Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten Bogor

1

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK
PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS
DI KABUPATEN BOGOR

BRAIN ROBSON ULUAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Risiko Usaha
Diversifikasi Melon Hidroponik Pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Brain Robson Uluan
H34114023

i

ABSTRAK
BRAIN ROBSON ULUAN. Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik
Pada PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
ANNA FARIYANTI.
Melon merupakan bagian dari sektor hortikultura merupakan salah satu
sektor yang mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional karena
memiliki kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

nasional dan subsektor yang cukup prospektif untuk dikembangkan karena
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini antara lain
mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi PT Rejo Sari
Bumi Unit Tapos dalam mengusahakan berbagai jenis melon, menganalisis
hubungan antara diversifikasi usaha melon dengan upaya menekan risiko
produksi dan memberikan strategi yang terbaik untuk perusahaan agar dapat
mengurangi risiko produksi yang terjadi. Penelitian ini menggunakan metode alat
analisis varian, standar deviasi dan koefisien variasi serta expected return.
Sumber-sumber risiko produksi pada perusahaan ini antara lain perubahan
kondisi cuaca atau iklim, serangan hama dan penyakit, kesalahan tenaga kerja.
Berdasarkan analisis risiko pada komoditas tunggal yang diusahakan perusahaan
ini diperoleh risiko yang paling tinggi terdapat pada musk melon sedangkan yang
paling rendah terdapat pada sunny sweet melon. Hasil analisis risiko diversifikasi
menghasilkan kombinasi golden, musk, dan sunny sweet melon merupakan
diversifikasi yang paling rendah risikonya.
Kata kunci: melon, risiko produksi, risiko diversifikasi

ABSTRACT
BRAIN ROBSON ULUAN. Business Risk Diversification of Melon
Hydroponic at PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos at Bogor District. Supervised

by ANNA FARIYANTI.
Melons are part of the horticultural sector is one of the sectors that have
an important role in the national economy because it has a great contribution in
the formation of the gross domestic product (GDP) and national enough
prospective subsector to be developed because it has a fairly high economic
value. Research objectives include identifying sources of risk facing production
PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos in pursuit of a wide variety of melon, analyzing
the relationship between diversification efforts of melon with effort the
production risk and provide press strategy is best for the company in order to
reduce the risk of production going on. This research using the method of variant
analysis tools, standard deviation and coefficient of variation, as well as the
expected return. Risk of production sources on this company, among others,
changes in the climate or weather conditions, pests and diseases, Labor's fault.
Based on risk analysis on a single commodity which organised the company
obtained the highest risk found in musk melon while the lowest is at sunny sweet
melon. Risk diversification analysis results produce a combination of golden,
sunny and sweet musk melon is the most low-risk diversification.
Keywords: melon, production of risk, diversification risk

ii


RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK
PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS
DI KABUPATEN BOGOR

BRAIN ROBSON ULUAN

Skripsi
sebagai salah satu untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii


Judul Skripsi
Nama
NIM

: Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik pada
PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos di Kabupaten Bogor
: Brain Robson Uluan
: H34114023

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Risiko Usaha Diversifikasi Melon Hidroponik Pada PT Rejo Sari Bumi Unit
Tapos di Kabupaten Bogor” dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Terwujudnya karya ini tidak terlepas dari dukungan serta bantuan dari
berbagai pihak. Penulis menghaturkan terima kasih kepada berbagai pihak
dan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan keberkahan yang melimpah.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lainnya.

Bogor, September 2013

Brain Robson Uluan


v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

vii
viii
viii
1
1
5

7
8
8

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber-Sumber Risiko Produksi Hortikultura
Metode Analisis Risiko Produksi
Strategi Pengelolaan Risiko

8
8
9
10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko dan Ketidakpastian
Sumber – Sumber Risiko
Risiko Portofolio (Diversifikasi)
Kerangka Pemikiran Operasional


11
12
12
14
15
19

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Deskriptif
Analisis Risiko
Analisis Manajemen Risiko

21
21
21

22
22
23
23
26

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Sejarah dan Perkembangan PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek Sumberdaya Perusahaan
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
Analisis Risiko
Analisis Risiko Komoditi Tunggal
Analisis Risiko Diversifikasi
Strategi Penanganan Risiko

27
27
27

28
28
37
41
41
43
48

vi

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

50
50
51

DAFTAR PUSTAKA

51

vii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku
pada Tahun 2007-2010
Perkembangan Volume Ekspor Buah di Indonesia pada Tahun 2007
– 2011
Konsumsi Hortikultura di Indonesia pada Tahun 2006 – 2009
Persentasi Peningkatan Produksi dan Peningkatan Luas Panen Buahbuahan Tahun 2009 terhadap Tahun 2008
Pertumbuhan Produktivitas Buah Melon di Indonesia Periode 20072011
Jenis, Sumber Data dan Metode Analisis yang Digunakan Dalam
Penelitian
Daftar Peralatan Hidroponik Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Daftar Obat Tanaman Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Daftar Nutrisi di Bagian Hidroponik Melon PT. Rejo Sari Bumi Unit
Tapos Tahun 2013
Volume Nutrisi Berdasarkan Umur Tanaman Melon PT. Rejo Sari
Bumi Unit Tapos Tahun 2013
Volume Nutrisi Berdasarkan Cuaca pada PT Rejo Sari Bumi Unit
Tapos
Perbedaan Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon
Produktivitas Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon
Tiap Periode Penanaman
Rata-rata produktivitas, dan penerimaan pada komoditas Golden
Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon
Penilaian expected return pada komoditas Golden, Musk, dan Sunny
sweet Melon
Penilaian risiko pada Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon
Fraction / bobot portofolio untuk perhitungan risiko portofolio melon
hidroponik
Penilaian risiko portofolio pada kelompok Golden Melon, Musk
Melon, dan Sunny sweet Melon

1
2
3
3
4
22
30
31
33
33
34
36
38
38
41
42
43
44

viii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Produktivitas Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet
Melon di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012
Penjualan Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon
di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012
Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Tidak Pasti
Hubungan antara Return (Pendapatan) dengan Risiko
Struktur Organisasi PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Pola Tanam Golden, Musk, dan Sunny sweet Melon Pada PT Rejo Sari
Bumi Unit Tapos Pada Tahun 2012

6
6
13
13
28
35

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5

Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos
Proses Produksi Melon Hidroponik
Covariance Untuk Gabungan Komoditas Golden dan Musk Melon
Covariance Untuk Gabungan Komoditas Golden dan Sunny sweet Melon
Covariance Untuk Gabungan Komoditas Musk dan Sunny sweet Melon

54
56
57
58
59

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam dan kekayaan hayati yang sangat
melimpah dan beragam. Keanekaragaman hayati yang berupa buah, sayuran,
bahan obat nabati, florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan
tanaman air, yang mempunyai fungsi sayuran, bahan obat nabati, dan estetika
dikenal sebagai tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura merupakan salah
satu kekayaan hayati yang sangat penting, merupakan sumber pangan bergizi,
estetika dan obat-obatan yang sangat diperlukan untuk membangun manusia
yang sehat jasmani dan rohani. Selain itu, potensi dan prospek hortikultura yang
besar tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk memacu kehidupan ekonomi,
sosial, dan budaya masyarakat melalui industrialisasi dan penyediaan lapangan
pekerjaan serta memperoleh pendapatan yang tinggi guna meningkatkan
penghidupan yang layak bagi pelaku usaha ataupun pendapatan negara.
Hortikultura merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranpenting
dalam perekonomian nasional
karena memiliki kontribusi besar
dalampembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penyerapan
tenagakerja. Hortikultura merupakan salah satu subsektor yang cukup
prospektif untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Besarnya kontribusi hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat
pada Tabel 1. Nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional
terus mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Hal ini
mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang
prospektif dan berperan penting di masa yang akan datang.

Tabel 1 Nilai PDB Hortikultura di Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku pada
Tahun 2007-2010
Nilai PDB (dalam milyar rupiah)
Komoditas
2007
2008
2009
2010
Buah-buahan
42.362
47.600
48.437
45.482
Sayuran
25.587
28.205
30.506
31.244
Tanaman Hias
4.741
5.085
5.494
3.665
Biofarmaka
4.105
3.853
3.897
6.174
Total
76.795
84.203
88.334
86.565
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)1

PDB merupakan salah satu indikator untuk menentukan kontribusi
hortikultura terhadap pendapatan negara. Berdasarkan informasi pada Tabel 1,
dapat diketahui bahwa kontribusi komoditas hortikultura cenderung mengalami
1

http://www.hortikultura.deptan.go.id [25 Februari 2013]

2

peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2010 dengan persentase
pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada tahun 2007, secara keseluruhan
komoditas hortikultura memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara
sebesar Rp 76.795 milyar, tahun 2008 sebesar Rp 84.203 milyar, tahun 2009
sebesar Rp 88.334 milyar, dan tahun 2010 sebesar Rp 86.565 milyar. Penurunan
PDB hortikultura pada tahun 2010 disebabkan oleh penurunan kontribusi buahbuahan dan tanaman hias.
Hortikultura memberikan peran penting juga dalam pasar ke luar negeri,
dapat dilihat pada Tabel 2 volume ekspor buah-buahan dan rata-rata
pertumbuhan dari tahun 2007 hingga 2011.
Tabel 2 Perkembangan Volume Ekspor Buah di Indonesia pada Tahun 2007 –
2011
No

Volume Ekspor (Ton)

Komoditas
2007

2008

2009

2010

2011

110.112
9.093
2.378
1.198

269.664
9.466
1.970
1.908

179.310
11.319
701
1.616

159.009
11.388
14
999

189.223
12.603
1.735
1.485

1.109
520
396
37
52
370

1.402
103
725
0
39
1.144

1.108
97
666
143
148
483

1.339
148
533
111
229
42

1.005
555
496
468
256
169

130

171

143

86

112

12 Strawberi
582
211
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012

403

374

82

1
2
3
4

Nanas
Manggis
Pisang
Mangga

5
6
7
8
9
10

Jeruk
Anggur
Rambutan
Pepaya
Melon
Semangka

11

Apel

Peluang pasar komoditas hortikultura cukup besar baik peluang pasar
domestik maupun ekspor. Peluang pasar ini dapat terus ditingkatkan melalui
upaya peningkatan daya saing produk (produktivitas, mutu, performan dan
efisiensi produksi) antara lain dengan penanganan yang baik mulai di tingkat on
farm, panen, pasca panen dan pemasaran. Selain itu produk hortikultura dalam
negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi
impor, dengan cara promosi peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk
hortikultura dalam negeri, disamping memberikan berbagai kemudahan pada
pasar ekspor
Selain sebagai penyumbang PDB pertanian, subsektor hortikultura
memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat
Indonesia. Beberapa bagian dari komoditas hortikultura tersebut adalah
kelompok tanaman sayuran dan buah-buahan.Dari sisi ekonomi yang dapat
dilihat pada Tabel 1 buah-buahan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB

3

hortikultura yang kemudian diikuti oleh sayuran. Namun, jika dilhat dari sisi
konsumsi maka masyarakat Indonesia memiliki kecendrungan untuk
mengkonsumsi sayuran yang lebih tinggi dibandingkan buah-buahan. Konsumsi
buah – buahan di Indonesia pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada Tabel 3 dapat dilihat konsumsi hortikultura di Indonesia antara tahun 2006
sampai tahun 2009.
Tabel 3 Konsumsi Hortikultura di Indonesia pada Tahun 2006 – 2009
No.
1.
2.

Komoditas

2006
Buah – buahan
32,40
Sayuran
35,87
Jumlah
68,27
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2011

Konsumsi ( Kg/Kapita/Tahun )
2007
2008
34,79
36,53
36,63
37,39
71,42
73,12

2009
38,36
38,15
76,51

Berdasarkan Tabel 3, konsumsi per kapita buah – buahan mengalami
peningkatan dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 7,38 persen, dari tahun 2007 ke
2008 sebesar 5 persen dan dari tahun 2008 ke 2009 sebesar 5,01 persen.
Walaupun sayuran memiliki persentasi konsumsi yang besar tiap tahunnya
tetapi sayuran tidak mengalami peningkatan konsumsi yang lebih besar dari
komoditas buah-buahan. Melihat kenaikan angka dari tahun ke tahun
menunjukkan bahwa permintaan terhadap komoditi buah – buahan juga
semakin meningkat karena masyarakat sudah sadar betapa pentingnya
mengkonsumsi buah-buahan untuk kesehatan mereka.
Masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan, membuat konsumsi
buah-buahan yang meningkat, maka akan menyebakan para pelaku usaha untuk
meningkatkan usahanya tersebut. Para pelaku usaha yang bergerak di komoditi
buah-buahan akan meningkatkan produksi dan luas panen agar dapat memenuhi
permintaan pasar. Pada Tabel 4 dapat dilihat peningkatan persentasi produksi
dan luas panen buah-buahan.

Tabel 4 Persentasi Peningkatan Produksi dan Peningkatan Luas Panen Buahbuahan Tahun 2009 terhadap Tahun 2008
Tanaman
Peningkatan Produksi (%)
Peningkatan Luas Panen (%)
Melon
50,94
56,29
Blewah
34,17
6,64
Semangka
27,68
23,81
Pepaya
7,65
1,95
Sumber : Direktorat Jenderal Holtikultura, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4 dijelaskan bahwa peningkatan produksi dan luas
panen buah melon tahun 2009 terhadap tahun 2008 lebih besar daripada
tanaman buah lainnya. Melihat angka-angka kenaikan dari peningkatan
produksi dan luas panen terhadap melon menunjukan bahwa komoditi buah
melon ini mengalami peningkatan.

4

Perkembangan produktivitas melon tiap tahun berfluktuasi atau
mengalami peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Pada Tabel 5 dapat
dilihat perkembangan produktivitas tanaman melon periode 2007-2011.
Tabel 5 Pertumbuhan Produktivitas dan Luas Panen Buah Melon di Indonesia
Periode 2007-2011
Tahun
Produktivitas Melon (ton/ha)
2007
16,45
2008
18,30
2009
18,56
2010
15,85
2011
16,37
Rata-rata Pertumbuhan
0,34 %
2007-2011
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2012)

Luas Panen Melon (ha)
3.637
3.109
4.627
5.372
6.343

Dari Tabel 5 diketahui bahwa usaha melon mengalami peningkatan dan
penurunan produktivitasnya tiap tahunnya dan ini dapat dikatakan usaha melon
ini memiliki risiko dalam pengusahaannya. Menurut Rukmana (2007), risiko
yang dihadapi dalam usaha melon yaitu risiko teknis (produksi). Sumber risiko
teknis dalam usaha melon antara lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan
hama penyakit yang sulit diprediksi sebelumnya, sarana dan prasarana yang
kurang memadai serta kesalahan tenaga kerja (human error). Adanya risiko
produksi tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dan keuntungan yang
diterima usaha melon bagi para pelaku usaha melon. Strategi pengelolaan risiko
yang bertujuan menekan dampak risiko dalam usaha melon menjadi suatu hal
yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko usaha
melon hidroponik penting untuk dilakukan.
Melon dapat dibudidayakan secara konvensional dan hidroponik.
Pencapaian kualitas buah melon yang baik dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan lingkungan tumbuh, seperti penggunaan sistem hidroponik.
Sistem hidroponik merupakan teknologi budidaya tanaman tanpa tanah dengan
pemberian larutan hara yang dibutuhkan tanaman (Jones, 1930 dalam Norma
Sari, 2009). Sistem hidroponik tersebut dapat mengontrol kebutuhan hara
tanaman sehingga kualitas buah yang dihasilkan optimal. Selain sistem
hidroponik, penjarangan buah dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
buah. Kualitas buah pada tanaman yang diberi perlakuan penjarangan buah
lebih baik dibandingkan tanaman yang tidak diberi perlakuan penjarangan buah
(Poerwanto, 2003 dalam Norma Sari, 2009). Penjarangan buah dilakukan
dengan mengurangi jumlah buah per tanaman sehingga kompetisi dalam
memperoleh fotosintat antar buah menjadi rendah. Budidaya melon hidroponik
di rumah kaca memerlukan pemeliharaan khusus, salah satunya adalah dengan
perlakuan pangkas pucuk. Pangkas pucuk dilakukan karena tinggi tanaman
melon dibatasi oleh tinggi rumah kaca. Pangkas pucuk dapat dilakukan dengan
memangkas batang utama setelah buah terpilih. Perlakuan tersebut
kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas buah melon karena buah
memperoleh asilmilat lebih banyak dibandingkan organ tanaman yang lain.
PT. Rejo Sari Bumi Unit Tapos merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang hortikultura yang diusahakan pada saat pendirian adalah berbagai jenis

5

sayuran, buah – buahan yang ditanam di lahan luar. Dari tahun 2004 sampai
sekarang komoditas unggulan yang diusahakan oleh PT. Rejo Sari Bumi Unit
Tapos adalah buah melon hibrida, yaitu musk melon, golden melon, sedangkan
untuk lahan luar sejak tahun 2005 ditanami dengan buah jeruk. Pada tahun 2012
perusahaan menambah varietas melon baru yaitu sunny sweet melon karena
memiliki prospek bisnis yang baik. Produktivitas golden, musk, dan sunny sweet
melon ini memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda tiap periode
penanamannya. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko diversifikasi melon
hidroponik ini penting untuk dikaji.

Perumusan Masalah

PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos memiliki salah satu unit usaha yang
bergerak di bidang agribisnis yaitu usaha tanaman hidroponik Tapos.
Keseluruhan lahan yang dimiliki oleh PT. Rejosari Bumi Unit Tapos yaitu
seluas 651 ha. Terdiri dari lahan untuk peternakan sapi perah dan lahan untuk
tanaman hidroponik. Lahan hidroponik itu sendiri seluas 15 ha, 12 ha untuk
lahan jeruk dan tiga ha untuk lahan bangunan green house. Lahan bangunan
green house digunakan untuk produksi hidroponik.
Pada tahun 2002 perusahaan mengganti tanaman paprika menjadi
tanaman melon karena tanaman melon memiliki peluang pasar yang cukup
besar. Pada tahun 2004, varietas melon yang dikembangkan yaitu musk melon
dan golden melon, dan pada tahun 2012 perusahaan menambah varietas melon
baru yaitu sunny sweet melon. Upaya diversifikasi yang dilakukan perusahaan
ini adalah dalam rangka menurunkan risiko produksi.
Sampai saat ini, usaha melon hidroponik Tapos mengusahakan empat
jenis komoditi yaitu musk melon, golden melon, sunny sweet melon dan jeruk.
Buah melon-melon ini memiliki prospek baik untuk dikembangkan, namun
dalam proses produksi/budidayanya memerlukan penanganan yang lebih
intensif. Penanganan yang lebih intensif pada proses produksi sangat
diperlukan, karena dalam proses produksi sering dihadapkan pada kendalakendala. Diantara kendala-kendala yang dihadapi dalam produksi/budidaya
buah melon hidroponik yaitu adanya tingkat risiko pada proses produksinya.
Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau
perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan (Kountur 2004).
Kerugian yang ditimbulkan dalam kegiatan produksi dapat mempengaruhi hasil
produksi dan keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha.
PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos melakukan pola tanam pada usahanya
agar dapat panen tiap bulannya sehingga menghasilkan return tiap bulannya.
Perusahaan memiliki tiga green house dengan masing-masing memiliki 12 lokal
(15 meter x 60 meter) sehingga dapat memudahkan untuk melakukan pola
tanam melon hidroponik ini. Golden melon dapat ditanam 1200 bibit dalam satu
lokal dan untuk musk melon dan sunny sweet melon masing-masing 600 bibit
untuk satu lokal. Data produktivitas (kg/ ha) melon hidroponik dapat dilihat di
Gambar 1.

6

16,000

(kg/ ha)

14,000
12,000
10,000
8,000

Golden Melon

6,000

Musk Melon

4,000

Sunny Sweet Melon

2,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Periode Penanaman

Gambar 1 Produktivitas Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet
Melon di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012
Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2012)

(kg)

Penjualan golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon selalu
terjual setelah panen. Ada konsumen perorangan dan supplier yang mengambil
dalam jumlah yang besar karena untuk dijual lagi ke supermarket, pasar, dan
lain-lain. Apabila ada pesanan, maka melon baru akan dipanen dan langsung
dibawa oleh pelanggan. Namun, perusahaan juga melayani masyarakat yang
ingin membeli melon tersebut yang datang langsung ke lokasi usaha. Data
penjualan golden melon, musk melon, dan sunny sweet melon dapat dilihat pada
Gambar 2.
5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
-

Golden Melon
Musk Melon
Sunny Sweet Melon

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan

Gambar 2 Penjualan Buah Golden Melon, Musk Melon, dan Sunny sweet Melon
di PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos Tahun 2012
Sumber: PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos (2012)

7

Berdasarkan data produktivitas, hasil yang diperoleh untuk setiap
produksi menghasilkan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda atau
berfluktuasi. Dari uraian di atas diketahui bahwa usaha melon memiliki risiko
dalam pengusahaannya. Risiko yang dihadapi dalam usaha melon yaitu risiko
teknis (produksi). Sumber risiko teknis dalam usaha melon hidroponik antara
lain kondisi cuaca yang tidak pasti, serangan hama penyakityang sulit diprediksi
sebelumnya, serta efisiensi penggunaan input, tenaga kerja yang kurang
terampil dalam proses produksi. Adanya risiko produksi tersebut akan
mempengaruhi keberhasilan dan keuntungan yang diterima perusahaan untuk
usaha melon hidroponik ini. Harga yang tidak berfluktuasi karena perusahaan
sudah melakukan kontrak pemasaran dengan supplier untuk bahan baku dan
distributor untuk ketiga komoditi tersebut. Strategi pengelolaan risiko yang
bertujuan menekan dampak risiko produksi dalam usaha melon menjadi suatu
hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko usaha
melon hidroponik penting untuk dilakukan.
Usaha melon ini diusahakan secara hidroponik agar dapat mengurangi
risiko produksi yang terjadi. Apakah dengan diusahakan secara hidroponik
dapat mengurangi risiko produks dan berapa nilai risiko yang dihadapi
perusahaan pada komoditi melon hidroponik ini?
Setiap jenis melon memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga
tiap jenis melon menghadapi jenis dan sumber risiko yang hampir sama.
Menjadi pertanyaan pada penelitian ini adalah apa yang menjadi sumbersumber risiko yang dihadapi PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam
mengusahakan berbagai jenis melon?
Secara teoritis diversifikasi merupakan manajemen strategi untuk
menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset
(Harwood et al.1999). Seperti telah dijelaskan di atas bahwa upaya diversifikasi
yang dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos pada dasarnya bertujuan untuk
menurunkan risiko produksi. Oleh karena itu timbul pertanyaan lain yang akan
dijawab pada penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh diversifikasi yang
dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos dalam rangka merespon pasar
dikaitkan dengan upaya menurunkan risiko?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh diversifikasi yang dilakukan PT Rejo Sari Bumi Unit
Tapos dalam menekan risiko produksi. Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi PT Rejo
Sari Bumi Unit Tapos dalam mengusahakan berbagai jenis melon.
2. Menganalisis hubungan antara diversifikasi usaha melon dengan upaya
menekan risiko produksi.
3. Memberikan strategi/ alternatif yang terbaik untuk perusahaan agar dapat
mengurangi risiko produksi yang terjadi.

8

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan
kontribusi bagi pihak-pihak terkait, seperti:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan
dalam mengambil kebijakan manajemen pengendalian risiko.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
sebagai bahan acuan dan bahan perbandingan mengenai manajemen risiko
terkait dengan diversifikasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media untuk menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah golden melon,
musk melon, dan sunny sweet melon yang diusahakan oleh PT Rejo Sari
Bumi Unit Tapos.
2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan
diskusi langsung kepada perusahaan dan data sekunder berupa data
penjualan, harga jual dan data produksi golden melon, musk melon, dan
sunny sweet melon waktu tahun Januari 2012 sampai Desember 2012.
3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis manajemen
risiko dikaitkan dengan diversifikasi yang diterapkan oleh PT Rejo Sari
Bumi Unit Tapos padausaha golden melon, musk melon, dan sunny
sweetmelon .

TINJAUAN PUSTAKA

Sumber-Sumber Risiko Produksi Hortikultura

Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada usaha pertanian sebagian
besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca,
hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human
error) dari tenaga kerja (SDM) (Harwood et al, 1999). Sumber-sumber risiko
tersebut, akan menyebabkan kerugian bagi pihak yang mengelola usaha,
terutama pada kegiatan produksi. Hal ini dikarenakan, risiko pada kegiatan
produksi pertanian relatif lebih besar dibandingkan risiko pada kegiatan lain
dalam usaha pertanian. Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat
diminimalkan sekecil mungkin. Pada umumnya risiko dapat diminimalkan

9

dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha
penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti
SDM, benih/bibit dan obat-obatan.
Budidaya tanaman hortikultura memiliki berbagai risiko dalam
usahanya. Dari hasil penelitian Tarigan (2009) menyatakan bahwa risiko
produksi disebabkan oleh perubahan cuaca, serangan hama. Sianturi (2011)
juga menyatakan sumber risiko tersebut dialami pada bunga hias tetapi ada
tambahan risiko yang dialami yaitu kesalahan tenaga kerja, harga produk, dan
sarana dan prasarana lainnya. Penelitian melon hidroponik ini berfokus pada
sumber risiko produksi yaitu perubahan cuaca, serangan hama, dan human
error.
Hasil penelitian Ginting (2009) menyatakan bahwa sumber risiko dalam
usahanya disebabkan oleh perubahan cuaca, serangan hama, keterampilan
tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Begitu pula pada penelitian Utami
(2009) menyatakan bahwa sumber risiko tersebut juga dialami pada bawang
merah tetapi ada tambahan risiko yaitu tingkat kesuburan tanah dan efektivitas
penggunaan input. Penelitian melon hidroponik ini berfokus pada sumber risiko
produksi yaitu perubahan cuaca, serangan hama, human error, dan teknologi
yang digunakan dalam usaha ini sudah baik begitu pula efektivitas dalam
pengunaan input.
Sumber risiko lainnya adalah risiko pasar seperti risiko kegiatan
pemasaran, berfluktuasinya harga input atau output. Dari hasil penelitian
Firmansyah (2009) menyatakan bahwa ketidakpastian pesanan menjadi sumber
utama risiko ini dalam usahanya, sedangkan dari hasil penelitian Panggabean
(2011) menyatakan harga jual anggrek yang berbeda-beda dan kerusakan pada
proses pengiriman menjadi sumber risiko pasar. Selain itu, risiko produksi pun
dialami dalam usaha anggrek tersebut seperti perubahan cuaca, dan serangan
hama. Penelitian melon hidroponik ini berfokus hanya pada risiko produksi saja
tidak pada risiko pasar karena harga input dan output sudah bekerja sama
dengan pihak supplier sehingga jarang terjadi perubahan harga yang signifikan.

Metode Analisis Risiko Produksi

Hasil analisis yang sudah pernah ada yang menganalisis mengenai risiko
menggunakan analisis analisis regresi berganda, metode single indeks
portofolio dan analisis koefisien korelasi. Selain itu pengukuran risiko dapat
dilakukan dengan menggunakan metode analisis seperti varian, standar deviasi
dan koefisien variasi. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai
varian sebagai penentu ukuran yang lainnya. Semakin kecil nilai ketiga
indikator tersebut mencerminkan semakin rendah risiko yang dihadapi.
Firmansyah (2009) menggunakan metode single indeks portofolio dan
analisis koefisien korelasi karena penelitiannya ini membahas mengenai risiko
portofolio pemasaran sayuran organik. Pada penelitian yang dilakukan Utami
(2009) menggunakan alat analisis varian, standar deviasi dan koefisien variasi
untuk menghitung nilai risiko para petani bawang dan menggunakan analisis

