan parasit pada tubuh inang, parasit dapat dikelompokkan sebagai endoparasit yang hidup di dalam tubuh dan ektoparasit yang hidup di luar tubuh. Parasit mendapat keuntungan nutrisi maupun perlindungan habitat dari tubuh inang. Inang dan parasit saling mengembangkan kemampuan diri. Inang mempertebal bagian tubuh, menghasilkan lendir, mengembangkan perilaku, sampai mengembangkan pertahanan tubuh lainnya (Jacobson 2007). Dilain pihak, parasit memodifikasi alat mulut, membentuk agregasi (Bauer et al. 1990), sampai pada mengembangkan perilaku (Walter & Proctor 1999).

Tungau ektoparasit dapat melekat pada berbagai bagian tubuh cicak (Bauer

et al. 1990). Walaupun demikian, ada kecenderungan pelekatan tungau hanya terjadi di bagian tertentu pada tubuh cicak. Situs pelekatan yang dominan diinfestasi tungau dapat berbeda pada setiap jenis cicak. Cicak rumah dari Costa Rica yaitu Hemidactylus mabuia dominan diinfestasi tungau di bagian ketiak dan selangkangan (Rivera et al. 2003). Tungau pada cicak Cosymbotus platyurus

dominan melekat di bagian telinga (Anggraini 2012), sedangkan pada

Hemidactylus garnotii dan Hemidactylus frenatus dominan melekat di bagian jari, (Prawasti 2011).

Tungau dapat melekat dengan cara menusukkan alat mulut pada tubuh cicak ataupun mencengkram dengan cakar. Integumen luar tubuh cicak tersusun oleh kulit yang ditutupi sisik. Keberadaan sisik mempengaruhi situs pelekatan tungau di tubuh cicak. Pertama, tungau melekat di area hinge melalui penetrasi disela penumpukan sisik. Kedua, tungau melekat di area permukaan sisik. Cara pertama dipengaruhi oleh panjang hinge (JH), yaitu jarak pangkal hinge ke bagian terluar sisik sedangkan cara kedua diperkirakan dipengaruhi tebal keratin sisik. Panjang JH dan tebal keratin diperkirakan mempengaruhi jumlah tungau yang menginfestasi pada integumen cicak. Penelitian ini mempelajari pengaruh bagian integumen luar cicak (panjang JH dan tebal keratin sisik) terhadap jumlah tungau ektoparasit yang menginfestasi tubuh cicak.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari hingga Oktober 2012. Sampel cicak dikoleksi dari wilayah Kalijati, Kabupaten Subang. Identifikasi cicak dan tungau serta pembuatan preparat histologi integumen cicak maupun sediaan utuh tungau dilakukan di bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.


(16)

2

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit

Cicak dikoleksi dari pasar, perumahan, dan kebun. Cicak yang berhasil ditangkap kemudian dipingsankan menggunakan eter sebelum diawetkan dengan etanol 70%. Tungau yang menginfestasi integumen cicak dipisahkan berdasarkan situs pelekatannya pada tubuh cicak, yaitu lipatan mata (Am), kepala (A), telinga (B), ketiak (C), badan (D), paha (E), ekor (F), kaki depan (G), kaki belakang (H), dan lamela jari depan dan belakang (Pad).

Preparat Tungau dan Preparat Integumen Cicak

Tungau dipreparasi dengan teknik sediaan utuh menggunakan media perekat polifinil alkohol (Zhang 2003). Preparasi tungau bertujuan memperoleh data morfologi dan jumlah tungau yang menginfestasi cicak. Selain itu, integumen cicak pada situs penempelan tungau dipreparasi untuk pengamatan histologi mengikuti metode Gordon dan Bradbury (1990). Semua integumen cicak di bagian yang terinfestasi tungau dibuat preparat kecuali bagian telinga dan lamela jari. Cicak utuh difiksasi dengan larutan FAAAC (Fomalin asam asetat glasial akuades CaCl2.2H2O) selama 24 jam. Selanjutnya integumen cicak dipotong

sebesar 0.5 x 0.5 cm. Potongan integumen diambil dari sepuluh situs pelekatan tungau di bagian dorsal dan ventral tubuh cicak, selanjutnya potongan integumen difiksasi kembali dengan FAAAC selama 24 jam. Sampel didehidrasi dengan etanol bertingkat (30%-100%), penjernihan dengan xilol, infiltrasi dan diblok dengan parafin yang memiliki titik lebur 540-560C. Blok parafin disayat dengan tebal 6 µ m. Hasil sayatan diwarnai dengan teknik pewarnaan ganda Hematoksilin-Eosin. Beberapa karakter integumen yang diukur adalah panjang hinge (JH), yaitu jarak pangkal hinge ke bagian terluar sisik dan tebal lapisan keratin.

