Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Cianjur

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA
CICAK DI KABUPATEN CIANJUR

RIZQI AMMAR ABDDUSSALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK
RIZQI AMMAR ABDUSSALAM. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak
di Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN.
Tungau ektoparasit merupakan organisme parasit yang hidup pada permukaan inangnya,
menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit, atau sekresi kulit. Penelitian ini
bertujuan untuk inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di beberapa wilayah
Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2012 sampai Juli 2012.
Cicak dan tungau dikoleksi dan diawetkan dalam alkohol 70%. Seluruh tungau dijadikan sediaan
utuh dengan menggunakan media polivinil alkohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
tiga spesies cicak (Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan Gehyra mutilata) yang

terinfestasi oleh tungau Gekobia. Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan tujuh tungau spesies
baru Gekobia (G4, G5, G6, G7, G10, G11, dan G12). Analisis keberadaan tungau dilakukan
dengan menghitung nilai prevalensi (P), intensitas infestasi rata-rata (I), dan intensitas total (It ).
Prevalensi pada cicak C. platyurus (P=74,38%) lebih tinggi dibandingkan dengan G. mutilata
(P=50%) dan H. frenatus (P=33,33%), sedangkan intensitas infestasi rata-rata (I) dan intensitas
total (It ) tertinggi ditemukan pada G. mutilata (I=10 dan It =11). Tungau Geckobia G4 dan
Geckobia G10 ditemukan hanya pada cicak C. platyurus; Geckobia G5 dan Geckobia G12
ditemukan pada cicak C. platyurus dan G. mutilata; Geckobia G6 ditemukan pada seluruh cicak
yang terinfestasi; Geckobia G7 ditemukan pada cicak C. platyurus dan H. frenatus; dan Geckobia
G11 ditemukan pada cicak H. frenatus dan G. mutilata. Dapat disimpulkan bahwa ketujuh tungau
spesies baru tidak memiliki pola distribusi yang spesifik terhadap inangnya.
Kata kunci: tungau, ektoparasit, cicak, Geckobia, spesies baru, Famili Pterygosomatidae

ABSTRACT
RIZQI AMMAR ABDUSSALAM. Inventarisation and Identification of Ectoparasites Mite on
Gecko at Cianjur. Surprised by TARUNI SRI PRAWASTI and RIKA RAFFIUDIN.
Ectoparasite mites are parasitic organisms that live on the surface of the host, sucking the
blood or feed on hair, fur, s kin, or skin secretions. This research aim to inventarisation and
identification of mites ectoparasites on gecko in Cianjur areas. The research was conducted from
January 2012 until July 2012. Gecko and mites were collected and preserved in 70% alcohol.

Whole mount of the mites was prepared used polyvinyl alcohol media. The result showed that
there are three species of gecko (Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, and Gehyra
mutilata) was infested by Geckobia mites. There are new seven spesies of Geckobia (G4, G5, G6,
G7, G10, G11, and G12). Analysis of the presence of mites done by calculate the value of
prevalence (P), the average intensity of infestation (I), and the total intensity (It). The prevalence
in C. Platyurus gecko (P = 74.38%) is higher than G. mutilata (P = 50%), and H. frenatus (P =
33.33%), while the average infestation intensity (I) and total intensity (It) is the highest found in G.
mutilata (I = 10 and It = 11). Geckobia G4 and Geckobia G10 were found only on C. platyurus;
Geckobia G5 and Geckobia G12 were found on C. platyurus and G. mutilata; Geckobia G6 were
found on whole infected gecko; Geckobia G7 were found on C. platyurus and H. frenatus; and
Geckobia G11 were found on H. frenatus and G. mutilata. So it is concluded that the new seven
species mites has not a specific distribution pattern of their hosts.

Key words : mite, ectoparasite, gecko, Geckobia , new species, Family Pterygosomatidae

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA
CICAK DI KABUPATEN CIANJUR

RIZQI AMMAR ABDUSSALAM


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten
Cianjur
Nama
: Rizqi Ammar Abdussalam
NIM
: G34080067

Disetujui


Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si
Pembimbing I

Dr.Ir. Rika Raffiudin, M.Si
Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si
Ketua Departemen Biologi

Tanggal lulus:

PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah mengenai tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Januari 2012 hingga Juli 2012. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.
Taruni Sri Prawasti, M.Si. dan Ibu Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. selaku pembimbing atas arahan dan bimbingan
yang diberikan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Ibu Dr. Sri

Listiyowati, M.Si. selaku penguji. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Keluarga tercinta Bapak,
Mamah, Mang Haji, Bi lilis, Teh Chansa, Kah Rafi, Teh Hana, Kah iki, Kah Arif dan Keluarga Besar atas do’a,
dukungan, dan kasih sayang yang diberikan. Terima kasih juga kepada keluarga besar Zoologi (Pak Achmad,
Pak Bambang, Mas Sinyo, Mba Kanthi, Mba Tini, Mba Ani, Kak Sarah, Kak Nunus, Agus H, Shinta, Anas,
Agus, Adit, Lili, Delvi, Yanti, Tyas, Hanna, Esa, Traya, Wathri, dan Devi), teman-teman seperjuangan (Gita,
Evan, Dwi, Fadli, Ammar, Umar, Isan, Romi, Gege, Anggun, Yayan, Aa, Whendi, Faisal, Miranty, Nur, Putri,
Qila, Desy, Isna, dan Annisa), dan teman-teman di Biologi 45 atas semua kebersamaan dan motivasi yang telah
diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2012

Rizqi Ammar Abdussalam

RIWAYAT HIDUP
Rizqi Ammar Abdussalam dilahirkan di Kabupaten Cianjur pada tanggal 18 Desember 1990 dari
ayahanda Tjetjep Saefuddin dan ibunda N. Imas Fathonah. Penulis merupakan anak ke-enam dari enam
bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari MAN Cianjur dan lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai ketua divisi Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi

(PDD) Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB) Pesta Sains Nasional 2010, staff divisi Publikasi Humas Grand
Biodiversity Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) pada tahun 2010-2011, ketua divisi Research and
Development PKMK lolos didanai DIKTI tahun 2010 (Produksi Daging Ayam Rendah Kolesterol dengan
Ekstrak Buah Phaleria macrocarpa). Penulis merupakan penanggung jawab praktikum mata kuliah Mikro
Teknik, serta merupakan asisten praktikum mata kuliah Avertebrata, Vertebrata, dan Biologi Manusia pada
tahun 2012. Pada tahun 2010, penulis melakukan Studi Lapang di Pantai Pangandaran, Kabupaten Ciamis , Jawa
Barat dengan judul laporan ―Koleksi dan Identifikasi Avertebrata di Pantai Pangandaran‖. Pada tahun 2011,
penulis melakukan Praktik Kerja Lapang di The Learning farm Yayasan Karang Widya, Kabupaten Cianjur
dimulai pada bulan Juli sampai bulan Agustus dengan judul laporan ―Pengaruh Pemberian Air Leri Terhadap
Kecepatan Pertumbuhan Tanaman Hortikultura di The Learning Farm Yayasan Karang Widya, Kab.Cianjur‖.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................................................viii
DAFTAR GAM BAR ............................................................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................................................................viii
PENDAHULUAN .................................................................................................................................................................... 1
Latar Belakang...................................................................................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................................................................................... 1
BAHAN DA N M ETODE ....................................................................................................................................................... 1

Waktu dan Tempat ............................................................................................................................................................... 1
Bahan...................................................................................................................................................................................... 1
Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit ............................................................................................................................ 1
Pembuatan Preparat Tungau............................................................................................................................................... 1
Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit...................................................................................................................... 1
Analisis Data ......................................................................................................................................................................... 1
HASIL......................................................................................................................................................................................... 2
Identifikasi Cicak di Kabupaten Cianjur........................................................................................................................... 2
Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak ....................................................................................... 2
Identifikasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak .......................................................................................... 2
Kunci Determinasi Spesies Geckobia ............................................................................................................................... 2
Prevalensi dan Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak.................................................................................................. 3
PEMBA HASAN ....................................................................................................................................................................... 8
Identifikasi Cicak di Kabupaten Cianjur........................................................................................................................... 9
Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak ....................................................................................... 9
Identifikasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak.......................................................................................... 9
Prevalensi dan Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak.................................................................................................. 9
SIMPULAN ............................................................................................................................................................................. 10
SARAN..................................................................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTA KA ............................................................................................................................................................ 10

LAMPIRA N ............................................................................................................................................................................ 12

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Karakter morfologi pada tingkat spesies ............................................................................................................. 2

2.

Sebaran empat spesies cicak dan jumlah cicak yang terinfestasi tungau pada enam lokasi
penangkapan di Kabupaten Cianju r....................................................................................................................... 4

3.

Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H.frenatus (Hf), dan G.mutilata
(Gm) pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f) ,jari depan (g), dan
jari belakang (h) cicak.......................................................................................................................................... …4

4.


Jumlah tungau yang menginfestasi tiga cicak pada enam lo kasi penangkapan di Kabupaten Cianju r ...... 4

5.

Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia (G4), (G5), (G6), (G7), (G10), (G11) dan (G12) ......................... 5

6.

Intensitas infestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan G. mutilata(Gm) .......................... 8

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Fase perkembangan tungau. a: fase larva; b: fase nympha; c:fase dewasa ..................................................... 6

2.

Ciri Geckobia. A bagian-bagian tubuh, B gnatosoma, C segmen tungkai, D koksa pada tungkai............. 6


3.

Tungau Geckobia. A Geckobia sp 4 (tampak ventral), B Geckobia sp 5 (tampak ventral),
C Geckobia sp 6 (tampak ventral), D Geckobia sp 7 (tampak ventral), E Geckobia sp 10
(tampak ventral), F Geckobia sp 11 (tampak ventral), G Geckobia sp 12 (tampak ventral) ............... …7

4.

Distribusi (jumlah) tungau yang melekat pada bagian tubuh cicak C. platyurus, H. Frenatus,
dan G. Mutilata ......................................................................................................................................................... 8

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Peta pengambilan contoh cicak di wilayah Kabupaten Cianjur...................................................................... 13

2.


Variasi seta berdasar Evans (1992)...................................................................................................................... 14

3.

Glosari. ..................................................................................................................................................................... 15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beberapa organisme melakukan interaksi untuk
mempertahankan hidupnya. Interaksi tersebut dapat
berupa simbiosis komensalisme, parasitisme ataupun
mutualisme. Reptil dalam hal ini ular, kadal, cicak,
dan kura-kura berinteraksi dengan berbagai jenis
tungau, baik ektoparasit maupun endoparasit (Walter
& Proctor 1999). Menurut Montgomery (1966),
banyak spesies cicak yang diparasit oleh tungau
genus Geckobia. Tungau tersebut termasuk anggota
Filum Artropoda, Sub Filum Chelicerata, Kelas
Arachnida (Kethley 1982). Chandler dan Read
(1961) menyatakan bahwa jika organisme parasit
hidup pada permukaan inangnya, menghisap darah
atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit, atau
sekresi kulit, maka disebut sebagai ektoparasit.
Tungau ektoparasit pada cicak umumnya
ditemukan di sekitar ekor, ketiak, dan leher (Rivera
et al. 2003). Tungau Geckobia dilaporkan ditemukan
pada cicak Hemidactylus di Asia Tenggara (Krantz
1978).
Menurut
Oedemans
(1910)
dalam
Montgomery (1966), panjang tubuh tungau ini
berkisar (0,160 mm – 1,30mm). Menurut Lawrence
(1936), ciri umum dari tungau genus Geckobia
adalah keberadaan skutum dorsal, mulut, koksa
dengan seta kaku (spur), dan sebaran seta pada
tubuh.
Inventarisasi dan
identifikasi tungau
ektoparasit pada cicak di Indonesia, khususnya pulau
Jawa telah dilakukan oleh Soleha (2006) yang
menunjukkan bahwa cicak Cosymbotus platyurus,
Hemidactylus frenatus, dan Hemidactylus garnotii di
wilayah Bogor diinfestasi oleh tungau Geckobia.
Prawasti (2011) melaporkan bahwa cicak C.
playturus, H. frenatus dan H. garnotii di wilayah
Serang, Serpong, Pekalongan, Tuban dan Lamongan
diinfestasi oleh tiga spesies tungau Geckobia.
Menurut Cook dan Richard (1999), cicak merupakan
hewan yang mudah menyebar dan membentuk
kelompok baru. Jesus et al. (2001) menduga bahwa
kelompok-kelompok cicak berpindah antar pulau
melalui kegiatan manusia. Belum ada laporan
mengenai distribusi tungau ektoparasit yang
menginfestasi cicak di Kabupaten Cianjur.
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Menurut Nugroho
(2002), letak Kabupaten Cianjur yang sangat
strategis, berbatasan dengan Kabupaten Bogor,
Purwakarta, Bandung, Garut, dan berdekatan dengan
Ibukota Jakarta menjadikan Kabupaten Cianjur
sebagai daerah lintasan masyarakat yang bepergian
antar daerah tersebut. Menke (2003) menyatakan
bahwa kegiatan manusia menimbulkan perubahan
vegetasi dan memicu perpindahan berbagai famili
Gekkonidae.
Tujuan
Menginventarisasi dan mengidentifikasi tungau
ektoparasit yang menginfestasi cicak di wilayah

