Analisis Kesadahan Total Air Minum Dengan Metode Kompleksometri Dari Kecamatan Simanindo
Lampiran 1. Gambar Alat dan Bahan
1.1 Gambar Sampel 1.2 Gambar Buret
Gambar 1.3 Indikator & Pentiter
Gambar 1.4 Larutan Penyangga
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. (2010). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Halaman 187 – 188.
Gabriel, J.F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Halaman 79 – 87. Mulia, R.M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Grahailmu. Halaman 59
– 63.
Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 10 – 12.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 150 – 152.
Slamet, J.S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 108 – 116.
Sumantri, H.A. (2010). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana. Halaman 26 – 31.
Sutrisno, C.T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rhineka Cipta. Halaman 20 – 23.
Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi. Malang: UMM Press. Halaman 179 – 181. Wisnu, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit
(3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan nilai kesadahan pada air minum menggunakan metode kompleksometri dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Jln. Wahid Hasyim No. 15 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah Buret 50 mL, Gelas ukur 100 mL, klem dan statif, Labu erlenmeyer 250 mL dan 500 mL, Labu ukur 250 mL, Neraca analitik, Pipet volume 25mL.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah air minum, larutan baku Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) 0,0101M, akuades, dan indikator EBT (Eriochrome Black
T), larutan penyangga pH 10 ± 0,1, larutan standarkalsium karbonat (CaCO3) 0,01M.
3.4 Sampel yang digunakan
Sampel yang digunakan pada pemeriksaan kualitas air adalah bersumber dari air konsumen Kecamatan Simanindo.
(4)
3.5 Prosedur
3.5.1 Pembuatan Bahan
a. Indikator Eriochrome Black T (EBT)
1. Timbang 200mg EBT dan 100 g Kristal NaCl, kemudian dicampur 2. Gerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40/50 mesh 3. Simpan dalam botol yang tertutup rapat
b. Larutan Penyangga pH 10 ± 0,1 (pH 9,9 – 10,1)
1. Larutkan 1,179 g Na2EDTA dihidrat dan 780 mg magnesium sulfat penta hidrat (MgSO4.7H2O) dalam 50 mL air suling
2. Tambahkan larutan tersebut ke dalam 16,9 g NH4Cl dan 143 mL NH4OH pekat, sambil dilakukan pengadukan
3. Encerkan dengan air suling sehingga volumenya menjadi 250 mL 4. Simpan dalam botol yang tertutup rapat
c. Larutan Standar Kalsium Karbonat (CaCO3) 0,01 M
1. Timbang 1 g CaCO3 anhidrat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 mL
2. Larutkan dengan sedikit asam klorida (HCl) 1 : 1, tambah dengan 200 mL air suling
3. Didihkan beberapa menit untuk menghilangkan CO2, lalu dinginkan 4. Setelah dingin, tambahkan beberapa tetes indicator metal merah 5. Tambahkan NH4OH 3 N atau HCl 1 :1 sampai terbentuk warna orange 6. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 1000 mL, tepatkan
(5)
d. Standarisasi Larutan Na2EDTA ±0,01 M
1. Pipet 10 mL larutan standar CaCO3 0,01 M, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
2. Tambahkan 40 mL air suling dan 1 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1 3. Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator
EBT
4. Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru
5. Catat volume larutan Na2EDTA yang digunakan
6. Hitung molaritas larutan baku Na2EDTA dengan menggunakan rumus sbb
MEDTA =
M CaCO3 x V CaCO3 V EDTA
Keterangan :
MEDTA : molaritas larutan baku Na2EDTA (mmol/mL) VEDTA : volume rata-rata larutan baku Na2EDTA (mL)
MCaCO3 : molaritas larutan CaCO3 yang digunakan (mmol/mL)
VCaCO3 : volume rata-rata larutan CaCO3 yang digunakan (mL)
3.5.2 Prosedur Analisa
1. Tentukan konsentrasi larutan EDTA (sebagai pentiter)
2. Ambil 25 mL sampel, masukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL (diencerkan 2x)
3. Tambahkan 1 mL s/d 2 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1 4. Tambahkan seujung spatula 30 mg s/d 50mg indikator EBT
(6)
menjadi biru. Titrasi dengan perlahan pada saat menedekati titik akhir titrasi karena reaksi lambat
6. Catat angka yang dibutuhkan selama titrasi, hitung dan catat hasilnya.
3.6 Perhitungan
Kesadahan Total (mg CaCO3/L) = VEDTA x MEDTA x 100 x Fp Keterangan :
Vol : volume larutan sampel (mL)
VEDTA : volume larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mL)
MEDTA : molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL) 3.7 Persyaratan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 nilai kesadahan pada air minum tidak lebih dari 500mg/L.
