Produksi dan Kualitas Telur Ayam Arab Umur 29-34 Minggu pada Suhu Kandang yang berbeda

PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR AYAM ARAB UMUR 29-34
MINGGU PADA SUHU KANDANG YANG BERBEDA

AGUNG PRABOWO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
v

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi dan Kualitas
Telur Ayam Arab Umur 29-34 Minggu pada Suhu Kandang yang Berbeda adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Agung Prabowo
NIM D14062936

*Perlimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

iv

ABSTRAK
AGUNG PRABOWO. Produksi dan Kualitas Telur Ayam Arab Umur 29-34 Minggu
pada Suhu Kandang yang Berbeda. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan SRI
DARWATI
Ayam arab memiliki produktifitas telur yang tinggi dengan daya adaptasi
baik di Indonesia. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh pemberian suhu
yang berbeda, yaitu panas, nyaman, dan lingkungan terhadap produksi telur dan
kualitas telur yang dihasilkan oleh ayam arab umur 29-34 minggu. Peubah yang

diamati meliputi produksi telur, berat telur, index telur, berat kerabang, ketebalan
kerabang, kebersihan kerabang, haugh unit, berat putih telur, index kuning telur,
berat kuning telur, dan warna kuning telur. Hasil uji analisis statistik menunjukan
peubah yang diamati dengan pemberian perlakuan suhu kandang yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap produksi dan kualitas telur ayam arab, baik kualitas internal
maupun kualitas eksternalnya.
Kata kunci : Ayam arab, kualitas telur , produksi telur, suhu kandang.
ABSTRACT
AGUNG PRABOWO. The Production and Quality of Arab Hen Age 29-34 Weeks at
Different Level of Temperatures. Supevised by CECE SUMANTRI and SRI
DARWATI
The production and quality of Arab hen egg are influenced by the quality of
parent stock, feed, and also environment. The aim of this research was to determine
the production level, and egg quality of chicken’s egg from Arab chicken age 29-34
weeks at different level of temperatures. The experimental design used was
completely randomized design (CRD) with three different level of temperatures as
the treatment (netral, hot, and environment). The repetition was 2 times. The results
obtained at netral, hot, and environment temperatures were henday, egg’s weight,
egg’s index, cleanliness, eggshell’s weight, eggshell’s thickness, haugh unit of
albumin, albumin’s weight, index of yolk, yolk’s weight, and the colour of yolk. The

treatment was used to temperature cage was did not different (P>0.05) on production
and quality of chicken egg of Arab chicken, the treatment didn’t influence to quality
intern and external.
Keywords : Arab chicken, egg production, egg quality, temperature

PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR AYAM ARAB UMUR 29-34
MINGGU PADA SUHU KANDANG YANG BERBEDA

AGUNG PRABOWO

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013


Judul : Produksi dan Kualitas Telur Ayam Arab Umur 29-34 Minggu pada Suhu
Kandang yang berbeda
Nama : Agung Prabowo
NIM : D14062936

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Pembimbing I

Dr Ir Sri Darwati, MSi
Pembimbmg II

Diketahui oleh

Prof D-rlr Cece Sumantri, MAgrSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


2 8 .'U!'! 2013

vi

Judul : Produksi dan Kualitas Telur Ayam Arab Umur 29-34 Minggu pada Suhu
Kandang yang berbeda
Nama : Agung Prabowo
NIM : D14062936

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc
Pembimbing I

Dr Ir Sri Darwati, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Juli sampai September 2011 ini judul Produksi dan Kualitas Telur Ayam Arab
Umur 29-34 Minggu pada Suhu Kandang yang Berbeda.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof
Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc sebagai pembimbing utama dan Dr Ir Sri Darwati,
MSi selaku pembimbing anggota. Terimakasih kepada ibu Zakiah Wulandari, STp
MSi selaku pembimbing akademik. Serta tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
Prof Dr Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS, yang telah memberikan materi
penelitian kepada penulis. Ucapan terimakasih kepada Dr Ir Afton Atabany MSI, Dr
Ir Ibnu Katsir Amrullah, MS dan M. Baihaqi, SPt MSc sebagai dewan penguji.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juni 2013

Penulis

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL....................................................................................... ix
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan .............................................................................................. 1
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 1
METODE ................................................................................................... 2
Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 2
Bahan

................................................................................................... 2
Ternak .................................................................................. 2
Pakan .................................................................................... 2


Alat

................................................................................................... 2

Prosedur

................................................................................................... 3
Persiapan Kandang dan Peralatan ........................................ 3
Pemeliharaan ........................................................................ 3
Perlakuan .............................................................................. 3
Rancangan dan Analisis Data............................................... 3
Peubah yang diamati ............................................................ 3
Rancangan Percobaan .......................................................... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 4
Produksi Telur (Henday Production) ............................................... 4
Kualitas Eksterior Telur ................................................................... 6
Berat Telur ........................................................................... 6
Indeks Telur ......................................................................... 6

Berat dan Ketebalan Kerabang............................................. 7
Kebersihan Kerabang ........................................................... 8
Kualitas Interior Putih Telur ............................................................ 9
Haugh Unit ........................................................................... 9
Berat Putih Telur ................................................................ 10
Kualitas Interior Kuning Telur ....................................................... 11
Indeks dan Berat Kuning Telur .......................................... 11
Warna Kuning Telur ......................................................... 12
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
LAMPIRAN............................................................................................... 15
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... 15

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.

10.

Komposisi nutrisi pakan ................................................................
Rataan dan simpangan baku Henday Production telur ayam arab
umur 29-34 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda ...........
Berat telur ayam arab dengan perlakuan suhu yang berbeda ......
Rataan indeks telur ayam arab umur 29-34 minggu dengan
perlakuan suhu yang berbeda. .......................................................
Rataan ketebalan dan berat kerabang telur ayam arab umur 2934 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda .........................
Rataan dan simpangan baku kotoran kerabang telur ayam arab
umur 29-34 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda ...........
Rataan dan simpangan baku HU telur ayam arab umur 29-34
minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda ..............................
Rataan dan s impangan baku berat putih telur ayam arab umur
29-34 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda ....................
Rataan dan s impangan baku berat, dan indeks kuning telur

ayam arab umur 29- 36 minggu dengan perlakuan suhu yang
berbeda ..........................................................................................
Kisaran warna kuning telur ayam arab umur 29-34 minggu
dengan perlakuan suhu yang berbeda............................................

2
5
6
7
7
8
9
10

11
12

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam petelur sejak lama dipelihara masyakarat untuk dimanfaatkan produksi
telurnya. Di Indonesia ayam petelur digolongkan menjadi dua, yaitu ayam ras petelur
dan ayam buras petelur. Pemanfaatan produksi telur untuk ayam buras petelur masih
sangat rendah. Populasi ayam buras petelur yang dinilai peningkatan populasinya
pada tiap tahun masih sangat rendah yaitu tahun 2005 populasinya 286.69 juta ekor,
jauh lebih rendah dibanding populasi ayam ras petelur sebanyak 962.737 juta ekor
(Ditjenak 2005).
Upaya untuk meningkatkan produksi telur ayam buras petelur di Indonesia
adalah dengan mendatangkan ayam buras dari luar negeri seperti ayam arab yang
memiliki keunggulan pada reproduktivitas yang tinggi, walaupun ayam arab adalah
ayam fayouni dari Mesir, bukan asli Indonesia namun telah lama dibudidayakan di
Indonesia, ayam arab disebut pula brakel kriel-silver, yaitu galur ayam ras lokal
unggul yang dikembangkan di Belgia. Ayam arab termasuk salah satu jenis ayam
petelur unggul karena cepat dewasa kelamin dan produksi telurnya yang banyak dan
sebanding dengan kemampuan ayam ras petelur. Akan tetapi, mutu daging secara
warna dan penampakan pada ayam arab masih memiliki kelemahan yang
berpengaruh bagi selera konsumen. Daging ayam arab berwarna kehitaman. Berbeda
dengan selera konsumen secara umum yang menyukai daging ayam berwarna kuning
atau putih. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi telur ayam adalah genetik
dan lingkungan. Selain itu, manajemen pemeliharaan yang sesuai turut
mempengaruhi hasil produksi dan keuntungan yang memuaskan.
Ayam arab telah lama dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1990 dan
sudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia, tapi perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui lingkungan yang cocok pada ayam arab. Penulis ingin
meneliti lebih lanjut berapa suhu yang ideal untuk meningkatkan produksi telur dan
kualitas telur yang dihasilkan oleh ayam arab, perlakuan pada kandang close house
dan keadaan suhu nyaman sekitar 22-24 oC serta penggunaan pendingin ruangan.
Suhu panas sekitar 30-32 oC dengan memakai heather (pemanas ruangan), dan
kandang biasa dengan suhu lingkungan. Diharapkan dengan perlakuan diatas
didapatkan suhu yang ideal untuk hidup ayam arab di Indonesia sehingga peternak
dapat memperoleh produksi telur optimum dan kualitas telur yang baik.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suhu yang
berbeda, yaitu panas, nyaman, dan lingkungan terhadap produksi telur dan kualitas
telur yang dihasilkan oleh ayam arab umur 29-34 minggu.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melingkupi 2 aspek penelitian yaitu produksi dan kualitas telur
ayam arab. Manajemen temperature (suhu, lingkungan dan nyaman) pada
pemeliharaan ayam arab dan peningkatan dari produksi dan kualias ayam arab.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Unggas IPTP Blok B dan penelitian
kualitas internal dan eksternal telur di Laboratorium Unggas. Penelitian ini
dilaksanakan 3 bulan (Juli - September 2011).
Bahan
Ternak
Ayam arab family Phasianidae; sub family Phasianinae; genus Gallus;
spesies Gallus-gallus sebanyak 150 ekor diseleksi berdasarkan berat badan dengan
rataan 1.172 ± 0.009 kg. Ayam arab dipisahkan ke dalam 6 kandang yang terbagi
dalam 3 kelompok perlakuan suhu berbeda.
Pakan
Pakan yang digunakan adalah pakan ayam petelur produktif yang diproduksi
oleh PT Gold Coin Indonesia (105-M) berbentuk mash. Kandungan nutrisi pakan
ayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi nutrisi pakan
Zat Makanan

Komposisi (%)

Kadar air

Maks. 13.0

Protein

16.0-18.0

Lemak

Min. 3.0

Serat

Maks. 6.0

Abu

Maks. 14.0

Kalsium

Min. 3.0-4.2

Fosfor

Min. 0.6-1.0

Energi Metabolisme

2.850 kkal/kg

Sumber: PT Gold Coin Indonesia (2010)

Alat
Peralatan yang digunakan adalah timbangan digital 1.5 g, timbangan pakan
20 kg dengan ketelitian 20 g, jangka sorong, tripod mikrometer, yolk colour fan,
mikrometer, meja kaca, spatula, candler, official egg air cell, cawan petri, ember,
alat desinfektan, label. Selain itu dilengkapi pula kamera digital, pemanas ruangan
(heater), tempat pakan, tempat minum dan thermometer basah kering.

Prosedur
Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang lantai dan tembok dicat dengan kapur aktif. Selanjutnya lantai
kandang diberi sekam dan didesinfeksi dengan larutan formalin. Kandang dilengkapi
tempat pakan, tempat minum, dan tempat bersarang serta thermometer. Ukuran
kandang seluas 3x2.5 m2.
Pemeliharaan
Ayam arab dipelihara pada sistem kandang tertutup dan terbuka. Pakan
diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 100 g/ekor/hari. Air minum
diberikan ad libitum. Vitamin C diberikan pada kondisi tertentu (setelah ditimbang
atau pembersihan kandang). Pembersihan kandang dan penggantian sekam dilakukan
1 kali dalam sebulan. Vaksinasi coryza dilakukan 5minggu sebelum penelitian
dimulai.
Perlakuan
Ayam arab diseleksi, kemudian ditimbang berat badannya dan dipisahkan ke
dalam 6 kandang dan dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan suhu berbeda. Ayam
dipeliharadalam kandang sistem litter. Taraf perlakuan suhu yang diberikan yaitu
suhu netral sekitar 18 oC untuk kelompok pertama, suhu fluktuatif (mengikuti suhu
lingkungan) sekitar 28 oC untuk kelompok kedua, dan suhu panas sekitar 30 oC untuk
kelompok ketiga. Kandang yang digunakan pada taraf perlakuan suhu netral, dan
suhu panas merupakan kandang tertutup dengan luasan sekitar 16 m2, dinding dan
lantai terbuat dari beton, diberikan AC untuk taraf suhu netral, dan heater untuk taraf
suhu panas. Kandang yang digunakan pada taraf perlakuan suhu lingkungan
merupakan kandang dengan luasan sekitar 16 m2 dengan lantai dari beton, dan
dinding yang bersekat kawat pada 4 sisinya sehingga udara mengalir serta cahaya
masuk. Suhu dan kelembaban dicatat setiap pagi, siang, dan sore hari serta
pencahayaan diberikan selama 24 jam untuk semua taraf perlakuan. Berikut ini
merupakan rumus untuk menghitung rataan suhu harian kandang.
Suhu (oC) = T1+T2+T3/3
Keterangan: asumsi suhu pada malam dan pagi hari sama, sehingga terdapat tiga kali pengukuran. T1
= suhu pada pukul 07.00 WIB, T2 = suhu pada pukul 13.00 WIB, dan T3 = suhu pada
pukul 17.00 WIB.

Rancangan dan Analisis Data
Peubah yang diamati
Produksi Telur. Pengukuran setelah 5% produksi telur berjumlah 8 telur dari
seluruh kandang (150 ekor ayam x 5% = 8) selama 6 minggu. Henday production
dihitung dengan rumus:
Henday Production (%) =

4

Kualitas Eksternal. Pengamatan berdasarkan kebersihan kerabang, indeks telur
serta ketebalan kerabang. Kebersihan telur diamati pada 4 bagian. Bila terdapat
kotoran pada satu bagian telur tersebut maka kotoran untuk telur tersebut adalah skor
25%, dengan demikian skor kotoran mulai dari 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Ketebalan kerabang diamati pada 3 bagian yakni: bagian runcing, bagian tengah, dan
bagian tumpul. Indeks bentuk telur (egg shape index) dihitung dengan rumus:
Egg shape index =
Kualitas Internal. Pengamatan HU (Haugh Unit), berat dan tinggi kuning telur
(yolk), berat dan tinggi putih telur (albumen), panjang dan lebar kuning telur, serta
panjang juga lebar putih telur.
Tinggi albumen tebal (H) diukur dengan menggunakan tripod mikrometer
kurang lebih 1 mm dari kuning telur dalam satuan milimeter (mm). Nilai HU (Haugh
Unit) menurut Yuwanta (2010) rumus:
HU = log 100 (H-1.7P0,37+7.57)
Keterangan :

H = tinggi putih telur kental (mm)
P = berat telur (g)

Keadaan Kuning Telur dan Putih Telur. Warna kuning telur diamati dengan yolk
colour fan. Kuning dan putih telur diamati baik bentuk, kebersihan dari noda dan
kekentalan dengan mengacu pada standar United States Department of Agriculture.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL), dengan perlakuan tiga taraf suhu pemeliharaan yang berbeda. Ulangan
dilakukan sebanyak dua kali. Model statistika rancangan acak lengkap (RAL)
menurut (Stell and Torrie, 1980) adalah :
.
Yij = µ + Pi + €ij
keterangan :

Yij
µ
Pi
€ij

= Variabel respon akibat pengaruh perlakuan suhu pemeliharaan ke- i, pada ulangan ke- k
= Nilai tengah umum
= Pengaruh perlakuan suhu pemeliharaan ke- i, i= 23 oC, 28 oC, 30 oC
= Pengaruh galat perlakuan ke-i pada ulangan ke-k

Data warna kuning telur dibahas secara deskriptif. Data peubah yang lain
dianalisis dengan analisa ragam dan bila hasil yang diperoleh berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Telur (Henday Production)
Tabel 2 menyatakan rataan dan simpangan baku henday production ayam
arab selama penelitian.

Tabel 2 Rataan dan simpangan baku Hen day Production telur ayam arab
umur 29-34 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan

Rataan dan Simpangan Baku
%

Netral (25.2 oC)

49.7 ± 5.5

Panas (28.5 oC)

50.2 ± 6.3

Lingkungan (27.8 oC)

48.5 ± 6.4

Hasil analisis statistik suhu kandang yang berbeda tidak berpengaruh
terhadap henday production ayam arab. Secara umum terlihat bahwa rataan produksi
ayam arab lebih rendah bila dibandingkan dengan pendapat Natalia et al. (2005) dan
Sulandari et al. (2007), bahwa produksi telur ayam arab berkisar 190-250 butir/
tahun yang berarti nilai henday production ayam arab sebesar 52% - 68%. Faktor
lain yang menyebabkan rendahnya produksi telur yakni terjadinya kanibalisme
(25%) seperti mematuk sesama ayam arab. Perilaku ini terjadi di beberapa kandang
perlakuan baik kandang dengan perlakuan panas atau perlakuan suhu lingkungan,
tetapi tidak terjadi di kandang dengan suhu nyaman. Efek dari sifat ini menyebabkan
beberapa ayam yang dipatuk khususnya pada bagian ekor hingga mengalami
pendarahan sehingga terganggu dan feed intake berkurang serta nafsu makan
berkurang, hal ini mengakibatkan penurunan produksi telur yang dihasilkan ayam
arab. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi telur ayam arab
yakni adanya kanibalisme. Kanibalisme ini terjadi pada sebagian ayam arab pada
semua taraf perlakuan. Pengamatan terhadap tingkah laku kanibalisme yang terjadi
berupa pematukan bulu, dan pematukan kloaka. Kanibalisme terjadi bisa disebabkan
oleh banyak faktor, salah satunya adalah masalah hormonal. Kandungan estrogen
dan progesteron dalam darah ayam pada awal masa produksi dapat mendorong
munculnya kanibalisme (Tabbu 2002). Kanibalisme pada ayam arab dapat
menyebabkan kondisi tidak nyaman (stres) pada ayam yang dipatuk sehingga
menyebabkan produksi telur menurun bahkan Tabbu (2002) menjelaskan untuk
kasus pematukan kloaka dapat menyebabkan kematian. Kondisi inilah yang
menyebabkan rataan produksi (henday) ayam arab pada taraf perlakuan suhu
lingkungan sangat rendah (48.5%).
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hen day production ayam arab
yakni adanya tingkah laku mengeram (20%) selama penelitian berlangsung.
Tingkah laku mengeram merupakan gambaran dari kondisi hormonal ayam, yaitu
kandungan prolaktin dalam darah ayam tinggi. Prolaktin merupakan hormon
hipofisis yang dapat menyebabkan sekresi estrogen dan progesteron berkurang
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan produksi. Hormon prolaktin diproduksi
karena adanya gen promotor prolaktin (Dunn et al. 1998). Tingkah laku mengeram
tidak hanya disebabkan oleh adanya hormon prolaktin, tetapi juga disebabkan oleh
adanya pengaruh dari gen dominan autosomal (Romanov et al. 2002), dan major gen
sex-linked (Dunn et al. 1998).

6

Kualitas Eksterior Telur
Berat Telur
Hasil analisis bahwa perlakuan suhu tidak berpengaruh terhadap berat telur
ayam arab. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Berat telur ayam arab dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan
Netral (25.2 oC)
Panas (28.5 oC)
Lingkungan (27.8 oC)

Rataan dan Simpangan Baku
Berat Telur
gram
41.9 ± 3.00
42.1 ± 4.62
41.1 ± 3.22

Dijelaskan oleh Bell dan Weaver (2002); Islam et al. (2001); dan Amrullah
(2002) bahwa suhu lingkungan mempengaruhi berat telur. Islam et al. (2001)
meyebutkan bahwa berat telur yang dihasilkan pada suhu lingkungan diatas 27 oC
umumnya memiliki berat yang lebih rendah dibandingkan suhu lingkungan di bawah
20 oC. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 oC temperatur kandang
akan menyebabkan penurunan 0.4 gram berat telur dan penurunan berat telur akan
terjadi bila suhu lingkungan lebih dari 28 oC. Rataan suhu kandang selama penelitian
pada perlakuan suhu panas yakni 28.5 oC artinya suhu tersebut masih tergolong pada
suhu lingkungan yang ideal menurut Yuwanta (2010) yaitu berkisar 20-28 oC.
Meningkatnya suhu lingkungan mengakibatkan penurunan berat, dan soliditas
kerabang telur, akan tetapi penurunan tersebut merupakan pengaruh tidak langsung
karena dengan meningkatnya temperatur lingkungan akan berakibat pada penurunan
konsumsi pakan serta konsumsi kalsium sehingga mempengaruhi keseimbangan
asam basa di dalam darah ayam (Yuwanta, 2010).
Rataan berat telur ayam Arab pada penelitian yakni 41-42 g/ butir. Rataan
berat telur Ayam arab yang dihasilkan sesuai dengan pendapat Abubakar et al.
(2005), yakni berat telur ayam arab berkisar 31-52 gram/ butir. Nilai rataan berat
telur ayam arab ini lebih rendah jika dibandingkan Dewi (2006), yaitu 42- 46 g/butir
pada umur 15 bulan dan Sodak (2011) berkisar 33.33-53.27 g/butir.
Faktor lain yang menjadi penyebab perbedaan berat telur yang dihasilkan
dengan penelitian sebelumnya yakni berat induk ayam arab yang digunakan. Rataan
berat induk ayam arab di awal penelitian 1.17 kg, sedangkan rataan berat induk ayam
arab yang diteliti oleh Sodak (2011) 1.34 kg, dan 1.56 kg. Yuwanta (2010)
menyebutkan bahwa berat telur yang diproduksi berkorelasi positif dengan berat
ayam.
Indeks Telur
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap indeks telur ayam arab. Rataan indeks telur ayam pada
perlakuan suhu netral, suhu panas, dan suhu lingkungan adalah berturut-turut 0.76;
0.77; dan 0.77. Nilai indeks telur ayam arab hasil penelitian disajikan pada Tabel 4
berikut.

Tabel 4 Rataan indeks telur ayam arab umur 29-34 minggu dengan
perlakuan suhu yang berbeda.
Perlakuan

Rataan dan Simpangan Baku

Netral (25.2 oC)
Panas (28.5 oC)
Lingkungan (27.8 oC)

0.76 ± 0.04
0.77 ± 0.06
0.77 ± 0.04

Perlakuan suhu panas seharusnya memberikan pengaruh terhadap nilai
indeks telur yang dihasilkan karena ayam akan mengurangi konsumsi pakan untuk
menjaga suhu tubuh. Pengurangan konsumsi pakan akan berdampak pada deposisi
nutrisi pada pembentukan telur sehingga indeks, dan bentuk telur akan berubah akan
tetapi hal itu tidak terjadi pada penelitian. Konsumsi pakan ayam Arab yang
diberikan perlakuan suhu panas tidak berkurang artinya perlakuan suhu panas yang
diberikan belum menimbulkan stres panas yang cukup dan mengharuskan ayam
untuk mengurangi konsumsi pakan agar heat increment yang berasal dari
metabolisme pakan berkurang. Kondisi ini memungkinkan ayam arab yang diberi
perlakuan suhu panas tetap berproduksi secara normal.
Rataan indeks telur ayam hasil penelitian yakni 0.77 dan termasuk ke dalam
kategori baik menurut Romanoff dan Rommanoff (1963) yaitu (berada pada kisaran
0.70-0.79). Telur dengan nilai indeks yang menyimpang disamping mempengaruhi
penampilan, juga akan sulit dalam pengemasan, dan sangat rentan mengalami
kerusakan selama transportasi dan penyimpanan. Hasil tentang penelitian indeks
telur ayam arab sama dengan yang dikemukakan Sodak (2011), bahwa rataan indeks
telur ayam arab yakni berkisar 0.70-0.79 pada ayam arab umur 52-55 minggu.
Berat dan Ketebalan Kerabang
Kualitas kerabang merupakan salah satu faktor penting yang sangat
mempengaruhi kualitas telur. Sementara itu, variabel yang mempengaruhi kualitas
kerabang meliputi berat dan ketebalan kerabang. Tabel 5 menyajikan berat dan
ketebalan kerabang telur ayam arab yang diberi perlakuan suhu yang berbeda.
Tabel 5 Rataan ketebalan dan berat kerabang telur ayam arab umur 29-34
minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan
Netral (25.2 oC)
Panas (28.5 oC)
Lingkungan (27.8 oC)

Rataan dan Simpangan
Baku Ketebalan Kerabang
(mm)

Rataan dan Simpangan
Baku Berat Kerabang
(gram)

0.31± 0.023

5.66±0.47

0.31± 0.024
0.31± 0.026

5.64± 0.61
5.78± 0.59

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap ketebalan kerabang. Idealnya perlakuan suhu panas akan
sangat berpengaruh terhadap kualitas kerabang karena asupan ion Ca untuk
pembentukan kerabang akan berkurang seiring menurunnya konsumsi pakan. Akan
tetapi konsumsi pakan tidak berkurang selama penelitian berlangsung, artinya suhu

8

perlakuan panas belum mampu menimbulkan stres panas yang cukup signifikan.
Rataan suhu kandang selama penelitian pada perlakuan suhu panas yakni 28.5 oC
artinya suhu tersebut masih tergolong pada suhu lingkungan yang ideal menurut
Yuwanta (2010) yaitu 20-28 oC.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketebalan dan berat kerabang dapat dibagi
menjadi 2 yakni ketersediaan sumber kalsium untuk proses kalsifikasi dan proses
kalsifikasi itu sendiri. Hal ini karena kerabang telur sebagian besar terbentuk dari
kalsium carbonat (CaCO3). Sumber ion Ca untuk pembentukan CaCO3 berasal dari
pakan dan tulang meduler. Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa sekitar 35%-75%
kalsium untuk pembentukan kerabang telur berasal dari pakan. Tingkat kebutuhan
kalsium pakan ayam petelur umur 21-40 minggu sebesar 3.25% (Amrullah 2002),
sedangkan ketetapan pemerintah sebesar 3.4% berdasar pada Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/10/2006.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kualitas kerabang (berat dan tebal)
telur ayam yakni pada stres panas yang menyebabkan aktivitas panting. Panting
dilakukan ayam untuk mengontrol kestabilan suhu tubuh dengan melepas sebagian
besar panas tubuh melalui saluran pernapasan. Ayam membuka mulut dan
menggerakkan tenggorokannya ketika aktivitas panting sehingga ada aliran udara
keluar masuk melalui kerongkongan, akibatnya evaporasi meningkat. Peningkatan
frekuensi pernapasan atau panting merupakan upaya ayam untuk membuang panas
tubuh melalui mekanisme insensible heat loss yang menghabiskan sekitar 574
kalori tenaga setiap gram air yang menguap (Yuwanta, 2010). Konsekuensi lain
dari mekanisme insensible heat loss dengan cara panting adalah berkurangnya kadar
CO2 dalam darah yang menyebabkan proses metabolisme di dalam tubuh ayam pun
berubah.
Kondisi pH darah akan meningkat, menjadi bersifat alkalis dan
kemampuan mengikat dan membawa kalsium yang diperlukan untuk pembentukan
kerabang telur menjadi berkurang, akibatnya kerabang telur menjadi lebih tipis
(Yuwanta 2010).
Kebersihan Kerabang
Tabel 6
berikut ini menyajikan banyaknya kotoran yang menempel pada
kerabang telur ayam arab selama penelitian berlangsung.
Tabel 6 Rataan dan simpangan baku kotoran kerabang telur ayam arab
umur 29-34 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan

Netral (25. 2oC)
Panas (28. 5oC)
Lingkungan (27.8 oC)

Rataan dan Simpangan Baku
Kotoran Kerabang
%
21.9±19.8
17.3±13.0
26.4±21.7

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda
tidak berpengaruh terhadap besarnya kotoran (kontaminasi) yang menempel pada
kerabang telur. Idealnya ayam yang mengalami stres panas akan cenderung
menghasilkan telur yang terkontaminasi oleh ekskreta ayam dari urinasi, dan

ekskreta berair. Kondisi ini disebabkan karena ayam akan mengurangi konsumsi
pakan dan meningkatkan konsumsi air guna menjaga themoregulasi tubuh selama
stres panas berlangsung. Sumber kontaminan yang menempel pada telur ayam
arab yang diamati berupa ekskreta.
Kontaminasi dari ekskreta ayam pada kerabang akan menyebabkan
perubahan warna kerabang telur, telur menjadi kotor, dan bau. Ekskreta tersebut
kemungkinan besar akan menjadi media bagi bakteri untuk berkembang sehingga
telur terkontaminasi melalui pori-pori kerabang telur dan menurunkan kualitas telur
selama masa penyimpanan. Kerabang telur meskipun memiliki ketebalan yang
cukup akan tetapi masih sangat rentan terhadap kontaminasi dari mikroba pasca
oviposisi karena kerabang telur mengandung sebanyak 7 000- 15 000 pori-pori (ratarata 70-200/cm2) (Yuwanta, 2010). Pori-pori ini juga memungkinkan terjadinya
pertukaran gas dari luar ke dalam selama penyimpanan dan begitu juga
sebaliknya. Pori-pori kerabang telur sebenarnya dilapisi oleh kutikula yang
diproduksi 1.5 jam sebelum peneluran. Kutikula berfungsi untuk menutupi poripori kerabang telur sehingga mampu menjaga telur dari kontaminasi mikroba
dan evaporasi air dari dalam telur selama masa penyimpanan, akan tetapi kutikula
hanya bersifat sementara dan hanya bertahan 100 jam lamanya (Yuwanta 2010).
Telur dengan kerabang yang bersih akan masuk dalam kategori kualitas
AA dan A (United States Department of Agriculture 2000) dan kualitas mutu
kelas pertama (Dewan Standarisasi Nasional 2008), sementara telur dengan
kerabang yang terkontaminasi hanya masuk kategori kualitas B dan mutu kelas
ketiga. Kebersihan kandang dan frekuensi pengoleksian telur akan mengurangi
kemungkinan kontaminasi ekskreta pada kerabang telur. Selain kontaminan berupa
ekskreta, sekam dan bulu ayam kontaminan lain yang bisa menempel pada
kerabang telur selama distribusi dan masa penyimpanan yakni kerabang, yolk
(kuning telur), dan putih telur (albumen). Selama penelitian berlangsung tidak
ditemukan kontaminasi tersebut.
Kualitas Interior Putih Telur
Haugh Unit
Tabel 7 mencantumkan rataan dan simpangan baku dari haugh unit telur
ayam arab pada masing-masing taraf perlakuan.
Tabel 7 Rataan dan simpangan baku HU telur ayam arab umur 29-34
minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan
Netral (25.2 oC)
Panas (28.5 oC)
Lingkungan (27.8 oC)

Rataan dan Simpangan Baku
HU
89.39 ± 6.41
89.44 ± 6.18
87.96 ± 7.26

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap nilai Haugh Unit. Seharusnya cekaman panas yang
diberikan terhadap ayam arab dapat mempengaruhi nilai pada perlakuan suhu
panas, tetapi ini tidak berpengaruh disebabkan suhu panas yang diberikan pada

10

penelitian belum mencapai suhu cekaman panas yang diinginkan yaitu sekitar 33-35
o
C. Disebabkan suhu yang diberikan oleh pemanas mengalami perubahan sewaktuwaktu yang diakibatkan oleh rusaknya alat maupun adanya gangguan aliran listrik.
Kualitas albumen atau putih telur menurut Williams (1992) sangat tidak
dipengaruhi oleh nutrisi unggas, selain itu Williams (1992) menjelaskan bahwa faktor
lingkungan, perkandangan bahkan stres panas tidak berpengaruh langsung terhadap
kualitas albumen saat oviposisi. Yuwanta (2010) menjelaskan bahwa kualitas putih
telur memiliki nilai heritabilitas 0.2-0.6 sehingga dapat diseleksi untuk meningkatkan
dan menurunkan kualitasnya terutama kandungan lisosom.
Buckle et al. (1987) berpendapat bahwa nilai HU untuk telur yang baru
ditelurkan adalah 100, sedangkan untuk telur dengan mutu terbaik nilainya 75
serta telur yang busuk biasanya memiliki nilai HU dibawah 50. Penurunan nilai HU
pada telur akan mempengaruhi kualitas telur. Tingkatan kualitas telur berdasarkan
nilai HU yaitu jika 72).
Berat Putih Telur
Tabel 8 berikut merupakan rataan dan hasil simpangan baku berat putih telur
ayam arab pada perlakuan suhu yang berbeda.
Tabel 8 Rataan dan s impangan baku berat putih telur ayam arab umur 2934 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan

Rataan dan Simpangan Baku
Gram

Netral (25.2 oC)
Panas (28.5 oC)
Lingkungan (27.8 oC)

23.27± 2.41
23.03± 2.91
22.59± 2.55

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu kandang yang
berbeda tidak berpengaruh terhadap berat putih telur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rataan berat putih telur ayam arab berkisar 23.27 g pada suhu netral,
23.03 g pada suhu panas dan 22.59 g untuk suhu lingkungan. Rao dan Reddy
(2004) menambahkan ketika ayam mengalami stress panas maka ayam akan
mengalami peripheral vasodilatation atau meningkatkan aliran darah perifer
(tepi) (jengger, pial, dan kaki), kondisi ini akan berakibat pada berkurangnya darah
yang mengalir ke saluran reproduksi sehingga transpor air, dan nutrisi terutama
protein untuk dideposisikan menjadi putih telur berkurang dan berat putih telurpun
akan berkurang. Williams (1992) berpendapat lain, yakni faktor lingkungan,
perkandangan bahkan stress panas tidak berpengaruh langsung terhadap kualitas
albumen saat oviposisi. Williams (1992) menjelaskan kembali bahwa kualitas putih
telur hanya dipengaruhi oleh penyakit, dan umur ayam. Penyakit ND, dan IB dapat
menyebabkan putih telur menjadi encer (Rao dan Reddy 2004). Dikemukakan oleh
Arima et al. (1975) bahwa ayam umur delapan bulan lebih mampu dalam mengatasi
cekaman panas jika dibandingkan dengan ayam umur 14 bulan. Yuwanta (2010)
menjelaskan bahwa terjadi kenaikan berat putih telur seiring dengan bertambanya

umur ayam, namun kenaikan berat putih telur ini dikarenakan terjadinya
peningkatan kadar air dan penurunan berat kering putih telur.
Kualitas Interior Kuning Telur
Indeks dan Berat Kuning Telur
Tabel 9 menunjukkan nilai rataan dan simpangan baku dari indeks, serta berat
kuning telur.
Tabel 9 Rataan dan simpangan baku berat, dan indeks kuning telur ayam
arab umur 29- 36 minggu dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan

Netral (25.2 oC)
Panas (28.5 oC)
Lingkungan (27.8 oC)

Rataan dan Simpangan
Baku Berat Kuning Telur
(g)

Rataan dan Simpangan
Baku Indeks Kuning Telur

12.48 ±1.12
12.06± 1.16
11.13 ± 1.30

0.46± 0.04
0.46± 0.04
0.45± 0.03

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu kandang yang
berbeda tidak berpengaruh terhadap indeks, dan berat kuning telur. Hasil penelitian
Franco dan Beck (2003) memperlihatkan bahwa ayam Hy-Line Brown, Hy-Line W98, dan Hy-Line W-36 yang diberikan paparan panas 35 oC tidak berpengaruh
terhadap berat kuning telur selama paparan panas diberikan. Arima et al. (1975)
menyebutkan bahwa ayam umur 8 bulan lebih mampu dalam mengatasi cekaman
panas jika dibandingkan dengan ayam umur 14 bulan. Selain itu perlakuan suhu
kandang pada taraf suhu panas dinilai kurang memberikan cekaman panas yang
cukup berarti hanya 28.5 oC. Suhu yang umumnya digunakan oleh peneliti untuk
mengetahui pengaruh stress panas pada ayam yakni berkisar 30-35 oC, seperti yang
dilakuan oleh Marshaly et al. (2004) (35 oC), Arima et al. (1975) (35 oC), Usayran
et al. (2001) (33 oC), Melesse et al. (2011) (30-32 oC), dan Franco dan Beck
(2003) (35 oC).
Indeks kuning telur pada penelitian ini berkisar antara 0.45-0.46 dengan
rataan sebesar 0.45 dan hasil yang diperoleh ini sesuai dengan pendapat
Yuwanta (2010), bahwa besaran indeks kuning telur yang baru dikeluarkan sebesar
0.45. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa indeks kuning telur sangat bergantung
pada lama dan suhu penyimpanan. Kondisi ini disebabkan karena kuning telur
yang diukur pada penelitian ini merupakan telur yang baru dihasilkan. Nilai
indeks kuning telur pada saat telur dikeluarkan berkisar 0.45 dan akan menurun
menjadi 0.30 dengan suhu penyimpanan 25 oC selama 25 hari. Penurunan nilai
indeks kuning telur ini dimungkinkan karena adanya perbedaan tekanan osmosis
antara putih telur dan kuning telur yang berakibat pada perpindahan air dari putih
telur ke kuning telur. Tekanan osmose kuning telur adalah 320 mOsm, dan putih
telur sebesar 250 mOsm. Air yang berpindah dari putih telur ke kuning telur
sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10 oC. Besaran jumlah transfer air ini tergantung
pada kekentalan dan suhu selama telur berlangsung. Perpindahan air dari putih telur
ke kuning telur ini akan mengakibatkan kuning telur menjadi lembek sehingga

12

indeksnya menurun, membrane vitelin rusak sehingga kuning telur mudah pecah,
dan menurunkan viskositas kuning telur (Yuwanta 2010).
Rataan indeks kuning telur hasil penelitian tergolong baik, yaitu berada
pada mutu dua. Prinsip nilai indeks kuning telur menurut menurut SNI 013926-2008 adalah bahwa semakin tua umur telur maka semakin besar kuning
telur dan semakin kecil indeks kuning telur. Semakin kecil nilai indeks kuning
telur, maka semakin buruk kualitas kuning telur. Indeks kuning telur menurut SNI
01-3926-2008 (Dewan Standarisasi Nasional 2008) terdiri dari tiga tingkatan mutu,
yaitu mutu I (0.458-0.521 mm), mutu II (0.394-0.457 mm), dan mutu III (0.3300.393 mm). Berat kuning telur selain dipengaruhi oleh umur ayam, juga
dipengaruhi oleh pakan, genetik, temperatur, dan cara pemeliharaan (Yuwanta
2010).
Warna Kuning Telur
Konsumen di Indonesia cenderung lebih menyukai telur dengan warna
kuning telur dari kuning hingga kemerahan. Tabel 10 menyajikanhasil penelitian
terhadap warna kuning telur.
Tabel 10 Kisaran warna kuning telur ayam arab umur 29-34 minggu
dengan perlakuan suhu yang berbeda
Perlakuan

Kisaran warna

Netral (25.2 oC)

8.68± 0.65

Panas (28.5 oC)
o

Lingkungan (27.8 C)

8.78± 0.64
8.66±0.53

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan suhu kandang yang berbeda
tidak berpengaruh terhadap warna kuning telur, yaitu dengan nilai warna kuning
telur pada taraf suhu netral berkisar 7-10 dengan rataan 8.68 ; taraf suhu panas
berkisar 8-10 dengan rataan 8.78; dan taraf suhu lingkungan berkisar 8-10
dengan rataan 8.66. Suhu tidak berpengaruh
terhadap warna kuning telur
karena suhu tidak termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi warna kuning telur,
sehingga dapat disimpulkan warna kuning telur yang didapat dari pengamatan
menggunakan yolk color fan adalah kuning sampai kuning orange (Gerber 2006).
Kuning telur berwarna mulai dari kuning pucat sekali sampat orange tua kemerahan.
Hal ini disebabkan oleh pigmen dalam pakan ternak ayam, seperti xantofil (Brown
2000).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan suhu yang berbeda yaitu suhu netral berkisar 25.2 oC, suhu panas
berkisar 28.5 oC dan suhu lingkungan yang berkisar 27.8 oC tidak berpengaruh
nyata terhadap kualitas dan produksi telur ayam arab umur 29-34 hari. Telur ayam

arab yang dihasilkan selama penelitian masuk ke dalam kualitas A menurut standar
yang ditetapkan USDA.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan suhu kandang
yang akan diberikan sehingga dapat diperoleh hasil yang nyata terhadap produksi dan
kualitas telur ayam arab dengan suhu kandang yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar G, Pambudi, Sunarto. 2005. Performans ayam buras dan biosekuritas di
balai pembibitan ternak unggul sapi dwiguna dan ayam. Prosiding Lokakarya
Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Hal.63-67.
Amrullah IK. 2002. Nutrisi Ayam Petelur. Bogor (ID) : Lembaga Satu Gunung Budi
Arima Y, Mather FB, Ahmad MM. 1975. Quality to increases in environmental
temperature in two age groups of hens. Published as Paper Number 4081,
Journal Series, Nebraska Agricultural Experiment Station. Nebraska (US) :
[Diunduh
2012
Feb
15].
Tersedia
pada
:
http://ps.fass.org/content/55/2/818.abstract
Bell D, Weaver. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg. Edisi ke-5. Norwell
(GBA): Kluwer Academic Publishers
Brown A. 2000. Understanding Food Principle and Preparation. Hawaii (US):
Wadsworth University of Hawaii
Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH. Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan :
Purnomo dan Adiono. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Pr
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Nomor 49/Permentan/OT.140/10/2006.
Pedoman pembibitan ayam lokal yang baik (good native chicken breeding
practice). Peraturan Menteri Pertanian, Jakarta (ID) : [Diunduh 2012 Feb
09].
Tersedia
pada
:
http://www.ditjennak.go.id/
regulasi%5CPermentan49_2006.pdf
[DSN] Dewan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 01-3926-2008. Telur Ayam
Konsumsi. Jakarta (ID) : Standarisasi Nasional Indonesia
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2005. Buku Statistika
Peternakan. Jakarta (ID) : Departemen Pertanian
Dunn I. Mcewan C, Ohkubo G, Sharp T, Paton PJ, Burt DW. 1998. Genetic
mapping of the chicken prolactin receptor gene: a candidate gene for the
control of broodiness. Brit. Poult. Sci. Dec 39; suppl S23-S24. [Diunduh
2012
Jul
09].
Tersedia
pada:
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00071669888160
Franco JD, Beck MM. 2003. Effect of heat stress on productive parameters observed
with three varieties of laying hens. Dalam Scheideler S, Beck M M, Novak C
L, LaBrash L, Franco JD. MP03-81 The 2003. Nebraska Poultry Report.
University of Nebraska. Lincoln (US) : [Diunduh 2012 Feb 15]. Tersedia
pada: http://digitalcommons.unl.edu /extensionhist/1286
Gerber N. 2006. Factor affecting egg quality in the commercial laying hen: a
review. Egg Producers Federation of New Zealand (Inc)/ Poultry Industry

14

Association of New Zealand. Auckland (NZ) : [Diunduh 2012 Feb 15].
Tersedia pada :http://www.eggfarmers.co.nz /uploads/a369ffactors_affecting
egg_quality.pdf
Islam MA, Bulbul SM, Seeland G, Islam ABBM. 2001. Egg quality of different
chicken genotypes in summer-winter. Pakistan J. Bio. Sci. 4(11):1411-1414.
Marshaly MM, Hendricks GL , Kalama MA, Gehad AE, Abbas AO, Patterson P.
2004. Effect of heat stress on production parameters and immune responses
of commercial laying hens. Poult Sci 83:889–894. [Diunduh 2012 Feb
15].Tersedia pada : http://ps.fass.org/content/83 /6/889.full.pdf
Melesse A, Maak S , Schmidt R, Von Lengerken G. 2011. Effect of long-term heat
stress on some performance traits and plasma enzyme activities in Nakedneck chickens and their F1 crosses with commercial layer breeds. Livestock
ScienceVol.141,Issues2–3.P227–231. [Diunduh 2012 Feb 15]. Tersedia pada
: http://dx.doi.org/10.1016/j.livsci.2011.06.007
Natalia H, Nista D, Sunarto. Yuni DS. 2005. Pengembangan Ayam arab. Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sembawa. Palembang (ID) : Balai Pembibitan
Ternak Unggul (BPTU) Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa
PT Gold Coin Indonesia. 2010. Label komposisi nutrisi pakan 105M. Bekasi
Rao SVR, Reddy VR. 2004. Nutrition management under adverse environment.
Dalam Reddy VR, Bhosale DT. Handbook of Poultry Nutrition. Edisi ke - 2.
IBCD in association with ASA, & USB. New Delhi (IND) : [Diunduh 2012
Feb 15]. Tersedia pada : http://mediafire.com/?isfdpobzvfns0hf
Rasyaf M. 1995. Beternak Itik Komersial. Edisi kedua. Yogyakarta (ID) : Kanisius
Romanov MN, Talbot RT, Wilson PW, Sharp PJ. 2002. Genetic control of
incubation behavior in the domestic hen. Poult Sci. 81: 928-931. [Diunduh
2012 Jul 09].Tersedia pada : http://ps.fass.org/content/81/7/928.full.pdf+html
Sodak JF. 2011. Karakteristik fisik dan kimia telur ayam arab pada dua peternakan di
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. [Skripsi]. Departemen Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Stell RGD, Torrie JH. 1980. Principles and Procedures or Statistic. New York (US)
: McGraw Hill Book Company
Sulandari S, Zein MSA, Paryanti S, Sartika T, Astuti M, Widjastuti T. 2007.
Sumberdaya genetik ayam lokal Indonesia. Jakarta (ID) : Editor : Sudjana S,
Darana S, Setiawan I. Garnida D. Keanekaragaman Sumberaya Hayati Ayam
Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta (ID) : Hal: 45-67.
Tabbu CH. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulannya. Vol.2. Yogyakarta (ID) :
Kanisius
United States Depertment of Agriculture. 2000. Egg grading manual. Federal Crop
Insurance Corporation (FCIC), Washington DC (US) : [Diunduh 2012 Feb
15]. Tersedia pada :http://www.ams.United States Department of
Agriculture.gov/AMSv1.0 /getfile?dDocName= STELDEV3004502
Usayran N, Farran MT, Awadallah HHO, Al-Hawi IR, Asmar RJ, Ashkarian VM.
2001. Effects of added dietary fat and phosphorus on the performance and
egg quality of laying hens subjected to a constant high environmental
temperature. Poult Sci. 80:1695–1701. [Diunduh 2012 Feb 15].
Tersediapada:http://ps.fass.org/content/80/12/1695.full.pdf

Williams KC. 1992. Some factors affecting albumen quality with particular reference
to Haugh unit score. World's Poult Sci J. (1992), 48 : pp5-16. [Diunduh
2012
Feb
15].
Tersedia
pada
:
http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=
618772&fulltextType=RA&fileId=S0043933992000023.
Yuwant T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Yogyakarta (ID) : UGM Pr.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1988 di Indramayu. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Supriyono (Alm.) dan
Ibu Surnilawati.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun, pendidikan dasar
dilanjutkan penulis pada tahun 1994-2000 di SDN Karanganyar 5. Indramayu.
Pendidikan lanjutan menengah pertama ditempuh di SMP Negeri 1 Sindang pada
tahun 2000-2003. Penulis melanjutkan studi di SMAN 1 Sindang Kabupaten
Indramayu pada tahun 2003-2006.
Penulis diterima di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun
2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007 penulis
memilih mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi,
dan kegiatan kemahasiswaan baik organisasi eksternal maupun internal kampus.
Organisasi yang diikuti oleh penulis antara lain Ikatan Keluarga dan Mahasiswa
Indramayu di Bogor (IKADA Bogor) pada tahun 2006-2010, penulis juga aktif di
kegiatan HIMPRO tahun 2007-2009 peternakan bagian sumber daya manusia,
penulis aktif di kegiatan majalah EMULSI sebagai fotografer tahun 2008-2010 dan
Koperasi Mahasiswa (KOPMA) pada tahun 2007-2008.