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit

Cicak diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Rooij (1915) dan Saepudin (2004). Tungau diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan Lawrence (1936) hingga tingkat genus. Tungau yang termasuk genus Geckobia dikelompokkan mengikuti Prawasti (2011).

Analisis Data

Panjang hinge dan tebal keratin sebagai variabel bebas dikorelasikan dengan jumlah tungau sebagai variabel respon menggunakan analisis korelasi bivariat Pearson dari program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0. Interpretasi koefisien korelasi mengikuti Sarwono (2009) disajikan dalam Tabel 1.


(17)

3 Tabel 1 Kategori interpretasi koefisien korelasi (r)

r (+/-) Kategori

0 Tidak ada korelasi

0.00 – 0.25 Korelasi sangat lemah 0.25 – 0.50 Korelasi lemah 0.50 – 0.75 Korelasi kuat 0.75 – 0.99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

HASIL

Distribusi dan Identifikasi Cicak

Cicak yang berhasil dikoleksi sebanyak 126 individu. Sebanyak 46 individu berasal dari wilayah pasar, 57 individu dari wilayah perumahan, dan 23 individu dari wilayah kebun. Hasil identifikasi menemukan 4 jenis cicak, yaitu C. platyurus, H. garnotii, H. frenatus, dan Gehyra mutilata. Pada semua habitat yang dilakukan sampling ditemukan C. platyurus dan H. garnotii sedangkan dua jenis cicak lainnya terdistribusi lebih sempit. Cicak H. frenatus ditemukan di pasar dan rumah sedangkan G. mutilata hanya ditemukan di kebun (Tabel 2).

Distribusi dan Identifikasi Tungau

Total tungau yang berhasil dipreparasi sebanyak 789 individu. Tungau pada

C. platyurus berjumlah 178 individu yang dominan menginfestasi telinga. Jumlah terbanyak ditemukan pada H. garnotii, yaitu 555 individu yang dominan menginfestasi jari belakang. Tungau pada H. frenatus berjumlah 32 individu dengan infestasi tertinggi pada jari belakang. G. mutilata diinfestasi 24 individu tungau yang dominan menginfestasi telinga (Tabel 3).

Identifikasi dan pengelompokan hanya dilakukan pada tungau dewasa sebanyak 456 individu. Seluruh tungau yang diidentifikasi dapat dikelompokkan ke dalam famili Pterygosomatidae. Ciri pembeda anggota famili ini dari famili yang lain adalah tubuh terdiri atas gnatosoma dan idiosoma, terdapat palpi dan kelisera pada bagian gnatosoma, adanya cakar pada palpi, cakar memiliki beberapa pasang rambut tenant dan tidak adanya genital acetabula (Gambar 1)

Identifikasi lebih lanjut sampai ke genus mendapatkan bahwa 445 individu dikelompokkan ke dalam genus Geckobia dan 11 individu sisanya belum dapat diidentifikasi sebagai Geckobia. Beberapa karakter identifikasi yang ada di idiosoma tidak bisa diamati dengan jelas akibat idiosoma berwarna hitam. Ciri anggota genus Geckobia adalah skutum pada bagian dorsal idiosoma serta koksa tungkai 1 menyatu dengan 2 dan tungkai 3 menyatu dengan 4 (Gambar 1). Identifikasi sampai tingkat spesies dilakukan dengan pengelompokan karakter pembeda dari morfologi tungau yang dimaati. Karakter pembeda tersebut adalah bentuk dan ukuran (tubuh, tungkai, seta dan spur), jumlah spur dan seta pada


(18)

4

koksa serta perbandingan panjang tungkai dengan tubuh (lampiran 1). Hasil pengelompokan diperoleh 7 kelompok spesies Geckobia yaitu, Geckobia sp.1 (G1), Geckobia sp.4 (G4), Geckobia sp.5 (G5), Geckobia sp.6 (G6), Geckobia

sp.7 (G7), Geckobia sp.10 (G10), dan Geckobia sp.13 (G13) (Gambar 1). Tabel 2 Distribusi jumlah individu cicak dari tiga tipe habitat

Cicak Pasar Rumah Kebun Total

C. platyurus 42 54 12 108

H. garnotii 04 02 07 013

H. frenatus 00 01 02 003

G. mutilata 00 00 02 002

Tabel 3 Distribusi jumlah tungau pada setiap situs pelekatan

Cicak Situs Σ Rerata

Am A B C D E F G H Pad

C. platyurus 8 * 79 07 10 024 05 004 030 * 178 02

H. garnotii * * 01 17 * 127 20 121 233 36 555 43

H. freatus * * * * * 017 01 008 016 * 032 11

G. mutilata * * 19 01 * * 04 * * * 024 12

Lipatan mata (Am), kepala (A), telinga (B), ketiak (C), badan (D), paha (E), ekor (F), kaki depan (G), kaki belakang (H), dan lamela jari depan dan belakang (Pad). Tidak ditemukan tungau (*)

Gambar 1 Ciri morfologi tungau dan berbagai kelompok tungau yang ditemukan. Geckobia (G), belum teridentifikasi (UI). Skala bar (200 µm).


(19)

5

Lapisan Sisik Cicak

Integumen bagian dorsal tubuh cicak tersusun atas sisik granular (Gambar 2a-b) sedangkan bagian ventral tersusun atas sisik tuberkal (Gambar 2c-d). Lapisan integumen sisik cicak terdiri atas lapisan dermis dan epidermis (Gambar 2f). Bagian epidermis terdiri atas empat lapisan, yaitu β-layer, α-layer, suprabasal, dan basal. β-layer dan α-layer merupakan lapisan epidemis yang dominan tersusun dari keratin. Lapisan suprabasal dan basal adalah lapisan dasar pada jaringan epidermis.

Berdasarkan dua karakter sisik yang diukur, rerata JH dan tebal keratin dari empat jenis cicak yang diamati memiliki kesamaan. Rerata JH dan tebal keratin pada sisik granular relatif lebih pendek dibandingkan dengan sisik tuberkal (Gambar 3 dan 4). Panjang JH berbeda pada keempat spesies cicak. Kisaran JH C. platyurus 24.2-77.5 µm dengan rerata JH ±34.5 µm, JH H. garnotii berkisar 18.3-63.3 µm dengan rerata ±31.5 µm, JH H. frenatus berkisar 18.3-55.0 µm dengan rerata ±31.3 µm, dan JH G. mutilata 17.5-45.8 µmdengan rerata ±28.5 µm. Tebal keratin pada keempat spesies cicak juga menunjukan perbedaan. Tebal keratin C. platyurus berkisar 6.0-11.7 µm dengan rerata ±8.3 µm, tebal keratin H. garnotii

berkisar 3.0-12.8 µm dengan rerata ±7.3 µm tebal keratin H. frenatus berkisar 5.3-11.0 µm dengan rerata ±7.7 µm sedangkan tebal keratin G. mutilata berkisar 5.0-13.7 µm dengan rerata ±9.4 µm.

Gambar 2 Struktur dan anatomi integumen sisik cicak. Sisik granular (a), sayatan melintang sisik granular (b), sisik tuberkal (c), sayatan melintang sisik tuberkal (d), komponen pengukuran pada sayatan integumen sisik (e), lapisan sisik cicak (f), tebal keratin (TK), jarak

hinge ke bagian luar sisik (JH), β-layer (β), α-layer (α), suprabasal (SB), basal (B), dermis (D).


(20)

6

Gambar 3 Perbandingan rerata panjang JH pada sisik granular dan tuberkal dari 4 jenis cicak. C. platyurus (Cp), H. garnotii

(Hg), H. frenatus (Hf), G. mutilata (Gm).

Gambar 4 Perbandingan rerata tebal keratin pada sisik granular dan tuberkal dari 4 jenis cicak. C. platyurus (Cp), H. garnotii

(Hg), H. frenatus (Hf), G. mutilata (Gm).