Kabupaten Cianjur; Menganalisis nilai prevalensi
dan intensitas infestasi.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari
2012 hingga Juli 2012. Pengambilan contoh cicak
dan tungau di wilayah Kecamatan Cipanas, Cianjur,
Karang
tengah,
Cibeber, Sukanagara, dan
Kadupandak. Identifikasi cicak dan tungau dilakukan
di Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan,
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tungau ektoparasit dari beberapa spesies
cicak.
Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit
Cicak ditangkap dari beberapa tempat di
Kabupaten Cianjur menggunakan semprotan berisi
campuran air dan sampo. Selanjutnya cicak diberi
label berdasarkan wilayah penangkapan dan
disimpan dalam botol berisi alkohol 70% untuk
diawetkan. Tungau ektoparasit yang melekat pada
setiap individu cicak diambil dengan menggunakan
sonde, yaitu di bagian kepala, telinga, ketiak, badan,
paha, ekor, jari depan, dan jari belakang. Selanjutnya
setiap bagian tersebut disimpan terpisah dalam vial
berisi alkohol 70%.
Pembuatan Preparat Tungau
Tungau ektoparasit dibuat sediaan utuh dengan
media polivinil alkohol (Zhang 1963). Tungau yang
telah diawetkan dalam alkohol 70% diletakkan pada
gelas objek, lalu tungau tersebut ditetesi dengan
media polivinil alkohol. Media tersebut terdiri atas:
polifinil alkohol 10 gr, air destilata 40-60 ml, asam
laktat (85-92%) 35 ml, fenol 1% dalam aquades 25
ml, gliserol 10 ml, dan kloral hidrat 100 g.
Selanjutnya tungau ditutup dengan kaca penutup dan
dikeringkan pada hot-plate selama 1 minggu pada
suhu 400 C.
Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit
Cicak dideterminasi dengan menggunakan buku
determinasi Rooij (1915). Tungau dideterminasi
dengan buku determinasi Krantz (1978) sampai
tingkat famili dan Lawrence (1936) pada tingkat
genus. Identifikasi tungau sampai tingkat spesies
dilakukan berdasar pada beberapa karakter morfologi
yang ada (Tabel 1).
Analisis Data
Analisis keberadaan tungau pada tubuh cicak
dilakukan dengan menghitung nilai prevalensi,
intensitas infestasi dan intensitas total. Prevalensi
adalah persentase cicak yang terinfestasi tungau ,
sedangkan intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah
tungau yang menginfestasi setiap individu cicak.
Intensitas total adalah jumlah total tungau yang

menginfestasi per individu cicak. Analisis data
dilakukan berdasarkan Barton dan Richard (1966).
P=

x 100%

I =

It =

Keterangan :
P = Prevalensi
N = Jumlah cicak yang terinfestasi tungau
N = Jumlah cicak yang diperiksa
I = Intensitas infestasi tungau spesies (i)
T i = Jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi
cicak
n i = Jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies
(i)
I t = Intensitas infestasi total
T = Jumlah total tungau yang menginfestasi cicak

Tabel 1 Karakter morfologi pada tingkat spesies
No. Karakter yang diamati
1
Bentuk tubuh
2
Ukuran tubuh
5
Tipe dan panjang seta dorsal
6
Tipe dan panjang seta ventral
7
Panjang kelisera
8
Seta dan spur pada koksa (tungkai 1)
9
Spur pada koksa (tungkai 2)
10
Jumlah spur pada koksa (tungkai 3
dan 4)

HASIL
Identifikasi Cicak di Kabupaten Cianjur
Sebanyak 135 individu cicak yang dikoleksi dari
enam lokasi di Kabupaten Cianjur (Lampiran 1),
diidentifikasi sebagai cicak C. platyurus, H. frenatus,
H. garnotii dan Gehyra mutilata. Cicak C. platyurus
yang ditemukan berjumlah 121 individu; H. frenatus
berjumlah tiga individu, H. garnotii berjumlah satu
individu, dan G.mutilata berjumlah sepuluh individu.
Persebaran C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan
G. mutilata pada enam lokasi penangkapan di
Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 2.
Inventarisasi
Tungau
Ektoparasit
yang
Menginfestasi Cicak di Kabupaten Cianjur
Tungau ektoparasit dapat menginfestasi berbagai
cicak famili Gekkonidae. Berdasar Tabel 2, dapat
diketahui bahwa dari 135 individu cicak yang
diperiksa, 96 individu terinfestasi oleh tungau.
Jumlah total individu cicak yang terinfestasi tersebut
meliputi: 90 individu cicak C. platyurus, 1 individu
H. frenatus, dan 5 individu cicak G. mutilata. Cicak
H. garnotii dari lokasi penangkapan Kecamatan
Cianjur tidak terinfestasi oleh tungau.
Identifikasi
Tungau
Ektoparasit
yang
Menginfestasi Cicak
Jumlah total tungau yang menginfestasi seluruh
cicak yang diperiksa adalah 771 tungau (Tabel 3).
Cicak C. platyurus diinfestasi oleh tungau sebanyak
660 individu, pada H. frenatus sebanyak 39 tungau
dan pada G. mutilata sebanyak 72 tungau.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 771
individu tungau yang ditemukan, diketahui terdapat 3
fase perkembangan tungau yaitu : fase larva (Gambar
1a) sebanyak 284 individu tungau; fase nympha
(Gambar 1b) sebanyak 239 individu tungau; dan fase
dewasa (Gambar 1c) sebanyak 248 individu tungau.
Seluruh tungau pada fase dewasa mempunyai ciriciri sebagai berikut: tubuh terdiri atas tiga tagmata
(Gambar 2a) yaitu gnatosoma, podosoma dan
opistosoma; tidak ada segmentasi pada opistosoma;
gnatosoma (Gambar 2b) terdiri dari kelisera, palpi,
stigmata dan peritrema; palpi dilengkapi dengan
cakar; seta pada tubuh dengan bentuk dan ukuran
bervariasi, terdapat rambut tenent. Berdasar ciri-ciri
tersebut, seluruh tungau pada fase dewasa termasuk
anggota Famili Pterygosomatidae.
Ciri-ciri yang lain adalah terdapat skutum dorsal
mulut, koksa dengan seta kaku (spur) (Gambar 2c),
sebaran seta pada tubuh, koksa tungkai 1 dan 2
menyatu (Gambar 2d), koksa tungkai 3 dan 4
menyatu, tipe seta pada tarsus 1 bervariasi, dan
panjang tubuh sedikit lebih panjang dari lebarnya
atau panjang sama dengan lebarnya. Berdasar ciriciri yang ada, tungau tersebut adalah genus
Geckobia.
Berdasar pengamatan terhadap 10 karakter
morfologi, seluruh tungau Geckobia yang ditemukan
dapat dibedakan menjadi tujuh spesies yaitu
Geckobia spesies 4 (G3, Gambar 3a), Geckobia
spesies 5 (G5, Gambar 3b), Geckobia spesies 6 (G6,
Gambar 3c), Geckobia spesies 7 (G7, Gambar 3d),
Geckobia spesies 10 (G10, Gambar 3e), Geckobia
spesies 11 (G11, Gambar 3f), dan Geckobia spesies
12 (G12, Gambar 3g).
Jumlah tungau Geckobia sp 4 (G4) ditemukan
sebanyak 9 individu, Geckobia sp 5 (G5) sebanyak 7
individu,
Geckobia sp 6 (G6) sebanyak 134
individu, Geckobia sp 7 (G7) sebanyak 3 individu,
Geckobia sp 10 (G10) sebanyak 2 individu,
Geckobia sp 11 (G11) sebanyak 9 individu dan
Geckobia sp 12 (G12) sebanyak 84 individu (Tabel
4). Perbandingan ketujuh spesies tersebut tersaji pada
Tabel 5.
Kunci Determinasi Spesies Geckobia
1 a Bentuk tubuh membulat; Panjang tubuh lebih
pendek dari lebar tubuh..................................2
b Bentuk tubuh membulat; Panjang tubuh lebih
panjang dari lebar tubuh................................3
2 a Panjang tubuh ± 500 µm; Lebar tubuh ± 670
µm; Tipe seta median dan posterior dorsal
pilose; Panjang seta median dorsal ± 20 µm
dan posterior dorsal ± 80 µm; Tipe seta
ventral pilose; Panjang seta ventral ± 19 µm;
Panjang kelisera ± 80 µm; Seta pada tungkai
pertama berjumlah 2; Memiliki spur pada
trohanter tungkai pertama, kedua, ketiga, dan
keempat; Koksa pada tungkai 1 & 2 dengan
koksa 3 & 4 terpisah agak jauh; Spur pada

