Miniatur Inkubator Pengering Kopi Dengan Sensor Dht-11 Berbasis Arduino
DAFTAR PUSTAKA
Malvino,Albert Paul, 2003, Prinsip - prinsip Elektronika Jilid 1, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Teknika.
Teori dari mikrokontroller ATmega328 diambil dari : http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0232.html Diakses pada tanggal : 19 juni 2016
Datasheet mikrokontroller ATmega328 diambil dari :
http://www.atmel.com/images/Atmel-8271-8-bit-AVR-Microcontroller ATmega328_datasheet_Complete.pdf
Diakses pada tanggal : 21 juni 2016
Datasheet Bluetooth HC-05 diambil dari :
http://www.robotshop.com/media/files/pdf/rb-ite-12-bluetooth_hc05.pdf Diakses pada tanggal : 22 juni 2016
Datasheet LCD 16 x 2 diambil dari : http://www.picaxe.com/docs/led008.pdf Diakses pada tanggal : 22 juni 2016
Datasheet Buzzer diambil dari :
https://product.tdk.com/info/en/catalog/datasheets/ef532_ps.pdf Diakses pada tanggal : 22 juni 2016
Datasheet Arduino Uno diambil dari :
https://www.arduino.cc/en/uploads/Main/arduino-uno-schematic.pdf Diakses pada tanggal : 23 juni 2016
(2)
BAB 3
PERANCANGAN DAN SISTEM
3.1. Diagram Blok Sistem
Pada projek akhir II ini akan dirancang sebuah system incubator pengering kopi berbasis arduino uno. Blok diagram sistem yang dirancang dapat dilihat dibawah ini :
LAMPU PIJAR DHT11 PROGRAM
ARDUINO LCD
CATU DAYA
TOMBOL ON/OFF
Gambar 3.1 Diagram Blog Sistem
3.2 Rangkaian Skematik LCD (Liquid Crystal Display)
Pengoperasian LCD dengan Mikrokontroler ATmega 328 menggunakan komunikasi 4 bit. Setelah sensor pelampung sudah melakukan pengukuran, variable resistor akan mengirimkan data ke mikrokontroler melalui Port A kemudian mikrokontroler menerima data ukuran jarak yang terbaca dan ditampilkan oleh LCD. Berikut adalah skematik rangkaian LCD.
(3)
2. Pin 2 dan 16 dihubungkan ke Vcc (5V),
3. Pin 3 merupakan pengaturan tegangan Contrast dari LCD,
4. Pin 4 merupakan Register Select (RS) diletakkan pada pin 12 pada
Arduino
5. Pin 5 merupakan R/W (Read/Write),
6. Pin 6 merupakan Enable diletakkan pada pin 12 pada Arduino
7. Pin 11-14 merupakan data yang diletakkan pada pin 2, 3, 4 dan 5 pada
Arduino Fungsi dari potensiometer adalah untuk mengatur gelap/terangnya karakter yang ditampilkan pada LCD.
3.3 Perancangan Power Supply (PSA)
PSA sudah otomatis terpasang pada pin Arduno yang terdiri dari satu keluaran, yaitu 5 volt. Keluaran 5 volt ini digunakan untuk mensupply tegangan ke semua rangkaian. Power supply dapat ditunjukkan pada bagian power dan pada bagian tersebut terdapat pin yang tertulis 5V yang artinya keluaran arus adalah sebesar 5V, ditunjukkan pada gambar 3.3 :
Gambar 3.3 Power Supply (PSA) terletak bagian Power pada pin 5V
Arduino uno dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau dengan catu daya eksternal. Sumber listrik dipilih secara otomatis. Sumber daya eksternal
(non-USB) daya dapat berasal dari adaptor AC-ke-DC atau baterai. Adaptor ini dapat dihubungkan pada power pin (Gnd dan Vin).
Board Arduino uno dapat beroperasi pada pasokan eksternal dari 6 sampai
(4)
volt, board mungkin tidak stabil. Jika menggunakan tegangan lebih dari 12V,
regulator tegangan bisa panas dan merusak board.
3.4 Rangkaian pada Software Proteus
3.4.1 Rangkaian pada ISIS
Pada bagian ini akan dirancang suatu desain rangkaian sesuai dari konsep dasar alat yang akan di buat, terdapat rangkaian LCD, sensor DHT11 yang dihubungkan pada tiap-tiap pin di Arduino.
(5)
3.4.2 Rangkaian pada ARES
Pada bagian ini akan menghubungkan jalur rangkaian sesuai dari yang di buat pada ISIS dan disini akan dirangkaian kembali sesuai dengan peletakan yang diinginkan dan siap untuk di cetak pada papan PCB.
Gambar 3.5 Rangkaian pada ARES 3.5 Perancangan Perangkat Lunak
Perancangan perangkat lunak pada program mikrokontroler arduino ini menggunakan perangkat lunak software arduino IDE yang berbasis bahasa C++ yang telah dipermudah melalui library. Arduino menggunakan Software
Processing yang digunakan untuk menulis program kedalam arduino. Processing
sendiri merupakan penggabungan antara bahasa C++ dan Java.
Untuk memasukkan program kedalam sebuah mikrokontroler arduino, dibutuhkan Driver USB, IDE Arduino 1.0 dan Ardunio Uno Board agar program yang dibuat dapat berjalan di dalam mikrokontroler. Adapun langkah-langkahnya, yaitu:
A. Instalasi Driver USB
Instalasi driver untuk Arduino Uno dengan Windows 7 32 bit:
a. Hubungkan board dan tunggu Windows untuk memulai proses instalasi
driver. Setelah beberapa saat, biasanya proses ini akan gagal.
b. Klik pada Start Menu dan buka Control Panel.
c. Di dalam Control Panel, masuk ke menu System and Security. Kemudian klik pada System. Setelah tampilan System muncul, buka Device Manager.
(6)
d. Lihat pada bagian Ports (COM& LPT). Anda akan melihat sebuah port terbuka dengan nama “Arduino Uno (COMxx)”
e. Klik kanan pada port “Arduino Uno (COMxx)” dan pilih opsi “Update Driver Software”.
f. Kemudian, pilih opsi “Browse my computer for Driver software”.
g. Terakhir, masuk dan pilih file driver Uno, dengan nama “ArduinoUNO.inf”.
h. Membuat Project Baru
Buka Software Arduino 1.0.5-r2 yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3.6 Membuka Software Arduino 1.0.5-r2
Kemudian akan muncul tampilan layer untuk menulis listing program.
Gambar 3.7 Layer Penulisan Program Project B. Pemeriksaan Listing Program
Setelah listing program di tulis semua, langkah selanjutnya proses kompilasi untuk mengecek apakah listing program yang ditulis terjadi kesalahan atau tidak, pilih menu verify, dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah.
(7)
Gambar 3.8 Mengecek Listing Program C. Menentukan Koneksi Port
Pada pemrograman ini perlu diperhatikan untuk koneksi portnya, karena pada pengalamatan port inilah mikrokontroler dapat berkomunikasi dengan PC atau laptop melalui komunikasi serial, pada gambar 3.9 koneksi port diatur pada COM7.
Gambar 3.9 Layer Penulisan Project
D. Save As Listing Program dan Pemilihan Board yang Digunakan
Setelah selesai menuliskan listing program klik save as terlebih dahulu, kemudian program perlu disesuaikan dengan board yang digunakan, pilih menu pilih Tools - Board yang sesuai dengan board arduino yang dipakai, seperti pada gambar dibawah ini:
(8)
Gambar 3.10 Pemilihan Board
E. Upload Program
Tahapan terakhir memasukkan program kedalam mikrokontroler, klik menu Upload, bisa dilihat pada gambar dibawah ini :
(9)
3.6 Flowchart Perancangan Sistem
Langkah-langkah sistem pemgambilan data menggunakan sensor DHT11 berbasis Arduino ini jika disederhanakan dalam bentuk flowchart dapat dilihat pada gambar 3.12.
Inisialisasi LCD
Check kondisi ruang, penunjukan Suhu dan Kelembaban akan segera
berubah sesuai berjalannya waktu
Sampel yang dimasukkan akan segera mengering
Penunjukkan Suhu & Kelembaban tidak berubah
pada LCD
SELESAI
Tidak
Ya Penunjukan awal Suhu &
Kelembaban ruang MULAI
Lampu sebagai sumber panas dialiri
arus & berada dalam keadaan On
Tekan tombol On/Off
Masukkan sampel Kopi
(10)
BAB IV
ANALISIS DAN PENGUJIAN
Bab ini akan membahas pengujian dan analisis perangkat-perangkat yang telah dirancang dan dianalisiskan berdasarkan bab-bab sebelumnya. Uji coba perangkat keras ini bertujuan untuk memastikan subsistem bekerja dengan baik agar system keseluruhan dapat bekerja dengan baik.
4.1 Hasil Uji Pengeringan
Berikut data yang dihasilkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tabel 4.1 Data Perubahan Waktu dan Suhu dalam skala waktu
No
Waktu (menit)
Suhu (oC)
Kelembaban (%)
1 1 menit 33,12 42
2 5 menit 44,11 35,56
3 10 menit 56,01 22,44
4 20 menit 60,95 15,8
Alat pengering ini termasuk pengeringan secara buatan yang hanya memerlukan waktu sekitar 18 jam tergantung jenis alatnya. Pengeringan ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, pemanasan pada suhu 65-100 oC untuk menurunkan kadar air dari 54% menjadi 30%. 9. Tahap kedua pemanasan pada suhu 50–60 oC untuk menurunkan kadar air menjadi 8-10%. Lampu pijar yang digunakan 50 Watt sebanyak 2 (dua) buah yang memiliki rentang panas yang cukup dalam proses pengeringan.
Setelah hasil uji lanjutan, ternyata pengaruh suhu dan lama penyangraian biji kopi setelah penyangraian terhadap kadar air berbeda sangat nyata.
(11)
4.2 Pengaruh Suhu Dan Lama Penyangraian Terhadap Tingkat Kadar Air Penurunan kadar air pada biji kopi yang telah keringkan, disebabkan karena suhu yang semakin tinggi dan semakin lamanya proses penyangraian biji kopi mengakibatkan air yang terdapat pada biji kopi menguap sehingga kadar air biji kopi semakin berkurang.
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar air biji kopi setelah penyangraian berbeda sangat nyata. Dimana suhu dan lama penyangraian sangat berpengaruh terhadap kadar air.
Struktur bahan secara umum dapat didasarkan pada kadar air yang biasanya ditunjukkan dalam persentase kadar air basis basah atau basis kering. Persamaan dalam penentuan kadar air. Berikut rumus dalam penentuan kadar air :
Keterangan :
= Massa Basah (g) = Massa Kering (g)
A = Standart Persentase untuk biji-bijian (%) E = Hasil persen yang diperoleh (%)
(12)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Suhu dan lama penyangraian berpengaruh sangat nyata terhadap nilai kadar air biji kopi.
2. Suhu dan lama penyangraian berpengaruh sangat nyata terhadap nilai keasaman kopi.
5.2 Saran
Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dilakukan penyimpanan dan pengemasan bubuk kopi untuk kemudian mengamati perubahan yang terjadi selama penyimpanan.
(13)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal
dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal
oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah
asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab.
Gambar 2.1 Buah kopi
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan
berenergi. Pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar
3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat
ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh
berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih
dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik,
kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu
(14)
2.2 Jenis-Jenis Kopi
Varietas kopi merujuk kepada subspesies kopi. Biji kopi dari dua tempat
yang berbeda biasanya juga memiliki karakter yang berbeda, baik dari aroma (dari
aroma jeruk sampai aroma tanah), kandungan kafein, rasa dan tingkat keasaman.
Ciri-ciri ini tergantung pada tempat tumbuhan kopi itu tumbuh, proses produksi
dan perbedaan genetika subspesies kopi. Terdapat dua jenis kopi yang telah
dibudidayakan di provinsi Lampung yakni kopi arabika dan kopi robusta.
2.2.1 Kopi arabika
Kopi arabika masuk ke Indonesia pada tahun 1696 yang dibawa oleh
perusahaan dagang Dutch East India Co. dari Ceylo. Kopi arabika merupakan
kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia maupun di Indonesia khususnya.
Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar
1350-1850 meter dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat
tumbuh subur di daerah tinggi sampai ketinggian 1200 meter diatas permukaan
laut. Jenis kopi ini cenderung tidak tahan serangan penyakit karat daun (Hemileia
vastatrix), namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat
2.2.2 Kopi robusta
Kopi robusta atau yang disebut dengan Coffea canephora, pada awalnya
hanya dikenal sebagai semak atau tanaman liar yang mampu tumbuh hingga
beberapa meter tingginya. Hingga akhirnya kopi robusta pertama kali ditemukan
(15)
menyatakan jenis kopi robusta ini telah ditemukan lebih dahulu oleh dua orang
pengembara Inggris bernama Richard dan John Speake pada tahun 1862.
Gambar 2.2 Buah kopi robusta
Kopi robusta banyak dibudidayakan di Afrika dan Asia. Kopi robusta
dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit
asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu,
cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas dari pada kopi arabika yang harus
ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi ini dapat ditumbuhkan di dataran
rendah sampai ketinggian 1.000 meter diatas permuakaan laut. kopi jenis ini lebih
resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta
lebih murah.
2.3 SNI (Standar Nasional Indonesia) Kopi
Buah kopi setelah dibuang kulit, daging buah serta kulit tanduknya
menghasilkan kopi beras. Kopi beras yaitu kopi biji kering berwarna seperti telur
asin dan biasanya dijual atau diekspor. Secara umum kopi beras mengandung air,
(16)
Sejak tahun 1990, standar mutu kopi di Indonesia telah diterapkan berdasarkan
system nilai cacatnya yang mengacu pada SNI 01 – 2907 – 2008. Standar mutu sangat penting untuk dijadikan sebagai petunjuk dalam pengawasan mutu kopi.
Berikut tabel spesifikasi persyaratan mutu biji kopi bedasarkan SNI 01-2907-
2008.
Tabel 2.1 Spesifikasi persyaratan mutu biji kopi
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Kadar air (b/b) % Maksimal 12 2. Kadar kotoran % Maksimal 0.5
3. Serangga hidup - Bebas
4. Biji berbau busuk dan ada kapang
- Bebas
5. Biji berukuran besar, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7.5 mm (b/b)
% Maksimal lolos 2.5
6. Biji ukuran sedang lolos lubang ukuran diameter 6.5 mm (b/b)
% Maksimal lolos 2.5
7. Biji ukuran kecil lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 6.5 m, tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 5.5 mm
(b/b)
% Maksimal lolos 2.5
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008. 2.4 Proses Pengolahan Kopi
Rahardjo (2012) menyatakan bahwa, kopi yang sudah dipetik harus segera
(17)
kopi akan mengalami fermentasi dan proses kimia lainnya yang bisa menurunkan
mutu dari kopi tersebut. Apabila terpaksa belum diolah, maka kopi harus
direndam terlebih dahulu dalam air bersih yang mengalir. Menurut Ciptadi dan
Nasution (1985), proses pengolahan kopi dibagi menjadi dua yaitu proses olah
kering (dry process) dan proses olah basah (wet process).
2.4.1 Pengolahan cara kering
Menurut Ciptadi dan Nasution (1985), metode pengolahan cara kering
cocok untuk pengolahan ditingkat petani dengan lahan yang tidak luas atau
kapasitas olahan yang kecil. Untuk perkebunan besar pengolahan kopi cara kering
hanya khusus untuk kopi buah yang berwarna hijau, kopi yang mengambang, dan
kopi yang terserang bubuk. Perbedaan mengenai cara pengolahan yang dilakukan
oleh petani dan yang dilakukan oleh perkebunanperkebunan menyebabkan
perbedaan mutu kopi yang dihasilkan.
Para petani kopi umumnya hanya mengenal cara pengolahan kering.
Prinsip pengolahan ini adalah buah kopi yang sudah dipetik lalu dikeringkan
dengan panas matahari sampai buahnya menjadi kering, selama 14 sampai 20 hari.
Kopi yang telah dikeringkan dapat disimpan sebagai kopi glondongan dan
sebelum dijual kopi tersebut ditumbuk atau dikupas dengan huller untuk
menghilangkan kulit tanduk dan kulit arinya (Rahardjo, 2012).
Adapun secara berurutan tahapan pengolahan kopi cara kering dapat dilihat pada
skema berikut:
(18)
Gambar 2.3 Alur proses pengolahan kopi secara kering (dry process)
Menurut Ciptadi dan Nasution (1985) bedasarkan gambar 2.3, alur proses
pengolahan kopi secara kering atau dry process melalui beberapa proses
berikut ini:
1. Sortasi buah
Sortasi buah kopi sebetulnya sudah dimulai dilakukan sejak
pemetikan, tetapi harus diulangi pada waktu pengolahan. Sortasi pada awal
pengolahan ini dilakukan setelah kopi datang dari kebun. Kopi bewarna
hijau, hampa, dan terserang bubuk disatukan, sedangkan yang bewarna Panen
Sortasi Buah
Pengeringan
Pengemasan dan penyimpanan Sortasi Biji Kering
(19)
Buah kopi yang dipetik saat matang akan menghasilkan kualitas biji kopi
yang lebih baik daripada kopi yang belum masak atau lewat masak. Cara
pemisahan buah kopi yaitu bedasarkan berat jenis, dengan perendaman
buah kopi dengan air di dalam bak. Pada perendaman tersebut buah kopi
yang masih muda dan terserang bubuk akan mengapung, sebaliknya buah
yang sudah tua akan tenggelam. Setelah ditiriskan kemudian dilakukan
pengeringan. Di tingkat petani, karena kebutuhan ekonomi kadang-kadang
tidak dilakukan sortasi lebih dahulu, melainkan semua buah kopi hasil
pemetikan langsung dikeringkan dengan penjemuran.
2. Pengeringan
Kopi yang sudah dipetik dan disortasi harus sesegera mungkin
dikeringkan agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan
mutu. Kopi dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi
gemerisik. Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi
gelondong lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan
merebus kopi gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat
merusak kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu.
Apabila udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering
mekanis. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara
dijemur.
3. Pengupasan kulit (hulling)
Pengupasan kulit atau hulling pada pengolahan kering bertujuan
untuk memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya.
(20)
4. Sortasi biji kering
Tujuan sortasi untuk membersihkan biji kopi dari kotoran dan
benda asing seperti tanah, debu, ranting, kerikil, serangga, dan sortasi
bedasarkan ukuran. Biji kecil berukuran 8 mesh biji tidak lolos ayakan
dengan ukuran 3 x 3mm sedangkan biji dengan ukuran besar yaitu 3,5
mesh biji tidak lolos ayakan ukuran 5,6 x 5,6 mm. Sortasi ini biasanya
dilakukan oleh reprocessor dan eksportir untuk mendapatkan kopi yang
memenuhi syarat mutu. Sortasi dapat dilakukan dengan mesin Catador,
dengan pemisahannya bedasarkan sfesifikasi grafiti dan trommol zeaf
bedasarkan ukuran biji.
2.5 Metode Pengeringan Kopi
Kombinasi suhu dan lama pemanasan selama proses pengeringan pada
komoditi biji-bijian dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan biji. Suhu
udara, kelembaban relatif udara, aliran udara, kadar air awal bahan dan kadar
akhir bahan merupakan faktor yang mempengaruhi waktu atau lama pegeringan
(Brooker dan Hall, 1974). Menurut Aak (1980), metode pengeringan kopi dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Pengeringan dengan sinar matahari, dengan cara semua biji kopi diletakkan
dilantai penjemuran secara merata.
2. Pengeringan dengan menggunakan mesin pengering (buatan), dimana pada
(21)
3. Kombinasi cara alami dengan buatan.
2.5.1 Pengeringan alami
Danarti dan Najayati (2004) menyatakan bahwa, pengeringan secara alami
yaitu dengan penjemuran menggunakan matahari. Pengeringan secara alami hanya
dilakukan pada musim kemarau, karena pengeringan ini tegantung dari cuaca.
Apabila cuaca tidak baik mengakibatkan kopi cacat, bejamur dan berbau apek.
Proses pengolahan kopi secara pengeringan alami dibagi menjadi dua, yaitu
dengan proses olah basah dan kering.
Untuk proses olah kering pengeringan biji kopi untuk mencapai kadar air
12% yaitu tergantung dengan cuaca, pada waktu cuaca cerah pengeringan
dilakukan selama 2 sampai apabila cuaca mendung bahkan sampai 3 minggu.
Sedangkan dengan proses olah basah pengeringan biji kopi untuk mencapai kadar
air 12% biasanya antara 4 sampai 7 hari, hal ini juga bergantung pada cuaca saat
penjemuran. Menurut Aak (1980), Sistem pengeringan alami dilakukan dengan
cara mula-mula kopi dihamparkan dilantai penjemur dengan ketebalan sekitar 4
cm. Setiap 1-2 jam hamparan kopi dibolak-balik dengan alat menyerupai garu
yang terbuat dari bambu agar kopi cepat kering dan merata. Semakin cepat kering
maka mutu kopi semakin baik, karena frementasi cepat berakhir.
Menurut Hasan (2009) pada pengeringan alami, panas yang dipancarkan
oleh matahari sebagian banyak yang hilang pada saat melalui atmosfir dan
kehilangan itu tergantung dari cuaca. Hanya sekitar 45% sinar sampai di bumi dan
kehilangan panas tersebut bisa karena radiasi dan perbedaan elevasi yang satu
(22)
pengeringan kopi basah, karena efisiensi yang rendah maka untuk pengeringan
dengan cara penjemuran diperlukan tempat yang luas.
2.5.2 Pengeringan buatan
Sistem pngeringan secara buatan dilakukan dengan alat pengering yang
membutuhkan waktu lebih singkat di bandingkan dengan cara alami. Alat
pengering yang dilakukan pada perkebunan besar adalah mesin pengering
otomatis dan rumah pengering (tungku). Prinsip pengeringan mekanis ini adalah
pemanasan kopi melalui udara atau uap panas di dalam ruang tertutup. Selama
menggunakan otomatis tidak perlu pengadukan sedangkan dengan pengering
tungku harus dilakukan pengadukan.
Menurut Rahardjo (2012) pada perkebunan, pengeringan kopi lebih
banyak dilakukan menggunakan mesin pengering dengan alasan utamanya adalah:
1. Dengan naiknya ongkos buruh, maka biaya relatif lebih kecil karena perlu
tenaga kerja lebih sedikit dari pada penjemuran.
2. Pemakaian mesin pengering tidak tergantung dari cuaca sehingga lebih
cepat pengeringannya.
3. Effiseinsi panas yang lebih tinggi dari pada pemakaian sinar matahari atau
cara dijemur.
Dalam proses pengeringan biji kopi, uap yang terkandung dalam biji kopi
tidak langsung keluar saat biji kopi dimasukan keruangan pengering. Proses
penguapan berlangsung saat temperatur yang diinginkan tercapai yaitu 50°C. Jika
temperatur ruangan semakin tinggi maka kadar biji kopi akan cepat kering tetapi
(23)
2.5.3 Pengeringan kombinasi alami dan buatan
Pengeringan kombinasi alami dan buatan dilakukan dengan cara menjemur
kopi diterik matahari hingga kadar air mencapai 40%. Kemudian kopi dikeringkan
lagi secara buatan sampai kadar air mencapai 12%. Alat pengering yang
digunakan ialah mesin pengering otomatis ataupun dengan rumah (tungku)
pengering. Prinsip kerja kedua alat hampir sama yaitu pemanasan kopi dengan
uap atau udara di dalam ruang tertutup.
2.6 Arduino Uno
Arduino adalah sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada
ATmega328 (datasheet). Arduin mempunyai 14 pin digital input/output, 6 input
analog, sebuah osilator Kristal 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack,
sebuah ICSP header, dan sebuat tombol reset. Arduino memuat semua yang
dibutuhkan untuk menunjang mikrokontroler, mudah menghubungkannya ke
sebuah komputer dengan kabel USB atau mensuplainya dengan sebuah adaptor
AC ke DC atau baterai.
Gambar 2.4 Arduino uno
(24)
Arduino berbeda dari semua board Arduino sebelumnya, Arduino tidak
menggunakan chip driver FTDI USB-to-serial. Sebaliknya, fitur-fitur
Atmega16U2 (Atmega8U2 sampai ke versi R2) diprogram sebagai sebuah
pengubah USB ke serial. Revisi 2 dari board Arduino uno mempunyai sebuah
resistor yang menarik garis 8U2 HWB ke ground, yang lebih mudah untuk
diletakkan ke dalam DFU mode.
2.7 Sensor
Sensor adalah suatu alat yang merubah dari besaran fisika menjadi besaran
listrik. Suhu merupakan suatu besaran, karena dapat diukur, dipantau dan dapat
digunakan dalam hampir setiap sistem fisik. Besaran itu harus dapat diwakili
nilainya secara efisien dan akurat agar dapat dimanfaatkan dengan baik. Pada
dasarnya ada dua cara untuk mewakili nilai besaran tersebut, yaitu secara digital
dan analog.
2.7.1. Sensor DHT-11
Gambar 2.5 sensor DHT-11
DHT11 adalah sensor Suhu dan Kelembaban, dia memiliki keluaran sinyal digital yang dikalibrasi dengan sensor suhu dan kelembaban yang kompleks. Teknologi ini memastikan keandalan tinggi dan sangat baik stabilitasnya dalam
(25)
Sensor ini termasuk elemen resistif dan perangkat pengukur suhu NTC. Memiliki kualitas yang sangat baik, respon cepat, kemampuan anti-gangguan dan
keuntungan biaya tinggi kinerja. Setiap sensor DHT11 memiliki fitur kalibrasi sangat akurat dari kelembaban ruang kalibrasi. Koefisien kalibrasi yang disimpan dalam memori program OTP, sensor internal mendeteksi sinyal dalam proses, kita harus menyebutnya koefisien kalibrasi. Sistem antarmuka tunggal-kabel serial terintegrasi untuk menjadi cepat dan mudah. Kecil ukuran, daya rendah, sinyal transmisi jarak hingga 20 meter, sehingga berbagai aplikasi dan bahkan aplikasi yang paling menuntut. Produk ini 4-pin pin baris paket tunggal. Koneksi nyaman, paket khusus dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2.8 Liquid Crystal Display (LCD)
LCD dapat menampilkan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh
sistem. LCD mempunyai kemampuan untuk menampilkan tidak hanya angka,
huruf abjad, kata-kata tapi juga simbol- simbol. LCD mempunyai dua bagian
penting yaitu backlight yang berguna jika digunakan pada malam hari dan
contrast yang berfungsi untuk mempertajam tampilan.
Gambar 2.6 LCD (liquid crystal display)
(26)
Prinsip kerjanya ialah ketika elektroda diaktifkan dengan medan listrik, molekul
organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri dengan elektroda dari
segmen. Lapisan sandwich memiliki polarizer cahaya vertikal depan dan
polarizer cahaya horisontal belakang yang diikuti dengan lapisan reflektor.
Cahaya yang dipantulkan tidak dapat melewati molekul-molekul yang telah
menyesuaikan diri dan segmen yang diaktifkan terlihat menjadi gelap dan
(27)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki banyak jenis macam perkebunan, salah satunya
yaitu perkebunan kopi. Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Kopi memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi serta memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian
sehingga sebagian besar penduduk bekerja dibidang pertanian, khususnya
perkebunan kopi.
Pada kenyataannya sebagian besar petani kopi memiliki kendala dalam
proses pengeringan kopi. Dimana proses pengeringan kopi masih dilakukan secara
tradisional dan sederhana, yaitu pengeringan menggunakan panas matahari.
Karena hanya bergantung pada panas matahari pada saat penjemuran, apabila
cuaca hujan atau mendung saja maka penjemuran kopi tidak akan maksimal
dikarenakan waktu penjemuran menjadi lebih lama. Penjemuran yang terlalu lama
mengakibatkan kualitas kopi kurang baik sehingga nilai jual kopi ikut menurun
yang berakibat para petani merugi.
Pengeringan kopi lebih baik menggunakan mesin pengering dengan
beberapa alasan seperti, tenaga kerja yang lebih sedikit dari pada proses
pengeringan kopi secara tradisional sehingga biaya yang dibutuhkan relatif lebih
kecil dan proses pengering tidak tergantung dari cuaca sehingga lebih cepat serta
lebih kontinyu pengeringannya, dari pada pemakaian sinar matahari atau cara
(28)
pengeringan harus dijaga yaitu pada temperatur sesuai dengan standar
pengeringan biji kopi agar menghasilkan proses pengeringan kopi yang lebih
berkualitas
Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pengeringan kopi, salah
satunya dengan cara otomatis. Dari dasar inilah perlu adanya suatu alat mesin
pengering kopi yang sudah dilengkapi dengan sistem kontrol pengatur suhu
otomatis, agar menghasilkan proses pengeringan kopi yang lebih berkualitas.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah membuat sistem alat kontrol pengatur
suhu otomatis pada ruang pengering kopi berbasis mikrokontroler Arduino uno,
agar dapat diperoleh proses pengeringan kopi yang lebih berkualitas.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang diberikan agar penelitian ini lebih fokus dan terarah
dalam hal penganalisaan yaitu sebagai berikut:
1. Sistem kontrol dengan berbasis Arduino.
2. Proses pengolahan kopi cara kering.
3. Sensor yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor temperatur dan
sensor kelembaban udara.
1.4 Sistematika Penulisan
(29)
Terdiri dari latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika
penulisan tugas akhir ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisikan tentang teori yang berhubungan dan
mendukung masalah yang diambil.
BAB III : PERANCANGAN SISTEM
Terdiri atas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan perancangan
prosedur pembuatan dan diagram alir pelaksanaan dari program.
BAB IV : PENGUJIAN DAN HASIL
Berisikan hasil pengujian dan pembahasan dari data-data yang
diperoleh setelah pengujian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan hal-hal yang dapat disimpulkan dan saran-saran yang ingin
disampaikan dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
(30)
MINIATUR INKUBATOR PENGERING KOPI DENGAN
SENSOR DHT-11 BERBASIS ARDUINO
ABSTRAK
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan di provinsi Lampung, karena memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi serta memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian. Pada
kenyataannya sebagian besar petani kopi di provinsi Lampung memiliki kendala
dalam proses pengeringan yaitu ketergantungan dengan cuaca sehingga waktu
pengeringan menjadi lebih lama. Pengeringan yang terlalu lama mengakibatkan
kualitas kopi yang kurang baik sehingga nilai jual kopi ikut menurun yang
berakibat para petani merugi.
Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pengeringan kopi, salah
satunya dengan cara otomasi. Otomasi memiliki tujuan memberikan kemudahan,
meningkatkan efektifitas kerja sistem sehingga produktifitas meningkat dan biaya
produksi menurun. Maka dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan dan
pengujian sistem alat kontrol pengatur suhu otomatis pada ruang pengering kopi
berbasis mikrokontroler Arduino uno agar dapat diperoleh proses pengeringan
kopi yang lebih berkualitas.
Langkah-langkah proses pembuatan meliputi, perangkat keras dan perangkat
lunak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa, sistem
kontrol otomatis dapat berjalan dengan baik untuk berbagai beban pengeringan
yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil pengujian dengan beban biji kopi
(31)
MINIATUR INKUBATOR PENGERING KOPI DENGAN SENSOR
DHT-11 BERBASIS ARDUINO
TUGAS AKHIR
ENNY GAFRIANI BR TARIGAN
132411059
PROGRAM STUDI D-3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
(32)
MINIATUR INKUBATOR PENGERING KOPI DENGAN SENSOR
DHT-11 BERBASIS ARDUINO
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli
Madya
ENNY GAFRIANI BR TARIGAN
132411059
PROGRAM STUDI D-3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
(33)
PERSETUJUAN
Judul : Miniatur Inkubator Pengering Kopi Dengan Sensor Dht-11 Berbasis Arduino
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Enny Gafriani Br Tarigan
Nomor Induk Mahasiswa : 132411059
Program Studi : Diploma Tiga (D-3) Metrologi Dan Instrumentasi
Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Juli 2016
Disetujui Oleh
Program Studi D3 Metrologi dan Instrumentasi FMIPA USU
Ketua, Pembimbing,
Dr. Diana Alemin Barus, M.Sc Dr. Diana Alemin Barus, M.Sc
(34)
PERNYATAAN
MINIATUR INKUBATOR PENGERING KOPI DENGAN
SENSOR DHT-11 BERBASIS ARDUINO
TUGAS AKHIR
Saya menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing di sebutkan sumbernya
Medan, Juli 2016
ENNY GAFRIANI BR TARIGAN
132411059
(35)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dengan limpah karunia-Nya penulis mendapatkan kemudahan serta kelancaran sehingga dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini sesuai waktu yang telah ditetapkan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW sang pembawa petunjuk dan selalu menjadi inspirasi dan teladan bagi penulis.
Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma Tiga (D-3) Metrologi dan Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah
MINIATUR INKUBATOR PENGERING KOPI DENGAN SENSOR
DHT-11 BERBASIS ARDUINO
Penulis menyadari bahwa tersusunnya Tugas Akhir ini dari Do’a,
perhatian, bimbingan, motivasi dan dukungan berbagai pihak, sehingga dengan keikhlasan dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Junedi Ginting selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kepada Dr. Diana Alemin Barus, M.Sc selaku Ketua Program Diploma Tiga (D-3) Metrologi dan Instrumentasi FMIPA USU, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi Diploma Tiga (D-3) Metrologi dan Instrumentasi FMIPA USU dan rekan – rekan kuliah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Semoga laporan ini menjadi ibadah yang baik bagi penulis dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
(36)
MINIATUR INKUBATOR PENGERING KOPI DENGAN
SENSOR DHT-11 BERBASIS ARDUINO
ABSTRAK
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan di provinsi Lampung, karena memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi serta memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian. Pada
kenyataannya sebagian besar petani kopi di provinsi Lampung memiliki kendala
dalam proses pengeringan yaitu ketergantungan dengan cuaca sehingga waktu
pengeringan menjadi lebih lama. Pengeringan yang terlalu lama mengakibatkan
kualitas kopi yang kurang baik sehingga nilai jual kopi ikut menurun yang
berakibat para petani merugi.
Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pengeringan kopi, salah
satunya dengan cara otomasi. Otomasi memiliki tujuan memberikan kemudahan,
meningkatkan efektifitas kerja sistem sehingga produktifitas meningkat dan biaya
produksi menurun. Maka dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan dan
pengujian sistem alat kontrol pengatur suhu otomatis pada ruang pengering kopi
berbasis mikrokontroler Arduino uno agar dapat diperoleh proses pengeringan
kopi yang lebih berkualitas.
Langkah-langkah proses pembuatan meliputi, perangkat keras dan perangkat
lunak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa, sistem
kontrol otomatis dapat berjalan dengan baik untuk berbagai beban pengeringan
yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil pengujian dengan beban biji kopi
(37)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Sistematika Penulisan 2
Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1. Tanaman kopi 4
2.2. Jenis-jenis Kopi 5
2.2.1. Kopi Arabika 5
2.2.2. Kopi Robusta 5
2.3. SNI (Standar Nasional Indonesia) 6
(38)
2.4.1. Pengolahan Cara Kering 8
2.5. Metode Pengeringan Kopi 11
2.5.1. Pengeringan Alami 12
2.5.2. Pengeringan Buatan 13
2.5.3. Pengeringan Kombinasi Alami dan Buatan 13
2.6. Arduino Uno 14
2.7. Sensor 15
2.7.1. Sensor DHT-11 15
2.8. LCD 16
Bab 3. Perancangan dan Pembuatan
3.1. Diagram Block Sistem 17
3.2. Rangkaian Skematik LCD 17
3.3. Perancangan Power Supply 18
3.4. Rangkaian pada Software Proteus 19
3.4.1 Rangkaian pada ISIS 19
3.4.2 Rangkaian pada ARES 19
3.5. Perancangan Perangkat Lunak 20
3.6. Flowchart Perancangan Sistem 24
Bab 4. Analisis dan Pengujian
4.1. Hasil Uji Pengeringan 25
(39)
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 27
(40)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi persyaratan mutu biji kopi 7
(41)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 buah kopi 4
GAmbar 2.2 buah kopi robusta 6
Gambar 2.3Alur proses pengolahan kopi secara kering 14
Gambar 2.4 Arduino uno 15
Gambar 2.5 Sensor Dht-11 15
Gambar 2.6 LCD (liquid crystal display) 16
Gambar 3.1 Diagram Blog Sistem 17
Gambar 3.2 Skematik LCD 16x2 dihubungkan pada Arduino 17 Gambar 3.3 Power Supply (PSA) terletak bagian Power pada pin 5V 18
Gambar 3.4 Rangkaian pada ISIS 19
Gambar 3.5 Rangkaian pada ARES 20
Gambar 3.6 Membuka Software Arduino 1.0.5-r2 21
Gambar 3.7 Layer Penulisan Program Project 21
Gambar 3.8 Mengecek Listing Program 22
Gambar 3.9 Layer Penulisan Project 22
Gambar 3.10 Pemilihan Board 23
Gambar 3.11 Upload Program 23
(1)
MINIATUR INKUBATOR PENGERING KOPI DENGAN
SENSOR DHT-11 BERBASIS ARDUINO
ABSTRAK
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan di provinsi Lampung, karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian. Pada kenyataannya sebagian besar petani kopi di provinsi Lampung memiliki kendala dalam proses pengeringan yaitu ketergantungan dengan cuaca sehingga waktu pengeringan menjadi lebih lama. Pengeringan yang terlalu lama mengakibatkan kualitas kopi yang kurang baik sehingga nilai jual kopi ikut menurun yang berakibat para petani merugi.
Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pengeringan kopi, salah satunya dengan cara otomasi. Otomasi memiliki tujuan memberikan kemudahan, meningkatkan efektifitas kerja sistem sehingga produktifitas meningkat dan biaya produksi menurun. Maka dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan dan pengujian sistem alat kontrol pengatur suhu otomatis pada ruang pengering kopi berbasis mikrokontroler Arduino uno agar dapat diperoleh proses pengeringan kopi yang lebih berkualitas.
Langkah-langkah proses pembuatan meliputi, perangkat keras dan perangkat lunak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa, sistem kontrol otomatis dapat berjalan dengan baik untuk berbagai beban pengeringan yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil pengujian dengan beban biji kopi 100 gram pada suhu ruang pengering kopi tetap terjaga.
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Sistematika Penulisan 2
Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1. Tanaman kopi 4
2.2. Jenis-jenis Kopi 5
2.2.1. Kopi Arabika 5
2.2.2. Kopi Robusta 5
2.3. SNI (Standar Nasional Indonesia) 6
(3)
2.4.1. Pengolahan Cara Kering 8
2.5. Metode Pengeringan Kopi 11
2.5.1. Pengeringan Alami 12
2.5.2. Pengeringan Buatan 13
2.5.3. Pengeringan Kombinasi Alami dan Buatan 13
2.6. Arduino Uno 14
2.7. Sensor 15
2.7.1. Sensor DHT-11 15
2.8. LCD 16
Bab 3. Perancangan dan Pembuatan
3.1. Diagram Block Sistem 17
3.2. Rangkaian Skematik LCD 17
3.3. Perancangan Power Supply 18
3.4. Rangkaian pada Software Proteus 19
3.4.1 Rangkaian pada ISIS 19
3.4.2 Rangkaian pada ARES 19
3.5. Perancangan Perangkat Lunak 20
3.6. Flowchart Perancangan Sistem 24
Bab 4. Analisis dan Pengujian
4.1. Hasil Uji Pengeringan 25
4.2. Pengaruh suhu dan lama penyangraian terhadap tingkat 26 kadar air
(4)
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 27
(5)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Spesifikasi persyaratan mutu biji kopi 7 Tabel 4.1 Data Perubahan Waktu dan Suhu dalam skala waktu 25
(6)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 buah kopi 4
GAmbar 2.2 buah kopi robusta 6
Gambar 2.3Alur proses pengolahan kopi secara kering 14
Gambar 2.4 Arduino uno 15
Gambar 2.5 Sensor Dht-11 15
Gambar 2.6 LCD (liquid crystal display) 16
Gambar 3.1 Diagram Blog Sistem 17
Gambar 3.2 Skematik LCD 16x2 dihubungkan pada Arduino 17 Gambar 3.3 Power Supply (PSA) terletak bagian Power pada pin 5V 18
Gambar 3.4 Rangkaian pada ISIS 19
Gambar 3.5 Rangkaian pada ARES 20
Gambar 3.6 Membuka Software Arduino 1.0.5-r2 21
Gambar 3.7 Layer Penulisan Program Project 21
Gambar 3.8 Mengecek Listing Program 22
Gambar 3.9 Layer Penulisan Project 22
Gambar 3.10 Pemilihan Board 23
Gambar 3.11 Upload Program 23