Korelasi Panjang JH dan Tebal Keratin terhadap Jumlah Tungau

Nilai korelasi antara JH terhadap jumlah tungau pada empat jenis cicak termasuk kategori korelasi sangat lemah sampai lemah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r < 0.5 dengan nilai signifikansi di atas taraf standar 5% (α > 0.05). Hal ini juga tidak berbeda dengan korelasi tebal keratin terhadap jumlah tungau berkorelasi sangat lemah (r < 0.25) dengan nilai signifikansi di atas taraf standar 5% (α > 0.05). Arah hubungan korelasi antar variabel memiliki arah berlawanan yang ditandai negatif (-) pada nilai r, hanya nilai r pada H. frenatus yang berkorelasi searah yang ditandai positif (+) (Tabel 4).


(21)

7 Tabel 4 Korelasi panjang JH dan tebal keratin terhadap jumlah tungau

Cicak JH Keratin

r α r α

C. platyurus -0.424 0.194 -0.156 0.648

H. garnotii -0.254 0.451 -0.192 0.571

H. frenatus -0.316 0.343 0.102 0.766

G. mutilata -0.106 0.757 -0.149 0.662

Koefisien korelasi (r), koefisien signifikansi (α). Data rerata panjang JH, rerata tebal keratin, dan distribusi jumlah tungau di lampiran 2.

PEMBAHASAN

Cicak yang diperoleh dari wilayah Kalijati adalah C. platyurus, H. garnotii, H. frenatus, dan G. mutilata. Seluruh jenis cicak yang diperoleh merupakan cicak yang umum ditemukan di dekat pemukiman manusia (Rooij 1915). C. platyurus

merupakan jenis dominan di wilayah Kalijati. Dominansi C. platyurus juga terjadi di wilayah Bogor, Cianjur, Tanggerang, Pekalongan, Tuban, dan Lamongan (Saepudin 2004; Prawasti 2011; Abdussalam 2012; Anggraini 2012). Cicak H. garnotii, H. frenatus, dan G. mutilata inferior terhadap C. platyurus di wilayah Kalijati.

Seluruh tungau dewasa yang menginfestasi cicak dari Kalijati termasuk Famili Pterygosomatidae. Tungau dengan idiosoma berwarna hitam yang belum berhasil didentifikasi masih bisa dikelompokkan sebagai famili Pterygosomatidae karena ujung jari dilengkapi dengan cakar dan beberapa pasang rambut tenant,

dan genital acetabula tidak ditemukan. Satu kelompok spesies Geckobia (G13) yang berbeda dari 12 kelompok yang telah ditemukan memiliki ciri khusus terdapat ornamen seperti lipatan pada bagian lateral idiosoma, ukuran kelisera yang lebih panjang dari kelompok lainnya (110-112 µm), dan tidak memiliki seta pada palpi tibia.

Semua bagian tubuh cicak berpeluang diinfestasi tungau. Dominansi pelekatan tungau pada tubuh cicak disebabkan dua hal. Pertama, situs pelekatan menjadi tempat berlindung bagi tungau dari segala gangguan yang dapat menyebabkan tungau terlepas dari tubuh cicak, seperti bagian telinga dan jari. Kedua, ukuran JH yang pendek akan memudahkan tungau melekat baik tahap pradewasa maupun dewasa.

Nilai koefisien (r) panjang JH lebih tinggi dibandingkan dengan koefisien korelasi tebal keratin. Hal tersebut menggambarkan bahwa distribusi tungau lebih dipengaruhi panjang JH dibandingkan tebal keratin. Bragulla dan Homberger (2009) menyatakan bahwa kandungan gugus S (belerang) yang tinggi pada β -keratin membuat lapisan beta (β-layer) menjadi keras dan kompak. Sifat permukaan sisik yang keras membuat tungau sulit melekat pada sisik. Distribusi tungau pada jenis sisik pada penelitian ini belum dapat tergambar oleh pengaruh parameter panjang JH dan tebal keratin karena tingkat korelasi lemah (r < 0.5).


