Hasil Analisis Laboratorium Contoh Air dari Sumur Bor

Hasil Analisis Laboratorium Contoh Air dari Sumur Bor

dan konstan pada kedalaman 79 meter dps. Ini keperluan air minum dari Menteri Kesehatan (SK berarti MAT dalam sumur mengalami penurunan

Menteri Kesehatan Nomor (draw down) hanya sebesar 1 meter. Hal itu

907/MENKES/SK/VII/2002 Tahun 2002). berarti pula bahwa debit pengambilan airtanah yang aman dari akifer dalam sumur tersebut

Penyelesaian Sarana Air Bersih adalah sebesar 4 l/det.

Setelah selesai semua pekerjaan pemboran dengan debit dan mutu air yang sesuai harapan,

Kualitas Airtanah kegiatan dilanjutkan dengan pembuatan Pengujian kualitas airtanah diperlukan untuk

kelengkapan sarana air bersih. Kelengkapan ini

Lintasan Geologi 59

Seputar Geologi Lintasan Geologi

meliputi pembuatan rumah genset, instalasi

lapisan di bawahnya.

perpipaan, pemasangan tandon, penampung air berkapasitas 5000 m³ dan pemasangan kran.

Hal tersebut biasanya dapat diatasi dengan menyelimuti lubang bor dengan tanah lempung

Dengan selesainya pembangunan kelengkapan (kedap air) yaitu dengan cara memasukkan sarana air bersih, maka hasil pekerjaan telah siap

sebanyak-banyaknya bola-bola lempung (clay untuk diserahterimakan dari PLG, Badan Geologi,

balls) sebelum pemboran dimulai lagi. Tetapi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral ke

mengatasi hal ini tidaklah mudah, diperlukan Pemerintah Daerah setempat. Debit air sebesar 4

keuletan dan kesabaran pelaksana pemboran. liter/detik yang diperoleh dari sumur tersebut diharapkan dapat melengkapi keperluan + 4000

Masalah lain yang sering timbul adalah kerasnya jiwa penduduk sekitar lokasi pemboran.

lapisan batuan yang ditembus, sehingga membuat kemajuan kedalaman pemboran amat

Masalah-masalah yang Sering Dijumpai Dari pengalaman pengeboran airtanah selama ini, termasuk contoh pengeboran airtanah di Desa Pagerjuang, Boyolali ini, dijumpai beberapa permasalahan. Pada umumnya permasalahan tersebut dapat ditangani di lapangan. Namun, akan lebih baik ke depan apabila permasalahan seperti dibawah ini diantisipasi sejak awal kegiatan pengeboran airtanah dan penyediaan air bersih di daerah sulit air.

Masalah utama yang sering dijumpai dan juga terjadi pada saat pelaksanaan di lokasi pemboran ini adalah sulitnya mendapatkan air untuk pembilas (air sirkulasi). Tidak seperti pemboran inti, pemboran air dilakukan dengan bantuan air secara sirkulasi yang masuk kedalam lubang

Proses pengeboran menggunakan Proses uji logging untuk menentukan kedalaman atau letak saringan pemboran melalui pipa pemboran dan naik Alat bor IR Truck Mounted dalam lubang bor

kembali untuk ditampung di bak penampungan air. Air sirkulasi ini perlu diberi bentonit agar tidak terlalu encer atau kekentalannya dapat terjaga.

Selain itu, masalah water loss seringkali menambah hambatan pelaksanaan pemboran tersebut. Water loss terjadi karena karekteristik lapisan batuan yang tengah ditembus mata bor sangat porous atau bahkan lepas, tetapi lapisan tersebut tidak mengandung air alias kering, sehingga tidak ada tekanan air (water pressure). Akibatnya air sirkulasi yang seharusnya naik ke atas dan masuk kedalam bak penampung malah meresap ke bawah atau ke samping melalui lapisan batuan porous/lepas tadi ke dalam

60 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7 60 W a r t a G e o l o g i . D e s e m b e r 2 0 0 7

kelengkapan sarana pengambilannya. Harapan penghambat kelancaran pekerjaan. Namun,

kami, semoga sarana air bersih seperti desa masalah yang terakhir ini lebih disebabkan

Pagerjuang ini, dengan jumlah hingga saat ini karena human error.

sudah mencapai 264 desa/lokasi, dapat dikelola dan dirawat oleh pemerintah/desa setempat,

Penutup dan Harapan sehingga dapat berumur panjang untuk Demikian sebuah pengalaman dari pekerjaan

dimanfaatkan penduduk masing-masing desa.n pengeboran airtanah dalam rangka penyediaan

sarana air bersih di daerah sulit air telah disampaikan. Dari pengalaman tersebut diperoleh beberapa hal tentang pengeboran airtanah dan penyediaan sarana air bersih di daerah sulit air, meliputi: 1.kebijakan pengembangan dan pengelolaan

airtanah untuk daerah sulit air, dan 2.prosedur atau langkah-langkah pekerjaan terkait yang meliputi: persiapan, survei

pendahuluan (hidrogeologi dan geofisika atau geolistrik), pengeboran, pengembangan dan penyelesaian sumur bor (kontruksi sumur, logging, uju pemompaan, pemasangan screen dan pompa, dll), dan pembangunan kelengkapan sarana air bersih.

Dari pengalaman pelaksanaan kegiatan pengeboran airtanah untuk penyediaan sarana air bersih di daerah sulit air diperoleh hal lain. Yakni, bahwa ternyata wilayah Indonesia yang

Kelengkapan sarana air bersih yang termasuk kategori daerah sulit air masih memiliki

disediakan satu paket dengan pengeboran airtanah, contoh di Desa

sumber daya air, yaitu airtanah. Kondisi seperti di Pegerjuang, Kecamatan Musuk, Desa Pagerjuang, Kecamatan Musuk, Kabupaten

Kabupaten Boyolali, Tahun 2001 Boyolali, sebagaimana hasil-hasil lainnya sejak tahun 2001 sampai sekarang menunjukkan terdapat juga di daerah sulit air lainnya. Untuk meningkatkan taraf kualitas kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah sulit air yang sering merupakan desa tertinggal, maka pengeboran airtanah dan pengembangannya disarankan untuk ditingkatkan.

Sekitar 4.700 desa tertinggal dari sejumlah 4.964 desa tertinggal di seluruh Indonesia menunggu untuk difasilitasi atau diberi arahan dalam

Penulis adalah :

penyediaan sarana air besih. Salah satunya 1. Kepala Sub Bidang Penyediaan Informasi Publik, Pusat Lingkungan Geologi- Badan Geologi

adalah air bersih bersumber dari airtanah melalui 2. Pejabat Fungsional Pusat Lingkungan Geologi - Badan

Geologi

Lintasan Geologi 61

William Smith adalah seorang geolog Inggris, dikenal sebagai pembuat peta geologi negara, yang pertama. Ia juga dikenal sebagai "Father of English Geology", meskipun pengakuannya dari masyarakat datang secara perlahan. Saat pertama kali dipublikasikan, peta geologi Smith ini luput dari perhatian komunitas intelektual; taraf pendidikan dan asal keluarganya yang biasa saja, membuat ia tak dapat leluasa bergaul dengan kaum intelektual. Akibatnya karyanya banyak diplagiat, hampir sepanjang hidupnya Smith mengalami keadaan ekonomi yang serba sulit, ia bahkan pernah masuk penjara akibat hutang. Baru di akhir hayatnya, ia mendapat sedikit ”gerimis” atas karya-karyanya.

Masa Muda Smith lahir pada 23 Maret 1769 di sebuah desa kecil di Churchill, Oxfordshiredari dari keluarga kalangan petani yang cukup dihormati. Sepeninggal ayahnya, Smith kecil diasuh

pamannya. Tahun 1787 ia memperoleh pekerjaan sebagai asisten Edward Webb, sebuah konsultan pemetaan. Ia mampu belajar dengan cepat sehingga berhasil menjadi surveyor handal dalam waktu singkat. Tahun 1791 Smith pergi ke Somerset untuk melakukan pekerjaan survei sebuah komplek perumahan. Ia tinggal di daerah itu selama 8 tahun, dan kemudian pindah kerja ke Somersetshire Coal Canal Company.

Masa Kerja Smith bekerja di salah satu perusahaan tambang tertua The Mearns Pit di High Littleton, sebuah divisi dari Somerset Coalfield. Pada saat melakukan observasi lapisan batuan (strata) pada sebuah tambang, ia menemukan suatu pola yang teratur, dimana setiap strata dapat dijumpai pada posisi yang relatif sama. Penyelidikan lanjutannya menemukan bahwa setiap stratum dapat diidentifikasi dari kandungan fosilnya. Dan yang lebih mengejutkan ternyata suatu urutan suksesi