3

3
4

5

6

koksa ketiga dan keempat berjumlah
5..............................................Geckobia sp 11
b Panjang tubuh ± 360 µm; Lebar tubuh ± 400
µm; Tipe seta anterior dorsal serrate; Panjang
seta anterior dorsal ± 42,5 µm; Tipe seta
median dan posterior dorsal pilose; Panjang
seta median dorsal ± 44,2 µm dan posterior
dorsal ± 69,2 µm; Tipe seta ventral pilose;
Panjang seta ventral ± 78,3 µm; Panjang
kelisera ± 78,3 µm; Seta pada tungkai
pertama berjumlah 1; Spur pada koksa ketiga
dan keempat berjumlah 7; Memiliki spur pada
trohanter tungkai pertama, ketiga, dan
keempat.....................................Geckobia sp 5
a Memiliki seta anterior dorsal.........................4
b Tidak memiliki seta anterior dorsal................5
a Panjang tubuh ± 490µm; Lebar tubuh ± 480
µm; Tipe seta anterior, median, dan posterior
dorsal serrate; Panjang seta anterior dorsal ±
36,7 µm, median dorsal ± 39,2 µm, dan
posterior dorsal ± 36,7 µm; Tipe seta ventral
pilose; Panjang seta ventral ± 27,5 µm;
Panjang kelisera ± 103,3 µm; Seta pada
tungkai pertama sebanyak berjumlah 2; Spur
pada koksa ketiga dan keempat berjumlah
3................................................Geckobia sp 7
b Panjang tubuh ± 570 µm; Lebar tubuh ± 560
µm; Tipe seta anterior, median, dan posterior
dorsal pilose; Panjang seta anterior dorsal ±
38,3 µm, median dorsal ± 42,5 µm, dan
posterior dorsal ± 55,8 µm; Tipe seta ventral
serrate; Panjang seta ventral ± 43,3 µm;
Panjang kelisera ± 60,8 µm; Seta pada
tungkai pertama berjumlah 2; Spur pada
koksa ketiga dan keempat berjumlah
3..............................................Geckobia sp 10
a Tipe seta median dorsal serrate.....................6
b Tipe seta median dan posterior dorsal pilose;
Panjang seta median dorsal ± 15 µm dan
posterior dorsal ± 40 µm; Tipe seta ventral
pilose; Panjang seta ventral ± 30 µm; Panjang
kelisera ± 50 µm; Spur pada tungkai pertama
berjumlah 1; Memiliki spur pada trohanter
tungkai pertama, kedua, ketiga, dan keempat;
Spur pada koksa ketiga dan keempat
berjumlah 3.............................Geckobia sp 12
a Tipe seta ventral serrate; Panjang seta ventral ±
24,2 µm; Panjang kelisera ± 54,2µm; Seta pada
tungkai pertama berjumlah 2; Memiliki spur
pada trohanter tungkai pertama, kedua, ketiga,
dan keempat; Spur pada koksa ketiga dan
keempat berjumlah 3...................Geckobia sp 4

b Tipe seta ventral simple; Panjang seta ventral
± 45 µm; Panjang kelisera ± 49,2 µm; Seta
pada tungkai pertama berjumlah; Memiliki
spur pada trohanter tungkai kedua, ketiga, dan
keempat; Spur pada koksa ketiga dan
keempat berjumlah 4.................Geckobia sp 6
Prevalensi dan Intensitas Infestasi Tungau pada
Cicak
Prevalensi infestasi tungau terhadap cicak C.
platyurus, H. frenatus dan G. mutilata pada enam
lokasi penangkapan di Kabupaten Cianjur disajikan
pada Tabel 2. Berdasar jumlah total masing-masing
spesies cicak yang ditangkap, cicak C. platyurus
merupakan individu yang paling banyak diinfestasi
oleh tungau. Prevalensi infestasi total tungau pada
cicak C. platyurus sebesar 74,38%, H. frenatus
sebesar 33,33% dan G. mutilata sebesar 50% .
Prevalensi infestasi tungau sebesar 100%
dijumpai pada cicak C. Platyurus dari Kec. Cibeber;
cicak H. frenatus dari Kec. Cianjur; dan cicak G.
mutilata dari Kec. Karang Tengah dan Kec.
Kadupandak.
Intensitas infestasi rata-rata (I) dan intensitas
infestasi total (It ) ketujuh spesies tungau terhadap
tiga spesies cicak (C. platyurus, H. frenatus, dan G.
mutilata) pada enam lokasi penangkapan tertera pada
Tabel 6. Berdasar spesies inang, cicak C. platyurus
banyak diinfestasi oleh tungau Geckobia spesies 4
(G4), Geckobia spesies 6 (G6), dan Geckobia spesies
12 (G12) dengan intensitas infestasi masing-masing
tungau sebesar 3 tungau per individu cicak; cicak H.
frenatus
lebih banyak diinfestasi oleh tungau
Geckobia spesies 11 (G11) dengan intensitas
infestasi sebesar 5 tungau per individu cicak;
sedangkan, cicak G. mutilata lebih banyak diinfestasi
oleh tungau Geckobia spesies 6 (G6) dengan
intensitas infestasi sebesar 10 tungau per individu
cicak.
Intensitas infestasi total (It ) tertinggi ditemukan
pada cicak G. mutilata, yaitu sebesar 11. Sedangkan
C. platyurus dan H. frenatus memiliki nilai intensitas
infestasi total sebesar 4 dan 7.

4
Tabel 2 Sebaran empat spesies cicak dan jumlah cicak yang terinfestasi tungau pada enam lokasi penangkapan
di Kabupaten Cianjur
Cosymbatus
platyurus

Hemidactylus
garnotii

Gehyra mutilata

Jumlah

Terinfestasi

% Terinfestasi
(Prevalensi)

Jumlah

Terinfestasi

% Terinfestasi
(Prevalensi)

Jumlah

Terinfestasi

% Terinfestasi
(Prevalensi)

Jumlah

Terinfestasi

% Terinfestasi
(Prevalensi)

Lokasi
Penangkapan

Hemidactylus
frenatus

Kec. Cipanas
Kec. Cianjur
Kec.Karang Tengah
Kec. Cibeber
Kec. Sukanagara
Kec.Kadupandak

20
19
24
21
11
26

13
14
16
21
10
16

65 %
73,68%
66,67%
100%
90,91%
61,54%

0
1
0
2
0
0

0
1
0
0
0
0

0%
100%
0%
0%
0%
0%

0
1
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

0%
0%
0%
0%
0%
0%

0
4
2
2
0
2

0
0
2
1
0
2

0%
0%
100%
50%
0%
100%

Total

121

90

74,38%

3

1

33,33%

1

0

0%

10

5

50%

Tabel 3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H.frenatus (Hf), dan G.mutilata(Gm) pada
kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f) ,jari depan (g), dan jari belakang (h) cicak
Jumlah total tungau yang terletak padaJumlah cicak
90
1
5

142
6

87
-

3
-

32
-

15
3
8

28
31
8

94
15

259
5
35

660
39
72

Total

96

148

87

3

32

26

67

109

299

771

b

c

d

e

f

g

h

Total
Tungau

Spesies
Cp
Hf
Gm

a

Tabel 4 Jumlah tungau yang menginfestasi tiga spesies cicak pada enam lokasi penangkapan di Kabupaten
Cianjur
Jumlah Tungau
Larva

Nympha

G4

G5

G6

G7

G10

G11

G12

Total
Tungau
dewasa

C. Platyurus
H. frenatus
G. mutilata

280
4

182
32
25

9
-

2
5

103
1
30

2
1
-

2
-

5
4

80
4

198
7
43

Total
Tungau

284

239

9

7

134

3

2

9

84

248

Spesies cicak

Keterangan: - tidak ditemukan tungau

Tabel 5 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia (G4), (G5), (G6), (G7), (G10), (G11) dan (G12)
No

Pembanding

G4

G5

G6

G7

G10

G11

G12

3 S kutum dorsal

M embulat
Panjang
± 230 µm
Lebar
± 220 µm
Ada

M embulat
Panjang
± 360 µm
Lebar
± 400 µm
Ada

M embulat
Panjang
± 360 µm
Lebar
± 350 µm
Ada

M embulat
Panjang
± 490 µm
Lebar
± 480 µm
Ada

M embulat
Panjang
± 570 µm
Lebar
± 560 µm
Ada

M embulat
Panjang
± 500 µm
Lebar
± 670 µm
Ada

M embulat
Panjang
± 350µm
Lebar
± 220 µm
Ada

4 Motif kutikula

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Pilose;
± 38,3 µm
Pilose;
± 42,5 µm
Pilose;
± 55,8 µm
Serrate
(± 43,3 µm)

Tidak ada

Tidak ada

Pilose;
± 20 µm
Pilose;
± 80 µm
Pilose
(± 19 µm)

Pilose;
± 15 µm
Pilose;
± 40 µm
Pilose
(± 30 µm)

1 Bentuk tubuh
2 Ukuran tubuh

S eta dorsal

Serrate;
± 28 µm
Serrate;
± 32,5 µm
Serrate
(± 24,2 µm)

Serrate;
± 42,5 µm
Pilose;
± 44,2 µm
Pilose;
± 69,2 µm
Pilose
(± 52,5 µm)

Serrate;
± 46,7 µm
Serrate;
± 49,2 µm
Simple
(± 45 µm)

Simple;
± 36,7 µm
Simple;
± 39,2 µm
Simple;
± 36,7 µm
Pilose
(± 27,5 µm)

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

± 54,2µm

± 78,3 µm

± 49,2 µm

± 103,3 µm

± 60,8 µm

± 80 µm

± 50 µm

Ada; 2 - simple

Ada; 1 - simple

Ada; 1 - simple

Ada; 2 - simple

Ada; 2 - simple

Ada; 2 – simple

Ada; 1-simple

Ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Ada

2

2

2

2

2

2

2

Ada

Tidak ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Ada

10 a. Jumlah spur pada koksa

3

7

4

3

3

5

3

b. S pur pada trohanter

Ada

Ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Ada

5

a. Anterior (Tipe; Panjang)

Tidak ada

b. Median (Tipe; Panjang)
c. Posterior (Tipe; Panjang)

6 S eta ventral (Panjang)

Tidak ada

Gnatosoma
7 a. S eta padaPalpal tibia
b. Panjang kelisera
Tungkai 1
8 a. S eta pada koksa; Jumlah-Tipe
b. S pur pada trohanter
Tungkai 2
9 a. Jumlah spur pada koksa
b. S pur pada trohanter
Tungkai 3 & 4

5

6

0,1 mm

0,1 mm

(A)

0,1mm
(C)

(B)

Gambar 1 Fase perkembangan tungau. A fase larva, B fase nympha, C fase dewasa

Tungkai 1
Tungkai 2

Gnatosoma

Tungkai 3

Podosoma

Tungkai 4

Opistosoma
50 µm

(A)
Kelisera
Genu
Palpi

Stigmata

Tibia

Tarsus

Femur
Trohanter
Koksa
Peritrema
Spur

25 µm

50 µm

(B)