(7)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil analisis nilai kesadahan total pada sampel air konsumen Kecamatan Simanindo yang dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit pada tanggal 25 Februari 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil analisa nilai kesadahan pada sampel air minum
No No Sampel Hasil Satuan Persyaratan Keterangan
1 571/K/AM/ 19/2/2016
24,24 mg/L Permenkes No.492/ MENKES/PER/IV/2010
Suhu ruangan 25oC
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diperoleh kadar kesadahan total air minum dari Kecamatan Simanindo adalah 24,24 mg/L sedangkan kadar maksimum yang diizinkan adalah 500 mg/L. Artinya hasil yang diperoleh untuk air minum Kecamatan Simanindo yang telah diperiksa semuanya memenuhi syarat untuk kualitas air minum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Air yang mempunyai kesadahan yang terlalu tinggi dapat menimbulkan karatan atau korosi pada alat-alat yang terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan konsumsi sabun dan menimbulkan endapan atau kerak pada wadah pengolahan.
(8)
4.3 Perhitungan
Diketahui :
Vol. sampel : 50 mL MEDTA : 0,0101 M
Fp : 2 kali
Volume titrasi : S1 = 0,6 mL
Kesadahan total (mg CaCO3/L) = xVtitrasix MEDTA x 100 x Fp
S1= xVtitrasix MEDTA x 100 x Fp
= x 0,6 x 0,0101 M x 100 x 2
(9)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan penetapan nilai kesadahan pada air minum dari Kecamatan Simanindo menggunakan metode kompleksometri diperoleh hasil 24,24 mg/L sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis kesadahan total air minum yang diuji memenuhi persyaratan yang ditetapkan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010, yaitu tidak lebih dari 500mg/L.
5.2 Saran
Disarankan kepada penulis lain untuk membandingkan serta membahas analisis nilai kesadahan pada air dengan menggunakan metode dan standart baku mutu lain.
(10)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik sungai maupun laut. Kegunaan air seperti tersebut di muka termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional (Wisnu, 2004).
Air normal yang memenuhi syarat untuk sutau kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa (Wisnu, 2004).
Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.Air yang tidak jernih seringkali merupakan petunjuk awal terjadinya polusi di suatu perairan.Rasa air sering kali dihubungkan dengan bau air.Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton, tumbuhan, hewan (Nugroho, 2006).
Manusia memperoleh air yang diperlukannya untuk minum, masak, mandi, dan cuci dari air hujan, dari air yang menggenang di permukaan tanah seperti waduk, kubangan, atau dari air sungai, sumber, dan sumur.Air yang
(11)
mengandung mikroorganisme itu disebut air yang kena kontaminasi, jadi air itutidak steril (Dwijoseputro, 2010).
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih.Air bersih merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan. Sedangkan yang dinamakan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langusng diminum.
Jenis-jenis air minum seperti yang dimaksud adalah meliputi :
a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga b. Air yang didistribusikan melalui tangki air
c. Air kemasan
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat (Waluyo, 2009).
2.1.1 Sumber Air
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman, yaitu : tidak berasa dan tidak berbau, bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit, bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun, dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga. Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia berbahaya, dan sampah atau limbah industri.
Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
(12)
a) Air Angkasa (Hujan)
Air hujan merupakan sumber utama air di bumi.Walau pada saat prespitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas misalnya karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia.
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni yang ketika turun dan melalui udara akan melarutkan benda-benda yang terdapat di udara. Kelarutan gas Co2 di dalam air hujan akan membentuk asam karbonat (H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi dengan asam. Beberapa gas oksida dapat berada pula di dalam udara, diantaranya yang penting adalah oksida belerang dan oksida nitrogen (S2O3 dan N2O5). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan akan membentuk larutan asam sulfat dan asam nitrat (H2SO4 dan H2NO3). Jadi setelah mencapai permukaan bumi air hujan bukan merupakan air murni lagi.
b) Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi.Air hujan ini kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah,maupun lainnya. Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
(13)
- Jumlah atau kuantitasnya - Kontinuitasnya
Dibandingkan dengan sumber lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.
c) Air Tanah
Air tanah dibedakan atas dua macam, air lapisan (layer water) dan air celah (fissure water).Air lapisan adalah air yang terdapat di dalam ruang antara butir-butir tanah.Adapun air celah ialah air yang terdapat di dalam retak-retak batuan di dalam tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun.Kesadahan pada air ini menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak (Sumantri, 2010).
