Diversifikasi sayuran organik sebagai alternatif mengatasi risiko usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor

(1)

DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK SEBAGAI

ALTERNATIF MENGATASI RISIKO USAHA

PADA THE PINEWOOD ORGANIC FARM

DI KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

MUTIA YOFANI H34096070

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

ABSTRACT

Risk is the possibility of adversity or loss, and refers to uncertainty that matters. Consequently, risk management involves choosing among alternative to reduce the effect of risk. One of indicator to know the existence of production risk is the fluctuation in productivity of brokoli, tomato, bayam hijau, and carrot. This study analyzes the risk of commodity production in the four selected in the Pinewood Organic Farm with a diversified approach to analyze the risk of production of more than one commodity. Fluctuations in production will lead to revenues received also fluctuates, will be calculated risks and confectionary risk through the implementation of risk management strategies. Risk analysis is a comprehensive step in the risk assessment process. This assessment begins with the calculation of odds, the value of expected return, until the value of the risk. The analysis tools is the variance (the variance), standard deviation (standard deviation), and the coefficient of variation (coefficient of variation). Measures of deviation is also aided by another measure, namely the calculation of the odds and expected return. The results of the risk analysis calculations show that the specialization of business spinach organic green vegetables have the highest risk level of the four commodities. Based on the comparison of the risk on the four organic vegetables broccoli, tomatoes, green spinach, and carrots are done Pinewood Organic Farm concluded that diversification can reduce risk. However, by diversifying no means eliminate the risk or create a risk to zero. Diversified production activities in the Pinewood Organic Farm has been effectively implemented by the company in an effort to deal with the risk. The strategy needs to be done by the company is to improve the management of the company, to cooperate or partner with other farmers and suppliers of organic vegetables.

Keywords : brokoli, tomato, bayam hijau, carrot, production risk, specialicacy risk analys, divercivication risk analys.


(3)

RINGKASAN

MUTIA YOFANI. Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi unggulan dan basis perekonomian Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan penting dalam penyediaan pangan, sumber pendapatan petani, dan penyerapan tenaga kerja adalah hortikultura. Komoditas tanaman hortikultura sangat beragam, diantaranya kelompok komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. Hortikultura mencakup budidaya, pemrosesan, dan penjualan buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, tanaman hias dan bunga. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). PDB untuk tanaman hortikultura khususnya untuk komoditas sayuran setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Persentase kenaikan untuk sayuran rata-rata tiap tahun sebesar 9,19 persen dan rata-rata peningkatan untuk tanaman hortikultura sebesar 7,28 persen.

The Pinewood Organic Farm adalah salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang pertanian organik. Perusahaan memilih usaha tersebut karena pertanian organik merupakan salah satu usaha yang cukup prospektif, dilihat dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Kegiatan usaha produksi sayuran organik yang diusahakan oleh perusahaan, dalam kegiatan produksinya pasti mengalami risiko yang bisa disebabkan oleh keadaan alam seperti cuaca dan iklim, hama dan penyakit, kesuburan tanah, dan teknologi budidaya yang digunakan. Risiko yang dihadapi di lapang tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi. Perusahaan dalam mengatasi hal tersebut telah melakukan usaha diversifikasi produk yaitu dengan memproduksi lebih dari satu komoditas. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm dalam upaya mengurangi risiko dan menganalisis alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko produksi sayuran organik di perusahaan.

Penelitian dilakukan di The Pinewood Organic Farm, jalan Gandamanah. Desa Tugu Selatan, Cisarua. Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2011. Alat analisis yang digunakan adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran simpangan ini juga dibantu oleh alat ukur lainnya yaitu perhitungan peluang dan expected return.

Analisis risiko diversifikasi sayuran organik hanya difokuskan kepada empat komoditi sayuran organik yang diusahakan oleh perusahaan yaitu: brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel. Total peluang dari tiap-tiap periode berjumlah satu. Penelitian ini mengasumsikan bahwa peluang untuk semua kejadian sama, karena tiap-tiap kejadian berpeluang mengalami risiko. Risiko diversifikasi yang dihadapi dalam usaha produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor cuaca, hama penyakit,


(4)

sumberdaya manusia, dan teknologi yang dipakai dalam proses produksi sayuran organik yang dilakukan oleh perusahaan.

Hasil perhitungan analisis risiko usaha spesialisasi menunjukkan bahwa komoditas sayuran bayam hijau organik memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas lainnya. Risiko yang dihadapi sayuran bayam organik sebesar 0,24, artinya setiap penerimaan Rp. 1.000,- yang diperoleh, maka risiko yang dihadapi sebesar Rp. 240,-. Nilai Expected Return yang dihasilkan sebesar 48.230,14. Bayam hijau diproduksi di lahan terbuka, sehingga rentan terhadap hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang bayam hijau adalah serangga ulat daun, kutu daun, dan tungau. Hama-hama ini menyebabkan kerusakan pada tekstur daun, seperti daun menjadi berlubang dan layu. Hama ini menyerang tanaman pada tahap produksi.

Analisis risiko usaha diversifikasi untuk kombinasi tiga komoditas memiliki tingkat risiko yang sama, tetapi nilai expected return masing-masing kombinasi berbeda. Kombinasi brokoli, tomat dan wortel memiliki nilai expected return yang lebih tinggi dari kombinasi tiga komoditas lainnya. Berdasarkan nilai koefisien variasi pada divesifikasi empat komoditas dapat dilihat bahwa dengan diversifikasi empat komoditas yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm menghadapi risiko sebesar Rp. 210,- per seribu rupiah penerimaan yang diperoleh. Nilai ini lebih berada diantara atau rata-rata risiko yang dihasilkan pada kombinasi lainnya.

Nilai risiko pada usaha diversifikasi yang mengandung komoditas bayam hijau dan wortel cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi komoditas brokoli dan tomat.. Budidaya bayam hijau yang sangat rentan terhadap kondisi alam mempengaruhi tingkat risiko yang dihadapi, apalagi dibudidayakan secara organik. Harga brokoli yang lebih tinggi dari komoditas yang lainnya juga berpengaruh terhadap penerimaan yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil perbandingan risiko pada keempat komoditas sayuran organik brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel yang dilakukan Pinewood Organic Farm disimpulkan bahwa diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi tidak berarti menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol.

Usaha diversifikasi pada kegiatan produksi di The Pinewood Organic Farm telah efektif diterapkan oleh perusahaan dalam usaha mengatasi risiko usaha. Strategi yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah dengan memperbaiki manajemen perusahaan, melakukan kerjasama atau mitra dengan petani lain dan pemasok sayuran organik.


(5)

DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK SEBAGAI

ALTERNATIF MENGATASI RISIKO USAHA

PADA THE PINEWOOD ORGANIC FARM

DI KABUPATEN BOGOR

MUTIA YOFANI H34096070

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(6)

Judul Skipsi : Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor

Nama : Mutia Yofani

NIM : H34096070

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi

NIP. 19640921 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(7)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Diversifikasi

Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Mutia Yofani


(8)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Painan, Padang Sumatera Barat pada tanggal 22 Juni 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Fadillah dan Ibu Elmi Yulnarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 9 Painan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Painan. Pendidikan menengah atas penulis diselesaikan pada tahun 2006 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Painan.

Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Keahlian Teknologi Industri Benih, Direktorat Program Diploma dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur regular.


(9)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Diversifikasi Sayuran

Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor”. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi sayuran organic serta diversifikasi sebagai salah satu upaya untuk dapat mengatasi risiko usaha sayuran organik di Pinewood Organic Farm, Cisarua Bogor. Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2013


(10)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan nikmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Diversifikasi Sayuran Organik sebagai Alternatif Mengatasi Risiko Usaha pada

The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor” sesuai dengan waktu yang direncanakan. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materiil, yaitu :

1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Dra. Yusalina, MSi selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritikan dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Bapak Lie dan Ibu Lie sebagai pemilik The Pinewood Organic Farm, yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di tempat usahanya. 4. Pihak The Pinewood Organic Farm yang telah menberikan waktu, informasi,

kesempatan dan dukungannya.

5. Orangtua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan baik moril maupun materiil, serta keluarga besar yang selalu memberikan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Onang Yolan, Abang Kiki, Wempi, dan Fatih, terimakasih buat kasih sayang kalian, dan dukungan.

7. Dedi Jumadi, terimakasih atas semangat, motivasi, kasih sayang yang diberikan dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat tercinta Emi dan Nita beserta keluarga, yang selalu menemani perjalanan hidup, karier, dan pendidikan penulis, berbagi dalam suka dan duka.


