Dokumentasi Foto Letusan Gunung Karangetang 2007
Dokumentasi Foto Letusan Gunung Karangetang 2007
Sebuah letusan gunung api menimbulkan daya tarik untuk ditonton dan diabadikan lewat sebuah kamera foto dan rekaman video, selain itu letusan gunung api mempunyai potensi menimbulkan korban bagi mereka yang berada disekitarnya.
Letusan tipe Strombolian pada 28 Agustus 2007 pukul 22:28 WITA
Geologi Populer 33 Geologi Populer 33
Letusan Gamkonora Juli 2007
Oleh: Sri Hidayati, Ahmad Basuki, Agus Solihin,
Muhammad Hendrasto, Sugiyo, Sumaryono & Rahmanto
G ketinggian 1635 m dpl, merupakan
unung Gamkonora, terletak di Kab. Halmahera Barat, Maluku Utara, adalah gunungapi strato dengan
gunungapi paling aktif dan termuda dalam rangkaian gunungapi di P. Halmahera. Sejarah letusan yang tercatat sejak abad ke
16, G. Gamkonora mempunyai tipe letusan explosif dengan skala kecil sampai sedang. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1673 yang diikuti oleh tsunami. Periode perulangan letusan terpanjang 244 tahun dan terpendek 2 tahun. Hasil letusan berupa bahan-bahan piroklastik seperti bongkahan batuan, lapilli dan abu vulkanik, serta kadang-kadang mengeluarkan aliran lava.
Pada 7 Juli 2007, gunungapi ini menunjukkan kenaikan aktivitas dengan asap putih tipis dengan ketinggian sekitar 100 m teramati dari puncak gunungapi. Sejak saat itu asap selalu teramati keluar dari puncak semakin tinggi dan warna asap menjadi kelabu-tebal. Pada tanggal 9 Juli 2007, pukul 14.50 WIT terjadi letusan dan tinggi asap mencapai 4000 m.
34 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7 36 W a r t a G e o l o g i . M e i 2 0 0 7
Letusan G.Gamkonora pada 10 Juli 2007 dilihat dari Pos PGA di desa Gamsungi. Terlihat asap coklat tebal dengan ketinggian mencapai 1500 m di atas puncak.
Pengamatan Kegempaan dan Visual Kegempaan yang terekam di G. Gamkonora didominasi oleh gempa tektonik jauh dan tektonik lokal, sedangkan gempa vulkanik dalam (VA), vulkanik dangkal (VB) dan hembusan hanya sesekali terekam.
Pada grafik terlihat bahwa tidak ada seismik prekursor yang signifikan mendahului letusan tanggal 9 Juli 2007. Kegempaan justru mengalami kenaikan pada saat terjadi letusan. Jumlah gempa hembusan menurun bersamaan dengan menurunnya aktivitas letusan.
Rangkaian letusan G. Gamkonora berlangsung antara tanggal 9-13 Juli 2007. Setiap letusan disertai asap-hitam-tebal-bergumpal yang menyebabkan hujan abu di daerah sekitar gunungapi. Akibat arah angin bertiup ke utara, hujan abu lebih sering turun di daerah utara gunungapi. Ketebalan abu di daerah tersebut mencapai 2 cm.
Setelah letusan besar pada tanggal 9 Juli 2007, dimana asap-hitam-tebal bergumpal teramati
Jumlah kegempaan harian G. Gamkonora dari Januari-Juli mencapai ketinggian maksimum 4000 m di atas
2007. Terlihat gempa tektonik (TJ dan TL) mendominasi puncak, aktivitas G. Gamkonora secara visual
kegempaan di G. Gamkonora. Catatan:TJ=tektonik jauh, terlihat menurun. Ketinggian asap letusan
TL=tektonik lokal, VA=vulkanik A dan VB=vulkanik B. Lintasan Geologi 35 Geologi Populer 37
Kawah di puncak G.Gamkonora. Periode saat aktif normal
Periode pasca letusan Juli 2007. Terlihat asap masih cukup tebal keluar dari Kawah Utara.
semakin menurun dan tekanan letusan juga Kronologi Letusan G. Gamkonora terlihat semakin melemah.
Sejak 8 Juli 2007, pukul 19.30 WIT, status kegiatan G. Gamkonora dinaikkan dari Aktif
Pemeriksaan situasi kawah pasca letusan ke Normal (level I) menjadi Waspada (level II). puncak dilakukan pada tanggal 28 Juli 2007,
Tanggal 9 Juli 2007, pukul 10.00 WIT status setelah dari pengamatan baik visual maupun
kegiatan dinaikkan ke Siaga (level III) dan pukul kegempaan, aktivitas G. Gamkonora
17.30 WIT status kegiatan mencapai level menunjukkan penurunan. Asap tebal masih
tertinggi, Awas (level IV). terlihat keluar dari Kawah Selatan, dan bau belerang masih terasa sangat menyengat.
Puncak aktivitas dari rangkain letusan Endapan abu tebal menutupi pinggiran kawah
G.Gamkonora 9-13 Juli 2007 ini adalah letusan dan sekitar puncak.
pada tanggal 9 Juli 2007, dimana letusan-letusan
36 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7
Kronologi letusan G. Gamkonora Juli 2007
TANGGAL JAM (WIT)
KEGIATAN
8 Juli 2007
17.30 Terjadi hembusan asap dan abu (letusan freatik ), asap berwarna putih-kelabu-tebal dengan ketinggian 200 m di atas puncak. Hembusan abu terbawa angin ke arah utara.
19.30 Status kegiatan G. Gamkonora dinaikkan dari Aktif Normal (level I) menjadi Waspada (level II).
9 Juli 2007
10.00 Status kegiatan G. Gamkonora dinaikkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III).
16.28 Terjadi letusan disertai suara dentuman k uat. Asap hitam- kelabu-tebal-bergumpal dengan tekanan gas kuat. Tinggi asap mencapai 4000 m di atas puncak.
17.30 Status kegiatan G. Gamkonora dinaikkan dari Siaga (level III) menjadi Awas (level IV).
18.46 Terjadi letusan disertai suara dentuman kuat. Asap hitam- kelabu-tebal-bergumpal dan ketinggian mencapai 4000 m. 19.44-00.11 Teramati sinar api dengan ketinggian 5-10 m di atas puncak.
10 Juli 2007
03.00-03.30 Teramati sinar api dengan ketinggian 10-20 m di atas puncak.
03.54 Teramati lontaran material pijar, ketinggian 10-15 m.
07.24-13.57 Terjadi letusan disertai suara dentuman, warna asap kelabu-tebal-bergumpal dengan kisaran
ketinggian 2000-4000 m.
14.02-16.39 Terjadi letusan, tekanan lemah, asap tidak teramati karena tertutup kabut.
18.05-23.02 Terjadi letusan sedang, asap tidak teramati karena tertutup kabut/gelap.
11 Juli 2007
03.52-07.51 Terjadi letusan, asap putih-kel abu-tebal dengan ketinggian 1000-2500 m.
Hembusan asap terus berlangsung, berwarna putih-kelabu-tebal, bertekanan lemah-sedang, dengan ketinggian berkisar 500-1000 m (susul menyusul).
Sejak tengah hari beberapa kali terjadi letusan, tetapi asap tidak teramati karena tertutup kabut.
12 Juli 2007
01.41 Terjadi letusan, asap tidak teramati karena tertutup kabut.
13 Juli 2007
Pada pagi hari masih terjadi letusan kecil-sedang, asap tidak teramati (tertutup kabut).
Pada pukul 05.09 WIT terjadi letusan cukup besar dan terjadi hujan abu disekitar Pos PGA G. Gamkonora dan sekitarnya (abu tertiup angin ke arah barat).
Kemudian sampai pukul 24.00 WIT tidak terjadi letusan.
yang terjadi disertai dentuman kuat dan asap pemunculan gempa vulkanik dalam. Sejak itu hitam-kelabu-tebal-bergumpal dan
asap mulai terlihat sering teramati keluar dari membumbung tinggi mencapai 4000 m di atas
atas puncak.
puncak. Selama Juni 2007-7 Juli 2007 seismograf di Pos
Penaikan dan Penurunan Status Kegiatan
PGA G. Gamkonora merekam 1 kali gempa
G. Gamkonora vulkanik dalam, 7 kali gempa tektonik lokal dan 57 gempa tektonik jauh. Tanggal 7 Juli 2007, pukul 19:05 WIT terekam getaran (tremor)
Penaikan Status Kegiatan G.Gamkonora vulkanik tidak menerus dengan amplituda 2-4
G. Gamkonora mulai memperlihatkan kenaikan mm. Pengamatan visual dari Pos PGA, aktivitas aktivitas sejak akhir Juni 2007, dengan sehari-hari G. Gamkonora terlihat asap putih tipis
Lintasan Geologi 37
Rekaman seismograf analog pada tanggal 8 Juli 2007, salah satu dasar peningkatan status dari Aktif Normal menjadi Waspada
dengan ketinggian 25 m-100 dari puncak. Pada tanggal 9 Juli 2007, pukul 16.30 WIT tercatat hembusan abu semakin tinggi dan
Pada 8 Juli 2007 pukul 17:30 WIT, terjadi mencapai 4000 m dari puncak G. Gamkonora. hembusan asap dan abu berwarna putih-kelabu-
Maka pada pukul 17.30 WIT status kegiatan tebal dengan ketinggian 200 meter dari puncak.
dinaikkan dari Siaga (level III) menjadi Awas (level Hembusan abu terbawa angin ke arah utara dan
IV).
jatuh di sekitar Desa Gamkonora, Gamsungi, Tobelo, Sarau, Talaga dan Batake, kurang lebih 7
Penurunan Status Kegiatan km dari Kawah Puncak G. Gamkonora, sehingga
G.Gamkonora
desa-desa tersebut terlanda hujan abu tipis. Penurunan Status Kegiatan dari Awas (level IV) ke Maka pada 8 Juli 2007, pukul 19.30 WIT, status
Siaga (level III)
kegiatan G. Gamkonora dinaikkan dari Aktif Normal (level I) menjadi Waspada (level II).
Kegempaan Pengamatan dari tanggal 9-15 Juli 2007 hanya
Tanggal 9 Juli 2007, sejak pukul 06.00-09.30 WIT tercatat 2 kali vulkanik dangkal dan beberapa kali seismograf di Pos PGA G. Gamkonora merekam
tektonik jauh. Pemantauan kegempaan getaran (tremor) menerus dengan amplitude 8
didominasi oleh getaran (tremor) hembusan dan mm dan diiringi dengan gempa-gempa letusan
letusan yang menunjukkan penurunan dari segi dengan amplituda mencapai 30 mm (Foto 2).
jumlah dan energinya secara signifikan. Grafik 1 Pengamatan visual dari Pos PGA pada pukul
dan 2 memperlihatkan estimasi energi gempa 06.00-09.30 WIT, sering terlihat asap tebal
hembusan dan letusan yang menunjukkan dengan ketinggian mencapai 1000 m dari
penurunan secara tajam setelah tanggal 14 Juli puncak G. Gamkonora. Maka pada tanggal 9 Juli
2007, pukul 10.00 WIT status kegiatan dinaikkan dari Waspada (level II) ke Siaga (level III).
Visual Pengamatan visual dalam periode 10-15 Juli
38 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7
Rekaman seismograf analog pada tanggal 9 Juli 2007, merupakan rangkaian peningkatan kegiatan G. Gamkonora pada saat dan menjelang letusan yang merupakan dasar peningkatan status dari Waspada menjadi Siaga dan Awas.
2007 dari PGA G. Gamkonora sering tertutup kabut, namun pada saat cuaca cerah tampak ketinggian asap, letusan dan hembusan mengalami penurunan yang sangat tajam dari 2000 m menurun hingga kurang dari 100 m dari puncak. Pada tanggal 10 Juli 2007 teramati sinar api, namun sejak 11-15 Juli 2007, tidak teramati sinar api dan tidak tampak adanya api diam.
Berdasarkan data-data kegempaan dan pengamatan visual G. Gamkonora serta hasil
Energi kumulatif gempa hembusan dari tanggal 10 Juli-17 Juli 2007. analisis data, sejak 16 Juli 2007 pukul 00.45 WIT, status kegiatan G. Gamkonora, diturunkan dari AWAS (Level IV) menjadi SIAGA (Level III).
Penurunan Status Kegiatan G.Gamkonora dari Siaga (level III) ke Waspada (level II)
Sejak tanggal 16 Juli 2007 kegiatan G.Gamkonora, dilihat baik dari visual maupun kegempaan mengalami penurunan. Maka, pada tanggal 24 Juli 2007, pada pukul 13.00 WIB, status kegiatan G.Gamkonora diturunkan dari Siaga (level III) ke Waspada (level II).
Energi kumulatif gempa letusan yang menurun tajam sejak 10- 15 Juli 2007.
Lintasan Geologi 39
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Gamkonora dan lokasi pengungsian (”tanda lingkaran”)
Sampai tanggal 30 September 2007, kegiatan G. NORMAL (Level I) menjadi WASPADA (Level II). Gamkonora masih dalam status Waspada (level
Sehubungan dengan status kegiatan G. II).
Gamkonora ”WASPADA” maka direkomendasikan :
Upaya Mitigasi
1. Masyarakat di sekitar G. Gamkonora diharap Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
tenang, tidak terpancing isu-isu tentang (PVMBG) menaikkan/menurunkan status
letusan G. Gamkonora. kegiatan suatu gunungapi senantiasa diikuti
2. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana upaya mitigasi.
dengan rekomendasi dan langkah-langkah
Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Maluku Utara (selaku
Penaikan Status Kegiatan Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Langkah-langkah mitigasi yang telah dilakukan
Kabupaten Halmahera Barat (Ketua SATLAK pada saat kenaikan kegiatan/ krisis di G.
PB) tentang aktivitas G. Gamkonora. Gamkonora adalah sebagai berikut:
3. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Aktif Normal - Waspada (Level II)
SATLAK PB dan SATKORLAK PB. Sejak 8 Juli 2007 pukul 19:30 WIT, Status
kegiatan G. Gamkonora dinaikkan dari AKTIF
4. Masyarakat di sekitar G. Gamkonora dan
40 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7 40 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7
tanggal 8 Juli 2007 dan letusan terbesar dari puncak G. Gamkonora.
seluruh rangkaian letusan pada bulan Juli 2007 ini terjadi pada tanggal 9 Juli 2007, penduduk
5. Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi sekitar G. Gamkonora telah mengungsi ke dengan Pos Pengamatan G. Gamkonora di
wilayah selatan dan utara dari gunungapi. Desa Gamsungi, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat atau dengan
Ada dua wilayah pengungsian yaitu di Kec. Ibu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Tengah dan Desa Tosoa (Gambar Peta Kawasan Geologi di Bandung.
Rawan Bencana), sedangkan masyarakat yang tinggal di Desa Tobelos, Gamkonora dan Sarau
Waspada - Siaga (Level III) tetap berada di desanya (tidak mengungsi). Sehubungan dengan terjadinya peningkatan status dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA
Penurunan Status Kegiatan (Level III), maka kami
rekomendasikan :
Desa
Jumlah Pengungsi Lokasi Pengungsian
(Jiwa)
Langkah rekomendasi 1 s.d. 5 sama dengan langkah pada
Baru
Ds. Tosoa dan Ds. Goal, Kec. Ibu Selatan
tahap Waspada seperti di atas.
Adu
Ds. Tosoa dan Ds. Goal, Kec. Ibu Selatan
6. Hujan abu vulkanik dapat terjadi di sekitar G.
Nanas
Ds. Tosoa dan Ds. Goal, Kec. Ibu Selatan
Ds. Tosoa dan Ds. Goal, Kec. Ibu Selatan
Jika terjadi hujan abu cukup deras, direkomendasikan
Jere
Ds. Tosoa dan Ds. Goal, Kec. Ibu Selatan
masyarakat menggunakan
masker penutup hidung dan Ds. Tongute Ternate, Kec. Ibu Tengah mulut; karena abu vulkanik
Gamsungi
yang terhirup dapat Ds. Tongute Ternate, Kec. Ibu Tengah mengganggu saluran
Ds. Tongute Ternate, Kec. Ibu Tengah
pernapasan.
Jumlah pengungsi yang tercatat sampai dengan tanggal 10 Juli 2007 ada 8439 jiwa.
Abu vulkanik juga dapat merusak lahan tanaman, namun dalam selang waktu 1-2 tahun dapat
Awas (Level IV) Siaga (Level III) menyuburkan lahan yang baik untuk pertanian. Pada saat kegiatan G. Gamkonora mulai mereda
dan pada tanggal 16 Juli 2007 status kegiatan diturunkan dari AWAS (Level IV) menjadi SIAGA
Siaga - Awas (Level IV) (Level III) langkah-langkah yang dilakukan oleh Sehubungan dengan terjadinya kegiatan letusan
PVMBG adalah sebagai berikut:
G. Gamkonora tersebut, maka kami rekomendasikan:
1. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi
Langkah rekomendasi No. 1 s.d. 6 sama dengan dan Sumberdaya Mineral, tetap berada di Pos langkah pada tahap Siaga seperti di atas.
PGA G.Gamkonora melakukan pemantauan secara menerus untuk mengetahui tingkat
7. Bagi masyarakat yang bermukim pada radius 8
aktifitas G. Gamkonora.
km dari pusat letusan (Kp. Baru, Kp. Adu, Kp. Nanas, Kp. Ngawet, Kp. Jere, Kp. Gamsungi,
2. Koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Kp. Bataka, Kp. Talaga, Kp. Tobelos, Kp.
seluruh institusi baik pemerintah maupun Gamkonora dan Kp. Sarau), untuk
swasta dalam penanganan bencana. menghindari lontaran material pijar dan hujan
abu lebat disarankan untuk mengungsi ke
3. Jika data-data yang diperoleh di lapangan Kecamatan Ibu.
menunjukkan adanya penurunan atau kenaikan kegiatan maka status kegiatan
Lintasan Geologi 41 Lintasan Geologi 41
2. Masyarakat untuk tidak panik dan jangan percaya isu-isu yang tidak jelas sumbernya tentang letusan
G. Gamkonora, oleh karenanya masyarakat harus memperhatikan arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
3. Dalam status SIAGA, SATLAK PB dan SATKORLAK PB harus senantiasa berkoordinasi
d e n g a n T i m Ta n g g a p Darurat yang berada di Pos PGA G. Gamkonora di desa Gamsungi, Kecamatan Ibu Tengah, Kabupaten Halmahera, Prop. Maluku Utara atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
4. Masyarakat dilarang beraktifitas di daerah dalam radius 3 km dari puncak G.Gamkonora.
5. Masyarakat hendaknya
133.jpg
menjaga kesehatan dengan memakai masker di daerah yang terlanda hujan abu vulkanik.
6. Abu vulkanik hasil letusan dan hembusan sebagaian besar terbawa angin kearah
.abc.net.au/reslib/200707/r159374_581
utara G. Gamkonora. Oleh karena itu pada saat hujan
lebat masyarakat yang G.Gamkonora akan diturunkan atau dinaikkan
http://www
bermukim di bantaran dan sesuai dengan tingkat kegiatannya.
sekitar sungai-sungai di sebelah utara G. Gamkonora harus waspada dan siap siaga mengantisipasi kemungkinan banjir lahar.
Sehubungan dengan penurunan status G. Gamkonora dari AWAS (Level IV) menjadi SIAGA (Level III) maka kami merekomendasikan pengungsi diperbolehkan kembali kerumah
Siaga (Level III) Waspada (Level II) masing-masing dan beraktifitas seperti biasa.
Mulai tanggal 24 Juli 2007 status kegiatan G. Gamkonora diturunkan dari SIAGA (Level III)
1. Dalam status SIAGA, kemungkinan masih ada menjadi WASPADA (Level II). Langkah-langkah letusan atau hembusan yang terjadi di G.
yang dilakukan PVMBG adalah adalah sebagai Gamkonora, namun tidak membahayakan
berikut:
dan tidak menganggu pemukiman serta
aktifitas penduduk di luar radius lebih dari 3
1. Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan
42 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7
Suasana pengungsi yang berasal dari 8 desa, ketika terjadi peningkatan status awas terhadap
.cenderawasihpos.com/gambar/H-8-A-10-7.JPG
G. Gamkonora
Www
Mitigasi Bencana Geologi akan ditarik kembali ke Bandung guna menjalankan tugas-tugas
4. Dalam status Waspada, SATLAK PB dan rutin, namun pemantauan G. Gamkonora
SATKORLAK PB harus senantiasa tetap dilakukan secara menerus dari Pos
berkoordinasi dengan Pengamat G. Pengamatan G. Gamkonora di Desa
Gamkonora di Pos Pengamatan G. Gamsungi, Kecamatan Ibu Selatan,
Gamkonora di Desa Gamsungi, Kecamatan Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku
Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Utara oleh Pengamat.
Provinsi Maluku Utara atau dengan Pusat
2. Jika data-data yang diperoleh di lapangan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di menunjukkan adanya penurunan atau
Bandung.
kenaikan kegiatan maka status G. Gamkonora akan diturunkan atau dinaikan sesuai dengan
5. Pada saat hujan lebat, masyarakat yang tingkat kegiatannya.
bermukim di bantaran dan di sekitar sungai- sungai yang berhulu di G. Gamkonora harus
Sehubungan dengan penurunan status G. waspada dan siap siaga mengantisipasi Gamkonora dari SIAGA (Level III) menjadi
kemungkinan banjir lahar. WASPADA (Level II), maka kami rekomendasikan :
6. Saat ini di Halmahera terdapat 3 gunungapi,
1. Kemungkinan masih ada letusan atau yaitu G. Dukono, G. Ibu dan G. Gamkonora hembusan yang terjadi di G. Gamkonora,
dalam level Waspada. Hendaknya Pemerintah namun tidak membahayakan dan tidak
Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos menjangkau permukiman serta aktivitas
Pengamatan ke 3 gunungapi tersebut atau penduduk di luar radius lebih dari 1,5 km dari
dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi puncak G. Gamkonora.
Bencana Geologi guna mengetahui tingkat aktivitas secara rinci.
2. Masyarakat dilarang beraktivitas di daerah dalam radius 1,5 km dari puncak G.
Sampai tanggal 30 September 2007, status Gamkonora.
kegiatan G. Gamkonora masih dalam status WASPADA (Level II). Dalam rangkaian letusan G.
3. Masyarakat untuk tidak panik dan jangan Gamkonora 9-13 Juli 2007 ini tercatat tidak ada percaya isyu-isyu yang tidak jelas sumbernya
korban jiwa akibat letusan gunungapi.n tentang letusan G. Gamkonora, oleh
karenanya, masyarakat harus memperhatikan arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
Para Penulis adalah Pejabat Struktural dan Fungsional pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Badan Geologi
Lintasan Geologi 43
Lintasan Geologi
Pengukuran Ground Penetrating Radar di Sekitar Pusat Semburan Lumpur Panas Sidoarjo
Oleh: Agoes Darsoatmodjo emburan lumpur panas dari bawah
pada tanggal 21 Juni 2006. Lumpur yang S
permukaan bumi telah terjadi di daerah Porong. Sidoarjo Jawa Timur,
muncul ke permukaan tersebut berkaitan dengan eksplorasi pemboran gas dan minyak yang dilakukan oleh PT Lapindo melakukan eksplorasi gas dan minyak bumi.
Efek dari keluarnya gas dan lumpur tersebut telah menyebabkan bencana yang begitu besar buat masyarakat di Porong sidoardjo. Terjadi genangan lumpur di sekitar pusat semburan dan penurunan tanah/subsidence, retakan tanah serta terjadi nendatan maupun retakan pada tanggul penahan Lumpur maupun pada daerah permukiman di sekitarnya. Rumah penduduk, gedung sarana prasarana lainnya tertimbun lumpur yang terus menerus keluar. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah beersama PT. Lapindo Brantas juga didukung oleh partisipasi masyarakat untuk menghentikan semburan lumpur tersebut. Para ahli direkrut untuk menyelesaikan kasus lumpur ini, juga beberapa Organsisasi dadakan di dbentuk guna menyelesaikan bencana lumpur Sidoardjo.
44 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7
Peta Lokasi Pemeriksaan GPR di Daerah Semburan Lumpur, Kec. Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS)
penyebab terjadinya amblasan dengan pada awal bulan Agustus 2007 bekerjasama
mengetahui respon konduktivitas dan melakukan penelitian dengan Pusat Vulkanologi
permisivitas elektrik lapisan batuan melalui dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan Geologi
pancaran gelombang elektromagnetik EM. untuk melakukan pengukuran di daerah tanggul yang sering mengalami amblasan. Pekerjaan
Waktu Kejadian Gerakan Tanah. dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2007 diawali
Bencana gerakan tanah yang berupa nendatan dengan melakukan pengukuran menggunakan
dan retakan dimulai pada hari Sabtu tanggal 28 metoda GPR. Pengukuran GPR dilakukan di
Juli 2007, pada beberapa lokasi tanggul di sekitar Tanggul Titik 25, Tanggul Titik 13-14, jalan tol
pusat semburan lumpur panas, di wilayah lama dekat Tanggul Titik 43, dan ruas jalan yang
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi retak di Desa Reno Kenongo.
Jawa Timur.
Lokasi Pemeriksaan GPR Akibat Gerakan Tanah. Daerah pemeriksaan termasuk wilayah
Berdasarkan data lapangan akibat gerakan tanah Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
adalah :
Timur. Secara geografis terletak pada koordinat •1 (satu) buah rumah di Desa Renokenongo 112° 40' 37.4" sampai 112° 44' 15.6" BT dan -7°
rusak berat.
33' 20.9" sampai -7° 31' 8.8" LS. •Badan jalan TOL antara Gempol – Porong (telah ditutup) pada titik 43 mengalami retakan.
Tujuan Pengukuran •Tanggul penahan semburan lumpur Sidoarjo Pengukuran GPR (Ground Penetrating Radar)
pada titik 25, 11 dan 14 mengalami retakan guna mempelajari kondisi bawah permukaan
dan nendatan.
Lintasan Geologi 45
Seputar Geologi Lintasan Geologi
Morfologi Daerah Bencana
Gerakan Tanah
Secara umum daerah Porong dan sekitarnya 1.Pada tanggul titik 25 : mempunyai morfologi dataran dan landai
Terjadi nendatan yang memotong tanggul dengan tinggi permukaan tanah hampir sama
dengan arah N 40º E, panjang lintasannya ± dengan tinggi permukaan air laut rata-rata
25 m, lebar rekahannya 7 – 15 cm, tinggi dengan beda elevasi 1 – 1,5 meter. Kondisi saat
penurunan muka tanahnya 15 – 20 cm dan ini memperlihatkan bahwa, aliran lumpur di
dalamnya 20 – 30 cm
sekitar daerah semburan bergerak ke arah timur mendekati S. Porong karena kemiringan
Berdekatan dengan titik 25 terdapat pula topografi yang melandai relatif ke arah timur.
zona retakan/ nendatan pada permukaan Topografi daerah Porong yang merupakan
lumpur panas yang telah mengering dataran rendah dan rata tersebut akan
membentuk lintasan tanah yang hancur mengakibatkan aliran lumpur yang masuk ke
sepanjang ± 30 m dengan arah N 45º E yang sungai Porong dan tambak-tambak disekitarnya
bergerak lambat. Batuan Dasar dan Struktur Geologi
Kondisi bawah permukaan daerah Porong dan sekitarnya terdiri dari Formasi Pucangan dengan litologi tuff, batupasir tufaan, shale serta batulempung yang disisipi batupasir dan batulanau, kemudian dibagian bawah dari Formasi Pucangan adalah batupasir vulkanik yang disisipi batulempung. Di bawah Formasi Pucangan adalah Formasi Kalibeng. Formasi Kalibeng atas dengan litologi batulempung yang disisipi batupasir dan batulanau tetapi dominan
Radargram yang lebih banyak adalah batulempung. Formasi Lintasan Tanggul Titik 25. Kenampakan di bagian Radargram Lintasan Tanggul Titik 13-14. Menunjukkan permukaan Lintasan Tanggul Titik 25 yaitu memperlihatkan adanya
adanya kompaksi lapisan tanggul yang tidak merata. Tanggul nendatan pada permukaan tanggul. Kalibeng bagian bawah terdiri dari perselingan
yang relatif baru yaitu hingga kedalaman + 5 meter batupasir dan batulanau serta setempat-
menunjukkan lapisan tanah yang lebih kompak. setempat dijumapai batugamping reef.
Sedangkan bagian yang paling bawah adalah Formasi Kujung/ Prupuh dengan litologi Batugamping. Perselingan dari batupasir dan batu lanau serta Batugamping dari Formasi ini yang diperkirakan merupakan sumber dari lumpur Panas Sidoarjo. Sesar Watukosek yang terletak di bagian selatan Sidoarjo dengan arah menyerong ke timur laut merupakan zona lemah. Sesar mikro yang melewati daerah semburan dan sekitarnya menjadi intensif karena ada reaktivasi tektonik akibat pembebanan dan berongganya bawah permukaan. Semua retakan dan amblesan umumnya mengikuti tren Watukosek dan mempunyai pola elipsoid.
46 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7 46 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7
Pengukuran GPR pada Tanggul Titik 25 “Watukosek Fault Lineament” .
Panjang lintasan pengukuran GPR pada Tanggul Titik 25 yaitu 35 meter dengan arah baratlaut-
2. Pada tanggul antara titik 13 dan 14: tenggara dan memotong bidang pada tanggul Terdapat retakan yang memotong tanggul
yang sering jebol. Radargram pada pengukuran dengan arah N 100º E, panjang lintasannya
ini menunjukkan adanya rekahan tanah (crack). ±15 m, lebar rekahannya 10–15 cm dan
Hal ini ditunjukkan oleh garis-garis tegas pada dalamnya 20 – 25 cm .
radargram yang tiba-tiba putus dan mengalami ketidakselarasan / penurunan garis radargram di