10

regresi linier berganda untuk menganalisis perilaku penawaran pada komoditi
bawang merah. Pada penelitian Ginting (2011) juga menggunakan ketiga
indikator analisis tersebut dengan menggunakan expected return karena
penelitiannya ingin mengetahui nilai risiko yang terjadi dan nilai return yang
dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011), Sianturi (2011), dan
Tarigan (2009) memfokuskan pada dua komoditi atau lebih. Para peneliti
tersebut menggunakan alat analisis varian, standar deviasi dan koefisien
variasiserta expected return karena untuk menghitung nilai risiko tiap komoditi
yang dianalisis dan nilai return yang dihasilkan dari tiap komoditi juga. Selain
itu, para peneliti tersebut juga menggunakan metode analisis diversifikasi/
portofolio untuk mendapatkan kombinasi yang tepat dalam masing-masing
usahanya.
Penelitian melon hidroponik ini menggunakan metode alat analisis
varian, standar deviasi dan koefisien variasi serta expected return karena untuk
menghitung nilai risiko tiap komoditi yang dianalisis dan nilai return yang
dihasilkan dari tiap komoditi juga dan menggunakan metode analisis
diversifikasi/ portofolio.

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko perlu dilakukan untuk menekan dampak
yang ditimbulkan risiko. Strategi pengelolaan risiko dalam pertanian (Kaan
2002) antara lain 1) mengurangi risiko dalam operasi, misalnya diversifikasi
produk, 2) transfer atau pengalihan risiko di luar operasi, misalnya kontrak
produksi dan 3) membangun kemampuan operasi untuk bertahan dari adanya
risiko, misalnya memelihara aset lancar.
Pada penelitian Ginting (2009), strategi pengelolaan risiko produksi
yang diterapkan adalah strategi preventif, yaitu meningkatkan kualitas
perawatan untuk menangani iklim dan cuaca dengan meningkatkan intensitas
penyiraman, membersihkan area produksi untuk mencegah timbulnya hama dan
penyakit, melakukan perencanaan pembibitan yang baik dengan kualitas bahan
baku yang baik, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti
penyuluhan dan pelatihan tentang jamur tiram putih, serta menggunakan
peralatan yang steril.
Strategi yang berbeda dikemukakan oleh Firmansyah (2009), dimana
strategi pengelolaan risiko portofolio pemasaran sayuran organik adalah
menjaga kestabilan pesanan produk agar berada pada kondisi penjualan normal
atau penjualan tinggi yaitu dengan cara memperbanyak agen atau distributor
serta melakukan kerjasama dengan supermarket-supermarket atu toko-toko.
Penelitian Sianturi (2011), dimana strategi yang pengelolaan yang
dilakukan adalah kegiatan diversifikasi dengan cara memilih kombinasi
komoditas yang paling rendah risikonya. Begitu pula penelitian yang dilakuan
oleh Panggabean (2011) yang menggunakan strategi diversifikasi pada tiga
komoditas anggrek. Strategi lain pada penelitian Panggabean adalah dengan
integrasi vertikal, kontrak pemasaran, dan perbaikan sarana produksi.

11

Hasil penelitian Tarigan (2009) menunjukkan bahwa pada model
penghitungan spesialisasi berdasarkan produktifitas, tanaman bayam hijau
memiliki nilai risiko produksi tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Dan
tanaman dengan risiko produksi terendah dimiliki oleh cabai keriting. Setelah
diteliti ternyata komoditas bayam hijau merupakan tanaman yang paling sering
diserang hama khususnya pada musim penghujan. Tetapi jika menggunakan
nilai pendapatan bersih sebagai dasar penghitungan risiko tunggalnya, maka
tanaman yang paling tinggi risikonya adalah tanaman cabai keriting dan yang
paling rendah risikonya adalah tanaman brokoli. Analisis risiko dengan model
penghitungan portofolio pada ketiga komoditas ini menunjukkan bahwa
kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko.

Pengaruh Diversifikasi Terhadap Risiko

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi.
Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam
berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio
membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil
pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko
paling rendah dengan suatu hasil tertentu.
Pada penelitian Firmansyah (2009), strategi pengelolaan risiko portofolio
pemasaran sayuran organik adalah menjaga kestabilan pesanan produk agar
berada pada kondisi penjualan normal atau penjualan tinggi, sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2011), nilai risiko rendah juga terdapat
pada gabungan dua komoditas saja dari empat komoditi yang diteliti yaitu
kombinasi kalanchoe dan katsuba. Pengaruh diversifikasi pada beberapa
kelompok komoditas diatas dapat menekan risiko namun diversifikasi tidak
serta merta juga dapat menghilangkan risiko.
Hasil penelitian Tarigan (2009), analisis risiko dengan model
penghitungan portofolio pada komoditas bayam hijau, brokoli, dan cabai
keriting ini menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan
risiko., sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Panggabean (2011), nilai
risiko rendah terdapat pada gabungan dua komoditas dari tiga kelompok
komoditi yang diteliti yaitu kombinasi dendrodium campur besar dan kecil.
Pengaruh diversifikasi pada beberapa kelompok komoditas diatas dapat
menekan risiko namun diversifikasi tidak serta merta juga dapat menghilangkan
risiko.
Hasi penelitian yang dilakukan Jayanti (2012), diversifikasi dapat
digunakan sebagai suatu strategi untuk mengurangi risiko produksi pada
komoditi tomat dan cabai merah. Alternatif tindakan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam,
pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan ketika sebelum
ditanami, sedangkan penelitian yang dilakukan Primasari (2011), strategi
diversifikasi empat komoditas yang dilakukan PT Istana Alam Dewi Tara
merupakan strategi yang tepat untuk meminimalkan risiko karena dapat

12

menurunkan risiko pada risiko spesialisasinya. Namun strategi ini belum
sepenuhnya dapat meminimalkan risiko, untuk itu diperlukan pula strategi lain
dalam pengelolaan risiko agar lebih meminimalkan risiko yang ada Strategi
lain yang perlu diterapkan PT Istana Alam Dewi Tara adalah dengan
memperhatikan cara perbanyakan tanaman yang tepat; penggunaan media
tanam yang baik; membersihkan area pertanaman dari gulma atau rumput liar
yang tumbuh disekitar area untuk menghindari serangan hama; serta
mengoptimalkan pelaksanaan manajemen perusahaan.
Penelitian melon hidroponik ini menggunakan analisis diversifikasi pada
tiga komoditas yaitu golden, musk, dan sunny sweet melon untuk melihat
apakah nilai risiko menjadi lebih kecil atau tidak setelah digunakan analisis
diversifikasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko dan Ketidakpastian
Harwood et al. (1999) mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan
kejadian yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup pertanian risiko
tampak dalam kejadian-kejadian berikut: risiko produksi, risiko pasar atau
harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial. Risiko juga
dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan deviasi
(penyimpangan) terhadap hasil yang diinginkan atau diharapkan.
Menurut Elton dan Gruber (1995) risiko merupakan sebuah kejadian atau
peristiwa yang dapat merugikan perusahaan, hasil yang diperkirakan oleh
perusahaan tidak sesuai dengan pencapaian perusahaan. Risiko ditentukan oleh
besar atau kecilnya penyimpangan antara hasil yang diperkirakan dengan hasil
yang dicapai oleh perusahaan. Semakin besar penyimpangan antara hasil yang
diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan maka risiko yang
dihadapi perusahaan. Sebaliknya, jika penyimpangan antara hasil yang
diperkirakan dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan semakin kecil maka
risiko yang dihadapi oleh perusahaan tersebut semakin kecil. Penyimpangan
yang dimaksud adalah penyimpangan yang bernilai negatif.
Beberapa ukuran risiko menurut Elton dan Gruber (1995) adalah nilai
varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi
(coefficient variation). Varian dan standar deviasi merupakan ukuran absolute
dan bukan merupakan indikator tinggi rendahnya risiko yang dihadapi oleh
perusahaan. Untuk mengetahui tinggi rendahnya risiko sebuah usaha adalah
dengan mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan untuk
mendapatkan per rupiah return. Besarnya risiko yang dihadapi oleh perusahaan

13

untuk mendapatkan return sebesar satu rupiah disebut dengan koefisien variasi
(coefficient variation).
Menurut Debertin (1986), ketidakpastian lingkungan adalah kemungkinan
hasil dan kemungkinan kejadian tersebut tidak dapat diketahui. Sedangkan
risiko adalah hasil dan kemungkinan dari suatu kejadian dapat diketahui.
Peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur maka kejadian tersebut
termasuk kedalam kategori ketidakpastian. Hal ini menunjukkan risiko dan
ketidakpastian memiliki perbedaan dapat dilihat pada Gambar 4
Kejadian berisiko

Kejadian tidak pasti

Probabilitas dan hasil
akhir diketahui

Probabilitas dan hasil
akhir tidak diketahui

Gambar 3 Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Tidak Pasti
Sumber : Debertin (1986)

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada sisi sebelah kiri menggambarkan
kejadian berisiko memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui
oleh pengambil keputusan. Sedangkan pada sisi sebelah kanan menggambarkan
kejadian tidak pasti memiliki peluang dan hasil dari suatu kejadian yang tidak
diketahui oleh pengambil keputusan.
Robison dan Barry (1987), menyatakan bahwa risiko menunjukkan
peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai
pembuat keputusan dalam bisnis. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan
peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan.
Peluang kejadian yang tidak diketahui secara kuantitatif dikarenakan tidak ada
informasi atau data pendukung untuk menghitung nilai peluangnya. Perilaku
setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Terdapat
tiga kategori individu dalam menghadapi risiko, yaitu Risk Averse, Risk Neutral,
dan Risk Lover. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara risk dengan return.

Return

Expected
return

Risk
Gambar 4. Hubungan antara Return (Pendapatan) dengan Risiko
Sumber : Debertin (1986)

14

Gambar 4 menjelaskan hubungan antara income variance yang menjadi
ukuran tingkat risiko yang dihadapi, dengan income yang diharapkan (expected
income) yang menjadi ukuran tingkat pendapatan yang diharapkan oleh pembuat
keputusan. Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut :
1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averse) menunjukkan
perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan
menghindari risiko. Kurva Risk Averse menunjukkan sikap pembuat
keputusan yang takut terhadap risiko yaitu jika terjadi kenaikan ragam
pendapatan (income variance) yang merupakan ukuran tingkat risiko akan
diimbangi dengan menaikkan expected income.
2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral)
menunjukkan perilaku indivisu yang apabila terjadi kenaikan income
variance yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi
dengan menaikkan income yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi
income variance, maka expected income akan tetap.
3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) yaitu
perilaku individu yang menyukai risiko. Sikap ini menunjukkan adanya
kenaikan income variance akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan
kesediannya menerima income yang diharapkan lebih rendah. Risk Taker
cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu
dikhawatirkan
Sumber – Sumber Risiko
Mengetahui penyebab dari suatu kejadian itu sangat penting, jika sudah
diketahui akan lebih mudah untuk melakukan pencegahan atau penanganan
apabila kejadian tersebut terjadi. Penyebab terjadinya kejadian itu beraneka
macam. Beberapa sumber risiko yang sering dihadapi oleh para petani menurut
Hardwood et al. (1999), yaitu risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko
kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial.
1. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi, meliputi gagal panen,
penurunan produktivitas, kerusakan produk akibat serangan hama dan
penyakit, perubahan cuaca, kelalaian sumberdaya manusia misalnya
ketidaksesuaian dalam pemupukan.
2. Sumber risiko yang berasal dari risiko pasar, meliputi kerusakan produk
sehingga tidak memenuhi mutu pasar akibatnya tidak dapat dijual,
permintaan terhadap produk rendah, fluktuasi harga input dan output,
serta daya beli masyarakat menurun.
3. Sumber risiko yang berasal dari risiko kelembagaan adalah adanya aturan
yang membuat anggota dari suatu organisasi menjadi kesulitan dalam
memasarkan ataupun meningkatkan produksinya.
4. Sumber risiko yang berasal dari risiko kebijakan adalah adanya kebijakan
tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya
kebijakan tarif ekspor.
5. Sumber risiko yang berasal dari risiko finansial adalah adanya piutang
tidak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi
terhambat, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi.

15

Risiko Portofolio (Diversifikasi)
Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa investasi.
Teori portofolio merupakan teori yang menjelaskan penyaluran modal ke dalam
berbagai macam investasi dengan tujuan menekan risiko. Teori portofolio
membahas portofolio yang optimum yaitu portofolio yang memberikan hasil
pengembalian tertinggi pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko
paling rendah dengan suatu hasil tertentu.
Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan pelaku bisnis dalam
menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa
kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset
dinamakan dengan diversifikasi. Teori portofolio merupakan teori yang
menjelaskan penyaluran modal ke dalam berbagai macam investasi dengan
tujuan menekan risiko. Teori portofolio membahas portofolio yang optimum
yaitu portofolio yang memberikan hasil pengembalian tertinggi pada suatu
tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil
tertentu.
Teori diversifikasi atau portofolio merupakan manajemen strategi untuk
menekan risiko dengan cara mengusahakan beberapa aktivitas usaha atau asset
(Harwood et al.1999). Hal ini berdasarkan pertimbangan apabila salah satu
asset menghasilkan return yang rendah maka asset yang lain diharapkan
menghasilkan yang tinggi sehingga kerugian bisa tertutupi.
Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan
mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko
yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak
menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi
melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat
keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki
beberapa jenis investasi.
Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan
mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko
yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak
menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi
melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat
keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki
beberapa jenis investasi. Menurut Diether (2009) perhitungan expected return
pada risiko portofolio adalah:
E(rp) = w1E(r1) + w2E(r2) +… + wnE(rn)
Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah:
w1 + w2 + … + wn = 1
Sedangkan rumusan perhitungan varian untuk risiko portofolio adalah:

16

σp2 = w1σ2(r1) + w2σ2(r2) + ∙∙∙ + wnσ2(rn) + 2w1w2cov (r1,r2) + 2w1w3cov
(r1,r3) + ∙∙∙ + 2w1wncov (r1,rn) + 2w2w3cov (r2,r3) + 2w2w4cov (r2,r4) + ∙∙∙ +
2w2wncov (r2,rn)
Keterangan:
E (rp) :Expected return dari keseluruhan usaha diversifikasi
w1, w2, …, wn : Fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset
σp2 :Varian portofolio untuk masing-masing investasi
cov (r1,r2;…; r1,rn; r2,r3;…; r2,rn): Covarian antara masing-masing aset
Dalam perhitungan nilai covarian pada analisis risiko portofolio perlu
diperhatikan juga nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan alat
ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan
pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut.
Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif,
sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif.
Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai
maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan
korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber,
1986):
1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama.
2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi
dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.
3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa
kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

Peta risiko portofolio dapat dilihat pada Gambar 5.
Produk
C
3

B
2
A
1
Tingkat Risiko
σ3

σ2

Gambar 5 Peta risiko portofolio
Sumber: Elton dan Gruber (1995)

σ1

17

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa Titik A merupakan aset yang
memiliki nilai risiko paling tinggi karena hanya mengusahakan satu produk
saja. Titik B merupakan asset yang memiliki nilai risko tengah diantara titik A
dan titik C karena mengusahakan dua produk. Titik C merupakan asset yang
memiliko nilai risiko yang paling rendah karena mengusahakan tiga produk
komoditi. Teori peta risiko portofolio membantu
manajemen dalam
pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman
dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada
kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu
jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko.
Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika
memiliki beberapa jenis investasi.

Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko dapat menggunakan Varian, Strandar Deviation dan
Coefficient Variance (Elton dan Gruber 1995). Ketiga ukuran tersebut berkaitan
satu sama lain dan nilai varian sebagai penentu ukuran yang lainnya. Standar
deviasi yang merupakan akar kuadrat dari varian sedangkan koefisien variasi
merupakan rasio dari standar deviasi dengan nilai expected return dari suatu
kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau
harga.
Penilaian risiko dengan menggunakan nilai varian dan standar deviasi
merupakan ukuran yang absolut dan tidak mempertimbangkan risiko dalam
hubungannya dengan hasil yang diharapkan (expected return). Jika nilai varian
dan standar deviasi digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian
risiko yang dihadapi pada kegiatan usaha maka dikhawatirkan akanterjadi
keputusan yang kurang tepat.
Hasil keputusan yang tepat dalam menganalisis risiko suatu kegiatan
usaha harus menggunakan perbandingan dengan satuan yang sama. Ukuran
risiko yang dapat membandingkan dengan satuan yang sama adalah koefisien
variasi. Koefisien variasi merupakan ukuran yang tepat bagi pengambil
keputusan dalam menilai suatu kegiatan usaha dengan mempertimbangkan
risiko yang dihadapi untuk setiap return yang diperoleh dari kegiatan usaha
tersebut. Dengan ukuran koefisien variasi, penilaian risiko terhadap kegiatan
usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu besarnya risiko untuk
setiap return. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau
harga.

Manajemen Risiko
Manajeme