2.2 Kriteria Kualitas Air
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari sebaiknya adalah air yang memenuhi kriteria sebagai air bersih.Air bersih merupakan air yang dapat
(14)
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila sudah dimasak. Sedangkan yang dinamakan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tahap proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis-jenis air minum seperti yang dimaksud adalah meliputi :
- Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga - Air yang didistribusikan melalui tangki air
- Air kemasan
- Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat.
Persyaratan kesehatan untuk air bersih dan air minum meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik.
2.2.1 Persyaratan Bakteriologik
Persyaratan bakteriologik pada kriteria air minum terus mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan teknologi.Pada beberapa Negara juga memiliki pedoman atau kriteria yang berbeda-beda. Tetapi sebagian besar kriteria memiliki persamaan antara lain adalah dengan pengukuran bakteri koli, terutama fekal koli (Koliform tinja).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1990) menentukan air bersih sebagai air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Parameter koliform total harus mencapai 50/100 ml untuk air bukan perpipaan dan 10/100 ml untuk air perpipaan (Waluyo, 2009).
(15)
2.2.2 persyaratan Kimia
Persyaratan kimia untuk air minum memiliki parameter yang paling banyak dibandingkan parameter bakteriologis, radioaktif, dan parameter fisik. Persyaratan kimia dibagi menjadi :
- Bahan-bahan kimia inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
- Bahan-bahan kimia inorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)
- Bahan-bahan kimia organik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)
- Pestisida (Waluyo, 2009).
2.3 Air Minum
Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama.Seperti telah diuraikan terdahulu, manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci kakus, produksi pangan, papan, dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersihbagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air (Slamet, 1994).
Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan, penghilangan mikroba patogen, memperbaiki derajat keasaman (pH) serta memisahkan gas-gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan (Mulia, 2005).
(16)
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.Air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia.Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis.Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya (Slamet, 1994).
2.3.1 Kualitas Air Minum
Paramater kualitas air minum terbagi menjadi 2, yaitu : a) Parameter Fisis
- Bau
Air minum yang berbau tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya algae.
- Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik.Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut.Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba itu patogen.
- Rasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar.Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. - Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapatmembahayakan kesehatan bila
(17)
diminum air dapat menghilangkan dahaga. - Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk estetis dan untuk mecegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. b) Parameter Kimia
- Besi
Besi (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan. Dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri, dan kekeruhan.
- pH
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya.
- Kesadahan
Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa.Kesadahan yang tinggi disebabkan sebagian besar oleh Kalsium, Magnesium, Srontium, dan Ferrum.Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan penyediaan air bersih tersebut. - Aluminium
Aluminium (Al) terdapat banyak di lingkungandan didapat pada berbagai jenis makanan. Tetapi, dalam dosis tinggi dapat menimbulkan luka pada usus.Aluminium juga dapat menyebabkan iritasi kulit, selaput lender, dan saluran pernapasan (Slamet, 1994).
(18)
2.3.2 Syarat-syarat Air Minum
a. Syarat Fisik
- Air tak boleh berwarna - Air tak boleh berasa - Air tak boleh berbau
- Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ±25oC)
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum dimana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan) yang disyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :
Kadar (bilangan) yang disyaratkan
Kadar (bilangan) yang tak boleh dilampaui
Keasaman sebagai PK
Bahan-bahan padat Warna (skala Pt Co) Rasa
bau
7,0 – 8,5
Tak melebihi 50 mg/L Tak melebihi kesatuan Tak mengganggu Tak mengganggu
Di bawah 6,5 dan di atas 9,5
Tak melebihi 1500 mg/L Tak melebihi 50 kesatuan
- - b. Syarat-syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan
c. Syarat-syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1Coli/100ml air (Sutrisno, 2004).
(19)
2.4 Kesadahan
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+, Fe2+ dan kation yang bermuatan dua. Air dengan kesadahan tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah berkapur tinggi, dimana Ca2+ dan Mg2+ berasal dari kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2 atau magnesium karbonat (Mg(HCO3)2. Kelebihan ion Ca2+ serta ion Co32+, mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa, ceret, panci yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat (CaCo3). Kerak ini akan mengurangi penampang basah pipa, ceret, panci, dan meyulitkan pemanasan air, memerlukan bahan bakar yang lebih banyak dalam ketel bahkan ketel tersebut akan meledak.
Pelunakan adalah penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan dapat bereaksi dengan zat-zat lain hingga distribusi air dan penggunaannya terganggu.Air sadah menyebabkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat detergen hilang.Kegunaan pelunakan air sadah yakni untuk mencegah pemakaian sabun lebih banyak dan juga berfungsi mencegah terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat (CaCO3). 2.4.1 Jenis-jenis Kesadahan
Kesadahan pada prinsipnya terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Kesadahan Sementara (kesadahan tidak tetap, kesadahan temporer)
Kesadahan ini adalah kesadahan yang disebabkan oleh ion Ca dan Mg yang berikatan dengan ion karbonat dan bikarbonat.Oleh karena itu kesadahan ini sering disebut kesadahan karbonat. Ciri khas kesadahan tipe ini dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara direbus, kemudian dalam ceret atau termos akan
(20)
terbentuk kerak. Air yang bersifat sadah sementara terdapat di daerah perbukitankapur, antara Sragen bagian utara, Blora, Gunung Kidul. Contoh kesadahan sementara adalah Ca(HCO3)2, MgCO3.
b. Kesadahan Tetap (kesadahan permanen)
Kesadahan permanen adalah kesadahan yang disebabkan oleh ion ca dan Mg yang berikatan dengan Cl-, SO42- dan NO3-, misalnya CaCl2, MgSO4. Sifat kesadahan jenis ini tidak dapat dihilangkan dengan cara direbus. Air yang bersifat sadah tetap terdapat di pantai antara lain Pekalongan, Bantul bagian selatan maupun daerah yang mempunyai kandungan garam tinggi, seperti sepanjang Bengawan Solo (Waluyo, 2009).
2.5 Titrasi Kompleksometri
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-garam logam Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan. EDTA akan membentuk kompleks yang stabil dengan semua logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karena titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan buffer ammonia pH 10.
Untuk mendeteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator logam akan pecah dan menghasilkan warna yang berbeda. Indicator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain : Hitam
(21)
eriokrom (Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrome Black); mureksid, jingga pirokatekol, jingga xilenol, asam kalkon karbonat, kalmagit, dan biru hidroksi nafttol (Rohman, 2007).
2.5.1 Macam-macam Titrasi Kompleksometri
Ada berbagai jenis titrasi kompleksometri yaitu : titrasi langsung, titrasi kembali, titrasi substitusi, titrasi tidak langsung, dan titrasi alkalimetri.
1. Titrasi Langsung
Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhanadan sering dipakai. Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan buffer, misalnya buffer pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat. Untuk mencegah pengendapan logam hidroksida atau garam basa dengan buffer, dilakukan dengan penambahan pembentuk kompleks pembantu misalnya tartrat, sitrat, atau trietanol amin.
2. Titrasi Kembali
Cara ini penting untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator. Pada keadaan demikian, dapat ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebihan kemudian larutan ditambah buffer pada pH yang diinginkan, dan kelebihan dinatrium edetat dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam. Titik akhir ditunjukkan dengan pertolongan indicator logam.
3. Titrasi Substitusi
(22)
yang jelas apabila ditirasi secara langsung atau dengan titrasi kembali. Atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan kalsium. Kalsium, timbal dan raksa dapat ditetapkan dengan cara ini dengan indicator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.
4. Titrasi Tidak Langsung
Cara titrasi tidak langsung (indirect titration) dapat digunakan untuk menentukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat. Sebagai contoh barbiturate tidak bereaksi dengan EDTA, akan tetapi secara kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai ion kompleks 1:1. Setelah pengendapan kelebihan Hg(II), kompleks dipindahkan dengan cara penyaringan dan dilarutkan kembali dalam larutan baku EDTA berlebihan. Larutan baku Zn(II) dapat digunakan untuk menitrasi kelebihan EDTA ini menggunakan indicator yang sesuai untuk mendeteksi titik akhir.
5. Titrasi Alkalimetri
Larutan logam yang diendapkan dengan metode ini sebelum titrasi harus dalam suasana netral terhadap indicator yang digunakan.Penetapan titik akhir titrasi menggunakan indicator asam-basa atau secara potensiometri.
Dalam Farmakope Indonesia, titirasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kadar : bismuth subkarbonat, kalsium karbonat, kalsium klorida, dan sediaan injeksinya; kalsium glukonat, kalsium hidrogen fosfat, kalsium hidroksida dan larutan topical kalsium hidroksida; kalsium laktat dan sediaan tabletnya; kalsium pantotenat; kalsium sulfat; magnesium karbonat; magnesium stearat; magnesium sulfat, mangan sulfat; zink klorida; dan zink sulfat (Rohman, 2007).
(23)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer).Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan.Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 2001).
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat.Untuk mendapat air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wisnu, 2004).
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+, Fe2+ dan kation yang bermuatan dua. Air dengan kesadahan yang tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah berkapur tinggi , dimana Ca2+ dan Mg2+ berasal dari kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2 atau magnesium karbonat (Mg(HCO3)2. Kelebihan ion Ca2+ serta ion Co32+ mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa, ceret, panci yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat (CaC03). Kerak ini akan mengurangi penampang basah pipa, ceret, panic, dan menyulitkan pemanasan air, memerlukan bahan bakar yang lebih banyak (Waluyo, 2009).
(24)
Salah satu cara penentuan kadar kesadahan dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam-garam logam.Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan. EDTA akan membentuk kompleks yang stabil dengan semua logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karenanya titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan buffer ammonia pH 10 (Rohman, 2007).
Berdasarkan hal di atas, dilakukan penelitian pada air minum Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, sehingga penulis memilih judul tentang “Analisis Kesadahan Total Air Minum dengan Metode Kompkleksometri dari Kecamatan Simanindo”.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah nilai kesadahan yang terdapat pada air minum dari Kecamatan Simanindo memenuhi syarat sebagai air minum atau tidak berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penelitian adalah sebagai sumber informasi bagi masyarakat apakah air minum dari Kecamatan Simanindo memiliki kesadahan yang memenuhi syarat atau tidak sebagai air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/IV/2010.
(25)
ANALISIS KESADAHAN TOTAL AIR MINUM DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI DARI KECAMATAN SIMANINDO
ABSTRAK
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.Air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia.Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis.
Tujuan menganalisa kesadahan total air minum dari Kecamatan Simanindo adalah untuk mengetahui apakah air minum dari Kecamatan Simanindo selama bulan Februari 2016 memenuhi persyaratan yang diizinkan oleh Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 untuk kualitas air minum. Penetapan kesadahan total air minum dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.Penetapan Kesadahan air minum dilakukan dengan metode titrasi Kompleksometri.
Hasil yang diperoleh untuk kesadahan total pada air minum yang diperiksa pada tanggal 25 Februari 2016 adalah 24,24 mg/L. Dari hasil yang diperoleh, air minum dari Kecamatan Simanindo yang diperiksa memenuhi syarat untuk kualitas air minum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar maksimum yang diizinkan adalah 500mg/L.
(26)
ANALISIS KESADAHAN TOTAL AIR MINUM DENGAN
METODE KOMPLEKSOMETRI DARI KECAMATAN
SIMANINDO
TUGAS AKHIR
OLEH:
NOVA RANI SILABAN
132410055
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(27)
(28)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Kesadahan Total Air Minum Dengan Metode Kompleksometri Dari Kecamatan Simanindo”.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya dan pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. DR. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU. 3. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,Apt., selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir.
4. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Medan.
5. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
(29)
6. Sahabat-sahabat penulis Evelin, Ade, Nia, Eska, Lily, Dahliani, Hanna, dan teman satu kelompok PKL di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL & PP) Medan, yang telah memberikan semangat, saling bertukar pikiran dan dukungan.
7. Teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2013, kakak stambuk 2012, dan adik stambuk 2014 dan yang tidak disebutkan namanya, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya.
Secara Khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Yaitu Ayahanda Adualden Silaban dan Ibunda Erika Nainggolan yang telah memberikan dukungan, mendo’akan, serta motivasi sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2016 Penulis,
Nova Rani Silaban NIM 132410055
(30)
ANALISIS KESADAHAN TOTAL AIR MINUM DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI DARI KECAMATAN SIMANINDO
ABSTRAK
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.Air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia.Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis.
Tujuan menganalisa kesadahan total air minum dari Kecamatan Simanindo adalah untuk mengetahui apakah air minum dari Kecamatan Simanindo selama bulan Februari 2016 memenuhi persyaratan yang diizinkan oleh Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 untuk kualitas air minum. Penetapan kesadahan total air minum dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.Penetapan Kesadahan air minum dilakukan dengan metode titrasi Kompleksometri.
Hasil yang diperoleh untuk kesadahan total pada air minum yang diperiksa pada tanggal 25 Februari 2016 adalah 24,24 mg/L. Dari hasil yang diperoleh, air minum dari Kecamatan Simanindo yang diperiksa memenuhi syarat untuk kualitas air minum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar maksimum yang diizinkan adalah 500mg/L.
(31)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2Tujuan ... 2
1.3Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Air ... 3
2.1.1 Sumber Air ... 4
2.2 Kriteria Kualitas Air ... 6
2.2.1 Persyaratan Bakteriologik ... 7
2.2.2 Persyaratan Kimia ... 8
2.3 Air Minum ... 8
2.3.1 Kualitas Air Minum ... 9
2.3.2 Syarat-syarat Air Minum ... 11
(32)
2.5 Titrasi Kompleksometri ... 13
2.5.1 Macam-macam Titrasi Kompleksometri ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1 Tempat Pengujian ... 16
3.2 Alat ... 16
3.3 Bahan ... 16
3.4 Sampel ... 16
3.5 Prosedur ... 17
3.5.1 Pembuatan Bahan ... 17
3.5.2 Prosedur Analisa ... 18
3.6 Perhitungan ... 19
3.7 Persyaratan ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil ... 20
4.2 Pembahasan ... 20
4.3 Perhitungan ... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22
5.1 Kesimpulan ... 22
5.2 Saran ... 22
(33)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
(34)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
(1)
6. Sahabat-sahabat penulis Evelin, Ade, Nia, Eska, Lily, Dahliani, Hanna, dan teman satu kelompok PKL di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL & PP) Medan, yang telah memberikan semangat, saling bertukar pikiran dan dukungan.
7. Teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2013, kakak stambuk 2012, dan adik stambuk 2014 dan yang tidak disebutkan namanya, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya.
Secara Khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Yaitu Ayahanda Adualden Silaban dan Ibunda Erika Nainggolan yang telah memberikan dukungan, mendo’akan, serta motivasi sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2016 Penulis,
Nova Rani Silaban NIM 132410055
(2)
ANALISIS KESADAHAN TOTAL AIR MINUM DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI DARI KECAMATAN SIMANINDO
ABSTRAK
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.Air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia.Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis.
Tujuan menganalisa kesadahan total air minum dari Kecamatan Simanindo adalah untuk mengetahui apakah air minum dari Kecamatan Simanindo selama bulan Februari 2016 memenuhi persyaratan yang diizinkan oleh Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 untuk kualitas air minum. Penetapan kesadahan total air minum dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.Penetapan Kesadahan air minum dilakukan dengan metode titrasi Kompleksometri.
Hasil yang diperoleh untuk kesadahan total pada air minum yang diperiksa pada tanggal 25 Februari 2016 adalah 24,24 mg/L. Dari hasil yang diperoleh, air minum dari Kecamatan Simanindo yang diperiksa memenuhi syarat untuk kualitas air minum yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010, yaitu kadar maksimum yang diizinkan adalah 500mg/L.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2Tujuan ... 2
1.3Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Air ... 3
2.1.1 Sumber Air ... 4
2.2 Kriteria Kualitas Air ... 6
2.2.1 Persyaratan Bakteriologik ... 7
(4)
2.5 Titrasi Kompleksometri ... 13
2.5.1 Macam-macam Titrasi Kompleksometri ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1 Tempat Pengujian ... 16
3.2 Alat ... 16
3.3 Bahan ... 16
3.4 Sampel ... 16
3.5 Prosedur ... 17
3.5.1 Pembuatan Bahan ... 17
3.5.2 Prosedur Analisa ... 18
3.6 Perhitungan ... 19
3.7 Persyaratan ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Hasil ... 20
4.2 Pembahasan ... 20
4.3 Perhitungan ... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22
5.1 Kesimpulan ... 22
5.2 Saran ... 22
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman