11. Syarat penulangan balok yang harus dipenuhi

Gambar 7.11. Syarat penulangan balok yang harus dipenuhi

Sumber: Sagel dkk, 1994

− Ukuran batang yang dibengkokan harus cukup pendek, sebaiknya gunakan batang yang panjang untuk tulangan lurus − Gunakan sengkang yang semuanya dari satu mutu baja dan diameter yang sama − Usahakan jarak antara sepasang batang pada tulangan atas tidak kurang dari 50 mm, sehingga terdapat jarak yang cukup

Prinsip detail penulangan balok dapat dilihat pada Gambar 7.11.

Kait standar

Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Bengkokan 180 ° ditambah perpanjangan 4d b (diameter batang

tulangan, mm), tapi tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait.

Bengkokan 90 ° ditambah perpanjangan 12 d b pada ujung bebas kait.

− Untuk sengkang dan kait pengikat:

o Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90 ° ditambah

perpanjangan 6 d b pada ujung bebas kait, atau

o Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90 ° ditambah

perpanjangan 12 d b pada ujung bebas kait, atau

o Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135 ° ditambah

perpanjangan 6 d b pada ujung bebas kait.

Diameter bengkokan minimum

− Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam Tabel 7.7. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga D-16.

− Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari 4d b untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang yang lebih besar daripada D-16, diameter bengkokan harus memenuhi Tabel 7.7.

− Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau ulir) yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang

dari 4d b untuk kawat ulir yang lebih besar dari D7 dan 2d b untuk kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter dalam kurang dari 8d b tidak boleh berada kurang dari 4d b dari persilangan las yang terdekat.

Cara pembengkokan

− Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali bila diizinkan lain oleh pengawas lapangan.

− Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar rencana, atau diizinkan oleh pengawas lapangan.

Tabel 7.7. Diameter bengkokan minimum

Sumber: Sagel dkk, 1994

Penempatan tulangan

− Tulangan harus ditempatkan secara akurat dan ditumpu secukupnya sebelum beton dicor, dan harus dijaga agar tidak tergeser melebihi toleransi yang diizinkan.

− Toleransi untuk tinggi d dan selimut beton minimum dalam komponen struktur lentur, dinding dan komponen struktur tekan harus memenuhi ketentuan pada tabel 7.8.

Tabel 7.8. Toleransi untuk tulangan dan selimut beton

Sumber: Sagel dkk, 1994

− Toleransi letak longitudinal dari bengkokan dan ujung akhir tulangan harus sebesar ± 50 mm kecuali pada ujung tidak menerus dari komponen struktur dimana toleransinya harus sebesar ± 13 mm.

Batasan spasi tulangan

− Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh kurang dari d b ataupun 25 mm.

− Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari 25 mm.

− Pada komponen struktur tekan yang diberi tulangan spiral atau sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.

− Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarak bersih antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan lewatan lainnya atau dengan batang tulangan yang berdekatan.

− Pada dinding dan plat lantai yang bukan berupa konstruksi plat rusuk, tulangan lentur utama harus berjarak tidak lebih dari tiga kali tebal dinding atau plat lantai, ataupun 500 mm.

Bundel tulangan:

− Kumpulan dari tulangan sejajar yang diikat dalam satu bundel sehingga bekerja dalam satu kesatuan tidak boleh terdiri lebih dari empat tulangan per bundel.

− Bundel tulangan harus dilingkupi oleh sengkang atau sengkang pengikat.

Pada balok, tulangan yang lebih besar dari D-36 tidak boleh dibundel.

− Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu bundel tulangan yang berakhir dalam bentang komponen struktur lentur harus diakhiri pada titik-titik yang berlainan, paling sedikit dengan jarak 40 db secara berselang.

− Jika pembatasan jarak dan selimut beton minimum didasarkan pada diameter tulangan d b , maka satu unit bundel tulangan harus diperhitungkan sebagai tulangan tunggal dengan diameter yang didapat dari luas ekuivalen penampang gabungan.

Penyaluran tulangan Beton bertulang dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan komposit jika baja tulangan saling bekerja sama sepenuhnya dengan beton. Untuk itu perlu diusahakan agar terjadi penyaluran gaya dari bahan satu ke bahan lainnya. Agar batang tulangan dapat menyalurkan gaya sepenuhnya melalui ikatan, baja harus tertanam dalam beton hingga kedalaman tertentu yang disebut sebagai panjang penyaluran.

Gaya tarik dan tekan pada tulangan di setiap penampang komponen struktur beton bertulang harus disalurkan pada masing-masing sisi penampang tersebut melalui panjang pengangkuran, kait atau alat mekanis, atau kombinasi dari cara-cara tersebut. Kait sebaiknya tidak dipergunakan untuk menyalurkan tulangan yang berada dalam kondisi tekan. −

Panjang penyaluran d , dinyatakan dalam diameter d b untuk batang ulir dan kawat ulir dalam kondisi tarik, harus ditentukan berdasarkan SNI 03-2847-2002 bagian 14.2(2) atau 14.2(3), tetapi d tidak boleh kurang dari 300 mm. −

Panjang penyaluran d , dalam mm, untuk batang ulir yang berada dalam kondisi tekan harus dihitung dengan mengalikan panjang penyaluran dasar db pada SNI 03-2847-2002 bagian 14.3(2) dengan faktor modifikasi yang berlaku sesuai dengan SNI 03-2847-2002 bagian

14.3(3), tetapi d tidak boleh kurang dari 200 mm.

− Panjang penyaluran dh , dalam mm, untuk batang ulir dalam kondisi tarik yang berakhir pada suatu kait standar harus dihitung dengan mengalikan panjang penyaluran dasar hb pada SNI 03-2847-2002 bagian 14.5(2) dengan faktor atau faktor-faktor modifikasi yang berlaku yang sesuai dengan SNI 03-2847-2002 bagian 14.5(3), tetapi dh tidak boleh kurang dari 8d b ataupun 150 mm (Gambar 7.12).

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24