Penyebab Nyeri Fisiologi Nyeri Klasifikasi Nyeri Teori-Teori Nyeri

3

BAB II PENGELOLAHAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Nyeri 2.1.1 Defenisi Nyeri McCaffery 1980 menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Defenisi ini menempatkan seorang pasien sebagai expert ahli di bidang nyeri, karena hanya pesienlah yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam mendefinisikan nyeri Prasetya, 2010. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual.Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa di samakan dengan yang lainnya.Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu tergantung presepsinya.Walupun demikian, ada satu kesamaan mengenai presepsi nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain Asmadi, 2008.

2.1.2 Penyebab Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan psikis.Secara fisik misalnya penyebab nyeri adalah trauma baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik, neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain.Seacara psikis penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis Asmadi, 2010.

2.1.3 Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kantong empedu. Reseptor dapat Universitas Sumatera Utara 4 memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik atau mekanis Alimul, 2008.

2.1.4 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis.Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif ringan sampai berat dan berlangsung untuk waktu singkat Meinhart McCaffery, 1983; NH; 1986.Nyeri akut berdurasi singkat kurang dari 6 bulan, memiliki onset yang tiba-tiba, dan terlokalisir.Nyeri biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau inflamasi Sigit, 2010. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan.Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikosomatis Alimul, 2008.

2.1.5 Teori-Teori Nyeri

1. The Specificity theory Teori Spesifik Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus Asmadi, 2008. 2. The Intensity Theory Teori Intensitas Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat Asmadi, 2008. 3. The Gate Control Theory Teori Kontrol Pintu Teori ini menjelaskan tentang transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung pada aktivitas seraf saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa. Aktivitas seraf yang berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, Universitas Sumatera Utara 5 sedangkan seraf saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka” Asmadi, 2008.

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi Respon Nyeri