(11)

vii 9. Seluruh teman-teman seperjuangan ekstensi Agribisnis atas bantuan dan kerjasama selama ini, serta teman-teman kantor BCA Raya Baru Bogor yang memberi semangat dan dukungan untuk penulis.

Bogor, Februari 2013


(12)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Agribisnis Sayuran Organik ... 12

2.2 Risiko Komoditas Hortikultura ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Teori Risiko dalam Kegiatan Produksi ... 18

3.1.2 Risiko Portofolio dalam Diversifikasi ... 21

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 22

IV. METODE PENELITIAN ... 25

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 26

4.4.2 Analisis Risiko ... 27

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 35

5.2 Organisasi dan Manajemen Perusahaan... 37

5.3 Sumberdaya Usaha The Pinewood Organic Farm ... 40

5.3.2 Sumberdaya Fisik ... 41

5.3.3 Sumberdaya Modal ... 41

5.4 Unit Bisnis ... 42

5.5 Gambaran Budidaya Sayuran Organik di The Pinewood Organic Farm ... 42

5.6. Analisis Pendapatan The Pinewood Organic Farm ... 54

VI RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI SAYURAN ORGANIK ... 59

6.1 Identifikasi risiko ... 59

6.2 Analisis Risiko ... 62


(13)

ix

6.2.2 Analisis Risiko Diversifikasi ... 64

6.3 Strategi Penanganan Risiko ... 72

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

7.1 Kesimpulan ... 76

7.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(14)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di Indonesia Periode Tahun 2007-2010………… 1 2. Perkembangan dan Pertumbuhan Subsektor Hortikultura di

Indonesia Tahun 2009-2010………... 2

3. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian

Konvensional ditinjau dari Aspek Input-Output………. 14

4. Nilai Fraksi untuk Setiap Gabungan Komoditas……… 32

5. Sumberdaya Fisik The Pinewood Organic Farm……… 41

6. Biaya Investasi Usaha Produksi Sayuran Organik The Pinewood

Organic Farm Tahun 2010-2011………. 55

7. Rincian Biaya Tetap Usaha Produksi Sayuran Organik The

Painewood Organic Farm Tahun 2010-2011……….. 56

8. Rincian Biaya Variabel Usaha Produksi Sayuran Organik The

Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011……… 57

9. Analisis Pendapatan Usaha Produksi Sayuran Organik The

Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011……… 57

10.Penilaian Expected Return Komoditas Brokoli, Tomat, Bayam

hijau, dan Wortel pada The Pinewood Organic Farm……… 62

11.Penilaian risiko Produksi Spesialisasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood

Organic Farm……….. 63

12.Penilaian risiko Produksi Diversifikasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di The Pinewood

Organic Farm……….. 65

13.Penilaian risiko Produksi Spesialisasi dan Diversifikasi berdasarkan Penerimaan pada Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan


(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2009 ... 3 2. Produktivitas Sayuran Brokoli Organik di The Pinewood

Organic Farm Tahun 2010-2011 ... 7 3. Produktivitas Sayuran Tomat Organik di The Pinewood Organic

Farm Tahun 2010-2011 ... 8 4. Produktivitas Sayuran Bayam Hijau Organik di The Pinewood

Organic Farm Tahun 2010-2011 ... 8 5. Produktivitas Sayuran Wortel Organik di The Pinewood

Organic Farm Tahun 2010-2011 ... 9 6. Rangkaian Kejadian Risiko dan Ketidakpastian ... 19 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi pada

The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor ... 24 8. Struktur Organisasi The Pinewood Organik Farm Tahun 2012 ... 39 9. Proses Produksi Sayuran Organik di The Pinewood Organic

Farm Tahun 2012 ... 44 10.Proses Persemaian Brokoli Organik di Pinewood Organic Farm . 45 11.Ukuran bedengan sayuran organik di The Pinewood Organic


(16)

xi  

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Fluktuasi Produksi mempengaruhi Penerimaan The Pinewood Organic Farm Tahun 2011 ... 81 2. Hasil Produksi Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di

Pinewood Organic Farm Tahun 2011 ... 83 3. Hasil Produktivitas Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di


(17)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi unggulan dan basis perekonomian Indonesia. Salah satu subsektor pertanian yang memegang peranan penting dalam penyediaan pangan, sumber pendapatan petani, dan penyerapan tenaga kerja adalah hortikultura. Komoditas tanaman hortikultura sangat beragam, diantaranya kelompok komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. Hortikultura mencakup budidaya, pemrosesan, dan penjualan buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran, tanaman hias dan bunga. Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Perkembangan subsektor ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di Indonesia Periode Tahun 2007-2010

Komoditas Nilai PDB (Milyar Rupiah) Pertumbuhan (%)/Tahun

2007 2008 2009 2010

Buah-buahan 42.362 47.060 48.437 45.482 7,36

Sayuran 25.587 28.205 30.506 31.244 22,11

Tanaman Hias 4.105 5.085 5.494 6.174 50,4

Biofarmaka 4.741 3.853 3.897 3.665 -22,69

Total

Hortikultura 76.795 84.203 88.334 86.565 12,72

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Besarnya nilai kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 76.795 milyar dan terus meningkat hingga tahun 2010 yaitu sebesar Rp.86.565 milyar atau rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 12,72 persen. Nilai PDB hortikultura Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar dua persen, yaitu dari Rp.88.334 milyar menjadi Rp.86.565 milyar. Penurunan ini disebabkan karena adanya penurunan jumlah produksi dari komoditas buah-buahan dan tanaman biofarmaka.


(18)

2 Tabel 1 menunjukkan bahwa kontribusi tanaman hortikultura terhadap PDB nasional setiap tahunnya mengalami peningkatan. Terutama pada komoditas sayuran dan tanaman hias, setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Persentase kenaikan untuk sayuran dari tahun 2007 sampai 2010 sebesar 22,11 persen dan peningkatan untuk tanaman hortikultura sebesar 12,72 persen.

Pengembangan tanaman hortikultura, khususnya sayuran didasarkan pada peningkatan produksi dan luas lahan tanaman hortikultura yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi, bahan baku industri, peningkatan ekspor dan substitusi impor, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para petani atau pelaku bisnis pertanian. Peningkatan produksi dan luas panen untuk komoditas hortikultura tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan dan Pertumbuhan Subsektor Hortikultura di Indonesia Tahun 2009-2010

No Komoditas

Produksi Pertum

buhan (%)

Luas Panen (Ha) Pertum

buhan (%)

2009 2010 2009 2010

1 Sayuran

(Ton) 10.628.285 10.708.719 0,75 1.078.159 1.111.154 3,06

2 Buah (Ton) 18.653.900 15.490.373 -16,96 834.335 667.872 -19,95

3 Tanaman Hias

Bunga Poton

(Tgk) 263.531.374 378.915.785 43,78 13.867.791 * 17.312.972 * 24,84

Draceae (Phn) 2.262.505 4.625.925 104,46 194.801* 209.585* 7,59

Melati (Kg) 28.307.326 21.600.442 -23,69 959.546* 1.016.157* 5,90

Palem (Phn) 1.260.408 1.098.197 -12,87 460.398 481.443 4.57

4

Tanaman Biofarmaka (Kg)

472.863.015 418.683.635 -11,46 - - -

Rata-rata pertumbuhan produksi dan luas panen hortikultura

0,25 - - -

Keterangan: * = satuan dalam m2

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah produksi untuk hortikultura tahun 2010 mengalami peningkatan produksi sebesar 0,25 persen. Luas panen untuk komoditas sayuran juga mengalami penurunan yaitu sebesar 3,06 persen pada 2010. Komoditas buah mengalami penurunan hasil produksi disertai dengan


(19)

3 adanya penurunan luas lahan yang sangat signifikan. Beberapa jenis tanaman hias seperti melati dan palem, adanya peningkatan luas panen tidak mempengaruhi jumlah produksi, produksi komoditas tersebut mengalami penurunan yang signifikan.

Beberapa jenis sayuran di Indonesia mengalami peningkatan jumlah produksi tiap tahunnya, seperti komoditas tomat dan wortel, walaupun pada tahun-tahun tertentu mengalami sedikit penurunan. Hal tersebut disebabkan adanya fluktuasi produksi sayuran setiap tahunnya akibat adanya perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu sehingga mempengaruhi kuantitas produksi yang dihasilkan. Sedangkan bayam dan kembang kol perkembangan produksi setiap tahunnya stabil. Gambar 1.

