Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan PENGARUSUTAMAAN

BAB I KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG

1.1. PENGARUSUTAMAAN

1.1.1. Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan

Kondisi Saat ini Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang berprinsip untuk II.1 - 4 memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Untuk mencapai keberlanjutan yang menyeluruh, diperlukan keterpaduan antara 3 pilar pembangunan, yaitu keberlanjutan dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berintegrasi dan saling memperkuat satu dengan yang lain. Walaupun Indonesia telah menyusun National Sustainable Development Strategy Agenda 21 pada tahun 1997 yang berisi rekomendasi kepada sektor dalam penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan hingga tahun 2020 serta ditetapkannya pengarus-utamaan pembangunan berkelanjutan sebagai salah satu prinsip dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun pada RPJM 2004-2009. Namun, hingga saat ini belum ada suatu sistem, serta mekanisme yang andal untuk melakukan pengintegrasian isu pembangunan berkelanjutan tersebut ke dalam program-program pembangunan secara terarah. Pada tahun 2009 dengan ditetapkannya UU 322009 mengenai Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup telah diwajibkan dilakukannya Kajian Lingkungan Hidup Strategis KLHS dalam penyusunan Kebijakaan, Program dan Rencana Pembangunan. Hal ini merupakan salah satu upaya mengarusutamakan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dilakukan setelah penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL sejak akhir 1980an dirasa tidak mencukupi untuk mengurangi dampak lingkungan dari suatu kegiatan pembangunan. Selain itu, pada RPJMN 2010-2014 telah ditetapkan prinpsip-prinsip pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan yang meliputi 3 pilar yaitu pilar ekonomi, sosial dan lingkungan hidup dengan indikator-indikator utamanya. Hingga tahun 2010 penerapan KLHS serta penerapan sistem pengarusutamaan pembangunan masih dalam upaya meletakkan dasar-dasar kebijakan serta penerapan KLHS pada tata ruang dan perencanaan di daerah. Untuk itu, hal ini masih perlu terus untuk dikembangkan terutama pada tahun 2011. Permasalahan dan Sasaran Walaupun sudah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kerusakan lingkungan hidup, pencemaran dan penurunan kualitas daya dukung lingkungan hidup terus terjadi. Untuk itu, diperlukan pengelolaan lingkungan hidup yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan lintas sektoral. Selain itu, diperlukan suatu upaya pengintegrasian pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan sektoral. Banyaknya pemangku kepentingan yang berperan dalam pembangunan berkelanjutan mengharuskan adanya koordinasi serta sinergi yang baik antarberbagai pihak tersebut. Setiap pihak mempunyai peran dan fungsi dalam menggerakkan subsistem yang membentuk sistem pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan harus bersifat membuka akses seluruh pihak agar dapat berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan itu. Pemerintah diharapkan dapat memberikan arah, kebijakan, standar-standar, manual, serta kerangka kebijakan penunjang lainnya yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan. Sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2011 adalah 1 teradopsinya pertimbangan ekonomi, sosial, lingkungan, dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan 2 terpeliharanya kualitas lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan membaiknya indeks kualitas lingkungan hidup tahun 2011; dan 3 disepakati, disusun, dan digunakannya indeks kualitas lingkungan hidup sebagai salah satu alat untuk mengukur pembangunan yang berkelanjutan. Arah Kebijakan II.1 - 5 Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam menyusun kerangka strategis, struktur kelembagaan, strategi dan kebijakan nasional, sektoral dan wilayah, serta dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan juga harus dilakukan dengan memperhatikan permasalahan strategis lingkungan dan sosial yang ada. Pengarusutamaan dilakukan dengan cara yang terstruktur dengan kriteria sebagai berikut: 1 kegiatannya merupakan upaya integral dalam kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan; 2 kegiatan tidak mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan investasi yang signifikan karena berasaskan koordinasi dan sinergi; 3 pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi sosial kemasyarakatan, kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya; dan 4 pengarusutamaan terutama dilakukan pada sektor yang memberikan dampak besar terhadap kualitas lingkungan dan di wilayahdaerah yang rawan kerusakan lingkungan, diprioritaskan pada kegiatan strategis pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan serta keadilan dan keberlanjutan sosial. Kegiatan pembangunan tidak mengabaikan kemampuan daya dukung lingkungan yang menopang kegiatan pembangunan tersebut. Tiga indikator daya dukung lingkungan utama sebagai penopang pembangunan adalah daya dukung lahan, daya dukung air, dan udara. Daya dukung sumber daya lahan dapat dilihat dari 1 daya serap air infiltrasi air, 2 kualitas lahan, 3 tutupan lahan, dan 4 laju erosi lahan. Kegiatan pembangunan hendaknya memperhatikan daya dukung sumber daya lahan itu. Daya dukung sumber daya air dapat dilihat dari kualitas air, diupayakan agar kegiatan pembangunan yang ada tidak menurunkan kualitas air setempat dan kuantitas air, diupayakan agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan air tidak mengeksploitasi air melebihi daya pemulihan dan pengisiannya kembali. Pertimbangan utama dalam pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam aspek sosial adalah: 1 struktur sosial masyarakat: kegiatan pembangunan yang direncanakan diupayakan mempertimbangkan struktur sosial masyarakat agar tidak terjadi konflik dan benturan nilai yang tidak diinginkan dan 2 partisipasi masyarakat pelaku dan marjinalminoritas: kegiatan pembangunan yang direncanakan telah memasukkan unsur partisipasi masyarakatpemangku kepentingan dan masyarakat marjinal terutama dalam proses pengambilan keputusan serta peran-peran lainnya. Berkaitan dengan itu, pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan mempunyai indikator kinerja yang mencerminkan 3 pilar pembangunan yaitu: 1 ekonomi: indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, dan dampak ekonomi; 2 sosial: tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan, partisipasi masyarakat marginalminoritas kaum miskin dan perempuan, dampak terhadap struktur sosial masyarakat, serta tatanan atau nilai sosial yang berkembang di masyarakat; dan 3 lingkungan hidup: dampak terhadap kualitas air, udara dan lahan serta ekosistem keanekaragaman hayati.

1.1.2. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik