Undang - Undang No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
Undang - Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Kemudian khusus mengenai tenaga kesehatan berupa tenaga medis (dokter, dokter spesialis, dokter gigi), hak dan kewajibannya juga diatur secara khusus dalam Undang - undang tentang Praktik Kedokteran. Pasal 45 Undang - Undang Praktik Kedokteran mengatur setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap, yang sekurang - kurangnya mencakup: diagnosis dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan medis yang dilakukan; alternatif tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Persetujuan oleh pasien terhadap tindakan dokter kemudian akan membuat pasien secara tidak langsung mengungkapkan hal - hal mengenai kesehatan pasien kepada dokter. Hal ini akan membuat dokter kemudian memiliki kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.55
Dalam hal ini data mengenai pasien tersebut hanya dapat dibuka untuk hal - hal tertentu saja, yaitu dalam hal kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang - undangan.56
a. Kewajiban Hukum dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No. 36 tentang Rahasia Kedokteran
Apabila dilihat dari informasi - informasi yang dikandungnya, rahasia kedokteran juga dapat dikatakan merupakan bagian dari data pribadi, yaitu data atau informasi mengenai perseorangan terkait suatu individu yang bersifat pribadi. Rahasia kedokteran maupun data pribadi berkaitan erat dengan hak Asasi Manusia khususnya hak atas privasi. Dalam hal ini, perlindungan terhadap kerahasiaan dalam rahasia kedokteran maupun data pribadi merupakan salah satu pemenuhan dari hak privasi.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Rahasia Kedokteran, dijelaskan bahwa kewajiban menyimpan rahasia kedokteran wajib dilakukan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau dalam penggunaan data dan informasi mengenai pasien, bahkan setelah pasien tersebut meninggal dunia.57 Adapun rahasia kedokteran hanya dapat diungkapkan dan digunakan secara terbatas dalam hal :58
a. kepentingan pasien
Adapun yang termasuk kepentingan pasien diantaranya untuk kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan, dan perawatan pasien; serta untuk keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan pembiayaan kesehatan. Pengungkapan terkait dengan kepentingan kesehatan, pengobatan, penyembuhan, dan perawatan pasien harus dilakukan dengan persetujuan dari pasien baik secara tertulis maupun dalam sistem elektronik. Apabila pasien tidak cakap, persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat atau pengampunya. Sedangkan pengungkapan terkait keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan pembiayaan kesehatan dinyatakan tekah diberikan pada saat pendaftaran pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.59
b. Memenuhi Permintaan Aparatur Penegak Hukum Dalam Rangka Penegakan Hukum
Permintaan terhadap Rahasia kedokteran dapat diberikan pada proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan melalui pemberian data dan informasi berupa visum et repertum, keterangan ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan medis, yang harus dilakukan secara tertulis dari pihak yang berwenang. Keseluruhan rekam medis juga dapat diberikan apabila terdapat perintah pengadilan atau dalam sidang pengadilan menginginkan demikian.60 Dalam hal terdapat pihak pasien yang mengajukan gugatan terkait pelayanan kesehatan yang diterimanya kepada tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan, maka pihak yang digugat tersebut berhak untuk membuka rahasia kedokteran dalam rangka pembelaannya dalam sidang pengadilan.61
c. Permintaan Pasien Sendiri
Pengungkapan berdasarkan permintaan pasien sendiri dapat dilakukan dengan pemberian data dan informasi kepada pasien baik secara lisan maupun tertulis. Adapun keluarga terdekat dapat memperoleh data dan informasi mengenai kesehatan pasien, kecuali dinyatakan sebaliknya. Pernyataan mengenai keluarga tidak dapat mengakses data dan informasi pasien harus dinyatakan pasien pada waktu penerimaan pasien.62
d. Berdasarkan Ketentuan Peraturan - Perundang - Undangan
Dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum. Dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin pengungkapan disyaratkan harus mendapatkan permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.63
Kemudian kepentingan umum yang dimaksud dalam peraturan adalah terkait dengan audit medis, ancaman kejadilan luar biasa atau wabah penyakit menular, penelitian kesehatan untuk kepentingan negara, pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang akan datang, dan ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat, dengan tanpa membuka identitas pasien terkait. Dikecualikan pada ancaman kejadian luar biasa atau wabah penyakit menular dan ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat, identitas pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.64
Pengungkapan rahasia kedokteran dilakukan oleh penanggung jawab pelayanan pasien. Adapun penanggung jawab ini diantaranya adalah ketua tim dalam hal pasien ditangani/dirawat secara tim, atau ketika ketua tim berhalangan pengungkapan dapat dilakukan anggota tim yang telah ditunjuk. Kemudian apabila penanggung jawab tersebut tidak ada, pihak pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dapat juga berwenang membuka rahasia kedokteran. Pengungkapan harus didasarkan pada data dan informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Kewajiban Hukum dalam PMK No. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis
Rekam medis wajib dibuat oleh dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik atau menggunakan teknologi informasi. Dalam hal ini, dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis. Sedangkan sarana pelayanan kesehatan diwajibkan untuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk penyelenggaraan rekam medis.65
Adapun kepemilikan rekam medis dalam hal berkasnya adalah milik sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isinya yang dalam bentuk ringkasan rekam medis merupakan milik pasien. Berdasarkan hal ini, maka pasien atau keluarga pasien yang berhak dapat meminta ringkasan rekam medis ini untuk dicatat atau dicopy.66
Rumah sakit wajib menyimpan rekam medis pasien rawat inap dalam jangka waktu lima tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan. Setelah lewat jangka waktu lima tahun, rekam medis dapat dimusnahkan kecuali dokumen mengenai ringkasan pulang dan dokumen persetujuan pemberian mediknya. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medic tersebut harus disimpan dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak dibuatnya dokumen - dokumen tersebut.67 Penyimpanan dokumen - dokumen tersebut dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan pelayanan kesehatan. Sedangkan pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit, disimpan sekurang - kurangnya untuk jangka waktu dua tahun terhitung sejak pasien berobat.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dalam rekam medis dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka atas perintah pengadilan, dalam hal permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri, berdasarkan permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang - undangan, serta untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis dengan tanpa menyebutkan identitas pasien.68 Permintaan terhadap rekam medis diajukan kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan secara tertulis. Mengenai isi dari rekam medis, hanya dapat dijelaskan oleh dokter yang merawat pasien dengan izin tertulis dari pasien atau berdasarkan peraturan perundang - undangan.
Berdasarkan pemanfaatannya, pengungkapan terhadap rekam medis dapat dilakukan dengan syarat - syarat tertentu. Dalam hal penggunaan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian, apabila menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya. Persetujuan pasien tidak diperlukan apabila pendidikan dan penelitian dalam rangka kepentingan negara.69
Kewajiban Hukum Perlindungan Data Pribadi Pasien Rumah Sakit di Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut.