Karakteristik Penderita Bronkitis Kronik Di RSUP. H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2012

(1)

CURRICULUM VITAE

Nama : Simon Raj Yanegamani

Tempat/Tanggal lahir : Kuala Lumpur / 04 OKTOBER 1990

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Kristen

Alamat : No 124, Blok II, Tasbi 2, Medan, 20155- Indonesia

Nomor Telepon : 083198861428

Orang Tua : Yanegamani Yoe

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia(SPM) 2007

Sijil Tinggi Pelajaran Malaysia(STPM) 2008 Kolej Kasturi (Foundation In Science) 2009 Fakultas Kedokteran USU- sekarang


(2)

No Jenis kelamin Umur status merokok antibiotik

1 Laki-laki 42 Merokok ceftriaxone

2 Laki-laki 37 Merokok ciprofloxacin

3 Laki-laki 45 Merokok ceftriaxone

4 Laki-laki 63 Merokok ceftriaxone

5 Laki-laki 46 Merokok azithromisin

6 Laki-laki 76 Merokok ciprofloxacin

7 perempuan 47 Merokok ceftriaxone

8 Laki-laki 63 Merokok ceftriaxone

9 perempuan 43 Merokok azithromisin

10 Laki-laki 77 Merokok ciprofloxacin

11 Laki-laki 59 Merokok ceftriaxone

12 Laki-laki 36 Merokok cefatoxime

13 perempuan 63 Merokok azithromisin

14 perempuan 56 Tidak Merokok ceftriaxone

15 perempuan 65 Merokok cefadroxil

16 Laki-laki 46 Merokok ciprofloxacin

17 Laki-laki 38 Merokok ceftriaxone

18 perempuan 63 Merokok azithromisin

19 Laki-laki 48 Merokok ceftriaxone

20 perempuan 65 Tidak Merokok azithromisin

21 Laki-laki 48 Merokok ceftriaxone

22 Laki-laki 66 Merokok azithromisin

23 Laki-laki 67 Merokok ceftriaxone

24 Laki-laki 55 Merokok ciprofloxacin

25 Laki-laki 38 Merokok ceftriaxone

26 perempuan 55 Merokok cefadroxil

27 Laki-laki 53 Merokok azithromisin

28 perempuan 58 Tidak Merokok ceftriaxone

29 Laki-laki 68 Merokok ceftriaxone

30 Laki-laki 59 Merokok ciprofloxacin

31 Laki-laki 58 Merokok cefadroxil

32 Laki-laki 70 Merokok ceftriaxone

33 perempuan 41 Merokok ceftriaxone

34 Laki-laki 70 Merokok cefatoxime

35 Laki-laki 42 Merokok ceftriaxone

36 perempuan 73 Tidak Merokok ciprofloxacin

37 Laki-laki 48 Merokok ceftriaxone

38 perempuan 74 Merokok ciprofloxacin

39 Laki-laki 47 Merokok ceftriaxone

40 Laki-laki 72 Merokok ceftriaxone


(3)

Frequencies

Statistics

umur responden

jenis kelamin responden

status merokok

responden jenis antibiotik

N Valid 41 41 41 41

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 4 9.8 9.8 9.8

41-60 20 48.8 48.8 58.5

61-80 17 41.5 41.5 100.0

Total 41 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 29 70.7 70.7 70.7

perempuan 12 29.3 29.3 100.0


(4)

status merokok responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid merokok 37 90.2 90.2 90.2

tidak merokok 4 9.8 9.8 100.0

Total 41 100.0 100.0

jenis antibiotik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ceftriaxon 20 48.8 48.8 48.8

ciprofloxacin 9 22.0 22.0 70.7

azithromisin 7 17.1 17.1 87.8

cefadroxil 3 7.3 7.3 95.1

cefatoxime 2 4.9 4.9 100.0

Total 41 100.0 100.0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

umur responden 41 1 3 2.32 .650

jenis kelamin responden 41 1 2 1.29 .461

status merokok responden 41 1 2 1.10 .300

jenis antibiotik 41 1 5 1.98 1.193


(5)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin responden * status merokok responden

41 100.0% 0 .0% 41 100.0%

jenis kelamin responden * status merokok responden Crosstabulation

Count

status merokok responden

Total merokok tidak merokok

jenis kelamin responden laki-laki 29 0 29

perempuan 8 4 12


(6)

DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association, Lung Disease Data: 2008, Trends In COPD( Chronic Bronchitis & Emphysema) Morbidity and Mortality, Avaible: http//www.lungusa.org

Chronic Respiratory Disease Epidemic 2002, World Health Organisation, Avaible: www.who.int/gard/publication/chronic_respiratory_diseases_pdf

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Global Strategy For The Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary

Disease Revised 2011, Avaible:

www.goldcopd.org/Gold_Report_2011_Feb21_pdf

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia 2003, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Avaible: www.klikpdpi.com

Sanjay Sethi (1999), Infectious Exacerbation of Chronic Bronchitis: Diagnosis & Management, Journal of Antimicrobial Chemotheraphy, No 43, Suppl.A, pg 97-105, Medical Research 151, Infectious Disease Division, Buffalo VA Medical Center, 3495 Bailey Avenue, NY 14215, USA, Avaible: www.thelancet.com

Peter Ball MB, Epidemiology And Treatment of Chronic Bronchitis And Exarcebation, Journal

Of CHEST 1995: No 108: pg 43S-52S, Avaible:


(7)

Vestho J, 2004, Epidemiology, Risk Factor, And Natural History COPD, Standards for the Diagnosis & Management of Patient with COPD, No2: pg 14-23, American Thoraic Society and European Respiratory Society

David M.Mannino, A Sonia Baist, 2007, Global Burden of COPD: Risk Factor, Prevalence, And Future Trends, Vol 370: pg 765-774, Department of Medicine, Pulmonology and Critical Care, Oregon Health And Science University, Portland, USA, Avaible: www.thelancet.com

Yunus F ,1998 Penyakit Paru Akibat Kerja, Jurnal Respirologi Indonesia, Vol 18, hal 16-24, Oktober 1998, Available: http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01- 07/jurnal-6.html

Kamangar N, 2010, Chronic Obstructive Pulmonary Disease, EMedicine.com, Avaible: http//www.emedicine.medscape.com/article/297664-overview

Hisyam dkk, 2001, Pola Mikroba pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi di Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyarkata

Meyer S Balter, Jacques La Ferge, 2003, Canadian Guidelines for The Management of Exacerbation of Chronic Bronchitis: Executive Summary, Canadian Respir Journal, Vol 10, No 5, August 2003

Triwahju Astriti dkk, 2010, Profil Patogen Penyebab Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang Periode Januari- Desember 2010

Panggabean, 2004, Frekuensi Penderita Bronkitis Kronik di Rumah Sakit Santa Elisabeth Pada Tahun 2004, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universiti Sumatera Utara, Avaible: http//www.digilib.usu.ac.id/index/php


(8)

Peter K Jeffrey, 2007, Plasma Cells and IL-4 in Chronic Bronchitis And Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Lung Pathology Unit, Department of Gene Theraphy, Imperial College London, Am J Respir Crit Care Med, Vol 175, pg 1125-1133, Avaible: www.atsjournals.org

Rajan Sharma, Ramjee Bhandari, 2012, Epidemiology of Chronic Obstructive Pulomonary Disease, Health Research and Social Development Forum, International Journal of COPD, No 7, pg 253-257, Dove Medical Press Ltd

Theoharis C.Theoharid, 2000, Book Of Essential of Pharmacology Second Edition, Antimicrobial Theraphy, Vol 2: pg 287-311, Tuff University School of Medicine; Clinical Pharmocologist, State of Massachusetts Drug Formulary, printed by Little Brown and Company, Boston, Massachusetts 02108, USA


(9)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menilai karakteristik penderita bronkitis kronik yang datang berobat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dengan menggunakan data rekam medis yaitu data sekunder yang lengkap di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik pada tahun 2012.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Penderita Bronkitis Kronik yang berobat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik pada tahun 2012


(10)

3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah 2 variabel yaitu: :

1.Penderita Bronkitis Kronik

2. Karakteristik 3.2.2. Definisi Operasional

1. Diagnosis bronkitis kronik pada sampel penelitian ini ditegakkan oleh para dokter di Instalasi Paru Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

2. Penderita bronkitis kronik adalah seluruh penderita yang didiagnosis menderita bronkitis kronik oleh para dokter di Instalasi Paru Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik pada tahun 2012.

3. Karakteristik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, riwayat merokok dan jenis antibiotik yang diberikan.

a) Jenis kelamin adalah sifat jasmani yang membedakan dua makhluk hidup sebagai laki dan perempuan dan dalam penelitian ini jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.

b) Usia dalam penelitian ini adalah jumlah tahun hidup sampel sejak lahir sampai

didiagnosis menderita bronkitis kronik oleh para dokter di Instalasi Paru Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik yang tercatat dalam rekam medis pada tahun 2012 dan usia dalam penelitian ini dikategorikan ke tiga kategori usia yaitu:


(11)

Kelompok usia 20 40 tahun Kelompok usia 41 60 tahun Kelompok usia 61 80 tahun

c) Riwayat merokok dalam penelitian ini ditentukan oleh dokter di Instalasi Paru Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik berdasarkan anamnesis dokter dengan penderita bronkitis kronik dan data dicatat di rekam medis. Riwayat merokok digolongkan kepada dua yaitu:

-merokok -tidak merokok

d) Antibiotik

Antibiotik dalam penelitian ini adalah antibiotik yang dianjurkan oleh para dokter yang merawat penderita bronkitis kronik yang berobat di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik pada tahun 2012 dan data jenis antibiotik diberikan sudah tercatat dalam rekam medis penderita bronkitis kronik.

3.3 Cara Ukur

Meneliti dan menganalisa data rekam medis di bahagian rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.


(12)

3.4 Alat Ukur Rekam Medis

Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap (Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989).

Rekam medis dalam penelitian ini adalah rekam medis pasien bronkitis kronik yang terdapat di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik

3.5 Skala

Skala nominal dan skala ordinal .


(13)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian secara deskriptif retrospektif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong-melintang (cross sectional) di mana penelitian hanya dilakukan satu kali untuk mengetahui karakteristik penderita bronkitis kronik di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit Haji Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah regional Sumatera Utara dan rumah sakit ini memiliki data rekam medis yang baik.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2013 – Desember 2013.. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita bronkitis kronis yang datang berobat di Instalasi Paru Rumah Sakit Haji Adam Malik sejak 1 Januari 2012 sehingga 31 Desember 2012.


(14)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah data penderita bronkitis kronis yang datang berobat di Instalasi Paru Rumah Sakit Haji Adam Malik pada periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012. Besar sampel diperoleh dengan metode total sampling dimana seluruh penderita bronkitis kronik yang datang berobat dijadikan sampel, yaitu sebanyak 41 penderita.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yaitu dari pencatatan pada rekam medis penderita bronkitis kronik di Rumah Sakit Haji Adam Malik periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012.

4.5 Metode Analisa Data 4.5.1. Pengolahan data

Pengolahan data ialah seluruh data yang diterima dapat diolah dengan baik sehingga pengolahan data dapat menghasilkan output yang merupakan gambaran jawaban terhadap penelitian yang dilakukan.

4.5.2. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan memasukkan data ke dalam program komputer dan menggunakan program komputer SPSS( Statistic Package For The Social Science) dan kemudian didistribusikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan sesuai dengan data yang didapat.


(15)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian karakteristik penderita bronkitis kronik pada tahun 2012 ini dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga merupakan Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991. Rumah Sakit Haji Adam Malik memiliki visi sebagai pusat pelayanan kesehatan dan pendidikan unggulan serta merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Lokasinya terletak di Jalan Bunga Lau, No.17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya, Medan, Provinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penderita bronkitis kronik di Rumah Sakit Haji Adam Malik. Data sampel diambil dari data sekunder yaitu rekam medis pasien di instalasi rekam medis. Total sampel penderita bronkitis kronik yang dirawat di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada periode 1 Januari 2012- 31 Desember 2012 adalah sebanyak 41 orang.


(16)

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel

Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh gamabaran mengenai karakteristik mencakup umur sampel, jenis kelamin sampel, riwayat merokok sampel, dan antibiotik yang dipreskrepsi oleh dokter.

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N % Laki-laki 29 70.7 Perempuan 12 29.3 Jumlah 41 100.0

Tabel 5.2 . Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Golongan Umur (Tahun) N % 20-40 4 9.7 41-60 20 48.8 61-80 17 41.5 Jumlah 41 100.0


(17)

Tabel 5.3. Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Merokok

Status Merokok Laki-laki Perempuan N % Merokok 29 8 37 90.2 Tidak Merokok 0 4 4 9.8 Jumlah 29 12 41 100.0

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Antibiotik Yang Diberi

Antibiotik N % Ceftriaxone 20 48.8 Ciprofloxacin 9 22.0 Azithromisin 7 17.1 Cefadroxil 3 7.3 Cefatoxime 2 4.9 Jumlah 41 100.0

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita bronkitis kronik di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan periode 1 Januari 2012- 31 Desember 2012. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret 2013 hingga Desember 2013.


(18)

5.2.1. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

5.1. Gambar Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari gambar 5.1 dapat dilihat penderita bronkitis kronik yang paling banyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 29 orang (70.7%) sedangkan pada perempuan adalah 12 orang (29.3%). Menurut PDPI (2003), prevalensi merokok yang tinggi di kalangan laki-laki menjelaskan penyebab tingginya prevalensi bronkitis kronik dikalangan laki-laki dimana 60-70% mula merokok pada umur 15 tahun. Sanjay Sethi (1999) juga mengatakan golongan laki-laki lebih banyak menderita bronkitis kronik daripada golongan perempuan. David M Manino (2007) mengatakan laki-laki lebih banyak menderita dari perempuan kerana pendedahan pada asap merokok dan status pekerjaan.

29 12

Jenis Kelamin

laki-laki perempuan


(19)

5.2.2. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

5.2. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Dari gambar 5.2 dapat dilihat daripada 41 orang penderita, mayoritas penderita bronkitis kronik berumur di kelompok 41-60 tahun yaitu jumlahnya 20 orang (48.8%), diikuti kelompok 61-80 tahun yaitu sebanyak 17 orang (41.5%). Hasil ini sesuai dengan data American Lung Association Lung Disease (2008) dimana data menunjukkan daripada 9,2 juta penderita bronkitis kronik pada tahun 2006, 6,3 juta penderitanya berumur di kelompok umur 41-60 tahun. Menurut National Heart, Lung and Blood Institute US, resiko terjadi bronkitis kronik paling tinggi terjadi pada orang yang berumur 41 tahun hingga 60 tahun. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Panggabean dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universiti Sumatera.

20-40 41-60 61-80 0

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

4

20 17

Penderita Bronkitis Kronik


(20)

Utara di Rumah Sakit Santa Elisabeth pada tahun 2004 yang menunjukkan 82.9% penderita bronkitis kronik berumur 41-60 tahun ke. Menurut Rajan Sharma (2012), semakin meningkat umur, akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan imunologi paru dimana fungsi paru akan mula menurun sehingga jelas jumlah penderita bronkitis kronik akan lebih tinggi dengan peningkatan umur. Tetapi pada penelitian ini didapati jumlah penderita di kelompok umur 61 hingga 80 tahun lebih rendah dari jumlah di kelompok 41-60 tahun. Pada kebiasannya paru yang berfungsi dengan baik pada usia muda, mula menurun fungsinya pada usia dekade ke-4 dimana pada usia tersebut saluran pernafasan mula rentan terhadap infeksi (David Manino, 2007). Meyer KC (2010) juga mengatakan infeksi saluran pernafasan terjadi pada semua umur, namun infeksi saluran pernapasan bawah meningkat dengan signifikan pada usia lanjut. Selain menurun fungsi paru, hal ini juga disebabkan dengan semakin bertambah usia, semakin meningkatkan juga intensitas merokok dimana rokok merupakan salah satu faktor terjadi bronkitis kronik.

5.2.3. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Status Merokok

29 0 8 4 0 5 10 15 20 25 30 35

merokok tidak merokok

laki-laki perempuan


(21)

5.3. Gambar Distribusi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Merokok

Dari gambar 5.3 mayoritas penderita bronkitis kronik mempunyai status merokok iaitu sebanyak 37 orang. Rokok merupakan faktor risiko utama menyebabkan bronkitis kronik. Menurut Dianiati Kusumo dari Departmen Pulmonologi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, rokok akan menyebabkan melemahnya bersihan mukosilier. Hal ini akan menyebabkan kolonisasi bakteri dan pelepasan mediator inflamasi yang terus menerus. Ini secara langsung akan menurunkan fungsi pertahanan paru. Inhalasi bahan berbahaya yaitu asap rokok yang mengandungi banyak bahan kimia akan menyebabkan inflamasi di saluran pernapasan. Inflamasi ini menyebabkan berlaku mekanisme pertahanan. Mekanisme ini akan menyebabkan kerusakan jaringan saluran pernapasan dan secara tidak langsung ia akan menyebabkan hipersekresi mukus dan penyempitan saluran napas serta fibroris (PDPI, 2003). Asap rokok akan menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrofil Chemotatic Factors dan elastase yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan saluran pernapasan (Kamangar,2010). 4 orang perempuan yang tidak merokok menderita bronkitis kronik, kemungkinan adalah perokok pasif ( environmental tobacco smoke), terpapar pada polusi udara, atau terpapar pada asap bahan mentah yang digunakan untuk memasak seperti batu arang (David Mannino, 2007), tetapi tidak diteliti lebih lanjut penyebab 4 orang yang tidak merokok menderita bronkitis kronik pada penelitian ini dan dalam penelitian ini juga tidak dilakukan penelitian jumlah batang rokok yang dihisap oleh penderita dengan status merokok dalam sehari. Penelitian dilakukan hanya untuk mengetahui riwayat merokok penderita sama ada merokok atau tidak merokok.


(22)

5.2.4. Gambaran Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Antibiotik

5.4. Gambar Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Antibiotik Yang Diberi

.Dari gambar 5.4 dapat dilihat antibiotik ceftriaxone paling banyak diberikan untuk penderita bronkitis kronik di rumah sakit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Triwahju dkk di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang pada tahun 2010 dimana pada penelitiannya, ceftriaxone paling kerap digunakan yaitu sebanyak 36.8% untuk penyakit paru obstruktif kronik. Ini kerana ceftriaxone merupakan antibiotik jenis sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai sifat broad spectrum, yaitu sensitif terhadap bakteria gram positif dan gram negatif. Selain itu ceftriaxone mempunyai masa paruh yang panjang (Theoharis C, 2000), sehingga sering digunakan sebagai obat antibiotik pilihan utama, walaupun sebenarnya lebih baik dilakukan kultur sputum dan test kepekaan bakteri sebelum pemberian antibiotik. Pada penelitian ini tidak dilakukan penelitian kepekaan bakteri dan hanya dilakukan penelitian antibiotik yang diberikan kepada penderita bronkitis kronik.

48.8%

22% 17.1%

.7.3% 4.9%

Antibiotik

ceftriaxone ciprofloxacin azithromisin cefadroxil cefatoxime


(23)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pada penelitian ini didapati sebanyak 41 orang penderita bronkitis kronik dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan pada periode 1 Januari 2012- 31 Desember 2012 dijumpai bahwa :-

a. Jenis kelamin yang paling banyak menderita bronkitis kronik adalah laki-laki yaitu sebanyak 29 orang (70.7%).

b. Golongan umur paling banyak proporsi penderita bronkitis kronik adalah golongan 41-60 tahun yaitu sebanyak 20 orang (48.8%).

c. Daripada 41 orang penderita bronkitis kronik, sebanyak 37 orang (90.2%) mempunyai status merokok Daripada 37 orang yang merokok, 29 orang adalah laki-laki dan perempuan 8 orang..

d. Antibiotik ceftriaxone paling banyak diberikan kepada penderita yaitu sebanyak 20 orang (48.8%).


(24)

6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan berkaitan dengan penelitian ini adalah:

1. Menurut penelitian ini, perlu diberi penyuluhan mengenai penyakit bronkitis kronik terutama dengan faktor resiko merokok.

2. Perlunya penyebaran informasi kepada golongan yang merokok terutamanya golongan laki- laki tentang pentingnya berhenti merokok sebagai langkah pencegahan penyakit bronkitis kronik.

3. Perlunya penelitian untuk pola kuman sebagai penyebab bronkitis kronik sekaligus penelitian kepekaan antibiotik terhadap kuman tersebut.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bronkitis Kronik

2.1.1. Definisi bronkitis kronik

Terma bronkitis kronik diperkenalkan di negara Inggris pada awal abad ke-19 untuk mendiskripsi inflamasi mukosal bronkial yang kronik. Menurut teori medis bronkitis kronik didefinisikan secara klinis sebagai inflamasi kronik pada mukosal bronkial yang menyebabkan gejala batuk kronik berdahak untuk 3 bulan pada setiap 2 tahun berturut-turut (CHEST, 1995). Bronkitis kronik adalah eskpektorasi sputum sekurang-kurangnya 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut dan pada kebiasaanya ada obstruksi pernapasan (Meyer, 2003). Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya 2 tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lain (PDPI, 2003).

Bronkitis kronik dapat dibagi atas:

1. Simple chronic bronchitis: bila sputumnya mukoid.

2. Chronic/recurrent mucopurulent bronchitis: dahak mukopurulen.


(26)

Gambar 2.1 Gambaran bronki normal dengan dengan bronkitis

2.1.2. Faktor resiko bronkitis kronik a. Merokok

Pada tahun 1964, penasihat Committee Surgeon General of the United States menyatakan bahwa merokok merupakan faktor risiko utama terjadi bronkitis kronik dan emfisema. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu satu detik setelah forced expiratory maneuver (FEV 1), terjadi penurunan mendadak dalam volume ekspirasi yang bergantung pada intensitas merokok. Merokok secara histologi dapat menyebabkan inflamasi saluran napas, hipertrofi kalenjar sekresi mukosa dan hiperplasia sel goblet dimana secara langsung faktor ini memicu untuk terjadi bronkitis kronik. Prevalensi merokok yang tinggi di kalangan pria menjelaskan penyebab tingginya prevalensi bronkitis kronik dikalangan pria. Sementara prevalensi bronkitis kronik dikalangan wanita semakin meningkat akibat peningkatan jumlah wanita yang merokok dari tahun ke tahun (Peter K, 2007).

b. Hiperesponsif saluran pernapasan

Inflamasi di saluran pernapasan penderita bronkitis menyebabkan modifikasi saluran pernapasan. Ini adalah respon saluran pernapasan terhadap iritasi kronik


(27)

seperti asap rokok. Inflamasi ini akan menyebabkan peningkatan sel inflamasi di sirkulasi (faktor kemotatik) dan secara tidak langsung ia akan meningkatkan proses inflamasi (sitokin proinflamasi). Mekanisme ini akan menyebabkan hiperesponsif saluran pernapasan dan hiperesponsif ini akan memicu perubahan struktur saluran pernapasan (GOLD, 2011).

c. Infeksi saluran pernapasan

Infeksi saluran pernapasan adalah faktor risiko yang berpotensi untuk perkembangan dan progresifitas bronkitis kronik pada orang dewasa. Dipercaya bahwa infeksi saluran napas pada masa anak-anak juga berpotensi sebagai faktor predisposisi perkembangan bronkitis kronik. Meskipun infeksi saluran napas adalah penyebab penting terjadinya eksaserbasi bronkitis kronik, hubungan infeksi saluran napas dewasa dengan perkembangan bronkitis kronik masih belum bisa dibuktikan (Vestbo J,2004).

d. Pemaparan akibat pekerjaan

Peningkatan gejala gangguan saluran pernapasan dan obstruksi saluran napas juga bisa diakibatkan pemaparan terhadap abu, debu, wap kimia selama bekerja. Di negara yang kurang maju, pemaparan akibat pekerjaan dikatakan tinggi berbanding negara yang maju karena undang-undang sektor pekerjaan yang kurang ketat. Walaupun beberapa pekerjaan yang terpapar dengan debu dan gas berisiko untuk mendapat bronkitis kronik, efek yang muncul adalah kurang jika dibandingkan dengan efek akibat merokok (David Mannino, 2007).

e. Polusi udara

Beberapa peneliti melaporkan peningkatan gejala gangguan saluran pernapasan pada individu yang tinggal di kota daripada desa yang berhubungan dengan polusi udara yang lebih tinggi di kota. Meskipun demikian, hubungan polusi udara dengan terjadinya bronkitis kronik masih tidak bisa dibuktikan. Pemaparan terus-menerus dengan asap hasil pembakaran biomass dikatakan menjadi faktor risiko yang signifikan terjadinya bronkitis kronik pada kaum wanita di beberapa negara.


(28)

Meskipun begitu, polusi udara adalah faktor risiko yang kurang penting berbanding merokok (David Mannino, 2007).

f. Faktor genetik

Defisiensi α1-antitripsin adalah satu-satunya faktor genetik yang berisiko untuk

terjadinya bronkitis kronik. Insidensi kasus bronkitis kronik yang disebabkan defisiensi α1 -antitripsin di Amerika Serikat kurang daripada satu peratus. α1-antitripsin merupakan inhibitor protease yang diproduksi di hati dan bekerja menginhibisi neutrofil elastase di paru. Defisiensi α1-antitripsin yang berat menyebabkan bronkitis kronik pada umur rata-rata 50 tahun untuk penderita dengan riwayat merokok dan 40 tahun untuk penderita yang tidak merokok (Vestbo.J, 2004).

2.1.3. Patofisiologi bronkitis kronik

Perubahan struktur pada saluran pernapasan menimbulkan perubahan fisiologik yang merupakan gejala bronkitis kronik seperti batuk kronik, produksi sputum, obstruksi jalan napas, gangguan pertukaran gas, hipertensi pulmonal dank atau pulmonale. Akibat perubahan bronkial terjadi gangguan pertukaran gas yang menimbulkan dua masalah serius yaitu:

1. Aliran darah dan aliran udara ke dinding alveoli tidak sesuai dimana berlaku mismatched. Sebagian tempat alveoli terdapat aliran darah yang adekuat tetapi sangat sikit aliran udara dan sebagian tempat lain sebaliknya.

2. Prestasi yang menurun dari pompa respirasi terutama otot-otot respirasi sehingga terjadi overinflasi dan penyempitan jalan napas, menimbulkan hipoventalasi dan tidak cukupnya udara ke aveoli menyebabkan karbon dioksida darah meningkat dan oksigen dalam darah berkurang. Mekanisme patofisiologi yang bertanggung jawab pada bronkitis kronik sangat kompleks, berawal dari rangsang iritasi pada jalan napas menimbulkan 4 hal besar seperti inflamasi jalan napas, hipersekresi mukus, disfungsi silia dan rangsangan reflex vagal saling mempengaruhi dan berinteraksi menimbulkan suatu proses yang sangat kompleks (Sanjay Sethi, 1999).


(29)

2.1.4. Gejala-gejala bronkitis kronik

Bronkitis kronik sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi akut dimana kondisi pasien mengalami perburukan dari kondisi sebelumnya dan bersifat akut. Eksaserbasi akut ini dapat ditandai dengan gejala yang khas, seperti sesak napas yang semakin memburuk, batuk produktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum atau dapat juga memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise, kelelahan dan gangguan tidur. Gejala klinis bronkitis kronik eksaserbasi akut ini dapat dibagikan menjadi dua yaitu gejala respirasi dan gejala sistemik. Gejala respirasi berupa sesak napas yang semakin bertambah berat, peningkatan volume dan purulensi sputum, batuk yang semakin sering, dan napas yang dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi serta gangguan status mental pasien (GOLD, 2011).

2.1.5. Diagnosis bronkitis kronik

Gejala dan tanda bronkitis kronik sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru. Penderita bronkitis kronik akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak napas, batuk-batuk kronik, sputum yang produktif, serta adanya riwayat faktor resiko. Sedangkan bronkitis kronik ringan dapat tanpa keluhan atau gejala.(PDPI, 2003).

Diagnosis dapat ditegakkan yang pertama yakni dengan anamnesis meliputi keluhan utama dan keluhan tambahan. Biasanya keluhan pasien adalah batuk maupun sesak napas yang kronik dan berulang. Pada bronkitis kronik gejala batuk sebagai keluhan yang menonjol, batuk disertai dahak yang banyak, kadang kental dan kalau berwarna kekuningan pertanda adanya super infeksi bakterial. Gangguan pernapasan kronik pada bronkitis kronik secara progresif memperburuk fungsi paru dan keterbatasan aliran udara khususnya saat ekspirasi, dan komplikasi dapat terjadi


(30)

gangguan pernapasan dan jantung. Perburukan penyakit menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, bahkan sampai kehilangan kualitas hidup (PDPI, 2003).

Adanya riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan. Riwayat terpajan zat iritan di tempat kerja juga sering ditemukan. Kemudian adanya riwayat penyakit pada keluarga dan terdapat faktor predisposisi pada masa anak, misalnya berat badan lahir rendah, infeksi saluran napas berulang dan lingkungan asap rokok dan polusi udara. Kemudian adanya batuk berulang dengan atau tanpa dahak dan sesak dengan atau tanpa bunyi mengi. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik, pada inspeksi didapati pursed - lips breathing atau sering dikatakan mulut setengah terkatup atau mulut mencucu. Lalu adanya barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding). Pada saat bernapas dapat ditemukan penggunaan otot bantu napas dan hipertropi otot bantu napas. Pelebaran sela iga dan bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema tungkai serta adanya penampilan pink puffer atau blue bloater. Pada saat palpasi didapati stem fremitus yang lemah dan adanya pelebaran iga. Pada saat perkusi akan didapati hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah. Auskultasi berguna untuk mendengar apakah suara napas vesikuler normal, atau melemah, apakah terdapat ronki atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa, ekspirasi memanjang dan bunyi jantung terdengar jauh. (PDPI, 2003)

Pemeriksaan penunjang yang rutin dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa adalah faal paru, dengan menggunakan spirometri. Apabila spirometri tidak tersedia, arus puncak ekspirasi (APE) meter walaupun kurang tepat, namun dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore. Lalu uji faal paru lain yang dapat dilakukan adalah uji

bronkodilator biasa untuk bronkitis kronik stabil. Selain faal paru, pemeriksaan rutin lain dilakukan adalah darah rutin dengan melihat leukosit, hemoglobin dan hematokrit. Pemeriksaan radiologi yakni foto toraks posisi posterior anterior (PA) untuk melihat apakah ada gambaran restriksi bronkial.


(31)

Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah pemeriksaan faal paru dengan pengukuran Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF dan lain-lain. Lalu lainnya adalah uji latih kardiopulmoner, uji provokasi bronkus, uji coba kortikosteroid, analisis gas darah, sinar Computerized Tomography (CT Scan) resolusi tinggi, elektrokardiografi, ekokardiografi, bakteriologi dan kadar alfa-1 antitripsin (PDPI 2003).

2.1.6. Penatalaksanaan bronkitis kronik

Sebelum melakukan penatalaksanaan terhadap bronkitis kronik, seorang dokter harus dapat membedakan keadaan pasien sama ada apakah pasien tersebut mengalami serangan (eksaserbasi) atau dalam keadaan stabil. Hal ini dikarenakan penatalaksanaan dari kedua jenis ini berbeda. Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil adalah untuk mempertahankan fungsi paru, meningkatkan kualitas hidup dan mencegah eksaserbasi. Penatalaksanaan bronkitis kronik stabil dilaksanakan di poliklinik sebagai evaluasi berkala atau dirumah untuk mempertahankan bronkitis kronik yang stabil dan mencegah eksaserbasi. (PDPI, 2003)

Penatalaksanaan bronkitis kronik stabil meliputi pemberian obat-obatan, edukasi, nutrisi, rehabilitasi dan rujukan ke spesialis paru rumah sakit. Dalam penatalaksanaan bronkitis kronik yang stabil termasuk adalah melanjutkan pengobatan pemeliharaan dari rumah sakit atau dokter spesialis paru, baik setelah mengalami serangan berat atau evaluasi spesialistik lainnya, seperti pemeriksaan fungsi paru dan analisis gas darah. Obat-obatan diberikan dengan tujuan untuk mengurangi laju beratnya penyakit dan mempertahankan keadaan stabil yang telah tercapai dengan mempertahankan bronkodilatasi dan penekanan inflamasi. Tujuan utama pengobatan adalah untuk meredakan gejala, mencegah progresifitas penyakit, meningkatkan toleransi pada aktiviti seharian, memperbaiki status kesehatan, mengobati komplikasi, dan mencegah eksaserbasi berikut. Obat-obatan yang digunakan adalah:


(32)

1. Bronkodilator

Diberikan dalam bentuk oral, kombinasi golongan beta 2 agonis dengan golongan antikolinergik. Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuatkan efek bronkodilatasi karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda. Masing-masing dalam dosis suboptimal, sesuai dengan berat badan dan beratnya penyakit sebagai dosis pemeliharaan. Contohnya aminofilin/teofilin 100-150 mg kombinasi dengan salbutamol 1 mg atau terbutalin 1 mg.

2. Kortikosteroid (Antiinflamasi)

Diberikan golongan metilprednisolon atau prednison, dalam bentuk oral atau injeksi intravena, setiap hari atau selang sehari dengan dosis minimal 250mg.

3. Antibiotik

Diberikan untuk mencegah dan mengobati eksaserbasi serta infeksi. Antibiotik juga diberikan sekiranya ada peningkatan jumlah sputum, sputum berubah menjadi purulen dan peningkatan sesak. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jenis antibiotik yang bisa diberikan adalah makrolid, sefalosporin generasi II, generasi III, kuinolon dan flurokuinolon.

4. Ekspektoran

Diberikan obat batuk hitam (OBH) 5. Mukolitik

Diberikan pada eksaserbasi kerana akan mempercepatkan perbaikan eksaserbasi dengan mengencerkan dahak. Gliseril guayakolat dapat diberikan bila sputum mukoid tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.


(33)

6. Antitusif

Kodein hanya diberikan bila batuk kering dan sangat mengganggu.

Manfaatkan obat antitusif yang tersedia sesuai dengan perkiraan patogenesis yang terjadi pada keluhan klinis. Perhatikan dosis dan waktu pemberian untuk menghindari efek samping obat.

7. Antioksidan

Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup, diberikan N- asetilsistein.

Tabel 2.1 : Terapi berdasarkan stase dari bronkitis kronik


(34)

Hal lain yang harus diberikan adalah pendidikan atau edukasi, karena keterbatasan obat-obatan yang tersedia dan masalah sosiokultural lainnya, seperti keterbatasan tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk, keterbatasan ekonomi dan sarana kesehatan, edukasi di puskesmas ditujukan untuk mencegah bertambah beratnya penyakit dengan cara menggunakan obat yang tersedia dengan tepat, menyesuaikan keterbatasan aktivitas serta mencegah eksaserbasi. Keseimbangan nutrisi antara protein lemak dan karbohidrat juga harus dijaga. Asupan nutrisi diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Kekurangan kalori dapat menyebabkan meningkatnya derajat sesak semasa beraktiviti. Pemberian karbohidrat yang tinggi pula menghasilkan karbon diosikda yang berlebihan. Dan yang terakhir adalah tahap rehabilitasi dimana pasien harus diberikan latihan pernapasan dengan pursed-lips, latihan ekspektorasi dan latihan otot pernapasan dan ekstremitas (PDPI, 2003).


(35)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2002 PPOK menempati urutan kelima sebagai penyebab utama kematian di dunia dan diperkirakan pada tahun 2030 akan menjadi penyebab kematian ketiga di seluruh dunia. Menurut perkiraan WHO, terdapat 80 juta orang menderita PPOK derajat sedang-berat. Lebih dari 3 juta meninggal karena PPOK pada tahun 2005, sekitar 5% dari jumlah semua kematian secara global (WHO,2002) Bronkitis kronik merupakan satu penyakit yang tergolong dalam PPOK selain emfisema yang secara klinis merupakan peradangan saluran tuba bronkial. Apabila terjadi inflamasi atau infeksi di tuba bronkial, hanya sedikit udara mampu masuk dan keluar melalui tuba bronkial ke paru-paru. Inflamasi pada tuba bronkial menyebabakan batuk kronik dan produksi sputum yang berlebihan (ekspektorasi). Gejala batuk kronik ini dialami sekurang-kurangnya 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut. (American Lung Association, 2008)

Menurut American Lung Association pada tahun 2006 lebih kurang 9.5 juta orang telah didiagnosis menderita bronkitis kronik di Amerika. Sebanyak 3.2 juta penderita berumur 18 hingga 44 tahun, 4.1 juta orang berumur 45 hingga 64 dan 2.2 juta orang berumur 65 tahun ke atas. Menurut Survei Kesehatan Australia 2001, sebanyak 3.5% populasi rakyat didiagnosis menderita bronkitis kronik. Manakala di Inggris pada tahun 2003 seramai 229,725 orang iaitu 1.8% dari populasi rakyatnya menderita bronkitis kronik. (GOLD, 2011).


(36)

Di Indonesia belum ditemukan data yang akurat tentang kekerapan bronkitis kronik. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1986 bronkitis kronik menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes Republik Indonesia pada tahun 1992 menunjukkan angka kematian kerana bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. (PDPI, 2003)

Terdapat juga penelitian dilakukan oleh peneliti di Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan Faisal Yunus dkk pada tahun 1997 di pabrik besi baja Krakatau Steel Cilegon, bahwa dari 287 pekerja ditemukan 42 orang menderita bronkitis kronik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hisyam dan Nurohman pada tahun 2001 di RS dr. Sardjito Yogyakarta, daripada 112 orang yang didiagnosis PPOK, diperoleh 55 orang menderita bronkitis kronik.

Kesimpulannya di Indonesia masih belum ada data yang menyeluruh untuk bronkitis kronik dan hanya mempunyai data dari hasil beberapa penelitian walaupun ia merupakan satu penyakit kronik yang menyebabkan kematian. Justeru itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penyakit bronkitis kronik di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan sejak ia merupakan rumah sakit sentra pendidikan bagi Universiti Sumatera Utara, Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan suatu penelitian untuk menentukan: Bagaimanakah karakteristik penderita bronkitis kronik yang datang berobat ke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012?


(37)

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

Mengetahui karakteristik penderita bronkitis kronik yang datang berobat ke Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012.

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui jenis kelamin penderita bronkitis kronik yang paling banyak datang berobat di Instalasi Paru Rumah Sakit Haji Adam Malik.

2. Untuk mengetahui golongan umur penderita bronkitis kronik yang paling banyak datang berobat di Instalasi Paru Rumah Sakit Haji Adam Malik.

3. Untuk mengetahui status merokok penderita bronkitis kronik yang datang berobat di Instalasi Paru Rumah Sakit Haji Adam Malik.

4. Untuk mengetahui jenis antibiotik yang diberikan kepada penderita bronkitis kronik yang datang berobat di Instalasi Paru Rumah Sakit Haji Adam Malik.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Informasi hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.

2. Informasi hasil penelitian dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai rujukan dan perbandingan.

3. Salah satu pensyaratan bagi penulis dalam menyelesaikan studi Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(38)

ABSTRACT

Introduction: Chronic bronchitis is a disease that was included in Chronic Obstructive Pulomonary Disease other than emphysema which is clinically defined as inflammation in bronchial tube tract, where this inflammation cause chronic cough and increase in phlegm production, and this symptoms occur three months in a year for two consecutive years. In Indonesia there are still lack of accurate prevalence data.

Objective: To determine the characteristic of chronic bronchitis patient who are treated in RSUP. H. Adam Malik in year 2012.

Method: The methodology of this research is retrospective descriptive with design used is cross sectional which means research had been done at once in a time to know the characteristic of chronic bronchitis patient in RSUP. H. Adam Malik. The data of this research taken from patient medical records which is secunder information.

Result: From the research its shows that there are 41 patient where there are 29 males and 12 females. Highest proportion occur in age between 41 until 60 years with 48.8%. The distribution in male are higher than in female with 70.7%. Majority patient are smokers than non smokers with 90.2%, male patient 29 smokers and female 8 smokers. Ceftriaxone is most used antibiotic for patient with total 48.8%.

Conclusion: Chronic bronchitis patients in RSUP. H. Adam Malik most of them are in age 41 until 60 years, male have higher proportion than female, number of patient who are smoke higher than non smoker and ceftriaxone is the most used antibiotic in patient.


(39)

Karya Tulis Ilmiah

Karakteristik Penderita Bronkitis Kronik di RSUP. H. Adam Malik

Pada Tahun 2012

Oleh :

Simon Raj Yanegamani

100100262

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(40)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Penderita Bronkitis Kronik Di RSUP. H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2012

Nama : Simon Raj Yanegamani

Nim : 100100262

Pembimbing Penguji I

dr. Tapisari Tambunan, Sp.PK(KH) dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG),SpOG NIP: 195306081981092001 NIP: 140344041

Penguji II

dr. Dina Keumala Sari, Sp.GK NIP: 1973122120003122001

Medan, 11 Januari 2014

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 195402201980111001


(41)

ABSTRAK

Latar Belakang: Bronkitis kronik satu penyakit yang tergolong dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik selain emfisema yang secara klinis merupakan peradangan saluran tuba bronkial dimana peradangan ini menyebabkan batuk kronik dan produksi sputum yang berlebihan, dan gejala ini dialami sekurang-kurangnya 3 bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut. Di Indonesia belum ada data prevalensi yang akurat untuk penyakit bronkitis kronik.

Tujuan: Mengetahui karakteristik penderita bronkitis kronik yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2012.

Metode: Penelitian ini adalah secara deskriptif retrospektif. Desain yang digunakan adalah potong-melintang (cross- sectional) dimana penelitian hanya dilakukan sekali untuk mengetahui karakteristik penderita bronkitis kronik di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2012. Data diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada 41 orang penderita dengan proporsi laki-laki adalah 29 orang dan perempuan 12 orang. Proporsi terbesar terjadi pada kelompok umur antara 41 hingga 60 tahun sebanyak 48.8%. Berdasarkan jenis kelamin proporsi terbesar ditemukan pada laki-laki sebanyak 70.7%. Untuk distribusi status merokok, majoriti penderita bronkitis kronik merokok yaitu sebanyak 90.2% dengan jumlah laki-laki adalah sebanyak 29 orang dan perempuan 8 orang. Pada penelitian antibiotik yang paling kerap digunakan adalah ceftriaxone yaitu sebanyak 48.8%.

Kesimpulan: Penderita bronkitis kronik yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2012 majoriti usia penderita melebihi 40 tahun, proporsi terbanyak ditemukan pada laki-laki berbanding perempuan, jumlah penderita yang merokok yang tinggi berbanding yang tidak merokok dan antibiotik ceftriaxone paling kerap diberikan kepada penderita.


(42)

ABSTRACT

Introduction: Chronic bronchitis is a disease that was included in Chronic Obstructive Pulomonary Disease other than emphysema which is clinically defined as inflammation in bronchial tube tract, where this inflammation cause chronic cough and increase in phlegm production, and this symptoms occur three months in a year for two consecutive years. In Indonesia there are still lack of accurate prevalence data.

Objective: To determine the characteristic of chronic bronchitis patient who are treated in RSUP. H. Adam Malik in year 2012.

Method: The methodology of this research is retrospective descriptive with design used is cross sectional which means research had been done at once in a time to know the characteristic of chronic bronchitis patient in RSUP. H. Adam Malik. The data of this research taken from patient medical records which is secunder information.

Result: From the research its shows that there are 41 patient where there are 29 males and 12 females. Highest proportion occur in age between 41 until 60 years with 48.8%. The distribution in male are higher than in female with 70.7%. Majority patient are smokers than non smokers with 90.2%, male patient 29 smokers and female 8 smokers. Ceftriaxone is most used antibiotic for patient with total 48.8%.

Conclusion: Chronic bronchitis patients in RSUP. H. Adam Malik most of them are in age 41 until 60 years, male have higher proportion than female, number of patient who are smoke higher than non smoker and ceftriaxone is the most used antibiotic in patient.


(43)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr Tapisari Tambunan Sp.PK(KH) selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih saying, dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

5. Seluruh teman teman penulis yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moral atau materi yang diberikan, kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi


(44)

kesempurnaan karya tulis ilmiah. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.

Januari 2012

Penulis,

(Simon Raj Yanegamani)


(45)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ...i

Daftar Isi ...vi

Daftar Gambar ...ix

Daftar Tabel ...x

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.3.1. Tujuan Umum ...3

1.3.2. Tujuan Khusus ...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Bronkitis Kronik ...4

2.1.1. Definisi ...4

2.1.2. Faktor Resiko ...5

2.1.3. Patofisiologi ...7

2.1.4. Gejala ...8

2.1.5. Diagnosa ...8

2.1.6. Penatalaksanaan ...10


(46)

3.2. Variabel dan Definisi Operasional………15

3.2.1. Variabel………...15

3.2.2. Definisi Operasional………...15

3.3. Cara Ukur………..16

3.4. Alat Ukur...17

3.5. Skala Ukur……….17

BAB 4 METODE PENELITIAN………..18

4.1. Rancangan Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 18

4.2.2. Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi Penelitian ... 18

4.3.2. Sampel ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode Analisis Data ... 19

4.5.1. Pengolahan Data………..19

4.5.2. Analisa Data……….19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian………...20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel………20

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel………....21

5.2. Pembahasan……….22


(47)

5.2.2. Kelompok Umur………24 5.2.3. Status Merokok………..25 5.2.4. Antibiotik………...27 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan………..28

6.2. Saran………29

DAFTAR PUSTAKA ... ..30 LAMPIRAN


(48)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Gambar bronki normal dengan bronkitis……… 5

5.1. Gambar distribusi jenis kelamin………. 24

5.2. Gambar distribusi kelompok umur………. 25

5.3. Gambar distribusi status merokok………... 26


(49)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tabel terapi berdasarkan stase bronkitis kronis... 12 5.1. Tabel distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin....…. 21 5.2. Tabel distribusi sampel berdasarkan kelompok umur…. 21 5.3. Tabel distribusi sampel berdasarkan status merokok…... 22 5.4. Tabel distribusi sampel berdasarkan antibiotik………… 23


(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ‘ Curriculum Vitae

Lampiran 2 ‘ Frequency table

Lampiran 3 Daftar Data Rekam Medis

Lampiran 4 Surat ‘ Ethical Clearance


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ...i

Daftar Isi ...vi

Daftar Gambar ...ix

Daftar Tabel ...x

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.3.1. Tujuan Umum ...3

1.3.2. Tujuan Khusus ...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Bronkitis Kronik ...4

2.1.1. Definisi ...4

2.1.2. Faktor Resiko ...5

2.1.3. Patofisiologi ...7

2.1.4. Gejala ...8

2.1.5. Diagnosa ...8

2.1.6. Penatalaksanaan ...10


(2)

3.2. Variabel dan Definisi Operasional………15

3.2.1. Variabel………...15

3.2.2. Definisi Operasional………...15

3.3. Cara Ukur………..16

3.4. Alat Ukur...17

3.5. Skala Ukur……….17

BAB 4 METODE PENELITIAN………..18

4.1. Rancangan Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 18

4.2.2. Waktu Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi Penelitian ... 18

4.3.2. Sampel ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Metode Analisis Data ... 19

4.5.1. Pengolahan Data………..19

4.5.2. Analisa Data……….19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian………...20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel………20

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel………....21

5.2. Pembahasan……….22

5.2.1. Jenis Kelamin………23


(3)

5.2.2. Kelompok Umur………24 5.2.3. Status Merokok………..25

5.2.4. Antibiotik………...27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan………..28

6.2. Saran………29

DAFTAR PUSTAKA ... ..30


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Gambar bronki normal dengan bronkitis……… 5

5.1. Gambar distribusi jenis kelamin………. 24

5.2. Gambar distribusi kelompok umur………. 25

5.3. Gambar distribusi status merokok………... 26

5.4. Gambar distribusi antibiotik……… 28


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tabel terapi berdasarkan stase bronkitis kronis... 12 5.1. Tabel distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin....…. 21 5.2. Tabel distribusi sampel berdasarkan kelompok umur…. 21 5.3. Tabel distribusi sampel berdasarkan status merokok…... 22 5.4. Tabel distribusi sampel berdasarkan antibiotik………… 23


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ‘ Curriculum Vitae

Lampiran 2 ‘ Frequency table

Lampiran 3 Daftar Data Rekam Medis

Lampiran 4 Surat ‘ Ethical Clearance

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian