Simulasi Transportasi untuk Pendugaan Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.).

1

SIMULASI TRANSPORTASI UNTUK PENDUGAAN
VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

EVIE RIZKY DWIJAYATI
A24070053
 

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

2

RINGKASAN
EVIE RIZKY DWIJAYATI. Simulasi Transportasi untuk Pendugaan
Viabilitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). (Dibimbing oleh ENY
WIDAJATI).
Benih


yang

sedang

mengalami

transportasi

mengalami

prinsip

penyimpanan layaknya benih yang berada di gudang penyimpanan, namun faktor
lingkungan pada saat benih ditransportasikan lebih cepat berubah, yakni suhu dan
kelembaban nisbi udara (RH). Kandungan protein yang tinggi dalam benih kedelai
menyebabkan benih sangat peka terhadap kerusakan fisik akibat guncangan
selama transportasi yang dapat menyebabkan kemunduran benih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama guncangan pada
beberapa taraf suhu dan RH terhadap viabilitas benih kedelai (Glycine max (L.)

Merr.) dengan menggunakan mesin simulasi transportasi dan membandingkan
hasil penelitian simulasi transportasi dengan transportasi benih sesungguhnya.
Penelitian terdiri dari penelitian simulasi transportasi dan penelitian
transportasi sesungguhnya. Setiap penelitian terdiri atas dua percobaan dengan
menggunakan benih kedelai Varietas Wilis dan Grobogan. Penelitian Simulasi
Transportasi menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT)
Faktorial, dengan faktor pertama adalah lama guncangan yang terdiri dari 4 taraf,
yaitu 0 jam, 3 jam, 6 jam, dan 9 jam. Sedangkan faktor kedua adalah kombinasi
suhu/RH yang terdiri atas 3 taraf, yaitu suhu (25- 29)0C/RH (80-90) %, suhu (30 –
35)0C/RH (65-75) %, dan suhu (36-40) 0C/RH (50-60) %. Penelitian transportasi
sesungguhnya dilakukan dengan mengemas benih menggunakan plastik kedap
udara masing-masing 1 kg untuk setiap Varietas kemudian ditransportasikan
dengan mobil box sejauh 1500 km selama 7 hari.
Faktor lama guncangan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tolok
ukur uji Daya Hantar Listrik dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok
ukur Daya Berkecambah, Indeks Vigor, dan Kecepatan Tumbuh pada Varietas
Wilis. Pada Varietas Grobogan, faktor lama guncangan hanya memberikan
pengaruh nyata terhadap tolok ukur uji Daya Hantar Listrik, Keserempakan

3


Tumbuh dan kadar air. Faktor kondisi suhu/RH hanya memberikan pengaruh
nyata terhadap kadar air.
Semakin lama perlakuan lama guncangan akan menyebabkan penurunan
viabilitas benih Varietas Wilis dan Grobogan yang semakin besar. Lama
guncangan 3 jam menurunkan secara nyata nilai Daya Berkecambah benih
Varietas Wilis sebesar 13.3%. Lama guncangan 9 jam menaikkan secara nyata
nilai DHL pada Varietas Wilis sebesar 11% dan pada Varietas Grobogan sebesar
14.6%. Pada Varietas Wilis, lama guncangan 6 jam menurunkan Indeks Vigor
secara nyata sebesar 20%, sedangkan lama guncangan 9 jam menurunkan secara
nyata nilai KCT sebesar 11%. Pada Varietas Grobogan lama guncangan 9 jam
menurunkan secara nyata nilai KCT sebesar 16% dan KST sebesar 18%. Kadar Air
Varietas Grobogan mengalami penurunan secara nyata pada lama guncangan 6
jam sebesar 6%.
Faktor kondisi suhu (36 -40)0C/RH (50-60) % menurunkan nilai kadar air
secara nyata sebesar 6 % pada Varietas Grobogan. Nilai kadar air yang tidak
berbeda nyata pada Varietas Wilis diduga akibat ukuran benih Wilis yang lebih
kecil. Selain itu, nilai kadar air pada benih Varietas Wilis yang tidak berbeda
nyata juga disebabkan oleh kemasan plastik yang digunakan untuk mengemas
benih saat diguncang.

Hasil penelitian simulasi transportasi dengan transportasi sesungguhnya
menunjukkan bahwa transportasi sesungguhnya dapat digambarkan melalui
simulasi transportasi dengan lama guncangan dan suhu/RH tertentu. Berdasarkan
hasil pada Varietas Wilis dan Grobogan, perlakuan lama guncangan 9 jam dan
kondisi suhu (36 -40)0C/RH (50-60) % dapat digunakan untuk mensimulasikan
transportasi benih kedelai sejauh 1500 km.

4

SIMULASI TRANSPORTASI UNTUK PENDUGAAN
VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

EVIE RIZKY DWIJAYATI
A24070053

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

5

Judul

:

SIMULASI

TRANSPORTASI

PENDUGAAN

VIABILITAS

BENIH


(Glycine max (L.) Merr.)
Nama

: EVIE RIZKY DWIJAYATI

NIM

: A24070053

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eny Widajati, MS
NIP. 19610106 198503 2 002

Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.

NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

UNTUK
KEDELAI

6

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 28 Maret
1989. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Usman Akuba dan Ibu Endang
Pujiningsih.
Tahun 2001 penulis lulus dari SDN Sasana Wiyata I, kemudian pada tahun
2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Kota Bogor. Penulis lulus dari
SMA Negeri 3 Bogor pada tahun 2007.
Tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tahun 2009/2010 penulis menjadi anggota Divisi Dana dan Usaha

Agronomi dan Hortikultura. penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan
kepanitiaan. Penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu dan
Teknologi Benih (Tahun 2010/2011).

7

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Penelitian
yang berjudul “Simulasi Transportasi untuk Pendugaan Viabilitas Benih Kedelai
(Glycine max (L.) Merr.)” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan
dan arahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi. dan Dr. Ir. Abdul Qodir, MS. yang
telah bersedia menjadi penguji skripsi, terima kasih atas saran dan
masukan yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas
segala bimbingan dan nasehat yang telah diberikan.
4. Staf Laboratorium Benih IPB yang turut membantu selama penelitian
berlangsung (Pak Rahmat, Mbak Nova, dan pihak keamanan di
Leuwikopo)
5. Ayahanda, Ibunda dan kakak tercinta yang telah memberikan doa,
semangat, tenaga, dan perhatian yang tidak pernah putus selama menjalani
studi.
6. Sahabat-sahabat terkasih (Okti, Isti, Tahu, Ita, Lilis, Feni) terima kasih atas
pengorbanan, dukungan, dan kebersamaan selama menjalani masa studi
dan penelitian.
7. Keluarga besar AGH 44, khususnya tim lab benih (Meli, Enen, Cutrisni,
Nazima, Prima) terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya.
8. Keluarga di Wisma Gareulis (Via, Mia, Enen, Rianda, Imas, Febri, Woro,
dan Maya) terima kasih atas dukungan dan semangatnya selama menjalani
studi dan penelitian.
9. Tetet, Yoshinta, Role, Ninis, Zara, dan Mita terima kasih atas keceriaan
dan kebersamaan selama menjalani studi.

8


10. Om Yanto beserta istri yang sudah banyak memberikan bantuan dan
nasehat selama menjalani penelitian.
11. Rio Weldi, terima kasih atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan
selama menjalani masa studi dan penelitian.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan penelitian yang
akan datang sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2012

Penulis

9

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................


x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xiv

PENDAHULUAN .....................................................................................
Latar Belakang ...............................................................................
Tujuan ............................................................................................
Hipotesis ........................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
Botani Tanaman Kedelai ................................................................
Viabilitas Benih ..............................................................................
Pengaruh Suhu dan RH Transportasi terhadap Viabilitas Benih
Transportasi Benih ..........................................................................
Mesin Simulasi Transportasi ...........................................................

4
4
5
6
7
8

BAHAN DAN METODE .........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................
Bahan dan Alat ...............................................................................
Metode Penelitian ...........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................
Pengamatan ....................................................................................

9
9
9
9
10
11

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Simulasi Transportasi ......................................................................
Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Viabilitas
Potensial.....................................................................................
Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Daya
Simpan .......................................................................................
Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan
Tumbuh ......................................................................................
Pengaruh Faktor Lama Guncangan dan Kondisi suhu/RH
terhadap Kadar Air Varietas Grobogan .....................................
Transportasi Sesungguhnya............................................................

14
14
15

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
Kesimpulan .....................................................................................
Saran ...............................................................................................

35
35
35

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

36

LAMPIRAN ..............................................................................................

39

17
19
21
23

10

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama Guncangan
(G) dan Kondisi Suhu/RH (S) terhadap Tolok Ukur Daya Hantar
Listrik (DHL), Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV),
Kecepatan Tumbuh (KCT), Keserempakan Tumbuh (KST), Kadar
Air (KA), dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) pada
Benih Kedelai Varietas Wilis dan Grobogan ..................................

14

2. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya
Berkecambah pada Benih Kedelai Varietas Wilis ..........................

16

3. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya
Berkecambah pada Benih Kedelai Varietas Grobogan...................

17

4. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya
Hantar Listrik pada Benih Kedelai Varietas Wilis .........................

18

5. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur Daya
Hantar Listrik pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ..................

18

6. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan
Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Wilis ..................................

20

7. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Vigor Kekuatan
Tumbuh pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ...........................

21

8.. Pengaruh Faktor Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas Grobogan .........

22

9. Hasil Uji-t Daya Hantar Listrik antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Wilis ...............................................................................................

23

10. Hasil Uji-t Daya Hantar Listrik antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Grobogan ........................................................................................

24

11. Hasil Uji-t Daya Berkecambah antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Wilis ................................................................................................

25

11

Nomor

Halaman

12. Hasil Uji-t Daya Berkecambah antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Grobogan ........................................................................................

25

13. Hasil Uji-t Berat Kering Kecambah Normal antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Wilis ...............................................................................................

26

14. Hasil Uji-t Berat Kering Kecambah Normal antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Grobogan .......................................................................................

27

15. Hasil Uji-t Kadar Air antara Benih yang Ditansportasikan
Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan
Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis........................

27

16. Hasil Uji-t Kadar Air antara Benih yang Ditansportasikan
Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan
Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ................

28

17. Hasil Uji-t Indeks Vigor antara Benih yang Ditansportasikan
Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan
Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Wilis........................

29

18. Hasil Uji-t Indeks Vigor antara Benih yang Ditansportasikan
Secara Simulasi dengan Benih yang Ditransportasikan
Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ................

29

19. Hasil Uji-t Kecepatan Tumbuh antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Wilis ...............................................................................................

30

20. Hasil Uji-t Kecepatan Tumbuh antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Grobogan .......................................................................................

31

21. Hasil Uji-t Keserempakkan Tumbuh antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Wilis ...............................................................................................

31

12

Nomor

Halaman

22. Hasil Uji-t Keserempakkan Tumbuh antara Benih yang
Ditansportasikan Secara Simulasi dengan Benih yang
Ditransportasikan Sesungguhnya pada Benih Kedelai Varietas
Grobogan. ......................................................................................

32

23. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya
dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur
Viabilitas pada Benih Kedelai Varietas Wilis ................................

33

24. Rekapitulasi Hasil Uji-t Perlakuan Transportasi Sesungguhnya
dengan Simulasi Transportasi terhadap Semua Tolok Ukur
Viabilitas pada Benih Kedelai Varietas Grobogan ........................

34

13

DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.

Halaman
Perwujudan Fisik Benih Kedelai Varietas Wilis dan Grobogan

16

14

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas
Wilis ................................................................................................

39

2. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Kadar Air pada Benih Kedelai Varietas
Grobogan ........................................................................................

39

3. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Daya Hantar LIstrik pada Benih Kedelai
Varietas Wilis .................................................................................

39

4. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik pada Benih Kedelai
Varietas Grobogan ..........................................................................

39

5. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah pada Benih Kedelai
Varietas Wilis .................................................................................

40

6 Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Daya Berkecambah pada Benih Kedelai
Varietas Grobogan ..........................................................................

40

7. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor pada Benih Kedelai Varietas
Wilis ...............................................................................................

40

8. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Indeks Vigor pada Benih Kedelai Varietas
Grobogan ........................................................................................

40

9. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh Benih Kedelai
Varietas Wilis .................................................................................

41

10. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh pada Benih Kedelai
Varietas Grobogan ..........................................................................

41

11 Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Keserempakkan Tumbuh pada Benih
Kedelai Varietas Wilis ....................................................................

41

15

Nomor

Halaman

12. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Keserempakkan Tumbuh pada Benih
Kedelai Varietas Grobogan ............................................................

41

13. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah Normal pada
Benih Kedelai Varietas Wilis .........................................................

42

14. Sidik Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan Kondisi Suhu/RH
terhadap Tolok Ukur Berat Kering Kecambah Normal pada
Benih Kedelai Varietas Grobogan ..................................................

42

15. Gambar Mesin Simulasi Transportasi ............................................

43

16. Gambar Bagian-bagian Mesin Simulasi Transportasi ...................

43

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu komoditas
tanaman pangan utama di Indonesia setelah padi dan jagung. Biji kedelai
mengandung protein (35 - 42) %, lemak (18 - 32)%, air (7%), vitamin (asam fitat)
dan lesitin (Ristek, 2010). Produksi kedelai nasional dalam negeri belum mampu
mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat, meskipun terjadi peningkatan
produksi sebesar 775 110 ton pada tahun 2008 dan 592 534 ton pada tahun 2009,
sehingga pemerintah melakukan kebijakan impor (BPS, 2010).
Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan penggunaan benih
kedelai yang unggul sejak awal tanam. Benih bermutu adalah benih yang terjamin
mutu genetik, fisik, dan fisiologisnya (Sadjad, 1993). Hal ini dapat terlaksana jika
dilakukan penanganan benih kedelai yang tepat dan efektif. Salah satu faktor yang
perlu diperhatikan dalam penanganan benih kedelai adalah saat benih mengalami
transportasi ke konsumen benih karena periode ini sangat mempengaruhi
viabilitas benih.
Menurut Sadjad (1993), setelah benih keluar dari periode simpan (Periode
II) dan akan memasuki periode kritikal (Periode III) benih berada pada Periode
Konservasi sebelum Tanam (PKT). Benih yang sedang ditransportasikan juga
termasuk ke dalam periode konservasi ini. Benih yang menjalani periode
transportasi juga mengalami prinsip penyimpanan sama seperti benih yang berada
pada gudang penyimpanan. Akan tetapi, faktor lingkungan pada saat benih
ditransportasikan lebih cepat berubah (Justice dan Bass , 2002). Benih mengalami
deraan suhu dan kelembaban nisbi yang tinggi atau mengalami kerusakan fisik
akibat penanganan yang kurang hati-hati. Kerusakan fisik ini dapat disebabkan
oleh guncangan yang terjadi saat proses transportasi, dimana hal ini dapat
mempengaruhi viabilitas benih (Sadjad, 1994). Sadjad et al. (1999) menambahkan
bahwa benih yang mengalami proses transportasi atau paling tidak proses
translokasi, keadaannya tidak kondusif. Misalnya diangkut dengan truk yang
ditutup terpal yang dapat meningkatkan suhu di siang hari yang panas atau
kelembaban nisbi udara yang meninggi akibat turun hujan, atau benih diangkut di

2

malam hari yang suhunya rendah dan lembab. Oleh sebab itu, meskipun vigor
konservasi sebelum tanam di awal pengiriman benih dilaporkan masih tinggi,
namun ketika sampai di tempat penanaman vigor konservasi sudah rendah.
Kandungan protein yang tinggi dalam benih kedelai menyebabkan benih
sangat peka terhadap kerusakan fisik akibat guncangan selama transportasi.
Indeks kerusakan benih (Damage Susceptibility Index, DSI) dipengaruhi oleh
struktur benih dan komposisi kimia benih, yaitu semakin terbukanya struktur
benih maka semakin tinggi nilai indeks kerusakannya (Pots, 1972 dalam Wirawan
dan Sri, 2002). Hal ini ditunjukkan oleh nilai DSI benih kedelai yang tinggi
dibandingkan padi dan jagung. Kerusakan yang terjadi akibat guncangan dan
benturan selama benih ditransportasikan dapat menyebabkan kemunduran benih.
Menurut Sadjad (1993) kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis
benih yang dapat menimbulkan perubahan pada benih baik fisik, fisiologi,
maupun kimiawi yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih.
Perubahan mutu fisik benih selama proses transportasi dapat disimulasi
melalui percobaan simulasi transportasi benih dengan menggunakan mesin
pengguncang benih. Simulasi dirancang dengan menggunakan faktor suhu dan
kelembaban nisbi sebagai perlakuan untuk mengkondisikan lingkungan sama
seperti lingkungan transportasi benih yang sesungguhnya. Hasil penelitian
Sudjindro (1994) dan Pramono (1997) menunjukkan bahwa mesin pengguncang
benih dapat digunakan sebagai mesin simulasi transportasi benih. Sadjad (1994)
menyatakan bahwa benih kedelai Varietas Orba yang berkadar air 11% setelah
diguncang dalam mesin pengguncang yang lembab dan panas menunjukkan nilai
indeks Vigor Konservasi (VKS) yang mengalami penurunan hampir 50% dari 8.0
menjadi 3.7 pada lama guncangan

2-6 jam dan hampir 100% pada lama

guncangan 18 jam yakni dari 8.0 menjadi 0.27. Sudjindro (1994) dalam hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa guncangan berinteraksi dengan suhu dan
kelembaban nisbi udara, dan bahan kemas berpengaruh nyata pada vigor benih
kenaf.