(22)

8

SIMPULAN

Cicak yang ditemukan sebanyak empat jenis yaitu C. platyurus, H. garnotii, H. frenatus, dan G. mutilata. Tungau pada keempat spesies cicak termasuk dalam famili Pterygosomatidae. Tungau pada C. platyurus dan G. mutilata dominan menginfestasi bagian telinga, sedangkan H. garnotii, dan H. frenatus dominan menginfestasi bagian jari. Panjang JH berkorelasi sangat lemah terhadap jumlah tungau pada G. mutilata dan berkorelasi lemah pada tiga jenis cicak lainnya. Tebal keratin berkorelasi sangat lemah terhadap jumlah tungau pada keempat jenis cicak yang dimaati.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di

perumahan dan pasar di Kota Tanggerang [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Bauer AM, Russel AP, Dollahon NR. 1990. Skin folds in the gekkonid lizard genus Rhacodactylus: a natural test of the damage limitation hypothesis of mite pocket function. Can J. Zool 68:1196-1201.

Bragulla HH, Homberger DG. 2009. Structure and functions of keratin proteins in simple, stratified, keratinized and cornified epithelia. J. Anat. 214:516–559. Goin GJ, Goin OB. 1970. Introduction to Herpetology. 2th ed. New York (US): J

Wiley.

Gordon KC, Bradburry P. 1990. Microanatomy and Paraffin Section. Di dalam : Brackoft JD, Steven A. editor. Theory and Practice of Histological Techniques. Ed ke-3. London (GB) : Churchil & Livingstone.

Jacobson ER. 2007. Infectious Diseases and Pathology of Reptiles : Color Atlas and Text. Florida (US) : CRC Pr.

Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. 2th ed. Covallis (US): Oregon Univ Pr. Lawrence RF. 1936. The prostigmatic mites of South African lizard. Parasitology

28:1-39.

Prawasti TS. 2011. Distribusi dan keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak di Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia

(Sauria: Gekkonidae), Host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean and South America. Caribbean J Sci 39:321-326.


(23)

9 Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia.

Chelonia. Emydosauria. Leiden (NL): EJ. Brill.

Saepudin A. 2004. Beberapa jenis cicak dan tokek (famili Gekkonidae) di wilayah Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sarwono J. 2009. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik menggunakan SPSS 16. Yogyakarta (ID): Andi Pub.

Walter DE, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology, Evolution, and Behaviour. Wallingford (NZ): CABI.

Zhang ZQ. 2003. Mites of Greenhouses: Identification, Biology, and Control.


(24)

10


(25)

1


(26)

2


(27)

13

13 Lampiran 1 Perbandingan ciri morfologi tungau ektoparasit pada cicak di Kalijati, Kabupaten Subang

No Pembanding G1 G4 G5 G6 G7 G10 G13 UI

1 Bentuk tubuh Membulat &

rata (lateral) Membulat & rata (lateral) Membulat & rata (lateral) Membulat & terdapat lipatan (lateral) Membulat & rata (lateral) Membulat & terdapat lipatan (lateral) Membulat & terdapat lipatan (lateral) Lonjong ke posterior & rata

(lateral)

2 Ukuran (µm) p 400-410 240-260 550-630 490-540 590-680 400-450 510-600 460-600

l 300-320 160-180 460-530 390-450 460-550 320-360 360-460 350-500

3 Skutum dorsal ada ada ada ada ada ada ada ?????

4 Motif kutikula Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate

5

Seta Dorsal (µm)

anterior 37.5 – 47.5

Serrete Tidak ada

32.5 – 37.5

Serrete Tidak ada

30 - 35

Serrete

32.5 – 40

Pilose

27.5 – 50

Serrete

25 – 35

Serrete

medium 37.5 – 52.5

Serrete

35 - 50

Serrete

37.5 - 40

Serrete

20 - 50

Pilose

30 - 50

Serrete

30 – 50

Pilose

25 - 50

Serrete

25 - 35

Serrete

posterior 35 - 70

Serrete

40 - 50

Serrete

37.5 – 77.5

Serrete

20 - 60

Pilose

37.5 – 62.5

Serrete

37.5 – 62.5

Pilose

32.5 – 62.5

Serrete

60 -72.5

Serrete

6 Seta ventral (µm) 35 - 50 12.5 - 40 25 – 67.5 12.5 – 52.5 15 – 62.5 25 – 62.5 20 - 65 30 -50 Serrete Serrete Serrete Pilose Serrete Pilose Serrete Serrete

7

Gnatosoma

Ukuran kelisera (µm) 57 - 62 47 - 50 50 - 62 55 - 92 100- 137 6 5 - 75 110 - 112 82 - 112

Seta palpi tibia Serrete Serrete Pilose Serrete Simple Pilose Tidak ada Serrete tipis

Spur palpi tibia Tidak ada Pilose Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

8

Tungkai 1 & 2

Seta pada koksa 2 - Simple Tidak ada 2 - Simple 1 - Simple 2 - Simple 1 - Simple 2 - Simple 2 - Simple Spur pada koksa 4 - Serrete 2 - Pilose 2 - Serrete 2 - Pilose 2 - Serrete 2 - Pilose 2 - Pilose 4 - Pilose Spur trochanter

Tungkai 1 Tidak ada Tidak ada Serrete Tidak ada Tidak ada Pilose Tidak ada Pilose

Tungkai 2 Tidak ada Tidak ada Serrete Serrete Tidak ada Pilose Tidak ada Pilose

9 Tungkai 3 & 4

Σ Spur pada koksa 3 - Serrete 2 - Pilose 7 - Serrete 4 - Pilose 4 - Serrete 5 - Pilose 4 - Pilose 4 - Pilose Spur trochanter

tungkai 3 &4 Tidak ada Tidak ada Serrete Serrete Tidak ada Pilose Tidak ada Pilose

10

Perbandingan tungkai

Tungkai 4 vs P. Tubuh 1 : 2.3 1 : 1.2 1 : 2.6 1 : 1.9 1 : 2.6 1 : 1.9 1 : 2.1 1 : 2.7

Tungkai 1 vs tungkai 4 1 : 1.0 1 : 1.3 1 : 1.4 1 : 1.6 1 : 1.1 1 : 1.4 1 : 1.3 1 : 1.1


(28)

14

14

Lampiran 2 Data rerata panjang JH, rerata tebal keratin, dan distribusi jumlah tungau.

Sisik Situs C. Platyurus H. garnotii H. frenatus G. mutilata

JH 0K JT JH K JT JH K JT JH K JT

G

ra

nul

ar

Am 29.17 07.33 18 18.33 03.00 00 18.33 07.33 0 18.33 06.33 0

A 29.17 06.00 00 20.00 10.67 00 25.83 08.00 0 19.17 06.67 0

D 25.83 06.33 10 23.33 05.33 00 21.67 05.33 0 45.83 08.67 0

E 34.17 08.83 19 21.67 04.00 94 19.58 06.50 5 26.67 07.17 4

F 39.17 09.00 05 35.00 06.33 20 30.00 08.33 1 28.33 11.33 0

Rataan 31.50 07.50 52* 23.67 05.87 114* 23.08 07.10 6* 27.67 08.03 4*

T

ube

rka

l

A 33.33 06.67 00 30.00 09.33 00 35.00 05.33 0 26.67 11.00 0

C 32.08 08.50 07 38.33 12.67 17 45.83 11.00 0 24.17 13.67 1

D 35.83 08.33 00 63.33 09.67 00 55.00 06.00 0 42.50 12.33 0

E 33.33 11.00 05 19.58 06.67 33 23.75 06.33 2 31.67 11.00 0

F 77.50 11.67 00 52.50 08.33 00 50.00 10.00 0 33.33 11.33 0

GH 24.17 07.67 35 23.33 06.67 354 22.50 08.33 24 17.50 05.00 0

Rataan 40.58 09.43 47* 39.42 08.80 404* 39.42 08.33 26* 29.83 10.67 1*

non sisik

B - - 79* - - 1* - - 0* - - 19*

Pad - - 0* - - 36* - - 0* - - 0*

Lipatan mata (Am), kepala (A), telinga (B), ketiak (C), badan (D), paha (E), ekor (F), kaki depan (G), kaki belakang (H), dan lamela jari depan dan belakang (Pad), jarak hinge dalam µ m (JH), tebal keratin dalam µm (TK), jumlah tungau (JT), jumlah total tungau (*).


(29)

1

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Agustus 1987 dan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Penulis merupakan anak dari M. Yusup dan Nuryana. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 1 Pacet pada tahun 2003 dan SMAN 1 Sukaresmi pada tahun 2006. Tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menempuh pendidikan strata-1 di IPB, penulis aktif dibeberapa organisasi Kemahasiswaan, yaitu Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, Panahan IPB dan Generasi Bank Indonesia. Selain itu, penulis juga pernah menjadi delegasi IPB dalam kegiatan “Sparkling Indonesia” di University Sains Malaysia. Pengalaman menjadi asisten praktikum dibeberapa mata kuliah ditingkat Diploma dan Strata-1 pernah dirasakan penulis antara lain Biologi Dasar, Ekologi Dasar, Avertebrata, Ilmu Lingkungan, dan Mikroteknik.

Beberapa pengalaman penelitian penulis adalah melakukan kegiatan studi lapangan pada tahun 2009 di Pantai Pananjung Pangandaran dengan judul Kelenjar Garam dan Dominansi terhadap Tanaman di bawah bimbingan Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si. Selain itu penulis melakukan kegiatan praktik lapangan pada tahun 2011 di Sukaresmi, Cianjur dengan judul Pengelolaan Produksi Tanaman Hias di PT Bina Usaha Flora Divisi Ornamental di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Soni Suharsono, DEA.


(1)

10


(2)

1


(3)

2


(4)

13

13 Lampiran 1 Perbandingan ciri morfologi tungau ektoparasit pada cicak di Kalijati, Kabupaten Subang

No Pembanding G1 G4 G5 G6 G7 G10 G13 UI

1 Bentuk tubuh Membulat &

rata (lateral) Membulat & rata (lateral) Membulat & rata (lateral) Membulat & terdapat lipatan (lateral) Membulat & rata (lateral) Membulat & terdapat lipatan (lateral) Membulat & terdapat lipatan (lateral) Lonjong ke posterior & rata

(lateral)

2 Ukuran (µm) p 400-410 240-260 550-630 490-540 590-680 400-450 510-600 460-600

l 300-320 160-180 460-530 390-450 460-550 320-360 360-460 350-500

3 Skutum dorsal ada ada ada ada ada ada ada ?????

4 Motif kutikula Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate

5

Seta Dorsal (µm)

anterior 37.5 – 47.5

Serrete Tidak ada

32.5 – 37.5

Serrete Tidak ada

30 - 35

Serrete

32.5 – 40

Pilose

27.5 – 50

Serrete

25 – 35

Serrete

medium 37.5 – 52.5

Serrete

35 - 50

Serrete

37.5 - 40

Serrete

20 - 50

Pilose

30 - 50

Serrete

30 – 50

Pilose

25 - 50

Serrete

25 - 35

Serrete

posterior 35 - 70

Serrete

40 - 50

Serrete

37.5 – 77.5

Serrete

20 - 60

Pilose

37.5 – 62.5

Serrete

37.5 – 62.5

Pilose

32.5 – 62.5

Serrete

60 -72.5

Serrete

6 Seta ventral (µm) 35 - 50 12.5 - 40 25 – 67.5 12.5 – 52.5 15 – 62.5 25 – 62.5 20 - 65 30 -50

Serrete Serrete Serrete Pilose Serrete Pilose Serrete Serrete

7

Gnatosoma

Ukuran kelisera (µm) 57 - 62 47 - 50 50 - 62 55 - 92 100- 137 6 5 - 75 110 - 112 82 - 112

Seta palpi tibia Serrete Serrete Pilose Serrete Simple Pilose Tidak ada Serrete tipis

Spur palpi tibia Tidak ada Pilose Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

8

Tungkai 1 & 2

Seta pada koksa 2 - Simple Tidak ada 2 - Simple 1 - Simple 2 - Simple 1 - Simple 2 - Simple 2 - Simple

Spur pada koksa 4 - Serrete 2 - Pilose 2 - Serrete 2 - Pilose 2 - Serrete 2 - Pilose 2 - Pilose 4 - Pilose

Spur trochanter

Tungkai 1 Tidak ada Tidak ada Serrete Tidak ada Tidak ada Pilose Tidak ada Pilose

Tungkai 2 Tidak ada Tidak ada Serrete Serrete Tidak ada Pilose Tidak ada Pilose

9 Tungkai 3 & 4

Σ Spur pada koksa 3 - Serrete 2 - Pilose 7 - Serrete 4 - Pilose 4 - Serrete 5 - Pilose 4 - Pilose 4 - Pilose

