Basel II Framework dan Corporte Governance Good Corporate Governance dalam Arsitektur Perbankan Indonesia.

58 c. Pembatasan Persaingan Sebagaimana telah diuraikan pada bagian regulated market di atas, maka pengaturan pembatasan kompetisi dilakukan antara lain melalui persyaratan yang ketat untuk pendirian bank, ketentuan mengenai merger, akuisisi dan likuidasi bank yang secara keseluruhan akan mempengaruhi persaingan. Sasaran dari pembatasan persaingan ini adalah mengurangi sumber konflik kepentingan yang bermuara pada moral hazard yang merugikan deposan.

c. Basel II Framework dan Corporte Governance

Basel II memberikan konstribusi pada penerapan Corporate Gorvernance yang lebih efektif melalui tiga C, yaitu Control, Culture dan Clarity. 1. Control atau pengendalian. Pilar kesatu Basel II bertujuan untuk menyelaraskan antara rasio minimum kecukupan modal dengan risiko yang dihadapi oleh bank. Hal ini mengharuskan Direksi dan Komisaris menetapkan kebijakan, pedoman perilaku dan risk tolerance untuk memastikan adanya suatu kerangka kerja pengendalian risiko yang efektif dan handal bagi bisnis bank tersebut. 2. Culture, budaya. Dengan bertambahnya tanggung jawab Komisaris dan Direksi dalam menerapkan manajemen risiko, maka ini juga akan mendorong tumbuhnya kesadaran akan risiko dan bermuara pada menguatnya budaya sadar risiko dan pengelolaan risiko yang lebih baik. Pilar kedua Basel II - Supervisory review Process” mempunyai makna bahwa komisaris dan direksi mempunyai kewajiban untuk memahami profil risiko bank yang dikelolanya dan memastikan bahwa bank mempunyai cukup modal untuk menghadapi risiko tersebut. 3. Clarity, kejelasan transparansi. Pilar ketiga Basel II – Market Disciple, bertujuan untuk menambah pengawasan bank melalui partisipasi pemangku kepentingan yang lebih luas. Diharapkan melalui system pelaporan yang lebih terbuka, unsur kehati – hatian dan pengelolaan risiko juga akan semakin 59 membaik. Dengan ketentuan perbaikan transparansi tidak saja hanya kepada pihak luar bank tetapi juga terjadi peningkatan transparansi secara internal.

d. Good Corporate Governance dalam Arsitektur Perbankan Indonesia.

Bank Indonesia dalam pupaya memperkuat struktur perbankan di Indonesia pada awal tahun 2004 telah meluncurkan Arsitektur Perbankan Indonesia API, suatu program perbaikan untuk sepuluh tahun ke depan. Program ini mempunyai visi terciptanya system perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 1. Pilar 1 : Struktur Perbankan yang sehat Program pilar 1 bertujuan memperkuat permodalan bank umum dalam rangka meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi maupun meningkatkan skala usaha guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan implementasi program penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap. Sasarannya dalam jangka panjang bank yang melakukan operasional perbankan akan tersegmentasi dengan modal, antara lain bank dengan permodalan 50 triliun keatas, bank dengan modal 10 sd 50 triliun keatas dan bank dengan memiliki modal 100 miliar sd 10 triliun. 2. Pilar 2 : Sistem Pengaturan yang efektif Program pilar 2 bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pengaturan serta memenuhi standar pengaturan yang mengacu pada international best practices. 3. Pilar 3 : Sistem pengawasan yang independent dan efektif. Program pilar 3 bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektifitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan peningkatan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan 60 berbasis risiko, peningkatan aktivitas enforcement dan konsolidasi organisasi sektor prbankan di Bank Indonesia. 4. Pilar 4 : Industri perbankan yang kuat Program pilar 4 bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen dan operasional perbankan dengan pendekatan pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance, kualitas manajemen risiko dan kemampuan operasional manajemen bank. 5. Pilar 5 : Infrastuktur Pendukung yang mencukupi Program pilar 5 bertujuan untuk mengembangkan sarana operasional perbankan yang efektif seperti lembaga pemeringkat kredit domestik dan pengembangan skim penjaminan kredit. 6. Pilar 6 : Perlindungan Konsumen Program pilar 6 bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi nasabah.

e. Pedoman Penerapan GCG untuk Perbankan