(C)
Spur pada
koksa 2

Koksa tungkai 1 dan koksa tungkai 2 menyatu

Koksa tungkai 3 dan koksa tungkai 4 menyatu

50 µm

(D)
Gambar 2 Ciri Geckobia. A bagian-bagian tubuh Geckobia, B gnatosoma, C segmen tungkai, D koksa
pada tungkai

100 µm

100 µm

100 µm

(A)

(B)

100 µm

100 µm

(C)

(D)

100 µm

100 µm

(E)

(d)

(F)

(G)

Gambar 3 Tungau Geckobia. A Geckobia sp 4 (tampak ventral), B Geckobia sp 5 (tampak ventral), C Geckobia sp 6 (tampak ventral), D Geckobia sp 7 (tampak
ventral), E Geckobia sp 10 (tampak ventral), F Geckobia sp 11 (tampak ventral), G Geckobia sp 12 (tampak ventral)

7

80

70
60
50

% 40
Cosymbotus platyurus

30

Hemidactylus frenatus
20

Gehyra mutilata

10
0

Gambar 4 Distribusi (jumlah) tungau yang melekat pada bagian tubuh cicak C. platyurus, H. frenatus,
dan G. mutilata
Tabel 6 Intensitas infestasi cicak C. platyurus (Cp),
H. frenatus (Hf), dan G. mutilata(Gm)
Spesies
tungau

Intensitas Infestasi (I) pada
cicak Cp
Hf
Gm

G4
G5
G6
G7
G10
G11
G12

3
1
3
1
2
~
3

~
~
1
1
~
5
~

~
5
10
~
~
4
4

Intensitas
Total (It)

4

7

11

Keterangan: ~ tidak ditemukan tungau

PEMBAHASAN
Identifikasi Cicak di Kabupaten Cianjur
Penelitian ini berhasil menemukan empat spesies
cicak, yaitu C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii,
dan G. mutilata. Sebanyak 121 individu cicak C.
platyurus ditemukan pada 6 lokasi penangkapan
(Kec. Cipanas, Cianjur, Karang tengah, Cibeber,
Sukanagara, dan Kadupandak). Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Schmider (1915) diacu dalam
Deris (2006), bahwa daerah sebaran dari cicak ini
diantaranya adalah Jawa, Nias, Sumatera, Riau,
Kalimantan, Sulawesi, Lombok, Flores, Sumba dan
Halmahera.
Cicak H. frenatus ditemukan di Kec. Cianjur dan
Kec. Cibeber. Menurut Dum dan Bibr (1915) diacu
dalam Deris (2006) daerah sebaran cicak tersebut
meliputi Simalur, Nias, Mentawai, Sumatera,
Kalimantan, Bali, Jawa, Lombok, Sumbawa, Flores,
Adanan, Metar, Ombadi, Sumba, Sayu, Rotti, Timor,

Button, Sulawesi, Selayar, Seram, Ambon, Bacan,
Ternate, Halmahera, Obi, Ker, Aru, Sulawesi dan
Irian.
Cicak H. garnotii hanya ditemukan di Kec.
Cianjur. Menurut Rooij (1915), penyebaran cicak H.
garnotii di Indonesia meliputi Sumatra, Jawa dan
Kalimantan. Berdasar laporan Soleha (2006),
ditemukan cicak H. garnotii di Bogor. Menurut
Prawasti (2011), persebaran cicak H. garnotii di
Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup
luas. Sedangkan Bauer et al. (2010) menduga bahwa
cicak C. platyurus dan H. frenatus berasal dari India
dan menyebar luas di Asia Tenggara. Pada lokasi
penangkapan Kec. Cianjur, Karang Tengah, Cibeber,
dan Kadupandak ditemukan cicak G. mutilata. Hal
ini sesuai dengan laporan Weigm (1915) diacu dalam
Deris (2006) yang menyatakan bahwa daerah
sebaran dari spesies ini meliputi: Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara,
Maluku dan Irian. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa peluang perpindahan cicak
sangat tinggi sehingga tidak dapat diketahui pola
sebaran cicak secara khusus, pada umumnya cicak
menyebar secara acak.
Berdasar Tabel 2, dapat diketahui bahwa tidak
semua cicak di setiap lokasi penangkapan diinfestasi
oleh tungau. Cicak H. frenatus terinfestasi tungau
hanya ditemukan di Kec. Cianjur dan cicak G.
mutilata terinfestasi tungau hanya di Kec. Karang
Tengah, Cibeber, dan Kadupandak. Hal ini
menunjukkan bahwa persebaran tungau pada setiap
lokasi penangkapan cicak tidak merata atau
menyebar secara acak. Brown et al. (1995)
menyatakan bahwa aktivitas seksual menaikkan
resiko cicak terinfestasi tungau. Menurut Rivera et

9
al. (2003), cicak dapat terinfestasi oleh tungau
karena adanya kontak fisik inang, antara lain
perilaku kawin, perkelahian atau hidup dalam satu
sarang. Cicak H. garnotii dari lokasi penangkapan
Kec. Cianjur tidak terinfestasi tungau. Belum dapat
disimpulkan bahwa di lokasi tersebut tidak ada cicak
H. garnotii yang terinfestasi tungau. Hal ini
disebabkan karena hanya satu individu cicak yang
berhasil ditangkap.
Inventarisasi
Tungau
Ektoparasit
yang
Menginfestasi Cicak
Tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak
famili Gekkonidae dapat melekat di berbagai bagian
tubuh cicak. Pada cicak C. platyurus tungau melekat
pada seluruh bagian tubuh yang diamati. Pada cicak
H. frenatus tungau melekat di bagian paha, ekor, dan
jari belakang. Sedangkan, pada cicak G.mutilata
tungau melekat di bagian kepala, paha, ekor, jari
depan, dan jari belakang. Menurut Loveridge (1926),
Simonsen dan Sarda (1985) diacu dalam Bauer et al.
(1990), tungau dewasa genus Geckobia terakumulasi
di bagian mata, telinga, antara ketiak dan
selangkangan, dan antara jari-jari kaki cicak.
Pada cicak C. platyurus perlekatan terbanyak
ditemukan di jari belakang (259 tungau) dengan
persentase pelekatan sebesar 39,24% (Gambar 4),
pada H. frenatus (31 tungau) ditemukan di ekor
dengan persentase pelekatan sebesar 79,49%,
sedangkan pada cicak G. mutilata ditemukan
sebanyak 35 tungau di jari belakang dengan
persentase pelekatan sebesar 48,61%. Hal ini sesuai
dengan laporan Soleha (2006) dan Prawasti (2010)
yang menyatakan bahwa persentase pelekatan
terbesar umumnya terjadi di bagian jari depan, atau
jari belakang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Bertrand (1986) dan Ineich (1987) diacu dalam
Bauer (1990) bahwa tungau ektoparasit dapat
ditemukan pada seluruh bagian tubuh cicak, namun
sebagian besar ditemukan di daerah yang terlindungi
seperti pada cakar, lamela, dan ruang antara lamela
dengan cakar.
Identifikasi Tungau yang Menginfestasi Cicak
Ditemukan sebanyak 248 tungau dewasa yang
merupakan tungau Geckobia. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Lawrence (1936), bahwa ciri
tungau genus Geckobia adalah adanya skutum
dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur) dan
sebaran seta pada tubuh. Bersatunya koksa 1 dan 2
serta koksa 3 dan 4, variasi seta (Lampiran 3) dari
tarsus dan ukuran-ukuran tubuh yang ada, menurut
Oedemans (1910) dalam Montgomery (1966)
mempertegas bahwa tungau tersebut adalah Genus
Geckobia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
seluruh tungau yang ditemukan adalah tungau
Geckobia. Tungau tersebut menginfestasi cicak C.
platyurus, H. frenatus, dan G.mutilata yang berada di
beberapa wilayah Kabupaten Cianjur.
Menurut Bertrand et al. (1999), cicak C.
platyurus terinfestasi oleh tungau G. clelandi Hirst,

G. cosymboti Cuy, dan G. glebosum n. sp.,
sedangkan cicak H. frenatus terinfestasi oleh tungau
G. androharonomaitsoensis Haitlinger, G. bataviensis Vitzhum, G. cosymboti Cuy, G. ifanadianaensis
Haitlinger, G. indica Hirst, G. keegani Lawrence, G.
mananjaryensis Haitlinger, G. nepalii Hiregaudar
Joshee & Soman, G. philiphinensis Lawrence, dan G.
samanbavijinensis
Haitlinger.
Tungau
yang
menginfestasi G. mutilate juga merupakan genus
Geckobia (Oliver dan Shaw 1953 diacu dalam Rivera
et al. 2003). Berdasar hal tersebut, penelitian ini
memperkuat pernyataan bahwa Geckobia merupakan
ektoparasit umum pada Gekkonidae. Seperti yang
telah dikemukakan oleh Soleha (2006) dan Prawasti
(2010), bahwa cicak Famili Gekkonidae yang berada
di wilayah Bogor, Serang, Serpong, Pekalongan,
Tuban dan Lamongan diinfestasi oleh tungau Famili
Pterygosomatidae, Genus Geckobia.
Berdasar pengamatan terhadap 10 karakter
morfologi, ditemukan tujuh spesies tungau Geckobia.
Tujuh tungau tersebut berbeda dengan tungau
Geckobia sp 1, Geckobia sp 2 dan Geckobia sp 3
yang dilaporkan oleh Prawasti (2011). Kunci
determinasi tungau Geckobia hingga tingkat spesies
masih sangat terbatas atau belum lengkap (Bochkov
2 Juli 2012, komunikasi pribadi). Oleh sebab itu,
ketujuh tungau yang ditemukan diberi nama
Geckobia sp 4 (G4), Geckobia sp 5 (G5), Geckobia
sp 6 (G6), Geckobia sp 7 (G7), Geckobia sp 10
(G10), Geckobia sp 11 (G11) dan Geckobia sp 12
(G12). Menurut Fajfer (14 Juli 2012, komunikasi
pribadi), seluruh tungau tersebut diperkirakan spesies
baru.
Menurut Ermilov dan Lochynska (2008), durasi
perkembangan tungau dari fase telur hingga dewasa
pada daerah dingin lebih lambat dibandingkan
daerah hangat. Pada penelitian ini ditemukan lebih
banyak fase larva (284 individu) dibandingkan fase
nympha (239 individu) dan fase dewas a (248
individu). Kemungkinan hal tersebut terjadi karena
pengambilan sampel cicak dilakukan pada musim
hujan.
Prevalensi dan Intensitas Infestasi Tungau pada
Cicak
Prevalensi adalah persentase cicak yang
terinfestasi tungau, sedangkan intensitas infestasi
adalah jumlah tungau yang menginfestasi per
individu cicak. Menurut Carvalho et al. (2006),
prevalensi yang tinggi tidak selalu berkorelasi positif
dengan intensitas
infestasi. Berdasar hasil
pengamatan, prevalensi infestasi total tungau pada
cicak C. platyurus sebesar 74,38%, H. frenatus
sebesar 33,33% dan G. mutilata sebesar 50%. Hal
tersebut berbeda dengan laporan Soleha (2006)
bahwa prevalensi infestasi tungau terhadap cicak H.
frenatus di Bogor menunjukkan nilai yang lebih
besar dibandingkan cicak C. platyurus. Prawasti
(2011) melaporkan bahwa prevalensi tungau pada
cicak C. platyurus dan H. frenatus di Indonesia
adalah 14,29% dan 100%. Kemungkinan kondisi

lingkungan tempat sampel diambil merupakan salah
satu penyebab terjadinya perbedaan tersebut. Perlu
penelitian lebih lanjut hubungan kondisi lingkungan
dengan pola penyebaran tungau.
Intensitas infestasi total (It ) tertinggi
ditemukan pada cicak G. mutilata, yaitu sebesar 11.
Sedangkan C. platyurus dan H. frenatus memiliki
nilai intensitas infestasi total sebesar 4 dan 7. Nilai
intensitas infestasi total pada cicak G. mutilata
(It =11) dan cicak C. platyurus (It =4) tidak
berkorelasi positif dengan nilai prevalensi masingmasing cicak tersebut (P=50% dan P=74,38%). Hal
ini sesuai dengan laporan Ruiz-Fons et al. (2006)
yang menyatakan bahwa prevalensi tidak berkorelasi
positif dengan intensitas infestasi.

SIMPULAN
Tungau yang menginfestasi cicak C.
platyurus, H. frenatus dan G. mutilata di Kabupaten
Cianjur diperkirakan sebagai spesies baru (G4, G5,
G6, G7, G10, G11 dan G12) yang termasuk Famili
Pterygosomatidae,
Genus
Geckobia.
Tidak
ditemukan pola distribusi yang spesifik dari ketujuh
spesies tungau yang menginfestasi ketiga spesies
cicak tersebut.
Prevalensi pada cicak C. platyurus
(P=74,38%) lebih tinggi dibandingkan dengan G.
mutilata (P=50%) dan H. frenatus (P=33,33%),
sedangkan intensitas infestasi rata-rata (I) dan
intensitas total (It ) tertinggi ditemukan pada G.
mutilata (I=10 dan It =11).

SARAN
Identifikasi berdasar sebaran seta pada tungkai
(Chaetotaxy) perlu dilakukan untuk melengkapi
informasi dan memberikan ciri spesifik tungau pada
tingkat spesies.

