Analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik : studi kasus pt. mekar unggul sari, cileungsi, bogor

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BUDIDAYA MELON HIDROPONIK

(Studi Kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)

Rinrin Rindyani

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(2)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BUDIDAYA MELON HIDROPONIK

(Studi Kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)

Rinrin Rindyani 106092002998

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011M / 1432 H


(3)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik (Studi Kasus : PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)”, yang disusun oleh Rinrin Rindyani NIM 106092002998 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si

Pembimbing I

Ir. Setyo Adhie, MM

Masrul Huda, SE, M.Si

Pembimbing II

Ir. Junaidi, M.Si

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua

Program Studi Agribisnis

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis

NIP. 19680117 200112 1 001

Drs. Acep Muhib, MM


(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juni 2011

Rinrin Rindyani 106092002998


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Rinrin Rindyani

Tempat Tanggal Lahir : Garut, 14 September 1988

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Benda Barat 13B Blok D 35 No. 4 Pamulang

Permai II, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan

Telepon : 085695679570 / 021-46440344

e-mail : rin_rindyani@yahoo.com

PENDIDIKAN

1994 - 2000 : SDIT As-Salamah Pamulang

2000 - 2003 : MTs Negeri Tangerang II Pamulang

2003 - 2006 : SMA Negeri 1 Ciputat

2006 - 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2007 - 2008 : Sekretaris II Karang Taruna RW 010 Pamulang Permai II

2000 - 2003 : Divisi Dana dan Usaha Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah

PENGALAMAN KERJA

2007 - 2008 : SPG PT. Siprama Comunindo

2009 : Marketing PT. Madani Pamulang Mandiri


(6)

RINGKASAN

RINRIN RINDYANI, Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik (Studi kasus: PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor). Di bawah bimbingan

SETYO ADHIE dan JUNAIDI.

Buah melon yang dibudidayakan di PT. Mekar Unggul Sari ditujukan untuk komersial sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan pemenuhan konsumsi pengunjung. Oleh karena itu, PT. Mekar Unggul Sari melakukan produksi melon secara berkesinambungan. Untuk itu dalam melakukan produksi diperlukan suatu tahapan budidaya yang baik agar mendapatkan produksi buah yang unggul. Melon hidroponik yang diusahakan secara komersial dapat mendatangkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan secara umum kualitas melon hidroponik lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di tanah.

Budidaya melon hidroponik PT. MUS sudah berjalan mulai dari tahun 1997 hingga sekarang. Budidaya melon hidroponik membutuhkan biaya yang sangat besar karena menggunakan teknologi greenhouse dan drip irigation. Pada tahun 2008 PT. MUS mengalami penurunan tingkat produksi penjualan mencapai 20% yang disebabkan timbul serangan penyakit karena menurunnya efektifitas fungsi greenhouse yang terjadi karena kerusakan pada solar tuff dan screen net, sehingga saat hujan air hujan masuk ke dalam greenhouse. Nilai kerugian yang diderita mencapai Rp. 10.118.995. Untuk menanggulangi masalah tersebut PT. MUS melakukan sanitasi greenhouse dan pada tahun 2009 PT. MUS melakukan reinvestasi

untuk perbaikan seluruh greenhouse dengan harapan optimalisasi greenhouse sangat

berperan agar tanaman berproduksi secara optimal, sehingga terjadi peningkatan produksi penjualan.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kelayakan budidaya melon

hidroponik PT. MUS setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net

berdasarkan kelayakan finansial. (2) Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik PT. MUS apabila terjadi perubahan biaya dan pendapatan.

Penelitian dilakukan di PT. MUS yang terletak di Jalan Raya Jonggol KM 3, Cileungsi, Bogor. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data langsung perusahaan yang

berupa hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan Wahana Melon PT. MUS dan karyawan dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan instansi yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca, mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.


(7)

ix Analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik untuk melihat layak atau tidak budidaya melon hidroponik melalui perhitungan BEP, NPV, IRR, Profitability Index (PI), Payback Periode dan Analisis sensitifitas dengan asumsi, (1) peningkatan harga benih melon sebesar 9%; (2) peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9%; (4) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9%; (5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6) peningkatan harga benih melon sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7) peningkatan harga nutrisi sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (8) peningkatan harga uapah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (9) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (10) penurunan pendapatan sebesar 10% dengan modal pinjaman 20%.

Hasil analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik pada PT. MUS 100% modal sendiri dinyatakan layak. Hal ini ditandai dengan nilai NPV positif Rp. 58.678.244. IRR 22,8% lebih besar dari tingkat suku bunga sebesar 14%. Nilai PI sebesar 1,37 lebih besar dari satu. Payback Periode selama 6 tahun 11 bulan.

Hasil analisis sensitivitas dari budidaya melon hidroponik pada PT. MUS dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) 100% modal sendiri, hasil analisis secara parsial: harga benih melon, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9% dapat dikatakan layak. Hasil analisis secara simultan dengan kenaikan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dinyatakan layak. Dinyatakan layak karena nilai NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih besar dari satu, dan dapat mengembalikan reinvestasi kurang dari umur proyek (10 tahun). Hasil analisis dengan asumsi penurunan pendapatan sebesar 10% dikatakan tidak layak. Dinyatakan tidak layak karena nilai NPV bernilai negatif, IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih kecil dari satu, dan tidak dapat mengembalikan reinvestasi selama umur proyek 10 tahun. (b) 20% pinjaman 80% modal sendiri, hasil analisis secara parsial: harga benih melon, nutrisi, dan upah tenaga kerja naik 9% dapat dikatakan layak. Hal in ditandai dengan NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih besar dari satu, dan dapat mengembalikan reinvestasi kurang dari umur proyek (10 tahun). Hasil analisis secara simultan dengan kenaikan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dinyatakan tidak layak. Hasil analisis dengan asumsi penurunan pendapatan sebesar 10% dikatakan tidak layak. Dinyatakan tidak layak karena nilai NPV bernilai negatif, IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga (14%), PI lebih kecil dari satu, dan tidak dapat mengembalikan reinvestasi selama umur proyek 10 tahun.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Puji Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Shalawat serta salam tidak lupa dipanjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Untaian terima kasih yang dalam penulis tujukan kepada:

1. Kedua orang tua penulis tercinta, Ujang Aminuddin dan Tetty Nurhayati, atas segala dukungan moril maupun materil, motivasi, semangat dan bantuan yang tak kenal lelah kepada penulis untuk tetap optimis dan istiqamah. Serta untuk Adik tercinta, ananda Nurcholis Majid membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr.Syopiansyah Jaya Putra,M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(9)

vi

3. Drs. Acep Muhib, MM dan Riski Adi Puspitasari, MMA selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan suatu komitmen, dorongan, dan program pendidikan sesuai kebutuhan mahasiswanya.

4. Bapak Ir. Setyo Adhie, M.Si dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis yang tiada henti.

5. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichadayati, M.Si dan Bapak Masrul Huda, SE, M.Si selaku penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan saran mengenai penyusunan skripsi ini.

6. Dosen – dosen Agribisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan.

7. Bapak Gunadi, Aa Ade, Aa Nyangnyang dan staff PT. MUS lainnya yang telah memberikan arahan, saran dan informasi dalam penyusunan skripsi di Wahana Melon Hidroponik.

8. Ibu Ummi Kalsum, Tante Lies beserta keluarga. Terima kasih untuk dukungan serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. The Princess tersayang, Ulfa, Ajeng, Wiwin, Nia, Gina, Rifa dan Nisa atas kebersamaan, kehangatan dan kekeluargaan yang terjalin selama kuliah, yang telah berbagi suka dan duka serta memberikan semangat dan motivasi (tetap semangat,,kalian pasti bisa!!). Serta teman – teman angkatan 2006 : Ari (Alhamdulillah bisa nyusul juga he...) buat Ali, Tohir, Purwanto, dan Andi (mudah-mudahan bisa wisuda bareng ya..) untuk Fery, Puguh, Syarip,


(10)

vii

Mawardi, Ikhsan, Dana, Angger, Heru, Budi, Dzul, Lutfi, Pedri, Reza, k”Laode, Surade ( ayooo smangat,,,masih banyak yang harus dijalani ^^ ) 10.K’Dewi, K’Riri, K’pury dan kakak serta adik yag lain terima kasih do’a dan

motivasinya.