Gambar 1.Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2006-2009

Sumber: www.bps.go.id [11 Desember 2011]

Peningkatan-peningkatan tersebut berkaitan dengan adanya isu saat ini tentang penggunaan lahan yang ramah lingkungan untuk kegiatan pertanian dalam rangka go organic, dan kesadaran konsumen dalam mengubah pola konsumsi sehat yaitu dengan mengkonsumsi sayur-sayuran yang sehat. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi trend dengan meninggalkan pola hidup yang menggunakan bahan-bahan kimia non alami, seperti pupuk kimia, pestisida kimia sintesis dalam produksi pertanian. Dengan demikian, sayuran yang sehat dapat diproduksi dengan cara organik, tanpa menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya sehingga aman untuk dikonsumsi.

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000

2006 2007 2008 2009 2010

Pr o d u ksi ( To n /H a) Tahun tomat wortel bayam kembang kol


(20)

4 Menurut Departemen Pertanian (2002), gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi konsumen seperti ini yang menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia meningkat pesat1.

Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi, atau konsumsi, adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil di tanah untuk manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan preventif dan kesejahteraan. Pandangan ini harus menghindari penggunaan pupuk, pestisida, obat hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.

Menurut International Federation of Organic Agriculture Movements, (IFOAM) tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah antara lain; melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah serta memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan; mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usahatani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan; pencegahan dan tanggung jawab adalah hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan2.

Penerapan pertanian organik merupakan salah satu dari pendekatan dalam pembangunan berkelanjutan, karena itu pengembangan pertanian organik tidak terlepas dari program pembangunan pertanian secara keseluruhan. Masalah pembangunan pertanian berkelanjutan telah diintegrasikan dalam program pembangunan pertanian yang diterapkan dewasa ini. Pembangunan agribisnis dilakukan dengan memberdayakan dan melestarikan keanekaragaman sumberdaya hayati, pengembangan produksi dengan tetap menjaga pelestarian dan konservasi

1

Prospek Pertanian Organik Indonesia, http//www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17 [15 september 2011]

2

[IFOAM] International Federation of Organic Agriculture Movements. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik. http://www.ifoam.org/about [9 Agustus 2011]


(21)

5 sumberdaya alam (hutan, tanah dan air), menumbuh kembangkan kelembagaan lokal dan melegalkan hal ulayat masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam bagi kegiatan pertanian (communal resources management), serta dengan meningkatkan nilai tambah dan manfaat hasil pertanian3.

Pengembangan dan budidaya tanaman sayuran khususnya sayuran organik tidak terlepas dari adanya risiko. Risiko yang sering terjadi adalah risiko produksi yang disebabkan oleh sistem budidaya yang masih bergantung terhadap kondisi alam seperti musim, curah hujan, hama dan penyakit serta bencana alam yang sulit untuk diperhitungkan, sehingga terjadi fluktuasi produksi. Dengan demikian, diperlukan strategi pengelolaan risiko yang efisien guna meminimalisir risiko yang akan terjadi. Budidaya sayuran organik lebih membutuhkan penanganan yang lebih karena masih menggunakan cara manual dalam proses produksinya, sehingga tingkat risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya sayuran secara konvensional.

The Pinewood Organic Farm adalah salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang pertanian organik. Perusahaan memilih usaha tersebut karena pertanian organik merupakan salah satu usaha yang cukup prospektif, yang dilihat dari semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan. Selain itu, sistem pertanian organik memberikan banyak keuntungan, selain tidak mengandung zat-zat kimia, sistem pertanian ini juga ramah terhadap lingkungan, terutama untuk menjaga kesuburan tanah.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk penanganan risiko adalah dengan cara diversifikasi. Strategi pengelolaan risiko melalui diversifikasi yang bertujuan untuk menekan dampak risiko dalam usaha sayuran organik menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu penelitian mengenai risiko diversifikasi usaha sayuran organik penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Perusahaan dalam melakukan kegiatan produksi memungkinkan terjadinya risiko, karena budidaya secara organik rentan terhadap hama dan penyakit, cuaca,

3

Bahar, Yul harry. Pertanian Organik atau Pertanian Berkelanjutan.


(22)

6 tanah, yang membutuhkan perhatian ekstra, sehingga perlu perlakuan secara manual secara intensif. Selain itu, hal yang mempengaruhi risiko produksi adalah teknologi yang digunakan, yaitu lahan terbuka dan green house yang digunakan oleh perusahaan.

Adanya perbedaan teknologi yang digunakan, kondisi alam yang tidak dapat diperhitungkan akan menyebabkan adanya fluktuasi jumlah produksi. Cara mengatasinya yaitu perusahaan melakukan diversifikasi produk dengan mengusahakan berbagai komoditas sayuran. Hal ini merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi risiko produksi. Perusahaan memiliki standar sendiri dalam menentukan harga untuk konsumen yang sesuai dengan kesepakatan dengan konsumennya. Akhir tahun 2010, komoditas bayam hijau mengalami kenaikan harga dari Rp. 16.000,00 per kg menjadi Rp. 23.000,00 per kg, sedangkan untuk komoditas sayuran lainnya tetap.

Komoditas tomat, wortel, bayam hijau, dan brokoli merupakan komoditas yang memiliki jumlah produksi yang terbanyak dari 73 jenis komoditas sayuran yang dibudidayakan di perusahaan ini sesuai dengan banyaknya permintaan dari konsumen. Gambar 2 menunjukkan adanya fluktuasi produktivitas tiap periode produksi beberapa komoditas unggulan di Pinewood Organic Farm. Luas lahan yang digunakan untuk komoditas bayam hijau, brokoli, tomat, dan wortel secara berurutan yaitu 1085m2, 1750m2, 455m2, 470m2. Komoditas bayam hijau satu periodenya selama dua bulan, dan komoditas brokoli dan wortel kurang lebih tiga bulan. Komoditas tomat dalam satu periode produksinya bisa mencapai enam bulan. Tomat mempunyai masa panen yang bertahap, maka untuk data produktivitas tomat diambil dari hasil produksi per periode, sampai tanaman habis dicabut. Berdasarkan sistem tanam yang bergantian, setiap bulan selalu ada hasil produksinya.

Peningkatan permintaan terjadi pada bulan-bulan kerja, dan penurunan akan terjadi pada musim liburan. Hal itu disebabkan mayoritas konsumen adalah beberapa rumah sakit yang telah menjadi pelanggan tetap perusahaan, ibu rumah tangga, sekolahan yang menyediakan fasilitas catering untuk para siswa. Jika hasil produksi tidak dapat memenuhi permintaan yang ada, maka perusahaan berusaha untuk tetap memenuhi permintaan tersebut dengan menyuplai dari


(23)

7 perusahaan mitra. Maka, untuk menghasilkan jumlah produksi secara kontinu, perlu dilakukan analisis dan penanganan risiko yang akan dihadapi dalam proses produksi di lapang. Hal ini berkaitan dengan proses budidaya yang masih dipengaruhi oleh kondisi alam, seperti cuaca, iklim, curah hujan, dan hama penyakit.

Luasan lahan yang berbeda tiap komoditas menyebabkan produktivitas yang berbeda pula. Fluktuasi tersebut mengindikasikan adanya risiko dalam produksi sayuran organik di The Pinewood Organic Farm. Dapat dilihat pada Gambar 2,3,4 dan 5, masing-masing komoditas mengalami fluktuasi produktivitas per periode.

Dilihat pada Gambar 2, sayuran brokoli mengalami peningkatan nilai produktivitas pada periode bulan Maret-Juni. Periode tersebut terjadi disaat curah hujan sedikit, sehingga sayuran brokoli organik dapat tumbuh dengan baik. Brokoli sangat rentan terhadap hama dan penyakit pada saat musim penghujan, dan jamur akan sangat mudah untuk berkembang. Selain itu daun akan mudah busuk, yang mana hal tersebut menyebabkan produktivitasnya akan turun yang dapat dilihat pada periode Agustus hingga Desember.

Gambar 2. Produktivitas Sayuran Brokoli Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011

Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011)

Hal yang sama juga terjadi pada komoditas tomat organik (Gambar 3). Musim-musim penghujan produktivitas akan menurun. Sifat dari tanaman tomat sendiri yang banyak mengandung air, dan cepat busuk di saat penghujan

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 Se p -N o v Ok t-D e s N o v-Jan De s-Ma r Jan -Ap r Fe b -Me i Ma r-Ju n Ap r-Ju l Me i-A gt Ju n -Se p Periode P ro d u k tiv itas (k g /m 2 )

Brokoli

Brokoli


(24)

8 menyebabkan produktivitas turun. Penyakit yang sering menyerang tomat di antaranya ulat buah. Ulat ini menyerang daun, bunga, dan buah tomat. Buah yang dilubangi akan terkena infeksi sehingga buah menjadi busuk dan lunak.