DAFTAR PUSTAKA
Barton

DP,
Richard
SJ.
1996.
Helminth
infracommunities in Litoria genimaculata
(Amphibia: Anura) from Birthday Creek, an
Upland Rainforest Stream in Northern
Queensland, Australia. Int J Parasitol 26:
1381-1385.
Bauer AM, Russell AP, Dollaho NR. 1990. Skin
folds in the gekkonid lizard genus
Rhacodactylus: a natural test of the damage
limitation hypothesis of mite pocket
function. Can J Zool 68: 1196—1201.
Bauer AM, Jackman TR, Greenbaum E, Giri VB,
Silva A de. 2010. South Asia supports a
major endemic radiation of Hemidactylus
geckos. Mol Phylogenet Evol 57: 343–352.
Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999.
Pterygosomatidae: Description et observations sur les genres Pterygosoma, Geckobia,

Zonurobia et Hirstiella (Acari: Actinedida).
Acarologia 60: 277-304.
Brown SG, Kwan S, Shero S. 1995. The parasitic
theory of sexual reproduction: parasitism in
unisexual and bisexual geckos. Proc R Soc
Lond B 260: 317-320.
Carvalho ALG de, Araujo AFB de, Silva HR da.
2006. Patterns of parasitism by Eutrombicula
alfreddugesi (Oudemans) (Acari, Trombiculidae) in three species of Tropidurus Wied
(Squamata, Tropiduridae) from Cerrado
habitat of Central Brazil. Revista Brasileira
de Zoologia 23: 1010–1015.
Chandler AC, Read CP. 1961. Introduction to
Parasitology. Ed ke-5. New York: J Wiley.
Cook S, Richard S. 1999. Colonisation and
extinction pattern of two lizard Mabuya
multifasciata and Hemidactylus frenatus on
Sertung Island, Krakatau Archipelago,
Indonesia. Trop Biodiversity 6: 209-214.
Deris. 2006. Beberapa Spesies Cicak dan Tokek
(Famili Gekkonidae) di Wilayah Pandeglang
dan Bandung (Skripsi). Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor.
Ermilov SG, Lochynska M. 2008. The Influence of
Temperature on the Development Time of
Three Oribatid Mite Species (Acari,
Oribatida). North-Western Zool 4: 274-281.
Evans GO. 1992. Principles of Acarology. Wallingford: CAB International.
Jesus J, Brehm A, Pinheiro M, Harris DJ. 2001.
Relationships of Hemidactylus (Reptilia:
Gekkonidae) from the Cape Verde Islands:
What mitochondrial DNA data indicate. J
Herpetol 35: 672-675.
Kethley J. 1982. Acariformes Classification of Living
Organisms. Vol.2. New York: McGraw-Hill.
Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed ke-2.
Corvallis: Oregon Univ.
Lawrence RF. 1936. The Prostigmatic mites of South
African lizard. Parasitology 28: 1-39.
Menke SB. 2003. Lizard community structure across
a grassland-creosote bush ecotone in the
Chihuahuan Desert. Can J Zool 81:18291838.
Montgomery DF. 1966. A taxonomic study of the
lizard mites (Pterygosomatidae) occuring in
the gulf of Calofornia area [tesis]. Texas:
Texas Technological College.
Nugroho CP. 2002. Analisis perilaku pembeli
manisan buah di Kota Cianjur sebagai dasar
dalam pengembangan strategi pemasaran
[tesis]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Prawasti TS. 2011. Distribusi dan keanekaragaman
tungau ektoparasit pada cicak di Indonesia
[tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

11
Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J.
2003. Hemidactylus mabouia (Sauria:
Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli
(Actinedida: Pterygosomatidae), throughout
the Caribbean on South America. Carib J Sci
39: 321-326.
Rooij N de. 1915. The Reptiles of The IndoAustralian Archipelago. I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden: E.J. Brili, Ltd.
Ruiz-Fons F, Fernandez-de-Mera IG, Acevedo P,
Höfle U, Vicente J, de la Fuente J, Gortazar
C. 2006. Ixodid ticks parasitizing Iberian red
deer (Cervuselaphus hispanicus) and
.

European wild boar (Sus scrofa) from Spain:
Geographical and temporal distribution. Vet
Parasitol 140:133-142.
Soleha I. 2006. Inventarisasi dan identifikasi tungau
ektoparasit pada cicak di Bogor [skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Walter DE, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology,
Evolution and Behaviour. Sydney: UNSW.
Zhang ZQ. 1963. Mites of Greenhouses: Identification, Biology and Control. Wallingford:
CABI Publ.

LAMPIRAN

13
Lampiran 1 Peta pengambilan contoh cicak di wilayah Kabupaten Cianjur
.

Keterangan: 1. Kecamatan Cipanas, 2. Kecamatan Cianjur, 3. Kecamatan Karang Tengah, 4. Kecamatan
Cibeber, 5. Kecamatan Sukanagara, dan 6. Kecamatan Kadupandak

14
Lampiran 2 Variasi seta berdasar Evans (1992)

Keterangan: A simple, B pilose C serrate

15
Lampiran 3 Glosari
Femur: Segmen keempat dari kaki dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya; pada beberapa
kelompok tungau, femur terbagi menjadi telofemur distal dan basifemur proksimal.
Genu: Segmen ketiga dari kaki dan palpi dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya, distal terhadap femur
dan proksimal terhadap tibia.
Gnatosoma: Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus dan kelisera yang digunakan sebagai
alat penangkap makanan.
Koksa : Segmen basal dari kaki dan palpus.
Kelisera : Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang digunakan untuk menusuk atau mengunyah
mangsa.
Mulut : Bagian mulut adalah struktur di distal terhadap gnatosoma yang terlibat dalam penangkapan makanan.
Opistosoma: Bagian dari tubuh posterior terhadap podosoma.
Peritrema: Struktur seperti got atau tabung yang terasosiasi dengan sebuah stigmata.
Podosoma: Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.
Rambut tenent: Rambut ramping yang muncul dari cakar atau empodia, diduga memungkinkan tungau
mencengkeram permukaan daun; ujung distalnya sering sedikit membesar pada banyak spesies tungau
laba-laba.
Spur: Berkas seta kaku.
Stigmata: Bukaan luar dari sistem respirasi.
Tarsus: Segmen subterminal dari kaki dan palpus, distal terhadap tibia dan mengandung apotele.
Tibia: Segmen kedua pada kaki dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya. Ujung distalnya
bergabung dengan tarsus dan basalnya dengan genu.
Trohanter: Segmen kelima dari kaki dan palpus dihitung dari ujung distal tungau umumnya. Distalnya
bergabung dengan femur dan basalnya dengan koksa.