Ancaman Kepunahan Tumbuhan dan Satwa Liar

liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia. Tumbuhan dan satwa digolongkan dalam jenis dilindungi dan tidak dilindungi. Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila memenuhi kriteria : mempunyai populasi yang kecil, adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam, dan daerah penyebaran yang terbatas endemik.

2.2.2. Ancaman Kepunahan Tumbuhan dan Satwa Liar

Kepunahan telah menjadi kenyataan hidup sejak makhluk hidup itu ada. Beberapa juta spesies yang ada sekarang merupakan spesies yang berhasil bertahan dari kurang lebih setengah milyar spesies yang diduga pernah ada WCED, 1988. Hampir semua kepunahan masa lalu terjadi melalui proses-proses alam, namun sekarang penyebab utama kepunahan adalah kegiatan manusia. Penyebab utama kepunahan tumbuhan dan satwa liar, terutama di Indonesia, yaitu : 1. Kerusakan Habitat Laju deforestasi di Indonesia dalam kurun waktu 2009 – 2010 adalah sebesar 1,125 juta Hatahun, bahkan dalam periode 1997 – 2000 laju deforestasi mencapai 2,83 juta Hatahun. Besarnya laju deforestasi tersebut disebabkan oleh beberapa persoalan antara lain konversi hutan untuk pembangunan sektor lain, kebakaran hutan, pencurian dan perdagangan ilegal kayu, perambahan kawasan hutan, dan penambangan liar. Kerusakan dan konversi hutan untuk penggunaan lain akan menyebabkan hutan terfragmentasi menjadi bagian-bagian yang kecil dan terisolasi satu dengan lainnya, sehingga akan tercipta keadaan yang mirip dengan model biogeografi pulau. Secara teori, dampak dari isolasi terhadap satwa dapat diprediksi yaitu kawasan- kawasan yang potensial untuk berpindah satwa akan berkurang, perpindahan satwa akan berkurang dengan konversi lanskap alam, sumber daya alam yang penting yang berada diluar batas-batas kawasan akan hilang atau punah Shafer, 1990 dalam Wiratno, dkk. 2004. Kerusakan hutan berarti juga kerusakan habitat bagi satwa liar, hutan tidak lagi mampu mendukung kehidupannya. Ketika terjadi perubahan pada habitatnya, kemungkinan yang ada adalah migrasi dan beradaptasi dengan habitat baru atau mengalami kematian dan selanjutnya kepunahan. Penelitian yang dilakukan Lengkong 2011 menunjukkan bahwa degradasi habitat Monyet Hitam Sulawesi di CA Gunung Duasudara mengakibatkan Monyet Hitam Sulawesi cenderung membentuk kelompok-kelompok dengan jumlah anggota yang kecil dan tingkah laku yang semakin liar. Selain itu penyebarannya semakin jauh masuk ke dalam hutan. 2. Eksploitasi yang berlebihan Eksploitasi terhadap tumbuhan dan satwa liar terjadi karena alasan untuk dikonsumsi, pembuatan obat-obat tradisional, dijadikan satwa peliharaan, dijadikan hiasan, dan untuk dikoleksi. Alasan tersebut kemudian menjadikan tumbuhan dan satwa liar sebagai komoditas perdagangan. Primata yang diperdagangkan baik dalam negeri maupun internasional, adalah untuk memenuhi kebutuhan industri bio medis, pasar farmasi, bahan obat tradisional, bisnis hiburan, atau hewan peliharaan Nijman dkk, 2011. Lebih lanjut Nijman dkk, menyatakan bahwa dalam 15 tahun terakhir telah terjadi peningkatan secara linear dalam ekspor Primata hidup lebih dari 3500 individu tiap tahunnya dengan China sebagai tujuan ekspor terbesar. Dalam pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar sering ditemui bahwa eksploitasi yang berlebihan terhadap suatu jenis untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek saja, sementara hal tersebut membahayakan dan mengancam ketersedian sumber daya untuk penggunaan masa depan Pires, dkk. 2011 Perusakan habitat dan eksploitasi spesies secara berlebihan menyebabkan Indonesia memiliki daftar spesies fauna terancam punah terpanjang di dunia, yang mencakup 126 spesies burung, 63 spesies mamalia dan 21 spesies reptile Sumardja, 1998 dalam Widodo, 2007

2.2.3. Wildlife Crime