Gambar 3. Produktivitas Sayuran Tomat Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011

Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011)

Sayuran bayam hijau organik yang ditanam di lahan terbuka sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Gambar 4 dapat dilihat produktivitas sayuran bayam hijau organik lebih berfluktuasi setiap periodenya.

Gambar 4. Produktivitas Sayuran Bayam Hijau Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011

Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011) 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 Ju n -N o v Ju l-De s Agt-Jan Se p -Fe b Ok t-M ar N o v-Ap r De s-Me i Ja n -J u n Fe b -J u l Ma r-Agt Periode P ro d u k tiv itas (k g /m 2 )

Tomat

Tomat 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 Ok t-No v N ov -De s De s-Jan Jan -Fe b Fe b -Ma r Ma r-Ap r Ap r-Me i Me i-Ju n Ju n -J u l Ju l-Agt Periode P ro d u k tiv itas (k g /m 2 )

Bayam hijau

Bayam hijau

2010 2011


(25)

9 Komoditas wortel termasuk jenis sayuran yang mudah rusak. Kerusakan biasa terjadi di saat produksi di lahan, atau saat panen. Penyakit hawar daun dan nonparasiteur sering menyerang komoditas wortel. Daun yang kering dan kerdil menyebabkan pertumbuhan umbi wortel tidak maksimal. Sifat tanaman yang mudah rusak saat panen juga dapat menurunkan produktivitas.

Gambar 5. Produktivitas Sayuran Wortel Organik di The Pinewood Organic Farm Tahun 2010-2011

Sumber: The Pinewood Organic Farm (2011)

Diversifikasi dalam usaha pertanian pada umumnya ditujukan untuk memperkecil risiko karena dinamika harga dan faktor ekonomi lainnya, dan karena adanya perubahan iklim atau cuaca. Penerapan teknik budidaya yang sesuai untuk diversifikasi pengusahaan komoditas dapat diartikan sebagai upaya pengurangan risiko produksi. Bentuk diversifikasi usahatani terlihat dari ragam jenis komoditas yang diusahakan dan tercermin dari pola tanam yang diterapkan.

Motif yang melandasi perusahaan untuk melakukan diversifikasi beragam. Sebagian besar perusahaan melakukan diversifikasi dengan motif untuk memperluas pasar dan untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu juga didorong oleh motif untuk menekan risiko. Perusahaan melakukan diversifikasi agar meningkatkan pendapatan usahatani dan atau menekan risiko usahatani.

Diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, meningkatkan penerimaan dengan memanfaatkan peluang pasar, serta untuk menekan risiko fluktuasi

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 Se p -N o v Ok t-D e s N o v-Jan De s-Ma r Jan -Ap r Fe b -Me i Ma r-Ju n Ap r-Ju l Me i-A gt Ju n -Se p Periode P ro d u k ti v it as ( k g /m 2 )

Wortel

Wortel


(26)

10 penerimaan karena adanya fluktuasi produksi. Harga yang ditawarkan untuk masing-masing komoditas sayuran organik merupakan harga tetap yang telah ditentukan oleh perusahaan. Namun pengelolaan yang tidak efisien dapat mengakibatkan peningkatan risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm dapat mengurangi risiko?

2. Bagaimana strategi penanganan yang dapat diterapkan untuk menangani risiko produksi sayuran organik oleh The Pinewood Organic Farm ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh diversifikasi yang dilakukan The Pinewood Organic Farm dalam menekan risiko. Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis usaha diversifikasi yang dilakukan oleh The Pinewood Organic Farm dalam upaya mengurangi risiko.

2. Menganalisis alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi risiko produksi sayur organik di The Pinewood Organic Farm.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, petani atau pengusaha sayuran organik, akademisi, masyarakat dan pembaca lainnya yang tertarik untuk mengetahui tentang risiko pada usaha diversifikasi sayuran organik. Bagi pengusaha sayuran organik, sebagai bahan informasi dan masukan untuk proses pengambilan keputusan dalam mewaspadai risiko sehingga dapat meminimalisasi kerugian. Bagi penulis, sebagai bentuk bakti dan kontribusi terhadap kemajuan agribisnis Indonesia, disamping untuk menambah wawasan penulis sendiri dalam menerapkan teori dan menajamkan kemampuan analisisnya. Bagi akademis, sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi pembaca dan masyarakat lainnya, merupakan sebuah bentuk


(27)

11 karya tulisan yang dapat memperkaya khazanah informasi terkait tanaman sayuran organik.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan keterbatasan waktu serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:

1. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio (diversifikasi).

2. Komoditi yang akan dianalisis adalah tomat, wortel, bayam hijau, dan brokoli. Komoditi tersebut adalah komoditi yang dianggap mempunyai nilai jual dan permintaan yang paling tinggi oleh perusahaan.


(28)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Agribisnis Sayuran Organik

Pertanian organik dapat diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat dilakukan melalui sumber limbah tanaman ternak dan tanaman, serta limbah lainnya yang dapat memperbaiki status kesuburan tanah.

Pertanian organik menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan sintesis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup yang sehat telah melembaga secara internasional, sehingga konsumen memerlukan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes), dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes).4

Tujuan utama dilaksanakannya pertanian organik adalah untuk mengoptimalkan kesehatan dan produktifitas komonitas tanah, tanaman, hewan dan manusia. Menurut IFOAM (2002), tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik diantaranya adalah:

1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah yang cukup

2. Mendorong dan meningkatkan daur ulang, dalam sistem usahatani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah, tanaman, serta hewan.

3. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.

4. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaru yang bersal dari sistem usahatani itu sendiri

5. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan hak asasi

4

Prospek Pertanian Organik Indonesia, http;//www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17 [26 Oktober 2011]


(29)

13 manusia untuk memenuhi kehidupan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.

6. Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan usahatani terhadap kondisi fisik sosial.

Pada saat ini pandangan pertanian organik sebagai salah satu metode alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat dibutuhkan. hal yang melatarbelakangi adalah tingkat pencemaran tanah, air, dan udara yang semakin meningkat dan menyebabkan terjadinya degradasi dan kehilangan sumberdaya alam serta penurunan produktivitas tanah.

Menurut Sutanto (2002), pertanian berbasis kimia yang mempunyai ketergantungan cukup besar pada pupuk dan pestisida telah mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan, dan kehidupan lainnya. Dengan memperhitungkan generasi mendatang, maka pertanian organik menghasilkan interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekositem dan lingkungan.

Penerapan suatu teknologi tidak dapat digeneralisasi begitu saja untuk semua tempat, tetapi harus spesifik lokasi (site specific) dengan mempertimbangkan kearifan tradisional (indigenous knowledge) dari masing-masing lokasi. Prinsip ekologi dalam penerapan pertanian organik menurut Sutanto (2002) dapat dilakukan dengan:

1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.

2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usahatani. 3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan

cara mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.

4. Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman

5. Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanian terpadu.


(30)

14 Prinsip di atas dapat diterapkan pada berbagai macam teknologi dan strategi pengembangan. Masing-masing prinsip tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap produktifitas, keamanan, kontinuitas dan identitas masing-masing usahatani, tergantung pada kesempatan dan pembatas faktor lokal (kendala sumberdaya) dan dalam banyak hal sangat tergantung pada permintaan pasar.

Pertanian organik juga sering disebut dengan sistem pertanian berkelanjutan yang memiliki perbedaan dengan sistem pertanian non-organik. Menurut Salikin (2000) diacu dalam Rendy (2009), pada takaran praktek, pengelolaan pertanian berkelanjutan dapat dikaji dari aspek penggunaan faktor produksi atau hubungan input-output (Tabel 3).

Tabel 3. Perbedaan Sistem Pertanian Organik dengan Sistem Pertanian Konvensional ditinjau dari Aspek Input-Output

Sistem Pertanian Konvensional Sistem Pertanian Organik

1. Lahan :

Olah Tanah Intensif (OIT)

1. Lahan :

Olah Tanah Minimum (OTM) 2. Benih :

Varietas unggul Benih transgenik

2. Benih :

Varietas lokal Varietas unggulan 3. Pupuk/bahan kimia:

Urea, TSP, NPK, ZPT, KCL

3. Pupuk:

Pupuk hijau, pupuk kandang, Guano, Bokhasi

4. Pestisida kimia: Insektisida Herbisida Rodentisida

4. Pestisida alami: Pestisida hayati

Pengendalian hama terpadu Agensi hayati

5. Tenaga kerja/energi: Manusia

Traktor

Energi minyak bumi

5. Tenga kerja/energi: Manusia

Ternak

Traktor ringan

Energi matahari,air dan

biomassa

Sumber: (Salikin 2000, dalam Rendy 2009)

2.2Risiko Komoditas Hortikultura

Sumber-sumber risiko pada usaha produksi pertanian secara teknis (produksi) umumnya disebabkan oleh faktor alam, seperti cuaca, suhu, hama dan


(31)

15 penyakit, penggunaan input serta kesalahan teknis dari tenaga kerja serta bisa terjadi akibat adanya teknologi yang digunakan. Sedangkan berdasarkan segi non-teknis sumber-sumber risiko disebabkan adanya fluktuasi atau variasi jumlah produksi atau produktivitas yang dihasilkan.

Risiko yang terjadi pada kegiatan produksi pertanian umumnya relatif lebih besar dibandingkan dengan risiko industri lainnya. Hal tersebut disebabkan produksi pertanian banyak dipengaruhi oleh kondisi alam. Yang mana kondisi alam termasuk risiko yang tidak dapat dihitung karena ketidakpastiannya (uncertainty), sehingga sulit diprediksi. Seperti perubahan curah hujan yang ekstrim dapat menyebabkan risiko pada kegiatan produksi pertanian, contohnya kubis-kubisan. Curah hujan yang tiba-tiba tinggi dapat menyebabkan tanaman menjadi cepat busuk.

Ditinjau dari usaha di bidang pertanian sebagian besar sumber-sumber risiko disebabkan oleh faktor cuaca dan hama penyakit. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2011) tentang risiko produksi bayam dan kangkung organik menyimpulkan bahwa sumber-sumber risiko yang dihadapi adalah cuaca, hama dan penyakit, sumberdaya manusia atau keterampilan pekerja, input perusahaan dan peralatan. Hasil yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian Purwanti (2011) yang menganalisis risiko produksi sayuran hidroponik pada perusahaan yang berbeda. Purwanti menemukan sumber risiko yang lainnya adalah kerusakan irigasi, karena sangat berpengaruh terhadap proses produksi sayuran hidroponik yang menggunakan sistem NFT.

Demikian juga hasil penelitian Sianturi (2011) yang menganalisis risiko pengusahaan bunga di PT Saung Mirwan. Sumber risiko yang paling potensial terjadi adalah hama dan penyakit, karena sumber risiko lainnya seperti pengaruh cuaca dan iklim sudah bisa dikontrol dengan penggunaan green house. Sumber risiko produksi hasil penelitian Sembiring (2010) tentang analisis risiko sayuran organik menemukan bahwa faktor yang menyebabkan timbulnya risiko selain faktor cuaca, hama dan penyakit adalah adanya teknologi yang tidak seimbang, serta berasal dari lingkungan eksternal budidaya seperti human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga mengakibatkan timbulnya tingkat kematian atau mortalitas tanaman.


(32)

16 Risiko juga terjadi pada pemasaran sayuran organik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2009), yang dilakukan di Permata Hati Organic Farm. Faktor yang menimbulkan adanya risiko diantaranya, kecenderungan penerimaan perusahaan yang berfluktuatisi, disebabkan adanya ketidakpastian pesanan. Hasil perhitungan analisis risiko pemasaran yang dilakukan oleh Firmansyah, komoditas brokoli merupakan komoditas yang mempunyai tingkat risiko yang paling tinggi, tetapi brokoli juga menghasilkan tingkat penerimaan yang cukup tinggi bagi perusahaan (high risk high return).

Panggabean (2011) dalam penelitiannya tentang analisis diversifikasi tanaman hias anggrek di Permata Aggrek, menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada upaya diversifikasi Permata Anggrek yaitu yang menyebabkan penjualan Permata Anggrek mencapai kondisi tertinggi dan terendah. Faktor-faktor penyebab munculnya risiko penjualan secara umum dapat dibagi dua bagian besar yaitu: kegagalan Permata Anggrek pada proses penyediaan tanaman anggrek (pra penjualan) dan kegagalan perusahaan dalam mengendalikan pasar. Analisis yang digunakan untuk mengukur risiko diversifikasi adalah expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Dengan adanya diversifikasi kombinasi anggrek besar, sedang, dan kecil mampu mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan.

Berbeda dengan hasil penelitian Ekasari (2008) dengan tesisnya tentang analisis usaha risiko perikanan tangkap skala kecil di Pelabuhan Ratu. Sumber risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap skala kecil umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, (2) operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman keselamatan nelayan. Risiko tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produksi ikan, harga dan pendapatan nelayan.

Risiko harga pada sayuran khususnya komoditas kentang, kubis, dan tomat yang diteliti oleh Amri (2011) menyatakan bahwa harga komoditas tersebut cenderung mengalami fluktuasi yang dipengaruhi oleh jumlah pasokan yang masuk ke pasar, harga satu hari sebelumnya, dan permintaan khusus untuk komoditas tertentu. Dengan alat analisis GARCH (1,1) diperoleh bahwa berdasarkan nilai VaR, menunjukkan bahwa kenaikan penerimaan sebesar satu


(33)

17 rupiah akan meningkatkan risiko harga kentang sebesar 6,42 persen, kubis sebesar 16,12 persen, dan tomat sebesar 15,46 persen. Nilai VaR semakin tinggi seiring dengan lamanya waktu berinvestasi.

Fariyanti (2008) meneliti bagaimana perilaku ekonomi petani sayuran di Pangalengan Kabupaten Bandung. Analisis Risiko produksi dilakukan dengan menggunakan model Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (GARCH). Hasil yang diperoleh bahwa risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan kubis, sedangkan risiko harga kentang lebih rendah dari pada kubis. Untuk diversifikasi usahatani kentang dan kubis memiliki risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis.

Menurut Fariyanti, penanggulangan pengurangan risiko produksi yang dapat dilakukan yakni dengan menggunakan benih yang tahan dan bagus, penerapan teknologi irigasi dan melakukan diversifikasi. Sedangkan penanggulangan pengurangan risiko harga yang dapat dilakukan yakni dengan mengembangkan sistem kemitraan dan pembentukan kelembagaan pemasaran.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada lokasi dimana penelitian dilakukan dan jenis komoditi yang menjadi objek penelitian. Kajian penelitian ini akan difokuskan terhadap risiko produksi komoditi tomat, wortel, bayam hijau, dan brokoli melalui usaha diversifikasi. Bahan penelitian yang sebelumnya juga dirasa sudah cukup untuk digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.


(34)

18

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangkan pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Konsep risiko, risiko portofolio dalam diversifikasi, dan strategi pengelolaan risiko dianggap memiliki keterkaitan sangat erat dengan permasalahan penelitian. Hal tersebut akan dijelaskan pada sub bab berikut.

3.1.1 Teori Risiko dalam Kegiatan Produksi

Pada dasarnya manusia selalu dihadapkan pada risiko sehingga risiko menjadi bagian dalam hidup manusia. Sebagaimana manusia, suatu kegiatan bisnis pun mengalami hal yang sama. Suatu kegiatan bisnis selalu dihadapkan oleh risiko dan penting bagi bisnis tersebut untuk sedini mungkin mendeteksi risiko yang ada pada kegiatan usaha yang dijalankannya. Ketidakmampuan pelaku bisnis dalam menangani risiko yang dihadapi dapat berakibat fatal bagi kegiatan usahanya.

Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Dalam ruang lingkup perusahaan risiko tampak dalam kejadian-kejadian berikut: kegagalan penjualan barang yang sudah diproduksi, kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi secara mendadak, piutang-piutang yang tidak dapat ditagih, kebocoran kas perusahaan akibat ketidakjujuran karyawan, kegagalan produksi karena kerusakan mesin, dan hal-hal lainnya. Risiko juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya kemungkinan deviasi (penyimpangan) terhadap hasil yang diinginkan atau diharapkan. Jika menggunakan bahasa statistik hal ini dapat diartikan menjadi derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.

Beberapa defenisi juga menyebutkan bahwa ketidakpastian merupakan sumber atau penyebab suatu kondisi dikatakan berisiko. Namun sebenarnya kedua kondisi ini memiliki pengertian yang berbeda. Ketidakpastian lebih tepat disebutkan kepada kondisi yang peluang terjadinya belum dapat diukur dengan baik berbeda dengan konsep risiko. Debertin (1986) mengatakan bahwa risiko


(35)

19 merupakan kondisi di mana peluang terjadinya suatu kejadian sudah dapat diperhitungkan dengan baik oleh pembuat keputusan. Adanya kontinuitas antara risiko dan ketidakpastian. Rangkaian kejadian risiko dan ketidakpastian, disajikan dalam Gambar 6.

Risiko Ketidakpastian

(Risk events) (Uncertain events)

Gambar 6. Rangkaian Kejadian Risiko dan Ketidakpastian

Sumber: Debertin (1986)

Suatu rangkaian kesatuan seperti pada Gambar 3 menjelaskan bahwa peristiwa di dunia dapat digolongkan menjadi dua situasi ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko atau risk events dan dalam keadaan ekstrim lainnya adalah kejadian yang tidak pasti atau uncertainty events. Selain itu, gambar ini juga menjelaskan mengenai perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian.

Robison dan Barry (1987) menyebutkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Peluang kejadian yang tidak diketahui secara kuantitatif dikarenakan tidak ada informasi atau data pendukung untuk menghitung nilai peluangnya. Sehingga selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk ke dalam kategori ketidakpastian.

Menurut Elton dan Gruber (1995) “The existence of risk means that the

investor can no longer associate a single number of pay-off with investment in any assets”. Risiko yang dimaksud merupakan kemungkinan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) kemungkinan return yang diterima (realized return) menyimpang dari return yang diharapkan (expected return). Kountur (2004) mengemukakan risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi karena kurang tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan

Probability dan hasil dapat diketahui

Probablity dan hasil tidak dapat diketahui


(36)

20 terjadi. Ketidakpastian yang terjadi dapat berdampak merugikan ataupun menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang terjadi memberikan dampak yang menguntungkan dikenal dengan nama kesempatan (opportunity), sedangkan bila ketidakpastian yang terjadi memberikan dampak merugikan maka disebut dengan risiko (risk).

Petani dan peternak selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Mulai dari ketidakpastian cuaca, serangan hama, dan harga input maupun output. Ketidakpastian ini menyebabkan bidang agribisnis menjadi sangat riskan dengan kerugian. Menurut Harwood et al. (1999), beberapa sumber risiko yang dihadapi oleh petani diantaranya adalah risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko manusia, dan risiko financial, dijelaskan pada uraian di bawah ini:

1. Risiko produksi (Production or yield risk)

Sering terjadi akibat adanya kejadian atau peristiwa yang tidak dapat dikendalikan dan sering terjadi seperti cuaca termasuk curah hujan yang rendah atau terlalu tinggi, iklim, dan serangan hama dan penyakit.

2. Risiko pasar atau harga (Price or market risk)

Mencerminkan risiko yang berhubungan dengan perubahan pada harga output maupun input yang dapat terjadi setelah kegiatan produksi. Risiko ini muncul ketika proses produksi sudah berjalan. Hal ini lebih disebabkan kepada proses produksi dalam jangka waktu lama pada pertanian, sehingga kebutuhan akan input setiap periode memiliki harga yang berbeda.

3. Risiko kelembagaan (Institutional risk)

Disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan dalam peraturan dan kebijakan yang dapat mempengaruhi pertanian. Kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan proses produksi, distribusi, dan harga input-output untuk memenuhi kebutuhan petani. Kebijakan tentang impor bahan-bahan (input) pertanian dapat mempengaruhi terjadinya risiko di lapang.

4. Risiko manusia (Human or personal risk)

Suatu jenis risiko yang terlihat penting untuk tumbuh adalah risiko kontrak (contacting risk), yang melibatkan perilaku oportunis dan keterikatan kontrak mitra yang dapat dipercaya.


(37)

21 5. Risiko keuangan (Financial Risk)

Dapat terjadi karena adanya fluktuasi tingkat suku bunga pinjaman dan nilai tukar mata uang. Pinjaman modal pada tingkat bunga tertentu akan menghadapi kesulitan cash flow jika tidak mempunyai dana yang cukup untuk membayar kembali ke kreditur.

3.1.2 Risiko Portofolio dalam Diversifikasi

Pengukuran risiko juga mencakup proses penilaian risiko. Menurut Elton dan Grubber (1995) terdapat beberapa penilaian risiko yaitu: perhitungan nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Panggabean (2011) menjelaskan bahwa ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar deviasi dengan nilai Expected Return. Expected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau pelaku usaha.

Seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi, kegiatan usaha diversifikasi juga tidak terlepas dari risiko usaha. Risiko yang terdapat pada kegiatan investasi dengan diversifikasi dinamakan risiko portofolio (portofolio risk). Pada kegiatan diversifikasi, risiko yang dihadapi pelaku bisnis tidak tunggal tetapi gabungan. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha atau aset.

Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Dasar teori ini adalah pada kenyataannya investor tidak menginvestasikan seluruh dana hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan menekan risiko. Fluktuasi tingkat keuntungan akan berkurang karena saling menghilangkan jika memiliki beberapa jenis investasi. Menurut Diether (2009) perhitungan expected return pada risiko portofolio adalah:

E(rp) = w1E(r1) + w2E(r2) +… + wnE(rn) Dimana proporsi dari masing-masing aset adalah:


(38)

22 Sedangkan rumusan perhitungan variance untuk risiko portofolio adalah:

σp2 = w1σ2(r1) + w2σ2(r2) + ∙∙∙ + wnσ2(rn) + 2w1w2 cov (r1,r2) + 2w1w3 cov (r1,r3) + ∙∙∙ + 2w1wn cov (r1,rn) + 2w2w3 cov (r2,r3) + 2w2w4 cov (r2,r4) + ∙∙∙ + 2w2wn cov (r2,rn)

Keterangan:

E (rp) : Expected returndari keseluruhan usaha diversifikasi (1,2,…, n) w1, w2, …wn : Fraction (proporsi) penggunaan masing-masing aset (1,2,…,n) σp2 : Variance portofolio untuk masing-masing investasi (1,2,…,n) cov

(r1,r2;…;r1,rn; r2,r3;…; r2,rn): Covariance antara masing-masing

aset (r1,r2;…;r1,rn; r2,r3;…; r2,rn)

Perhitungan nilai covariance pada analisis risiko portofolio perlu diperhatikan juga nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan alat ukur statistik mengenai hubungan dari serial data yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif (relative comovements) antara serial data tersebut. Jika serial data bergerak dengan arah yang sama disebut dengan korelasi positif, sebaliknya jika bergerak dengan arah berlawanan disebut korelasi negatif.

Nilai koefisien korelasi investasi aset i dan j (ρij) mempunyai nilai

maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu (-1). Berapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1986):

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak sama-sama.

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset i dan j tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

The Pinewood Organic Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian sayuran organik dengan luas lahan ± 1.5 ha dan memproduksi berbagai jenis sayuran organik. Saat ini Pinewood Organic Farm memproduksi 73 jenis sayuran organik, tetapi dalam penelitian ini hanya akan membahas empat


(39)

23 komoditas unggulan perusahaan karena memiliki jumlah permintaan yang paling banyak yaitu bayam hijau, brokoli, tomat, dan wortel.

Perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti mengalami risiko, terutama risiko pada kegiatan produksi. Risiko produksi terjadi karena dalam proses usaha budidaya sayuran organik masih mengandalkan alam, yang mana keadaan alam yang tidak dapat diukur seperti kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit, dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi, serta tenaga kerja yang kurang terampil dalam proses budidaya di lapang.

Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan akan menyebabkan terjadinya fluktuasi produktivitas, yang merupakan salah satu indikasi terjadinya risiko. Adanya fluktuasi produktivitas ini berpengaruh terhadap penerimaan yang diterima oleh perusahaan. Pengaruh harga dan peluang kejadian pada masing-masing periode produksi menghasilkan nilai Expected Return, kemudian Standard Deviation, dan Coefficient Variation dalam usaha spesialisasi usaha sayuran organik. Diversifikasi empat komoditas sayuran organik bayam hijau, brokoli, tomat, dan wortel dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Maka diperlukan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk menghindari dan memperkecil risiko yang terjadi dalam proses produksi. Kondisi alam seperti cuaca yang tidak menentu sering menyebabkan kualitas produksi yang dihasilkan rendah.

