Aikido
A I K I D O
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O L E H
WISDA WULANDARI NAPITUPULU
NIM : 062203091
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
MEDAN 2009
(2)
A I K I D O
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O L E H
WISDA WULANDARI NAPITUPULU
NIM : 062203091
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
Drs. Nandi S. Drs.H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. NIP. 131 763 366 NIP. 131 945 675
Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian
Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Dalam Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG
MEDAN 2009
(3)
Disetujui Oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,
Adriana Hasibuan,S.S., M,Hum. NIP. 131 662 152
(4)
PENGESAHAN
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang.
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP. 132 098 531
Panitia :
No Nama Tanda Tangan 1. Adriana Hasibuan,S.S.,M.Hum. (...) 2. Drs. Nandi,S. (...) 3. Drs. H.Yuddi Adrian M,MA. (...)
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul...1
1.2 Tujuan Penulisan...1
1.3 Pembatasan Masalah...2
1.4 Metode Penulisan...2
BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG AIKIDO 2.1. Sejarah Aikido...3
2.1.1. Asal-usul...3
2.1.2. Pengertian...4
2.1.3 Makna...5
2.2. Tujuan Aikido...6
BAB III. DASAR-DASAR AIKIDO 3.1. Perlengkapan...8
3.2. Reigi ( Tata Tertib )...9
3.3. Falsafah Aikido...10
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan...13
4.2. Saran...13
(6)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus ketiganya yang Esa, sumber segala hikmat dan pengetahuan, karena berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul, “Aikido”.
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan kertas karya ini, terutama kepada :
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., PH.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Nandi. S, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A selaku Dosen Pembaca.
5. Bapak Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum, selaku Dosen Wali yang telah memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
7. Teristimewa kepada Orang tua, Bapak Drs. H.J.M Napitupulu dan Almarhumah Ibu Tercinta Siti Rohani Lumban Tobing yang senantiasa
(7)
melimpahkan kasih sayang dan doa restu serta bantuan moril maupun material kepada penulis.
8. Kakak-kakakku tersayang Silvana, S.P, Sandy, S.Hut, Bambang dan adikku Elisabeth yang begitu sabar.
9. Sahabat-sahabatku Cen Caicing, Iim, Boreg, Rini yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat baik dalam suka dan dalam duka.
10.Seluruh Mahasiswa Bahasa Jepang stambuk 2006 Alya (yang telah memberikan buku Aikidonya), Cuaci, Borneng, Aya, Agnes dan yang tak dapat saya sebutkan, terimakasih atas dukungannya untuk penulis.
11.Pegawai Perpustakaan Daerah Propinsi Sumatera Utara Bapak Drs. T. U Sirait, Bapak Rusman Hutabarat, Ibu Marpaung dan B’Adi. Terimakasih atas bantuannya.
12.Sahabat Terkasih, James H. P Manurung yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian dan yang tetap setia berdoa untuk penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini. Mudah-mudahan kertas kertas ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2009 Penulis,
Wisda W. Napitupulu 062203091
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Aikido merupakan salah satu jenis olahraga beladiri Jepang yang paling sulit untuk dikuasai dengan benar. Dimulai dari lingkungan istana kekaisaran Jepang, Aikido digemari di dunia oleh pria dan wanita. Seni beladiri yang berasal pada budaya Jepang ini mengajarkan keseimbangan. Harmoni antara tubuh, pikiran dan jiwa melahirkan kelembutan orang yang hanya bertumpu pada kemenangan saja, bukanlah Aikidoka sejati. Kemenangan adalah usaha terus-menerus untuk menyingkirkan pikiran perselisihan serta konflik di dalam diri kita sendiri. Para pengikutnya lebih suka menggolongkan Aikido sebagai sebuah seni beladiri murni daripada olahraga beladiri. Hal ini bisa dimaklumi karena Aikido mengajarkan kelembutan dan keseimbangan yang melahirkan sebuah harmoni. Dalam kelembutan dan keindahan gerakannya, kekerasan selalu bisa dikalahkan. Dengan alasan seperti di atas, Penulis dalam penulisan Kertas Karya ini mencoba untuk membahas lebih lanjut mengenai Aikido.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan Kertas Karya ini adalah :
