Tanah Milik Pura. Hak Ulayat Dalam UUPA

negara Indonesia. Akan tetapi apabila seseorang memiliki kewarganegaraan yang rangkap maka ia tidak diperkenankan untuk mempunyai Hak Milik. 25 Dalam Pasal 21 ayat 2 UUPA ditentukan bahwa terdapat badan-badan hukum tertentu yang dapat mempunyai hak milik. Kalaupun ditentukan bahwa sesuatu badan hukum dapat mempunyai hak milik, ini hanyalah suatu pengecualian dengan persyaratan tertentu saja, karena pada asanya hanya badan hukum tertentu saja yang dapat mempunyai hak milik, yaitu badan-badan hukum yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963. Menurut peraturan tersebut badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik yaitu : 1. Bank-bank yang didirikan oleh Negara selanjutnya disebut Bank Negara; 2. Perkumpulan Koperasi Pertanian yang didirikan berdasarkan atas Undang- undang No. 79 Tahun 1958 Lembaran Negara Tahun 1958 no. 139; 3. Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri PertanianAgraria, setelah mendengar Menteri Agama; 4. Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri PertanianAgraria setelah Mendengar Menteri Kesejahteraan Sosial.

2.3.4 Tanah Milik Pura.

Pura merupakan tempat suci bagi agama Hindu, di pura inilah umat hindu mengadakan persembahyangan untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Terutama di Bali banyak sekali terdapat pura, sehingga Bali juga disebut dengan “Pulau Seribu Pulau”. 25 Ibid Di Bali terdapat berbgai jenis pura, salah satunya yaitu Pura Khayangan Tiga yang terdiri dari tiga pura yaitu, Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem. Pura Khayangan Tiga ini terdapat di setiap Desa Pekraman Desa Adat. Setiap pura-pura tersebut memiliki dua jenis tanah, yaitu Tanah Palemahan dan Tanah Pelaba Pura. Tanah Palemahan Pura adalah tempat dimana dibangun bangunan suci pelinggih-pelinggih, dan bangunan pelengkap yang menjadi pendukung kegiatan upacara di pura seperti Balai Paruman, dapur dan bangunan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Tanah Pelaba Pura yaitu tanah untuk mendukung pengadaan sarana-sarana setiap kegiatan upacara keagamaan di pura. Tanah Pelaba Pura biasanya merupakan tanah pertanian atau perkebunan yang hasilnya akan digunakan untuk keperluan pura. Tanah-tanah tersebut merupakan tanah milik adathak ulayat dari suatu Desa Pekraman, karena berada dikawasan Desa Pekraman tertentu dan pengaturan atau pengurusannya diatur oleh Bendesa. Tetapi setelah adanya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Bandan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah, dimana dijelaskan bahwa badan- badan kagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri PertanianAgraria, setelah mendengar Menteri Agama dapat mempunyai tanah dengan status hak milik Pasal 1 huruf c. Pemilikan tanah dengan status hak milik ini hanya terbatas atas tanah yang dipergunakan untuk keperluan-keperluan yang langsung berhubungan dengan usaha keagamaan dan sosial Pasal 4. Pura merupakan salah satu lembaga keagamaan yang dapat mempunyai hak milik, sebagaimana ditegaskan dalam SK Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia SK556DJA1986 tanggal 24 September 1986 yang secara tegas menyatakan bahwa Pura adalah salah satu badan keagamaan yang dapat memiliki Hak Milik atas tanah. Selain itu terdapat juga SK Menteri Dalam Negeri Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor SK 520.12252 tanggal 27 Juli 2000 tentang Penunjukan Pura Sebagai Badan Hukum Keagamaan Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah Di Seluruh Indonesia. 2.3.5 Pendaftaran Tanah. 2.3.5.1 Pengertian Pendaftaran Tanah.