Pengaruh Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia

(1)

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP

KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN

POLONIA

SKRIPSI

OLEH :

SHARAH DINA

090302008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP

KUALITAS AIR SUNGAI BABURA KECAMATAN MEDAN

POLONIA

SKRIPSI

SHARAH DINA

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat tuntuk dapat memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(3)

ABSTRAK

SHARAH DINA Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Pabrik Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Dibimbing oleh ALEXANDER TERNALA BARUS dan MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Sungai Babura adalah salah satu dari tiga sungai yang terdapat di medan. Sungai Babura ini sudah mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh masyarakat sekitar seperti pembuangan sampah plastik, pembuangan limbah rumah tangga yang dialirkan melalui parit-parit dan juga buangan limbah cair pabrik tahu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembuangan limbah cair pabrik tahu ke Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2013 yang dilakukan pada 3 stasiun dimana setiap stasiun dibagi menjadi 3 titik dengan jarak 100 m antar tiap stasiun. Parameter fisika-kimia yang diamati yaitu suhu, kecerahan, warna, kekeruhan, TDS,TSS, DO, BOD5. COD, nitrat, fosfat dan pH.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode storet didapatkan total skor masing-masing stasiun sebesar -28 pada stasiun 1, -22 pada stasiun 2 dan - 30 pada stasiun 3 berdasarkan hasil perhitungan skor ini didapatkan hasil bahwa tingkat pencemaran dari ke tiga stasiun masuk kedalam kategori kelas C yaitu tercemar sedang dengan ratarata skor 11 sampai dengan -30.


(4)

ABSTRACT

SHARAH DINA The Disposal Effect of The Waste Water of Tofu Factory to Water Quality Of The Babura River Medan Polonia District. Under the Supervision of ALEXANDER TERNALA BARUS and MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Babura River is one of the three river in Medan where this river is already contaminated which is caused by the society around the river such as the plastic product disposal ,disposal of household waste that flowed trough the trenches, and also the disposal of the waste water of the tofu factory. The purpose of this research is to know more regarding how far the effect of the disposal of the waste water of the tofu factory to the quality of Babura River. This research was conducted in august until september 2013 with determining 3 stations. Which every stations divided into three point for water sampling which is taken 100 m from every station. The physic and chemical parameter that is taken for observed are temperature, brightness of the water, colour, turbidity, TSS,TDS,DO, BOD, COD, Nitrate, Phosphate and pH.

Based of the result of the research using the storet methode we got thr total score of the each stations in the amount of -29 in the station 1, -22 in the station 2 and -30 in the stations 3 based on the result we can conclude that the contaminations level from the three stations is categorized as c class contaminations which is contaminated with score -11 up to -30.

Keywords : Storet methode, contaminations of waste water from tofu factory, Babura river


(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Maret 2014

Sharah Dina Nim. 090302008


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Agustus 1991 dari ayahanda H. Abdul Majid SH dan dr Hj. Rifwani Gumulya MARS. Penulis merupakan anak ketiga dari 5 bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SD Perguruan Al-Azhar Medan, tahun 2006 penulis lulus dari SMP Perguruan Al-Azhar Medan dan tahun 2009 penulis lulus dari SMAPerguruan Al-Azhar Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Baru (SPMPSB) pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FakultasPertanian.

Penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan di PT. Pantai Samudera Indonesia Tapanuli Tengah selama periode Juli sampai dengan Agustus 2012.Sebelum menyelesaikan pendidikan di Manajemen Sumberdaya Perairan, penulis melakukan penelitian berjudul Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan petunjukNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan MEDAN Polonia” yang merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda H.Abdul Majid SH, Ibunda dr. Hj. Rifwani Gumulya MARS dan Nenek Hj. Nuraini Nst yang penuh pengorbanan dalam membesarkan dan memberikan curahan kasih sayang, serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta abang penulis dr. Alfan Bukhairi dan dr. Hafizhan serta adik penulis Safira Dini dan Rizki Tamimi terima kasih atas doa, dukungan moril maupun material, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ing. Ternala Alexander Barus selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Maragunung Dalimunthe, MAP selaku anggota komisi pembimbing yang disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M. Si dan Bapak Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang telah memberikan dukungan dan ilmu


(8)

yang berharga bagi penulis. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti,M.S selaku dekan Fakultas Pertanian. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Seluruh teman-teman MSP 2009 yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya, dan teman-teman seperjuangan yang setia baik suka maupun duka Nina Safriyanti, Rina Sari Lubis, S.Pi., Rika Wirani, S.Pi, Dewi Roma Widya, S.Pi, Deliana Dongoran, S.Pi, Aznia Marlina Sima.

Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Maret 2014


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... ... v

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Permasalahan ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air ... 5

Pencemaran ... 5

Klasifikasi Limbah Cair ... 6

Industri Tahu ... 6

Limbah Cair Industri Tahu ... 8

Karakteristik Limbah Cair Tahu ... 9

Kualitas Air ... 11

Pengaruh Air Buangan ... 11

METODE PENELEITIAN Waktu dan Tempat ... 13

Deskripsi Area ... 13

Alat dan Bahan ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... 15

Analisis Data ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23

Pembahasan ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34


(10)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan ... 21

2. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air ... 22

3. Rata-rata nilai Parameter Fisika- Kimia ... 23


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Peta Lokasi Penelitian ... 13

3. Lokasi Stasiun 1 ... 14

4. Lokasi Stasiun 2 ... 14


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO ... 36

2. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur COD ... 37

3. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD5 ... 38

4. Bagan Kerja Nitrat (NO3) ... 39

5. Bagan Kerja Analisis Fosfat (PO4-3) ... 40

6. Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 ... 41

7. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu ... 44

8. Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Fisika -Kimia ... 45

9. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 1 ... 46

10. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 2 ... 46

11. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 3 ... 47

12. Rencana Anggaran Penelitian ... 48


(13)

ABSTRAK

SHARAH DINA Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Pabrik Tahu Terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Dibimbing oleh ALEXANDER TERNALA BARUS dan MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Sungai Babura adalah salah satu dari tiga sungai yang terdapat di medan. Sungai Babura ini sudah mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh masyarakat sekitar seperti pembuangan sampah plastik, pembuangan limbah rumah tangga yang dialirkan melalui parit-parit dan juga buangan limbah cair pabrik tahu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembuangan limbah cair pabrik tahu ke Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2013 yang dilakukan pada 3 stasiun dimana setiap stasiun dibagi menjadi 3 titik dengan jarak 100 m antar tiap stasiun. Parameter fisika-kimia yang diamati yaitu suhu, kecerahan, warna, kekeruhan, TDS,TSS, DO, BOD5. COD, nitrat, fosfat dan pH.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode storet didapatkan total skor masing-masing stasiun sebesar -28 pada stasiun 1, -22 pada stasiun 2 dan - 30 pada stasiun 3 berdasarkan hasil perhitungan skor ini didapatkan hasil bahwa tingkat pencemaran dari ke tiga stasiun masuk kedalam kategori kelas C yaitu tercemar sedang dengan ratarata skor 11 sampai dengan -30.


(14)

ABSTRACT

SHARAH DINA The Disposal Effect of The Waste Water of Tofu Factory to Water Quality Of The Babura River Medan Polonia District. Under the Supervision of ALEXANDER TERNALA BARUS and MARAGUNUNG DALIMUNTHE.

Babura River is one of the three river in Medan where this river is already contaminated which is caused by the society around the river such as the plastic product disposal ,disposal of household waste that flowed trough the trenches, and also the disposal of the waste water of the tofu factory. The purpose of this research is to know more regarding how far the effect of the disposal of the waste water of the tofu factory to the quality of Babura River. This research was conducted in august until september 2013 with determining 3 stations. Which every stations divided into three point for water sampling which is taken 100 m from every station. The physic and chemical parameter that is taken for observed are temperature, brightness of the water, colour, turbidity, TSS,TDS,DO, BOD, COD, Nitrate, Phosphate and pH.

Based of the result of the research using the storet methode we got thr total score of the each stations in the amount of -29 in the station 1, -22 in the station 2 and -30 in the stations 3 based on the result we can conclude that the contaminations level from the three stations is categorized as c class contaminations which is contaminated with score -11 up to -30.

Keywords : Storet methode, contaminations of waste water from tofu factory, Babura river


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain (Effendi, 2003).

Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat kepada kehidupan kepada manusia. Dari mata air sebagai awal mengalirnya air, melintasi bagian-bagian alur sungai hingga kebagian hilir yang terjadi secara dinamis. Kedinamisan tersebut bergantung pada musim, karakteristik alur sungai, dan pola hidup manusia disekitarnya. Kondisi ini menyebabkan baik kuantitas maupun kualitasnya mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan lingkungan sungai dan kehidupan manusia (Sukadi, 1999).

Industri tahu merupakan usaha yang didirikan dalam rangka pengembangan kegiatan dibidang pangan yang mempunyai dampak positif dan negatif bagi lingkungan. Dampak positif berupa pemenuhan kebutuhan masyarakat akan sumber pangan sedangkan dampak negatif dari industri tahu berupa limbah buangan yang menimbulkan masalah pencemaran sehingga merusak lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut berupa hasil pembuangan limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuat tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung


(16)

tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai (Fachrurozi, 2010).

Industri tahu saat ini telah berkembang pesat dan menjadi salah satu industri rumah tangga yang tersebar luas baik di kota besar maupun kota-kota kecil. Industri tahu dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair dan padat. Limbah padat dari hasil proses produksi tahu berupa ampas tahu. Limbah cair tahu dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi (Esmiralda dan Husni, 2011)

Permasalahan

Adanya aktivitas industri pabrik tahu disekitar Sungai Babura yang melakukan pembuangan limbah cair industri tahu ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu yang berdampak pada perubahan kualitas air sungai Babura Kecamatan Medan Maimun.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan permasalahan dari penelitian sebagai berikut :

1. Apakah Limbah Cair Industri Tahu dapat mempengaruhi kualitas air Sungai Babura ?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh limbah cair pabrik tahu erhadap kualitas air Sungai Babura.


(17)

Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi tentang pengaruh limbah cair industri tahu kualitas air Sungai Babura Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

b. Memberikan informasi yang berguna bagi instansi terkait tentang kondisi perairan Sungai Babura

c. Sebagai dasar acuan mengurangi pembuangan limbah tahu ke Sungai Babura secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu

Kerangka Pemikiran

Sungai merupakan salah satu pemasok air terbesar bagi makhluk hidup. Salah satunya sungai dimanfaatkan manusia sebagai sumber air bersih bagi manusia. Selain sebagai sumber air bersih bagi manusia ketersediaan sumberdaya air mempunyai peran yang sangat mendasar untuk menunjang pengembangan ekonomi. Kegiatan ini akan mempengaruhi kondisi fisik, kimia, dan biologi perairan sungai. Penurunan kualitas perairan sungai dapat terjadi jika badan perairan penerima limbah tidak mampu melaksanakan proses pemulihan diri.

Semakin banyaknya pelaku industri tahu di Indonesia dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai karena banyak dari para pelaku industri membuang limbah tahu ke sungai secara langsung tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai yang berdampak terhadap kehidupan organisme di dalamnya dan manusia yang memanfaatkan air sungai yang tercemar limbah cair dari pabrik tahu.

Mengingat pengaruh yang ditimbulkan limbah tahu terhadap kualitas air sungai sangat berbahaya bagi organisme akuatik sungai dan peran sungai bagi ekosistem disekitarnya serta bagi manusia yang memanfaatkannya untuk


(18)

kehidupan sehari-hari. Secara ringkas, kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Kerangka Pemikiran Penelitian

Industri Tahu

Dampak Positf Dampak Negatif

• Memberikan asupan protein nabati bagi manusia

• Ampas tahu dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak

• Pencemaran Perairan yang diakibatkan dari pembuangan limbah cair industri tahu ke perairan

• Menyebabkan Penurunan

Kualitas air

Parameter Fisika

Parameter Kimia

Berbahaya bagi organisme akuatik dan bagi kesehatan


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Air

Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat di daratan (inland water) secara umum dibagi atas 2 yaitu perairan lentik (lentic water), atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga dan sebagainya dan perairan lotik (lotic water) disebut juga sebagai perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya (Barus,2004).

Ekosistem sungai dibagi menjadi beberapa zona dimulai dengan zona kranal (mata air) yang umumnya terdapat di hulu. Selanjutnya aliran air dari beberapa mata air akan membentuk aliran sungai di pegunungan yang disebut zona rithral ditandai dengan relief aliran sungai terjal. Zona Rithral dibagi menjadi 3 yaitu, epirithral (bagian yang paling hulu), metarithral (bagian tengah dari aliran sungai di zona rithral) dan hyporithral (bagian paling akhir dari zona rithral). Setelah melewati zona hyporithral, aliran sungai akan memasuki zona potamal, yaitu aliran sungai pada daerah-daerah yang lebih landai dibandingkan denga zona rithral (Barus, 2004).

Pencemaran

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara misalnya melalui atmosfer, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri dan lain-lain (Effendi,2003)


(20)

Pengolahan limbah industri khususnya limbah industri kimia melibatkan banyak unit dan proses operasi teknik kimia yang menghasilkan produk air bebas kontaminan. Konversi limbah cair menjadi produk baru menggunakan prinsip hukum termodinamika, reaktor pencampur dan alat industri kimia lainnya. Baku mutu limbah cair adalan batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan untuk dibuang ke lingkungan. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang kelingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan (Suharto, 2011).

Klasifikasi Limbah Cair

Limbah cair dibedakan menurut asal limbah cair:

1. Limbah cair dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik seperti sayur-mayur, buah-buahan dan senyawa anorganik seperti gelas dan kaleng.

2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut, konsentrasi logam berat sangat tinggi atau senyawa organik sangat tinggi dalam limbah cair

3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD tinggi namun nilai BOD rendah (Suharto,2011)

Industri Tahu

Industri Tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah padat. Bahan utama pembuatan tahu adalah kedelai, dimana tahu adalah suatu olahan dari ekstrak kedelai yang dilakukan dengan penambahan asam cuka.


(21)

Limbah tahu banyak mengandung protein dan karbohidrat tinggi sehingga pembusukan oleh mikroorganisme pembusuk sangat mudah terjadi (Witana dan Agung, 2010).

Selama ini teknologi yang sudah ada untuk pengolahan air limbah tahu yaitu pengolahan menggunakan metode secara kimia, dan biologi. Pada umumnya Pengolahan secara kimia, dan biologi masih mempunyai kekurangan untuk mengolah air limbah. Pengolahan air limbah secara kimia mengakibatkan pencemaran baru yang berasal dari bahan kimia, selain itu bahan baku proses pengolahan secara kimia lebih mahal, sedangkan pengolahan yang menggunakan proses secara biologi dibutuhkan lahan yang cukup luas dan waktu yang cukup lama untuk mendegradasi air limbah (Witana dan Agung, 2010).

Sebagian besar industri tahu mengalirkan langsung air limbahnya ke saluran-saluran pembuangan, sungai ataupun badan air penerima lainnya tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga limbah cair yang dikeluarkan seringkali menjadi masalah bagi lingkungan sekitarnya. Kondisi ini diduga akibat masih banyaknya pengrajin tahu yang belum mengerti akan kebersihan lingkungan sehingga pengolahan limbah masih menjadi beban yang cukup berat. Namun keberadaan industri tahu selalu didukung baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat karena tahu merupakan makanan yang digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia, disamping nilai gizinya tinggi harganya pun terjangkau. Selain itu, industri tahu merupakan industri rumah tangga yang merupakan sektor potensial dalam upaya penyerapan tenaga kerja, terutama di daerah yang padat jumlah penduduknya (Rossiana, 2006).


(22)

Proses produksi tahu secara rinci dapat dilihat pada diagram alir proses produksi tahu (Kaswirani, 2007) pada Lampiran 7 .

Limbah Cair Industri Tahu

Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang dihasilkan dan selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran 7 (Kaswirani,2007).

Limbah tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat industri tahu belum dirasakan dampaknya karena limbah padat industri tahu bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Witana dan Agung, 2010)

Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa


(23)

pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan (Kaswirani,2007).

Limbah cair industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical Oxygen Demand) di dalam air limbah industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000 - 10.000 mg/L, serta mempunyai keasaman 4 yang rendah yakni pH 4-5. Jika ditinjau dari Kep-03/MENKLH/11/1991 tentang baku mutu limbah cair, maka industri tahu memerlukan pengolahan limbah (Rossiana, 2006)

Karakteristik Limbah Cair Tahu

Secara umum karakteristik air buangan dapat digolongkan atas sifat fisika, kimia, dan biologi. Akan tetapi, air buangan industri biasanya hanya terdiri dari karakteristik fisika dan kimia. Menurut Eckenfelder (1989). Parameter yang digunakan untuk menunujukkan karakter air buangan limbah adalah:

a. Parameter fisika seperti kekeruhan, suhu, zat padat dan lain-lain. b. Parameter kimia dibedakan atas

1. Kimia Organik : kandungan organik (BOD, COD, TOC), oksigen terlarut (DO), minyak/lemak, nitrogen total (N-total), dan lain-lain 2. Kimia anorganik : pH, Ca, Pb, Fe, Cu, sulfur dan lain-lain.

Beberapa karakteristik limbah cair industri tahu yang perlu diketahui antara lain:

1. Padatan tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak terlarut dalam air. Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat


(24)

dengan tingkat kekeruhan semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi maka air akan semakin keruh

2. Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan parameter untuk menilai jumlah zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah cair. Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik tinggi. 3. Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi

merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator (misal kalium dikhromat) untuk mengoksidasi seluruh material baik organik maupun anorganik yang terdapat dalam air. Jika kandungn senyawa organik dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut dalam air dapat mencapai nol sehingga tumbuhan air, ikan-ikan, dan hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup.

4. Nitrogen Total (N-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organik campuran senyawa kompleks antara lain asam amino, gula amino, dan protein (polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair, N-Total terdiri dari campuran N-Organik, N-Amonia, nitrat dan nitrit. 5. Derajat Keasaman (pH) air limbah industri tahu cenderung

asam(BPPT,1997a). Pada keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah menguap. Hal ini menyebabkan limbah cair tahu mengeluarkan bau busuk (Husin, 2008).


(25)

Suhu buangan indutri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 800c sampai 1000c. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen, dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan (Pohan, 2008)

Kualitas Air

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika ( suhu, kekeruhan, kepadatan, padatan terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi 2003).

Pengaruh Air Buangan

Air buangan dari proes pembuatan tahu ini menghasilkan limbah cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut, bila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan biologis air (Husin, 2008).


(26)

Didaerah-daerah sekitar pemukiman, adanya sungai selain sebagai saluran alamiah, sering digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah. Aktifitas rumah tangga, industri maupun fasilitas umum lainnya merupakan sumber buangan limbah, yang dilakukan secara langsung dan setelah melewati proses pengolahan terlebih dahulu.

Pencemaran terjadi apabila air buangan yang diterima sungai memberikan dampak terhadap penurunan kualitas air. Air sungai tercemar dapat terlihat dari fisik airnya, yaitu semula jernih menjadi keruh atau kehitam-hitaman sering menimbulkan bau yang tidak enak (Sukadi, 1999).


(27)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2013 di Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia Medan. Pengukuran sampel parameter air akan dilaksanakan di Lembaga Penelitian Pusat Laboratorium Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PUSLIT SDAL) Universitas Sumatera Utara. Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Deskripsi Area Stasiun 1

Stasiun 1 terletak pada titik koordinat 3032’43.71” N dan 98039’45,01” E merupakan lokasi sebelum pembuangan limbah cair industri tahu dengan kondisi lingkungan yang dikelilingi oleh perumahan penduduk dan stasiun ini berjarak 100 m dari stasiun 2. Foto lokasi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 4 .


(28)

Gambar 4. Foto Lokasi stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 2 merupakan daerah tengah dari Sungai Babura yang berada pada koordinat 3032’44.29” N dan 98039’44.96” E dengan kondisi lingkungan dikelilingi oleh perumahan penduduk dan di pinggir sungai terdapat industri tahu yang membuang limbah ke Sungai Babura. Substrat dari sungai ini berlumpur dengan kondisi air berwarna coklat. Foto lokasi Stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 5 .

Gambar 5. Foto lokasi stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 3 ini terletak pada titik koordinat 3032’44.73” N dan 98039’44.53” E merupakan lokasi setelah pembuangan limbah cair industri tahu lokasi memiliki kondisi lingkungan yang sama dengan Lokasi pada stasiun 1 dan


(29)

stasiun 2 karena hanya berjarak 100 m. Foto lokasi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 6 .

Gambar 6. Foto Stasiun 3

Alat dan Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah sampel air sungai Babura Kecamatan Medan Polonia, KOH-KI, MnSO4, H2SO4, Amilum, dan Na2S2O3, es.

Alat yang digunakan adalah alat uji parameter (BOD dan COD) botol alkohol, ember plastik, kertas label, alat tulis, kamera, gelas ukur, beaker glass, botol winkler, turbidimeter, termometer, pHmeter, icebox dan secchi disk (keping secchi).

Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel akan dilakukan di Sungai Babura Kecamatan Medan Polonia. Metode yang dilakukan adalah Purposive Random Sampling

sebanyak 3 (tiga) stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan disetiap stasiun. Sampel air diambil dengan menggunakan ember yang kemudian dimasukkan kedalam botol alkohol dengan merendamkan botol alkohol kedalam air sampai tidak ada gelembung dalam botol alkohol tersebut.


(30)

Analisis parameter fisika dapat langsung dilakukan disetiap stasiun Sedangkan Parameter Kimia dapat dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PUSLIT SDAL) Universitas Sumatera Utara.

Pengukuran Parameter Kualitas Air

Parameter Fisika yang diukur mencakup :

1. Suhu

Suhu diukur degan menggunakan thermometer air raksa yang berskala 0 - 500c dimasukkan kedalam sampel air sedalam 10 cm selama 3 menit. Kemudian dibaca skalanya.

2. Kecerahan

Kecerahan dapat diukur dengan mengunakan keping secchi dengan cara keping secchi dimasukkan kedalam air secara perlahan-lahan sambil diperhatikan sampai warna putih pada dari piringan itu tidak terlihat dan dicatat berapa kedalamannya, kemudian piringan tersebut ditarik keatas sampai warna putih terlihat dan dicatat kedalamannya. Lalu,dari kedua kedalaman tersebut dihitung rata-ratanya.

3. Warna

Warna dapat diamati secara visual (langsung), air sampel diambil dan dimasukkan kedalam botol yang terang dan transparan. Botol sampel kemudian diletakkan diatas latar belakang putih (misalnya kertas berwarna putih) selanjutnya diamati warna dari sampel air tersebut ( merah, kemerah-merahan, coklat, kuning, kekuning-kuningan, biru, hijau dan bening ).


(31)

4. Kekeruhan

Kekeruhan dapat diamati dengan turbidimeter memasangkan/menyambungkan turbidimeter dengan sumber listrik, diamkan selama 15 menit Sebelum digunakan alat harus diset terlebih dahulu (dikalibrasi), dimana angka yang tertera pada layar harus 0 atau dalam keadaan netral Sampel dimasukan pada tempat pengukuran sampel yang ada pada turbidimeter. Melakukan pengukuran dengan menyesuaikan nilai pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai yang tertera pada layar pada turbidimeter sesuai dengan nilai standar Membaca skala pengukuran kekeruhan. Pengukuran sampel harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan menekan tombol pengulangan pengukuran untuk setiap pengulangan agar data yang diperoleh pengukuran tepat atau valid, dan hasilnya langsung dirata-ratakan.

5. Padatan Tersuspensi (TSS)

Padatan tersuspensi atau suspended solid merupakan jumlah padatan/partikel (mg) yang tersuspensi pada limbah cair setiap 1 liter limbah cair yang diperiksa. Alat yang digunakan adalah spectrofometer. Ambil sampel kurang lebih 500 ml, campurkan hingga homogen. Hidupkan spectrofometer, piih program untuk pemeriksaan suspended solid 630 tekan enter, sesuaikan panjang gelombang yang dikehendaki yaitu 810 nm, setelah sesuai tekan enter. Selanjutnya masukkan cuvet blanko yang berisi 25 ml aquades ke dalam cell holder, yang sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu memakai tissue pada didnding cuvet. Tekan zerro, setelah menunjukkan 0 ppm suspended solid, masukkan cuvet sample cell yang terisi 25 ml sampel,


(32)

yang sebelumnya dikocok sampai merata dan dibersihkan dinding cuvet memakai tissue kemudian tekan enter. Pada monitor akan terbaca kadar suspended solid dalam mg/l seiap 1 liter limbah cair yang diperiksa. Matikan spectrofotometer dengan menekan tobol off (0) dan cuci curvet untuk pemeriksaan berikutnya.

