HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Nomor 54.633.18

Hingga saat ini di Kabupaten Magetan terdapat sembilan izin pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang di telah dikeluarkan oleh PT.Pertamina. Salah satu yang menjadi objek penelitian dari penelitian ini adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang terletak di :

a. Desa

:Tamanarum

b. Kecamatan: Parang

c. Kabupaten : Magetan

d. Provinsi : Jawa Timur Status lahan yang dipergunakan untuk usaha SPBU ini merupakan hak milik

dengan luas tanah 3303M². Batasan-batasan lokasi proyek sesuai arah mata angin :

a. Utara

: Tanah Milik Bapak Tamin

b. Timur

: Tanah Milik Bu Sugiharti

c. Selatan

: Jalan Raya Parang – Lembeyan

d. Barat

: Tanah Milik Kusmanto

Indentitas Pemrakarsa :

a. Nama Pemilik : Andika Fajar Sulendra

b. Alamat rumah :Jalan Janoko, Nomor 10, Kelurahan Sukowinagun, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan

c. Nomor telepon :081259952000

d. Jenis perusahaan : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

e. Status Perusahaan : Perorangan

f. Alamat Perusahaan :Jalan Raya Parang-Lembeyan Nomor 26, Desa Tamanarum, Kecamatan Parang, Kabupaten Megetan.

2. Tujuan Rencana Usaha

Pembangunan SPBU Sdr. Andika di Ds. Taman arum Kecamatan Parang Kab. Magetan adalah suatu bentuk tanggung jawab pengusaha didalam upayanya untuk berperan aktif dalam meninjgkatkan perekonomian terutama dalam penyediaan BBM. Untuk mencapai tujuan tersebut SPBU harus dikelola secara profesional mengutamakan keunggulan kualitas pelayanan serta merespon tuntutan kebutuhan masyarakat.

Secara umum arah dan tujuan pembangunan SPBU di Ds. Taman arum Kec. Parang Kab. Magetan adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan BBM sekitar SPBU dan masyarakat pengguna jalan yang melintas Maospati - Madiun.

Operasional SPBU disamping menimbulkan dampak positif juga menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor 10 tahun 2004 tentang Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, maka kegiatan pembangunan SPBU tersebut diwajibkan melakukan kajian prakiraan dampak negatif yang akan terjadi terhadap lingkungan serta upaya pengelolaan dan pemantauannya.

B. Pelaksanaan perizinan lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan.

Pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan berprikemanusiaan. Ketersediaan sumberdaya alam dalam meningkatkan pembangunan sangat terbatas dan tidak merata, sedangkan permintaan sumberdaya alam terus meningkat, akibat peningkatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.

Usaha atau kegiatan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisa sejak awal perencanaannya sampai pada saat operasional usaha atau kegiatan, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan Usaha atau kegiatan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisa sejak awal perencanaannya sampai pada saat operasional usaha atau kegiatan, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan

Upaya pencegahan kerusakan lingkungan atau perlindungan/penyelamatan lingkungan

dimulai dengan menerapkan/meningkatkan efektivitas kegiatan dan atau jenis usaha yang akan berdiri untuk melengkapi upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Dalam mendirikan suatu usaha khususnya SPBU setiap pemohon harus mempunyai kewajiban memperoleh Izin lingkungan menurut Undang – undang nomor 32 Tahun 2009 terdapat pada Pasal 36 antara lain :

1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.

2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.

3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.

4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Jadi pelaku usaha wajib memiliki dokumen UKL - UPL tersendiri berdasarkan pada regulasi pemerintah terkait yaitu undang-undang Nomor 23 tahun 1999 tentang AMDAL, peraturan pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan hidup, peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 13 tahun 2010 tentang upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, dan keputusan bupati magetan nomor : 738 tanggal 4 Mei 2009 mengenai jenis usaha/kegiatan yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) di kabupaten magetan.

Kewenangan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL, dan permohonan izin lingkungan dapat dibatakan apabila persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran atau pemalsuan data, dokumen, Kewenangan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL, dan permohonan izin lingkungan dapat dibatakan apabila persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran atau pemalsuan data, dokumen,

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 definisi Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, atas dasar besaran atau skala usaha SPBU, maka SPBU termasuk dalam usaha yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL, akan tetapi diwajibkan untuk menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL).

Jenis Kegiatan Wajib Amdal Lampiran dalam Permen LH No.11 Tahun 2006 Bupati/Walikota/Gubernur DKI untuk menetapkan skala/besaran lebih kecil atas pertimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan Lokasi berbatasan langsung dengan kawasan lindung Bupati/Walikota/Gubernur DKI /masyarakat mengusulkan kepada MenLH suatu kegiatan baru menjadi wajib AMDAL karena kegiatan tersebut dianggap berdampak penting terhadap lingkungan.

Setiap rencana usaha atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki AMDAL (ps

15 UUPLH), Bagi usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk katagori wajib AMDAL wajib UKL-UPL (ps 3 (4) PP 27 Tahun 1999) Kegiatan yang sudah berjalan namun tidak memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup wajib menyusun DPPL (ps 2 KepMen LH No. 12 Tahun 2007).

Peraturan Bupati Kabupaten Magetan Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) – Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) Dan Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL),dalam pasal 5 dan 6 :

Pasal 5: (1) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak masuk dalam kriteria

wajib AMDAL wajib memiliki UKL-UPL. (2) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL- UPL wajib membuat SPPL. Pasal 6: Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib ukl-upl sebagimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) tercamtum dalam lampiran 1 yang merupakan bagian tidak dipisahkan dari peraturan Bupati ini.

Izin lingkungan mengenai dokumen yang harus dilengkapi oleh pemohon untuk perizinan lingkungan tidak harus menyusun amdal akan tetapi dilihat dari skala usaha maka SPBU hanya diwajibkan untuk menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL).

1. Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi Rencana Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) Sdr. Andika akan menempati tapak seluas 1.500 m2 yang terdiri dari Tangki Timbun, Tempat Ganti Oli/Cuci/Bengkel, Hall, toko/gudang olie, mini market, Loker/Gudang, Mushola, kamar mandi, WC, tempat wudhu, Area Dispenser/Pompa, Pelataran conblok, Taman lahan untuk pengembangan dan sarana penunjang lainnya, disadari berpotensi menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya.

a. Tahap Pra Konstruksi Kegiatan yang dilakukan meliputi pelaksanaan studi kelayakan baik secara teknis, ekonomis maupun lingkungan. Pada tahap ini dilakukan sosilisasi rencana lokasi, penyusunan program dan rencana induk serta desain rinci bangunan fisik SPBU serta sarana penunjang lainnya dan kegiatan administrasi. Kegiatan tahap Pra Konstruksi dilaksanakan sebagaimana tabel dibawah.

Tabel 1. Rencana Kegiatan pelaksanaan studi kelayakan. No

Jenis Kegiatan

Ada/tidak Keterangan

1 Sosialisasi proyek pada

masyarakat sekitar

Ada

Selesai

2 Studi kelayakan

Ada

Dalam proses

3 Rencana Induk

Ada

Selesai

4 Desain Rinci

Ada

Selesai

Kegiatan pada tahap Pra Konstruksi yang berpotensi menimbulkan dampak adalah pembersihan lahan, kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak terhadap sikap masyarakat,serta komponen lain seperti ekonomi dan budaya karena dapat memicu perbedaan tapak batas disekitar calon lokasi SPBU.

b. Tahap Kontruksi Pembangunan fisik (konstruksi) dalam rangka pembangunan SPBU dan sarana pendukungnya, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap konstruksi meliputi persiapan pelaksanaan konstruksi : Mobilisasi tenaga kerja, pelaksanaan kegiatan proyek seperti direksi kit, pembuatan jalan masuk lokasi, pembuatan sarana air bersih, memasang listrik penerangan, mobilisasi alat dan bahan, pemasangan pondasi. konstruksi SPBU dan pembuatan sarana penunjang operasional SPBU. Peralatan yang diperlukan untuk pembangunan fisik SPBU meliputi:

Tabel 2. Peralatan yang diperlukan untuk Pembangunan (Konstruksi) No.

Jenis Kegiatan

Peralatan Yang Digunakan

1 Pembangunan Fisik

Peralatan dan perlengkapan pertukangan, peralatan las, concrate mixer, batching plant, strauss pile dan peralatan lain

2 Pembangunan sarana

penunjang

Peralatan dan perlengkapan pertukangan, peralatan las, concrate mixer, batching plant, strauss pile dan peralatan lain

1) Dampak Terhadap Kualitas Air

a) Sumber dampak :

Pemadatan lahan pada tahap konstruksi diperkirakan menyebabkan perubahan pola aliran air permukaan dan peningkatan kekeruhan karena sebagian besar permukaan tanah akan tertutup bangunan dan dilakukan pengerasan dengan semen.

b) Sifat dan potensi dampak :

Sifat dampak terhadap kualitas air akibat kegiatan konstruksi negative tidak penting dan bersifat sementara. Jenis dampak akibat kegiatan konstruksi antara lain terganggunya pola aliran air di lokasi dan peningkatan kekeruhan. Dengan lahan 1500 m2 lamanya kegiatan. konstruksi relatif pendek. Untuk itu dibuat drainase yang baik sehingga kegiatan konstruksi tidak akan merubah pola aliran air.

2) Dampak Terhadap Kualitas Udara Dan Kebisingan

a) Sumber Dampak

Sumber dampak menurunnya kualitas udara disebabkan mobilitas peralatan dan bahan, pemadatan tanah dan kegiatan pembangunan fasilitas SPBU di antaranya :

(1) Pada kegiatan pengangkutan material seperti batu pasir dan bahan bangunan lainnya yang dapat meningkatkan kualitas debu namun dampaknya tidak penting.

(2) Kegiatan pengerasan tanah, pembangunan gedung dan fasilitas penunjang juga akan meningkatkan kualitas debu namun dampaknya tidak penting.

b) Sifat Dampak Dan Potensi Dampak

Dampak terhadap kualitas udara dan kebisingan bersifat sementara dan tergolong tidak penting apabila ditinjau dari identitas, waktu kegiatan konsentrasi emisi dan kebisingan. Jenis dampak dari mobilisasi peralatan saat konstruksi adalah berupa emisi gas buang seperti S02, CO dan partikulat debu serta peningkatan kebisingan. Dampak terhadap kualitas udara dan kebisingan ini bersifat tidak penting karena diperkirakan kegiatan konstruksi tidak memakan waktu lama.

3) Dampak Terhadap Kesempatan Kerja

a) Sumber Dampak :

Munculnya ,peluang kerja/kesempatan kerja adalah pembukaan kegiatan konstruksi sarana dan fasilitas penunjang SPBU.

b) Sifat dampak :

Dampak munculnya peluang kerja sifatnya positif tidak penting. Dampak yang timbul pada kesempatan kerja ini positif namun tidak penting karena jumlah tenaga kerja yang terserap tidak banyak dan hanya masa konstruksi saja.

4) Sarana Pengendali Dampak

Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak penting adalah:

a) Pencemaran air.

Untuk menghindari dan mengendalikan dampak pencemaran air limbah buangan akibat tahapan konstruksi dapat dilakukan Untuk menghindari dan mengendalikan dampak pencemaran air limbah buangan akibat tahapan konstruksi dapat dilakukan

b) Pencemaran Udara dan kebisingan.

Untuk mengendalikan pencemaran udara/debu akibat transportasi atau proses kegiatan yang lain dapat dilakukan menutup bak truk yang bermuatan dan mengurangi kecepatan serta menyirami sumber pencemar secara berkala. Untuk mengendalikan suara akibat kegiatan proyek dapat dilakukan dengan memasang peredam pada mesin dan mematuhi jam istirahat.

c) Tenaga Kerja

Untuk mengurangi kecemburuan sosial pada kesempatan kerja dengan memanfaatkan tenaga dari masyarakat sekitar sesuai kemampuan dan syarat tertentu.

5) Rencana Pemulihan

Pemeliharaan lingkungan yang dilakukan pada akhir tahap konstruksi yang dapat dilakukan adalah :

a) Mengumpulkan material sisa yang berbentuk kertas dikumpulkan dibakar atau dibuang ke TPA.

b) Potongan kayu dikumpulkan dapat dimanfaatkan masyarakat

sekitar untuk kayu bakar.

c) Yang berbentuk batu, pasir, tanah urug, pecahan tegel dan pecahan genting serta sisa paving dapat digunakan urug pada lokasi yang rendah yang memerlukan tanah urug.

d) Untuk menghindari banjir akibat air hujan dan membantu peresapan air tanah dilakukan pemasangan paving stone pada areal parkir dan penanaman rumput pada taman.

e) Untuk mengendalikan suhu lingkungan serta menahan angin

ditanami tanaman keras dan buah-buahan.

c. Tahap Operasi SPBU yang menempati tapak seluas 1.500 m2 yang terdiri dari Tangki Timbun, Tempat Ganti Oli/Cuci/Bengkel, Hall, toko/gudang oi e mini market,

Loker/Gudang, Mushola, kamar mandi, WC, tempat wudhu, Area Dispenser/Pompa, Pelataran conblok, Taman lahan untuk pengembangan dan sarana penunjang lainnya, disadari berpotensi menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya.

1) Dampak Terhadap Kualitas Air Sumber dampak: Pada tahap operasi akan dihasilkan limbah air ceceran/tumpahan BBM akibat terjadinya penyimpangan/kesalahan pengoperasiannya yang tidak sesuai dengan SOP. Kemungkinan tumpahan/ceceran BBM ini berasal dari kegiatan :

a) Pembongkaran BBM

b) Penimbunan Tangki

c) Pengambilan Sample

d) Aktivitas karyawan SPBU

e) Kegiatan Pengisian kendaraan konsumen

2) Dampak Terhadap Kualitas Udara Dan Kebisingan

a) Sumber dampak :

Aktifitas kendaraan bermotor konsumen dan penguapan tangki.

b) Sifat sumber dampak:

Bersifat lama dan relatif penting terhadap kesehatan operator yang lama stand by pada area SPBU

c) Potensi dampak:

Peningkatan gas Hidrokarbon (HC) di area pengisian bahan bakar kendaraan bermotor dan area bongkar BBM. Peningkatan partikulat debu dan kadar S02, N02 dan C02 dari emisi kendaraan konsumen. Pada waktu sibuk gas polutan tersebut akan semakin banyak sehingga mengganggu kesehatan opeartor dan konsumen, untuk meminimalkan damlak ini valve (katup) pada mesin pengisian agar selalu dalam keadaan baik.

3) Dampak terhadap kualitas air tanah dangkal

a) Sumber Dampak : Kebocoran tangki timbun dan system perpipaan, penimbunan sludge hasil pembersihan tangki di areal SPBU.

b) Sifat Dan Potensi Dampak :

Terkontaminasinya air tanah dangkal dari kebocoran tangki timbun dan merembesnya sludge.

4) Sarana Pengendali Dampak Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak penting adalah :

a) Pencemaran air

Untuk menghindari dan mengendalikan dampak pencemaran air limbah buangan akibat tahapan operasi dapat dilakukan dengan membangun kolam pengendapan untuk menampung limbah cair yang akan dibuang ke badan air penerima.

b) Pencemaran Udara dan kebisingan.

Untuk mengendalikan pencemaran udara akibat penguapan atau proses kegiatan yang lain dapat dilakukan mematuhi aturan bongkar BBM dan mengurug ceceran BBM dengan pasir serta menyirami sumber pencemar secara berkala.

c) Tenaga Kerja

Untuk mengurangi kecemburuan sosial pada kesempatan kerja dengan memanfaatkan tenaga dari masyarakat sekitar sesuai kemampuan dan syarat tertentu.

5) Rencana pemulihan Pemeliharaan lingkungan yang dilakukan pada akhir tahap konstruksi yang dapajt dilakukan adalah :

a) Menyediakan pasir pada sandbag.

b) Menyediakan alat penangkap minyak pada kolam pengendapan.

c) Untuk mengendalikan suhu lingkungan serta menahan angin ditanami

tanaman keras dan buah-buahan.

6) Upaya Pengelolaan K3 Dan Keadaan Darurat

Dalam upaya mencapai keselamatan kerja serta mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran, kecelakaan kerja dan bencana yang lain, maka dibuat suatu kebijakan, prosedur, peraturan dan pedoman yang tertulis yang diterapkan ditiap unit kerja dan berlaku bagi setiap orang, Adapun upaya pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja adalah :

a) Adanya prosedur keselamatan kerja tertulis disetiap unit kerja.

b) Peraturan khusus yang dibuat untuk tempat-tempat berisiko tinggi disesuaikan dengan kondisi lokal dan standar nasional riset kesehatan.

c) Adanya prosedur penanggulangan dalam hal terjadinya kontaminasi

atau keracunan.

d) ernua gas disimpan dan diamankan sesuai peraturan dan kondisi

setempat, serta digunakan menurut pedoman kerja.

e) Tersedia alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction) dan pemasokan oksigen yang cukup pada tempat- tempat penting

f) Tersedianya perlengkapan keamanan bagi pekerja.

g) Pemasangan rambu-rambu diseluruh bagian penting SPBU dengan jelas dan mudah dimengerti misal arah, tanda pengamanan, pintu keluar dan tanda dilarang merokok.

h) Semua karyawan paham dengan program keselamatan.

i) Peralatan pemadam api (pemadam kebakaran) ditempatkan ditempat-

tempat yang strategis dan mudah dijangkau. j) Melakukan uji coba perlengkapan K3 tersebut minimal enam bulan sekali dengan memberikan perhatian khusus pada daerah/tempat yang berisiko tinggi.

k) Tersedia lorong atau tangga darurat yang memadai diseluruh bagian gedung untuk penyelamatan apabila terjadi kebakaran. l) Tata letak bangunan diatur sedemikian rupa agar apabila terjadi kebakaran mobil pemadam kebakaran mudah menjangkau.

2. Upaya Pengelolaan Lingkungan

a. Teknologi Yang Digunakan Dalam Pengelolaan Lingkungan

Teknologi dalam kegiatan operasional SPBU telah dirancang sedemikian rupa sehingga kegiatan operasionalnya diharapkan tidak akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Teknik yang dipakai dalam pengelolaan lingkungan telah tercakup dalam teknik operasional yang diantaranya meliputi:

1) Dalam kegiatan konstruksi digunakan alat angkut dan mesin dalam jumlah efisiensi biaya dan meminimalisasi terjadinya pencemaran udara.

2) Dalam kegiatan operasi dilengkapi berbagai peralatan yang telah dirancang agar aman terhadap lingkungan diantaranya adalah :

a) Proses pengisian BBM melalui dispenser menggunakan mesin pengisi BBM yang memiliki katup (dapat membuka dan menutup secara otomatis) sehingga kemungkinan terjadinya emisi gas BBM ke udara dan tumpahan minyak dapat diminimalisir.

b) Dalam kegiatan operasional SPBU secara keseluruhan telah dirancang dengan menggunakan systen tertutup sehingga limbah yang dibuang tidak mengganggu lingkungan, teknik yang diterapkan :

c) Pembuatan system drainase yang baik dilengkapi dengan

oil catcher.

d) Melengkapi seluruh jenis BBM dengan pipa pernafasan /

vend an pressure vacuum.

e) Pemasangan pipa dilengkapi dengan fleksible casing sehingga bila terjadi kebocoran pipa tidak langsung ke tanah.

f) Pemasangan quick coupling pada system pembongkaran di

tangki timbun.

g) Untuk upaya-upaya preventif bagi keamanan maupun bahaya kebakaran di lengkapi dengan racun api.

b. Uraian Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Pengelolaan air: Pengelolaan air dilakukan selama tahap ini adalah :

a) Untuk mencegah terganggunya pola aliran air agar tidak terpengaruh ke lahan sekitarnya, maka pada sekeliling batas tapak proyek akan di bangun pondasi batu dan didirikan tembok batako setinggi 2 meter.

b) Membuat system drainase yang baik di sekitar lokasi kegiatan

sebelum di mulai tahap konstruksi.

2) Pengelolaan Terhadap Kualitas Udara

Untuk mengurangi tingkat pencemaran emisi gas buang dan partikulat debu saat kegiatan konstruksi akan dilakukan penyiraman jalan/tanah jika dianggap perlu dengan periodesiasi berkala.

3) Pengelolaan Terhadap Kesempatan Kerja

Upaya untuk peluang kerja pada tahap konstruksi adalah merekrut tenaga sesuai kualifikasi pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan dan memprioritaskan tenaga kerja setempat/local.

c. Tahap Operasi

1) Pengelolaan Terhadap Kualitas Air

Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan selama tahap operasi adalah :

a) Pengelolaan kemungkinan terjadinya limbah yang berasal dari ceceran minyak kegiatan SPBU adalah dengan membuat drainase yang baik, membuat oil catcher.

b) Untuk pengelolaan air limbah yang berasal dari kamar mandi/toilet

dibangun septiktank dengan resapannya.

2) Pengelolaan Kualitas Udara

Dampak terhadap kualitas udara yang diperkirakan timbul adalah adanya emisi hidrokarbon, CO, S02 serta peningkatan partikulat debu. Upaya pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut adalah :

a) Pemasangan quick coupling pada system pembongkaran di tangki

timbun.

b) Penggantian valve (katup) jika aus dan rusak. c)

3) Pengontrolan Mesin Pengisi BBM

Pembangunan pagar tembok berisi 2 meter yang mengelilingi lokasi kegiatan, untuk mencegah keluarnya gas-gas buang jika terjadi kebocoran BBM. Membangun taman untuk keindahan dan peresapan air. Upaya-upaya pengelolaan yang berkaitan dengan penanganan keadaan darurat seperti kebakaran antara lain dengan :

a) Penempatan 2 unit rumah racun api dengan kapasitas 60 kg

b) 6 (enam) unit tabung pemadam kebakaran

c) Membuat papan larangan merokok

4) Pengelolaan Terhadap Penurunan Kualitas Air Tanah

Upaya pengelolaan untuk penurunan kualitas air tanah akibat kebocoran maupun perembesan ke dalam air tanah adalah dengan melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap tangki timbun BBM dan tempat penimbunan sludge

d. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Lokasi Pengelolaan lingkungan dengan sumber dampak dan penyebarannya, sehingga lokasi pengelolaan ditetapkan sebagai berikut:

a) Lokasi pengelolaan terhadap kualitas air

i.

Oil Catcher

ii.

Saluran air depan SPBU

b) Lokasi pengelolaan kualitas udara

i.

Area dalam SPBU Area dalam SPBU

Area pemukiman sekitar SPBU

c) Lokasi pengelolaan Sludge Pada tempat pengelolaan yang ditentukan

d) Lokasi pengelolaan kesempatan kerja Kantor administrasi SPBU.

2) Waktu dimulainya pengelolaan lingkungan

Pelaksanaan pengelolaan lingkungan akan dimulai sejak tahap pra konstruksi.

3) Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup

Dalam struktur organisasi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan lingkungan hidup adalah Kepala Bagian Teknik.

4) Pembiayaan

Biaya pengelolaan lingkungan hidup meliputi pengadaan peralatan, bahan dan biaya pemasaran instalasi pengelolaan lingkungan hidup, yang meliputi:

a) Biaya pembangunan oil catcher

b) Biaya pembangunan septiktank dan resapan

c) Biaya pembangunan drainase

d) Biaya pembangunan instalasi air bersih

e) Biaya pengadaan / pemasangan fasilitas pengamanan darurat seperti:

rumah racun api dan alat kebakaran

f) Biaya pengelolaan sludge

g) Pemeriksaan kualitas air limbah

h) Pemeriksaan kualitas air udara

i) Penghijauan

5) Pengawasan

Untuk kegiatan pengelolaan lingkungan hidup akibat kegiatan opearsiona! SPBU. Pihak yang bertanggungjawab atas operasional SPBU akan melibatkan pihak yang akan melakukan pengawasan maupun instansi terkait. Instansi pengawas dalam hal ini adalah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan serta pihak PERTAMINA.

Izin lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah izin lingkungan untuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berupa dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL).

Adapun untuk mendapatkan izin lingkungan di Kabupaten Magetan setiap usaha diwajibkan memiliki Izin Pemanfaatan Tanah atau yang dapat disebut juga dengan Izin Lokasi Penggunaan Tanah yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Bupati Magetan terlebih dahulu.

Izin Pemanfaatan Tanah adalah izin peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi dan atau badan yang akan melaksanakan kegiatan dan atau kegiatan yang mengakibatkan perubahan peruntukan tanah pada bangunan/usaha yang dilakukan, dengan batasan keluasan sebagai berikut :

a. untuk usaha pertanian & le 25 Ha,

b. untuk usaha non pertanian & le 1 Ha,

c. untuk kegiatan bidang sosial dan keagamaan tanpa batasan keluasan. Dasar Hukum :

a. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.

b. Surat Izin Bupati Magetan Nomor : 530.08/397/403.210/2012 Tentang Izin Gangguan / Ho. Menurut pasal 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Dibidang Pertanahan yang menyatakan bahwa sebagian kewenangan pemerintah dibidang pertanahan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota Dan Pemberian Izin Lokasi merupakan salah satu kewenangan pemerintah dibidang pertanahan dari sembilan kewenangan yang ada. Sembilan kewenangan sebagaimana yang dimaksud adalah :

a. Pemberian izin lokasi.

b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.

c. Penyelesaian sengketa tanah garapan.

d. Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan.

e. Penetapan subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee.

f. Penetapan dan penyelesaian tanah ulayat.

g. Pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong.

h. Pemberian izin membuka tanah.

i. Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten atau kota

Setelah mendapatkan Izin Lokasi dari instansi yang berwenang maka pemohon dapat melanjutkan proses perizinan berikutnya, yaitu izin lingkungan. Izin Lingkungan berupa dokumen yang disusun oleh pemohon dan diajukan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH).

Pedoman mengenai ukuran dampak besar dan penting sesuai dengan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting adalah sebagai berikut:

a. Jumlah manusia yang terkena dampak. Jumlah manusia yang terkena dampak menjadi penting bila manusia di wilayah studi AMDAL yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan di wilayah tersebut.

b. Luas wilayah persebaran dampak. Suatu rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas dampak, tidak berbaliknya dampak, kumulatif dampak.

c. Lamanya dampak berlangsung. Dikatakan penting bila rencana usaha atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak yang berlangsung hanya pada satu atau lebih tahapan kegiatan.

d. Intensitas dampak. Perubahan lingkungan yang timbul bersifat hebat, atau drastis, berlangsung di area yang relative luas, dalam kurun waktu yang relatif singkat.

e. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak.

Rencana usaha atua kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.

f. Sifat komulatif dampak. Komulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk atau bertimbun. Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting., tetapi karena aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya bersifat kumulatif.

g. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia. Kegiatan studi UKL & UPL mempunyai tujuan dan maksud antara lain

mencegah dan mengelola dampak yang di timbulkan akibat kegiatan SPBU sehingga dampak dapat dicegah atau ditekan,sedangkan dampak positifnya dapat dikembangkan dan merupakan pedoman operasional pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengawasan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku guna mempertahankan daya dukung lingkungan.

UKL/UPL merupakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus dan wajib di miliki oleh semua perusahaan yang mempunyai aktifitas bisnis / produksi yang berdampak terhadap lingkungan. Apabila UKL/UPL diterapkan secara konsisten pasti dapat mengurangi dan mengantisipasi kemungkinan dampak negatif yang muncul bagi lingkungan dan masyarakat sehingga bisa meningkatkan image perusahaan.

UKL dan UPL yang telah disusun oleh pemrakarsa kemudian diajukan ke instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota, karena usaha dan atau kegiatan yang akan berlangsung ini berlokasi pada 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota.

Prosedur penyusunannya UKL-UPL yaitu pemrakarsa melakukan studi kelayakan lingkungan sesuai dengan format yang berlaku selanjutnya dikonsultasikan dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab Prosedur penyusunannya UKL-UPL yaitu pemrakarsa melakukan studi kelayakan lingkungan sesuai dengan format yang berlaku selanjutnya dikonsultasikan dan diajukan kepada instansi yang bertanggung jawab

Bagan 3 : Prosedur Penyusunan AMDAL dan UKL UPL

Tidak

ya

Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL Untuk perizinan lingkungan saat ini penentuan penggunaan wajib penyusunan dokumen lingkungan menggunakan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan

Rencana Kegiatan

Dampak Besar dan Penting

AMDAL

UKL & UPL

Evaluasi Komisi

Evaluasi oleh Dinas Lingkungan Hidup

Disetujui Komisi

Tidak Lengkap

Dilengkapi/ Diperbaiki

Pelaksanaan Kegiatan

Ditolak

Pengawasan oleh Dinas Lingkungan Pengawasan oleh Dinas Lingkungan

Dalam penelitian ini adalah SPBU Parang Mas mengajukan perizinan lingkungan pada tahun 2009, sehingga penyusunan dokumen UKL-UPL sesuai dengan format isian yang terdapat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002. Pembuatan dokumen UKL-UPL dapat disusun sendiri oleh si pemrakarsa ataupun melalui konsultan.

Isi dari dokunen UKL-UPL SPBU Parang Mas meliputi :

a. Identitas Pemrakarsa Data Pemrakarsa (meliputi Nama SPBU, Nama Pimpinan SPBU, Jabatan, Alamat, NPWP)

b. Rencana Usaha dan atau Kegiaan

1) Nama Rencana Usaha atau Kegiatan Pembangunan SPBU.

2) Lokasi Rencana Usaha atau Kegiatan

SPBU - Parang Mas - Magetan

3) Deskripsi Rencana Usaha atau Kegiatan Meliputi :

a) Jenis dan Kapasitas Produksi

b) Bahan baku dan Penolong

c) Jenis Peralatan Produksi

4) Status Lahan Rencana Usaha atau Kegiatan

Disesuaikan atas nama pemilik Sertifikat. Dicantumkan pula batasan-batasan lokasi proyek.

5) Garis Besar Komponen Rencana Usaha atau Kegiatan

a) Tahap Pra Konstruksi

Meliputi sigi atau survey, perizinan, pembebasan lahan, kegiatan sosialisasi dan perencanaan.

b) Tahap Konstruksi

Tahap konstruksi adalah tahapan dimana pembangunan SPBU dilakukan yang meliputi perekrutan tenaga kerja konstruksi, mobilisasi alat dan bahan, pematangan lahan, pembangunan sarana dan prasarana utama

c) Tahap Pascakonstruksi (operasional)

Tahap Pascakonstruksi dilakukan apabila proses dan pembangunan fisik telah selesai secara keseluruhan. Tahap ini meliputi perekrutan tenaga kerja oprasi, oprasional SPBU, dan pemeliharaan lingkungan

c. Dampak Lingkungan yang akan Terjadi

Meliputi sumber dampak, jenis dampak, tolak ukur dampak, sifat dampak, dan besaran dampak dari tahap-tahap garis besar komponen rencana (tahap pra konstruksi hingga pasca konstruksi)

d. Program Pengelolaan Lingkungan

1) Pendekatan Pengelolaan Lingkungan

Program pengelolaan lingkungan pembangunan SPBU melalui tiga pendekatan yaitu ; pendekatan teknologi, pendekatan sosial, ekonomi dan pendekatan institusi.

2) Program Penglolaan Lingkungan

dimaksud untuk menanggulangi setiap dampak yang terjadi dari masing-masing tahap.

e. Program Pemantauan Lingkungan

1) Pendekatan Pemantauan Lingkungan

2) Program Pemantauan Lingkungan

f. Tindakan Darurat yang akan Dilakukan

1) Pencegahan Kebakaran

2) Mencegah Kecelakaan di Tempat Kerja

g. Pelaporan

1) Pelaporan

Berbagai hasil pemantauan seperti yang telah dilakukan wajib untuk dilaporkan kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan dengan tembusan kepada Dinas/institusi terkait.

2) Materi Pelaporan

a. Surat Pengantar yang ditandatangani penanggung jawab UKL-UPL.

b. jenis kegiatan.

c. Gambar Layout yang dapat menunjukkan lokasi pemantauan dan pengelolaan dilakukan.

3) Waktu Pelaporan

Laporan disampaikan setiap enam bulan sekali, yaitu dalam bulan Juni dan Desember tahun berjalan.

Dokumen UKL-UPL yang telah disusun diajukan dan dikonsultasikan kepada instansi yang bertanggung jawab mengendalikan dampak lingkungan hidup. Dalam hal ini instansi tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib berkoordinasi dengan instansi yang membidangi usaha dan atau kegiatan untuk melakukan pemeriksaan formulir isian tentang UKL dan UPL yang telah disampaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya formulir isian tentang UKL dan UPL.

Apabila terdapat kekurangan informasi yang disampaikan dalam penyusunan UKL dan UPL dan memerlukan tambahan dan atau perbaikan, pemrakarsa atau pihak SPBU wajib menyempurnakan dan atau melengkapinya sesuai hasil pemeriksaan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib menerbitkan rekomendasi tentang UKL dan UPL kepada pemrakarsa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya dokumen UKL dan UPL yang telah diperbaiki oleh pemrakarsa.

Apabila dokumen UKL dan UPL tidak memerlukan perbaikan, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib memberikan rekomendasi paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya formulir isian tentang UKL dan UPL.

Pejabat dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan wajib mencantumkan syarat dan kewajiban yang tercantum dalam program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup di dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan. Izin yang telah diterbitkan oleh pejabat dari instansi yang berwenang tembusannya wajib disampaikan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Magetan sesuai kewenangan. Surat rekomendasi UKL dan UPL menjadi salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan permohonan dalam pendirian usaha SPBU dengan bentuk surat ijin usaha yang kemudian ditunjukan kepada Badan Pelayanan Peirizinan Terpadu Kabupaten Magetan.

C. Faktor - faktor yang menghambat

Pelaksanaan Perizinan Lingkungan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) nomor 54.633.18 di Kabupaten Magetan.

Sesuai dengan konteks dari rumusan masalah yang kedua dalam penulisan ini ialah mengenai hambatan perizinan lingkungan. Di dalam permasalahan ataupun kendala yang dapat memperlambat suatu proses tersebut menjadi sebuah hasil, banyaknya kendala dapat mempengaruhi dari hasil suatu tujuan utama. Ada sederet faktor yang menghambat pelaksanan perizinan antara lain :

A. Subtansi hukum dalam pelaksaan perizinan Pengembangan kebijakan yang meyeluruh harus dimulai dari amandemen UUD 1945 sebagai sistem substansial yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan. sumber dari kebijakan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan hidup. Disamping itu, diperlukan pengembangan - pengembangan Undang-undang Pengelolaan Sumber Daya Alam yang mampu mengintergrasiakn prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dan berbasiskan kepentingan rakyat.

Banyak perundangan yang sudah disahkan hingga bertahun -tahun kan tetapi terhambat pada Peraturan Pelaksanaan yang belum dikeluarkan oleh Menteri Sekretaris Negara dan Menteri Hukum dan HAM. Rencananya, UUPPLH tersebut akan mengeluarkan 12 Peraturan pelaksana. Dari jumlah tersebut, hanya

4 yang berstatus finalisasi oleh para Menteri tersebut. Keempat Peraturan Pelaksanaan yang sudah berada dalam status finalisasi dengan Sekretaris Negara dan Kementrian Hukum dan Ham tersebut yakni, Peraturan Pelaksanaan AMDAL dan analisa resiko lingkungan, Peraturan Pelaksanaan izin lingkungan dan Peraturan Pelaksanaan Pengawasan lingkungan hidup dan sanksi administratif, Peraturan Pelaksanaan lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup. Sementara 8 Peraturan Pelaksanaan lainnya statusnya beragam. Ada yang masih dalam pembahasan internal KLH, ada juga yang masih didiskusikan dengan pakar, ada pula yang masih draft akademik dan juga masih berupa draft 4 yang berstatus finalisasi oleh para Menteri tersebut. Keempat Peraturan Pelaksanaan yang sudah berada dalam status finalisasi dengan Sekretaris Negara dan Kementrian Hukum dan Ham tersebut yakni, Peraturan Pelaksanaan AMDAL dan analisa resiko lingkungan, Peraturan Pelaksanaan izin lingkungan dan Peraturan Pelaksanaan Pengawasan lingkungan hidup dan sanksi administratif, Peraturan Pelaksanaan lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup. Sementara 8 Peraturan Pelaksanaan lainnya statusnya beragam. Ada yang masih dalam pembahasan internal KLH, ada juga yang masih didiskusikan dengan pakar, ada pula yang masih draft akademik dan juga masih berupa draft

Peraturan Pelakasanaan yang tertunda di Undang-undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, akan mengakibatkan hambatan dalam hal penegakan hukum, karena dalam undang 32 tahun 2009 tersebut berisi tentang sanksi – sanksi bila terjadi suatu pelanggaran perizinan lingkungan.

Sanksi Administratif yang diterapkan terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan IUP kabupaten Magetan, juga sudah dilakukan dengan beberapa bentuk yang diatur dalam adminitrasi berupa:

1) Teguran tertulis;

2) Pembekuan izin lingkungan; atau

3) Pencabutan izin lingkungan. Dengan demikian apa yang sudah dilakukan BLH Kabupaten magetan telah melakukan penegakan hukum administrasi lingkungan yang diatur dalam pasal 77 UU PPLH.

B. Struktur hukum dalam pelaksaan perizinan Dalam pelaksaan perizinan sistem struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik dilihat dari pengabaian pengawasan disebabkan aparat pemerintah sebagai regulator pada umumnya menjalankan kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak (public interest) . Pertentangan kepentingan ini disebabkan oleh pengaruh- pengaruh atau tekanan elit politk, kroni, atau kepentingan untuk memperkaya diri pribadi atau kelompoknya. Kondisi ini berlangsung lama karena atmosfer pengolaan sumber daya publik dilakukan sangat tertutup dan eksklusif. Pemerintah selaku sarana yuridis yang mengendalikan tingkah laku para warganya. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang B. Struktur hukum dalam pelaksaan perizinan Dalam pelaksaan perizinan sistem struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik dilihat dari pengabaian pengawasan disebabkan aparat pemerintah sebagai regulator pada umumnya menjalankan kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan hajat hidup orang banyak (public interest) . Pertentangan kepentingan ini disebabkan oleh pengaruh- pengaruh atau tekanan elit politk, kroni, atau kepentingan untuk memperkaya diri pribadi atau kelompoknya. Kondisi ini berlangsung lama karena atmosfer pengolaan sumber daya publik dilakukan sangat tertutup dan eksklusif. Pemerintah selaku sarana yuridis yang mengendalikan tingkah laku para warganya. Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang

Hambatan perizinan lingkungan yang terjadi pada SPBU karena adanya para pihak yang tidak lagi memperdulikan tingkat kerugian yang akan terjadi apabila adanya dokumen – dokumen yang tidak pada mestinya yang dapat merugikan lingkungan sekitar area pendirian usaha di sini adalah SPBU. Pemberi izin atau pemerintah secara gampang memberikan izin pada pemohon izin yang biasa sudah mengenal orang dalam (pejabat) sehingga dengan gampang sebuah izin yang diinginkan tersebut keluar. Di samping itu pengetahuan, wawasan dan kesadaran yang sangat kurang menjadi faktor utama mengenai terciptanya suatu permasalahan yang lalu menimbulkan suatu masalah dan mengakibatkan suatu hambatan.

C. Budaya Hukum dalam pelaksaan perizinan Merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Dalam kaitannya dengan pelaksaan perizinan SPBU dalam hal pemahaman Pemohon selaku pemilik SPBU, sebagian besar adalah pengusaha yang hanya ingin cepat selesai tanpa mengikuti proses yang ada dan tidak C. Budaya Hukum dalam pelaksaan perizinan Merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini. Dalam kaitannya dengan pelaksaan perizinan SPBU dalam hal pemahaman Pemohon selaku pemilik SPBU, sebagian besar adalah pengusaha yang hanya ingin cepat selesai tanpa mengikuti proses yang ada dan tidak

Di dalam suatu proses tentunya terdapat permasalahan ataupun kendala yang dapat memperlambat suatu proses tersebut menjadi sebuah hasil, banyaknya kendala dapat mempengaruhi dari hasil suatu tujuan utama. Begitu pula dalam pelaksanaan proses perizinan lingkungan terdapat beberapa hambatan karena melibatkan dua pihak, antara lain dari pihak pemerintah dan pihak swasta yang pada umumnya bertindak sebagai pemrakarsa.

Data yang di peroleh dari badan Lingkungan Hidup di Magetan bahwa ditinjau dari sudut pandang pihak pemberi izin yaitu pemerintah, mengemukakan bahwa sebagian besar hambatan terjadi dikarenakan dari pihak swasta selaku pemohon perizinan. Hambatan tersebut berupa :

a. Pemahaman Pemohon, sifat dari pemohon yang sebagian besar adalah pengusaha, yang hanya ingin selesai tanpa mengikuti proses yang berlaku dan tidak memahami apa kegunaan dari dibentuknya suatu peraturan.

b. Kelengkapan, penyusunan permohonan perizinan disertai kelengkapan mengenai pemenuhan syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon. Terdapat dua macam kelengkapan, yaitu kelengkapan data dan kelengkapan fisik.

1. Kelengkapan data :

a) Akte Notaris

b) Buku tanah

c) Perizinan yang dimiliki

d) Struktur Organisasi

e) Peta Lokasi

f) Lay Out / Master plant yang ada di IMB f) Lay Out / Master plant yang ada di IMB

h) Hasil uji Laboratorium

5. Kualitas Bada air

6. Kualitas Air Tanah

7. Kualitas Udara. Terjadinya hambatan perizinan di kabupaten Magetan di kerenakan adanya para pihak yang tidak lagi memperdulikan tingkat kerugian secara immaterial. Pengetahuan, wawasan dan kesadaran yang sangat kurang didaerah merupakan sederet faktor utama mengenai terciptanya suatu permasalahan yang lalu menimbulkan suatu masalah dan mengakibatkan suatu hambatan. Hambatan tersebut antara lain sifat dari pemohon yang sebagian besar adalah pengusaha, yang hanya ingin selesai tanpa mengikuti proses yang berlaku dan tidak memahami apa kegunaan dari dibentuknya suatu peraturan dan kurangnya kelengkapan dokumen persyaratan yang disusun oleh pemohon, hal ini menyebabkan proses perizinan lingkungan berjalan tidak sesuai dengan kenyataannya.