Penelitian ini akan mengkaji analisis risiko produksi pada empat komoditas yang dipilih pada The Pinewood Organic Farm dengan pendekatan diversifikasi untuk menganalisis risiko produksi lebih dari satu komoditas. Fluktuasi hasil produksi akan menyebabkan pendapatan yang diterima juga berfluktuasi, selanjutnya akan dilakukan perhitungan risiko dan penganan risiko melalui penerapan strategi penanganan risiko. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.


(40)

24

Spesialisasi

Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Risiko Produksi pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor

Harga

Diversifikasi Sayuran Organik Brokoli, Bayam Hijau, Tomat, dan

Wortel

Standard Deviation Coefficient Variation

Risiko Sayuran Organik di The Pinewood Organic Farm

Peluang Kejadian

Strategi Penanganan Risiko Expected Return

Terjadinya Fluktuasi Produktivitas Sumber Risiko: Cuaca dan iklim, Hama,

Penyakit, Teknologi, dan Sumberdaya manusia


(41)

25

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di The Pinewood Organic Farm, jalan Gandamanah, desa Tugu Selatan, Cisarua. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa POF merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk pertanian organik dengan menjaga dan mempertahankan pertanian yang berkelanjutan, sehingga dapat memberikan kesehatan dan sekaligus mampu meningkatkan ekonomi pertanian yang berdayasaing tinggi, dengan lokasi yang strategis.

The Pinewood Organic Farm dalam segi bisnis hampir sama dengan perusahaan lain yang berada di sekitar daerah Cisarua, seperti Permata Hati Organik Farm, yang mana sama-sama bergerak di bidang jasa resort atau villa penginapan, dan mengusahakan budidaya pertanian organik yang merupakan tempat penelitian Firmansyah (2009). Akan tetapi, The Pinewood Organic Farm memiliki lebih banyak jenis sayuran organik yang diproduksi, Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data untuk keperluan pengolahan data dan pengamatan secara langsung kegiatan produksi di lapang. Pengumpulan data di perusahaan ini dimulai pada September 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang bentuknya berupa keterangan dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bukan angka (non numerik). Berdasarkan sumbernya data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, pencatatan dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan. Responden yang dipilih adalah pimpinan bagian produksi, dan para pekerja yang menangani kegiatan prosuksi di lapang. Hal itu bertujuan untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang dihadapi oleh perusahaan, penyebab risiko yang terjadi di perusahaan dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan perusahaan.


(42)

26 Data sekunder merupakan data pendukung yang tidak langsung ditemukan oleh peneliti, data ini akan diperoleh melalui studi literatur dan penelusuran dari berbagai literatur yang ada di perusahaan, Badan Pusat Statistik, Dinas Hortikultura Departemen Pertanian, Perpustakaan Institut Pertanian Bogor, website internet, buku-buku dan jurnal yang terkait.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu disesuaikan dengan subjek yang akan dicari informasinya. Bentuk-bentuk teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Wawancara dan diskusi yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi (memeriksa kebenaran). Namun wawancara juga diperlukan untuk menggali informasi yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini banyak dilakukan di lingkungan Perusahaan, mulai dari pemilik perusahaan, karyawan, dan para konsumen.

2. Observasi atau pengamatan yang akan dilakukan untuk penggalian informasi dengan melihat secara langsung suatu proses atau kegiatan yang sulit dijelaskan dengan teknik wawancara. Observasi juga dibutuhkan untuk melihat lebih detil dan spesifik tahapan penjualan sayuran organik di Pinewood Organic Farm.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengkajian dan pembahasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data dan informasi berupa data primer dan sekunder. Data ini diolah dan dianalisis melalui beberapa metode pengolahan data yang dikelompokkan ke dalam dua jenis metode yaitu: metode analisis deskriptif (kualitatif) dan metode analisis risiko (kuantitatif).

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan keadaan umum perusahaan dan manajemen risiko yang diterapkan oleh perusahaan. analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap terkait proses penetapan kebijakan produksi Pinewood Organic Farm. Efektif atau tidaknya pola manajemen risiko perusahaan


(43)

27 juga merupakan bidang yang dikaji dengan analisis deskriptif ini. Harapannya ialah dengan adanya analisis deskriptif ini dapat membantu melengkapi analisis risiko yang bersifat kuantitatif. Metode analisis deskriptif akan dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan manajer produksi.

4.4.2 Analisis Risiko

Analisis risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran untuk menilai penyimpangan. Penyimpangan dalam hal ini diartikan sebagai selisih antara target atau harapan perusahaan dengan realita yang diterima. Bentuk-bentuk alat ukur yang digunakan adalah instrumen dasar dalam ilmu statistik yaitu: ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Ukuran-ukuran simpangan ini juga dibantu oleh alat ukur lainnya yaitu perhitungan peluang dan expected return.

4.4.2.1 Analisis Risiko Tunggal

Menurut Darmawi (2010), dari sudut pandang empiris maka probabilitas dapat dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang dinyatakan dalam persentase. Dalam perhitungan nilai risiko nilai peluang menjadi sangat penting karena akan sangat menentukan nilai dan besaran risiko yang dihadapi perusahaan. Probabilitas adalah nilai atau angka yang terletak antara 0 dan 1 yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai suatu peluang adalah satu, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Berarti peristiwa yang diperkirakan pasti terjadi.

Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha sayuran organik. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut (Darmawi 2010):

Keterangan:

f = Frekuensi kejadian atau banyaknya observasi T = Periode waktu proses produksi (10 Periode)


(44)

28 Penelitian ini mempunyai nilai peluang yang sama, dengan nilai n (frekuensi kejadian atau banyaknya observasi) sebanyak 10. Asumsinya bahwa setiap kejadian atau setiap periode produksi memiliki peluang yang sama untuk mengalami risiko.

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan Expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu kejadian. Rumus Expected return dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

Pi menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing kondisi. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan relatif sama karena data yang tersedia dari setiap kejadian sulit dinilai mana peluang yang paling tinggi atau rendah. Nilai peluang dihitung dengan cara yaitu satu dibagi dengan total periode waktu produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai rata-rata dari total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut.

Dimana : E (Rij) = Expected return Ri = Return (Produktivitas)

n = Jumlah kejadian = 10

i = Kejadian (1,2,3…., 10)

j = Usaha sayuran organik (1 = Brokoli, 2 = Bayam hijau, 3 = Tomat, 4 = Wortel)

Penilaian risiko dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya sebagai berikut:

a. Ragam (Variance)

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumusan pengukuran sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):


(45)

29 Keterangan:

σi2 = Variance dari return masing-masing komoditi Pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return /Nilai Penjualan

ERi = Expected return dari masing-masing komoditi

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

b. Simpangan Baku (Standard deviation)

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi nilai penjualan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Secara matematis pengukuran standard deviation dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

Keterangan:

σi2 = Variance

σi = Standard deviation

Makna dari ukuran standard deviation seperti halnya variance, yaitu semakin kecil nilai standard deviation, maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha.

c. Koefisien Variasi (Coefficient variation)

Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Pengukuran coefficient variation sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):


(46)

30 Keterangan :

CV = Coefficient variation dari masing-masing komoditi

σi = Standard deviation dari masing-masing komoditi ERij = Expected return dari masing-masing komoditi

Variance dan standart deviation merupakan ukuran absolute dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Untuk mempertimbangkan aset dengan return yang diharapkan berbeda, pelaku bisnis dapat menggunakan coefficient variation. Coefficient variation merupakan salah satu alternatif dari berbagai kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh.

4.4.2.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi

Kegiatan usaha diversifikasi juga tisak terlepas dari risiko usaha seperti halnya kegiatan usaha spesialisasi. Risiko yang dihadapi disebut dengan risiko portofolio. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan usaha. Diversifikasi yang dilakukan pada perusahaan adalah dalam melakukan pola tanam tumpangsari. Komoditi yang dianalisis dalam kegiatan diversifikasi adalah kombinasi dua, tiga dan empat komoditi.

Fraksi portofolio atau bobot komoditi yang diperoleh pada masing-masing komoditi ditentukan dari perbandingan luas lahan komoditi dengan total luas lahan yang diusahakan pada kegiatan portofolio tersebut. Total bobot dari beberapa kegiatan portofolio berjumlah satu. Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi dua komoditi sebagai berikut:

W2(i) =

W2(j) =

Keterangan : W2(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j

i = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel j = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel


(47)

31 Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi tiga komoditi sebagai berikut:

W3(i) =

W3(j) =

W3(k) =

Keterangan : W3(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j W3(k) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k

i = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel j = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel k = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel

Cara menghitung bobot portofolio pada kombinasi empat komoditi sebagai berikut:

W4(i) =

W4(i) =

W4(i) =

W4(i) =

Keterangan : W4(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W4(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j W4(k) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k W4(l) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi l

i = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel j = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel k = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel l = Komoditi sayuran brokoli/tomat/bayam hijau/wortel

Total luas lahan untuk keempat komoditas tersebut adalah 3.760 m2. Lahan untuk komoditas brokoli, tomat, bayam hijau, dan wortel secara berurutan adalah 1.750 m2, 455 m2, 1085 m2, dan 470 m2. Adapun nilai fraksi untuk setiap gabungan komoditas dapat dilihat pada Tabel 5.


(48)

32

Tabel 4. Nilai Fraksi untuk Setiap Gabungan Komoditas

No Kombinasi Fraksi (m

2

)

B t bh W

1 b+t 0.79 0.21

2 b+bh 0.62 0.38

3 b+w 0.79 0.21

4 t+bh 0.30 0.70

5 t+w 0.49 0.51

6 bh+w 0.70 0.30

7 b+t+bh 0.53 0.14 0.33

8 b+t+w 0.65 0.17 0.18

9 b+bh+w 0.53 0.33 0.14

10 t+bh+w 0.27 0.50 0.23

11 b+t+bh+w 0.46 0.12 0.29 0.13

Keterangan: b = brokoli bh = bayam hijau

t = tomat w = wortel

Setelah fraction portofolio atau bobot pada setiap kombinasi komoditi diperoleh, dilakukan perhitungan expected return portofolio tiap kombinasi komoditi. Cara menghitung expected return portofolio kombinasi dua komoditi sebagai berikut:

E(Rp)2 = [E(Ri) x W2(i)] + [E(Rj) x W2(j)]

Keterangan : E(Rp)2 = Expected return portofolio kombinasi dua komoditi E(Ri) = Expected return komoditi i

E(Rj) = Expected return komoditi j

W2(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W2(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j

Cara menghitung expected return portofolio kombinasi tiga komoditi sebagai berikut:

E(Rp)3 = [E(Ri) x W3(i)] + [E(Rj) x W3(j)] + [E(Rk) x W3(k)]

Keterangan : E(Rp)3 = Expected return portofolio kombinasi dua komoditi E(Ri) = Expected return komoditi i

E(Rj) = Expected return komoditi j E(Rk) = Expected return komoditi k

W3(i) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi i W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi j W3(j) = Bobot Portofolio kombinasi dua komoditi k


(1)

78

DAFTAR PUSTAKA

Amri M. K. 2011. Risiko Harga Sayuran di Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Darmawi H. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara.

Debertin D.L. 1986. Agricultural Production Economics. New York: Macmillan. Publishing Company.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2010. Statistik PDB Hortikultura Tahun 2008-2009. Dirjen Hortikultura Pasar Minggu. Jakarta.

Ekasari D. 2008. Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Kecil di Palabuhanratu. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Elton E. J., Gruber M. J. 1995. Modern Portfolio Theory And Investment Analysis. Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons Inc.

Fariyanti A. 2008. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Dalam Menghadapi Risiko produksi dan Harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Firmansyah R. R. 2009. Risiko Portofolio Pemasaran Sayuran Organik pada Perusahaan Permata Hati Organic Farm Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Harwood et al. 1999. Managing Risk in Farming : Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No.774. Market and Trade Economic Division and Resource Economics Division, Economic Research Service U.S.Department of Agriculture.

Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta: PPM.

Kountur R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM.

Panggabean W. C. 2011. Analisis Diversifikasi Anggrek Dendrobium pada Permata Anggrek di Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Purwanti Y. F. 2011. Analisis Risiko Produksi Sayuran Hidroponik pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) Lembang, Kabupaten Bandung. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.


(2)

79 Rendy R. 2009. Penerapan Strategi Pemasaran Sayuran Organik PT. Permata Hati Organic Farm Cisarua. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius.

Robison L.J., Barry P.J. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk. Macmillan Publisher. London.

Saragih B. 1998. Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor: Yayasan Mulia Persada Indonesia.

Sembiring L. 2010. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sianturi N. 2011. Analisis Risiko Pengusahaan Bunga pada PT Saung Mirwan

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sitorus N. 2011. Analisis Risiko Produksi Bayam dan Kangkung Hidroponik pada Parung Farm Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Sutanto R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta: Kanisius.


(3)

80


(4)

81

 

Lampiran 1. Fluktuasi Produksi mempengaruhi Penerimaan The Pinewood Organic Farm Tahun 2011

Keterangan:

(*) = luas lahan yang digunakan per komoditas (**) = luas lahan total (3760 m2)

 

Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Penerimaan (Rp)**

Brokoli I 0.1 76.90 166,982.86 77,718

II 0.1 63.55 137,994.29 64,226

III 0.1 88.85 192,931.43 89,795

IV 0.1 94.75 205,742.86 95,758

V 0.1 96.25 209,000.00 97,274

VI 0.1 105.75 229,628.57 106,875

VII 0.1 134.65 292,382.86 136,082

VIII 0.1 87.50 190,000.00 88,431

IX 0.1 107.70 233,862.86 108,846

X 0.1 90.15 195,754.29 91,109

Total 2,054,280.00 956,114.36

Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Penerimaan (Rp)**

Tomat I 0.1 116.05 459,098.90       55,556

II 0.1 88.15 348,725.27       42,199

III 0.1 127.05 502,615.38       60,822

IV 0.1 122.30 483,824.18       58,548

V 0.1 117.10 463,252.75       56,059

VI 0.1 125.05 494,703.30       59,864

VII 0.1 182.75 722,967.03       87,487

VIII 0.1 106.25 420,329.67       50,864

IX 0.1 147.55 583,714.29       70,636

X 0.1 111.65 441,692.31       53,449


(5)

82

 

Sambungan Lampiran 1

Keterangan:

(*) = luas lahan yang digunakan per komoditas (**) = luas lahan total (3760 m2)

Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Penerimaan (Rp)**

Bayam Hijau I 0.1 59.65 126,447.00       36,488

II 0.1 53.35 113,092.17       32,634

III 0.1 84.00 178,064.52       51,383

IV 0.1 73.70 156,230.41       45,082

V 0.1 75.15 159,304.15       45,969

VI 0.1 80.45 170,547.65       49,214

VII 0.1 121.80 258,202.03       74,508

VIII 0.1 72.95 154,640.55       44,624

IX 0.1 101.40 214,949.31       62,027

X 0.1 66.00 139,907.83       40,372

1,671,385.62

482,301.44

Komoditas Periode Peluang Produksi (kg) Penerimaan (Rp)* Penerimaan (Rp)**

Wortel I 0.1 125.45 427,063.83       53,383

II 0.1 88.95 302,808.51       37,851

III 0.1 114.85 390,978.72       48,872

IV 0.1 130.70 444,936.17       55,617

V 0.1 128.75 438,297.87       54,787

VI 0.1 136.20 463,659.57       57,957

VII 0.1 205.00 697,885.96       87,236

VIII 0.1 145.10 493,957.45       61,745

IX 0.1 198.65 676,255.32       84,532

X 0.1 149.45 508,765.96       63,596

4,844,609.36


(6)

83

 

Lampiran 2. Hasil Produksi Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di Pinewood Organic Farm Tahun 2011

Lampiran 3. Hasil Produktivitas Brokoli, Tomat, Bayam hijau, dan Wortel di Pinewood Organic Farm Tahun 2011

Komoditas Periode (Kg/100 m2)

I II III IV V VI VII VIII IX X

Brokoli 4.39 3.63 5.08 5.41 5.50 6.04 7.69 5.00 6.15 5.15

Tomat 25.51 19.37 27.92 26.88 25.74 27.48 40.16 23.35 32.43 24.54

Bayam hijau 5.50 4.92 7.74 6.79 6.93 7.42 11.23 6.72 9.35 6.08

Wortel 26.69 18.93 24.44 27.81 27.39 28.98 43.62 30.87 42.27 31.80

Komoditas Kg/Periode

I II III IV V VI VII VIII IX X

Brokoli 76.90 63.55 88.85 94.75 96.25 105.75 134.65 87.50 107.70 90.15

Tomat 116.05 88.15 127.05 122.30 117.10 125.05 182.75 106.25 147.55 111.65

Bayam hijau 59.65 53.35 84.00 73.70 75.15 80.45 121.80 72.95 101.40 66.00