11.Seluruh pihak yang telah membantu dan namanya tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya, Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat , sebagai bahan memperkaya pengetahuan bagi mereka yang membacanya dan terutama bagi penulis sendiri.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kekhilafan dalam kata pengantar ini.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, Juni 2011


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Landasan Teori.... ... 5

2.1.1. Tanaman Melon ... 5

2.1.2. Teknik Hidroponik ... 7

2.1.2.1. Hidroponik Subtrat ... 8

2.1.2.2. Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) . 8 2.1.2.3. Aeroponik ... 9

2.1.3. Penerapan Hidroponik ... 9

2.1.3.1. Konstruksi Rumah Kaca (Greenhouse)... 9

2.1.3.2. Sistem Irigasi ... 10

2.1.3.3. Perlengkapan Hidroponik ... 10

2.1.3.4. Proses Budidaya ... 11

2.1.4. Analisis Kelayakan Finansial ... 12

2.1.4.1. Investasi dan Reinvestasi... 12

2.1.4.2. Biaya ... 13

2.1.4.3. Penerimaan dan Pendapatan ... 16

2.1.4.4. Break Event Point (BEP) ... 14

2.1.4.5. Net Present Value (NPV) ... 15

2.1.4.6. Internal Rate of Return (IRR) ... 16

2.1.4.7. Profitability Indeks (PI) ... 16

2.1.4.8. Payback Period ... 17

2.1.4.9. Analisis Sensitivitas ... 17

2.2. Penelitian Terdahulu ... 18


(12)

xi

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2. Jenis dan Sumber Data... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 23

3.4.1. Analisis Kualitatif ... 23

3.4.2. Analisis Kuantitatif ... 24

3.4.2.1. Break Event Point (BEP) ... 24

3.4.2.2. Net Present Value (NPV) ... 25

3.4.2.3. Internal Rate of Return (IRR) ... 25

3.4.2.4. Profitability Indeks (PI) ... 26

3.4.2.5. Payback Period ... 26

3.4.2.6. Analisis Sensitivitas ... 27

3.5. Definisi Operasional ... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30

4.1. Profil PT. Mekar Unggul Sari ... 30

4.2. Visi dan Misi ... 31

4.3. Letak dan Keadaan Geografis ... 32

4.4. Struktur Organisasi ... 32

4.5. Wahana Melon PT. Mekar Unggul Sari ... 35

4.5.1. Sarana Hidroponik ... 35

4.5.2. Teknik Budidaya Melon Hidroponik ... 37

4.5.3. Pemasaran ... 43

4.5.4. Tenaga Kerja... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

5 .1. Struktur Biaya ... 45

5.1.1. Biaya Tetap ... 46

5.1.2. Biaya Variabel ... 47

5.1.3. Total Biaya ... 50

5.2. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik .. 51

5.3. Analisis Break Event Point (BEP) ... 52

5.4. Biaya Reinvestasi ... 55

5.5. Analisis Kelayakan Finansial ... 56


(13)

xii

BAB VI KESIMPULAN ... 65

6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

1. Pedoman Penyiraman ... 40

2. Biaya Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS per Tahun ... 46

3. Biaya Variabel Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 47

4. Total Biaya Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 50

5. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS .... 52

6. Hasil Analisis BEP Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS... 53

7. Biaya Reinvestasi Perbaikan GH Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 55

8. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik 100% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) ... 56

9. Hasil Analisis Sensitivitas Finansial Budidaya Melon Hidroponik dengan 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (DF 14%) .... 58

10.Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 100% Modal Sendiri ... 59

11.Hasil Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik Terhadap Perubahan Biaya dan Pendapatan Asumsi 20% Modal Pinjaman dan 80% Modal PT.MUS (Discount Factor 14%) ... 62

DAFTAR GAMBAR 1. Grafik Break Event Point ... 16


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Buah-buah Taman Wisata Mekar Sari ... 70 2. Tingkat Suku Bunga Kredit Investasi Bank Umum Periode 2005-2009 76 3. Laju Inflasi Nasional Periode 2005-2009... 76 4. Biaya Sewa Lahan Budidaya Melon Hidroponik ... 77 5. Rekapitulasi Biaya Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 78 6. Rekapitulasi Biaya Tidak Tetap Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS 79 7. Analisis Pendapatan PT. MUS ... 80 8. Biaya Reinvesatasi Solar Tuff dan Screen Net PT. MUS... 81 9. Perhitungan Pembayaran Bunga dan Cicilan Pokok Pinjaman ... 82 10.Proyeksi Arus Kas Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

(100% Modal Sendiri) ... 83 11.Analisis Sensitivitas Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 84 12.Analisis Sensitivitas Benih Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(100% Modal Sendiri) ... 85 13.Analisis Sensitivitas Nutrisi Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(100% Modal Sendiri) ... 85 14.Analisis sensitivitas Upah Tenaga Kerja Naik 9% Biaya Variabel Lain

Tetap (100% Modal Sendiri) ... 86 15.Analisis Sensitivitas Benih Melon, Nutrisi, dan Upah Tenaga Kerja

Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap (100% Modal Sendiri) ... 86 16.Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 10 % Biaya Variabel Tetap

(100% Modal Sendiri) ... 87 17.Analisis Sensitivitas Benih Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 88 18.Analisis Sensitivitas Nutrisi Melon Naik 9% Biaya Variabel Lain Tetap

(20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 88 19.Analisis Sensitivitas Upah Tenaga Kerja Naik 9% Biaya Variabel Lain


(16)

xv 20.Analisis Sensitivitas Benih Melon, Nutrisi, dan Pestisida Naik 9%

Biaya Variabel Lain Tetap (20% Pinjaman Bank 80% Modal sendiri) .. 89

21.Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 10 % Biaya Variabel Tetap (20% Pinjaman Bank 80% Modal Sendiri) ... 90

22.Foto-foto Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS ... 91

23.Struktur Organisasi PT. Mekar Unggul Sari ... 92

24.Peta Taman Wisata Mekarsari ... 93

25.Daftar Pertanyaan Wawancara ... 94


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Melon merupakan jenis tanaman buah-buahan yang mudah untuk dikembangkan. Tanaman melon merupakan salah satu tanaman yang perlu mendapat prioritas utama diantara tanaman-tanaman hortikultura lainnya karena harga buah melon relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas hortikultura pada umumnya. Hal ini memberikan keuntungan kepada petani atau pengusaha pertanian tanaman melon.

PT. Mekar Unggul Sari adalah perusahaan yang mengelola Taman Wisata Mekarsari. Taman Wisata Mekarsari (TWM) merupakan salah satu pusat pelestarian keanekaragaman hayati (plasma nutfah) buah-buahan tropika terbesar di Indonesia, khususnya jenis buah-buahan unggul yang dikumpulkan dari daerah-daerah di Indonesia (Lampiran 1). Selain kegiatan pelestarian, dilakukan juga penelitian budidaya (agronomi), pemuliaan (breeding), dan perbanyakan bibit unggul untuk kemudian disebarluaskan kepada petani dan masyarakat umum. Taman Wisata Mekarsari sebagai pusat pelestarian plasma nutfah hortikultura/buah-buahan Indonesia (tropis) dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, budidaya, dan wisata. Salah satu kegiatan pelestarian buah-buahan tropika pada PT. MUS adalah budidaya melon hidroponik.

Buah melon yang dibudidayakan di PT. MUS ditujukan untuk komersial sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan pemenuhan konsumsi pengunjung. Oleh karena itu, PT. MUS melakukan produksi


(18)

2 melon secara berkesinambungan. Untuk itu dalam melakukan produksi diperlukan suatu tahapan budidaya yang baik agar mendapatkan produksi buah yang unggul. Melon hidroponik yang diusahakan secara komersial dapat mendatangkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini disebabkan secara umum kualitas melon hidroponik lebih unggul dibandingkan dengan melon yang ditanam di tanah.

Budidaya melon hidroponik PT. MUS sudah berjalan mulai dari tahun 1997 hingga sekarang. Budidaya melon hidroponik membutuhkan biaya yang sangat besar karena menggunakan teknologi greenhouse dan drip irigation. Pada tahun 2008 PT. MUS mengalami penurunan tingkat produksi penjualan mencapai 20% yang disebabkan timbul serangan penyakit karena menurunnya efektifitas fungsi greenhouse yang terjadi karena kerusakan pada solar tuff dan screen net, sehingga saat hujan air hujan masuk ke dalam greenhouse. Nilai kerugian yang diderita mencapai Rp. 10.118.995 (Lampiran 7). Untuk menanggulangi masalah tersebut PT. MUS melakukan sanitasi greenhouse dan pada tahun 2009 PT. MUS melakukan reinvestasi untuk perbaikan seluruh greenhouse dengan harapan optimalisasi greenhouse sangat berperan agar tanaman berproduksi secara optimal, sehingga terjadi peningkatan produksi penjualan.

Keputusan untuk melakukan reinvestasi solar tuff dan screen net ini membutuhkan dana cukup besar. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian dengan mengkaji lebih dalam dan menganalisis tingkat kelayakan finansial perusahaan tersebut setelah dilakukan reinvestasi solar tuff

dan screen net dalam judul “Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Melon Hidroponik (Studi Kasus : PT. Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Bogor)”.


(19)

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net ditinjau dari analisis finansial?

2. Bagaimana sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik PT. MUS jika terjadi perubahan biaya dan pendapatan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kelayakan budidaya melon hidroponik PT. MUS setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net berdasarkan kelayakan finansial.

2. Menganalisis sensitivitas kelayakan finansial budidaya melon hidroponik PT. MUS apabila terjadi perubahan biaya dan pendapatan.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:


(20)

4 1. Bagi penulis

Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah dan menambah pengalaman dan wawasan ilmu pengetahuan, khususnya studi kelayakan usaha.

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pemilik perusahaan agar mengetahui kelayakan usahanya dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan usaha mendatang.

3. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi umum

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang ingin menekuni usaha budidaya melon hidroponik.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tanaman Melon

Prihmantoro dan Indriani (1995:8-9) menerangkan dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Plantarum), tanaman melon termasuk dalam keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) seperti halnya dengan blewah (Cucumis melo L.), semangka (Citrullus vulgaris Sehardo), mentimun (Cucumis setivus L.), pare (Momordica charantia L. Roxb.) dan waluh (Cucurbita moschata). Melon termasuk tanaman yang menghasilkan biji sehingga dimasukkan tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Biji melon tertutup oleh bakal buah sehingga dimasukkan ke dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Tanaman melon terdiri dari dua daun lembaga sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (dikotil) dan tergolong dalam genera Cucumis.

Melon termasuk tanaman buah dari famili Cucurbitaceae. Banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia di daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan Eropa. Pada abad ke-14, melon dibawa ke Amerika oleh Columbus dan akhirnya ditanam secara luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar ke seluruh penjuru dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Setelah tahun 1990, melon berkembang cukup pesat di Indonesia, karena petani mulai yang banyak menanam melon. Sebelum tahun 1990, melon masih asing bagi penduduk


(22)

6 Indonesia, tetapi kini sudah menjadi buah "pencuci mulut" yang populer. Buah ini sering disuguhkan di tempat-tempat pesta secara terpisah atau bersama dengan semangka, pepaya, dan nanas. Buah melon dimanfaatkan sebagai buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi (Anonimious, 2009:153).

Varietas melon yang umum di pasaran diantaranya sky rocket, action,

monami red, glamour, select rocket, jade dew, honey dew, autumn sweet, golden prize, red queen, dan emerald sweet (Anonimious, 2009:154).

Melon lebih senang tumbuh di dataran menengah yang suhunya agak dingin, yakni pada ketinggian 300-1.000 m dpl. Di dataran rendah yang ketinggiannya kurang dari 300 m dpl, buah melon berukuran lebih kecil dan dagingnya agak kering (kurang berair). Tanah yang baik untuk budidaya melon adalah jenis tanah andosol atau tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman berkembang. Pertumbuhan melon membutuhkan suhu yang sejuk dan kering. Suhu ideal bagi pertumbuhan melon berkisar 25-30° C. Melon tidak dapat tumbuh jika suhu kurang dari 18°C. Melon susah tumbuh di tempat yang kelembapan udara rendah (kering) dan ternaungi. Tanaman ini lebih senang di daerah terbuka, tetapi sinar matahari tidak terlalu terik, cukup dengan penyinaran 70%. (Sunarjono, 2009:47).


(23)

7

2.1.2. Teknik Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro berarti air dan ponous

berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen (Anonimious, 2010:1).

Menurut Rosari dalam Sumarni dan Rosliani (2005:6) beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional yaitu :

a. Kelebihan sistem hidroponik antara lain: 1) Penggunaan lahan lebih efisien

2) Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah

3) Kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih 4) Penggunaan pupuk dan air lebih efisien

5) Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah b. Kekurangan sistem hidroponik antara lain:

1) Membutuhkan modal yang besar

2) Pada kultur substrat, kapisitas memegang air media substrat lebih kecil dari pada media tanah sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.

Sutiyoso (2004:1) menjelaskan bahwa di Indonesia, hidroponik yang berkembang pertama kali yaitu hidroponik substrat, setelah hidroponik substrat, hidroponik NFT (Nutrien Film Technique) mulai dikenal di Indonesia, kemudian berkembang pula hidroponik aeroponik yang memberdayakan udara.


(24)

8

2.1.2.1.Hidroponik Subtrat

Menurut Lingga (2005:7) hidroponik subtrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah.

Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai media tanam pada hidroponik metode subtrat adalah arang sekam, pasir, kerikil, batu apung, cocopeat,

rockwool, dan spons. Media-media tersebut harus steril, bisa menyimpan air sementara, porous, dan bebas dari unsur hara. Media tersebut berfungsi sebagai tempat menyimpan air nutrisi sementara dan tempat tersebut berfungsi sebagai tempat berpijak akar. Sistem irigasi tetes digunakan untuk menyuplai kebutuhan unsur hara dari air nutrisi yang disiram ke tanaman menggunakan (Anonimious, 2010:56).

2.1.2.2.Hidroponik NFT (Nutrien Film Technique)

Sutiyoso (2004:2) menjelaskan bahwa kata “film“ dalam hidroponik

nutrien film technique menunjukkan aliran air tipis. Hidroponik ini hanya menggunakan aliran air (nutrien) sebagai medianya.

Menurut Lingga (2005:11) NFT merupakan model budidaya dengan meletakan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan nutrisi karena disekeliling perakaran terdapat selapis larutan nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama nutrien film technique.


(25)

9

2.1.2.3.Aeroponik

Sutiyoso ( 2004:5) menerangkan bahwa aeroponik berasal dari kata aero

yang berarti udara dan ponus yang berarti daya. Aeroponik dapat diartikan dengan memberdayakan udara. Prinsip kerja dari aeroponik yaitu menyemburkan larutan hara dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Larutan hara tersebut akan diserap oleh akar tanaman. Tanaman pada sistem aeroponik ditanam dengan cara digantung sehingga akar tanaman menggantung di dalam suatu bak. Pangkal batang dimasukkan ke dalam helaian styrofoam yang telah dilubangi agar dapat berdiri.

2.1.3. Penerapan Hidroponik

2.1.3.1.Konstruksi Rumah Plastik (Greenhouse)

Sutiyoso (2003: 18) menjelaskan bahwa greenhouse merupakan bangunan yang dibuat untuk melindungi tanaman dari gangguan luar, misalnya cahaya matahari, hujan, angin, maupun hama dan penyakit. Rumah plastik dibangun dengan rangka yang terbuat dari kayu atau bambu. Atapnya menggunakan helaian plastik UV (ultra violet). Sisi serra plastik dikelilingi dengan kasa (screen) plastik untuk menghindari hama masuk, dengan demikian kemungkinan kerusakan tanaman oleh serangan hama dapat dihindarkan. Sisi yang terbuat dari kasa masih dapat dilalui udara untuk ventilasi sehingga dapat mengurangi udara yang terlalu panas atau kelembapan yang terlampau tinggi, bila ada angin yang terlalu kencang


(26)

10 kasa dapat meredam kecepatan aliran angin sehingga tidak ada tanaman yang rusak.

2.1.3.2.Sistem Irigasi

Sutiyoso (2003: 20) menyatakan bahwa sistem irigasi di dalam greenhouse

memerlukan perencanaan yang cermat. Diperlukan sepasang tong plastik untuk menyimpan pekatan pupuk, dari tong inilah pekatan dituangkan ke dalam tendon larutan. Tandon tersebut dipasangi paralon yang akan mengalirkan larutan hara ke selang PE yang terdapat di bak tanaman. Menggunakan pompa untuk mengalirkan dan mendorong air. Pompa air dipilih yang bertekanan tinggi dan bervolume besar agar dapat memberi pancaran kabut pada puluhan springkler sekaligus. Biaya operasional pompa seperti ini tergolong mahal karena daya listriknya antara 800-1600 watt dan dijalankan terus menerus siang malam tanpa henti. Apabila ingin dijalankan secara terputus-putus, misalnya lima menit on dan lima menit off, maka diperlukan timer yang mahal harganya, tetapi disisi lain dapat menurunkan biaya listrik.

2.1.3.3.Perlengkapan Hidroponik

Pada prinsipnya perlengkapan hidroponik terdiri atas : (Anonimious, 2010:22)

a. Media tumbuh tanaman (polybag, arang sekam, dan tali perambat). b. Perlengkapan alat ukur (PH meter, EC meter, termometer, dan lain-lain). c. Perlengkapan suplai air (pompa air, tangki pembuatan nutrisi, pipa distribusi,


(27)

11

2.1.3.4.Proses Budidaya

Anonimious (2010: 23-24) dalam buku ”Bertanam Secara Hidroponik” mejelaskan bahwa proses budidaya secara hidroponik diawali dengan persiapan media tanam. Media tanam kemudian dimasukkan ke dalam polibag kecil sebagai media penyemaian benih, dan polibag besar untuk proses pembesaran. Penyemaian benih dilaksanakan di tempat tersendiri (di dalam rumah plastik persemaian) sampai berumur dua minggu dengan perawatan secara manual. Selanjutnya bibit yang telah siap tanam, dipindahkan ke dalam media tumbuh dalam polibag besar dan siap dibesarkan. Sementara penyemian dilakukan, instalasi tangki, pompa dan pipa irigasi dipersiapkan dengan cara menghubungkan tangki air dengan seluruh polibag besar menggunakan pipa PE.

Kunci keberhasilan budidaya hortikultura sistem hidroponik adalah pada pemberian komposisi pupuk yang tepat, sesuai dengan jenis dan umur tanaman. Untuk itu, unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasokkan ke media tumbuh secara terukur dan berkala. Perlakuan khusus seperti pemangkasan dahan/ranting yang tak berguna, pembuatan tali rambatan, pencegahan dan pemberantasan hama perlu dilakukan secara teliti. Pemangkasan bakal buah perlu dilakukan agar buah yang disisakan untuk dipanen benar-benar tumbuh optimal karena mendapat makanan yang cukup.

Proses pemanenan dilakukan secara manual dengan memilih buah yang telah benar-benar masak. Artinya proses pemanenan dapat dilakukan tidak sekaligus, melainkan secara bertahap selama 1-2 minggu.


(28)

12

2.1.4. Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008: 6), pengertian analisis kelayakan adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan.

Selanjutnya Kasmir dan Jakfar (2008: 15) menjelaskan bahwa kelayakan finansial adalah untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan. Dari sini akan terlihat pengembalian uang yang ditanamkan seberapa lama akan kembali.

Tujuan menganalisis kelayakan finansial, menurut Umar (2007: 178) adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat dikembangkan selanjutnya.

2.1.4.1.Investasi dan Reinvestasi

Menurut Suratman (2001:6) investasi adalah penggunaan sumber keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan keuntungan darinya. Salah satu konsep investasi adalah penganggaran modal, sebab penganggaran modal merupakan konsep penggunaan dana di masa yang akan datang yang diharapkan akan memperoleh keuntungan.


(29)

13 Investasi secara umum dapat diartikan sebagai “penanaman” seperti dalam bidang ilmu (pendidikan, training), pembelian tanah, gedung, penanaman modal dan sebagainya. Secara khusus dapat diartikan sebagai “Penanaman Modal” seperti investasi tetap, modal kerja, surat-surat berharga dan saham. Sedangkan penanaman modal kembali disebut reinvestasi (Z dan Rozalina, 2004:194).

2.1.4.2.Biaya

Biaya dalam suatu kegiatan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pengembangan proyek. Biaya modal kerja dalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Ibrahim, 2003:133).

Menurut Soekartawi (2006:56) biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.


(30)

14

2.1.4.3.Penerimaan dan Pendapatan

Soekartawi dkk (1986:76) menjelaskan bahwa penerimaan adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang bisa berwujud tiga hal, yaitu hasil penjualan produk yang akan dijual, hasil penjualan produk sampingan, dan produk yang dikonsumsi rumah tangga selama melakukan kegiatan usahatani. Menurut Soekartawi (2006:57) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Data pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran untuk melihat apakah suatu usaha menguntungkan atau merugikan. Berdasarkan data pendapatan itu pula kita dapat melihat sampai seberapa besar keuntungan atau kerugiaan usaha tersebut.

2.1.4.4.Break Even Point (BEP)

Soeharto (1999:13) menyatakan bahwa break even point adalah titik di mana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Dengan asumsi bahwa harga penjualan per unit produksi adalah konstan maka jumlah unit pada titik impas.

Berdasarkan grafik pada Gambar 1 terlihat bahwa perusahaan dengan biaya tetap yang tinggi harus memproduksi dan menjual lebih banyak produk untuk sampai pada titik impas dibanding perusahaan dengan biaya tetap lebih rendah (Soeharto, 1999:115).


(31)

15 y

Pendapan dan biaya (juta rupiah)

180 Penerimaan penjualan

140 Titik impas Daerah laba

Total biaya 100 Biaya tetap 80 Daerah rugi 40 x

200 400 600 800 1000

Volume penjulan

Gambar 1. Grafik Break Even Point (Sumber: Soeharto, 1999:116)

2.1.4.5.Net Present Value (NPV)

Samryn (2002:241) menjelaskan net present value (NPV) atau nilai sekarang merupakan hasil perhitungan yang menunjukkan kesetaraan pendapatan, arus kas, atau penghematan biaya dari investasi yang diperkirakan akan diperoleh pada masa yang akan datang dengan nilai investasi yang dilakukan saat ini, berdasarkan pertimbangan perubahan daya beli uang atau nilai waktu uang.

Menurut metode NPV seluruh aliran kas bersih di-present value-kan atas dasar faktor diskonto (discount factor = DF), hasilnya dibandingkan dengan

initial investment. Selisih antara keduanya merupakan NPV. Faktor diskonto adalah suatu angka yang apabila dikalikan dengan arus kas bersih atau penghematan biaya dari investasi akan menghasilkan angka yang setara dengan


(32)

16 nilai kas tersebut pada saat investasi, berdasarkan tingkat bunga modal yang berlaku. Bunga modal biasanya dianggap sebagai rate of return minimal yang harus dicapai dari suatu investasi (Samryn, 2002:240)

2.1.4.6.Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah metode untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar dari pada tingkat bunga relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan merugikan. IRR ini dapat dihitung dengan menemukan DF yang dapat menjadikan NPV sama dengan nol (Husnan dan Suwarsono, 2000:210).

2.1.4.7.Profitability Indeks (PI)

Variasi lain dari kriteria NPV adalah profitability indeks, yang menunjukkan kemampuan mendatangkan laba per satuan nilai investasi (Soeharto, 1999:115). Menurut Husnan dan Suwarno (2000:211) Profitability

Indeks (PI) adalah metode yang membandingkan antara nilai sekarang

penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Apabila nilainya lebih besar dari satu maka proyek dikatakan menguntungkan, tetapi jika kurang tidak menguntungkan.


(33)

17

2.1.4.8.Payback Period

Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih (net). Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun. Periode pengembaliaan biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun (Soeharto, 1999:134).

2.1.4.9.Analisis Sensitivitas

Gittinger (1986:250) menjelaskan analisis sensitivitas adalah analisis yang dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis ini dapat melihat kembali kepekaan manfaat sekarang netto, atau terhadap biaya-biaya operasional yang terus meningkat. Di bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama diantaranya harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil. Untuk mengukur perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain dianggap tetap (Sofyan, 2004: 117).

Analisis sensitivitas menentukan resiko investasi didasarkan pada kemungkinan yang paling optimis sampai pada kemungkinan yang paling pesimis (Suratman, 2001:137). Sehubungan dengan hal tersebut, maka dirasakan perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk menguji kelayakan usaha akibat adanya perubahan-perubahan.


(34)

18

2.2. Penelitian Terdahulu

Andriayani (2009), meneliti analisis kelayakan finansial usahatani cabai dengan sistem irigasi tetes di PT. Agro 1973. Untuk menghitung kelayakan finansial usahatani cabai dengan sistem irigasi tetes menggunakan kriteria investasi berupa Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan

Payback Periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan total

usahatani per tahun sebesar Rp. 150.766.200,- /tahun dengan produksi total 29.561 kg/tahun maka diperoleh payback periode selama 1 tahun 8 bulan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV dengan discount rate 12% diperoleh NPV sebesar Rp. 72.598.248.- dan nilai IRR sebesar 25,68 %. Dapat disimpulkan bahwa usahatani cabai dengan sistem irigasi tetes di PT. Agro 1973 layak untuk diusahakan lebih lanjut, karena NPV bernilai positif (lebih dari nol) dan IRR lebih besar dari discount rate.

Dwikawara (2010), melakukan penelitian analisis kelayakan finansial jambu biji melalui penerapan irigasi tetes di desa Ragajaya, Bogor. Pada penelitian tersebut nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh petani menggunakan irigasi tetes dengan penurunan output hingga 15 % pada tingkat suku bunga disconto 11 % adalah lebih besar Rp. 358.838.843.- atau 165,72% dibandingkan dengan nilai NPV pada kondisi yang sama dengan pengairan tadah hujan. Begitu pula dengan Net B/C Rasio, pada irigasi tetes Net B/C Rasio lebih besar 2,8 atau 62,22% dan IRR lebih besar 12,28 % dibandingkan usahatani jambu biji dengan tadah hujan. Akibat dari pemanfaatan teknologi irigasi tetes tersebut, waktu pengembalian investasi lebih cepat 1 tahun 9 bulan. Dapat


(35)

19 disimpulkan usahatani jambu biji dengan penerapan irigasi tetes ini cukup layak untuk dijalankan usahanya.

2.3. Kerangka Pemikiran

Penelitian dimulai dengan mengamati keadaan PT. MUS khususnya di Wahana Melon. Penelitian dilanjutkan dengan mendeskripsikan kegiatan usaha, seperti budidaya melon hidroponik, tenaga kerja, dan penjualan terkait dengan pemasaran yang dilakukan perusahaan. Hal-hal tersebut perlu diketahui untuk melihat sejauh mana kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola usaha budidaya melon hidroponik. Untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak dilakukan kajian pada segi finansial. Pertama akan dianalisis biaya-biaya usaha yang dikeluarkan oleh perusahaan yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Kedua, dianalisis besarnya pendapatan yang diterima dari hasil penjualan melon kemudian dianalisis Break Event Point (BEP) budidaya melon hidroponik. Pada saat terjadi penurunan pendapatan perusahaan telah melakukan reinvestasi solar tuff dan screen net. Biaya reinvestasi solar tuff dan screen net

tersebut menjadi landasan untuk menghitung penilaian kelayakan yaitu NPV, IRR, Profitability Index, dan Payback Period. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh yang terjadi atas perubahan harga di masa yang akan datang maka dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah : (1) peningkatan harga benih melon sebesar 9%; (2) peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3) peningkatan harga tenaga kerja sebesar 9%; (4) peningkatan harga benih melon,


(36)

20 nutrisi dan tenaga kerja sebesar 9%; (5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6) peningkatan harga benih melon sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7) peningkatan harga nutrisi sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (8) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (9) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (10) penurunan pendapatan sebesar 10% dengan modal pinjaman 20%.

Hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan apabila usaha layak maka usaha tersebut dapat terus dilaksanakan dan rekomendasi difokuskan pada pengembangan perusahaan ke depan, sedangkan apabila usaha tersebut tidak layak maka perusahaan tersebut harus mengadakan perbaikan dalam usaha dan adanya pengefisienan terhadap biaya yang dikeluarkan dan perlu adanya perbaikan dalam perusahaan. Untuk lebih jelas, maka alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.


(37)

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di PT. Mekar Unggul Sari yang terletak di Jalan Raya Jonggol KM 3, Cileungsi, Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2010.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primerdiperoleh dari data langsung perusahaan yang berupa hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan Wahana Melon PT. Mekar Unggul Sari dan karyawan dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan dan instansi yang terkait. Data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca, mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.


(39)

23

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini akan menggunakan dua metode, yaitu : 1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung dengan mengamati secara langsung objek penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran yang nyata tentang segala aktivitas budidaya melon hidroponik dan keadaan wahana melon yang dikelola oleh PT. MUS. Hasil pengamatan yang ada dijadikan pertanyaan untuk menyusun daftar pertanyaan wawancara dalam rangka pengambilan data primer (Lampiran 25).

2. Wawancara

Wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pimpinan wahana melon dan karyawan di bidang pengolahan yang memiliki informasi yang diperlukan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, biaya-biaya produksi, teknik budidaya melon hidroponik, dan proses pemasaran.

3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 3.4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui informasi mengenai gambaran umum perusahaan, proses budidaya melon hidroponik, pemasaran hasil melon hidroponik yang diterapkan pada PT. MUS, serta tenaga kerja yang dipekerjakan.


(40)

24

3.4.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif mencakup pembahasan mengenai biaya-biaya usaha meliputi biaya tetap, biaya variabel, hasil penjualan, dan biaya reinvestasi, kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial budidaya melon hidroponik di PT. MUS untuk melihat layak atau tidak usaha budidaya melon hidroponik melalui perhitunganBEP,NPV, IRR, profitability index (PI), Payback Period dan Analisis sensitivitas. Data kuantitatif diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator dan komputer dengan program Microsoft Excel sebagai alat bantu perhitungan data serta hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

3.4.2.1. Break Event Point (BEP)

Sutiyoso (2004: 93) menjelaskan bahwa Break Event Point (BEP) merupakan titik impas karena pada titik tersebut usaha tidak memperoleh keuntungan dan tidak pula rugi. Ada dua cara perhitungan BEP, yaitu BEP produksi dan BEP harga.

BEP produksi = Total Biaya____ Harga Rata-rata / kg

BEP harga = Total Biaya_


(41)

25

3.4.2.3.Net Present Value (NPV)

Umar (2005 : 200) menjelaskan Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang . Rumus NPV adalah sebagai berikut:

n CFt

NPV = ∑ I0 t=1 ( 1 + K)t

dimana : CFt = aliran kas per tahun pada periode t I0 = investasi awal pada tahun 0 K = suku bunga (discount rate)

Kriteria penilaian : - jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima - jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak

- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap waktu usulan proyek diterima ataupun ditolak.

3.4.2.4.Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Umar (2005 : 198) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal.

Rumus IRR adalah sebagai berikut: n CFt

I0 = ∑


(42)

26 dimana : t = tahun ke

n = jumlah tahun I0 = nilai investasi awal CF = arus kas bersih

IRR = tingkat bunga yang dicari harganya

Kriteria penilaiannya adalah jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima.

3.4.2.5.Profitability Index (PI)

Menurut Umar (2005 : 201) Pemakaian metode profitability index (PI) ini caranya adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang ditanamkan. Jadi,

profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Rumus PI adalah sebagai berikut:

PV kas masuk PI =

PV kas keluar

Kriteria penilaiannya adalah:

1. Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan. 2. Jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan.

3.4.2.6. Payback Period

Menurut Umar (2005 : 197) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Rumus PBP adalah sebagai berikut:


(43)

27 Nilai investasi

Payback Period = x 1 tahun Kas Masuk Bersih

Kriteria penilaiannya adalah jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum umur proyek-nya maka usulan investasi dapat diterima.

3.4.2.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengetahui seberapa peka kelayakan usaha terhadap perubahan pada tiap-tiap bagian dari tahapan analisis usaha. Untuk mengukur perubahan yang terjadi maka perlu diasumsikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi itu hanya pada satu bagian saja, sedangkan yang lain dianggap tetap (Sofyan, 2004: 117).

Penelitian ini akan diamati perubahan NPV, IRR, profitability index (PI), dan Payback Period jika terjadi perubahan pada variabel-variabel alat analisis. Variabel-variabel yang digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian diantaranya adalah : (1) peningkatan harga benih melon sebesar 9%; (2) peningkatan harga nutrisi sebesar 9%; (3) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9%; (4) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9%; (5) penurunan pendapatan sebesar 10%; (6) peningkatan harga benih melon sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (7) peningkatan harga nutrisi sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (8) peningkatan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (9) peningkatan harga benih melon, nutrisi dan upah tenaga kerja sebesar 9% dengan modal pinjaman 20%; (10) penurunan pendapatan sebesar 10% dengan modal pinjaman 20%.


(44)

28 Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Biaya-biaya yang digunakan adalah biaya riil dari apa yang sebenarnya terjadi. 2. Initial Invesment berasal dari biaya yang dikeluarkan untuk reinvestasi.

3. Kegiatan produksi yang dilakukan merupakan kegiatan produksi yang optimal, sehingga volume produksi setiap tahun meningkat dengan asumsi hingga tahun ke-10 mencapai produksi optimal. Dengan asumsi bahwa selama periode tersebut, tidak terjadi peristiwa yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti bencana alam.

4. Harga jual melon ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan yaitu terjadi kenaikan harga sebesar Rp. 1000 per 2 tahun.

5. Umur proyek diasumsikan selama 10 tahun (umur ekonomis rumah plastik setelah dilakukan reinvestasi solar tuff dan screen net adalah 10 tahun)

6. Tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis ini adalah sebesar 14%, yang merupakan tingkat suku bunga rata-rata kredit investasi Bank Umum periode 2005-2009 (Lampiran 2).

7. Rata-rata inflasi nasional periode 2005-2009 sebesar 9% menjadi dasar penentuan kenaikan harga biaya operasional (Lampiran 3).

8. Penurunan pendapatan sebesar 10% didasarkan pada kemungkinan menurunnya produktivitas melon pada tahun mendatang.

9. Sumber modal terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman dengan pinjaman sebesar 20%.

10.Biaya angsuran tetap selama 10 tahun dan biaya bunga berdasarkan sisa pinjaman setiap tahunnya (Lampiran 9).


(45)

29

3.5. Definisi Operasional

1. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada perubahan tingkat kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk di dalam interval tertentu. Biaya dikatakan tetap dilihat dari besarnya jumlah biaya bukan per unit.

2. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi. Titik berat dari biaya variabel ini adalah jumlah dari biaya variabel tersebut dan bukan besarnya biaya variabel per unit.

3. Biaya investasi adalah semua biaya yang dikeluarkan dan terpakai habis untuk memulai usaha.

4. Biaya reinvestasi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

5. Total biaya adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek berlangsung.

6. Penyusutan adalah biaya yang secara periodik harus dikeluarkan sebagai konsekuensi atas penurunan kinerja asset, mesin, atau alat akibat pemakaian. 7. Umur ekonomis adalah umur dari suatu asset yang berakhir secara ekonomi

penggunaan asset tersebut tidak menguntungkan lagi secara ekonomi, walaupun secara teknis umur teknis asset tersebut masih dapat dipakai.

8. Umur teknis adalah umur asset yang berlaku secara teknis asset yang dipakai tidak dapat dipergunakan lagi.

9. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga yang naik secara umum dan terus-menerus.


(46)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Profil PT. Mekar Unggul Sari

PT. Mekar Unggul Sari adalah perusahaan yang mengelola Taman Wisata Mekarsari. Taman Wisata Mekarsari didirikan atas inisiatif Yayasan Purna Bhakti Pertiwi yang diketuai oleh Almarhumah Ibu Tien Soeharto. Taman Wisata Mekarsari mulai beroprasi pada tanggal 14 Oktober 1995, dan diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1995 oleh presiden Soeharto.

Secara terinci tujuan pokok PT. MUS adalah untuk:

1. Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri atas kebun buah, kebun sayur, dan tanaman hias.

2. Memberikan alternatif obyek wisata baru bagi wisatawan asing maupun domestik.

3. Taman rekreasi hortikultura yang kelak dapat dikembangkan menjadi pusat studi hortikultura terutama bagi buah-buahan dan sayur-sayuran dataran rendah.

4. Memanfaatkan potensi yang ada untuk pengembangan, penelitian, dan produksi, baik melalui pembinaan maupun pemberdayaan para petani.

5. Menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan kecamatan Cileungsi.

6. Memanfaatkan secara maksimum segenap potensi yang ada dengan azas pertimbangan keselarasan lingkungan tetap terjaga.


(47)

31 PT. MUS dibangun di atas areal bekas perkebunan karet di wilayah Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas areal seluruhnya 266,4 Ha, menghampar di desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan Cileungsi Kidul, berada pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan laut.

Proses pembangunan terdiri dari 3 tahapan, yaitu:

1. Tahap pertama pembangunan sarana penunjang, yaitu bangunan air terjun (BAT), jalan, kebun, nursery, hidroponik, instalasi pipa air dan instalasi listrik. Pengelolaan tahap ini diserahkan kepada PT. MUS yang diselesaikan pada tanggal 1 Januari 1995.

2. Tahap kedua, meliputi pembangunan gedung pengelolaan atau Graja Krida Sari (GKS), plaza, bursa bibit dan bursa tanaman (garden center), bursa buah, shelter kereta, tempat ibadah dan peturasan. Pembangunan tahap kedua ini diselesaikan sebelum peresmiannya yaitu pada tanggal 14 Oktober 1995. 3. Tahap ketiga, meliputi pembangunan laboratorium, gudang pasca panen,

kebun percobaan, instalasi pengelolaan limbah, dan rumah plastik (greenhouse).

4.2. Visi dan Misi

Visi yang diterapkan oleh PT. Mekar Unggul Sari adalah “Agroturism and Education / Consultan Service”.

Visi yang ingin dicapai tersebut tertuang dalam misinya, yaitu :

 Meningkatkan daya tarik wisata melalui diversifikasi produk (temati dan


(48)

32  Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri dari kebun buah-buahan, sayuran, bunga-bungaan, dan tanaman hias yang berfungsi sebagai kebun produksi, kebun koleksi juga sekaligus sebagai plasma nutfah.

4.3. Letak dan Keadaan Geografis

PT. MUS terletak di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol KM 3. Dibangun di atas areal bekas perkebunan karet di wilayah Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Luas areal seluruhnya 266,4 Ha, menghampar di desa Mekarsari, Dayeuh, Mampir, dan Cileungsi Kidul, berada pada ketinggian 70-80 meter di atas permukaan laut. Dengan letak geografis pada 060 35’ LS dan 1060 52’ BT. Curah hujan cukup besar berkisar 3000-4000 mm/th, suhu udara harian 250 C -400 C.

4.4. Struktur Organisasi

PT. MUS dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut). Dalam menjalankan tugasnya Dirut diawasi oleh komisaris. Direktur utama dibantu oleh seorang General Manajer (GM) yang bertugas untuk memimpin operasional harian perusahan, bertanggung jawab atas jalannya roda perusahaan, memberikan pertimbangan atas kinerja perusahaan, mengontrol dan mengevaluasi hasil perencanaan perusahaan. GM dibantu oleh marketing dan PR, legal serta sekretaris. GM juga dibantu oleh seorang penasehat atau disebut GM advisor. GM membawahi 4 divisi yaitu divisi komersil, divisi operasional, divisi akuntansi dan


(49)

33 keuangan serta divisi riset dan development (Lampiran 23). Mekanisme kerja masing-masing divisi adalah sebagai berikut :

1. Divisi Komersil

Divisi komersil membawahi 3 bagian pengembangan usaha di antaranya : a. Bagian Pengembangan Usaha Agro (PUA) yang menangani urusan

penjualan bibit tanaman di bursa dan penjualan buah hasil panen kebun di bursa buah termasuk penjualan ekstern.

b. Bagian Pengembangan Usaha Wisata (PUW) yang bertanggung jawab atas pengembangan usaha Taman Wisata Mekarsari.

c. Bagian Pengembangan Usaha Khusus (PUK) yang bertanggung jawab terhadap proyek-proyek khusus yang sedang dilaksanakan oleh perusahaan seperti SPBU Taman Wisata Mekarsari.

2. Divisi Operasional

Divisi Operasional bertanggung jawab atas kelancaran operasional perusahaan. Divisi ini membawahi 3 bagian, yaitu :

a. Bagian Sumber Daya Manusia dan Hubungan Industria (SDM & HI) yang bertanggung jawab terhadap kinerja seluruh karyawan dan staf serta dalam bidang recruitment karyawan baru, keamanan dan HI, kebijakan dan administrasi personalia serta klinik yang ada di Taman Wisata Mekarsari.

b. Bagian Sarana dan Perlengkapan yang berperan dalam bidang pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan perusahaan.


(50)

34 c. Bagian Umum dan Pengadaan yang bertanggung jawab atas segala kegiatan umum serta segala sarana dan prasarana kebutuhan perusahaan seperti peralatan kantor, sarana produksi pertanian (saprotan) dan sarana transportasi.

3. Divisi Akuntansi dan Keuangan

Divisi Akuntansi dan Keuangan berperan dalam manajemen keuangan PT. MUS. Bagian akuntansi terbatas hanya pada proses pembukuan, sedangkan bagian keuangan bertugas dan berwenang untuk mengeluarkan kas perusahaan maupun penerimannya.

4. Divisi Riset dan Development (R&D)

Divisi Riset dan Development (R&D) bertanggung jawab terhadap kegiatan penelitian, produksi dan pemeliharaan koleksi bibit tanaman. Dalam menjalankan tugasnya kepala Divisi Riset dan Development (R&D) dibantu oleh seorang staf ahli yang bertugas untuk mencari pengetahuan atau teknik baru dan sedang berkembang saat ini khususnya dibidang budidaya buah unggul yang selanjutnya akan dikembangkan ke bidang penelitian.

Divisi Riset dan Development (R&D) membawahi 3 bagian, yaitu :

a. Bagian Electrical Data Processing dan Information Center (EDP & Inf. Center) yaitu bagian yang membawahi seksi data elektronik tugasnya mengurusi data-data PT. MUS dengan komputerisasi dan seksi distribusi informasi yang bertugas menyampaikan informasi PT. MUS ke masyarakat maupun karyawan melalui internet.


(51)

35 b. Bagian Penelitian dan Diklat membawahi seksi pemuliaan, seksi kebun

induk, dan laboratorium, serta seksi diklat dan kerjasama.

c. Bagian Kebun dan Produksi membawahi pembibitan dan hidroponik, kebun koleksi buah dan kebun komersial.

4.5. Wahana Melon PT. Mekar Unggul Sari 4.5.1. Sarana Hidroponik

Luas areal wahana melon hidroponik seluas 3465 m2. Sarana yang ada pada Wahana melon hidroponik di PT. MUS yaitu rumah plastik, sistem irigasi, dan ruang nutrisi.

a. Rumah Plastik

PT. MUS memiliki 33 Unit rumah plastik, yaitu 24 unit untuk budidaya melon secara tambulapot, 7 unit untuk budidaya melon secara hidroponik, 1 unit untuk budidaya sayuran, dan 1 unit untuk pembibitan. Rumah plastik untuk penanam budidaya melon secara hidroponik memiliki ukuran dengan panjang 40 m, lebar 6,5 m, dan tinggi 4 m. Sedangkan rumah plastik untuk pembibitan memiliki ukuran dengan panjang 10 m, lebar 4,5 m, dan tinggi 2,5 m. Menurut Robinson dalam Rosliani dan Sumarni (2005:15) pada umumnya untuk daerah tropis seperti Indonesia, bagunan rumah plastik menggunkan plastik dan kasa. Selain untuk mengurangi panas yang berlebihan, penggunaan bahan tersebut juga fleksibel dan murah. Di PT. MUS tipe rumah plastik untuk budidaya melon hidroponik adalah piggy back. Kerangka rumah plastik terbuat dari besi galvanis yang memiliki ketahanan selama ± 20 tahun. Bahan atapnya


(52)

36 menggunakan solar tuff yang tahan lama. Dinding rumah plastik terbuat dari lembaran kasa (screen) yang memiliki daya tahan 4-6 tahun. Ketinggian dinding dibuat menutup 2/3 bagian disetiap sisinya agar sirkulasi udara lancar. Dinding berupa lembaran kasa ini berfungsi untuk mencegah dan menetrasi hama kedalam rumah plastik. Didalam rumah plastik terdapat 10 rak penanaman yang terbagi menjadi 2 bagian. Rak ini terbuat dari besi dan kawat dengan ketinggian 40 cm. lantai dasar diplester dengan semen dan pada bagian bawah rak penanaman dibiarkan saja dengan adanya tanah yang berfungsi untuk menyerap air yang terbuang saat penyiraman tanaman pada media diatas rak penanaman sehingga tidak membanjiri lantai.

b. Sistem Irigasi

PT. MUS menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation) untuk budidaya melon hidroponik. Prinsip kerja irigasi tetes ini adalah mengalirkan larutan nutrisi setetes demi tetes melalui emitter. Larutan nurisi dipompa kemudian klep tangki dibuka agar dapat disalurkan melalui filter. Klep pengendali rumah plastik sebelum memasuki pipa utama dibuka, larutan nutrisi kemudian disalurkan melalui pipa distribusi utama. Pipa tersebut dihubungkan oleh

manifold. Saluran manifold ditutup dengan klep yang terdapat pada masing-masing instalasi irigasi setiap GH sehingga harus dibuka. Klep itulah yang menjadi pengendali operasi sistem dalam rumah plastik. Manifold dihubungkan dengan pipa literal, tempat emitter ditempatkan. Larutan nutrisi mengalir melalui pipa lateral yang kemudian menetes melalui emitter yang mengairi


(53)

37 tanaman. Efisiensi irigasi tercapai apabila nutrisi telah menetes dari lubang polibag.

c. Ruang Nutrisi

PT. MUS memiliki sebuah ruang nutrisi yang merupakan ruang kendali penyiraman melon yang didalamnya terdapat 6 tangki nutrisi aplikasi 1000 L yaitu 2 tangki vegetatif, 2 tangki generatif awal dan 2 tangki generatif akhir. 5 buah drum stok aplikasi 100 L yaitu drum vegetatif A, drum vegetatif B, drum generatif A, drum generatif B, dan larutan stok bibit. 1 buah pompa yang berfungsi untuk mengalirkan air dan larutan nutrisi ke tanaman. 1 buah filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran sehingga tidak menghambat jalannya proses irigasi. Nutrisi melon yang digunakan PT. MUS adalah jenis pupuk A&B Mix melon. Alasan menggunakan pupuk ini karena A&B Mix mengandung unsur makro dan mikro yang diperlukan tanaman untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas produksi yang optimal. Masing-masing stok dilarutkan menjadi 90 liter air yang dimasukkan dalam drum plastik 100 l atau biasa dinamakan larutan stok. Untuk penggunaan penyiraman masih diencerkan lagi pada tangki 1000 l atau dinamakan larutan jadi.

4.5.2. Teknik Budidaya Melon Hidroponik

Budidaya merupakan proses pengembangan suatu komoditas tanaman untuk memperoleh hasil produk sesuai dengan yang diinginkan. Adapun langkah-langkah budidaya melon hidroponik antara lain (Lampiran 22):


(54)

38

a. Pembibitan

Kegiatan ini dilaksanakan selama 14 hari. Kegiatan ini meliputi penghitungan jumlah benih, perendaman benih, persiapan media semai, persemaian, dan transplanting.

1. Penghitungan jumlah benih

Penghitungan jumlah benih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pada setiap penanaman dalam GH. Setiap GH terdapat 324 polybag penanaman buah yang berkapasitas 2 tanaman setiap polybagnya, sehingga setiap GH setidaknya diperlukan 648 bibit melon yang diperoleh dari 700-750 benih yang memiliki daya kecambah 80 % - 90 %.

2. Perendaman benih

Benih direndam delam 1 liter air yang diberi zat pengatur tumbuh (ZPT). ZPT yang digunakan adalah jenis raptor dengan konsentrasi 2 ml/l. Benih direndam selama 12 jam.

3. Persiapan media semai

Media yang digunakan untuk media semai adalah arang sekam dan cocofeat

dengan perbandingan 2 : 1. Alasan menggunakan media semai ini karena media semai ini poros dan remah sehingga hipokotil akan mudah keluar dan mempercepat waktu perkecambahan.

4. Persemaian


(55)

39 5. Transplanting

Transplanting adalah pemindahan bibit dari media semai ke media tumbuh. Media tumbuh yang digunakan adalah rockwool. Rockwool yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 4x4x4 cm yang kemudian diletakkan kedalam tray. Tujuan transplanting adalah untuk meminimalisir kerusakan pada saat penanaman di media arang sekam.

b. Pratanam

Kegiatan ini dilaksanakan selama 14 hari. Kegiatan ini meliputi sanitasi rumah plastik, sterilisasi rumah plastik dan persiapan medaia tanam.

1. Sanitasi rumah plastik

Sanitasi rumah plastik dilakukan untuk menghilangkan gulma dan rumput. 2. Sterilisasi rumah plastik

Sterilisasi dilakukan dengan cara penyemprotan campuran dithane M-45 dan

Curacron yang dilarutkan dalam 60 l air dengan dosis 2 ml/L. 3. Persiapan media tanam

Media yang digunakan untuk budidaya melon hidroponik di PT. MUS adalah arang sekam.

c. Penanaman

Penanaman dilakukan pada bibit yang telah berumur 10-14 hari yang biasanya sudah memiliki jumlah daun 3-4 helai daun.

d. Pemeliharaan tanaman

Kegiatan pemeliharaan tanaman melon harus dilakukan secara berkesinambungan dan hati-hati. Pemeliharaan tanaman melon meliputi


(56)

40 penyiraman larutan nutrisi, pelilitan, pewiwilan, pemangkasan, penyerbukan, seleki buah, topping, dan pengendalian hama penyakit tanaman (HPT).

1. Penyiraman nutrisi

Nutrisi yang telah dibuat terlebih dahulu diukur EC dan PH dengan EC meter dan PH meter, sebelum dilakukan penyiraman. Penyiraman nutrisi melon dilakukan setiap 1 jam sekali dengan volume air yang diperlukan sesuai dengan usia pertumbuhan melon tersebut. Adapun pedoman volume penyiraman nutrisi melon adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pedoman Penyiraman

Umur Tanaman Volume Nutrisi

1 – 14 hari 100 ml

15 – 21 hari 200 ml

22 – 30 hari 300 ml

31 – 37 hari 350 ml

38 – 60 hari 400 ml

61 – 70 hari 350 ml

71 – 75 hari 200 ml

Sumber : PT. Mekar Unggul Sari 2. Pelilitan

Pelilitan dilakukan pada tanaman melon setelah berumur ± 6 hari setelah tanam. Pelilitan berfungsi untuk memberi sokongan pada tanaman agar dapat tumbuh tegak.

3. Pewiwilan

Pewiwilan pada tanaman melon merupakan kegiatan pembuangan tunas air dan calon bunga serta sulur yang tidak diinginkan. Fungsi pewiwilan ini adalah untuk mengarahkan penyaluran asimilat ke pertumbuhan tertentu yang diinginkan. Pewiwilan dapat dilakukan seminggu setelah tanam pada semua


(57)

41 tunas-tunas yang tumbuh di ketiak daun pada ruas ke-1 sampai ke-11. Tunas yang tumbuh pada ruas ke 12-14 dipelihara untuk dibuahkan.

4. Penyerbukan

Penyerbukan dilakukan setelah pemeliharaan tunas ke 14 – 16, setelah tanaman berbunga kira-kira sudah berusia 21 hari setelah tanam. Penyerbukan dilakukan secara buatan yaitu dengan mengambil bunga jantan yang berada diketiak daun, kemudian mahkota bunga jantan dibuang lalu putar bunga jantan tersebut sampai sebuk sari menempel keputik bakal buah bunga betina. 5. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan setelah tanaman melon berusia 30 – 40 hari, pemangkasan ini dimulai dari bagian bawah tanaman melon, daun melon yang dipangkas hanya 3 – 4 helai daun saja..

6. Seleksi buah

Seleksi buah dilakukan ketika buah berukuran sebesar telur ayam, karena untuk budidaya melon hidroponik di PT. MUS dalam satu tanaman hanya satu buah yang dipertahankan agar nutrisinya tidak terserap pada buah lain. Seleksi buah ini dilakukan untuk memproduksi buah yang baik pada setiap tanaman.

7. Topping

Topping adalah penghentian pertumbuhan vegetatif dengan cara

pemangkasan pucuk pada tanaman melon. Topping dilakukan agar nutrisi terserap pada buah pertama sehingga dapat mempercepat pertumbuhan buah.


(58)

42 8. Pengendalian hama penyakit tanaman (HPT)

Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan melakukan penyemprotan insektida dan fungisida setiap dua minggu sekali. Penyemprotan dihentikan saat tanaman berumur 2 minggu sebelum panen. Hama yang menyerang tanaman melon dalam rumah plastik pada umumnya masuk melalui bagian atas rumah plastik yang terbuka. Hama yang sering muncul pada budidaya melon di PT. MUS adalah ulat daun dan thrip, sedangkan penyakit yang menyerang adalah embun tepung.

a. Ulat daun (Palpita sp)

Ulat ini menyerang daun pada bagian atas. Pestisida yang digunakan adalah regent.

b. Thrip (Frakliniella sp)

Pengendaliannnya adalah penyemprotan insektisida regent, abuki 50 SL,

agrimec 18 EC dengan dosis 1-2 ml/l. c. Embun Tepung (Powdery mildew)

Pengendaliaannya adalah dengan penyemprotan fungisida belkute 40 WP, nimrot 250 EC dengan dosis 2-3 ml/l.

e. Panen

Panen merupakan tahap akhir dari proses budidaya melon hidroponik pada PT. MUS. Buah melon dapat dipanen pada umur 60-75 hari setelah tanam ditandai dengan mengeringnya 2 helai daun diatas buah melon tersebut. Proses pemanenan buah melon dilakukan dengan memilih buah yang benar-benar sudah mengalami masak fisiologis dan pemetikkan dilakukan menggunakan gunting


(59)

43 panen. Pemetikan dilakukan pada tangkai buah paling tidak sepanjang 3 cm dari pangkal buah. Hal ini bertujuan untuk menambah masa simpan buah dari kerusakan mikrobiologis baik dari bakteri maupun virus.

Proses pemanenan difokuskan untuk pemenuhan wisata petik pengunjung, sehingga panen dilakukan setiap hari. Pengunjung secara langsung dapat memilih buah yang diinginkan dan sekaligus merasakan panen melon dengan tangan sendiri. Pemetikan oleh pengunjung turut diawasi oleh karyawan sekaligus diberikan penjelasan kepada pengunjung bagaimana cara panen buah melon yang baik dan menjelaskan tentang budidaya melon itu sendiri. Panen yang dilakukan pengunjung tidak dibatasi, sehingga pengunjung dapat melakukan panen sesuai dengan konsumsi pengunjung.

4.5.3. Pemasaran

Buah melon yang dibudidayakan di PT. MUS ditujukan untuk komersial sebagai sarana petik buah di wahana melon Taman Wisata Mekarsari dan pemenuhan konsumsi pengunjung. Oleh karena itu, PT. MUS melakukan produksi melon secara berkesinambungan. Pangsa pasar yang dapat diserap oleh pengelola yaitu pengunjung Taman Wisata Mekarsari. Khususnya pengunjung greenland


(1)

Kola nitida

Kola (satu suku dengan kakao. Tumbuhan ini berasal dari Afrika Barat namun sekarang Cola acuminata) merupakan pohon tahunan berkayu yang masih tergolong

tersebar luas ke seluruh daerah tropika, termasuk Indonesia.Kola menghasilkan bunga dan buah yang tumbuh langsung pada batang utama atau cabang utama. Kandungan utama minuman kola berasal dari biji yang telah dikeringkan dan diproses. Biji cola nitida berkhasiat sebagai obat sakit kepala dan obat kuat.

Cireme

Ceremai (Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berselingwarna hijau muda, bentuk Phyllanthus acidus) tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang,

bulat telur, permukaan halus, bentuk biji bulat pipih, berbiji 4 - 6, berwarna cokelat muda, rasanya asam. Daunnya berkasiat untuk batuk berdahak, menguruskan badan, mual, kanker, dan sariawan. Kulit akar bermanfaat untuk asma dan sakit kulit dan bijinya berkasiat mengatasi sembelit dan mual akibat perut kotor

Buah Nona

Buah nona (Annona yang berasal dari daerah tropis. Buah nona berbentuk bulat dengan kulit Annona squamosa) adalah tanaman yang tergolong ke dalam genus

bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih. Pohon yang meranggas mencapai 8 m tingginya. Daunnya berselang, sederhana, lembing membujur, 7-12 cm panjangnya, dan berlebar 3-4 cm. Bunganya muncul dalam tandan sebanyak 3-4, tiap bunga berlebar 2-3 cm, buahnya biasanya bundar dengan kulit berbenjol dan bersisik.

Kluwek

kluwek adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tumbuh liar atau setengah liar. Biji keluwek dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi

warna hitam pada rawon, daging bumbu kluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi.

Kenari

Kenari (ini menjadi tumbuhan yang cukup penting. Kenari berbentuk pohon sangat besar Canarium ovatum) berasal dari kawasan Malaysia. Di Filipina tumbuhan

dengan bentuk yang simetris dan menarik. Tingginya dapat mencapai 20 m dengan kayunya yang mengandung resin.

Jambu Mede

Jambu mede atau jambu monyet (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman yang berasal dari Brasil dan yang lebih terkenal dari jambu mede adalah kacang mede, bijinya yang biasanya dikeringkan dan digoreng untuk dimakan. Yang biasa disebut "buah" (bagian lunak yang membengkak berwarna kuning atau merah) sesungguhnya adalah dasar bunga (receptaculum) yang mengembang setelah terjadi pembuahan. Buahnya sendiri adalah bagian "monyet"nya, berisi biji yang dapat diolah menjadi makanan.

Jambu Air

Jambu air adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau ]yrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Jambu air sebetulnya berbeda dengan jambu semarang (Syzygium samarangense), kerabat dekatnya yang memiliki pohon dan buah hampir serupa. Jambu air, seperti halnya jambu semarang dan jambu bol, biasa disajikan sebagai buah meja atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak, juga dapat disetup atau dijadikan asinan. Kayunya yang keras dan berwarna kemerahan cukup baik sebagai bahan bangunan, daunnya bisa digunakan sebagai pembungkus tape ketan.

Jambu Air King

Citra

Jambu air Asli Anyer, Banten ini ditemukan oleh Bpk Reza Tirtawinata.

Di Thailand buah ini dikembangkan dan diakui oleh mereka.

Perbanyakan pun secara masal untuk tujuan komersil. Bobot buahnya

mencapai 200gr/ buah, rasa sangat manis mencapi 18 brix, renyah dan

tak berbiji. Saat ini dikembangkan masal di Demak.Jambu ini produktif

asalkan dirawat dan men dapatkan air yang cukup untuk pembesaran

buah.


(2)

Lobi - lobi

Lobi - lobi (Flacourtia inermis) rasanya asam dan manis. Asal buah lobi-lobi ini dari malaysia dan menyebar ke seluruh wilayah Asia termasuk Indonesia, buah lobi-lobi berukuran kecil, bentuknya agak bundar. Yang sudah masak warnanya merah tua, rasanya asam atau manis, kadang-kadang kelat dengan biji banyak. Buah yang sudah masak digunakan untuk bahan pembuat rujak, sirup, sele, buah kalengan, asinan dan manisan.

Alkesah

Alkesa (Lucumma nervosa) termasuk tanaman sawo-sawoan, tinggi batangnya bisa mencapai 10 meter dengan batang kulit yang mudah lepas. Warna buah kuning, jika sudah matang. Kulitnya mudah terkelupas sehingga mudah rusak. Cita rasa buahnya mirip ubi jalar kuning, manis dan agak keset. Sayang buah yang berasal dari Amerika Selatan ini tidak dimanfaatkan maksimal. Padahal alkesah kaya akan kalori, zat tepung, vitamin dan mineral. Dilihat dari tekstur buahnya, alkesah cocok dijadikan bahan baku selai, dodol maupun dikeringkan menjadi tepung sebagai bahan cookies atau kue kering.

Nangka

Nangka berasal dari India dan merupakan salah satu sumber pangan karbohidrat yang penting di dunia. Anggota familinya termasuk cempedak, timbul, sukun, peusar, dan marang. Buah nangka adalah salah satu buah terberat di dunia yang bobotnya dapat mencapai 45 kg karena buah nangka dapat tumbuh pada batang pokok (cauliflorous). Pohonnya bertajuk besar dan berdaun rimbun sehingga menghasilkan banyak buah sepanjang tahun.

Nangkadak

Nangkadak yang merupakan persilangan antara indukan Nangka Mini betina (Artocarpus heterophyllus) dengan indukan cempedak jantan (Artocarpus integer Merr.). Nangkadak ini memiliki aroma buah yang lembut, rasa mendekati nangka dengan tingkat kemanisan tinggi (300 brix), daging buah tebal dan berwarna menarik, tekstur daging buah lembut nyaris tanpa serat, dami buah tidak lengket dan sedikit getah, ukuran buah sedang (3-5 kg)

Durian Tanpa

Sekat

Tanpa sekat membuat porsi daging buah lebih banyak.

Durian gundul

(

Durio

zibethinus

)

Durian tapi tanpa duri, sepintas tidak percaya mendengarnya tapi inilah

durian koleksi terbaru kami. Asalnya dari Lombok dan diperkirakan

merupakan persilangan alami sesama durian duri pendek. Unggul

karena selain rasanya manis, daging cukup tebal juga gampang dalam

pen gepakan dan tidak ber resiko terkena duri dalam


(3)

Lampiran 22. Foto-foto Budidaya Melon Hidroponik PT. MUS

A.

Sarana Hidroponik

B.

Pembibitan

C.

Pemeliharaan

D.

Panen


(4)

(5)

Lampiran 25. Daftar Pertanyaan Wawancara

A.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1.

Bagaimana sejarah berdirinya perusahaan?

2.

Apa visi dan misi perusahaan?

3.

Bagaimana letak geografis perusahaan?

4.

Bagaimana struktur organisasi perusahaan?

B.

Biaya-biaya Usaha

1.

Darimana sumber modal usaha budidaya melon hidroponik berasal?

2.

Berapa luas tanah untuk areal budidaya melon hidroponik?

(ha)

3.

Apakah tanah tersebut milik perusahaan?

(ya/tidak)

4.

Jika ya, berapa pajak tanah yang dibayar tiap tahun?

(Rp)

5.

Jika tidak, berapa harga sewa tanah setiap tahunnya?

(Rp)

6.

Sarana dan prasarana apa saja yang terdapat di lokasi usaha budidaya

melon?

7.

Berapa biaya dari sarana yang ada?

No.

Uraian

Jumlah Harga Penyusutan

Keterangan

1.

Green House

Pembibitan

2.

Green House

Penanaman

3.

Jaringan Irigasi Tetes

8.

Berapa biaya dari prasarana yang ada?

No.

Uraian

Jumlah

Harga

Penyusutan

Keterangan

1.

PH meter

2.

Ec meter

3.

Drum 100 L

4.

Gelas ukur 1 L

5.

Tray

6.

Bak semai

7.

Handspayer

8.

Mesin PHT

9.

Keranjang Panen

10.

Gunting Panen


(6)

9.

Berapa orang tenaga kerja yang digunakan?

10.

Berapa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan?

(Rp/Orang)

11.

Berapa biaya variabel yang dikeluarkandalam usaha adenium?

No. Uraian

Jumlah

Harga

Satuan

Total

Biaya

Keterangan

1.

Benih melon

2.

A&B Mix

3.

KNO3

4.

HNO3

5.

Raptor

6.

Curacron

7.

Dethane M-45

8.

Furadan

9.

Agrimec 18 EC

10.

Abuki 50 SL

11.

Belkute 40 WF

12.

Nimrot 250 EC

13

Rockwool

14.

Cocofeat

15.

Arang sekam

16.

Polibag

17.

Tali Air

C.

Hasil Produksi dan Harga

1.

Berapa banyak buah melon yang dihasilkan pada waktu panen?

2.

Berapa jumlah penyusutan yang terjadi pada buah melon ketika panen?

3.

Berapa harga melon untuk tiap jenis melon yang dihasilkan?

(Rp/buah)

4.

Kemana saja buah melon dipasarkan?