6. Padatan Terlarut Total (TDS)

Alat yang digunakan untuk mengukur TDS dalam air adalah TDSmeter dengan cara mencelupkan TDSmeter kedalam air yang akan diteliti selain itu ada 2 metode yang digunakan dalam pengukuran Ada dua metode yang sering digunakan dalam pengukuran TDS, yaitu:

A. Gravimetri

Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Hal ini dikarenakan metode gravimetri ditentukan melalui penimbangan langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.

Bagian terbesar dari gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama. Adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu digunakan faktor-faktor koreksi. Faktor paling penting dalam metode ini yaitu proses pemisahan harus cukup sempurna sehingga


(33)

B. Electrical Conductivity

Konduktivitas listrik air secara langsung berhubungan dengan konsentrasi padatan terlarut yang terionisasi dalam air. Ion dari konsentrasi padatan terlarut dalam air menciptakan kemampuan pada air untuk menghasilkan arus listrik yang dapat diukur menggunakan conductivity meter. Electrical conductivity berfungsi mengukur konduktivitas listrik bahan-bahan yang terkandung dalam air.

Semakin banyak bahan (mineral logam maupun non logam) dalam air maka hasil pengukuran akan semakin besar. Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang terkandung dalam air maka hasilnya mendekati nol, atau disebut air murni (Insan, 2008). Prinsip kerjanya dengan menghubungkan 2 buah probe ke larutan yang diukur, kemudian dengan rangkaian pemprosesan sinyal akan mengeluarkan output yang menujukkan besar konduktivitas/daya hantar listrik sampel air tersebut (Endrah, 2010).

Parameter Kimia yang diukur mencakup :

1. DO (Disolved oxygen)

Dissolved oxygen (DO) diukur menggunakan metoda winkler. Sampel air diambil dari permukaan perairan dan dimasukkan ke dalam botol winkler kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut. Pengukuran DO dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Bagan kerja pengukuran DO dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. BOD5 (Biochemical oxygen demand)

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metoda winkler. Pengukuran BOD5 dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Sampel air yang


(34)

diambil dari dasar perairan dimasukkan ke dalam botol winkler. Bagan kerja pengukuran BOD5 dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. pH

Nilai pH dapat diukur dengan menggunakan pHmeter kedalam sampel air yang diambil dari perairan sampai pembacaan pada alat konstan dan dibaca angka yang tertera pada ph meter tersebut.

4. COD

COD dapat diukur dengan metode refluk. Bagan kerja pengukuran COD dapat dilihat pada Lampiran 3.

5. Nutrien (N(NO3) dan P) dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer yang dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Selengkapanya dapat dilihat nama-nama alat yang digunakan pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan yang diukurnalisis Data

Parameter Satuan Alat Tempat Analisis

Fisika

- Suhu ⁰C Termometer Hg In Situ

- Kecerahan Cm Keping Sechi In Situ

- Warna - Visual In Situ

- Kekeruhan NTU Turbidimeter In Situ

- TDS mg/l Gravimetri Ex Situ

- TSS mg/l Gravimetri Ex Situ

Kimia

- DO mg/l Do meter In Situ

- BOD5 mg/l Do meter In Situ

- COD mg/l Metode Refluk Ex situ

- Nitrat mg/l Spektrofometer Ex Situ

- Fosfat mg/l Spektrofometer Ex Situ


(35)

Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet

Secara prinsip metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Penentuan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (United Stated - Enviromental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam 4 kelas yaitu :

1. Kelas A : baik sekali, skor = 0 → memenuhi baku mutu 2. Kelas B : baik, skor = - 1 s/d – 10 → tercemar ringan 3. Kelas C : sedang, skor = - 11 s/d – 30 → tercemar sedang 4. Kelas D : buruk, sko = ≥ - 31 →tercemar berat

Prosedur Penggunaan :

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air yang dilakukan dengan pengulangan pengambilan sampel sebanyak 3 kali pengulangan di setiap stasiun.

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:


(36)

Tabel 2. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Jumlah

parameter Nilai

Parameter Fisika Kimia < 10

Maksimum -1 -2 Minimum -1 -2 Rata-rata -3 -6

≥ 10

Maksimum -2 -4 Minimum -2 -4 Rata-rata -6 -12

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang di dapat dengan menggunakan sistem nilai (Canter, 1977 diacu oleh Bethy, 2007)


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air parameter fisika kimia yang dilakukan selama penelitian didapatkan rata-rata nilai parameter fisika-kimia seperti pada Tabel 3:

Tabel 3. Rata-rata Nilai Parameter Fisika-Kimia

No Parameter Satuan Stasiun Baku Mutu

(PP No 82/2001)

Fisika I II III

1 Suhu ⁰C 27,3 27.25 27,5 Deviasi 3

2 Kecerahan Cm 23,85 25,45 21,91 -

3 Kekeruhan NTU 30,52 31,59 34,83 -

4 TDS mg/l 294 321,2 308,6 1000

5 TSS mg/l 33,85 34,80 33,98 50

Kimia

1 DO mg/l 5,141 5,047 5 4

2 BOD5 mg/l 1,613 2,054 1,704 3

3 COD mg/l 25,11 26,84 25,98 25

4 Nitrat mg/l 1,445 1,604 1,579 10

5 Fosfat mg/l 0,248 0,269 0,254 0,2

6 pH - 9,18 9 9,45 6-9

Keterangan :

Stasiun 1 : Daerah sebelum pembuangan limbah cair industri tahu 3032’43.71” N dan 98039’45,01” E

Stasiun 2 : Daerah pembuangan limbah cair industri tahu 3032’44.29” N dan 98039’44.96” E

Stasiun 3 : Daerah Setelah pembuangan limbah cair industri tahu 3032’44.73” N dan 98039’44.53” E

Berdasarkan data pada tabel 3 diatas rata-rata nilai parameter fisika-kimia diatas dapat dilihat hasil rata-rata pengukuran suhu pada stasiun 1 sebesar 27,3⁰C,


(38)

stasiun 2 sebesar 27,25 ⁰C dan stasiun 3 sebesar berkisar 27,5 ⁰C sedangkan hasil rata –rata kecerahan pada stasium 1 sebesar 23,85 cm ,stasiun 2 sebesar 25,45 cm dan stasiun 3 sebesar 21,91cm. Dari hasil pengukuran dapat diketahui tingkat kecerahan paling tinggi terdapat pada stasiun 2. Nilai kekeruhan pada stasiun 1 sebesar 30,52 pada stasiun 2 sebesar 31,59 dan pada stasiun 3 sebesar 34,83. Pengukuran TDS pada stasiun 1 sebesar 293,9 pada stasiun 2 sebesar 321,1 dan pada stasiun 3 sebesar 308,6. Nilai TSS pada stasiun 1 sebesar 33,85 pada stasiun 2 sebesar 34,80 sedangkan pada stasiun 3 sebesar 33,98.

Pada Tabel 3 dapat dilihat kandungan DO pada stasiun 1 sebesar 5,141 pada stasiun 2 sebesar 5,047 sedangkan pada stasiun 3 sebesar 5 perbedaan kandungan DO dari setiap stasiun tidak jauh berbeda antara stasiun 1 sampai dengan stasiun 3. Nilai rata-rata kandungan BOD5 pada stasiun 1 sebesar 1,613 pada stasiun 2 sebesar 2,054 sedangkan pada stasiun 3 sebesar 1,704. Pengukuran parameter COD dengan rata-rata 25,11 pada stasiun 1, 26,84 pada stasiun 2 dan 25,98 pada stasiun 3. Nilai nitrat tertinggi berada pada stasiun 3 sebesar 1,797 sedangkan pada stasiun 1 sebesar 1,445 dan pada stasiun 2 sebesar 1,604. Tingginya nilai nitrat pada stasiun 3 disebabkan karena limbah cair industri tahu yang terdegradasi kedasar perairan yang diakibatkan oleh dari air sungai. Kandungan fosfat pada stasiun 1 sebesar 0,248 pada stasiun 2 sebesar 0,254 sedangkan pada stasiun 3 sebesar 0,254. Rata – rata kandungan pH pada stasiun 1 sebesar 9.18 pada stasiun 2 sebesar 9.0 dan pada stasiun 3 sebesar 9,45.

Berdasarkan total skor mutu kualitas air menurut metode storet. Hasil perhitungan mutu kualitas air di Sungai Babura dengan metode Storet pada


(39)

stasiun 1 diperoleh total skor -28 pada stasiun 2 diperoleh total skor -22 dan pada stasiun 3 diperoleh total skor -30.

Pembahasan

Parameter Fisika

Suhu

Berdasarkan nilai rata-rata parameter fisika rata – rata nilai suhu pada stasiun 1 27,3 pada stasiun 2 sebesar 27,25 dan pada stasiun 3 sebesar 27,5 adanya perbedaan suhu yang tidak terlalu besar ini dikarena pada stasiun 1 yang memiliki rata-rata suhu yang paling rendah karena pada stasiun tidak ada aktivitas masyarakat dan pembuangan sedangkan pada stasiun 2 dan stasiun 3 memiliki rata-rata suhu yang lebih tinggi disebabkan pada stasiun 2 dan 3 terdapat aktivitas masyarakat yang berupa pembuangan sampah plastik dan terdapat aktivitas pembuangan limbah cair industri.

Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 100C (hanya pada kisaran suhu yang di tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisma air akan mengalami kesulitan melakukan respirasi (Barus 2003).


(40)

Kecerahan

Berdasarkan nilai rata-rata kecerahan yang terdapat setiap stasiun . Pada stasiun 1 sebesar 23,85 cm, stasiun 2 sebesar 25,45 cm dan stasiun sebesar 21,91 cm. Berdasarkan nilai rata- rata tingkat kecerahan pada stasiun 2 lebih besar hal ini disebabkan karena pada stasiun 2 terdapat aktivitas pembuangan limbah cair industri tahu dan juga pembuangan sampah-sampah yang dilakukan oleh warga di sekitar sungai babura, selain akibat pembuangan limbah tingkat kecerahan juga di pengaruhi oleh keadaan cuaca

Menurut Effendi (2003) kecerahan bergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran tranparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan sangat di pengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pegukuran, kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.

Menurut Suparjo (2009) tinggi tingkat kecerahan dalam suatu perairan dapat menyebabkan penetrasi dan absorbsi perairan tersebut akan berlangsung tidak optimal sehingga produktivitas primer perairan tidak berjalan secara optimal yang mengakibatkan perairan tidak layak untuk kehidupan organisme.

Kekeruhan

Berdasarkan rata-rata tingkat kekeruhan nilai rata-rata pada stasiun 1 sebesar 30,52 NTU, stasiun 2 sebesar 31,59 NTU dan stasiun 3sebesar 34,83 NTU tingginya tingkat kekeruhan pada stasiun 3 disebabkan oleh pengaruh dari pembuangan sampah dan hasil buangan limbah dan pengaruh dari lumpur yang


(41)

terdapat pada stasiun 1 dan stasiun 2 yang terbawa oleh arus sehingga terlarut dan tersuspensi kedasar perairan yang terdapat pada stasiun 3.

Kekeruhan pada perairan yang tergenang misalnya danau, lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang lebih besar yang berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air (Effendi, 2003).

Total Dissolved Solid (TDS)

Berdasarkan hasil pengukuran nilai rata-rata kandungan TDS yang dilakukan selama penelitian di dapatkan hasil nilai rata-rata kandungan TDS pada stasiun 1 sebesar 293,9 pada stasiun 2 sebesar 321,2 dan pada stasiun 3 sebesar 308,6. Tingginya kandungan TDS pada stasiun 2 diduga disebabkan oleh adanya pengaruh bahan-bahan tersuspensi dalam perairan yang berasal dari lumpur dan juga dari buangan limbah industri tahu.

Menurut Nurhasanah (2002) nilai TDS dalam perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan tanah dan juga pengaruh antropogenik berupa limbah domestik dan limbah industri pengaruh nilai TDS yang tinggi dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke air dan akhirnya berpengaruh pada fotosintesis diperairan. Air yang diminum dengan kandungan TDS yang tinggi akan tidak terasa enak di lidah dan


(42)

menimbulkan rasa mual. Nilai kandungan TDS yng dapat di jadikan air minum dan untuk kepentingan perikanan sebesar 500 mg/l.

Total Suspended Solid (TSS)

Berdasarkan nilai rata-rata TSS diperoleh nilai rata-rata kandungan TSS pada stasiun 1 sebesar 33,85 stasiun 2 sebesar 34,80 dan pada stasiun 3 sebesar 33,98 tingginya rata-rata kandungan TSS dalam sungai babura dikarenakan adanya kikisan tanah yang terbawa ke badan air. Kandungan TSS dalam perairan Sungai Babura masih berada diambang normal hal ini didasarkan pada Baku Mutu Menurut PP No 82 Tahun 2001 dimana ambang batas normal dari kandungan TSS dalam perairan tidak lebih dari 50 mg/l.

Menurut Effendi (2003) padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter < 1 µm ) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa badan air.

Parameter Kimia

Oksigen Terlarut (DO)

Berdasarkan nilai rata-rata kandungan oksigen terlarut (DO) yang diperoleh nilai rata-rata pada stasiun 1 sebesar 5,141 mg/l, stasiun 2 sebesar 5,047 mg/l dan stasiun 3 sebesar 5 mg/l. Nilai rata-rata kandungan oksigen pada setiap stasiun masih dapat ditolerir makhluk hidup. Nilai kandungan DO yang terendah terdapat pada stasiun 3 hal ini disebabkan karena pada stasiun 3 tidak terdapat


(43)

tumbuhan untuk menyumbangkan oksigen dalam proses fotosintesis dan juga terdapat pengaruh dari adanya pembuangan limbah. Menurut Siagian (2009) menyatakan bahwa rendahnya nilai oksigen terlarut menunjukkan bahwa terdapat senyawa organik serta senyawa kimia yang masuk kedalam perairan, dimana kehadiran senyawa organik akan menyebabkan terjadinya proses penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme yang dilakukan secara aerob.

Menurut Siagian (2009) biota pada perairan tropis memerlukan oksigen terlarut minimal 5 mg/l, sedang biota beriklim sedang memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Kandungan oksigen yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan biota lain yang memerlukan oksigen akan mati.

Menurut PP No 82 Tahun 2001 Kandungan DO dalam perairan dengan angka batas minimum 4 maka berdasarkan hal tersebut kandungan DO dalam setiap stasiun masih berada pada amabang batas normal.

Biochemical Oxygen Demand (BOD5)

Nilai rata-rata kandungan BOD5 pada setiap stasiun yaitu berkisar 1,613 mg/l pada stasiun 1sebesar 2,054 mg/l pada stasiun 2 sebesar dan 1,704 mg/l pada stasiun 3. Nilai BOD5 yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 1 adanya perbedaan kandungan BOD5 pada setiap stasiun disebabkan karena jumlah kandungan bahan organik yang berbeda pada setiap stasiun, yang berhubungan dengan defisit oksigen karena oksigen tersebut digunakan oleh mikroorganisme dalam proses penguraian bahan organik sehingga menyebabkan kandungan BOD5 pada stasiun 2 lebih tinggi hal ini disebabkan pada stasiun terdapat aktivitas pembuangan limbah cair industri tahu dan juga


(44)

adanya aktivitas masyarakat sedangkan pada stasiun yang kandungan BOD5 rendah disebabkan karena pada stasiun 1 tidak terlalu banyak ditemukan aktivitas masyarakat.

Chemical Oxygen Demand (COD)

Nilai rata-rata kandungan COD (tabel 3) yang terdapat pada stasiun 1 sebesar 25,11 mg/l, stasiun 2 sebesar 26,84 mg/l, stasiun 3 sebesar 25,98 mg/l. Kandungan COD yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun 1. Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa COD merupakan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegrasi menjadi CO2 dan H20. Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik. Baik yang dapat di dekomposisi secara organik maupun yang tidak.

Tingginya kadar COD pada stasiun 2 menyebabkan perairan memerlukan kadar oksigen untuk proses oksidasi kimia yang menyebabkan terjadinya penurunan kandungan oksigen. Menurut PP No 82 Tahun 2001 kandungan COD dalam setiap stasiun sudah melewati batas baku dimana batas baku mutu COD menurut PP No 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 25 mg/l sehingga Sungai Babura dapat dikatakan tercemar.

