BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses pembuatan keputusan politik. Dalam suatu sistem politik yang demokratis para
pemimpin dipilih langsung oleh rakyat. Para politisi atau pejabat publik sebagai wakil rakyat akan berbuat maksimal sesuai dengan aspirasi masyarakat. Era
reformasi adalah era keterbukaan untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat terhadap perkembangan politik maupun kritik terhadap kinerja terhadap aparatur
negara. Hal ini disebabkan karena tidak ada lagi sistem yang mengekang kebebasan berpendapat dan berbicara, baik secara represif maupun preventif
seperti halnya pada masa pemerintahan orde baru dan kedaulatan rakyat dapat dicapai.
Salah satu sarana kedaulatan rakyat itu adalah melalui pemilihan presiden secara langsung sebagaimana dituangkan dalam UU no. 23 Tahun 2003 tentang
Pemilihan presiden secara langsung karena lebih demokratis dan mencerminkan kedaulatan rakyat dan presiden terpilih mempunyai legitimasi kekuasaan lebih
besar dari rakyat.
1
Masyarakat memiliki porsi yang besar dalam mempengaruhi berjalannya pemerintahan yaitu dengan ikut berpartisipasi dalam pemilihan
umum. Pemilihan umum di Indonesia pada awalnya hanya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi dan DPRD
KabupatenKota saja. Namun, setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden yang semula dilakukan oleh MPR,
disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pemilihan presiden pun
1
Ramlan Surbakti,
Mema ha mi Ilmu Politik
, Jakarta: PT Gramedia Widyasarana Indonesia, 2010, hal. 148-149
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pemilihan presiden sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004.
Pemilihan presiden pada 2004 menghadirkan beberapa pasang nama untuk bertarung dalam kancah pemilihan presiden secara langsung. Diantaranya
Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Sudiro Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-
Agum Gumelar. Pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla berhasil memenangkan pemilihan presiden secara langsung pada pemilihan presiden
putaran kedua dan berhasil menjabat pada periode 2004-2009.
2
Pada pemilihan presiden 2009 ia kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada namun kali ini
berpasangan dengan Boediono, seorang pakar ekonomi. Hingga akhirnya Susilo Bambang Yudhoyono kembali terpilih sebagai presiden
3
dengan menggunakan Partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya sama dengan pemilihan presiden
2004.
4
Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan purnawirawan militer yang terjun ke dalam pemerintahan
5
pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid dan pemerintahan Megawati Soekarnoputri yang dilantik sebagai menteri.
6
Karir panjangnya di dunia militer menjadikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai
salah satu jenderal reformis yang populer di kalangan publik. Dalam membahas mengenai Susilo Bambang Yudhoyono maka sangat erat kaitannya dengan
pencitraan dan hasil survei serta polling yang selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono kerap mewarnai perjalanan karir politiknya. Survei survei
dan polling yang diadakan oleh lembaga independen di Indonesia ini mencoba menggambarkan besarnya dukungan dan antusiasme masyarakat terhadap
2
Femi Adi Soempeno, Indonesia Memilih, Yogyakarta: Galangpress, 2009 hal.10
3
http:id.m.wikipedia.orgwikiPemilihan_Umum_Presiden_dan_Wakil_Presiden_Indonesia_2009 diakses pada 27 Oktober 2011 pukul 23.14
4
Suhendro Boroma,
Ba htera Menuju Istana
, Jakarta : Pelangi Indah, 2005. hal. 157
5
Hendri Supriyatmono,
SBY Profil Pra jurit Demokrat
, Jogyakarta : Bigraf Publising, 2005, hal. 7
6
Dalam Majalah MO Edisi Khusus 2004,
SBY Sa ng Ka ndidat
, hal. 145
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono termasuk juga tingginya angka ketidakpuasan masyarakat setelah Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa.
7
Misalnya survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia. Dalam masa pemerintahan SBY periode 2004-2009, menurut LSI, tingkat kepuasan
publik terhadap kinerja SBY mengalami fluktuasi, dari 80 persen pada akhir 2004 lalu terus merosot hingga mencapai 45 persen pada Juni 2008 ketika SBY untuk
ketiga kalinya menaikkan harga BBM. Beruntung kepuasan publik terhadap SBY kembali menguat pada akhir 2008. Kecenderungan positif terhadap kinerja SBY
ini berlanjut hingga musim pemilu di tahun 2009.
8
Hal inilah yang menjelaskan mengapa Partai Demokrat yang didirikan SBY mengalami lonjakan elektoral hampir tiga kali lipat ketimbang Pemilu 2004.
Ini pula yang menjelaskan mengapa SBY dengan mudah menang dalam satu putaran dalam pemilihan presiden Bulan Juli 2009. Tren positif ini berlanjut
pasca-pemilihan presiden dan mencapai 84 persen pada September 2009.
9
Memasuki tahun ketiga kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono tren tingkat kepercayaan publik terus menurun seiring anggapan bahwa Susilo
Bambang Yudhoyono telah gagal dalam menangani masalah-masalah ekonomi seperti pengurangan tingkat kemiskinan dan pengangguran serta lemahnya posisi
pemerintah dalam mentsabilkan harga-harga bahan pokok di pasaran. Disisi lain, masih menurut survei, rakyat masih menaruh harapan yang besar kepada
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam penegakan hukum dan penanganan kasus-kasus korupsi. Sumber kepuasan dan ketidakpuasan ini adalah
penilaian rakyat terhadap kinerja pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang meningkat dan menurun hampir di semua sektor yang dirasakan oleh rakyat.
7
Samsul Muarif dan Ian Suherlan,
Duel SBY-Mega
, Merebut RI-1 2009-2014, Jakarta: Indonesia Press, hal. 22
8
www.lsi.or.id diakses pada Senin, 2 Januari 2012 pukul 12.20
9
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Menjadi sangat menarik untuk melihat karakter yang dimiliki oleh sang figur pemimpin. Mengingat perjalanan kepemimpinan nasional di Indonesia yang
telah berganti-ganti sejak diproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menggambarkan sebuah pemahaman dan interpretasi bahwa
pergantian pemimpin seringkali menimbulkan perubahan dalam tatanan kehidupan rakyat Indonesia dimana akhirnya akan menimbulkan persepsi dan
partisipasi yang berbeda pula pada setiap masa pemerintahan sang pemimpin tersebut.
Susilo Bambang Yudhoyono telah dua kali terpilih sebagai Presiden Indonesia dan menjadi sangat menarik melihat dan mengetahui bagaimana Susilo
Bambang Yudhoyono dipersepsikan oleh masyarakat Desa Sukaraja yang pada penelitian ini akan dijadikan sebagai responden penelitian. Dalam hal ini sangat
menarik untuk mengamati dan melihat Susilo Bambang Yudhoyono dari persepsi masyarakat Desa Sukaraja karena desa ini merupakan lumbung suara Susilo
Bambang Yudhoyono pada pemilihan presiden 2004 dan pemilihan presiden 2009. Pada pemilihan presiden 2004 putaran I Susilo Bambang Yudhoyono 203
suara, putaran II memperoleh 300 suara dari 411 suara sah.
10
Sedangkan pada pemilihan presiden 2009 Susilo Bambang Yudhoyono memperoleh 446 suara dari 487 suara sah.
11
Dengan perolehan suara ini terlihat bagaimana dukungan dari masyarakat Desa Sukaraja ketika itu terhadap Susilo
Bambang Yudhoyono. Dalam hal ini tentu masyarakat telah mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi Susilo Bambang Yudhoyono selama masa
pemerintahannya.
12
sehingga menjadikan tingkat keyakinan masyarakat terhadap sang Susilo Bambang Yudhoyono menjadi bertambah, berkurang dan bahkan
dapat berubah menjadi krisis kepercayaan.
10
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Presiden Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Tingkat Kecamatan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan Darul Makmur 2004 Putaran Kedua.
11
Rincian Perolehan Suara Sah Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden dan Suara Tidak Sah di panitia Pemilihan Kecamatan 2009
12
Dino Patti Djalal,
Ha rus Bisa : Seni Memimpin a la SBY
, Indonesia : R W Publising, 2008, hal. 21
Universitas Sumatera Utara
Bagi masyarakat Desa Sukaraja fenomena-fenomena yang terjadi ini dilihat dan ditafsirkan serta akhirnya dipersepsikan melalui tanggapan dan sikap
yang mereka berikan terhadap kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang telah mereka pilih sebagai presiden pada pemilihan presiden 2004 dan pemilihan
presiden 2009. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Sukaraja terhadap Susilo Bambang Yudhoyono saat ini sebagai
sosok seorang pemimpin nasional yang telah mereka pilih untuk menjadi presiden di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Skripsi ini pada dasarnya membahas mengenai persepsi masyarakat terhadap Susilo Bambang Yudhoyono dalam melaksanakan pemerintahannya.
Dalam skripsi ini penulis akan menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dalam menganalisa data dimana penelitian ini mencoba memberikan
sebuah gambaran mengenai Susilo Bambang Yudhoyono dalam persepsi masyarakat dengan menggunakan metode kuantitatif.
B. Perumusan Masalah