Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU
EKTOPARASIT PADA CICAK DI KABUPATEN SUMEDANG

HERAWATI SRI NURHIDAYAT

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi dan
Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Herawati Sri Nurhidayat
NIM G34090031

ABSTRAK
HERAWATI SRI NURHIDAYAT. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau
Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang. Dibimbing oleh TARUNI SRI
PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup di luar permukaan inangnya. Parasit
yang terdapat pada reptil adalah tungau. Cicak diinfestasi oleh tungau Geckobia
yang termasuk Famili Pterygosomatidae. Penelitian ini bertujuan
menginventarisasi, mengidentifikasi dan mempelajari intensitas infestasi tungau
ektoparasit pada cicak di Kabupaten Sumedang. Sampel cicak diawetkan dalam
alkohol 70%. Tungau diambil dari bagian kepala, mata, ketiak, badan, paha, ekor,
jari depan, dan jari belakang cicak. Sediaan utuh dibuat dengan media polivinil
alkohol (PVA) dan dikeringkan di oven selama dua minggu pada suhu 40oC. Pada
penelitian ini ditemukan delapan kelompok tungau ektoparasit cicak yaitu tungau
Geckobia sp1, Geckobia glebosum, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6,
Geckobia sp10, Geckobia sp13 dan Geckobia sp17. Prevalensi total cicak

terinfestasi tungau sebesar 97%. Intensitas infestasi tungau rata-rata tertinggi pada
cicak C. platyurus adalah tungau G6, pada cicak H. frenatus adalah tungau G.
glebosum, pada cicak H. garnotii adalah tungau G1 dan pada cicak G. mutilata
adalah tungau G10. Intensitas infestasi total tungau yang paling tinggi terdapat
pada cicak H. garnotii.
Kata kunci : ektoparasit, tungau, Geckobia, intensitas, infestasi

ABSTRACT
HERAWATI SRI NURHIDAYAT. Inventarisation and Identification of
Ectoparasites Mites on Gecko in Sumedang Regency. Supervised by TARUNI
SRI PRAWASTI and RIKA RAFFIUDIN.
Ectoparasite is parasite living outside of its host. One of parasites infects on
Reptile body is mite. Pterygosomatidae lizard is infected by Geckobia mites. The
aim of this research was to classify, identify, and examine the about infection of
ectoparasitic mite on lizard in Sumedang. Lizards were collected and preserved in
Alcohol 70%. Mites were taken from head, eyes, armpit, body, thigh, tail, fingers,
and toes. Mites were prepared on whole mount method using polyvinyl alcohol
(PVA) media and was dried in oven for 2 weeks at temperature 400C.
Ectoparasitic mites infecting the lizards were Geckobia sp1, Geckobia glebosum,
Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp10, Geckobia sp13 and

Geckobia sp17. Total prevalence of infected lizards valued was 97%. The highest
average of mite infection intensity on lizard C. platyurus was mite G6, H. frenatus
was mite G. glebosum, H. garnotii was mite G1, and G. mutilata was mite G10.
The highest infection intensity of mite was on H. garnotii.
Keywords : ectoparasites, mites, Geckobia, intensity, infestation

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU
EKTOPARASIT PADA CICAK DI KABUPATEN SUMEDANG

HERAWATI SRI NURHIDAYAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di
Kabupaten Sumedang
:
Herawati Sri Nurhidayat
Nama
: G34090031
NIM

Disetujui oleh

Dra Tarum S Prawasti, MSi
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

.


'"'

Dr Ir Rika Raffiudin, MSi
Pembimbing II

Judul Skripsi : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di
Kabupaten Sumedang
Nama
: Herawati Sri Nurhidayat
NIM
: G34090031

Disetujui oleh

Dra Taruni Sri Prawasti, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Rika Raffiudin, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah Inventarisasi dan Identifikasi
Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kabupaten Sumedang. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra Taruni Prawasti, MSi dan Ibu
Dr Ir Rika Raffiudin, MSi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ilmu
yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah.
Terima kasih juga kepada Dr Ir Ence Darmo Jaya Supena, MSi selaku penguji.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta (Dayat dan Sri Teti
Nurhayati), saudara, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan,

doa, semangat dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan penulisan
karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini dan
Mbak Ani selaku laboran yang telah banyak memberikan bantuan selama
pengamatan di laboratoruim, serta seluruh teman seperjuangan di Biologi 46 dan
wisma eky.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013
Herawati Sri Nurhidayat

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE PENELITIAN

2

Waktu dan Tempat


2

Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit

2

Pembuatan Preparat Tungau Ektoparasit

2

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit

2

Analisis Data

2

HASIL


3

Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak 3
Kunci Determinasi Spesies Geckobia

6

Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak

7

Ketotaksis

8

PEMBAHASAN

10


SIMPULAN

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

17

v
vi

DAFTAR TABEL
1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (∑ individu), dan nilai prevalensi
(P) empat spesies cicak di lima wilayah penangkapan.
2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus,
H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata pada kepala (a), telinga (b),
ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), jari belakang (h)
3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus
(Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm)
4 Intensitas infestasi tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H.
frenatus (Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm)
5 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp 1, Geckobia sp 2, Geckobia sp
4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 10, Geckobia sp 13 dan
Geckobia sp 17 dari cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G.
mutilata

3

4
5
7

9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Fase hidup tungau Geckobia
Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia
Tungau Geckobia
Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter tungau
Geckobia.

4
5
6
8

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta penangkapan cicak di Kabupaten Sumedang
2 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia (Zhang 1963)
3 Glosarium

15
15
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cicak (Famili Gekkonidae) merupakan hewan nokturnal yang biasa terlihat
di dinding dan langit-langit rumah. Penyebaran cicak di Indonesia sangat luas.
Menurut Cook & Richard (1999), cicak mudah menyebar dan membentuk
kelompok baru. Tiga spesies cicak yang tersebar secara acak dan cukup luas di
Indonesia adalah Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan H. garnotii
(Prawasti et al. 2013).
Parasit menyebabkan kerugian berupa penurunan kondisi badan inang,
namun tidak mengakibatkan kematian (Kusumamihardja 1982). Walter dan
Proctor (1999) menyatakan, bahwa sifat ektoparasit berlangsung paling tidak pada
sebagian dari siklus hidup tungau di tubuh inang avertebrata maupun vertebrata.
Reptil, dalam hal ini kura-kura, ular, kadal dan cicak, berinteraksi dengan
beragam jenis tungau, baik sebagai ektoparasit maupun endoparasit. Tungau
ektoparasit pada cicak umumnya ditemukan di sekitar ekor, ketiak dan leher
(Rivera et al. 2003). Ektoparasit pada cicak dan kadal Gekkonidae adalah tungau
Famili Pterygosomatidae (Bochkov dan Mironov 2000).
Secara umum tungau dewasa berukuran antara 0,3 hingga 0,5 mm dan tubuh
tungau terbagi menjadi bagian gnatosoma dan idiosoma. Idiosoma merupakan
gabungan dari podosoma (melekatnya tungkai) dan opistosoma (Zhang 1963).
Tungau Geckobia (Famili Pterygosomatidae) ektoparasit pada cicak Hemidactylus
di Asia Tenggara (Krantz 1978). Tungau G. carcinoides merupakan ektoparasit
pada cicak Gehyra oceanica di Polynesia (Bertrand dan Ineich 1989). Cicak C.
platyurus dan H. frenatus dapat diinfestasi oleh beberapa spesies Geckobia
(Bertrand et al. 1999). Cicak Hemidactylus mabouia merupakan inang dari tungau
G. hemidactyli di Puerto Rico (Rivera et al. 2003). Abdussalam (2012) di Cianjur
dan Anggraini (2012) di Tanggerang menemukan bahwa ektoparasit pada cicak C.
platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata adalah tungau Geckobia.
Kabupaten Sumedang (Jawa Barat) merupakan daerah berbukit dan gunung
dengan ketinggian tempat antara 25 m – 1.667 mdpl. Sebagian besar wilayah
Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah utara berupa
dataran rendah. Belum ada laporan penelitian mengenai inventarisasi dan
identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Sumedang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menginventarisasi, mengidentifikasi dan
mempelajari intensitas infestasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten
Sumedang.

2

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2012 hingga Juni 2013.
Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Tomo (25-50 mdpl) (6°45'51.09"LS,
108° 7'57.36"BT), Kecamatan Conggeang (50-100 mdpl) (6°44'0.00"LS, 108°
0'0.00"BT), Kecamatan Paseh (100-500 mdpl) (6°47'52.78"LS, 108° 0'44.81"BT),
Kecamatan Situraja (500-1000 mdpl) (6°52'0.28"LS, 108° 0'23.44"BT) dan
Kecamatan Tanjungsari (>1000 mdpl) (6°57'26.99"LS, 107°48'55.22"BT). Waktu
pengambilan sampel dilakukan malam hari yaitu antara pukul 18.00-24.00 WIB.
Identifikasi cicak dan tungau, serta pembuatan preparat tungau dilakukan di
Laboratorium Mikroteknik Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan,
Departemen Biologi, FMIPA, IPB.
Penangkapan Cicak dan Koleksi Tungau Ektoparasit
Koleksi cicak dilakukan di Kabupaten Sumedang secara bertahap dengan
metode road sampling. Cicak yang berhasil ditangkap, diawetkan dalam alkohol
70%. Tungau yang melekat pada setiap individu cicak yaitu di bagian kepala,
telinga, ketiak, badan, paha, ekor, tungkai depan, dan tungkai belakang diambil
dengan menggunakan sonde. Tungau pada setiap individu cicak disimpan secara
terpisah dalam tabung yang berisi alkohol 70% berdasar tempat pelekatan pada
tubuh cicak.
Pembuatan Preparat Tungau Ektoparasit
Sedian utuh tungau dibuat dengan media polivinil alkohol berdasar Zhang
(1963). Tungau diletakkan pada gelas objek, ditetesi media polivinil alkohol dan
ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya dikeringkan pada oven dengan suhu
40oC selama dua minggu.
Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit
Cicak diidentifikasi dengan kunci determinasi Rooij (1915). Identifikasi
tungau menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan
Lawrence (1936) hingga tingkat genus. Pola sebaran seta pada tungkai (ketotaksis
tungkai) dibuat berdasar Jack (1964).
Analisis Data
Analisis keberadaan tungau pada cicak dilakukan dengan menghitung nilai
prevalensi (P), intensitas infestasi (I) dan intensitas total (It) (Barton & Richards
1996). Nilai prevalensi adalah presentase cicak yang terinfestasi tungau. Intensitas
infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi setiap
individu cicak. Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang
menginfestasi per individu cicak.

3

P =



x 100%

I =

��


It =



��
Keterangan:
P
= prevalensi
I
= intensitas infestasi tungau
It
= intensitas total
n
= jumlah cicak yang terinfestasi tungau
ni
= jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies i
N
= jumlah cicak yang diperiksa
Ti
= jumlah tungau spesies i yang menginfeksi cicak
T
= jumlah total tungau yang menginfestasi cicak

HASIL
Cicak yang ditangkap dari lima kecamatan di Kabupaten Sumedang
berjumlah 150 individu. Ditemukan empat spesies cicak yaitu cicak C. platyurus,
H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata. Pada wilayah ketinggian 25-50 mdpl
ditemukan cicak C. platyurus, H. garnotii dan G. mutilata dengan jumlah
terbanyak adalah cicak C. platyurus (17 individu). Pada wilayah ketinggian 50500 mdpl ditemukan cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata
dengan jumlah terbanyak cicak C. platyurus (30 individu). Pada wilayah
ketinggian >500 mdpl ditemukan ditemukan cicak C. platyurus, H. frenatus, H.
garnotii dan G. mutilata dengan jumlah terbanyak cicak H. garnotii (26 individu)
(Tabel 1).
Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak
Total cicak yang terinfestasi tungau sebesar 146 individu (97%) dari jumlah
keseluruhan yang diperiksa (150 individu). Cicak H. frenatus dan H. garnotii
yang diperiksa terinfestasi tungau dengan nilai prevalensi 100%. Cicak C.
platyurus terinfestasi tungau dengan nilai prevalensi 100% kecuali pada
ketinggian 100-500 meter dpl dengan nilai prevalensi 68,8%. Cicak G. mutilata
terinfestasi tungau dengan nilai prevalensi 100% dan pada ketinggian 500-1000
mdpl nilai prevalensi 83,3% (Tabel 1).
Tabel 1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (∑ individu), dan nilai prevalensi
(P) empat spesies cicak di lima wilayah penangkapan.
Wilayah
Ketinggian
(meter dpl)
Tomo (25-50)
Conggeang (50-100)
Paseh (100-500)
Situraja (500-1000)
Tanjungsari (>1000)
Total

C. platyurus

P
ind.
(%)
17
100
14
100
16
68,8
6
100
4
100
57

91

Spesies cicak
H. frenatus
H. garnotii


P
P
ind. (%)
ind.
(%)
0
0
6
100
3
100
8
100
3
100
4
100
6
100
12
100
6
100
14
100
18

100

44

100

G. mutilata
P
∑ ind.
(%)
7
100
5
100
7
100
6
83,3
6
100
31

97

4

Tungau yang ditemukan pada 146 individu berjumlah 1285 tungau.
Pelekatan tungau pemukaan tubuh diamati di delapan lokasi pelekatan yaitu,
kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan
jari belakang (h). Lokasi pelekatan tungau pada cicak C. platyuruts, H. frenatus,
H. garnotii dan G. mutilata tertinggi pada tungkai belakang berturut-turut sebesar
35,32%, 26,34%, 39,27% dan 42,76% (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus,
H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata pada kepala (a), telinga (b),
ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang
(h)
Lokasi
pada
cicak
A
B
C
D
E
F
G
H
Total

Tungau
C. platyurus

%
21
52
4
21
16
4
45
89
252

8,33
20,63
1,59
8,33
6,35
1,59
17,86
35,32
100

H. frenatus

%

H. garnotii

%

13
39
8
19
31
26
29
59
224

20
12
15
36
130
26
160
258
657

5,80
17,41
3,57
8,48
13,84
11,61
12,95
26,34
100

3,04
1,83
2,28
5,48
19,79
3,96
24,35
39,27
100

G. mutilata

%
0
48
1
8
13
1
16
65
152

0,00
31,58
0,66
5,26
8,55
0,66
10,53
42,76
100

Pada penelitian ini ditemukan fase larva tungau (Gambar 1a) sebanyak 274
individu. Ciri-ciri fase larva adalah memiliki tiga pasang tungkai, seta tidak rapat
dan spur belum terbentuk dengan sempurna. Fase nimfa (Gambar 1b) sebanyak
230 individu dengan ciri memiliki empat pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur
belum terbentuk dengan lengkap. Fase tungau dewasa ditemukan sebanyak 823
individu. Tungau dewasa mempunyai ciri-ciri tubuh terdiri atas tiga tagmata yaitu
gnatosoma, podosoma dan opistosoma (Gambar 2a); tidak ada segmentasi pada
opistosoma; gnatosoma terdiri dari kelisera, palpi, stigmata dan peritrema; palpi
dilengkapi dengan cakar (Gambar 2b); ada spur pada koksa, seta pada tubuh
dorsal dan ventral dengan bentuk dan ukuran bervariasi (Gambar2c).

Gambar 1 Fase hidup tungau Geckobia a. fase larva (tampak dorsal), b. fase nimfa
(tampak dorsal) di Kabupaten Sumedang

5

Karakterisasi tungau dilakukan terhadap bentuk tubuh, (panjang dan lebar
tubuh), motif kutikula, skutum dorsal (Gambar 2d), seta dorsal (seta anterior,
median dan posterior) serta seta ventral, gnatosoma (spur palpal tibia, seta palpal
tibia dan panjang kelisera), rasio tungkai satu dan tungkai empat, dan ketotaksis.
Terdapat empat pasang tungkai masing-masing terdiri dari koksa, trokhanter,
femur, genu dan tibia (Gambar 2e).

Gambar 2 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia a. bagian tubuh (tampak dorsal),
b. bagian gnatosoma (tampak ventral) c. seta (tampak dorsal), d.
skutum dorsal (tampak dorsal), e. segmen tungkai
Pengelompokan tungau berdasar 12 karakter morfologi yang diamati,
ditemukan delapan kelompok tungau Geckobia yaitu Geckobia spesies 1 (G1)
(Gambar 3a) sebanyak 211 individu, Geckobia spesies 2 (G2) (Gambar 3b)
sebanyak 86 individu, Geckobia spesies 4 (G4) (Gambar 3c) sebanyak 3 individu,
Geckobia spesies 5 (G5) (Gambar 3d) sebanyak 24 individu, Geckobia spesies 6
(G6) (Gambar 3e) sebanyak 70 individu, Geckobia spesies 10 (G10) (Gambar 3f)
sebanyak 284 individu, Geckobia spesies 13 (G13) (Gambar 3g) sebanyak 71
individu dan Geckobia spesies 17 (G17) (Gambar 3h) sebanyak 9 individu.
Tabel 3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus
(Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm) di Kabupaten Sumedang
Spesies
Cicak
Cp
Hf
Hg
Gm
Total


Cicak
52
18
44
30
144

Tungau
Larva
32
38
139
8
217

Nimfa
67
26
89
48
230

G1

G2

G4

G5

G6

G10

G13

G17

21
34
149
7
211

11
35
36
4
86

0
0
0
3
3

13
4
7
0
24

39
1
14
16
70

30
53
178
23
284

2
16
16
37
71

2
0
7
0
9


118
160
429
116
823

6

Gambar 3 Tungau Geckobia a. Geckobia sp1(tampak ventral), b. Geckobia sp2
(tampak ventral), c. Geckobia sp4 (tampak ventral), d. Geckobia sp5
(tampak dorsal), e. Geckobia sp6 (tampak dorsal), f. Geckobia sp10
(tampak dorsal), g. Geckobia sp13 (tampak dorsal), h. Geckobia sp17
(tampak ventral)
Berdasar 12 karakter morfologi yang diamati (Tabel 4) dibuat kunci
determinasi tungau Geckobia di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Kunci Determinasi Spesies Geckobia
Ada skutum dorsal, bentuk tubuh bulat ….......................………………....... 2
Ada skutum dorsal, bentuk tubuh tidak bulat ................................................. 3
Tubuh membulat ke posterior..............................................................……… 4
Tubuh membulat ke lateral ........................................................……………. 5
Bentuk tubuh segitiga, seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior
bertipe pilose, ukuran kelisera ± 55 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe
simple, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 5 pilose.....................Geckobia sp 2
b. Bentuk tubuh persegi tepi tidak beraturan, seta dorsal bagian anterior median
dan posterior bertipe pilose, ukuran kelisera ± 75 µm, seta pada koksa 1
berjumlah 2 tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 4 pilose
….........................................................................................…. Geckobia sp 17

1a.
b.
2a.
b.
3a.

7

4a. Tepi beraturan, seta dorsal anterior dan median serrate, seta dorsal posterior
tipe simple ukuran kelisera ± 50 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe
pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 4 pilose .................... Geckobia sp 6
b. Tepi tidak beraturan, seta dorsal anterior dan median serrate, seta dorsal
posterior tipe simple ukuran kelisera ± 87 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2
tipe pilose, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 4 pilose ............Geckobia sp 13
5a. Ada spur palpa tibia ........................................................................................ 6
b. Tidak ada spur palpa tibia ............................................................................... 7
6a. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe serrate, ukuran
kelisera ± 45 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada
tungkai 3&4 berjumlah 3-4 pilose …….................................…Geckobia sp 4
b. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe pilose, ukuran
kelisera ± 75 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada
tungkai 3&4 berjumlah 6 pilose .................................................Geckobia sp 5
7a. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe serrate, ukuran
kelisera ± 113 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe serrate, spur pada
tungkai 3&4 berjumlah 3 serrate ….......................................…Geckobia sp 1
b. Seta dorsal bagian anterior, median, dan posterior bertipe pilose, ukuran
kelisera ± 75 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe pilose, spur pada
tungkai 3&4 berjumlah 5 pilose ...............................................Geckobia sp 10
Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak
Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang
menginfestasi setiap individu cicak. Intensitas infestasi tungau pada cicak C.
platyurus yang paling tinggi adalah tungau G6 dengan nilai 5,57. Intensitas
infestasi tungau terhadap cicak H. frenatus tertinggi sebesar 4,38 oleh tungau G2.
Cicak G. mutilata intensitas infestasi tertinggi oleh tungau G10 sebesar 3,83 dan
cicak H. garnotii intensitas infestasi tertinggi oleh tungau G1 sebesar 8,28.
Tungau G4 hanya ditemukan pada G. mutilata dengan intensitas infestasi sebesar
1,5.
Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang ditemukan per
individu cicak. Intensitas infestasi total secara keseluruhan paling tinggi terdapat
pada cicak H. garnotii sebesar 9,75.
Tabel 4

Intensitas infestasi tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp),
H. frenatus (Hf), H. garnotii (Hg), dan G. mutilata (Gm) di Kabupaten
Sumedang

Spesies

Intensitas infestasi spesies tungau

Cicak

G1

G2

G4

G5

G6

Cp

2,63

2,75

*

1,86

5,57

Hf

3,78

4,38

*

1,33

Hg

8,28

4,00

*

Gm

2,33

1,00

1,50

G13

G17

2,31

2,00

2,00

2,27

1,00

3,79

3,20

*

8,89

1,40

4,67

5,93

2,67

7,00

9,75

*

2,29

3,83

3,70

*

3,87

Keterangan : * tidak ditemukan tungau pada cicak

G10

Intensitas
Total

8

Ketotaksis
Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur dan trochanter dari tungkai
satu sampai tungkai empat.
T1
T2
T3
T4 Posterior
Anterior
Ti
Ge

Fe
Trokh

Gambar 4 Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter tungau
Geckobia.
seta dorsal,
seta ventral,
seta antero-lateral,
seta postero-lateral.(T1) tungkai 1, (T2) tungkai 2, (T3) tungkai 3,
(T4) tungkai 4, (Ti) tibia,(Ge) genu, (Fe) femur, (Trokh) trokhanter

9

Tabel 5 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp 1, Geckobia sp 2, Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 10, Geckobia sp
13 dan Geckobia sp 17 dari cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata di Kabupaten Sumedang
No

Pembeda

G1

G2

G4

G5

G6

G10

G13

G17
Persegi tepi tak
beraturan

Bentuk tubuh

Bulat lateral

Segitiga

Bulat ke lateral

Bulat ke lateral

Bulat

Bulat ke lateral

Bulat, tepi beraturan

Panjang tubuh (µm)

±560

± 330

± 240

± 330

± 460

± 500

± 400

± 350

Lebar tubuh (µm)

± 550

± 430

± 220

± 380

± 430

± 520

± 430

± 300

3

Motif kutikula

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

Lineate

4

Skutum Dorsal

1
2

Besar ,14 serrate

Sedang, 8 pilose

Kecil, 4 serrate

Besar, 14 serrate

Sedang, 8 serrate

Besar, 16 serrate

Sedang, 12 serrate

Sedang, 8 serrate

Seta dorsal
a. Anterior (tipe-ukuranµm)

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

tidak ada

b. Median (tipe-ukuran µm)

serrate 42,5

pilose30

serrate42,5

pilose30-37,5

serrate25-32,5

pilose 30-40

serrate 35-37,5

pilose 30

c. Posterior (tipe-ukuran µm)

serrate 42,5

pilose 42,5

serrate45

pilose50-57,5

serrate32,5-45

pilose 52,5-60

serrate 50-55

pilose 60

Seta ventral

serrate 20-25

pilose42,5

serrate42,5-45

pilose40-50

simple60-65

pilose30-60

serrate17,5-45

pilose 30

a. Spur palpal tibia

tidak ada

Ada- simple

Ada-pilose

Ada- serrate

Ada-pilose

tidak ada

tidak ada

Ada- serrate

b. Seta palpal tibia (µm)

simple 25

serrate -27,5

simple35

pilose-35

simple-20

pilose-25

simple -62,5

simple -37,5

c. Panjang kelisera (µm)

113

55

45

75

50

75

87

75

a. Seta pada koksa

ada - 2 – serrate

ada - 2 –simple

ada - 2 – simple

ada - 2 - simple

ada - 2 - serrate

ada - 2 - simple

ada - 2 - simple

ada - 2 - simple

b. Spur pada trochanter

tidak ada

Ada- pilose

Ada-serrate

Ada- serrate

Ada - serrate

Ada- serrate

tidak ada

Ada- serrate

a. Jumlah spur pada koksa

2- serrate

2- pilose

2- pilose

2- pilose

2- pilose

2- pilose

2- pilose

2- pilose

b. Spur spur trochanter

tidak ada

Ada- pilose

Ada- serrate

Ada- serrate

Ada- serrate

Ada- serrate

tidak ada

Ada- serrate

a. Jumlah spur pada koksa

3- serrate

5- pilose

3-4- pilose

6- pilose

4- pilose

5- pilose

4- pilose

4- pilose

b. Spur pada trochanter

tidak ada

tungkai 4- pilose

tungkai 4- serrate

Ada-serrate

Ada- serrate

Ada- serrate

tidak ada

Ada- serrate

a. Tungkai 4 : p. tubuh

1:2,8

1:3

1:1,2

1:2

1:1,25

1:2,1

1:1,15

1:1,5

b. Tungkai 1 : tungkai 4

1:1,2

1:2

1:1,3

1:1,3

1:1,6

1:1,3

1:1,3

1:1,5

Kaetotaksis

(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(2-1-1-1)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(1-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(0-0-0-0)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(1-0-0-1)
(3-2-2-2)
(1-1-1-1)

(5-5-5-5)
(0-1-1-1)
(2-1-1-1)
(1-1-1-1)

5

6

Gnathosoma
7

Tungkai 1
8

Tungkai 2
9

Tungkai 3 dan 4
10

11

12

9

10

PEMBAHASAN
Pada penelitian ini cicak yang ditemukan di wilayah penangkapan
menempel pada bangunan yang ditempati oleh manusia, beberapa diantaranya
perumahan, pertokoan dan bangunan publik seperti pergudangan dan perkantoran.
Cicak dapat mengontrol temperatur tubuh dengan memanfaatkan suhu
disekitarnya yang dicapai dengan cara melekatkan bagian ventral tubuh dengan
habitatnya, antara lain pohon, dinding (Marcellini 1976).
Ditemukan empat spesies cicak yang tersebar di Kecamatan Tomo,
Kecamatan Conggeang, Kecamatan Paseh, Kecamatan Situraja dan Kecamatan
Tanjungsari, yaitu cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata.
Pada setiap wilayah dengan ketinggian tertentu tidak ditemukan spesies cicak
yang spesifik. Cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata di lima
wilayah tidak memiliki pola penyebaran yang khusus. Hal ini sesuai dengan Cook
dan Richard (1999) yang menyatakan bahwa cicak merupakan hewan yang mudah
menyebar dan membentuk kelompok baru. Kelompok-kelompok cicak berpindah
antar pulau melalui kegiatan manusia (Jesus et al. 2001).
Cicak C. platyurus, memiliki ciri-ciri moncong panjang, terdapat lamela di
sepanjang tubuh bagian samping, permukaan ventral tubuh berwarna putih dan
ekor pipih bergerigi. Cicak H. frenatus memiliki ciri sisik kecil diatas
kepala,warna tubuh bagian dorsal keabu-abuan dan ekor bulat memanjang. Cicak
H. garnotii memiliki ciri-ciri kepala agak bulat, warna bagian dorsal abu-abu
kemerahan dan ekor pipih memanjang dengan pinggir bergerigi. Cicak G.
mutilata memiliki ciri-ciri moncong lebih panjang daripada lebar kepalanya,
warna dorsal abu-abu dengan bintik-bintik kecil dan ekor membulat. Berdasar
sebaran cicak dari berbagai ketinggian di Kabupaten Sumedang dan perbandingan
sebaran di Indonesia, cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata
merupakan cicak yang hampir selalu ada pada setiap wilayah penangkapan di
Indonesia namun tidak terlihat adanya pola persebaran yang khusus. Penyebaran
cicak C. platyurus dan H. frenatus meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi
dan Nusa Tenggara; sedang H. garnotii tersebar di Sumatra, Jawa dan Kalimantan
(Rooij 1915). Cicak Hemidactylus tersebar di Florida, dimana spesies H. frenatus
penyebarannya meliputi wilayah Afrika, Asia Australia dan Polinesia, sedangkan
H. garnotii penyebarannya di negara India, Asia tenggara, dan Oseania (Welch
1994).
Total cicak yang terinfestasi tungau adalah 146 individu (97%) dari jumlah
keseluruhan yang diperiksa (150 individu). Cicak H. frenatus dan H. garnotii
terinfestasi tungau dengan nilai prevalensi 100%. Cicak H. frenatus dan H.
garnotii spesies yang paling banyak diinfestasi oleh tungau. Prawasti et al. (2013)
melaporkan bahwa nilai prevalensi cicak diinfestasi tungau pada 25 wilayah
penangkapan di Indonesia berturut-turut adalah cicak H. frenatus (54,7%), H.
garnotii (79,5%), C. platyurus (15,5%). Soleha (2006) penangkapan di Bogor
berturut-turut adalah cicak H. frenatus (88,8%), H. garnotii (60%), C. platyurus
(32%). Prevalensi infestasi tungau terhadap cicak tertinggi di Tanggerang adalah
H. garnotii dan H. frenatus (100%), C. platyurus (60,5%) (Anggraini 2012).
Prevalensi infestasi tungau terhadap cicak di Cianjur yang tertinggi adalah C.
platyurus (74,38%), H. frenatus (33,3%). Berdasar beberapa penelitian yang

11

sudah dilakukan, dapat diambil simpulan bahwa tidak ada hubungan antara
prevalensi infestasi dengan spesies cicak yang di infestasi tungau. Cicak
terinfestasi oleh tungau karena adanya kontak fisik cicak yaitu berupa perkawinan,
perkelahian dan hidup dalam satu habitat yang berdekatan (Rivera et al.2003).
Pelekatan tungau terhadap keempat spesies cicak pada penelitian ini
terbanyak pada jari belakang cicak. Hal ini sesuai dengan Bochkov dan Mironov
(2000) yang melaporkan bahwa tungau menginfestasi cicak dibawah cakar
tungkai belakang. Kemungkinan morfologi cakar dan lamela telapak jari pada
tungkai belakang memberi perlindungan bagi tungau.
Pada penelitian ini ditemukan tungau fase larva, fase nimfa dan fase dewasa.
Ciri-ciri fase larva adalah memiliki tiga pasang tungkai, seta tidak rapat dan spur
belum terbentuk dengan sempurna. Tungau fase nimfa memiliki empat pasang
tungkai, seta tidak rapat dan spur belum terbentuk dengan lengkap. Hal ini sesuai
laporan Gerson et al. (2003) dalam perkembangannya tungau memiliki tiga tahap
aktif, yaitu larva, nimfa dan dewasa.
Tungau fase dewasa ditemukan sebanyak 823 individu. Tungau dewasa
berukuran antara 0,3 hingga 0,5 mm dan morfologi tubuh terbagi menjadi;
gnatosoma, idiosoma merupakan famili Pterygosomatidae (Krantz 1978).
Terdapat skutum dorsal, mulut, koksa dengan seta kaku (spur), sebaran seta pada
tubuh dan pola penyebaran seta (Tabel 4) tungau tersebut adalah genus Geckobia
(Lawrence 1936). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh tungau yang
menginfestasi cicak di Kabupaten Sumedang adalah genus Geckobia.
Pengelompokan tungau berdasar 12 karakter morfologi yang diamati,
ditemukan delapan kelompok tungau Geckobia yaitu Geckobia spesies 1 (G1),
Geckobia spesies 2 (G2), Geckobia spesies 4 (G4), Geckobia spesies 5 (G5),
Geckobia spesies 6 (G6), Geckobia spesies 10 (G10), Geckobia spesies 13 (G13)
dan Geckobia spesies 17 (G17). Penomoran spesies tungau berdasar penelitian
sebelumnya Prawasti et al. (2013), Heryanto (2013), Abdusalam (2012) dan
Anggraini (2012).
Ketotaksis adalah pola penyebaran seta pada bagian tibia, genu, femur dan
trochanter (Gambar 2e) dari tungkai satu sampai tungkai empat (Gambar 4) (Jack
1964). Pola penyebaran dan jumlah seta pada tungkai Geckobia, tidak selalu sama
(Jack 1964). Tungau G2, G4, G6 dan G13 memiliki pola penyebaran seta (5-5-55) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1) dapat dimasukan dalam Geckobia Group 1 dan
tungau G5 memiliki kesamaan ketotaksis dengan G.indica (5-5-5-5) (1-0-0-0) (32-2-2) (1-1-1-1) (Jack 1964). Tungau G2 memiliki ciri-ciri dan ketotaksis yang
sama dengan G. glebosum yang pertelakan oleh Bertrand et al. (1999). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tungau G2 adalah G. glebosum. Tungau G10 memiliki
kesamaan ketotaksis dengan G. gledoviana (5-5-5-5) (0-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1)
namun memiliki ciri-ciri morfologi yang berbeda. Tungau G1 dan G2 telah
ditemukan oleh Prawasti et al. (2013), tungau G4, G5, G6, G10 telah ditemukan
oleh Abdussalam (2012) dan Anggraini (2012) dan tungau G13 ditemukan oleh
Heryanto (2013). Geckobia spesies 17 belum ditemukan pada penelitian
sebelumnya.
Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang
menginfestasi setiap individu cicak. Intensitas infestasi rata-rata tungau terhadap
cicak C. platyurus yang paling tinggi adalah tungau G6. Pada cicak H. frenatus
intensitas infestasi tertinggi adalah tungau G2. Cicak G. mutilata intensitas

12

infestasi tertinggi adalah tungau G10 dan cicak H. garnotii intensitas infestasi
tertinggi adalah tungau G1. Tungau G1 lebih banyak menginfestasi H. garnotii
dengan intensitas infestasi 6,96 (Prawasti et al. 2013). Delapan spesies tungau
ditemukan pada keempat spesies cicak. Tungau G4 hanya ditemukan pada G.
mutilata dengan intensitas infestasi sebesar 1,5. Berdasar laporan Abdussalam
(2012) di Cianjur tungau G4 menginfestasi C. platyurus dengan intensitas
infestasi sebesar 3 dan Anggraini (2012) di Tanggerang tungau G4 menginfestasi
C. platyurus, H. frenatus dan H. garnotii dengan intensitas infestasi masingmasing sebesar 7, 2 dan 8. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
spesies tungau tidak spesifik menginfestasi cicak tertentu.
Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang ditemukan per
individu cicak. Nilai intensitas infestasi total setiap individu cicak Secara
keseluruhan paling tinggi terdapat pada cicak H.garnotii sebesar 9,75.
Kemungkinan ekor cicak H. garnotii yang memiliki tekstur dan lipatan-lipatan
kasar memberi peluang tungau untuk berlindung. Hal ini sesuai dengan laporan
Prawasti et al. (2013) dan Anggraini (2012) yang melaporkan bahwa cicak H.
garnotii memiliki intensitas rata-rata paling tinggi.

SIMPULAN
Tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak di Kabupaten Sumedang
adalah tungau Geckobia sp1 (G1), Geckobia glebosum, Geckobia sp4 (G4),
Geckobia sp5 (G5), Geckobia sp6 (G6), Geckobia sp10 (G10), Geckobia sp13
(G13) dan Geckobia sp17 (G17). Prevalensi total cicak terinfestasi tungau sebesar
97%. Intensitas infestasi tungau rata-rata tertinggi pada cicak C. platyurus adalah
tungau G6, pada cicak H. frenatus adalah tungau G. glebosum, pada cicak H.
garnotii adalah tungau G1 dan pada cicak G. mutilata adalah tungau G10.
Intensitas infestasi total tungau yang paling tinggi terdapat pada cicak H. garnotii.

DAFTAR PUSTAKA
Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada
cicak di kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di
perumahan dan pasar kota Tangerang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genimaculata (Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest stream
in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol. 26:1381-1385.
Bertrand M, Ineich I. 1989. Repartition des Pterygosomatidae du genre Geckobia
Megnin, 1878 ectoparasites du gecko Gehyra oceanica (Lesson, 1826), en
Polynesie Francaise. Acarologia. 30:365-371.

13

Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et
observations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella
(Acari: Actinedida). Acarologia. 60:277-304.
Bochkov AV, Mironov SV. 2000. Two new species of the genus Geckobia
(Acari: Pterygosomatidae) from geckos (Lacertilia: Gekkonomorpha) with
a brief review of host-parasit associations of the genus. Russ J Herpetol.
7:61-68.
Cook S, Richard S. 1961. Colonisation and extinction pattern of two lizard
Mabuya multifasciata and Hemidactylus frenatus on Sertung Island,
Krakatau Archipelago, Indonesia. Trop Biodiversity. 6:209-214.
Deris. 2006. Beberapa Speises Cicak dan Tokek (Famili Gekkonidae) di Wilayah
pandeglang Bandung [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Gerson U, Smiley RL, Ochoa R. 2003. Mites (Acari) for Pest Control. UK :
Black-well Science Ltd.
Heryanto A. 2013. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi
tungau ektoparasit [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor
Jack KM. 1964. Leg-chaetotatxy with special reference to the Pterygosomidae
(Acarina). J. Ann Natal Mus. 16:152-171.
Jesus J, Brehm A, Pinheiro M, Harris DJ. 2001. Relationships of Hemidactylus
(Reptilia: Gekkonidae) from the Cape Verde Islands: What mitochondrial
DNA data indicate. J Herpetol. 35:672-675.
Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed. ke-2. Covallis (US): Oregon Univ.
Kusumamihardja S. 1982. Parasit dan parasitologi pada Hewan Ternak dan
Piaraan di Indonesia. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Bioteknologi,
Institut Pertanian Bogor.
Marcellini DL. 1976. Some aspects of the thermal ecology of the Gecko
Hemidactylus frenatus. Herpetologica. 32: 341-345.
Lawrence RF. 1936.The prostigmatic mites of South African lizard. Parasitology.
28:1-39.
Prawasti et al. 2013. Three species of ectoparasite mites (Acari:
Pterygosomatidae) infested geckos in Indonesia. Hayati J Biosci. 20:80-88.
Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia
(Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida:
Pterygosomatidae), throughout the Caribbean and South America.
Caribbean J Sci. 39:321-326.
Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia,
Chelonia, Emydosauria. Leiden (NL): E.J. Brill, Ltd.
Saepudin A. 2004. Beberapa spesies cicak dan tokek (Famili Gekkonidae) di
wilayah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Soleha I. 2006. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di
Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.

14

Walter DE, Proctor HC. 1999. Mite: Ecology, Evolution and Behaviour.
Wallingford (US): UNSW.
Welch KRG. 1994. Lizards of the World: A Checklist 1 Geckos. Bristol (US):
KCM Books.
Zhang ZQ. 1963. Mites of Greenhouses: Identification, Biology and Control.
Wallingford (US): CABI Publishing.

15

Lampiran 1 Peta penangkapan cicak di Kabupaten Sumedang

Keterangan :
1. Kecamatan Tomo (±25-51 m dpl)
2. Kecamatan Buahdua (±51-101 m dpl)
3. Kecamatan Paseh (±101 m dpl)
4. Kecamatan Situraja (±101-501 m dpl)
5. Kecamatan Tanjungsari (±>501 m dpl)
Lampiran 2 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia (Zhang 1963)

tipe simple

tipe pilose

tipe serrate

16

Lampiran 3 Glosarium
Dorsum
Femur

Genu

Gnatosoma

Idiosoma
Koksa
Khaetotaksi
Kelisera
Opitosoma
Palpi

Peritrema
Podosoma
Pretarsus

Prosoma
Rambut tenen

Spur
Stigmata
Tarsus
Tibia

Trokhanter

: Permukaan dorsal dari tubuh atau anggota tubuh.
: Segmen keempat dari tungkai dan palpus dihitung dari ujung
distal pada tungau umumnya; pada beberapa kelompok tungau,
femur terbagi menjadi telofemur distal dan
basifemur
proksimal.
: Segmen ketiga dari tungkai dan palpi dihitung dari ujung distal
pada tungau umumnya, distal terhadap femur dan proksimal
terhadap tibia.
: Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus
dan keliserae yang digunakan sebagai alat penangkap
makanan.
: Bagian utama tubuh posterior terhadap gnatosoma.
: Segmen basal dari kaki dan palpus.
: Jumlah dan pola penyebaran setae.
: Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang
digunakan untuk menusuk atau mengunyah mangsa.
: Bagian dari tubuh posterior terhadap podosoma.
: Pasangan kedua anggota tubuh pada gnatosoma, digunakan
untuk peraba dan penanganan bahan makanan. juga sebagai
pulpus.
: Struktur seperti tabung yang terasosiasi dengan sebuah
stigmata.
: Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.
: Bagian distal pada tarsus, kurang tersklerotisasi, yang
membentuk bagian ambulakrum, dan mengandung suatu
endoskeleton (biasanya sepasang sklerit) untuk bergerak
bersama apotele.
: Bagian tubuh anterior terhadap opistosoma, termasuk
gnatosoma dan podosoma.
: Rambut ramping yang muncul dari cakar atau empodia, diduga
memungkinkan tungau mencengkeram permukaan daun;
ujung distalnya sering sedikit membesar pada banyak spesies
tungau laba-laba.
: Berkas seta kaku.
: Bukaan luar dari sistem respirasi.
: Segmen subterminal dari kaki dan palpus, distal terhadap tibia
dan mengandung apotele.
: Segmen kedua pada kaki dan palpus dihitung dari ujung distal
pada tungau umumnya. Ujung distalnya bergabung dengan
tarsus dan basalnya dengan genu.
: Segmen kelima dari kaki dan palpus dihitung dari ujung distal
tungau umumnya. Bagian distal bergabung dengan femur dan
basalnya dengan koksa.

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 28 Oktober 1990 dari
pasangan Dayat dan Sri Teti Nurhayati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1
Sumedang pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum mata kuliah Biologi
Dasar tahun 2011-2013, Dasar Komunikasi tahun 2012, Avertebrata tahun 2013
dan Fisiologi Tumbuhan tahun 2013. Penulis juga aktif dalam Badan Eksekutif
Mahasiswa FMIPA sebagai Sekretaris Umum II pada tahun 2011, Badan
Eksekutif Mahasiswa IPB sebagai Bendahara Kementrian Pengembangan Sumber
Daya Mahasiswa pada tahun 2012. Disamping itu penulis aktif dalam kegiatan
Leadership Entrepreneur School sebagai Manager Administrasi pada tahun 2012.
Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan
penelitian dalam studi lapang mengenai Anatomi Daun Tumbuhan Herba Yang
Terpapar Cahaya dan Yang Ternaung di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada
tahun 2011 dan praktik lapang di PT Ultra Jaya Tbk mengenai Manajemen dan
Pengolahan Pulp Sirsak Multi Various Plant Di PT. Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company, Tbk. pada tahun 2012. Penulis terlibat dalam Program
Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian dengan judul Potensi Bakteri Penambat
Nitrogen Asal Tanah Hutan Sebagai Pupuk Hayati pada Persemaian Tanaman
Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) di Tanah Asam didanai DIKTI
tahun 2012 sampai tahap IPB.