Spur trochanter

tungkai 3 &4 Tidak ada Tidak ada Serrete Serrete Tidak ada Pilose Tidak ada Pilose

10

Perbandingan tungkai

Tungkai 4 vs P. Tubuh 1 : 2.3 1 : 1.2 1 : 2.6 1 : 1.9 1 : 2.6 1 : 1.9 1 : 2.1 1 : 2.7

Tungkai 1 vs tungkai 4 1 : 1.0 1 : 1.3 1 : 1.4 1 : 1.6 1 : 1.1 1 : 1.4 1 : 1.3 1 : 1.1


(5)

14

14

Lampiran 2 Data rerata panjang JH, rerata tebal keratin, dan distribusi jumlah tungau.

Sisik Situs C. Platyurus H. garnotii H. frenatus G. mutilata

JH 0K JT JH K JT JH K JT JH K JT

G

ra

nul

ar

Am 29.17 07.33 18 18.33 03.00 00 18.33 07.33 0 18.33 06.33 0 A 29.17 06.00 00 20.00 10.67 00 25.83 08.00 0 19.17 06.67 0 D 25.83 06.33 10 23.33 05.33 00 21.67 05.33 0 45.83 08.67 0

E 34.17 08.83 19 21.67 04.00 94 19.58 06.50 5 26.67 07.17 4

F 39.17 09.00 05 35.00 06.33 20 30.00 08.33 1 28.33 11.33 0

Rataan 31.50 07.50 52* 23.67 05.87 114* 23.08 07.10 6* 27.67 08.03 4*

T

ube

rka

l

A 33.33 06.67 00 30.00 09.33 00 35.00 05.33 0 26.67 11.00 0

C 32.08 08.50 07 38.33 12.67 17 45.83 11.00 0 24.17 13.67 1

D 35.83 08.33 00 63.33 09.67 00 55.00 06.00 0 42.50 12.33 0

E 33.33 11.00 05 19.58 06.67 33 23.75 06.33 2 31.67 11.00 0

F 77.50 11.67 00 52.50 08.33 00 50.00 10.00 0 33.33 11.33 0

GH 24.17 07.67 35 23.33 06.67 354 22.50 08.33 24 17.50 05.00 0 Rataan 40.58 09.43 47* 39.42 08.80 404* 39.42 08.33 26* 29.83 10.67 1*

non sisik

B - - 79* - - 1* - - 0* - - 19*

Pad - - 0* - - 36* - - 0* - - 0* Lipatan mata (Am), kepala (A), telinga (B), ketiak (C), badan (D), paha (E), ekor (F), kaki depan (G), kaki belakang (H), dan lamela jari depan dan belakang (Pad), jarak hinge dalam µ m (JH), tebal keratin dalam µm (TK), jumlah tungau (JT), jumlah total tungau (*).


(6)

1

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Agustus 1987 dan merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Penulis merupakan anak dari M. Yusup dan Nuryana. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMPN 1 Pacet pada tahun 2003 dan SMAN 1 Sukaresmi pada tahun 2006. Tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menempuh pendidikan strata-1 di IPB, penulis aktif dibeberapa organisasi Kemahasiswaan, yaitu Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, Panahan IPB dan Generasi Bank Indonesia. Selain itu, penulis juga pernah menjadi delegasi IPB dalam kegiatan “Sparkling Indonesia” di University Sains Malaysia. Pengalaman menjadi asisten praktikum dibeberapa mata kuliah ditingkat Diploma dan Strata-1 pernah dirasakan penulis antara lain Biologi Dasar, Ekologi Dasar, Avertebrata, Ilmu Lingkungan, dan Mikroteknik.

Beberapa pengalaman penelitian penulis adalah melakukan kegiatan studi lapangan pada tahun 2009 di Pantai Pananjung Pangandaran dengan judul Kelenjar Garam dan Dominansi terhadap Tanaman di bawah bimbingan Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si. Selain itu penulis melakukan kegiatan praktik lapangan pada tahun 2011 di Sukaresmi, Cianjur dengan judul Pengelolaan Produksi Tanaman Hias di PT Bina Usaha Flora Divisi Ornamental di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Soni Suharsono, DEA.