Pendaftaran Tanah. .1 Pengertian Pendaftaran Tanah.
Pura merupakan salah satu lembaga keagamaan yang dapat mempunyai hak milik, sebagaimana ditegaskan dalam SK Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia SK556DJA1986 tanggal 24 September 1986 yang secara tegas menyatakan bahwa Pura adalah salah satu badan keagamaan yang dapat memiliki
Hak Milik atas tanah. Selain itu terdapat juga SK Menteri Dalam Negeri Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor SK 520.12252 tanggal 27 Juli 2000 tentang
Penunjukan Pura Sebagai Badan Hukum Keagamaan Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah Di Seluruh Indonesia.
2.3.5 Pendaftaran Tanah. 2.3.5.1 Pengertian Pendaftaran Tanah.
Tanah merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga bagi setiap orang karena tanah dapat digunakan untuk membangun tempat tinggal dan juga
dan juga untuk sebagian masyarakat ada yang memanfaatkan tanah secara langsung untuk mencari nafkah. Oleh karena pentingnya tanah bagi setiap orang
maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum terhadap tanah-tanah yang dimiliki oleh rakyat.
Untuk memberikan jaminan kepastian dan perlindungan hukum terhadap tanah tersebut UUPA telah memerintahkan pemerintah untuk melaksanaka
pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia Pasal 19 UUPA. Lebih jauh mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tahun 1997 dan Permeneg AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 1997. Peraturan pemerintah tersebut merupakan pembahuaruan
dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 yang jga mengatur mengenai
pendaftaran tanah. Pembaharuan ini dikarenakan pendaftaran tanah yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 yang
berlangsung selama 35 tahun belum cukup memberikan hasil yang memuaskan. Dari sekitar 55 juta bidang tanah hak yang memenuhi syarat untuk didaftar, baru
kurang lebih 16,3 juta bidang yang sudah didaftar.
26
Pengertian pendaftaran tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 yaitu :
“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk
pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.”
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendaftaran tanah yang dilakukan oleh pemerintah merupakan suatu kegiatan yang komplek, mulai dari
pengumpulan data sampai dengan pemeliharaan data yang diperoleh, pemeliharaan data artinya data yang ada harus disesuaikan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi kemudian, sehingga data yang ada dilapangan sesuai dengan data yang ada di Kantor Pertanahan. Data yang dihimpun pada dasarnya
ada dua macam, yaitu : a.
Data fisik yaitu keterangan mengenai letak, batas, luas bidang tanah
dan satuan rumah susun yang didaftar, termasuk
26
Boedi Harsono, Op.Cit, Hal 457
keteranganmengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya.
b. Data yuridis yaitu keterangan mengenai status hukum bidang tanah
dan satuan rumah susun yang didaftar, pemegang haknya,dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.
2 3.5.2 Tujuan Pendaftaran Tanah.
Tujuan dari diadakannya pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Pasal 3, ialah untuk memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah, untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar
dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun yang
sudah terdaftar dan juga tujuan dari pendaftaran tanah adalah untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Terselenggaranya pendaftaran
tanah secara baik merupakan dasar dan
perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan. Tertib administrasi berarti juga bahwa seluruh berkas-berkas dari Kantor Pertanahan tersebut harus sudah
tersimpan dengan baik danteratur sehingga mudah jika akan mencari suatu data yang diperlukan.
27
2 3.5.3 Sistem pendaftaran Tanah.
Pada umumnya terdapat dua 2 sistem pendaftaran tanah yang dipakai oleh banyak negara yang menyelenggarakan pendaftaran tanah yaitu :
27
A.P Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Medan, 1999, Hal 79
a. Sistem pendaftaran positif. Dalam sistem pendaftaran tanah positif sertifikat merupakan tanda bukti hak
yang paling mutlak. Jadi nama yang ada dalam sertifikat adalah orang yang mutlak memiliki suatu hak atas tanah dan tidak dapat dibantah. Sistem positif
ini memberikan kepercayaan yang mutlak pada buku tanah, kendati pun bahwa pemegang sertifikat bukanlah pemilik yang sebenarnya. Pihak yang
dirugikan mendapat kompensasi dalam bentuk lain. b. Sistem pendaftaran negatif.
Pada sistem pendaftaran negatif, sertifikat bukanlah merupakan surat tanda bukti yang bersifat mutlak, jadi apa yang terdapat dalam sertifikat dianggap
benar jika tidak ada yang dapat membuktikan apa yang terdapat dalam sertifikat sretifikat tersebut salah atau sebaliknya.
28
Sistem pendaftaran tanah yang digunakan di Indonesia adalah sisitem negatif yang mengandung unsur positif yang artinya bahwa sertifikat tidak
berlaku mutlak dan pihak lain dapat menyangkal isi dari sertifikat tersebut jika ia merasa berhak, selain itu petugas pendaftaran juga berperan secara aktif
dalam memeriksa keterangan yang diterima dari pemohon.
29
28
Ibid, Hal 32-33
29
Boedi Harsono, Op.Cit, Hal 82-83