3

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama guncangan pada
beberapa taraf suhu/RH terhadap viabilitas benih kedelai dengan menggunakan
mesin simulasi transportasi dan membandingkan hasil penelitian simulasi
transportasi dengan transportasi benih sesungguhnya.

Hipotesis
1. Semakin lama perlakuan lama guncangan akan semakin menurunkan
viabilitas benih kedelai.
2. Meningkatnya kondisi suhu/RH akan mempercepat penurunan viabilitas
benih kedelai.
3. Terdapat interaksi antara lama guncangan dan suhu/RH dalam
menurunkan viabilitas benih kedelai selama proses transportasi.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kedelai
Kedelai (Glycine max (L.) Merr) termasuk famili Leguminaseae, subfamili
Papiloonoideae.

Karakteristik

kedelai

yang

dibudidayakan

di

Indonesia

merupakan tanaman semusim, tanaman tegak dengan tinggi 40-90 cm, bercabang
memiliki daun tunggal dan daun bertiga, bulu pada daun dan polong tidak terlalu
padat dan umur tanaman antara 72-90 hari.
Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis.
Bentuk biji bervariasi, mulai dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai
yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Di Indonesia, pengelompokan biji
kedelai terbagi atas tiga macam, yakni berukuran besar dengan berat > 14
gram/100 biji, sedang dengan berat 10-14 gram/100 biji, dan kecil dengan ukuran
berat < 10 gram/100 biji (Adie dan Krisnawati, 2007).
Biji sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji
(testa). Antara kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm. Warna biji
kedelai bervariasi dari kuning, hijau, coklat, hitam. Pigmen kulit biji sebagian
besar terletak pada lapisan palisade, terdiri dari pigmen antosianin di dalam
vakuola, klorofil dalam plastida, dan berbagai kombinasi hasil uraian produkproduk pigmen tersebut.

Lapisan palisade dan parenkim dalam hilum juga

mengandung pigmen sehingga intensitas warnanya lebih gelap. Kotiledon pada
embrio yang sudah tua umumnya berwarna hijau, kuning, atau kuning tua. ,
namun umumnya berwarna kuning. Kombinasi berbagai pigmen yang ada di kulit
biji dan kotiledon akan membentuk warna biji yang beragam pada kedelai (Adie
dan Krisnawati, 2007).
Tanaman kedelai tergolong sebagai tanaman hari pendek, yang berarti
tanaman tidak akan berbunga jika panjang hari melampaui batas kritisnya.
Tanaman kedelai juga peka terhadap panjang hari (fotoperiodisitas). Umumnya
Varietas kedelai akan berbunga jika periode gelap yang diterima setiap harinya
kurang dari 10 jam, sebaliknya Varietas kedelai akan cepat berbunga jika periode
gelap berlangsung antara 1 – 16 jam per hari (Adie dan Krisnawati, 2007).

5

Viabilitas Benih
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam
fenomena pertumbuhannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom, atau garis
viabilitas (Sadjad, 1994). Viabilitas benih dibagi ke dalam dua kriteria yaitu
viabilitas potensial (Vp) dan vigor benih (Vg). Viabilitas potensial adalah
viabilitas benih pada keadaan optimum yang secara potensial mampu
menghasilkan tanaman berproduksi normal. Kondisi di lapang sering jauh dari
faktor-faktor yang mendukung pertanaman, sehingga diperlukan pengujian vigor
benih. Vigor benih merupakan kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman
normal yang berproduksi normal pada keadaan yang sub optimum, serta mampu
bertahan ketika disimpan pada keadaan yang tidak ideal. Vigor benih terbagi atas
dua klasifikasi, yaitu Vigor Kekuatan Tumbuh dan Vigor Daya Simpan (Sadjad,
1993).
Menurut Sadjad (1994), tolok ukur daya berkecambah dan berat kering
(BK) merupakan tolok ukur Vp. Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa
struktur tumbuh pada kecambah normal tentu mempunyai kesempurnaan tumbuh
yang dapat dicerminkan dari bobot bahan keringnya. Tolok ukur untuk Vg adalah
Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dan Vigor Daya Simpan (VDS).
Copeland

dan

McDonald

(1995)

mengemukakan

bahwa

proses

kemunduran vigor benih secara fisiologis ditandai dengan penurunan pada daya
berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan kecambah di
lapang, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim akhirnya dapat menurunkan produksi
tanaman. Pengujian vigor benih dapat memberikan informasi yang lebih banyak
dibandingkan pengujian daya berkecambah, dan bermanfaat untuk melihat potensi
daya simpan, prakiraan nilai penanaman atau pertumbuhan benih di lapang.
Pengujian vigor benih merupakan indeks mutu benih yang lebih peka dibanding
pengujian daya berkecambah, karena penurunan vigor terjadi lebih dulu sebelum
penurunan perkecambahan.
Sadjad (1993) menyebutkan bahwa viabilitas benih dapat dideteksi melalui
beberapa pendekatan, salah satunya melalui pendekatan fisiologis yang terbagi
atas metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung apabila pengamatan

6

dilakukan terhadap setiap individu benih. Metode tidak langsung apabila deteksi
viabilitas dilakukan terhadap sejumlah benih sekaligus. Setiap metode terdapat
indikasi langsung dan tidak langsung. Pengujian viabilitas banih secara langsung
menilai pertumbuhan setiap kecambah, sedangkan secara tidak langsung menilai
gejala metabolismenya atau mengamati kondisi beberapa komponen makro
molekul sitoplasma dan aberasi kromosom di dalam inti sel.

Pengaruh Suhu dan RH Transportasi terhadap Viabilitas Benih
Proses transportasi benih merupakan periode simpan yang relatif singkat
(Sadjad, 1993). Hal ini menyebabkan faktor-faktor yang mempengaruhinya sama
dengan

faktor-faktor

pada

penyimpanan.

Penelitian

Sudjindro

(1994)

menunjukkan bahwa kombinasi beberapa lembar kain basah dan panas dari nyala
lampu pada mesin pengguncang dapat menggambarkan simulasi faktor
lingkungan abiotik (suhu dan RH) saat benih ditransportasikan. Ada tiga taraf
dalam kombinasi tersebut yang menciptakan suhu dan kelembaban nisbi yang
berbeda-beda, yakni : (1) kombinasi lima lembar kain pel basah dan tanpa nyala
lampu menghasilkan suhu (25- 29)0C dan kelembaban nisbi (80-90)%, (2)
kombinasi lima lembar kain pel basah dan dua lampu menyala menghasilkan suhu
(30 – 35)0C dan kelembaban nisbi (65-75)%, dan (3) kombinasi lima lembar kain
pel basah dan dua lampu menyala menghasilkan suhu (36 -40)0C dan kelembaban
nisbi (50-60)%.
Suhu dan kelembaban nisbi udara merupakan faktor lingkungan yang
sangat mempengaruhi viabilitas benih (Justice dan Bass, 2002). Suhu dan
kelembaban nisbi udara yang dialami benih saat transportasi ataupun translokasi
cenderung tidak kondusif. Sadjad et al. (1999) menyebutkan bahwa transportasi
benih yang diangkut dengan truk yang ditutup terpal dapat meningkatkan suhu di
siang hari yang panas atau meningkatkan kelembaban nisbi udara akibat turun
hujan, sedangkan atau di malam hari yang suhu lingkungan rendah dan udara
lembab. Tidak mengherankan kalau di awal pengiriman benih dilaporkan masih
memiliki

(vigor konservasi sebelum tanam) yang tinggi, namun ketika sampai

di tempat penanaman VKS (vigor konservasi) sudah rendah. Hal ini menunjukkan
penurunan viabilitas benih saat transportasi yang disebut dengan kemunduran

7

benih. Suseno (1974) menyebutkan bahwa kemunduran benih diartikan sebagai
menurunnya kualitas, sifat, atau vitalitas benih yang mengakibatkan penurunan
vigor dan rendahnya pertanaman dan hasil. Menurut Baki dan Anderson (1972)
dalam Sudjindro (1994) kemunduran benih dapat ditunjukkan oleh gejala
fisiologis sebagai berikut : (a) terjadinya perubahan warna benih, (b) tertundanya
perkecambahan, (c) menurunnya, toleransi terhadap kondisi lingkungan
suboptimum selama perkecambahan, (d) rendahnya toleransi terhadap kondisi
simpan yang kurang sesuai, (e) peka terhadap radiasi, (f) menurunnya
pertumbuhan

kecambah,

(g)

menurunnya

daya

berkecambah,

dan

(h)

meningkatnya jumlah kecambah abnormal.

Transportasi Benih Sesungguhnya
Teknik transportasi benih sangat diperlukan karena seringkali lokasi
sumber benih dengan lokasi persemaian mempunyai jarak yang jauh. Teknik ini
menjadi sangat penting khususnya bagi benih-benih bersifat rekalsitran seperti
kemenyan dengan kadar air awal (30-50)%. Transportasi benih kemenyan
sebaiknya digunakan kendaraan yang tidak terbuka dan mengunakan bahan
pelembab seperti serbuk sabut kelapa dengan wadah poros. Penggunaan
kendaraan terbuka tanpa bahan pelembab akan mengakibatkan penurunan kadar
air secara drastis dari kadar air sekitar 50% menjadi sekitar 30%. Hal ini akan
mengakibatkan daya berkecambahnya menurun dari 80% pada kendaraan
ternaungi dengan bahan pelembab menjadi 33% pada kendaraan terbuka tanpa
bahan pelembab (Yuniarti et al., 2005).

Transportasi pada benih kenaf

menyebabkan penurunan viabilitas benih. Hal ini disebabkan oleh keadaan benih
kenaf yang berlemak sehingga peka terhadap guncangan saat transportasi. Selain
itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi viabilitas benih kenaf selama
transportasi. Kondisi udara yang semakin panas dan kering menyebabkan
penurunan Viabilitas potensial dan Vigor Daya Simpan benih (Sudjindro, 1994).
Desai et al. (1997) menyebutkan bahwa transportasi benih dari lapang ke
penyimpanan, antar gudang simpan, atau dari tempat penyimpanan ke tempat
penanaman juga melibatkan periode penyimpanan yang dapat menyebabkan
kerusakan bila tidak tertangani dengan baik. Desai et al. (1997) juga

8

menambahkan bahwa benih yang mengalami transportasi dengan kereta api
selama beberapa hari mengalami kelembaban dan suhu yang tinggi, sehingga
dapat menyebabkan penurunan daya berkecambah. Benih yang diangkut dengan
truk pick-up selama sehari dan mengalami deraan suhu lingkungan 440C akan
mengalami suhu lebih tinggi pada benihnya hingga 600C. Hal ini menunjukkan
bahwa

untuk

menjaga

kemampuan

berkecambah

benih

harus

lebih

mempertimbangkan aspek periode simpan benih secara menyeluruh, bukan hanya
terkait pada waktu penyimpanan saja. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip
penyimpanan benih yang baik berlaku untuk semua tahapan dalam kehidupan
benih,

meskipun

seringkali

pembahasan

hanya

berpusat

pada

tempat

penyimpanan.

Mesin Simulasi Transportasi
Mesin pengguncang benih diciptakan untuk membuat simulasi transportasi
yang sebenarnya. Guncangan pada mesin lebih bersifat vertikal daripada
horizontal. Mesin pengguncang terdiri atas tiga bak mini yang berfungsi sebagai
wadah tempat meletakkan benih (kotak). Saat percobaan berlangsung, benih-benih
di dalam wadah ditutupi kain terpal. Kotak tersebut diguncangkan oleh sebuah
elektromotor yang putarannya diperkecil dengan memodifikasi puli sedangkan
perubahan gerakan berputar ke gerakan vertikal dengan memodifikasi engkol.
Gerakan naik turun kotak dibuat dengan bantuan pegas yang dipasang pada ke
empat ujung dasar kotak (Sadjad, 1994). Hentakan yang terjadi pada mesin ini
rata-rata 72 hentakan setiap menitnya. Hentakan ini menggambarkan guncangan
yang terjadi pada benih selama transportasi berlangsung.
Pada bagian atas wadah, terdapat lampu pijar yang digunakan untuk
mengatur suhu. Lampu pijar ini seolah menggambarkan panas dari sinar matahari.
Kelembaban udara (RH) dibuat dengan meletakkan kain basah di bawah wadah
benih (Sadjad, 1994).

9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo,
Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Juli-Oktober 2011.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai Varietas
Wilis (biji kecil) dan Varietas Grobogan (biji besar), air bebas ion, kertas tisu,
kemasan plastik polypropylene (PP) dengan ketebalan 0.8 mm, kertas stensil, dan
kain pel dengan ukuran (59 x 38) cm dan berat per lembar 131,4 gram . Peralatan
yang digunakan adalah mesin simulasi transportasi (Gambar Lampiran 1 dan 2),
telethermometer, Electric conductivity meter, Alat Pengecambah Benih (APB)
tipe IPB 72 – 1, alat pengepres kertas IPB 75-1, desikator, dan oven.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak yang terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama
adalah lama guncangan (G) yang terdiri dari empat taraf, G1 : 0 jam, G2 : 3 jam,
G3 : 6 jam, G4 : 9 jam. Faktor yang kedua adalah kombinasi suhu dan RH (S)
yang terdiri dari tiga taraf, S1: (25- 29)0C/RH (80-90) %, S2: (30 – 35)0C/RH (6575) %, dan S3 : (36 -40) 0C/RH (50-60) %.
Penelitian ini menggunakan 12 kombinasi perlakuan, masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga setiap Varietas didapat 36 satuan
percobaan. Setiap satuan percobaan menggunakan contoh benih sebanyak 250
butir.
Model linier dari rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + Bi + Gj + Rk + GSjk + ∑ijkl
dimana :
Yijk

= nilai peubah yang diamati

µ

= nilai rataan umum

10

Bi

= pengaruh blok ke -i

Gj

= pengaruh lama guncangan pada taraf ke-j

Sk

=

pengaruh suhu/RH pada taraf ke-k

GSjk = pengaruh interaksi antara lama guncangan pada taraf ke-j dan
suhu/RH pada taraf ke-k
∑ijkl = pengaruh acak
Penelitian

simulasi

transportasi,

dilakukan

juga

penelitian

pada

transportasi sesungguhnya. Penelitian ini dilaksanakan untuk melakukan
perbandingan terhadap hasil dari penelitian utama. Metode penelitian ini adalah
dengan mengemas benih menggunakan plastik kedap udara masing-masing 1 kg
untuk setiap varietas kemudian ditransportasikan dengan mobil box sejauh 1500
km selama 7 hari.
Pengujian terhadap hasil pengamatan dilakukan dengan uji-F. Jika
hasilnya berbeda nyata, dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%. Uji t-student
dilakukan untuk membandingkan penelitian simulasi transportasi dengan
transportasi sesungguhnya.
Penelitian simulasi transportasi dan transportasi sesungguhnya masingmasing menggunakan dua Varietas benih kedelai yang berbeda, yakni Varietas
Wilis dan Varietas Grobogan. Pengamatan terhadap kedua Varietas benih kedelai
ini dilakukan secara terpisah.

Pelaksanaan Penelitian
Kain kering seberat ± 131 gram direndam dalam 150 ml air hingga jenuh.
Kain basah tersebut kemudian diletakkan di bawah setiap bak untuk menciptakan
kelembaban nisbi udara. Lalu, benih sebanyak 250 butir dikemas dalam kantong
plastik PP dan dimasukkan pada setiap bak. Lampu yang terdapat di atas bak
dinyalakan sesuai dengan perlakuan.
Kondisi suhu/RH selama percobaan diperoleh dari kombinasi kain lembab
pada bawah bak dan nyala lampu yang terletak di atas bak. Kondisi suhu (2529)0C dan RH (80-90) % didapat dari kombinasi 13 lembar kain lembab tanpa
nyala lampu. Kondisi suhu (30 – 35)0C dan RH (65-75) % didapat dari kombinasi

11

8 lembar kain lembab dan 3 nyala lampu. Kondisi suhu (36 -40) 0C dan RH (5060) % didapat dari kombinasi 5 lembar kain lembab dan 4 nyala lampu.
Setelah itu, mesin dinyalakan dengan menyesuaikan lama guncangan.
Pengamatan terhadap perubahan suhu dan RH dilakukan satu jam sekali dengan
alat tele- thermometer.
Rancangan simulasi ini diharapkan mampu melakukan pendugaan
terhadap viabilitas benih selama transportasi. Penelitian Sudjindro (1994)
menyatakan bahwa transportasi aktual pada benih kenaf menyebabkan penurunan
viabilitas benih. Hal ini disebabkan oleh keadaan benih kenaf yang berlemak
sehingga peka terhadap guncangan saat transportasi. Faktor lingkungan juga
mempengaruhi viabilitas benih kenaf selama transportasi. Kondisi udara yang
semakin panas dan kering menyebabkan penurunan Viabilitas Potensial (Vp) dan
Vigor Daya Simpan (VDS). Hasil penelitian Pramono (1997) menunjukkan bahwa
benih kedelai yang ditransportasikan dengan kadar air awal lebih rendah, yakni
10-13% memiliki VKT yang relatif lebih baik dibandingkan benih dengan kadar air
awal 17-20%. Daya berkecambah benih kedelai juga lebih baik jika
ditransportasikan menggunakan rak, sehingga antar kemasan benih tidak
bergesekan.

Pengamatan

1. Kadar Air Benih
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode oven suhu rendah
konstan dengan suhu 103 ± 2°C, selama 17 ± 1 jam. Cawan porselin
beserta tutup ditimbang (M1). Benih diambil sebanyak 2 ulangan untuk
setiap percobaan. Benih diambil sebanyak ±5 gram kemudian ditimbang
(M2). Setelah itu, dimasukkan ke dalam oven. Setelah 17 ± 1 jam benih
diangkat dan langsung dimasukkan ke dalam desikator selama ± 30 menit
untuk menyerap panas, kemudian dilakukan penimbangan kembali (M3).
Rumus untuk menghitung kadar air benih adalah sebagai berikut :

12

Keterangan : M1= bobot cawan kosong
M2= bobot cawan+benih sebelum dioven
M3= bobot cawan+benih setelah dioven

2. Daya Berkecambah (DB)
Benih sebanyak 25 butir per ulangan ditanam pada substrat kertas
stensil dengan metode pengujian UKDdp, kemudian dimasukkan ke dalam
APB IPB 72-1. Pengamatan terhadap kecambah normal dan benih tidak
tumbuh dilakukan pada hitungan pertama (3 HST) dan pengamatan kedua
pada 5 HST. Kecambah yang diamati adalah kecambah normal, kecambah
abnormal, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati. Persen daya
berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

3. IV (Indeks Vigor)
Penghitungan Indeks Vigor (IV) dilakukan berdasarkan persentase
kecambah normal pada pengamatan pertama ( KN hitungan I) yaitu pada
hari ke- 3. Rumus menghitung nilai Indeks Vigor adalah :

4. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)
Pengukuran Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) dilakukan di akhir
pengamatan. Caranya dengan membuang bagian kotiledon dari kecambah
dan dioven selama (3 x 24) jam pada suhu 60ºC. Setelah itu, benih
dimasukkan ke dalam desikator selama ±15 menit dan setelah dingin
ditimbang berat keringnya. BKKN dihitung berdasarkan nilai rata-rata
berat kering kecambah normal.

13

5. Keserempakan Tumbuh Benih (KST)
Metode pengujian sama dengan daya berkecambah. Pengamatan
dilakukan pada 4 HST dengan menghitung persentase jumlah kecambah
normal kuat terhadap jumlah benih yang ditanam. Kriteria kecambah
normal kuat yang diamati adalah kecambah dengan panjang minimal
empat kali ukuran benih. Persen KST dapat dihitung dengan rumus :

6. Kecepatan Tumbuh Benih (KCT)
Metode pengujian sama dengan daya berkecambah. Pengamatan dilakukan
setiap hari, mulai awal pengujian sampai 5HST. Nilai kecepatan tumbuh
dihitung berdasarkan persen kecambah normal dalam satuan waktu etmal
dengan rumus sebagai berikut :

KCT =

Keterangan : i = kurun waktu perkecambahan (5 hari)
d = tambahan persentase kecambah normal per etmal

7. Daya Hantar Listrik (DHL)
Benih kedelai sebanyak 50 butir diambil secara acak, kemudian
ditimbang, lalu direndam dengaan air bebas ion sebanyak 25 ml di dalam
botol gelas selama 24 jam. Setelah itu, air rendaman diukur daya hantar
listriknya dengan alat Electric conductivity meter. Nilai DHL diukur
dengan menggunakan rumus :

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi Transportasi

Hasil analisis ragam pengaruh lama guncangan dan kondisi suhu/RH dapat
dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan 14. Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi
hasil analisis ragam pengaruh faktor lama guncangan, suhu/RH, dan interaksi
antar kedua faktor terhadap tolok ukur Daya Hantar Listrik (DHL), Daya
Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), Kecepatan Tumbuh (KCT), Keserempakan
Tumbuh (KST), Kadar Air (KA), dan Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
pada benih kedelai Varietas Wilis dan Grobogan.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Lama Guncangan dan
Kondisi Suhu/RH terhadap Tolok Ukur Daya Hantar Listrik (DHL),
Daya Berkecambah (DB), Indeks Vigor (IV), Kecepatan Tumbuh
(KCT), Keserempakan Tumbuh (KST), Kadar Air (KA), dan Bobot
Kering Kecambah Normal (BKKN) pada Benih Kedelai Varietas Wilis
dan Grobogan.
No

Tolok ukur

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

DHL
DB
IV
KCT
KST
KA
BKKN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

DHL
DB
IV
KCT
KST
KA
BKKN

Ket :

Lama guncangan
Suhu/RH
Percobaan 1 : Varietas Wilis
**
tn
*
tn
*
tn
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Percobaan II : Varietas Grobogan
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
tn
*
*
tn
tn

* = berpengaruh nyata pada uji-F 5%
** = berpengaruh sangat nyata pada uji-F 1%
tn = tidak nyata

GxS

kk (%)

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

4.7
7.7
19.4
7.1
8.7
4.5
7.4

tn
tn
tn
tn
tn
*
tn

10.9
8.7
22.6
10.5
14.9
4.7
8.7

15

Hasil rekapitulasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor lama
guncangan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur Uji Daya Hantar Listrik
(DHL) dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur Daya Berkecambah (DB),
Indeks Vigor (IV), dan Kecepatan Tumbuh (KCT) pada Varietas Wilis. Pada
Varietas Grobogan, faktor lama guncangan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur
uji Daya Hantar Listrik (DHL), Keserempakan Tumbuh (KST) dan Kadar Air
(KA).
Faktor kondisi suhu/RH tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua
tolok ukur pada kedua Varietas benih kedelai, kecuali terhadap KA benih pada
benih Varietas Grobogan. Interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap
semua tolok ukur yang diamati.

Pengaruh Lama Guncangan terhadap Viabilitas Potensial
Daya berkecambah adalah tolok ukur viabilitas potensial atau viabilitas
optimum yang menunjukkan kemampuan benih untuk berkecambah normal dalam
kondisi lingkungan yang optimum selama waktu yang ditentukan (Sadjad, 1993).
Semakin besar nilai DB, maka semakin besar viabilitas potensial benih tersebut.
Pengaruh faktor lama guncangan terhadap tolok ukur DB pada Varietas
Wilis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan lama
guncangan menaikkan secara nyata sejak benih diguncang selama 3 jam.

Tabel 2. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DB Benih
Kedelai Varietas Wilis
Lama
guncangan
0 jam
3 jam
6 jam
9 jam
Keterangan :

DB (%)
100.00 a
86.67 b
84.00 b
80.89 b

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Penurunan DB yang terjadi setelah benih diguncang adalah sebesar
19.11%, yakni dari 100 ke 80.89. Besarnya nilai penurunan yang terjadi
mengindikasikan benih Varietas Wilis cenderung tidak tahan terhadap guncangan.

16

Hal ini diduga akibat waktu pemanenan Wilis saat cuaca basah, dimana kondisi
suhu dan kelembapan tinggi. Menurut Adisarwanto dan Rini (2002) benih yang
dipanen dalam kondisi suhu dan kelembaban tinggi akan mengalami proses
respirasi dalam benih sehingga daya tumbuh benih akan cepat menurun.
Kuswanto (2003) menambahkan bahwa benih yang dipanen saat cuaca basah akan
memiliki daya tahan yang lebih rendah dibanding benih yang dipanen saat cuaca
kering.
Daya tumbuh benih Varietas Wilis yang lebih rendah ini terlihat pada
Gambar 1, dimana penampakkan benihnya yang kusam dan bentuknya kurang
seragam.

Grobogan

Wilis

Gambar 1. Perwujudan Fisik Benih Kedelai Varietas Wilis dan Grobogan
Sadjad (1993) mengatakan bahwa benih bermutu adalah benih yang baik
secara mutu genetik, fisiologis, dan fisik. Benih bermutu secara mutu fisik ini
diantaranya menunjukkan perwujudan yang seragam bentuk, ukuran, warna, dan
berat per jumlah atau volume. Menurut Adisarwanto dan Rini (2007), benih yang
diperoleh dari pertanaman musim hujan dapat menyebabkan daya berkecambah
benih yang rendah dan persentase biji yang menjadi benih rendah akibat mutu
fisik yang buruk.
Pengaruh faktor lama guncangan terhadap tolok ukur DB pada Varietas
Grobogan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan
lama guncangan tidak memberikan pengaruh terhadap tolok ukur DB.

17

Tabel 3. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DB Benih
Kedelai Varietas Grobogan
Lama
guncangan
0 jam
3 jam
6 jam
9 jam
Keterangan :

DB
88.00 a
87.11 a
84.89 a
82.67 a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Penurunan DB yang terjadi pada Varietas Grobogan setelah benih
diguncang selama 9 jam adalah sebesar 6 %, yakni dari 88 ke 82.67. Nilai DB
awal yang dimiliki Varietas Grobogan cukup rendah, namun ia mampu
mempertahankan viabilitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama
guncangan hingga 9 jam tidak mampu menurunkan viabilitas potensial benih
kedelai Varietas Grobogan melalui tolok ukur DB.
Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN) merupakan tolok ukur untuk
viabilitas potensial. BKKN mengindikasikan status viabilitas benih secara tidak
langsung karena berkaitan dengan sumber energy untuk pertumbuhannya yang
dihasilkan dari perombakkan cadangan bahan energi dalam benih. Benih yang
memiliki viabilitas potensial tinggi, akan memiliki BKKN yang tinggi pula,
namun faktor lama guncangan dan kondisi suhu/RH tidak memberikan pengaruh
yang nyata pada tolok ukur BKKN untuk kedua Varietas Wilis dan Grobogan. Hal
ini diduga akibat ukuran kecambah yang tidak seragam, sehingga perbedaan nilai
BBKN antar satuan percobaan tidak terlalu signifikan.

Pengaruh Lama Guncangan terhadap Vigor Daya Simpan
Pengujian Daya Hantar Listrik merupakan salah satu parameter yang
mengindikasikan Vigor Daya Simpan benih. Semakin tinggi nilainya, maka
viabilitas benih akan semakin turun. Hal ini disebabkan oleh kerusakan yang
menyebabkan kebocoran elektrolit pada benih tersebut (ISTA, 2007).
Pengaruh faktor lama guncangan terhadap tolok ukur DHL pada varietas
Wilis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan lama

18

guncangan menaikkan nilai DHL secara nyata setelah benih diguncang selama 9
jam pada Varietas Wilis.
Tabel 4. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DHL pada
Benih Kedelai Varietas Wilis
Lama
guncangan
0 jam
3 jam
6 jam
9 jam
Keterangan :

DHL (µMhos/g benih)
370.87 b
380.19 b
387.12 b
414.27 a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Peningkatan nilai DHL yang terjadi pada Varietas Wilis setelah benih
diguncang selama 9 jam adalah sebesar 43.4, yakni dari 370.87 µMhos/g benih ke
414.27 µMhos/g benih. Nilai DHL yang semakin besar mengindikasikan viabilitas
benih yang semakin rendah. Saenong (1988) menyebutkan bahwa viabilitas benih
yang diukur melalui tolok ukur DHL akan lebih dini dalam mendeteksi
kemunduran benih. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan lama guncangan
mampu menurunkan viabilitas benih Varietas Wilis.
Pengaruh faktor lama guncangan terhadap tolok ukur DHL pada varietas
Grobogan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan
lama guncangan menaikkan nilai DHL secara nyata setelah benih diguncang
selama 9 jam pada Varietas Grobogan.
Tabel 5. Pengaruh Faktor Lama Guncangan terhadap Tolok Ukur DHL p