Tipe Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Waktu Penelitian Narasumber

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian diskriptif kualitatif berusaha mengetahui lebih mendalam dan mendeskriptifkan atau menggambarkan fakta-fakta berupa fenomena awal dengan tujuan mengungkap gejala yang bersifat kualitatif secara lengkap khususnya pada kebijakan pemberantasan wildlife crime di Indonesia terutama UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kondisi wildlife crime di Indonesia, implementasi dan dampak kerjasama ASEAN-WEN terhadap upaya pemberantasan wildlife crime di Indonesia.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah kebijakan pemberantasan wildlife crime di Indonesia terutama UU Nomor 5 Tahun 1990, kondisi wildlife crime di Indonesia, implementasi dan dampak kerjasama ASEAN-WEN, serta perumusan strategi pemberantasan wildlife crime yang dilakukan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam sebagai National Focal Point ASEAN WEN. Jenis data yang diamati dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Datainformasi yang diamati adalah isi dan pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 1990 beserta aturan di bawahnya yang terkait pemberantasan wildlife crime yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999, kondisi wildlife crime di Indonesia dan pemberantasannya, implementasi ASEAN WEN, permasalahan, hasil dan dampak kerjasama ASEAN WEN, serta alternatif strategi pemberantasan wildlife crime. Jenis data, metode yang digunakan serta sumber data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, terhitung mulai Bulan April sd September 2012.

3.4. Narasumber

Teknik pengambilan sampel narasumber yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan bahwa sumber data tersebut berkaitan dengan tujuan penelitian, dalam hal ini untuk mengkaji dampak kerjasama ASEAN WEN dan mengkaji rumusan strategi pemberantasan wildlife crime melalui kerjasama ASEAN WEN. Selain itu, berdasarkan studi literatur pendahuluan yang dilakukan, diketahui bahwa kerjasama ASEAN WEN merupakan kerjasama antar lembaga penegak hukum yang meliputi, Kepolisian, Kejaksaan, Bea Cukai dan CITES Management Authority. Oleh karena itu narasumber dalam penelitian ini berasal dari instansi yang terkait penegakan hukum dalam upaya pemberantasan wildlife crime serta masyarakat yang terlibat dalam perdagangan tumbuhan dan satwa liar, yaitu : a. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, meliputi : 1 Kasubdit Penyidikan dan Pengamanan Wilayah I, Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan 2 Kasubdit Penyidikan dan Pengamanan Wilayah II, Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan 3 Kasubdit Program dan Evaluasi Penyidikan dan Pengamanan, Direktorat Penyidikan dan Pengamanan Hutan 4 Penyidik PNS Kehutanan b. Direktorat V Tindak Pidana Tertentu, BARESKRIM POLRI, meliputi : 1 Kepala Subdit I Tindak Pidana Tertentu 2 Penyidik Polri c. Direktorat Penyidikan dan Penindakan, Ditjen Bea Cukai, diwakili oleh Senior Analyst di Subdit Intelijen. d. Direktorat Keamanan Negara, Ketertiban Umum, dan Tindak Pidana Umum Lainnya, Kejaksaan Agung RI, meliputi : 1 Koordinator Unit Tindak Pidana Lingkungan Hidup, Satgas Sumber Daya Alam Kejaksaan Agung 2 Koordinator Unit Tindak Pidana terhadap Satwa Liar dan Illegal Fishing, Satgas Sumber Daya Alam Kejaksaan Agung e. Pedagang satwa di Pasar Jatinegara, Jakarta

3.5. Jenis dan Sumber Data