1. Untuk memperkenalkan salah satu seni bela diri yang ada di Jepang, yaitu Aikido.
2. Untuk menambah pengetahuan Penulis mengenai Aikido.
(9)
Aikido adalah salah satu seni bela diri terkenal di Jepang. Dalam Kertas Karya ini, Penulis membatasi masalah ini pada sejarah umum dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam seni bela diri Aikido.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan Kertas Karya ini, Penulis menggunakan metode Kepustakaan, yaitu suatu metode pengumpulan data atau informasi dengan cara membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan Aikido. Setelah semua terkumpul, kemudian disusun kedalam setiap bab dalam Kertas Karya ini.
(10)
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG AIKIDO
2.1. Sejarah Aikido
2.1.1. Asal-usul
Aikido berasal dari teknik beladiri kuno Jepang, seperti jujitsu, kenjitsu, dan bojutsu yang merupakan seni perang. Pada awalnya, seni perang tersebut dikembangkan oleh Pangeran Teijun, putra keenam Kaisar Seiwa. Kemampuan bela diri ini hanya dapat digunakan oleh para prajurit kekaisaran Jepang untuk berperang dan hanya dapat dikuasai oleh orang-orang dari istana kerajaan, terutama samurai pilihan di istana dan tidak sembarang orang dapat mempelajarinya. Yang kemudian merupakan pertahanan diri yang cukup efektif pada masa itu. Setelah masa restorasi Meiji, teknik beladiri ini mulai dikembangkan secara luas tapi belum cukup populer. Lalu Morihei Ueshiba membuat seni beladiri ini dikenal luas tahun 1925 dan pada tahun 1941, seni beladiri ini dikenal dengan nama Aikido. Beliau pun menggabungkan gerakan beladiri ini dengan beladiri tradisi kuno dan pendalaman spiritual.
Aikido lahir di Jepang sebelum perang dunia ke dua. Asal-usul Aikido
bermula pada abad 9, pada jaman feodal di Jepang. Olahraga ini hanya bisa dikuasai oleh orang-orang tertentu. Aikido diciptakan karena kejenuhan dari Morihei Ueshiba akan perang dan banyaknya korban yang beliau lihat dan alami semasa perang. Sehingga sewaktu kembali ke Jepang setelah selesai ditugaskan berperang, beliau berpikir untuk menciptakan suatu olahraga yang lebih melindungi dari pada merusak dan menghancurkan.
(11)
Morihei Ueshiba adalah orang yang juga mempelajari spiritual secara mendalam dan pengikut dari sekte Omotokyo dari agama Shinto. Karena itu pengembangan Aikido sangat dipengaruhi oleh kepercayaan sekte Omotokyo ini.
2.1.2. Pengertian
Nama Aikido memiliki arti yang mencerminkan harapan dari pendirinya. Aikido terdiri dari 3 buah karakter kanji Jepang yaitu “Ai” yang berarti “Keharmonisan gerakan tubuh dengan jiwa”, “Ki” yang berarti “Energi kehidupan
(Chi)” dan “Do” yang berarti “Jalan”. Jadi Aikido berarti “Jalan untuk
mengharmoniskan gerakan tubuh dan jiwa dengan energi kehidupan”. Dengan kata lain Aikido merupakan suatu jalan untuk mengharmoniskan semua yang ada di kehidupan kita.
Dengan keharmonisan ini, diharapkan dapat menciptakan suatu kedamaian, namun jika harus menggunakan Aikido untuk membela diri bukan berarti harus dengan menghancurkan sesuatu untuk mencapai tujuan, melainkan untuk mengatur emosi yang ada pada diri kita sehingga kita dapat menguasai hati dan pikiran dari lawan kita. Dilihat dari arti nama Aikido maka Aikido dapat dipelajari oleh siapapun tanpa mengenal batas umur, keadaan fisik yang kuat atau lemah, lelaki maupun perempuan. Ini disebabkan Aikido tidak hanya mengandalkan teknik dan kekuatan fisik semata tapi lebih luas dari itu.
2.1.3. Makna
Dalam makna Jepang, Aikido berarti jalan bagi keselarasan jiwa. Aikido merupakan olahraga khas Jepang yang maknanya berarti meminjam dan
(12)
menyalurkan tenaga lawan, untuk kemudian mengalirkannya, sehingga serangan yang datang pada kita dapat dikembalikan dengan bantingan atau teknik kuncian. Teknik Aikido disesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Sehingga membuat gerakan Aikido kelihatan praktis dan sederhana. Gerakan Aikido tak terputus, mengalir seperti air.
Kelembutan Aikido pun tampak dari tenaga yang digunakan dalam setiap gerakan-gerakannya yaitu tidak terlalu besar. Untuk meminimalkan energi tubuh, digunakan teknik menyusup dan berputar dengan menyerap tenaga yang dikeluarkan oleh lawan. Inti dari makna ajaran Aikido yang sebenarnya adalah "menguasai" spirit atau rohnya. Memahami spirit Aikido sama sulitnya dengan menangkap air. Bisa dirasakan tapi tak dapat digenggam. Perlu waktu sangat panjang, bahkan seumur hidup, untuk menguasainya. Karena itu, orang yang mempelajarinya tidak pernah mengenal batas akhir.
Aikido juga dapat dipahami menjadi sikap kerendahan hati. Karena pencarian makna hakikat Aikido yang sebenarnya bukan diukur dengan tingkat. Tingkatan setinggi apapun masih merupakan bagian kulit luar dari makna Aikido yang sebenarnya. Aikido mendidik manusia agar memahami kehidupan, diri sendiri, orang lain, dan alam semesta, dengan cinta kasih. Dengan kata lain, kehidupan ini patut dijaga dan dipelihara.
2.2. Tujuan Aikido
Keunikan lain dari cabang olahraga ini adalah tidak mengenal pertandingan. Di mata Morihei Ueshiba yang pertama kali memperkenalkan
(13)
Aikido, pertandingan hanya akan membuat kemurnian gerakan Aikido berkurang. Meski tak ada pertandingan, setiap tahun biasanya diadakan embukai, sebuah kegiatan yang bertujuan untuk promosi dan perkenalan Aikido. Biasanya kegiatan ini berupa seminar Aikido dan pertunjukan kemampuan seni bela diri Aikido.
Menggabungkan antara tubuh, pikiran, dan jiwa utuk melahirkan sebuah keseimbangan yang harmonis adalah tujuan dari Aikido. Tujuan ini pula yang membuat Aikido tidak mengenal batasan usia maupun jenis kelamin mereka yang mempelajarinya. Teknik Aikido memiliki ciri yang unik. Gerakannya dinamik dan memiliki aliran yang tidak terputus. Gerakannya banyak memiliki teknik yang melingkar atau masuk ke daerah lemah lawan. Aikido merupakan kesatuan beragam teknik yang menggunakan prinsip energi dan gerak untuk mengarahkan kembali, menetralisir dan mengontrol penyerang. Dengan bentuk tekniknya yang dinamik, Aikido memungkinkan Aikidoka selalu bergerak. Dengan demikian, meskipun masih dalam perdebatan, beberapa orang menyatakan bahwa Aikido selalu bisa digunakan dalam menghadapi situasi dengan banyak penyerang. Pada tingkat terbaik, Aikido diyakini dapat melindungi seseorang tanpa menyebabkan cedera serius, baik bagi penyerang maupun yang diserang dan ini merupakan keistimewaan Aikido dibanding beladiri lain yang cenderung melukai atau merusak lawan. Atas tujuan inilah maka mengapa Aikido
tidak dipertandingkan karena tujuan Aikido bukan mengalahkan namun hakekatnya adalah menetralisir dan mengontrol lawan.
Seni beladiri Aikido ini dapat diikuti semua orang baik pria, wanita, tua maupun muda, dan sangat efektif untuk membela diri terhadap serangan satu
(14)
orang lawan maupun sekelompok orang. Bahkan, akhir – akhir ini, Aikido juga dilaksanakan seseorang hanya untuk memperoleh fisik yang sehat sehingga terhindar dari bermacam – macam penyakit. Terutama bagi para lanjut usia. Hanya saja, para sensei mengajarkannya lebih ringan dibandingkan Aikido yang sebenarnya. Aikido juga mengajarkan tentang bagaimana menyatukan antara pikiran, gerakan tubuh, dan hati untuk mencapai suatu keseimbangan yang akrab sehingga akan menciptakan suatu pengendalian emosi yang mengarah kepada perdamaian.
(15)
BAB III
DASAR-DASAR AIKIDO
3.1. Perlengkapan
Aikido merupakan salah satu seni beladiri Jepang yang paling sulit untuk dikuasai dengan benar. Teknik-teknik Aikido dan alat yang digunakan pun, sering kali disalahgunakan oleh Aikidoka-aikidoka yang tidak terlalu mengerti. Teknik pertahanan dan teknik penyerangan bukanlah Aikido yang sesungguhnya. Namun banyak Aikidoka lebih menfokuskan latihannya pada teknik pertahanan. Teknik Aikido banyak yang didasarkan dengan membuat penyerang kehilangan keseimbangan dan teknik kuncian pada persendian. Mempengaruhi keseimbangan lawan dengan cara masuk dikenal dengan istilah mengambil pusat lawan (hara). Teknik pertahanan Aikido kebanyakan dilaksanakan dengan melakukan teknik lemparan (nage-waza) atau teknik kontrol (katame-waza). Teknik masuk (irimi) dan berputar (tenkan) merupakan konsep yang secara luas digunakan dalam Aikido, seperti juga serangan (atemi) yang lebih banyak dilakukan sebagai pengacau konsentrasi daripada untuk menyakiti lawan.
Meskipun kelembutan teknik Aikido dan tujuannya untuk harmonisasi tubuh bukan berarti Aikido tidak mengenal senjata. Selain menggunakan tangan kosong, dalam Aikido juga dipelajari teknik menggunakan senjata. Sehingga dalam keadaan tertentu, untuk mempertahankan diri bisa juga digunakan senjata. Senjata utama yang biasa digunakan dalam latihan Aikido adalah tongkat kayu
(jo), pedang kayu (boken), dan pisau (tanto). Walaupun menggunakan senjata,
(16)
diajarkan, agar dapat pemahaman aspek Aikido yang menyeluruh dengan atau tanpa senjata. Contohnya, teknik yang dilakukan dengan pukulan tangan merupakan ilustrasi dari serangan dengan tanto atau jo, sedangkan teknik genggaman merupakan gambaran dari cara mencabut atau melakukan serangan dengan senjata yang digenggam. Penerapan teknik senjata pada Aikido pun tak dibatasi. Oleh karena itu, seni beladiri Aikido bertujuan juga untuk melatih pikiran dan tubuh serta menghasilkan orang yang selalu berhati tulus dan mulia. Karena semua teknik disebarluaskan kepada banyak orang. Jadi, ajarkanlah Aikido menuju hal yang baik bukan hal yang sesat.
3.2. Reigi ( Tata Tertib )
Ritsurei ( Hormat Berdiri )
Hormat membungkuk lebih kurang 30 derajat dalam posisi berdiri dimana telapak tangan menyentuh kedua paha bawah.
Seiza ( Posisi Duduk )
Duduk berlutut yang kedua tangan diletakkan secara tertungkup diatas kedua paha.
Zarei ( Hormat duduk )
Duduk membungkuk dimana pinggang dan pantat pun tidak boleh terlalu diangkat. Zarei dilakukan sebelum atau sesudah Aikido dilaksanakan.
Dojo ( Tempat Latihan )
Tempat berlatih untuk Aikidoka. Tetapi karena perkembangan zaman,
(17)
diantaranya ruang ganti Aikidoka, tempat penyimpanan barang Aikidoka, dan lain sebagainya.
Ranking ( Tingkat )
Dalam Aikido mempunyai 3 tingkatan. Yaitu : sabuk putih yang paling pemula, sabuk cokelat, dan sabuk hitam yang paling tertinggi.
Uke dan Nage
Orang yang melaksanakan serangan di Aikido disebut nage. Orang yang menerima serangan di Aikido disebut uke.
Sensei
Sensei artinya adalah guru, pengajar, instruktur. Namun, disini sensei
dimaksudkan adalah orang yang terlebih dahulu mengetahui suatu hal atau lebih banyak pengalaman.
3.3. Falsafah Aikido
Falsafah Aikido adalah keseimbangan tenaga dan semangat atau roh. Ai berarti penyelarasan, integrasi, atau harmoni. Ki adalah pusat tenaga kehidupan dan spirit. Do berarti jalan untuk membentuk keseimbangan antara fisik dan rohani atau pikiran. Dasar gerakan Aikido yaitu lingkaran atau pertemuan pada satu titik. Dalam mempelajari Aikido, kita akan belajar tanpa mengenal batas karena tidak ada peringkat dalam ilmu beladiri ini. Yang ada hanyalah belajar menguasai waza atau teknik.
Falsafah Aikido juga merupakan falsafah kehidupan. Jika seseorang mulai mempelajarinya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dan dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar teknik belaka.
(18)
Aikido juga mengajarkan seseorang agar berjiwa seperti seorang samurai yang menjunjung tinggi kebenaran. Jiwa ini terwujud pada Hakama (celana khas Jepang) yang dikenakan oleh Aikidoka yang telah tinggi tingkatannya.
Pada Hakama terdapat 7 buah ajaran samurai yang mewakili 7 pilar Budo (Jalan kesatria). 7 ajaran ini meliputi :
a. Kebenaran b. Kehormatan c. Kejujuran d. Kesetiaan e. Kesopanan f. Kebijaksanaan g. Keberanian.
Jadi Aikidoka yang telah mengenakan Hakama diharapkan mengerti, memahami dan menjalankan dari apa yang dikenakan.
Lebih mendalam lagi, Aikido mengajarkan tentang kehidupan dan bagaimana agar kita dapat menjalaninya secara harmonis. Morihei Ueshiba pernah berkata “ Masa
katsu Agatsu, Katsu Hayabi”. Yang artinya adalah “ Kemenangan sejati adalah
kemenangan atas diri sendiri tanpa pergulatan sedikitpun”.
Aikido menganut falsafah muteki atau tidak ada musuh. Maksudnya tidak ada seseorang atau sesuatu pun di dunia ini yang harus kita kalahkan kecuali diri sendiri. Jika dalam hidup kita mampu mengalahkan keegoisan diri sendiri, maka sebenarnya tidak ada musuh di kehidupan ini. Lawan terberat adalah diri kita sendiri. Agar dapat mencapai hal ini, kita membutuhkan Makoto atau Hati yang bersih. Dengan hati yang bersih, maka kita dapat melihat segala sesuatu yang ada
(19)
di hadapan kita dengan lebih jelas. Ibarat air danau yang jernih dan tenang, maka permukaannya akan memantulkan refleksi seperti apa adanya. Ini baru beberapa hal yang diajarkan didalam Aikido. Ajaran ini sedikit banyak dapat menjelaskan mengapa Aikido tidak ada kompetisi dan bukan beladiri olahraga. Karena Aikido dimaksudkan bukan untuk mengajarkan menang atau kalah dan sikap adil tetapi lebih kepada pelajaran untuk pembentukan karakter tiap pelakunya baik dari sisi hati, akhlak, moral, mental dan fisik.
Karena itu, kepada Aikidoka, diajarkan dan ditekankan untuk tidak membunuh penjahat. Itulah falsafahnya. Teknik-tekniknya merupakan netralisasi segala bentuk serangan, sekalipun serangan yang berbahaya. Aikido mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana seseorang harus menghargai kehidupan dan lain-lain. Aikido bukanlah agama tetapi pendiri Aikido pernah berkata bahwa dengan mempelajari Aikido, maka orang dapat lebih mudah mengerti dan mempelajari apa yang ia temukan dalam agama yang dipelajari.
(20)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Setelah menguraikan bab demi bab, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Olahraga Aikido adalah olahraga khas Jepang yang berasal dari tradisi masa lampau yang selalu disertai dengan berbagai ritual.
2. Olahraga Aikido merupakan permainan yang bersifat keterampilan fisik. 3. Dalam pertandingan Aikido terdapat banyak teknik-teknik permainan, dan
dimainkan hanya oleh dua orang.
4. Menurut falsafah Aikido, lawan terberat kita adalah keegoisan diri sendiri.
4.2. Saran
Setelah membaca secara keseluruhan sejarah salah satu seni beladiri yang ada di Jepang yaitu Aikido, Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat membantu kita mengenali olahraga Aikido. Serta kita bisa mengambil nilai-nilai falsafah yang baik dari beladiri tersebut.
(21)
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi Iwan, Andoko Steve, Sugiarto. 2003. Aikido Jalan Menuju Harmoni. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Adrian Yuddi, Nanndi S, dkk. 2007. Penyusunan Kertas Karya Program Study
D3 Bahasa Jepang. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Yamamoto. 1994. Japan Profil of a Nation. Tokyo: Kondasya. www. Google. Aikido. com
(1)
diajarkan, agar dapat pemahaman aspek Aikido yang menyeluruh dengan atau tanpa senjata. Contohnya, teknik yang dilakukan dengan pukulan tangan merupakan ilustrasi dari serangan dengan tanto atau jo, sedangkan teknik genggaman merupakan gambaran dari cara mencabut atau melakukan serangan dengan senjata yang digenggam. Penerapan teknik senjata pada Aikido pun tak dibatasi. Oleh karena itu, seni beladiri Aikido bertujuan juga untuk melatih pikiran dan tubuh serta menghasilkan orang yang selalu berhati tulus dan mulia. Karena semua teknik disebarluaskan kepada banyak orang. Jadi, ajarkanlah Aikido menuju hal yang baik bukan hal yang sesat.
3.2. Reigi ( Tata Tertib )
Ritsurei ( Hormat Berdiri )
Hormat membungkuk lebih kurang 30 derajat dalam posisi berdiri dimana telapak tangan menyentuh kedua paha bawah.
Seiza ( Posisi Duduk )
Duduk berlutut yang kedua tangan diletakkan secara tertungkup diatas kedua paha.
Zarei ( Hormat duduk )
Duduk membungkuk dimana pinggang dan pantat pun tidak boleh terlalu diangkat. Zarei dilakukan sebelum atau sesudah Aikido dilaksanakan.
Dojo ( Tempat Latihan )
Tempat berlatih untuk Aikidoka. Tetapi karena perkembangan zaman, dojo bukan hanya diartikan sebagai tempat latihan, tetapi juga mencakup
(2)
diantaranya ruang ganti Aikidoka, tempat penyimpanan barang Aikidoka, dan lain sebagainya.
Ranking ( Tingkat )
Dalam Aikido mempunyai 3 tingkatan. Yaitu : sabuk putih yang paling pemula, sabuk cokelat, dan sabuk hitam yang paling tertinggi.
Uke dan Nage
Orang yang melaksanakan serangan di Aikido disebut nage. Orang yang menerima serangan di Aikido disebut uke.
Sensei
Sensei artinya adalah guru, pengajar, instruktur. Namun, disini sensei dimaksudkan adalah orang yang terlebih dahulu mengetahui suatu hal
atau lebih banyak pengalaman.
3.3. Falsafah Aikido
Falsafah Aikido adalah keseimbangan tenaga dan semangat atau roh. Ai berarti penyelarasan, integrasi, atau harmoni. Ki adalah pusat tenaga kehidupan dan spirit. Do berarti jalan untuk membentuk keseimbangan antara fisik dan rohani atau pikiran. Dasar gerakan Aikido yaitu lingkaran atau pertemuan pada satu titik. Dalam mempelajari Aikido, kita akan belajar tanpa mengenal batas karena tidak ada peringkat dalam ilmu beladiri ini. Yang ada hanyalah belajar menguasai waza atau teknik.
Falsafah Aikido juga merupakan falsafah kehidupan. Jika seseorang mulai mempelajarinya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dan dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar teknik belaka.
(3)
Aikido juga mengajarkan seseorang agar berjiwa seperti seorang samurai yang menjunjung tinggi kebenaran. Jiwa ini terwujud pada Hakama (celana khas Jepang) yang dikenakan oleh Aikidoka yang telah tinggi tingkatannya.
Pada Hakama terdapat 7 buah ajaran samurai yang mewakili 7 pilar Budo (Jalan kesatria). 7 ajaran ini meliputi :
a. Kebenaran b. Kehormatan c. Kejujuran d. Kesetiaan e. Kesopanan f. Kebijaksanaan g. Keberanian.
Jadi Aikidoka yang telah mengenakan Hakama diharapkan mengerti, memahami dan menjalankan dari apa yang dikenakan.
Lebih mendalam lagi, Aikido mengajarkan tentang kehidupan dan bagaimana agar kita dapat menjalaninya secara harmonis. Morihei Ueshiba pernah berkata “ Masa katsu Agatsu, Katsu Hayabi”. Yang artinya adalah “ Kemenangan sejati adalah kemenangan atas diri sendiri tanpa pergulatan sedikitpun”.
Aikido menganut falsafah muteki atau tidak ada musuh. Maksudnya tidak ada seseorang atau sesuatu pun di dunia ini yang harus kita kalahkan kecuali diri sendiri. Jika dalam hidup kita mampu mengalahkan keegoisan diri sendiri, maka sebenarnya tidak ada musuh di kehidupan ini. Lawan terberat adalah diri kita sendiri. Agar dapat mencapai hal ini, kita membutuhkan Makoto atau Hati yang bersih. Dengan hati yang bersih, maka kita dapat melihat segala sesuatu yang ada
(4)
di hadapan kita dengan lebih jelas. Ibarat air danau yang jernih dan tenang, maka permukaannya akan memantulkan refleksi seperti apa adanya. Ini baru beberapa hal yang diajarkan didalam Aikido. Ajaran ini sedikit banyak dapat menjelaskan mengapa Aikido tidak ada kompetisi dan bukan beladiri olahraga. Karena Aikido dimaksudkan bukan untuk mengajarkan menang atau kalah dan sikap adil tetapi lebih kepada pelajaran untuk pembentukan karakter tiap pelakunya baik dari sisi hati, akhlak, moral, mental dan fisik.
Karena itu, kepada Aikidoka, diajarkan dan ditekankan untuk tidak membunuh penjahat. Itulah falsafahnya. Teknik-tekniknya merupakan netralisasi segala bentuk serangan, sekalipun serangan yang berbahaya. Aikido mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana seseorang harus menghargai kehidupan dan lain-lain. Aikido bukanlah agama tetapi pendiri Aikido pernah berkata bahwa dengan mempelajari Aikido, maka orang dapat lebih mudah mengerti dan mempelajari apa yang ia temukan dalam agama yang dipelajari.
(5)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Setelah menguraikan bab demi bab, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Olahraga Aikido adalah olahraga khas Jepang yang berasal dari tradisi masa lampau yang selalu disertai dengan berbagai ritual.
2. Olahraga Aikido merupakan permainan yang bersifat keterampilan fisik. 3. Dalam pertandingan Aikido terdapat banyak teknik-teknik permainan, dan
dimainkan hanya oleh dua orang.
4. Menurut falsafah Aikido, lawan terberat kita adalah keegoisan diri sendiri.
4.2. Saran
Setelah membaca secara keseluruhan sejarah salah satu seni beladiri yang ada di Jepang yaitu Aikido, Penulis mengharapkan karya tulis ini dapat membantu kita mengenali olahraga Aikido. Serta kita bisa mengambil nilai-nilai falsafah yang baik dari beladiri tersebut.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi Iwan, Andoko Steve, Sugiarto. 2003. Aikido Jalan Menuju Harmoni. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Adrian Yuddi, Nanndi S, dkk. 2007. Penyusunan Kertas Karya Program Study D3 Bahasa Jepang. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Yamamoto. 1994. Japan Profil of a Nation. Tokyo: Kondasya.
www. Google. Aikido. com