Nitrat


(45)

stasiun 3 sebesar 1,579. Tingginya kandungan nitrat pada stasiun 2 karena terdapat aktivitas pembuangan limbah cair tahu. Sedangkan rendahnya kandungan nitrat pada stasiun 1 disebabkan karena lokasinya berada jauh dengan tMenurut mpat pembuangan limbah

Siagian (2009) konsentrasi nitrat akan semakin bertambah bila berada dekat dengan titik pembuangan dan akan semakin berkurang jika berada jauh dari titik pembuangan yang disebabkan aktivitas mikroorganisme.

Fosfat

Berdasarkan nilai rata-rata kandungan fosfat pada stasiun 1sebesar 0,248, stasiun 2 sebesar 0,269 dan stasiun 3 sebesar 0,254 dimana kandungan fosfat yang tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu sebesar 0,269 dan kandungan fosfat yang terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 0,248.

Tingginya kadar fosfat pada stasiun 2 disebabkan oleh masuknya limbah-limbah ke badan air sehingga meningkatkan kadar kandungan fosfat pada badan air. Menurut Alaerts (1987) dalam Siagian (2009) menyatakan bahwa terjadinya penambahan kandungan fosfat dalam badan perairan dipengaruhi oleh adanya masukan limbah-limbah industri, pertanian, dan aktivitas masyarakat. Fosfor terutama berasal dari sedimen yang selanjutnya akan terinfiltrasi kedalam air tanah dan akhirnya masuk kedalam perairan terbuka. Selain itu fosfor juga dapat berasal dari atmosfer dan bersama dengan curah hujan yang masuk kedalam perairan. Dengan demikian peningkatan unsur fosfor dalam perairan dapat mengakibatkan peningkatan populasi alga secara massal sehingga dapat menimbulkan eutrofikasi dalam perairan (Barus, 2004).


(46)

pH

Berdasarkan nilai rata-rata pH pada stasiun 1 sebesar 9,18 stasiun 2 sebesar 9 dan stasiun 3 sebesar 9,45. Nilai pH pada ke 3 stasiun tidak memiliki perbedaan yang terlalu besar namun berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 nilai rata-rata pH dalam suatu perairan berkisar 6-9 hal ini menunjukkan bahwa kandungan pH pada stasiun 1 dan 3 sudah melewati batas normal.

Menurut Barus (2004) nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan memyebabkan terjadinyan gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam terutama ion aluminium yang bersifat toksik. Jika kandungan senyawa logam semakin tinggi tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisma. Sedangkan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air. Kenaikan pH diatas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisma dalam air.

Menurut Effendi (2003) pH juga mempengaruhi toksisitas senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium bersifat tidak toksik (innocuos). Namun, pada suasana alkalis (pH tinggi) lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi (unionized) dan bersifat toksik. Amonia yang tidak terionisasi ini lebih mudah terserap kedalam tubuh organisme akuatik dibandingkan amonium.


(47)

Penilaian Mutu Kualitas dengan Metode Storet

Berdasarkan skor mutu kualitas air dengan metode Storet didapatkan hasil nilai skor pada stasiun 1 dengan skor -28 pada stasiun 2 dengan skor -22 dan pada stasiun 3 dengan skor -30 maka dapat ditentukan bahwa stasiun 1-3 termasuk kedalam kategori tercemar sedang dengan kelas c hal ini sesuai dengan indikator metode storet yang menyatakan tercemar sedang dengan rata-rata skor -11s/d -30. Dari ketiga stasiun diatas terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu yaitu COD, fosfat dan pH. Tingginya total skor pada stasiun 3 dikarenakan pada stasiun 3 merupakan daerah setelah pembuangan limbah cair tahu yang dimana terdapat aktivitas masyarakat seperti pembuangan sampah-sampah dan juga pembuangan limbah rumah tangga melalui parit yang mengalir pada stasiun 3 serta pengaruh cuaca sehingga mempengaruhi parameter fisika-kimia pada saat pengambilan sampel.

Berdasarkan hasil pengukuran skor dengan metode storet dapat dilihat bahwa pengaruh pembuangan dari limbah cair industri tahu tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan pada aliran Sungai Babura pada stasiun 1 s/d stasiun 3 sudah mengalami pencemaran yang ditandai dengan nilai skor dari metode storet yang menyatakan bahwa ketiga stasiun yang sudah tercemar sedang. Dan juga disebabkan pada stasiun 1 dan 3 sudah mengalami pencemaran yang berasal dari pembuangan limbah rumah tangga yang dialirkan melalui parit-parit ke Sungai Babura dan pembuangan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar Sungai Babura.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian status mutu air dengan metode storet total skor stasiun 1 adalah -28, stasiun 2 adalah -22 dan stasiun adalah -30.Hal ini berarti nilai yang diperoleh dari ketiga stasiun termasuk kedalam kelas c yaitu tercemar sedang.

2. Berdasarkan hasil total skor dengan metode storet diperoleh hasil bahwa pengaruh dari pembuangan limbah cair industri tahu tidak terlihat hal ini diduga karena aliran dari sungai babura sudah mengalami pencemaran dari faktor lain seperti pembuangan limbah rumah tangga dan pembuangan sampah oleh masyarakat disekitar sungai babura.

Saran

1. Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarak agar tidak membuang limbah dan sampah saluran atau langsung ke Sungai Babura untuk menjaga kebersihan dan kualitas air dari Sungai Babura

2. Diharapkan untuk para peneliti yang melakukan penelitian dengan metode storet ini untuk memperhatikan keadaan cuaca karena apabila pengukuran parameter fisika – kimia ini dilakukan pada saat kondisi cuaca yang tidak baik dikhawatirkan data yang diperoleh akan kurang valid.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Kasus Tentang Ekosistem Air Daratan. USU Press.Medan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.Kanisius, Yogyakarta.

Husin, A. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dan Reaktor Fixed-Bed. Tesis. Universitas Sumatera Utara. http://reporsitory.usu.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Husni,H. Esmiralda, M.T,. 2011. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair Industri Tahu Terhadap Ikan Mas Studi Kasus Limbah Cair Industri Tahu”SUPER”. Padang. Jurnal. Universitas Andalas

Kaswirani, F. 2007. Kajian Teknis Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu, Studi Kasus Industri Tahu Tandang Semarang, Sederhana Kendal dan Gagak Sipat Boyolali. Tesis. Universitas Diponegoro.

M.Fachrurozi, Utami, L.B. 1978. Pengaruh Biomassa Pistia Stratiotes L. Terhadap Penurunan Kadar BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu Di Dusun Klero Sleman, Yogyakarta. Jurnal KES MAS UAD Vol. 4(1). Jakarta.

Nurhasanah, N. 2002. Kualitas Air Di Saluran Tarum Barat yang Melintasi Daerah Bekasi, Selama Periode 1998-2000. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. http://reporsitory.ipb.ac.id (diakses 09 Desember 2013).

Peraturan Pemerintah No. 82.Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementerian Lingkungan Hidup. Jakarta. Pohan, N. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Proses Biofilter

Aerobik. Tesis. Universitas Sumatera Utara. http://reporsitory.usu.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Rahayu, S. dan Tontowi. 2009. “Penelitian Kualitas Air Bengawan Solo Pada Saat Musim Kemarau”. Jurnal Sumber Daya Air, 5. 127-136.

Rossiana, N. 2006. Uji Toksisitas Limbah Cair Tahu Sumedang Terhadap Daphnia Carinata . Karya Ilmiah:Univ. Padjajaran. Bandung.

Sani, E.Y. 2006.Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor Anaerob Bersekat dan Aerob.Tesis. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Sasongko, L.A. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk di sekitar Sungai TUK Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang serta upaya


(50)

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Siagian, C, 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Suin, N. 2002.MetodaEkologi. PenerbitUniversitasAndalas, Padang.

Suharto, 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta

Suparjo. M. N. 2009. Kondisi Pencemaran Perairan Sungai Babon Semarang. Jurnal Saintek Perikanan Vol 4 No.2 .38-45 Semarang

Sukadi, 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya terhadap BOD dan DO. Makalah. ITB

Tambaru, R. 2008. Dinamika Komunitas Fitoplankton dalam Kaitannya dengan Produktivitas Perairan di Perairan Pesisir Maros Sulawesi Selatan. Sekolah Pascasarjana ITB. Tesis. ITB. Bandung. http://reporsitory.ipb.ac.id (diakses 22 Mei 2013)

Tarigan, M. S. Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid ) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara.Jurnal Makara, Sains Vol.7 No. 3. Jakarta

Tuhu, A.R., Witana, H.S. Pengolahan Air Limbah Industri Tahu dengan menggunakan Teknologi Plasma. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkunagn VOL. 2 No.2. Surabaya


(51)

Lampiran 1. Bagan kerja Metode Winkler untuk mengukur kelarutan oksigen (DO) ( Suin, 2002 )

Sampel Air

1 ml MnSO4

1 ml KOH-KI dikocok didiamkan

Sampel Dengan Endapan Putih Coklat

1 ml H2SO4

dikocok didiamkan

Larutan Sampel Berwarna Coklat

Diambil sebanyak 100 ml Ditetesi Na2S2O3 0,0125 N

Larutan Sampel Berwarna Kuning Pucat

Ditambahkan 5 tetes amilum Larutan Sampel Berwarna Biru

Sampel Bening

Ditetesi Na2S2O3 0,0125 N

dihitung volume Na2S2O3 0,0125

N yang terpakai (= nilai DO akhir) Hasil


(52)

Lampiran 2. Bagan kerja Metode Winkler untuk mengukur BOD5 (Suin, 2002)

Keterangan :

-Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan penghitungan nilai DO -Nilai BOD = Nilai DO awal - Nilai DO akhir

Sampel Air

Sampel Air Sampel Air

Diinkubasi selama 5 hari pada temperatur 200C

Dihitung nilai DO akhir

Dihitung nilai DO

awal

DO Awal DO Akhir


(53)

Lampiran 3. Bagan Kerja Pengukuran COD dengan Metode Refluks (Suin, 2002)

Dimasukkan kedalam erlenmeyer Dimasukkan 5ml K2Cr2O7

Dimasukkan 2 batu didih Direfluks selama 45 menit Dibiarkan sampai dingin dan dilepasdan dilepas dari rangkaian Ditambahkan 30 ml akuades Diteteskan indikator feroin Dititrasi dengan Ferro Amonium Sulfat 0,025 N

Dicatat volume peniternya 10 ml sampel air


(54)

Lampiran 4. Bagan Kerja Kandungan Nitrat (NO3) (Michael, 1984 ;Suin, 2002)

1 ml Nacl (dengan pipet volum 5 ml H2SO4 75 %

4 tetesBrucineSulfatSulfanic Acid

` Dipanaskanselama 25 menit

Didinginkan

Diukurdenganspektrofometer di ukurdengan x=412 nm

5ml sampel air

LARUTAN

LARUTAN


(55)

Lampiran 5.Bagan Kerja Analisis Fospat (PO4-3) (Michael, 1984 ;Suin, 2002)

1 ml AmstrongReagen 1 ml Ascorbic Acid

Dibiarkanselama 20 menit Diukurdenganspektrofotometerpa da X= 880nm

5ml sampel air

LARUTAN


(56)

Lampiran 6. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pencemaran Lingkungan

Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Parameter Satuan Kelas Keterangan

I II III IV

Fisika Temperatur °C Deviasi

3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5 Deviasi Temperatur dari Keadaan Alamiah Residu Terlarut

Mg/L 1000 1000 1000 2000

Residu Tersuspensi

Mg/L 50 50 400 400 Bagi

Pengelolaan air minum

secara konvensional,

residu tersuspensi ≤

5000 mg/L

Kimia Organik

pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila

secara alamiah diluar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD Mg/L 2 3 6 12

COD Mg/L 10 25 50 100

DO Mg/L 6 4 3 0 Angka batas

minimum Total Fosfat

sbg N

Mg/L 0,2 0,2 1 5

NO 3 sebagai N

Mg/L 10 10 20 20

NH3-N Mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi

perikanan kandungan


(57)

amonia bebas untuk ikan yang peka ≤

0,02 Mg/L sebagai NH3

Arsen Mg/L 0,5 1 1 1

Kobalt Mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium Mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron Mg/L 1 1 1 1

Selenium Mg/L 0.01 0,05 0,05 0,05

Kadmium Mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom Mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

Tembaga Mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi

pengolahan air minum

secara konveksional,

Cu ≤ 1 Mg/L

Besi Mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi

pengelolaan air minum

secara konveksional,

Fe ≤ 5 Mg/L

Timbal Mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi

pengelolaan air mimun

secara konveksional, Pb ≤ 0,1 Mg/L

Mangan Mg/L 1 (-) (-) (-)

Air Raksa Mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng Mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi

pengelolaan air minum

secara konvsional,Zn

≤ 5 Mg/L

Khlorida Mg/L 1 (-) (-) (-)

Sianida Mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida Mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N

Mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi

pengelolaan air minum

secara konveksional,


(58)

Mg/L

Sulfat Mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas

Mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang

sebagai H2S

Mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Mikrobiologi

Fecal Coliform Jml/100 ml

100 1000 2000 2000 Bagi

pengelolaan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml/100 ml dan total coliform ≤ 1000 jml/100

ml Total Coliform Jml/100

ml

1000 5000 10000 10000

Radioaktivitas

Gross- A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross- B bg/L 1 1 1 1

Kimia Organik Minyak dan

Lemak

ug/L 1000 1000 1000 (-) Detergen

sebagai MBAS

ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol ug/L 1 1 1 (-)

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)

DDT ug/L 2 2 2 2

Heptachlor dan Heptachlor

epoxide

ug/L 18 (-) (-) (-)

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)

Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug/L 1 4 4 (-)


(59)

Lampiran 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu (Kaswirani, 2007)

Air

Air

Kedelai

Pencucian dan perendaman

(3-12 jam)

Limbah Cair BOD, TSS

Pengupasan Kulit Kulit Kedelai

Perendaman 30 menit

Limbah Cair BOD, TSS

Penggilingan

Filtrat

Penggumpalan Limbah Cair BOD, Asam Asam Asetat

(Whey)

Pencetakan / pengepresan

Air tahu (whey) TSS,

Pemotongan


(60)

Lampiran 8. Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Fisika-Kimia

No Parameter Stasiun Satuan Titik Rataan

Fisika I II III

1 Suhu I ⁰C 27,5 27,5 27 27.3

II 27,25 27 27,5 27,25

III 27,5 27,5 27,5 27,5

2 Kecerahan I Cm 22,57 23,25 25,75 23,85

II 26,12 26,25 24 25,45

III 24,5 18,2 23 21,91

3 Warna I - coklat coklat Coklat

Keabu2an

-

II coklat coklat Coklat -

III coklat coklat Coklat

Keabu2an

- 4 Kekeruhan I NTU 30,62 29,46 31,48 30,52

II 31,24 30,68 32,86 31,59

III 35,94 33,09 35,47 34,83

5 TDS I Mg/l 302,8 281,8 297,3 294

II 322,4 316,6 324,8 321,2

III 317 296,8 312 308,6

6 TSS I Mg/l 33,1 34,79 33,66 33,85

II 34,64 34,96 34,82 34,80

III 34,09 34,15 33,71 33,98

Kimia

1 DO I Mg/l 5,118 5,217 5,089 5,141

II 5,019 5,104 5,019 5,047

III 4,977 5,033 4,990 5

2 BOD5 I Mg/l 1,573 1,636 1,631 1,613

II 2,068 1,923 2,172 2,054

III 1,719 1,675 1,719 1,704

3 COD I Mg/l 25,24 24,86 25,25 25,11

II 27,07 26,19 27,26 26,84

III 26,01 25,72 26,20 25,98

4 Nitrat I Mg/l 1,462 1,390 1,487 1,446

II 1,612 1,592 1,608 1,604

III 1,606 1,540 1,592 1,579

5 Fosfat I Mg/l 0,268 0,234 0,242 0,248

II 0,271 0,262 0,275 0,269

III 0,256 0,251 0,255 0,254

6 pH I - 9,25 9,2 9,1 9,18

II 9,2 8,8 9,15 9


(61)

Lampiran 9. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 1 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pengukuran

Skor

Fisika Mak Min Rata-rata

1 Suhu 0C Deviasi

3

27,5 27 27.3 0

2 TDS Mg/l 1000 302,8 281,8 294 0

3 TSS Mg/l 50 34,79 33,1 33,85 0

Kimia

1 DO Mg/l 4 5,217 5,089 5,141 0

2 BOD5 Mg/l 3 1,636 1,573 1,613 0

3 COD Mg/l 25 25,25 24,86 25,11 -8

4 Nitrat Mg/l 10 1,487 1,390 1,446 0

5 Fosfat Mg/l 0,2 0,268 0,234 0,248 -10

6 pH - 6-9 9,25 9,2 9,18 -10

Total -28

Lampiran 10. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 2 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pengukuran

Skor

Fisika Mak Min Rata-rata

1 Suhu 0C Deviasi

3

27,25 27 27,25 0

2 TDS Mg/l 1000 324,8 316,6 321,2 0

3 TSS Mg/l 50 34,96 34,64 34,80 0

Kimia


(62)

2 BOD5 Mg/l 3 2,172 1,923 2,054 0

3 COD Mg/l 25 27,26 26,19 26,84 -10

4 Nitrat Mg/l 10 1,612 1,592 1,604 0

5 Fosfat Mg/l 0,2 0,275 0,262 0,269 -10

6 pH - 6-9 9,15 8,8 9 -2

Total -22

Lampiran 11. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 3 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pengukuran

Skor

Fisika Mak Min Rata-rata

1 Suhu 0C Deviasi

3

27,5 27,5 27,5 0

2 TDS Mg/l 1000 317 296,8 308,6 0

3 TSS Mg/l 50 34,15 33,71 33,98 0

Kimia

1 DO Mg/l 4 5,033 4,977 5 0

2 BOD5 Mg/l 3 1,719 1,675 1,704 0

3 COD Mg/l 25 26,20 25,72 25,98 -10

4 Nitrat Mg/l 10 1,606 1,540 1,579 0

5 Fosfat Mg/l 0,2 0,256 0,251 0,254 -10

6 pH - 6-9 9,45 9,4 9,45 -10


(1)

amonia bebas untuk ikan yang peka ≤

0,02 Mg/L sebagai NH3

Arsen Mg/L 0,5 1 1 1

Kobalt Mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2

Barium Mg/L 1 (-) (-) (-)

Boron Mg/L 1 1 1 1

Selenium Mg/L 0.01 0,05 0,05 0,05

Kadmium Mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01

Khrom Mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

Tembaga Mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi

pengolahan air minum

secara konveksional,

Cu ≤ 1 Mg/L

Besi Mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi

pengelolaan air minum

secara konveksional,

Fe ≤ 5 Mg/L

Timbal Mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi

pengelolaan air mimun

secara konveksional, Pb ≤ 0,1 Mg/L

Mangan Mg/L 1 (-) (-) (-)

Air Raksa Mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

Seng Mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi

pengelolaan air minum

secara konvsional,Zn

≤ 5 Mg/L

Khlorida Mg/L 1 (-) (-) (-)

Sianida Mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)

Fluorida Mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)

Nitrit sebagai N

Mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi

pengelolaan air minum

secara konveksional,


(2)

Mg/L

Sulfat Mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas

Mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belerang

sebagai H2S

Mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Mikrobiologi

Fecal Coliform Jml/100 ml

100 1000 2000 2000 Bagi

pengelolaan air minum

secara konvensional, fecal coliform

≤ 2000

jml/100 ml dan total coliform ≤ 1000 jml/100

ml Total Coliform Jml/100

ml

1000 5000 10000 10000

Radioaktivitas

Gross- A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1

Gross- B bg/L 1 1 1 1

Kimia Organik Minyak dan

Lemak

ug/L 1000 1000 1000 (-) Detergen

sebagai MBAS

ug/L 200 200 200 (-)

Senyawa fenol ug/L 1 1 1 (-)

BHC ug/L 210 210 210 (-)

Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-)

Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-)

DDT ug/L 2 2 2 2

Heptachlor dan Heptachlor

epoxide

ug/L 18 (-) (-) (-)

Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)

Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)

Endrin ug/L 1 4 4 (-)


(3)

Lampiran 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu (Kaswirani, 2007)

Air

Air

Kedelai

Pencucian dan perendaman

(3-12 jam)

Limbah Cair BOD, TSS

Pengupasan Kulit Kulit Kedelai

Perendaman 30 menit

Limbah Cair BOD, TSS

Penggilingan

Filtrat

Penggumpalan Limbah Cair BOD, Asam Asam Asetat

(Whey)

Pencetakan / pengepresan

Air tahu (whey) TSS,

Pemotongan


(4)

Lampiran 8. Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Fisika-Kimia

No Parameter Stasiun Satuan Titik Rataan

Fisika I II III

1 Suhu I ⁰C 27,5 27,5 27 27.3

II 27,25 27 27,5 27,25

III 27,5 27,5 27,5 27,5

2 Kecerahan I Cm 22,57 23,25 25,75 23,85

II 26,12 26,25 24 25,45

III 24,5 18,2 23 21,91

3 Warna I - coklat coklat Coklat

Keabu2an

-

II coklat coklat Coklat -

III coklat coklat Coklat

Keabu2an

-

4 Kekeruhan I NTU 30,62 29,46 31,48 30,52

II 31,24 30,68 32,86 31,59

III 35,94 33,09 35,47 34,83

5 TDS I Mg/l 302,8 281,8 297,3 294

II 322,4 316,6 324,8 321,2

III 317 296,8 312 308,6

6 TSS I Mg/l 33,1 34,79 33,66 33,85

II 34,64 34,96 34,82 34,80

III 34,09 34,15 33,71 33,98

Kimia

1 DO I Mg/l 5,118 5,217 5,089 5,141

II 5,019 5,104 5,019 5,047

III 4,977 5,033 4,990 5

2 BOD5 I Mg/l 1,573 1,636 1,631 1,613

II 2,068 1,923 2,172 2,054

III 1,719 1,675 1,719 1,704

3 COD I Mg/l 25,24 24,86 25,25 25,11

II 27,07 26,19 27,26 26,84

III 26,01 25,72 26,20 25,98

4 Nitrat I Mg/l 1,462 1,390 1,487 1,446

II 1,612 1,592 1,608 1,604

III 1,606 1,540 1,592 1,579

5 Fosfat I Mg/l 0,268 0,234 0,242 0,248

II 0,271 0,262 0,275 0,269

III 0,256 0,251 0,255 0,254

6 pH I - 9,25 9,2 9,1 9,18

II 9,2 8,8 9,15 9


(5)

Lampiran 9. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 1 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pengukuran

Skor

Fisika Mak Min Rata-rata

1 Suhu 0C Deviasi

3

27,5 27 27.3 0

2 TDS Mg/l 1000 302,8 281,8 294 0

3 TSS Mg/l 50 34,79 33,1 33,85 0

Kimia

1 DO Mg/l 4 5,217 5,089 5,141 0

2 BOD5 Mg/l 3 1,636 1,573 1,613 0

3 COD Mg/l 25 25,25 24,86 25,11 -8

4 Nitrat Mg/l 10 1,487 1,390 1,446 0

5 Fosfat Mg/l 0,2 0,268 0,234 0,248 -10

6 pH - 6-9 9,25 9,2 9,18 -10

Total -28

Lampiran 10. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 2 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pengukuran

Skor

Fisika Mak Min Rata-rata

1 Suhu 0C Deviasi

3

27,25 27 27,25 0

2 TDS Mg/l 1000 324,8 316,6 321,2 0

3 TSS Mg/l 50 34,96 34,64 34,80 0


(6)

2 BOD5 Mg/l 3 2,172 1,923 2,054 0

3 COD Mg/l 25 27,26 26,19 26,84 -10

4 Nitrat Mg/l 10 1,612 1,592 1,604 0

5 Fosfat Mg/l 0,2 0,275 0,262 0,269 -10

6 pH - 6-9 9,15 8,8 9 -2

Total -22

Lampiran 11. Skor Mutu Kualitas Air Menurut Metode Storet di Stasiun 3 Sungai Babura Menurut Baku Mutu Kelas II PP No.82 Tahun 2001

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pengukuran

Skor

Fisika Mak Min Rata-rata

1 Suhu 0C Deviasi

3

27,5 27,5 27,5 0

2 TDS Mg/l 1000 317 296,8 308,6 0

3 TSS Mg/l 50 34,15 33,71 33,98 0

Kimia

1 DO Mg/l 4 5,033 4,977 5 0

2 BOD5 Mg/l 3 1,719 1,675 1,704 0

3 COD Mg/l 25 26,20 25,72 25,98 -10

4 Nitrat Mg/l 10 1,606 1,540 1,579 0

5 Fosfat Mg/l 0,2 0,256 0,251 0,254 -10

6 pH - 6-9 9,45 9,4 9,45 -10