Antena pada jantan lebih panjang dibandingkan parasitoid betina Gambar 13 Tegulae, stigma dan vena sayap coklat kemerahan. Segmen abdomen pertama
melebar di belakang. Ovipositor pada parasitoid betina pendek. Parasitoid betina dapat meletakkan telur hingga 20 butir dalam tubuh inang. Imago parasitoid dapat
hidup 5 sampai 7 hari Pinheiro dkk, 2010.
Gambar 12. a imago C. flavipes jantan, b imago C. flavipes betina Semakin banyak oviposisi, ukuran kelompok telur yang diletakkan pada
inang akan semakin menurun. Setelah oviposisi larva inang yang kedua, kebanyakan betina telah meletakkan seluruh telurnya atau kurang lebih 85 dari
keseluruhan jumlah telur. Walaupun semua betina telah meletakkan seluruh telur mereka pada inang yang ketiga, beberapa parasitoid masih mengoviposisi inang
tetapi tidak meletakkan telur Muirhead dkk, 2010.
3.2 Perilaku
Cotesia flavipes adalah endoparasitoid gregarious koinobiont yang
menyimpan telurnya di dalam hemocele larva inang dengan kemampuan untuk memanipulasi fisiologi inang dengan mengakomodasi perkembangan stadia telur
sampai larva. Kompetisi sengit dalam system inang-parasitoid menunjukkan bahwa parasitoid mengalahkan sistem pertahanan inangnya. Kompetisi ini
a b
Universitas Sumatera Utara
bergantung pada laju perkembangan, jumlah telur, perkembangan stadia larva, oviposisi dan interval waktu antar oviposisi Mesquito dkk, 2011.
Pemilihan inang seekor imago parasitoid sangat berpengaruh terhadap kelangsungan keturunannya. Oleh karena itu, di samping faktor nutrisi,
ketersediaan ruang yang sesuai juga merupakan hal yang penting. Parasitoid C. flavipes
hanya memilih larva berukuran 1,5 cm yang dianggap sesuai bagi keberhasilan hidup keturunannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
C. sacchariphagus yang terparasit C. flavipes hanya larva dengan ukuran besar
instar 5, panjang 1,5 cm. Larva dengan ukuran kecil maupun sedang tidak berhasil diparasit oleh C. flavipes Purnomo, 2006.
Tingkah laku kawin dari imago dan nisbah kelamin perlu diteliti dalam serangga entomofagus. Banyak serangga entomofagus telah hilang karena gagal
dalam perkawinan atau memiliki nisbah kelamin yang tidak sesuai dengan kondisi tempat perbanyakan serangga. Bila telur dihasilkan dalam jumlah yang besar
maka rasio kelaminnya tinggi, dimana akan lebih banyak betina daripada jantan teliotoki Sembel, 2010.
Jenis kelamin
parasitoid sangat ditentukan oleh ada tidaknya pembuahan telur oleh sperma sebelum imago betina meletakkan telurnya pada inang.
Parasitoid hymenoptera yang meletakkan telurnya sebelum kawin akan menghasilkan telur-telur jantan. Nisbah kelamin dipengaruhi oleh suhu.
Ketahanan parasitoid jantan dan betina berbeda terhadap suhu dingin. Larva, prapupa, pupa dan imago betina diduga mempunyai ketahanan lebih rendah
dibanding dengan jantan sehingga kemunculannya dari telur inang terhambat. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini terlihat dari nisbah kelamin betina jantan dan persentase betina yang rendah setelah mendapat perlakuan suhu 9
o
C Murtiyarini dkk, 2006. Parasitoid betina dalam meletakkan telur pada permukaan kulit inang atau
dengan tusukan ovipositornya telur langsung dimasukkan dalam tubuh inang. Larva yang keluar dari telur menghisap cairan tubuh inangnya dan menyelesaikan
perkembangannya dapat dari luar tubuh inang ektoparasit dan sebagian besar dari dalam tubuh inang endoparasitoid Soviani, 2012.
Efek parasitisasi C. flavipes pada pada inang menimbulkan dua reaksi seluler yaitu enkapsulasi dan pembentukan nodul hemocyte. Enkapsulasi adalah
reaksi selular yang utama inang melawan endoparasitoid. Sebagai gambaran, pada serangga inang nonpermisif hemocyte membentuk dan menyebar kemudian
berkembang membentuk lapisan pelindung Mahmoud dkk, 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset dan Pengembangan Tebu PTPN II Sei Semayang + 40 m dpl mulai Mei sampai Juli 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah imago C. flavipes berumur satu hari, larva penggerek batang bergaris C. sacchariphagus instar 4,
larva penggerek batang berkilat C. auricilius instar 4, madu murni, sogolan tebu, selotip, kertas label dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wadah plastik dengan tinggi 7 cm, solder, kawat baja halus, pisau, telenan, tabung reaksi dengan panjang
20 cm dan diameter 4 cm, kain hitam, karet gelang, pinset bambu dan alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL yang terdiri dari 3 faktor yaitu :
Faktor I : Jenis inang yang dipergunakan I dengan dua taraf yaitu :
L1 : Larva
C. sacchariphagus L2 :
Larva C. auricilius
Faktor II : Jumlah inang T dengan tiga taraf yaitu:
T1 : 2 ekor
T2 : 3 ekor
Universitas Sumatera Utara
T3 : 4 ekor
Faktor III : Metode Parasititasi P dengan dua taraf yaitu:
P1 : Buatan
P2 : Alami
Metode linier yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk =
µ
+ Ai + Bj + ABij + Ck + ACik + BCjk + ABCijk +
ε
ijk
Dimana : Yijk
= variabel respon karena pengaruh bersama taraf ke i faktor A, taraf ke j faktor B, dan taraf ke k faktor C yang terdapat pada pengamatanunit
perlakuan ke n
µ
= efek rata-rata yang sebenarnya nilai konstan Ai
= efek sebenarnya dari taraf ke i faktor A Bj
= efek sebenarnya dari taraf ke j faktor B ABij = efek sebenarnya dari taraf ke k faktor C
ACik = efek sebenarnya dari interaksi taraf ke i faktor A dengan taraf ke k faktor C
BCjk = efek sebenarnya dari interaksi taraf ke j faktor B dengan taraf ke k faktor C
ABCijk= efek sebenarnya terhadap variabel respon yang disebabkan oleh interaksi antara taraf ke i faktor A, taraf ke j faktor B dan taraf ke k faktor C
ε
ijk = efek sebenarnya unit eksperimen ke i disebabkan oleh kombinasi perlakuan ijk.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kombinasi perlakuan 2 x 3 x 2 = 12 L1T1P1
L1T1P2 L1T2P1
L1T2P2 L1T3P1
L1T3P2 L2T1P1
L2T1P2 L2T2P1
L2T2P2 L2T3P1
L2T3P2 Dengan jumlah ulangan yang dihitung dengan rumus :
t – 1 r – 1 15 18 – 1 r – 1 15
17 r – 1 15
17r – 17 15
17r 32
r 3217
r 1,8
Ulangan : tiga 3
Jumlah parasitoid yang akan dinokulasikan untuk setiap perlakuan adalah 1 pasang 1 ekor jantan dan 1 ekor betina maka diperoleh jumlah unit penelitian
12 x 3 = 36 unit penelitian. Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,
maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 Steel and Torrie, 1989.
Persiapan penelitian
1. Penyediaan Wadah Plastik
Disediakan wadah plastik dengan diameter 14 cm dan tinggi 7 cm untuk metode parasititasi buatan dan parasititasi alami. Tutup wadah plastik tersebut
Universitas Sumatera Utara
diberi lubang dengan menggunakan solder dan lubang tersebut ditutup menggunakan jaring kawat halus, agar sirkulasi udara dalam wadah plastik
tetap terjaga sehingga larva dapat terpelihara dengan baik. 2.
Penyediaan Sogolan Tebu Sogolan tebu diambil dari lapangan kemudian dipotong dengan panjang
5 cm agar tidak melebihi tinggi wadah plastik dimasukkan ke dalam wadah plastik tersebut dengan cara disusun secara vertical sampai penuh.
3. Penyediaan larva C. sacchariphagus dan C. auricilius
Larva C. sacchariphagus dan C. auricilius instar 4 diperoleh dari Perkebunan Tebu Balai Riset dan Pengembangan Tebu Sei Semayang.
4. Penyediaan starter parasitoid
Dimasukkan kokon C. flavipes yang berasal dari Laboratorium Riset dan Pengembangan Tebu Sei Semayang ke dalam tabung reaksi, dibiarkan
sampai muncul imago C. flavipes. Selanjutnya imago tersebut digunakan sebagai starter. Starter dipelihara dengan memberi pakan berupa madu murni
yang telah dicelupkan pada kertas berukuran kecil dan dimasukkan pada tabung reaksi.
Pelaksanaan Penelitian
1. Parasititasi Buatan
Stater imago C. flavipes dimasukkan ke dalam tabung reaksi dibiarkan selama 2-3 jam agar parasitoid dapat berkopulasi dan kemudian dimasukkan larva
C. sacchariphagus dan C. aurilius sesuai masing-masing perlakuan dengan
menggunakan pinset bambu agar larva terparasit. Setelah larva-larva tersebut terparasit oleh C. flavipes maka larva C. sacchariphagus dan C. auricilius
Universitas Sumatera Utara
dipindahkan pada sogolan tebu yang ada di dalam wadah plastik dan diberi selotip serta label sebagai penanda perlakuan dan diletakkan pada rak untuk dipelihara.
Setelah 12-16 hari maka sogolan tebu dibongkar dan diambil kokon C. flavipes lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan menggunakan kain
hitam. Kemudian ditunggu sampai imago C. flavipes muncul. 2.
Parasititasi Alami Dimasukkan larva C. sacchariphagus dan C. auricilius sesuai perlakuan ke
dalam wadah plastik dengan 14 cm dan tinggi 7 cm yang sudah berisi sogolan tebu. Selanjutnya stater imago C. flavipes yang sudah berkopulasi dari tabung
reaksi dimasukkan ke dalam wadah plastik tersebut. Dibiarkan dan diamati hingga parasitoid C. flavipes memarasit larva C. sacchariphagus dan C. auricilius dengan
sendirinya. Setelah 12-16 hari maka sogolan tebu dibongkar dan diambil kokon C. flavipes
lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditutup dengan menggunakan kain hitam. Kemudian ditunggu sampai imago C. flavipes muncul.
Peubah Amatan
1. Persentase parasititasi
Persentase parasititasi C. flavipes pada
kedua jenis
larva C. sacchariphagus dan C. auricilius dapat diketahui dengan menggunakan
rumus : Parasitasi
= Jumlah larva yang terparasit x 100 Jumlah larva seluruhnya
2. Hari terparasit hari
Diamati pada hari keberapa ketika larva terparasit oleh C. flavipes yang ditandai dengan keluarnya kokon parasitoid dari permukaan tubuh inang.
Universitas Sumatera Utara
3. Jumlah dan ukuran kokon C. flavipes
Penghitungan jumlah kokon C. flavipes yang terbentuk dilakukan 12-16 hari setelah parasititasi pada masing-masing perlakuan. Ukuran kokon dapat
diketahui dengan mengukur panjang dan lebar kokon dengan menggunakan kertas milimeter pada masing-masing perlakuan.
4. Jumlah imago C. flavipes yang muncul
Jumlah imago C. flavipes dihitung setelah keluar dari kokon pada larva C. sacchariphagus
dan C. auricilius. 5.
Nisbah kelamin jantan dan betina C. flavipes Nisbah kelamin jantan dan betina C. flavipes dapat diketahui dengan
mengamati parasitoid yang muncul dari larva C. sacchariphagus dan C. auricilius
. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga parasitoid tersebut mati, selanjutnya dihitung nisbah imago jantan dan betina dari masing-masing
perlakuan
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Persentase Parasititasi C. flavipes pada C. sacchariphagus dan C. auricilius